Usulan Penelitian FIX
Usulan Penelitian FIX
oleh:
YUSTINUS K. LEBA
NIM.1704020046
oleh:
YUSTINUS K. LEBA
NIM.1704020046
i
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : 1704020046
Disetujui oleh:
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena hanya atas penyertaan, bimbingan, berkat dan kasih-Nya penulis dapat
ini banyak mendapat bimbingan, dukungan dan motivasi dari berbagai pihak.
Untuk itu dari lubuk hati yang paling dalam, penulis mengucapkan limpah terima
kasih kepada :
1. Allah Tri Tunggal Maha Kudus bersama Bunda Maria yang adalah sumber
2. Bapak Prof. Ir. Fredik L. Benu, M.Si.Phd, selaku Rektor Universitas Nusa
3. Bapak Dr. Ir. Damianus Adar, M.Ec selaku Dekan Fakultas Pertanian
4. Ibu Ir. Lika Bernadina, M, Sc,Agr selaku Ketua Program Studi Agribisnis,
dan sabar, serta memberikan motivasi dan wawasan yang sangat berarti
iii
mengarahkan dan membimbing penulis dalam menyelesaikan proposal
penelitian ini.
7. Bapak, Mama, serta kakak adik atas semua cinta dan pengorbanan yang
jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharap kritikan dan saran
yang membangun dari berbagai pihak. Akhir kata, penulis berharap proposal
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
DAFTAR TABEL...............................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................viiii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
v
2.5 Pengolahan...............................................................................................164
2.6.2 Keuntungan...........................................................................................19
2.8 Rentabilitas.................................................................................................20
3.6.1 Variabel................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................33
LAMPIRAN .........................................................................................................35
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Luas areal perkebunan kopi di Indonesia Tahun 20112020 ........35
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
BAB 1
PENDAHULUAN
Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang berarti negara yang mengandalkan
sektor pertanian sebagai mata pencaharian maupun sebagai penopang pembangunan. Sektor
proporsi yang sangat besar dan memberikan sumbangan untuk kas pemerintah. Hal ini
kemudian menjadikan sektor pertanian sebagai pasar yang potensial bagi produk-produk
dalam negeri baik untuk barang produksi maupun untuk barang konsumsi, terutama produk
yang dihasilkan oleh sub sektor tanaman pangan. Sektor pertanian dalam beberapa tahun
Nilai produk domestik bruto (PDB) sektor pertanian berdasarkan harga konstan 2010
(BPS) pada tahun 2015 tercatat sebesar Rp906 triliun. Peningkatan sebesar 10,87% berhasil
dicapai pada tahun 2018, di mana PDB sektor pertanian tercatat sebesar Rp1.005 triliun.
periode yang sama tahun 2018 berhasil tumbuh sebesar 5,41%. Kontribusi terbesar dari PDB
pertanian 2018 diberikan oleh subsektor tanaman perkebunan (teh, tebu, kakao, kopi, karet,
dan lainnya) sebesar 38,54% dan diikuti tanaman pangan (padi, jagung, kedelai, kacang-
Pertanian menjadi satu-satunya sektor lapangan usaha yang sejak awal pandemi tidak
mengalami pertumbuhan negatif. Secara tahunan (year on year/yoy) sektor pertanian tumbuh
2,59 persen pada kuartal IV 2020. Terdapat tren kenaikan sejak kuartal I 2020. Secara
1
berurut, kuartal I sebesar 0,01 persen, lalu naik menjadi 2,20 persen, kemudian turun tipis
(Sumber: https://www.republika.co.id/berita/qo1jza383/lagi-sektor-pertanian-tumbuh-positif-
di-pengujung-2020)
Luas Areal perkebunan kopi Indonesia saat ini mencapai 1,2 juta ha. Dari luas areal
tersebut 96% merupakan lahan perkebunan kopi rakyat dan sisanya 4% milik perkebunan
swasta dan pemerintah (PTPN). Luas areal perkebunan kopi dari Tahun ke Tahun semenjak
Tahun 1960 terus menunjukkan peningkatan khususnya pada perkebunan kopi rakyat.
Pada tabel di lampiran 1 diketahui bahwa dari ketiga pengusahaan kopi di Indonesia
perkebunan rakyat (PR) memiliki luas area perkebunan kopi yang lebih besar dibandingkan
dengan perkebunan besar negeri (PBN) dan perkebunan besar swasta (PBS). Kopi memiliki
nilai ekonomis cukup tinggi diantara tanaman perkebunan lainnya dan komoditas ekspor
Kopi adalah salah satu jenis tanaman perkebunan yang banyak dijumpai di Indonesia,
seperti di daerah Aceh, Gayo, Jawa, Papua dan Flores. Karakter kopi di Indonesia ditentukan
dari tempat asalnya. Lingkungan tempat tumbuh akan berpengaruh pada aroma dan rasanya.
Di Indonesia banyak daerah yang memproduksi kopi Arabica dan kopi jenis ini diproduksi di
seluruh dunia mencapai 70 persen dari seluruh jenis kopi. Kopi Arabica memiliki kualitas
superior karena idealnya tumbuh pada ketinggian di atas 1000 meter di atas permukaan laut.
Sedangkan di bawah ketinggian 1000 meter, Arabica tidak bisa tumbuh dengan baik.
Indonesia diuntungkan dengan banyaknya dataran tinggi dan berada di daerah tropis,
sehingga kopi Arabica dapat tumbuh di atas tanah gunung berapi yang subur.
Adapun kopi Robusta yang tumbuh di bawah ketinggian 1000 meter di atas
permukaan laut. Namun cita rasa kopi Robusta tak bisa menandingi Arabica. Kadar kafeinnya
pun lebih tinggi. Jika Arabica mengandung 1% kafein, maka Robusta mengandung 2% kafein
2
untuk setiap berat yang sama. Indonesia memiliki berbagai jenis kopi Arabica dan Robusta,
misalnya kopi Arabica Sumatra Lintong, Mandailing, Aceh Gayo, kopi Luwak, Toraja,
hingga Arabica Java. Secara umum kualitas kopi dari suatu wilayah memang mirip, dan tidak
jauh berbeda bila dibandingkan dengan biji dari wilayah lain. Akan tetapi ketika biji kopi
dibakar dan mengeluarkan aromanya, barulah terasa perbedaan dan identitas diri biji kopi
berdasarkan wilayahnya. Sehingga rasa kopinya pun akan berbeda sesuai dengan
karakteristik daerah asalnya. Dan kebanyakan kopi di Indonesia memiliki aroma tanah yang
baru tersiram air hujan, tetapi ada juga yang harum herbal atau jamu. Perbedaan karakter kopi
tersebut menunjukan kopi sebagai produk yang sangat sensitif terhadap lingkungan tempat
tumbuhnya. Apa saja yang ditanam di sekitar tumbuhan kopi bisa mempengaruhi aromanya.
Kualitas biji kopi pun menentukan rasa sajian kopi yang dihasilkan.
Manfaat Kopi
2. Melawan kanker
5. Mencegah depresi
(Sumber: https://doktersehat.com/author/ )
Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu Provinsi penghasil kopi yang
masih tergolong rendah dibandingkan dengan beberapa wilayah di Indonesia dengan luas
lahan perkebunan kopi sebesar 73.632 ha dan hasil produksi sebesar 24.122 ton. Kabupaten
Ngada menjadi salah satu daerah penghasil kopi di NTT yang pengusahaannya tersebar di
beberapa Kecamatan. Luas areal kopi di Kabupaten Ngada mencapai 6.162 ha dan jumlah
produksi 2.194 ton dengan rerata produksi sebesar 649 kg/ha pada akhir Tahun 2018.
Kecamatan Bajawa menjadi salah satu daerah yang cocok untuk pertumbuhan tanaman kopi
3
karena ketinggian1.200–1.550 mdpl yang menjadi syarat tumbuh optimal untuk tanaman
kopi. Selain kopi adapun tanaman perkebunan lainya yang tersebar di Kabupaten Ngada
diantaranya jambu mete seluas 6.232 ha, kelapa seluas 4.290 ha, kemiri 2.512 ha, kakao 960
ha serta kapuk, cengkeh, pinang, dan vanili (Statistik Pertanian Kabupaten Ngada, 2019).
Kopi Flores Bajawa berasal dari daratan Flores, yang bergelombang, banyak gunung
berapi aktif dan tidak aktif. Abu dari gunung berapi inilah yang menciptakan tanah andosols
yang subur dan ideal untuk pertumbuhan kopi organik. Tumbuh pada ketinggian 1.200-1.800
mdpl di lereng bukit dan ditanam dibawah naungan pepohonan. Kopi Flores memiliki rasa
yang cukup abadi dengan yang lainnya. Aroma yang cukup bertahan lama, sehingga kopi ini
banyak diincar oleh penikmat kopi di tanah air. Seperti kopi daerah Indonesia Timur pada
umumnya, kopi Flores memiliki cita rasa yang kuat atau strong. Selain itu, kopi Flores juga
memiliki harum yang kuat. Hal ini membuat kopi Flores Bajawa memiliki harga yang lebih
Kini kopi Flores telah diekspor hampir keseluruh dunia. Ekspor paling banyak ke
Amerika. Warga Amerika dan Eropa sangat menyukai citarasa kopi yang kuat. Tahun ini
permintaan Ekspor kopi Flores Bajawa ke Amerika mencapai 1000 ton, namun kita baru bisa
memenuhi ekspor sebanyak 300 ton saja. Tidak hanya Amerika, kopi Flores juga diburu oleh
Eropa, namun kita belum bisa memenuhi seluruh permintaan mereka karena memang jumlah
nya masih sangat terbatas. Beberapa waktu yang lalu pemerintah Indonesia juga telah
menetapkan Indikasi Geografis (IG) untuk daerah Bajawa. Hal ini membuat kopi Bajawa
layak disebut sebagai kopi single origin. Kopi single origin memiliki harga jual yang lebih
tinggi dibandingkan kopi yang berasal dari banyak daerah dan dicampur lalu dijual ke
pasaran.
Kopi Flores Bajawa menjadi salah satu kopi terbaik Indonesia yang harus anda cicipi.
Kami dari JPW Coffee menjual kopi Flores Bajawa Specialty Grade. Kami hanya menjual
4
kopi special dengan defect dibawah 4%, yang artinya kopi yang kami jual berisi biji kopi
terbaik tanpa cacat. Cacat dalam biji kopi bisa seperti biji berlubang, biji hitam, biji pecah,
( Sumber : http://www.specialtycoffee.co.id/kopi-flores-bajawa/ )
petani-petani di desa-desa di Kecamatan Bajawa untuk memilih usaha tani kopi sebagai mata
pencaharian utama dan ada juga yang menjadikan usaha tani kopi sebagai usaha sampingan
bagi para pegawai negeri sipil (PNS). Maka dari itu,munculah banyak tempat pengolahan
kopi mentah atau yang biasa disebut di Bajawa UPH (Unit Pengolahan Hasil). UPH ini
biasanya menerima kopi-kopi mentah dari petani di desa-desa (ada juga yang pergi langsung
ke kebun untuk langsung mengambilnya dari petani-petani). Harga yang ditawarkan oleh
UPH ialah Rp 5.000,00/kg untuk kopi mentah. kopi mentah tersebut kemudian diolah lebih
lanjut untuk selanjutnya dijadikan kopi bubuk berkualitas dan siap dipasarkan dengan harga
Tahun 2005, untuk pertama kali di Ngada dibentuk Unit Pengolahan Hasil (UPH)
kopi bernama UPH Kopi Arabika Flores Bajawa (AFB) Fa Masa. Di sini Vinsensius pun
menjadi ketua. PPKKI lalu melakukan uji laboratorium. Hasilnya, mutu fisik kopi UPH AFB
Fa Masa berkategori mutu 1 dan diminati pembeli dari Amerika Serikat (AS). Jadilah tujuh
ton kopi UPH AFB Fa Masa diekspor ke AS. Jumlah ekspor itu masih jauh dari permintaan
AS sebanyak 1.000 ton per tahun. PPKKI lalu merekomendasikan dibentuknya lebih banyak
UPH. Maka, tahun 2011 terbentuk 14 UPH kopi. Sampai tahun 2011, ekspor kopi ke AS rata-
Sehubungan dengan hal tersebut diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang Analisis Keuntungan dan Rentabilitas Usaha tani Kopi Arabika (Coffea
5
arabica) di UPH (Unit Pengolahan Hasil) Fa Masa di Desa Beiwali, Kecamatan Bajawa,
Kabupaten Ngada.
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka dapat dirumuskan bahwa:
1. Berapa besar tingkat keuntungan yang didapatkan oleh kelompok tani UPH Fa Masa
2. Berapa besar rentabilitas yang didapatkan oleh kelompok tani UPH Fa Masa di Desa
1. Mengetahui besar keuntungan dari usahatani kopi di UPH Fa Masa di Desa Beiwali,
Kecamatan Bajawa.
2. Mengetahui besar rentabilitas dari usahatani kopi di UPH Fa Masa di Desa Beiwali,
1. Bagi para pelaku usaha tani kopi dalam upaya pengembangan usaha tani kopi di
2. Bagi pemerintah agar lebih memperhatikan UKM seperti UPH Fa Masa ini sehingga
3. Bagi peneliti lain, untuk menambah khasan ilmu pengetahuan dan penelitian lanjutan.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bubuk UD. Cap Gentong Mas Di Kecamatan Curup Tengah Kabupaten Rejang Lebong”.
Hasil dari penelitian, biaya produksi yang dikeluarkan UD Cap Gentong Mas sebesar Rp
produksi sebanyak 8100 kg/tahun. Harga jual sebesar Rp 40.000,-/kg. Laba yang diperoleh
adalah Rp 64.512.928,-/tahun. Nilai rentabilitas dari perbandingan laba dan modal sebesar
24,86 persen. Dapat diartikan usaha tersebut mendapatkan keuntungan yang jauh lebih besar
dari tingkat suku bunga yang berlaku yaitu 18 persen per tahun.
Penggunaan Biaya Usaha tani Kopi Rakyat Robusta di Kecamatan Sumber Wringin
Kabupaten Bondowoso”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha tani kopi di Kecamatan
hektar sebesar Rp 5.184.611,-. Jika dilihat berdasarkan skala luas lahan, maka rata-rata
keuntungan petani lahan luas Rp 6.007.040,-. lebih besar daripada petani lahan sempit Rp
keuntungan usaha tani kopi yaitu produktivitas, luas lahan, jumlah tanaman dan biaya
produksi. Umur tanaman berpengaruh tidak signifikan terhadap keuntungan usaha tani kopi.
Penggunaan biaya produksi pada usaha tani kopi sudah efisien, dengan R/C sebesar 1,85.
Sementara dilihat dari strata luas lahan, petani lahan luas sebesar 2,06 lebih efisien
7
Nur et al (2017) dalam penelitiannya tentang “Analisis Usaha tani Kopi di Kelompok
Tani Hutan Giri Senang Desa Giri Mekar Kabupaten Bandung”. Hasil penelitian ini
menyimpulkan bahwa hasil pendapatan usaha tani petani kopi yaitu sebesar
berdasarkan hasil perhitungan r/c rasio yaitu 1,9 layak untuk diusahakan.
Ona et al (2019) dalam penelitian tentang ” Rentabilitas Usaha tani Jagung di Desa
Oenenu Kecamatan Bikomi Tengah Kabupaten Timor Tengah Utara”. Analisis keuntungan
diperoleh dari selisih antara jumlah penerima dan biaya produksi. Sedangkan rentabilitas
modal sendiri diperoleh dari perbandingan antara laba bersih dengan modal sendiri. Hasil
penelitian menunjukkan (1). Rerata penerimaan dari usaha tani jagung adalahRp
keuntungan yang diperoleh petani adalah sebesar Rp 2.698.823,53. (2) Rentabilitas atas
modal sendiri dalam penelitian adalah 55,60% per musim tanam. Artinya bahwa dengan
demikian usaha tani jagung di Desa Oenenu adalah efisien dan layak untuk diusahakan.
Peranan Kelompok Tani Fa Masa Dalam Usaha tani Kopi Di Desa Beiwali Kecamatan
usia produktif sebesar 64 %, pendidikan yang dimiliki rata-rata SD, jumlah tanggungan
keluarga rata-rata sebanyak 5 orang, status lahan yang diusahakan 100% milik sendiri dengan
luas rata-rata 1,1 Ha, dan rata-rata pengalaman berusaha tani yang dimiliki petani 23 tahun.
Persepsi petani kopi terhadap peranan Kelompok Tani Fa Masa di Desa Beiwali tergolong
sangat baik dengan pencapaian skor maksimum 88,75 %. Faktor sosial ekonomi petani yang
berhubungan nyata dengan persepsinya terhadap peran Kelompok Tani Fa Masa dalam usaha
tani kopi adalah tingkat pendidikan formal dan pengalaman berusaha tani, sedangkan faktor
8
umur, jumlah tanggungan keluarga dan luas lahan tidak mempunyai hubungan yang nyata
dengan persepsi petani terhadap peranan Kelompok Tani Fa Masa dalam usaha tani kopi.
Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango”. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Februari sampai bulan April. Metode yang digunakan adalah metode survey. Data yang
dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Penentuan sampel petani menggunakan
metode sensus, sehingga sampel adalah 30 orang petani. Analisis yang digunakan adalah
análisis deskriptif, analisis pendapatan usaha tani dan R/C Ratio. Hasil penelitian
menunjukan (1). Biaya usaha tani terdiri dari, biaya tetap (pajak lahan Rp 30.433,33,
penyusutan alat Rp 136.386, tenaga kerja dalam keluarga Rp 16.877.783, biaya variabel
4.150.000,00, tenaga kerja luar keluarga Rp. 212 750, ajir Rp. 1.173.333,33 sehingga total
biaya usaha tani adalah biaya tetap Rp 17.044.602,33 dan biaya variabel Rp 7.441.599,99 (2).
Pendapatan usaha tani adalah Rp 18.367.714,35 dan berdasarkan nilai R/C Ratio = 1,74
Luwak Di Bali “, menyimpulkan pebisnis kopi luwak di Bali belum dapat memenuhi
permintaan yang datang dari konsumen. Berdasarkan keterangan dari beberapa pengusaha
kopi luwak di Bali, peningkatan permintaan mencapai 20%-25% per tahun, namun
kemampuan supply masih terbatas. Sehingga perlu dilakukan analisis kelayakan usaha kopi
luwak. Hasil dari analisis ditinjau dari aspek pasar yakni usaha kopi luwak memiliki peluang
pasar yang positif di Bali. Aspek teknis, kapasitas produksi sesuai target penjualan dengan
fasilitas yang mendukung usaha. Aspek MSDM, memiliki struktur organisasi dengan tenaga
kerja yang cukup. Aspek legal dan lingkungan, usaha kopi luwak legal dan memenuhi
perizinan yang berlaku serta terdapat penanggulangan terhadap dampak lingkungan yang
9
ditimbulkan. Aspek finansial, payback period 3 tahun 5 bulan, Net Present Value positif
Rp363.970.733,-, serta Internal Rate of Return lebih besar dari MARR yaitu 21%.
Data diambil dari petani responden yang dipilih secara simple random sampling sebanyak
20% dari total populasi yang ada. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan
membandingkan antara laba yang diperoleh dengan modal yang dikeluarkan untuk
rentabilitas ekonomi usaha tani jagung dari petani responden adalah sebesar 2,35.
Selada Hidroponik Di Azzahra Hidroponik Kota Tarakan “. Tujuan penelitian ini adalah
Hidroponik Kelurahan Juata Laut Kota Tarakan. Penelitian ini dilaksanakan di Azzahra
adalah pemilik usaha. Analisis yang digunakan yaitu analisis keuntungan dan analisis
selama 45 hari dan memperoleh keuntungan sebesar Rp 360.152 dalam satu kali produksi.
Rentabilitas keuntungan yang didapatkan oleh Azzahra Hidroponik dalam satu kali produksi
yaitu sebesar 69,95% yang artinya setiap modal yang dikeluarkan sebesar Rp. 514.848 akan
menghasilkan keuntungan sebesar 69,95%. Hal ini dapat dikatakan bahwa Azzahra
Berdasarkan pada penelitian terdahulu diatas, bahwa belum ada judul penelitian
sebelumnya yang sama persis dengan penelitian yang penulis susun. Dengan kata lain, dalam
10
tinjuan pustaka ini bahwa permasalahan yang akan diteliti belum terjawab dan belum
menjadi bubuk. Kopi merupakan salah satu komoditas di dunia yang dibudidayakan lebih
dari 50 negara. Dua spesies pohon kopi yang dikenal secara umum yaitu Kopi Robusta
(1000 SM) yang lalu. Kopi kemudian terus berkembang hingga saat ini menjadi salah satu
minuman paling populer di dunia yang dikonsumsi oleh berbagai kalangan masyarakat.
Indonesia sendiri telah mampu memproduksi lebih dari 400 ribu ton kopi per tahunnya.
Disamping rasa dan aromanya yang menarik, kopi juga dapat menurunkan risiko terkena
(Wikipedia, 2021).
Pemrosesan kopi sebelum dapat diminum melalui proses panjang yaitu dari
pemanenan biji kopi yang telah matang baik dengan cara mesin maupun dengan tangan
kemudian dilakukan pemrosesan biji kopi dan pengeringan sebelum menjadi kopi gelondong.
Proses selanjutnya yaitu penyangraian dengan tingkat derajat yang bervariasi. Setelah
penyangraian, biji kopi digiling atau dihaluskan menjadi bubuk kopi sebelum kopi dapat
diminum.
11
2.2.2 Taksonomi Tanaman Kopi
Kingdom: Plantea
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Gentianacea
Famili: Rubiaceae
Genus : Coffea
(sumber: https://klasifikasitanaman.blogspot.com/2013/05/klasifikasi-tanaman-kopi-
arabika.html)
Kopi merupakan tanaman tahunan yang bisa mencapai umur produktif selama 20
tahun. Untuk memulai usaha budidaya kopi, pilihlah jenis tanaman kopi dengan
tanaman, teknik budidaya, penanganan pasca panen dan pemasaran produk akhir.
4. Pemupukan
sendiri dan sengaja diusahakan oleh seseorang atau sekumpulan orang, segolong sosial baik
yang terikat geneologis, politis maupun teritorial sebagai pengolahannya. Menurut Soeharjo
12
dan Patong (1973) usahatani adalah proses pengorganisasian faktor-faktor produksi yaitu
alam, tenaga kerja, modal dan pengolahan yang diusahakan oleh perorangan atau sekumpulan
orang untuk menghasilkan output yang memenuhi kebutuhan keluarga ataupun orang lain di
samping motif mencari keuntungan. Usahatani dapat dikatakan berhasil bila memenuhi
a) Usahatani harus menghasilkan cukup produksi untuk membayar biaya semua alat-alat
yang diperlukan.
usahatani tersebut.
c) Usahatani harus dapat meningkatkan upah tenaga kerja petani dan keluarganyayang
d) Ushatani yang bersangkutan harus paling sedikit berada dalam keadaan seperti
e) Usahatani harus dapat pula membayar tenaga kerja petani sebagai manajer yang harus
bagaimana.
dapat meningkatkan produksi dan penerimaan serta sekaligus dapat meningkatkan taraf hidup
Faktor produksi usahatani adalah semua masukan atau korbanan yang diberikan pada
tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Faktor
produksi dikenal pula dengan istilah input, production factor dan korbanan produksi. Faktor
produksi memang sangat menentukan besar kecilnya produksi yang diperoleh. Faktor
13
produksi lahan, modal untuk membeli bibit, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja dan aspek
manajemen adalah faktor produksi yang terpenting. Hubungan antara faktor produksi (input)
dan produksi (output) biasanya disebut dengan fungsi produksi atau factor relationship.
Faktor produksi terdiri dari empat komponen, yaitu tanah, modal, tenaga kerja, dan
skill atau manajemen (pengelolaan). Masing-masing faktor mempunyai fungsi yang berbeda
dan saling terkait satu sama lain. Kalau salah satu faktor tidak tersedia maka proses produksi
tidak akan berjalan, terutama tiga faktor terdahulu, seperti tanah, modal, dan tenaga kerja.
(Sumber: https://idtesis.com/faktor-produksi-usaha-tani/)
2.5 Pengolahan
Kata pengelolaan dapat disamakan dengan manajemen, yang berarti pula pengaturan
atau pengurusan (Suharsimi Arikunto,1993: 31). Banyak orang yang mengartikan manajemen
yang populer saat ini. Pengelolaan diartikan sebagai suatu rangkaian pekerjaan atau usaha
yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk melakukan serangkaian kerja dalam mencapai
tujan tertentu.
Kopi merupakan biji-bijian yang umum dikonsumsi masyarakat yang biasanya dalam
bentuk minuman untuk sekedar menghilangkan kantuk. Untuk mendapatkan produk olahan
kopi yang baik maka harus didukung dengan mutu bahan baku yang sesuai. Berdasarkan cara
kerjanya pengolahan kopi dibagi dalam dua jenis yaitu pengolahan dengan metode basah
(wet process) dan pengolahan dengan metode kering (dry process) (Bonita et al., 2007).
Dalam pengolahan pasca panen kopi dengan metode basah berkaitan erat dengan persortiran,
kering tidak mewajibkan kopi untuk di fermentasi atau disortir terlebih dahulu. Pengolahan
basah lebih biasa digunakan pada kopi arabika sedangkan metode kering pada kopi robusta.
14
Pengolahan secara basah rata-rata menghasilkan mutu biji kopi yang baik sehingga
dihargai lebih mahal namum menghilangkan cita rasa alami kopi karena peranan air serta
memakan lebih banyak biaya seperti mesin pengupas kopi, bak fermentasi, instalasi
pencucian serta instalasi pengeringan. Metode pengolahan kopi secara basah meliputi
serta cacat buah. Biji kopi dipisahkan lagi dengan mesin pengupas kulit buah
(pulper). Air dialirkan kedalam silinder bersamaan dengan buah yang akan dikupas.
Selanjutnya biji kopi dimasukan dalam bak-bak yang disediakan untuk fermentasi.
Tujuan biji kopi difermentasi adalah untuk menghilangkan lapisan lendir yang ada
pada permukaan kulit tanduk, mengurangi rasa pahit dan membentuk kesan “Mild”
pada cita rasa kopi seduhan. Fermentasi dilakukan dengan menyimpan biji kopi
pada wadah fermentasi sekitar 12-36 jam sesuai permintaan pasar. Setelah
fermentasi selesai biji kopi dibilas dan dicuci menggunakan air bersih. Fermentasi
berhasil apabila diraba terasa kesat dan sisa lendir yang ada pada biji telah hilang.
3. Pengeringan Awal
Pengeringan awal bertujuan untuk mengurangi kadar air kopi HS yang semula 60-
65% menjadi 12,5%. Penjemuran dilakukan diatas lantai jemur atau menggunakan
saringan penjemur. Untuk ukuran lantai penjemur kurang lebih 5-7o dengan sudut
biji. Pembalikan dilakukan setiap jam pada waktu kopi masih basah.
Pengupasan kulit tanduk/cangkak pada saat kondisi biji kopi masih basah dilakukan
dengan menggunakan huller yang didesain khusus. Agar kulit dapat dikupas kondisi
15
kulit harus cukup kering walaupun biji kopi masih basah.Jika sudah bermalam maka
kopi HS harus dijemu kembali sesaat samapai kulit cukup kering kembali.
5. Pengeringan Akhir
Pengeringan tahap kedua yaitu dengan menggunakan mesin pengering. Biji kopi
yang sudah dijemur hingga kadar air 20-25% perlu dikeringkan lagi hingga kadar
waktu selama 24-36 jam dengan suhu 45-50oC. pengeringan mekanis juga dapat
dilakukan dari kadar air 65% terutama jika memang cahaya matahari tidak
Sebuah barang atau jasa akan memiliki harga yang lebih jika mempunyai manfaat
yang lebih. Oleh karena itu pengolahan berperan penting untuk dapat meningkatkan nilai
tambah suatu produk. Jika Dibandingkan dengan produk segar produk olahan dapat
meningkatkan nilai tambah yang lebih besar serta harga yang wajar, sehingga dapat
produksi dari suatu produk dan akan dipertemukan dengan penghasilan (revenue) di periode
mana produk itu di jual (Abdul Halim, 1988:5). Berikut ini beberapa definisi biaya produksi
Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku
16
Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang berhubungan dengan produksi suatu
item, yaitu jumlah dari bahan langsung, upah langsung dan biaya overhead pabrik
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa biaya produksi adalah biaya-
biaya yang digunakan dalam proses produksi meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung dan biaya overhead pabrik yang jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan jenis
biaya lain.
Biaya produksi membentuk harga pokok produksi yang digunakan untuk menghitung
harga pokok produk jadi dan harga pokok produk pada akhir periode akuntansi masih dalam
proses. Biaya produksi digolongkan dalam tiga jenis yang juga merupakan elemen-elemen
17
Biaya Overhead Pabrik (Factory Overhead Cost)
Umumnya didefinisikan sebagai bahan tidak langsung, tenaga kerja tidak langsung
dan biaya pabrik lainnya yang tidak secara mudah didefinisikan atau dibebankan pada
suatu pekerjaan.
Operasi lain-lain
Proses Produksi
produknya atas dasar pesanan yang diterima dari pihak luar. Perusahaan ini
Produksi Masa
standar.
18
Perusahaan ini mengumpulkan biaya produksinya dengan menggunakan metode harga
pokok proses (Process cost methode). Dalam metode, biaya-biaya produksi dikumpulkan
untuk periode tertentu dan harga pokok produk persatuan produk yang dihasilkan dalam
periode tersebut, dihitung dengan cara membagi total biaya produksi dengan jumlah satuan
2.6.2 Keuntungan
Keuntungan adalah selisih antara pendapatan dengan total biaya (biaya implisit
perusahaan memilih untuk menggunakan faktor produksi tertentu. Sementara itu, laba
pdaging dilihat dari segi modal yang ditanamkan, hasil produksi dan pendapatan yang
diperoleh. Untuk mengukur keadaan finansial dari usaha dengan modal yang digunakan
dianalisis dengan analisa R/C ratio. Analisis rentabilitas ekonomi untuk melihat penggunaan
modal dengan keuntungan yang diperoleh guna melihat keberhasilan suatu usaha. Analisis
BEP digunakan untuk mengetahui pada volume produksi dan volume penjualan usaha tidak
Analisis Break Even Point (BEP) merupakan suatu teknik analisis yang digunakan
untuk mengetahui keadaan dimana perusahaan tidak menderita rugi dan juga tidak
mendapatkan laba atau impas. Break Even Point atau titik impas merupakan suatu titik yang
menunjukkan bahwa pendapatan total yang dihasilkan perusahaan sama dengan jumlah biaya
yang dikeluarkan, sehingga perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak mengalami kerugian
(Anonim, 2014).
19
Break Even Point (BEP) terdiri dari 2 jenis :
R/C rasio (Revenue Cost Ratio) yaitu perbandingan antara penerimaan dengan biaya
(Soekartawi, 1995). Rumus ini dapat ditulis secara sistematis sebagai berikut:
Jika nilai R/C rasio< 1, maka usaha yang didirikan rugi. Jika nila R/C rasio = 1, maka
usaha yang didirikan impas (tidak untung dan tidak rugi) dan jika nilai R/C rasio> 1, maka
usahanya menguntungkan.
Usaha yang merugi dapat di atasi dengan menekan biaya produksi atau menaikkan harga
jual. Dari keduanya, cara yang paling baik adalah menekan biaya produksi karena jika harga
2.8 Rentabilitas
Perusahaan yang memiliki tujuan untuk mendapatkan laba besar pasti akan selalu
meningkatkan target laba setiap tahunnya. Namun, laba yang besar belum bisa menjadi
Untuk bisa mengetahui efisien atau tidaknya suatu perusahaan bisa dilakukan dengan
membandingkan antara laba yang didapatkan dengan modal yang telah dikeluarkan untuk
bisa menghasilkan laba atau dengan cara menghitung rasio rentabilitasnya. Rentabilitas
adalah perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut.
Rasio rentabilitas adalah rasio yang sering digunakan untuk mengukur kemampuan
dari suatu perusahaan dalam menghasilkan laba dalam waktu periode tertentu. Rumus umum
yang sering digunakan adalah L/M, di mana L adalah laba yang dihasilkan dan M adalah
modal yang dikeluarkan untuk menghasilkan laba. Rasio rentabilitas ini sangat berkaitan erat
20
dengan kelangsungan hidup suatu perusahaan. Jika nilai rasionya bagus berarti perusahaan
Selain itu, rentabilitas dapat juga digunakan untuk mengukur pada saat pengambilan
suatu keputusan tentang masalah pemenuhan kebutuhan keuangan perusahaan, apakah akan
menggunakan bantuan modal asing secara kredit atau dengan menggunakan modal sendiri.
21
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Tanaman kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang berperan sebagai
penghasil devisa bagi negara, sumber pendapatan petani, dan penyedia lapangan kerja.
Tanaman kopi yang banyak dikembangkan di Indonesia adalah kopi Arabika dan kopi
Robusta. Pengolahan biji kopi berperan penting dalam menentukan kualitas dan cita rasa
kopi. Bajawa adalah sebuah kota di Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur. Daerah ini
tersebut adalah arabika. Kopi di daerah ini biasa ditanam dengan naungan agar terlindung
dari sinar matahari dan rontok bunga akibat hujan lebat. Unit Pengolahan Hasil (UPH) Fa
Masa merupakan kelompok tani yang sudah dibangun sejak tahun 2005 yang diketuai oleh
Usahatani kopi arabika Flores Bajawa adalah kesatuan unit yang terdiri dari faktor
produksi seperti modal, tenaga kerja, dan keterampilan sehingga proses produksi dapat
terlaksana dan menghasilkan output (kopi bubuk). Dalam usaha tani kopi arabika Flores
tersebut meliputi ketersediaan buah kopi, tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Dimana
faktor produksi ini akan membentuk suatu biaya yang disebut biaya produksi. Besarnya biaya
Untuk melihat seberapa besar pendapatan usaha tani kopi arabika Flores Bajawa maka
dihitungalah selesih penerimaan dan pengeluaran. Penerimaan diperoleh dari hasil perkalian
penjualan dengan harga yang berlaku, sedangkan pengeluaran merupakan total biaya tetap
dan biaya variabel. Penerimaan yang lebih besar daripada pengeluaran berdampak pada
22
tingkat pendapatan yang lebih besar pula bagi usaha tani. Setelah mengetahui penerimaan
yang diterima oleh suatu usaha tani, maka hasil penerimaan tersebut akan dikurangi dengan
Dalam menjalankan suatu usaha ada beberapa kriteria kelayakan usaha yang harus
diperhatikan, seperti:
Namun dalam hal ini, kriteria kelayakan yang dinilai ialah Break Even Point (BEP),
R/C Rasio, dan analisis keuntungan. Dalam menjalankan usaha tersebut, tentu menggunakan
modal internal dan modal eksternal untuk memperoleh keuntungan, sehingga untuk
mengukur efisiensi dari modal tersebut perlu dilakukan analisis rentabilitas. Dengan
demikian bisa dilihat bahwa usaha tersebut memberikan keuntungan atau sebaliknya
memberikan kerugian bagi pelaku usaha dengan menggunakan analisis Break Event Point
(BEP) dan usaha tersebut layak untuk dilanjutkan atau tidak untuk dilanjutkan dengan
menggunakan analisis R/C Ratio . Jika usaha tani kopi arabika Flores Bajawa sesuai dengan
23
Secara sistematis, kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:
24
3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Unit Pengolahan Hasil (UPH) Fa Masa di Desa Beiwali,
Kecamatan Bajawa, Kabupaten Ngada, NTT, dalam kurun waktu 1 bulan sejak terhitung
Penelitian ini dilakukan di Unit Pengolahan Hasil (UPH) Fa Masa di Desa Beiwali,
Kecamatan Bajawa, Kabupaten Ngada, NTT. Pemilihan lokasi di Desa Beiwali tersebut
dilakukan secara sengaja (Purposive) dengan pertimbangan bahwa UPH Fa Masa merupakan
salah satu usaha tani yang telah membawa kopi Arabika Flores Bajawa menjadi dikenal oleh
banyak orang dan telah menjadi kopi yang dikanal hingga ke luar negeri.
Penentuan sampel diambil dari populasi di kelompok tani Usaha Bersama Air
Sagu(petani sawah). Penentuan jumlah sampel petani menurut (Sugiyono, 2010) apabila
sampel lebih dari 100 orang maka diambil presisi 5 -15 persen yang dapat mewakili populasi
keseluruhan. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik slovin
Keterangan :
n = Ukuran sampel/jumlah responden
N = Ukuran populasi
e2 = tingkat kesalahan yang diinginkan 10%
Rumus Slovin mempunyai ketentuan sebagai berikut:
26
Nilai e = 0,1 (10%) untuk populasi dalam jumlah besar
1. Data Kuantitatif adalah data yang dapat diukur atau di hitung langsung yang berupa
2. Data Kualitatif adalah data yang muncul berwujud kata-kaya yang dikumpulkan
dalam aneka macam cara (observasi, wawancara, intisar, dokumentasi dan pita
atau alat tulis, tetapi analisis kualitatif tetap menggunakan kata-kata yang diatasnya
Berdasarkan sumber datanya, data yang digunakan berupa data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh langsung dari wawancara atau pengisian kuesioner dengan
pihak-pihak terkait serta observasi di lapangan untuk mengetahui aktivitas nyata selama
kegiatan produksi yang berkaitan dengan tujuan penelitian. Sedangkan data sekunder dapat
diperoleh melalui penelusuran data sekunder yang tersimpan seperti surat, catatan harian,
foto, hasil rapat, jurnal kegiatan, instansi terkait seperti Dinas Pertanian.
Dalam pengumpulan data untuk digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
1. Wawancara adalah proses komunikasi atau interaksi untuk mengumpulkan data atau
informasi dengan tanya jawab antara peneliti dan responden atau informan penelitian.
2. Observasi merupakan salah satu alternative pengumpulan data yang biasa digunakan
27
menggunakan pancaindra yang bisa penglihatan, pendengaran, penciuman, untuk
3. Dokumentasi yaitu mencari informasi melalui fakta yang tersimpan seperti surat,catatan
3.6.1 Variabel
Variabel yang akan diteliti dan diukur dalam penelitian ini adalah :
1. Biaya produksi/pengeluaran
pelaku usaha selama proses produksi, meliputi biaya tetap dan biaya operasional,
Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak mempengaruhi besar atau
1) Sewa tanah
Biaya penyusutan dihitung dalam satu kali proses produksi, dinyatakan dalam
3) Upah tenaga kerja tetap, merupakan seluruh tenaga kerja tetap yang
berdasarkan jumlah biaya yang dikeluarkan petani setiap kali produksi yang
4) Biaya air bersih, diukur berdasarkan jumlah biaya yang dikeluarkan petani
28
5) Bunga modal, baik yang berupa modal sendiri ataupun modal pinjaman dari
dan disepakati kedua belah pihak atau berdasarkan pada tingkat bunga bank
yang berlaku pada saat penelitian ini dilaksanakan dinyatakan dalam satuan
rupiah.
Biaya tidak tetap adalah biaya yang sifatnya mempengaruhi besar atau
1) Biaya sarana produksi, mencakup biaya pupuk, pestisida, bibit yang unggul.
Diukur dengan cara mengalikan jumlah saran produksi fisik yang digunakan
2) Biaya tenaga kerja bantu, merupakan seluruh tenaga kerja bantu atau
kontrak yang digunakan baik dari dalam keluarga maupun luar keluarga.
Diukur berdasarkan jumlah tenaga kerja dan banyaknya hari kerja dikalikan
a. Produksi, yaitu hasil fisik usaha pengolahan kopi yang dikelola petani dalam satu kali
produksi, baik yang dijual, dikonsumsi, digunakan sebagai biaya beternak maupun
yang disimpan. Produksi fisik ini dinyatakan dalam satuan kilogram (Kg).
b. Penerimaan, yaitu nilai yang diperoleh dengan jalan mengalikan jumlah produksi fisik
dengan harga satuan penjualan ditingkat petani pada saat itu. Penerimaan dinyatakan
c. Keuntungan, adalah hasil pengurangan antara penerimaan dengan total biaya produksi
29
3.6.2 Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan teknik survei, yaitu cara pengumpulan data atau
keadaan usaha pengolahan hasil (UPH) Fa Masa, komposisi biaya produksi, penerimaan,
pendapatan, BEP, R/C rasio dan rentabilitas usaha pengolahan hasil (UPH).
a. Biaya total (total cost) adalah semua pengeluaran proses produksi sebagai hasil
penjumlahan biaya tetap dan biaya tidak tetap. Secara sistematis biaya dapat
TC = TFC + TVC
Keterangan:
TVC = Total Variabel Cost (total biaya tidak tetap per periode)
b. Penerimaan adalah perkalian jumlah unit yang dijual dengan harga per unit produk
R = p .Q
Keterangan:
R = Penerimaan (Rp/periode)
30
c. Keuntungan (Roza, 2009) adalah penerimaan yang diperoleh dikurangi dengan
seluruh biaya-biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi, baik biaya variabel
Keuntungan = R – TC
Keterangan :
R = Penerimaan
TC = Total Biaya
d. BEP adalah suatu keadaan dimana sebuah perusahaan tidak mengalami kerugian atau
FC
BEP = P−VC
¿
¿
FC
BEP = 1− VC
S ¿
¿
Keterangan:
FC : Fixed Cost
VC : Variabel Cost
S : Sales Volume
e. R/C rasio (Revenue Cost Ratio) yaitu perbandingan antara penerimaan dengan biaya
(Soekartawi, 1995). Rumus ini dapat ditulis secara sistematis sebagai berikut:
31
R/C
Keterangan:
R = Penerimaan (Revenue)
C = Biaya (Cost)
Jika nilai RC rasio < 1, maka usaha yang didirikan rugi. Jika nila RC rasio = 1, maka
usaha yang didirikan impas (tidak untung dan tidak rugi) dan jika nilai RC rasio> 1,
f. Rentabilitas dapat diartikan sebagai suatu perbandingan antara laba yang diperoleh
dalam operasi perusahaan dengan modal yang hasilnya dinyatakan dalam persentase
(Nikmat, 2004).
32
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2014). Analisis Break Event Point sebagai Dasar Pengambilan Keputusan
Manajemen Terhadap Perencanaan Volume Penjualan dan Laba (Studi Kasus pada
PT. Cakra Guna Cipta Malang Periode 2011-2013). Malang.
Ella Imaniar Sari, E. S. (2017). Analisis Usaha Tani Kopi Di Kelompok Tani Hutan Giri
Senang Desa Giri Mekar Kabupaten Bandung. Agroinfo Galuh, 3(3).
Ngadha, K. (2019). Persepsi Petani Terhadap Peranan Kelompok Tani Fa Masa Dalam
Usaha Tani Kopi Di Desa Beiwali Kecamatan Bajawa Kabupaten Ngada. Buletin
Exellentia, 8(2) : 175-185.
Nur Halimah Amir, E. R. (2017). Analisis Usaha Tani Di Kelompok Tani Hutan Giri Senang
Desa Giri Mekar Kabupaten Bandung. Agroinfo Galuh, 3(3).
33
Wikipedia. (2021). Kopi. https://id.wikipedia.org/wiki/Kopi, diakses pada Mei 2021.
Winantara. (2014). Analisis Kelayakan Usaha Kopi Luwak Di Bali. Reka Integra, 2(3).
Winarsih. (2015). Analisis Rentabilitas Ekonomi Usaha Tani Jagung ( Zea Mays) Di Desa
Kaliori Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas. Agritech, 17(2).
34
LAMPIRAN
Lampiran 1
35
Lampiran 2
KUESIONER PENELITIAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
PROGAM STUDI AGRIBISNIS
YUSTINUS KRISANTIAN LEBA (1704020046)
Judul Penelitian:
Tanggal wawancara :
Lokasi penelitian : UPH Fa Masa
Desa/Kelurahan : Beiwali
Kecamatan : Bajawa
1. Identitas responden
Nama :………………………………………………..
Umur :..........................................................................
Pendidikan terakhir :..........................................................................
Alamat :……………………………………………......
Umur :………….Tahun
Jenis kelamin :Laki-laki/Peremuan
Lama menekuni usahatani :............................................................................
Pekerjaan utama :............................................................................
36
3. Pengusaan Lahan
Milik sendiri (m2) Sewa (m2) Bagi hasl (m2) Luas laha (m2)
5. Modal usahatani
Modal Jumlah (Rp)
Sendiri
Pinjaman
6. Tenaga kerja
No. Jenis kegiatan Jumlah tenaga Jam Upah
kerja Kerja/hari
Pria Wanita Pria Wanit
a
37
7. Pola tanam 1 tahun terakhir
Komoditas Bulan
10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Keterangan : disilang/dicentang
8. Pupuk yang digunakan
Jenis pupuk Harga Dosis pupuk (Kg/Ha) Waktu pemakaian
1. Benih
2. Pupuk
a. kandang
b. NPK
c. Urea
38
d.
e.
f.
3. Obat-obatan
(jika ada)
a.
b.
c.
4. Kapur
(jika ada)
1. Captan
2. Dolomit
3.
5. Sewa lahan
6. Pajak PBB
7. Biaya lain-lain :
a. irigasi
b. iuran keluarga tani
c. ongkos angkut
d. biaya penyimpanan
8. Bunga kredit
9. Bagi hasil
10. Produksi
A. Jumlah hasil panen
Keterangan Jumlah fisik (Kg) Harga per Kg
Panen 1
Panen 2
Panen 3
B. Penggunaan hasil produksi
Jenis tanaman Konsumsi (Kg) Dijual (Kg) Benih (Kg) Lain-lain
39
Keterangan Musim tanam
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Produksi
(Kg)
Harga
40
41