Anda di halaman 1dari 3

KEBENCIAN, BERPENDAPAT & HOAX

Selamat membaca… !

OK Guys ! Perlu kalian ketahui, kata benci selalu dikaitkan dengan perasaan
seseorang yang tidak suka dengan perilaku / sikap suatu individu atau sebaliknya. Bahkan ada
beberapa orang pun merasa benci terhadap hewan atau pun benda mati yang dianggap
menggangunya. Kebencian berisikan rasa dendam dan amarah yang dirasakan. Namun tidak
selamanya kebencian menjadi tolak ukur pandangan seseorang terhadap suatu individu.

Nah, Ujaran kebencian pun tak luput dari sesuatu kebohongan atau biasa disebut
dengan Hoax. Ya… di era digitalisasi ini ujaran kebencian seseorang selalu dipancing oleh
sebuah hoax yang tidak benar sumbernya. Hoax menjadi sangat mudah dibuat dan sangat
mudah untuk diakses oleh semua pihak. Dengan adanya hoax, menjadi cikal bakal suatu
kebencian dan pertengkaran yang terjadi dimanapun dan kapanpun selagi itu mempengaruhi
pemikiran dan perasaan seseorang. Bahkan hoax, bisa digunakan untuk suatu tindakan
kejahatan.

Oh ya… Kebencian bisa dikaitkan dengan sebuah penghinaan lho… Namun kebencian
juga bisa berupa pendapat dengan konteks yang berbeda. Pendapat yakni suatu opini /
keinginan terhadap suatu lembaga dan lain sebagainya agar menjadi lebih baik. Jika hanya
mengatakan bahwa pemerintah itu “gagal” atau “buruk”, maka pendapat tersebut tidak
dilarang, tetapi jika sudah mengajak orang lain untuk membenci kelompok lain, maka beda
lagi persoalanya. Berikut ada beberapa tata cara berpendapat yang benar yang dikutip dari
beberapa sumber, diantaranya :

 Menyampaikan pendapat / kritikan dengan kata yang sopan.


 Tidak memotong pendapat orang lain.
 Janganlah suka mengedepanka ego masing – masing.
 Berani menanggung segala resiko yang ditimbulkan bila ada pembelaan dari pihak
lain.
 Berpendapat dan berkritik didasarkan pada akal yang sehat dan hati nurani tentunya.

Kita semua tahu bahwa, negara kita adalah negara demokrasi, semua orang berhak
bersuara, berkritik, berpendapat, dan beraspirasi kepada pemerintahan. Mengkritik harus
sesuai dengan fakta yang ada agar semuanya menjadi jelas. Jangan termakan dengan kabar
“burung” yang terbang kesana - kemari tanpa bukti yang nyata. Belakangan ini banyak orang
yang berkritik, namun kritikanya berisi hinaan / ujaran. Di sisi lain juga, banyak yang
berkritik tetapi orang yang mengkritik tersebut malah dijebloskan ke dalam penjara. Miris !
ini yang terjadi di negeri kita.

Sah - sah saja seseorang untuk berkritik terutama terhadap pemerintah, kita
mengkritik dan berpendapat bukan berarti kita benci, bukan berarti pula kita meruntuhkan.
Akan tetapi kita menginginkan keadilan, kemajuan dan keidealisan dalam pemerintahan.
Pemerintahan adalah kepala dari anggota tubuh suatu bangsa, dan rakyat adalah badanya. Jika
kepalanya berisi pemikiran yang rusak maka akan rusak pula badanya. Seseorang tidak akan
menjadi dewasa tanpa adanya sebuah evaluasi & koreksi.

Menyinggung soal pemerintahan, negara kita masih termasuk dengan negara dengan
pemerintahan yang lemah. Pertikaian dimana – mana, korupsi merajalela, persaingan ketat
untuk merebutkan kekuasaan, suap – menyuap terjadi, bahkan keluarga sendiri pun menjadi
taruhanya. Entah apa yang dipikirkan oleh seorang pegawai pemerintahan. Mereka ditunjuk
dan dipilih oleh rakyat untuk mensejahterakan, bukan menyengsarakan. Amanat yang
diemban pun tak luput dari kemunafikan. Sumpah mereka ucapkan, namun tidak sesuai
dengan apa yang mereka buat. Rakyat menjerit, mereka bungkam. Rakyat mencerca, mereka
menindas.

Berbicara soal hoax, perlu kita ketahui bahwa hoax bukanlah suatu yang dibenarkan,
ini melanggar UU ITE. Hoax adalah informasi yang sesungguhnya tidak benar adanya, tetapi
dibuat seoalah – olah memang benar adanya. Tujuan dari berita bohong ini tidak lain dan
hanya untuk membuat masyarakat menjadi merasa tidak nyaman, tidak aman, dan
kekhawatiran. Berikut ada beberapa ciri – ciri dari sebuah hoax yang dikutip dari beberapa
sumber :

 Biasanya hoax dikirim lewat e-mail atau media sosial yang memberi efek besar.
Contohnya : Facebook, Twitter, Whatsapp, dll.
 Berisi pesan yang membuat cemas atau membuat rasa panik terhadap pembaca.
 Biasanya diakhiri dengan imbauan kepada pembaca agar segera menyebarkan berita
tersebut ke jejaring yang lebih luas ( mengShare ). Akibatnya menyebabkan pesan
berantai yang cukup panjang.
 Pengirim awal hoax tidak diketahui identitasnya.

Berhati – hatilah dan bijaklah dalam menggunakan media sosial. Selalu selektif dalam
memilih mana berita yang benar dan mana yang hoax. Kebencian jangan selalu ditampakan,
karena kebencian awal mula perpecahan. Berpendapat dan berkritiklah yang baik dan sesuai
dengan etika yang ada. Karena tidak semua manusia mau menerima pendapat orang lain…

Info lebih lanjut :


: www.instagram.com/agung_2_1_
: Agung M P
: 088214259246

( Terima Kasih )

Anda mungkin juga menyukai