Anda di halaman 1dari 49

USULAN PENELITIAN

ANALISIS KEUNTUNGAN DAN RENTABILITAS USAHATANI KOPI


ARABIKA (Coffea arabica) DI UPH (UNIT PENGOLAHAN HASIL) FA
MASA DI DESA BEIWALI, KECAMATAN BAJAWA, KABUPATEN
NGADA

oleh:
YUSTINUS K. LEBA
NIM.1704020046

KEMENTRIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS NUSA CENDANA
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
KUPANG
2021
USULAN PENELITIAN

ANALISIS KEUNTUNGAN DAN RENTABILITAS USAHATANI KOPI


ARABIKA (Coffea arabica) DI UPH (UNIT PENGOLAHAN HASIL) FA
MASA DI DESA BEIWALI, KECAMATAN BAJAWA, KABUPATEN
NGADA

oleh:
YUSTINUS K. LEBA
NIM.1704020046

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Melaksanakan


Penelitian
pada Pendidikan Strata Satu Fakultas Pertanian
Universitas Nusa Cendana

KEMENTRIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS NUSA CENDANA
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
KUPANG
2021

i
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : ANALISIS KEUNTUNGAN DAN RENTABILITAS


USAHATANI KOPI ARABIKA (coffea arabica) DI
UPH (UNIT PENGOLAHAN HASIL) FA MASA DI
DESA BEIWALI, KECAMATAN BAJAWA,
KABUPATEN NGADA

NAMA : YUSTINUS KRISANTIAN LEBA

NIM : 1704020046

PROGRAM STUDI : AGRIBISNIS

MINAT : EKONOMI PERTANIAN

Disetujui oleh:

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Dr. Ir. Mustafa Abdurrahman, MP Ir. I Nyoman Sirma, MP


NIP. 19611225 198803 1 001 NIP. 19570214 198702 1 001

Dekan Fakultas Pertanian Ketua Prodi Agribisnis

Ir. Damianus Adar, M.Ec Ir. Lika Bernadina, M.Sc. Agr


NIP. 19650113 199103 1 002 NIP.19620223 198601 2 001

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,

karena hanya atas penyertaan, bimbingan, berkat dan kasih-Nya penulis dapat

menyelesaikan penulisan proposal penelitian dengan baik.

Penulis menyadari bahwa bahwa selama penyusunan proposal penelitian

ini banyak mendapat bimbingan, dukungan dan motivasi dari berbagai pihak.

Untuk itu dari lubuk hati yang paling dalam, penulis mengucapkan limpah terima

kasih kepada :

1. Allah Tri Tunggal Maha Kudus bersama Bunda Maria yang adalah sumber

segala rahmat, kehidupan dan pengetahuan.

2. Bapak Prof. Ir. Fredik L. Benu, M.Si.Phd, selaku Rektor Universitas Nusa

Cendana Kupang atas bantuan akademis.

3. Bapak Dr. Ir. Damianus Adar, M.Ec selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Nusa Cendana Kupang atas bantuan akademisnya.

4. Ibu Ir. Lika Bernadina, M, Sc,Agr selaku Ketua Program Studi Agribisnis,

Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana. Terima Kasih telah dengan

penuh ketulusan meluangkan waktu membimbing menuntun dengan setia

dan sabar, serta memberikan motivasi dan wawasan yang sangat berarti

kepada penulis dalam menyelesaikan proposal ini.

5. Bapak Dr.Ir.Mustafa Abdurrahman, MP dan Bapak Ir. I Nyoman Sirma,

MP sebagai Dosen Pembimbing Utama dan Dosen Pembimbing Anggota

yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk

iii
mengarahkan dan membimbing penulis dalam menyelesaikan proposal

penelitian ini.

6. Ibu Dra. Sondang S.P.Pudjiastuti, MM selaku Dosen Penguji yang juga

banyak memberi waktu dan arahan dalam penulisan proposal penelitian.

7. Bapak, Mama, serta kakak adik atas semua cinta dan pengorbanan yang

telah diberikan kepada penulis.

8. Teman – teman Agribisnis 4 Angkatan 2017 dan Squad Nene Moyang

yang telah memberikan penguatan dan doa bagi penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal penelitian ini masih

jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharap kritikan dan saran

yang membangun dari berbagai pihak. Akhir kata, penulis berharap proposal

penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Kupang,20 Juli 2021

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii

KATA PENGANTAR..........................................................................................iii

DAFTAR ISI...........................................................................................................v

DAFTAR TABEL...............................................................................................viii

DAFTAR GAMBAR.........................................................................................viiii

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1

1.1. Latar Belakang............................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................6

1.3. Tujuan Penelitian........................................................................................6

1.4. Manfaat Penelitian......................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................7

2.1 Penelitian Terdahulu....................................................................................7

2.2 Dasar Teori.................................................................................................11

2.2.1 Tinjauan Umum Tentang Kopi..........................................................11

2.2.2 Taksonomi Tanaman Kopi.................................................................12

2.2.3 Teknik Budidaya Tanaman Kopi.......................................................12

2.3 Pengertian Usaha tani..............................................................................122

2.4 Faktor Produksi Usahatani.....................................................................163

v
2.5 Pengolahan...............................................................................................164

2.6 Biaya Produksi Dan Keuntungan............................................................196

2.6.1 Biaya Produksi....................................................................................196

2.6.2 Keuntungan...........................................................................................19

2.7 Analisis Ekonomi........................................................................................19

2.8 Rentabilitas.................................................................................................20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN..........................................................22

3.1 Kerangka Berpikir.....................................................................................22

3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian..................................................................26

3.3 Metode Penentuan Lokasi.........................................................................26

3.4 Teknik Penentuan Sampel.........................................................................26

3.5 Jenis dan Sumber Data..............................................................................27

3.5.1 Jenis Data.............................................................................................27

3.5.2 Sumber Data.........................................................................................27

3.6 Variabel dan Cara Pengambilan Data………………………...………..28

3.6.1 Variabel................................................................................................28

3.6.2 Cara Pengambilan Data......................................................................30

3.7 Analisis Data...............................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................33

LAMPIRAN .........................................................................................................35

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Luas areal perkebunan kopi di Indonesia Tahun 20112020 ........35

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir .........................................................................24

viii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang berarti negara yang mengandalkan

sektor pertanian sebagai mata pencaharian maupun sebagai penopang pembangunan. Sektor

pertanian merupakan penopang perekonomian di Indonesia karena pertanian membentuk

proporsi yang sangat besar dan memberikan sumbangan untuk kas pemerintah. Hal ini

kemudian menjadikan sektor pertanian sebagai pasar yang potensial bagi produk-produk

dalam negeri baik untuk barang produksi maupun untuk barang konsumsi, terutama produk

yang dihasilkan oleh sub sektor tanaman pangan. Sektor pertanian dalam beberapa tahun

terakhir terus mengalami peningkatan.

Nilai produk domestik bruto (PDB) sektor pertanian berdasarkan harga konstan 2010

(BPS) pada tahun 2015 tercatat sebesar Rp906 triliun. Peningkatan sebesar 10,87% berhasil

dicapai pada tahun 2018, di mana PDB sektor pertanian tercatat sebesar Rp1.005 triliun.

Sedangkan, untuk triwulan kedua 2019, pertumbuhan year-on-year dibandingkan dengan

periode yang sama tahun 2018 berhasil tumbuh sebesar 5,41%. Kontribusi terbesar dari PDB

pertanian 2018 diberikan oleh subsektor tanaman perkebunan (teh, tebu, kakao, kopi, karet,

dan lainnya) sebesar 38,54% dan diikuti tanaman pangan (padi, jagung, kedelai, kacang-

kacangan, dan umbi-umbian) sebesar 29,66%.

Sektor pertanian kembali mencatatkan pertumbuhan positif pada kuartal IV 2020.

Pertanian menjadi satu-satunya sektor lapangan usaha yang sejak awal pandemi tidak

mengalami pertumbuhan negatif. Secara tahunan (year on year/yoy) sektor pertanian tumbuh

2,59 persen pada kuartal IV 2020. Terdapat tren kenaikan sejak kuartal I 2020. Secara

1
berurut, kuartal I sebesar 0,01 persen, lalu naik menjadi 2,20 persen, kemudian turun tipis

menjadi 2,16 persen pada kuartal III.

(Sumber: https://www.republika.co.id/berita/qo1jza383/lagi-sektor-pertanian-tumbuh-positif-
di-pengujung-2020)

Luas Areal perkebunan kopi Indonesia saat ini mencapai 1,2 juta ha. Dari luas areal

tersebut 96% merupakan lahan perkebunan kopi rakyat dan sisanya 4% milik perkebunan

swasta dan pemerintah (PTPN). Luas areal perkebunan kopi dari Tahun ke Tahun semenjak

Tahun 1960 terus menunjukkan peningkatan khususnya pada perkebunan kopi rakyat.

Pada tabel di lampiran 1 diketahui bahwa dari ketiga pengusahaan kopi di Indonesia

perkebunan rakyat (PR) memiliki luas area perkebunan kopi yang lebih besar dibandingkan

dengan perkebunan besar negeri (PBN) dan perkebunan besar swasta (PBS). Kopi memiliki

nilai ekonomis cukup tinggi diantara tanaman perkebunan lainnya dan komoditas ekspor

yang potensial bagi Indonesia

Kopi adalah salah satu jenis tanaman perkebunan yang banyak dijumpai di Indonesia,

seperti di daerah Aceh, Gayo, Jawa, Papua dan Flores. Karakter kopi di Indonesia ditentukan

dari tempat asalnya. Lingkungan tempat tumbuh akan berpengaruh pada aroma dan rasanya.

Di Indonesia banyak daerah yang memproduksi kopi Arabica dan kopi jenis ini diproduksi di

seluruh dunia mencapai 70 persen dari seluruh jenis kopi. Kopi Arabica memiliki kualitas

superior karena idealnya tumbuh pada ketinggian di atas 1000 meter di atas permukaan laut.

Sedangkan di bawah ketinggian 1000 meter, Arabica tidak bisa tumbuh dengan baik.

Indonesia diuntungkan dengan banyaknya dataran tinggi dan berada di daerah tropis,

sehingga kopi Arabica dapat tumbuh di atas tanah gunung berapi yang subur.

Adapun kopi Robusta yang tumbuh di bawah ketinggian 1000 meter di atas

permukaan laut. Namun cita rasa kopi Robusta tak bisa menandingi Arabica. Kadar kafeinnya

pun lebih tinggi. Jika Arabica mengandung 1% kafein, maka Robusta mengandung 2% kafein

2
untuk setiap berat yang sama. Indonesia memiliki berbagai jenis kopi Arabica dan Robusta,

misalnya kopi Arabica Sumatra Lintong, Mandailing, Aceh Gayo, kopi Luwak, Toraja,

hingga Arabica Java. Secara umum kualitas kopi dari suatu wilayah memang mirip, dan tidak

jauh berbeda bila dibandingkan dengan biji dari wilayah lain. Akan tetapi ketika biji kopi

dibakar dan mengeluarkan aromanya, barulah terasa perbedaan dan identitas diri biji kopi

berdasarkan wilayahnya. Sehingga rasa kopinya pun akan berbeda sesuai dengan

karakteristik daerah asalnya. Dan kebanyakan kopi di Indonesia memiliki aroma tanah yang

baru tersiram air hujan, tetapi ada juga yang harum herbal atau jamu. Perbedaan karakter kopi

tersebut menunjukan kopi sebagai produk yang sangat sensitif terhadap lingkungan tempat

tumbuhnya. Apa saja yang ditanam di sekitar tumbuhan kopi bisa mempengaruhi aromanya.

Kualitas biji kopi pun menentukan rasa sajian kopi yang dihasilkan.

Manfaat Kopi

1. Mengurangi resiko terkena diabetes tipe 2

2. Melawan kanker

3. Menurunkan resiko demensi (pikun)

4. Melindungi tubuh dari penyakit parkinson

5. Mencegah depresi

(Sumber: https://doktersehat.com/author/ )

Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu Provinsi penghasil kopi yang

masih tergolong rendah dibandingkan dengan beberapa wilayah di Indonesia dengan luas

lahan perkebunan kopi sebesar 73.632 ha dan hasil produksi sebesar 24.122 ton. Kabupaten

Ngada menjadi salah satu daerah penghasil kopi di NTT yang pengusahaannya tersebar di

beberapa Kecamatan. Luas areal kopi di Kabupaten Ngada mencapai 6.162 ha dan jumlah

produksi 2.194 ton dengan rerata produksi sebesar 649 kg/ha pada akhir Tahun 2018.

Kecamatan Bajawa menjadi salah satu daerah yang cocok untuk pertumbuhan tanaman kopi

3
karena ketinggian1.200–1.550 mdpl yang menjadi syarat tumbuh optimal untuk tanaman

kopi. Selain kopi adapun tanaman perkebunan lainya yang tersebar di Kabupaten Ngada

diantaranya jambu mete seluas 6.232 ha, kelapa seluas 4.290 ha, kemiri 2.512 ha, kakao 960

ha serta kapuk, cengkeh, pinang, dan vanili (Statistik Pertanian Kabupaten Ngada, 2019).

Kopi Flores Bajawa berasal dari daratan Flores, yang bergelombang, banyak gunung

berapi aktif dan tidak aktif. Abu dari gunung berapi inilah yang menciptakan tanah andosols

yang subur dan ideal untuk pertumbuhan kopi organik. Tumbuh pada ketinggian 1.200-1.800

mdpl di lereng bukit dan ditanam dibawah naungan pepohonan. Kopi Flores memiliki rasa

yang cukup abadi dengan yang lainnya. Aroma yang cukup bertahan lama, sehingga kopi ini

banyak diincar oleh penikmat kopi di tanah air. Seperti kopi daerah Indonesia Timur pada

umumnya, kopi Flores memiliki cita rasa yang kuat atau strong. Selain itu, kopi Flores juga

memiliki harum yang kuat. Hal ini membuat kopi Flores Bajawa memiliki harga yang lebih

mahal dari kopi di daerah lain.

Kini kopi Flores telah diekspor hampir keseluruh dunia. Ekspor paling banyak ke

Amerika. Warga Amerika dan Eropa sangat menyukai citarasa kopi yang kuat. Tahun ini

permintaan Ekspor kopi Flores Bajawa ke Amerika mencapai 1000 ton, namun kita baru bisa

memenuhi ekspor sebanyak 300 ton saja. Tidak hanya Amerika, kopi Flores juga diburu oleh

Eropa, namun kita belum bisa memenuhi seluruh permintaan mereka karena memang jumlah

nya masih sangat terbatas. Beberapa waktu yang lalu pemerintah Indonesia juga telah

menetapkan Indikasi Geografis (IG) untuk daerah Bajawa. Hal ini membuat kopi Bajawa

layak disebut sebagai kopi single origin. Kopi single origin memiliki harga jual yang lebih

tinggi dibandingkan kopi yang berasal dari banyak daerah dan dicampur lalu dijual ke

pasaran.

Kopi Flores Bajawa menjadi salah satu kopi terbaik Indonesia yang harus anda cicipi.

Kami dari JPW Coffee menjual kopi Flores Bajawa Specialty Grade. Kami hanya menjual

4
kopi special dengan defect dibawah 4%, yang artinya kopi yang kami jual berisi biji kopi

terbaik tanpa cacat. Cacat dalam biji kopi bisa seperti biji berlubang, biji hitam, biji pecah,

terdapat kotoran-kotoran, dan lain lain.

( Sumber : http://www.specialtycoffee.co.id/kopi-flores-bajawa/ )

Hal inilah yang mendorong banyak masyarakat di Kabupaten Ngada, khususnya

petani-petani di desa-desa di Kecamatan Bajawa untuk memilih usaha tani kopi sebagai mata

pencaharian utama dan ada juga yang menjadikan usaha tani kopi sebagai usaha sampingan

bagi para pegawai negeri sipil (PNS). Maka dari itu,munculah banyak tempat pengolahan

kopi mentah atau yang biasa disebut di Bajawa UPH (Unit Pengolahan Hasil). UPH ini

biasanya menerima kopi-kopi mentah dari petani di desa-desa (ada juga yang pergi langsung

ke kebun untuk langsung mengambilnya dari petani-petani). Harga yang ditawarkan oleh

UPH ialah Rp 5.000,00/kg untuk kopi mentah. kopi mentah tersebut kemudian diolah lebih

lanjut untuk selanjutnya dijadikan kopi bubuk berkualitas dan siap dipasarkan dengan harga

yang lebih besar.

Tahun 2005, untuk pertama kali di Ngada dibentuk Unit Pengolahan Hasil (UPH)

kopi bernama UPH Kopi Arabika Flores Bajawa (AFB) Fa Masa. Di sini Vinsensius pun

menjadi ketua. PPKKI lalu melakukan uji laboratorium. Hasilnya, mutu fisik kopi UPH AFB

Fa Masa berkategori mutu 1 dan diminati pembeli dari Amerika Serikat (AS). Jadilah tujuh

ton kopi UPH AFB Fa Masa diekspor ke AS. Jumlah ekspor itu masih jauh dari permintaan

AS sebanyak 1.000 ton per tahun. PPKKI lalu merekomendasikan dibentuknya lebih banyak

UPH. Maka, tahun 2011 terbentuk 14 UPH kopi. Sampai tahun 2011, ekspor kopi ke AS rata-

rata baru terpenuhi sekitar 300 ton per tahun.

( Sumber: Berita Kopi, https://kopiarabikabajawa.wordpress.com )

Sehubungan dengan hal tersebut diatas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang Analisis Keuntungan dan Rentabilitas Usaha tani Kopi Arabika (Coffea

5
arabica) di UPH (Unit Pengolahan Hasil) Fa Masa di Desa Beiwali, Kecamatan Bajawa,

Kabupaten Ngada.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka dapat dirumuskan bahwa:

1. Berapa besar tingkat keuntungan yang didapatkan oleh kelompok tani UPH Fa Masa

di Desa Beiwali, Kecamatan Bajawa, Kabupaten Ngaada ?

2. Berapa besar rentabilitas yang didapatkan oleh kelompok tani UPH Fa Masa di Desa

Beiwali, Kecamatan Bajawa, Kabupaten Ngada?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui besar keuntungan dari usahatani kopi di UPH Fa Masa di Desa Beiwali,

Kecamatan Bajawa.

2. Mengetahui besar rentabilitas dari usahatani kopi di UPH Fa Masa di Desa Beiwali,

Kecamatan Bajawa, Kabupaten Ngada.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:

1. Bagi para pelaku usaha tani kopi dalam upaya pengembangan usaha tani kopi di

Kabupaten Ngada terutama di Kecamatan Bajawa.

2. Bagi pemerintah agar lebih memperhatikan UKM seperti UPH Fa Masa ini sehingga

keberlangsungan usaha tani kopi ini dapat berjalan terus.

3. Bagi peneliti lain, untuk menambah khasan ilmu pengetahuan dan penelitian lanjutan.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Pramudya et al (2019) melakukan penelitian tentang “Analisis Rentabilitas Kopi

Bubuk UD. Cap Gentong Mas Di Kecamatan Curup Tengah Kabupaten Rejang Lebong”.

Hasil dari penelitian, biaya produksi yang dikeluarkan UD Cap Gentong Mas sebesar Rp

259.487.072,-/tahun. Nilai produksi dari usaha ini sebesar Rp 320.000.000,-/tahun dengan

produksi sebanyak 8100 kg/tahun. Harga jual sebesar Rp 40.000,-/kg. Laba yang diperoleh

adalah Rp 64.512.928,-/tahun. Nilai rentabilitas dari perbandingan laba dan modal sebesar

24,86 persen. Dapat diartikan usaha tersebut mendapatkan keuntungan yang jauh lebih besar

dari tingkat suku bunga yang berlaku yaitu 18 persen per tahun.

Ella et al (2018) melakukan penelitian tentang “Analisis Keuntungan dan Efisiensi

Penggunaan Biaya Usaha tani Kopi Rakyat Robusta di Kecamatan Sumber Wringin

Kabupaten Bondowoso”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha tani kopi di Kecamatan

Sumber Wringin, Kabupaten Bondowoso menguntungkan dengan rata-rata keuntungan per

hektar sebesar Rp 5.184.611,-. Jika dilihat berdasarkan skala luas lahan, maka rata-rata

keuntungan petani lahan luas Rp 6.007.040,-. lebih besar daripada petani lahan sempit Rp

4.362.183,-, Faktor-faktor keuntungan yang berpengaruh secara signifikan terhadap

keuntungan usaha tani kopi yaitu produktivitas, luas lahan, jumlah tanaman dan biaya

produksi. Umur tanaman berpengaruh tidak signifikan terhadap keuntungan usaha tani kopi.

Penggunaan biaya produksi pada usaha tani kopi sudah efisien, dengan R/C sebesar 1,85.

Sementara dilihat dari strata luas lahan, petani lahan luas sebesar 2,06 lebih efisien

dibandingkan petani lahan sempit sebesar 1,63.

7
Nur et al (2017) dalam penelitiannya tentang “Analisis Usaha tani Kopi di Kelompok

Tani Hutan Giri Senang Desa Giri Mekar Kabupaten Bandung”. Hasil penelitian ini

menyimpulkan bahwa hasil pendapatan usaha tani petani kopi yaitu sebesar

Rp 5.816.640,-/hektar/tahun dengan keuntungan sebesar Rp 2.770.612 per tahun dan

berdasarkan hasil perhitungan r/c rasio yaitu 1,9 layak untuk diusahakan.

Ona et al (2019) dalam penelitian tentang ” Rentabilitas Usaha tani Jagung di Desa

Oenenu Kecamatan Bikomi Tengah Kabupaten Timor Tengah Utara”. Analisis keuntungan

diperoleh dari selisih antara jumlah penerima dan biaya produksi. Sedangkan rentabilitas

modal sendiri diperoleh dari perbandingan antara laba bersih dengan modal sendiri. Hasil

penelitian menunjukkan (1). Rerata penerimaan dari usaha tani jagung adalahRp

3.178.970,59 dengan rerata biaya produksi sebesar Rp 480.147,05 sehingga rerata

keuntungan yang diperoleh petani adalah sebesar Rp 2.698.823,53. (2) Rentabilitas atas

modal sendiri dalam penelitian adalah 55,60% per musim tanam. Artinya bahwa dengan

menggunakan modal sendiri akan memberikan keuntungan sebesar 55,60 %. Dengan

demikian usaha tani jagung di Desa Oenenu adalah efisien dan layak untuk diusahakan.

Katarina Ngadha (2019) dalam penelitiannya tentang “ Persepsi Petani Terhadap

Peranan Kelompok Tani Fa Masa Dalam Usaha tani Kopi Di Desa Beiwali Kecamatan

Bajawa Kabupaten Ngada “, meyimpulkan bahwa karakteristik umur responden tergolong

usia produktif sebesar 64 %, pendidikan yang dimiliki rata-rata SD, jumlah tanggungan

keluarga rata-rata sebanyak 5 orang, status lahan yang diusahakan 100% milik sendiri dengan

luas rata-rata 1,1 Ha, dan rata-rata pengalaman berusaha tani yang dimiliki petani 23 tahun.

Persepsi petani kopi terhadap peranan Kelompok Tani Fa Masa di Desa Beiwali tergolong

sangat baik dengan pencapaian skor maksimum 88,75 %. Faktor sosial ekonomi petani yang

berhubungan nyata dengan persepsinya terhadap peran Kelompok Tani Fa Masa dalam usaha

tani kopi adalah tingkat pendidikan formal dan pengalaman berusaha tani, sedangkan faktor

8
umur, jumlah tanggungan keluarga dan luas lahan tidak mempunyai hubungan yang nyata

dengan persepsi petani terhadap peranan Kelompok Tani Fa Masa dalam usaha tani kopi.

Penelitian Volan (2013) tentang “ Analisis Keuntungan Usaha tani Tomat Di

Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango”. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

Februari sampai bulan April. Metode yang digunakan adalah metode survey. Data yang

dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Penentuan sampel petani menggunakan

metode sensus, sehingga sampel adalah 30 orang petani. Analisis yang digunakan adalah

análisis deskriptif, analisis pendapatan usaha tani dan R/C Ratio. Hasil penelitian

menunjukan (1). Biaya usaha tani terdiri dari, biaya tetap (pajak lahan Rp 30.433,33,

penyusutan alat Rp 136.386, tenaga kerja dalam keluarga Rp 16.877.783, biaya variabel

(benih Rp 1.330.000,00, pupuk Rp 438.933,33, obat-obatan Rp 349.333,33, upah panen Rp.

4.150.000,00, tenaga kerja luar keluarga Rp. 212 750, ajir Rp. 1.173.333,33 sehingga total

biaya usaha tani adalah biaya tetap Rp 17.044.602,33 dan biaya variabel Rp 7.441.599,99 (2).

Pendapatan usaha tani adalah Rp 18.367.714,35 dan berdasarkan nilai R/C Ratio = 1,74

sehingga usaha tani tomat menguntungkan dan layak untuk dikembangkan.

Winantara (2014) dalam penelitiannya tentang “ Analisis Kelayakan Usaha Kopi

Luwak Di Bali “, menyimpulkan pebisnis kopi luwak di Bali belum dapat memenuhi

permintaan yang datang dari konsumen. Berdasarkan keterangan dari beberapa pengusaha

kopi luwak di Bali, peningkatan permintaan mencapai 20%-25% per tahun, namun

kemampuan supply masih terbatas. Sehingga perlu dilakukan analisis kelayakan usaha kopi

luwak. Hasil dari analisis ditinjau dari aspek pasar yakni usaha kopi luwak memiliki peluang

pasar yang positif di Bali. Aspek teknis, kapasitas produksi sesuai target penjualan dengan

fasilitas yang mendukung usaha. Aspek MSDM, memiliki struktur organisasi dengan tenaga

kerja yang cukup. Aspek legal dan lingkungan, usaha kopi luwak legal dan memenuhi

perizinan yang berlaku serta terdapat penanggulangan terhadap dampak lingkungan yang

9
ditimbulkan. Aspek finansial, payback period 3 tahun 5 bulan, Net Present Value positif

Rp363.970.733,-, serta Internal Rate of Return lebih besar dari MARR yaitu 21%.

Penelitian Winarsih (2015) tentang “ Analisis Rentabilitas Ekonomi Usaha tani

Jagung (Zea mays) Di Desa Kaliori Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas “.

Data diambil dari petani responden yang dipilih secara simple random sampling sebanyak

20% dari total populasi yang ada. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan

membandingkan antara laba yang diperoleh dengan modal yang dikeluarkan untuk

mengetahui tingkat rentabilitas ekonominya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata

rentabilitas ekonomi usaha tani jagung dari petani responden adalah sebesar 2,35.

Penelitian Sulistyo (2021) tentang “ Analisis Keuntungan Dan Rentabilitas Usaha

Selada Hidroponik Di Azzahra Hidroponik Kota Tarakan “. Tujuan penelitian ini adalah

untuk menganalisis keuntungan dan rentabilitas usaha selada hidroponik di Azzahra

Hidroponik Kelurahan Juata Laut Kota Tarakan. Penelitian ini dilaksanakan di Azzahra

Hidroponik. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dalam hal ini

adalah pemilik usaha. Analisis yang digunakan yaitu analisis keuntungan dan analisis

rentabilitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha dilakukan pada

lahan screenhouse seluas 2x5 meter dengan siklus produksi selada hidroponik dilakukan

selama 45 hari dan memperoleh keuntungan sebesar Rp 360.152 dalam satu kali produksi.

Rentabilitas keuntungan yang didapatkan oleh Azzahra Hidroponik dalam satu kali produksi

yaitu sebesar 69,95% yang artinya setiap modal yang dikeluarkan sebesar Rp. 514.848 akan

menghasilkan keuntungan sebesar 69,95%. Hal ini dapat dikatakan bahwa Azzahra

Hidroponik telah mampu memanfaatkan modal sendiri secara efisien.

Berdasarkan pada penelitian terdahulu diatas, bahwa belum ada judul penelitian

sebelumnya yang sama persis dengan penelitian yang penulis susun. Dengan kata lain, dalam

10
tinjuan pustaka ini bahwa permasalahan yang akan diteliti belum terjawab dan belum

terpecahkan pada penelitian atau tulisan ilmiah sebelumnya.

2.2 Dasar Teori

2.2.1 Tinjauan Umum Tentang Kopi

Kopi adalah minuman hasil seduhan biji kopi yang telah disangrai dan dihaluskan

menjadi bubuk. Kopi merupakan salah satu komoditas di dunia yang dibudidayakan lebih

dari 50 negara. Dua spesies pohon kopi yang dikenal secara umum yaitu Kopi Robusta

(Coffea canephora) dan Kopi Arabika (Coffea arabica).

Sejarah mencatat bahwa penemuan kopi sebagai minuman berkhasiat dan

berenergi pertama kali ditemukan oleh Bangsa Etiopia di benua Afrika sekitar 3000 tahun

(1000 SM) yang lalu. Kopi kemudian terus berkembang hingga saat ini menjadi salah satu

minuman paling populer di dunia yang dikonsumsi oleh berbagai kalangan masyarakat.

Indonesia sendiri telah mampu memproduksi lebih dari 400 ribu ton kopi per tahunnya.

Disamping rasa dan aromanya yang menarik, kopi juga dapat menurunkan risiko terkena

penyakit kanker, diabetes, batu empedu, dan berbagai penyakit jantung (kardiovaskuler).

(Wikipedia, 2021).

Pemrosesan kopi sebelum dapat diminum melalui proses panjang yaitu dari

pemanenan biji kopi yang telah matang baik dengan cara mesin maupun dengan tangan

kemudian dilakukan pemrosesan biji kopi dan pengeringan sebelum menjadi kopi gelondong.

Proses selanjutnya yaitu penyangraian dengan tingkat derajat yang bervariasi. Setelah

penyangraian, biji kopi digiling atau dihaluskan menjadi bubuk kopi sebelum kopi dapat

diminum.

11
2.2.2 Taksonomi Tanaman Kopi

Kingdom: Plantea

Divisi: Magnoliophyta

Kelas: Magnoliopsida

Ordo: Gentianacea

Famili: Rubiaceae

Genus : Coffea

Spesies: Coffea Arabica

(sumber: https://klasifikasitanaman.blogspot.com/2013/05/klasifikasi-tanaman-kopi-
arabika.html)

2.2.3 Teknik Budidaya Tanaman Kopi

Kopi merupakan tanaman tahunan yang bisa mencapai umur produktif selama 20

tahun. Untuk memulai usaha budidaya kopi, pilihlah jenis tanaman kopi dengan

cermat. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan budidaya kopi diantranya jenis

tanaman, teknik budidaya, penanganan pasca panen dan pemasaran produk akhir.

1. Pemilihan jenis dan varietas

2. Penyiapan bibit budidaya kopi

3. Penanaman bibit kopi

4. Pemupukan

5. Hama dan penyakit

6. Panen dan pasca panen

2.3 Pengertian Usahatani

Menurut Soekartawi (1986 usahatani adalah organisasi yang pelaksanaan berdiri

sendiri dan sengaja diusahakan oleh seseorang atau sekumpulan orang, segolong sosial baik

yang terikat geneologis, politis maupun teritorial sebagai pengolahannya. Menurut Soeharjo

12
dan Patong (1973) usahatani adalah proses pengorganisasian faktor-faktor produksi yaitu

alam, tenaga kerja, modal dan pengolahan yang diusahakan oleh perorangan atau sekumpulan

orang untuk menghasilkan output yang memenuhi kebutuhan keluarga ataupun orang lain di

samping motif mencari keuntungan. Usahatani dapat dikatakan berhasil bila memenuhi

syarat–syarat sebagai berikut:

a) Usahatani harus menghasilkan cukup produksi untuk membayar biaya semua alat-alat

yang diperlukan.

b) Usahatani harus dapat menghasilkan produksi yang dapat dipergunakan dalam

usahatani tersebut.

c) Usahatani harus dapat meningkatkan upah tenaga kerja petani dan keluarganyayang

dipergunakan dalam usahatani secara layak.

d) Ushatani yang bersangkutan harus paling sedikit berada dalam keadaan seperti

semula, jadi harus dapat memelihara diri sendiri.

e) Usahatani harus dapat pula membayar tenaga kerja petani sebagai manajer yang harus

mengambil keputusan mengenai apa yang harus dijalankan, bilamana,dimana dan

bagaimana.

Dalam mengelola usahatani untuk meningkatkan produksi , petani harus mampu

mengkombinasikan beberapa faktor produksi seoptimal mungkin, sehingga dengan demikian

dapat meningkatkan produksi dan penerimaan serta sekaligus dapat meningkatkan taraf hidup

petani untuk sendiri dan keluarga.

2.4 Faktor Prtoduksi Usahatani

Faktor produksi usahatani adalah semua masukan atau korbanan yang diberikan pada

tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Faktor

produksi dikenal pula dengan istilah input, production factor dan korbanan produksi. Faktor

produksi memang sangat menentukan besar kecilnya produksi yang diperoleh. Faktor

13
produksi lahan, modal untuk membeli bibit, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja dan aspek

manajemen adalah faktor produksi yang terpenting. Hubungan antara faktor produksi (input)

dan produksi (output) biasanya disebut dengan fungsi produksi atau factor relationship.

Faktor produksi terdiri dari empat komponen, yaitu tanah, modal, tenaga kerja, dan

skill atau manajemen (pengelolaan). Masing-masing faktor mempunyai fungsi yang berbeda

dan saling terkait satu sama lain. Kalau salah satu faktor tidak tersedia maka proses produksi

tidak akan berjalan, terutama tiga faktor terdahulu, seperti tanah, modal, dan tenaga kerja.

(Sumber: https://idtesis.com/faktor-produksi-usaha-tani/)

2.5 Pengolahan

Kata pengelolaan dapat disamakan dengan manajemen, yang berarti pula pengaturan

atau pengurusan (Suharsimi Arikunto,1993: 31). Banyak orang yang mengartikan manajemen

sebagai pengaturan, pengelolaan, dan pengadministrasian, dan memang itulah pengertian

yang populer saat ini. Pengelolaan diartikan sebagai suatu rangkaian pekerjaan atau usaha

yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk melakukan serangkaian kerja dalam mencapai

tujan tertentu.

Kopi merupakan biji-bijian yang umum dikonsumsi masyarakat yang biasanya dalam

bentuk minuman untuk sekedar menghilangkan kantuk. Untuk mendapatkan produk olahan

kopi yang baik maka harus didukung dengan mutu bahan baku yang sesuai. Berdasarkan cara

kerjanya pengolahan kopi dibagi dalam dua jenis yaitu pengolahan dengan metode basah

(wet process) dan pengolahan dengan metode kering (dry process) (Bonita et al., 2007).

Dalam pengolahan pasca panen kopi dengan metode basah berkaitan erat dengan persortiran,

fermentasi, pengeringan, serta pengemasan. Berbeda halnya dengan pengolahan metode

kering tidak mewajibkan kopi untuk di fermentasi atau disortir terlebih dahulu. Pengolahan

basah lebih biasa digunakan pada kopi arabika sedangkan metode kering pada kopi robusta.

14
Pengolahan secara basah rata-rata menghasilkan mutu biji kopi yang baik sehingga

dihargai lebih mahal namum menghilangkan cita rasa alami kopi karena peranan air serta

memakan lebih banyak biaya seperti mesin pengupas kopi, bak fermentasi, instalasi

pencucian serta instalasi pengeringan. Metode pengolahan kopi secara basah meliputi

1. Pengupasan Kulit Buah

Sebelum dikupas biji kopi dipisahkan berdasarkan ukuran, tingkat kematangan,

serta cacat buah. Biji kopi dipisahkan lagi dengan mesin pengupas kulit buah

(pulper). Air dialirkan kedalam silinder bersamaan dengan buah yang akan dikupas.

Selanjutnya biji kopi dimasukan dalam bak-bak yang disediakan untuk fermentasi.

2. Fermentasi dan Pencucian

Tujuan biji kopi difermentasi adalah untuk menghilangkan lapisan lendir yang ada

pada permukaan kulit tanduk, mengurangi rasa pahit dan membentuk kesan “Mild”

pada cita rasa kopi seduhan. Fermentasi dilakukan dengan menyimpan biji kopi

pada wadah fermentasi sekitar 12-36 jam sesuai permintaan pasar. Setelah

fermentasi selesai biji kopi dibilas dan dicuci menggunakan air bersih. Fermentasi

berhasil apabila diraba terasa kesat dan sisa lendir yang ada pada biji telah hilang.

3. Pengeringan Awal

Pengeringan awal bertujuan untuk mengurangi kadar air kopi HS yang semula 60-

65% menjadi 12,5%. Penjemuran dilakukan diatas lantai jemur atau menggunakan

saringan penjemur. Untuk ukuran lantai penjemur kurang lebih 5-7o dengan sudut

pertemuan di bagian tengah lantai. Ketebalan hamparan kopi HS 6-10 cm lapisan

biji. Pembalikan dilakukan setiap jam pada waktu kopi masih basah.

4. Pengupasan Kulit Tanduk/Cangkak (Dehulling)

Pengupasan kulit tanduk/cangkak pada saat kondisi biji kopi masih basah dilakukan

dengan menggunakan huller yang didesain khusus. Agar kulit dapat dikupas kondisi

15
kulit harus cukup kering walaupun biji kopi masih basah.Jika sudah bermalam maka

kopi HS harus dijemu kembali sesaat samapai kulit cukup kering kembali.

5. Pengeringan Akhir

Pengeringan tahap kedua yaitu dengan menggunakan mesin pengering. Biji kopi

yang sudah dijemur hingga kadar air 20-25% perlu dikeringkan lagi hingga kadar

air menjadi 12,5%. Jika pengeringan menggunkan mesin pengering diperlukan

waktu selama 24-36 jam dengan suhu 45-50oC. pengeringan mekanis juga dapat

dilakukan dari kadar air 65% terutama jika memang cahaya matahari tidak

memungkinkan untuk melakukan penjemuran. Dengan menjalakan mesin pengering

dengan kadar air tersebut membutuhkan waktu hingga 48-54%.

Sebuah barang atau jasa akan memiliki harga yang lebih jika mempunyai manfaat

yang lebih. Oleh karena itu pengolahan berperan penting untuk dapat meningkatkan nilai

tambah suatu produk. Jika Dibandingkan dengan produk segar produk olahan dapat

meningkatkan nilai tambah yang lebih besar serta harga yang wajar, sehingga dapat

meningkatkan kesejateraan serta pendapatan petani maupun industri pengolahan.

2.6 Biaya Produksi dan Keuntungan

2.6.1 Biaya Produksi

1. Pengertian Biaya Produksi

Pengertian Biaya produksi yakni biaya-biaya yang berhubungan langsung dengan

produksi dari suatu produk dan akan dipertemukan dengan penghasilan (revenue) di periode

mana produk itu di jual (Abdul Halim, 1988:5). Berikut ini beberapa definisi biaya produksi

dari berbagai sumber:

 Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku

menjadi produk jadi yang siap untuk dijual (Mulyadi, 1995:14)

16
 Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang berhubungan dengan produksi suatu

item, yaitu jumlah dari bahan langsung, upah langsung dan biaya overhead pabrik

(Amin Widjaya Tunggal, 1993:1)

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa biaya produksi adalah biaya-

biaya yang digunakan dalam proses produksi meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja

langsung dan biaya overhead pabrik yang jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan jenis

biaya lain.

2. Jenis-jenis Biaya Produksi

Biaya produksi membentuk harga pokok produksi yang digunakan untuk menghitung

harga pokok produk jadi dan harga pokok produk pada akhir periode akuntansi masih dalam

proses. Biaya produksi digolongkan dalam tiga jenis yang juga merupakan elemen-elemen

utama dari biaya produksi, meliputi :

 Biaya Bahan Baku (Direct Material Cost)

Merupakan bahan secara langsung digunakan dalam produksi untuk mewujudkan

suatu macam produk jadi yang siap untuk dipasarkan.

 Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct Labour Cost)

Merupakan biaya-biaya bagi para tenaga kerja langsung ditempatkan dan

didayagunakan dalam menangani kegiatan-kegiatan proses produk jadi secara

langsung diterjunkan dalam kegiatan produksi menangani segala peralatan produksi

dan usaha itu dapat terwujud.

17
 Biaya Overhead Pabrik (Factory Overhead Cost)

Umumnya didefinisikan sebagai bahan tidak langsung, tenaga kerja tidak langsung

dan biaya pabrik lainnya yang tidak secara mudah didefinisikan atau dibebankan pada

suatu pekerjaan.

Elemen-elemen dari biaya overhead pabrik yaitu :

 Biaya bahan penolong

 Biaya tenaga kerja tidak langsung

 Biaya depresiasi dan amortisasi aktiva tetap

 Biaya reparasi dan pemeliharaan mesin

 Biaya listrik dan air pabrik

 Biaya asuransi pabrik

 Operasi lain-lain

 Proses Produksi

Pengumpulan harga produksi sangat ditentukan berdasarkan proses produksinya.

Proses produksi dibagi menjadi 2 macam:

 Produksi Atas Dasar Pemesanan

Perusahaan yang berproduksi berdasarkan pesanan melaksanakan pengolahan

produknya atas dasar pesanan yang diterima dari pihak luar. Perusahaan ini

mengumpulkan biaya produksi dengan menggunakan harga pokok pesanan (Job

order cost methode)

 Produksi Masa

Perusahaan yang berproduksi berdasarkan produksi massa melaksanakan pengolahan

produknya untuk memenuhi persediaan di gudang yang umumnya produknya berupa

standar.

18
Perusahaan ini mengumpulkan biaya produksinya dengan menggunakan metode harga

pokok proses (Process cost methode). Dalam metode, biaya-biaya produksi dikumpulkan

untuk periode tertentu dan harga pokok produk persatuan produk yang dihasilkan dalam

periode tersebut, dihitung dengan cara membagi total biaya produksi dengan jumlah satuan

produk yang dihasilkan dalam periode yang bersangkutan.

2.6.2 Keuntungan

Keuntungan adalah selisih antara pendapatan dengan total biaya (biaya implisit

maupun biaya eksplisit). Biaya implisit termasuk biaya kesempatan yang terjadi ketika

perusahaan memilih untuk menggunakan faktor produksi tertentu. Sementara itu, laba

dalam akuntansi didefinisikan sebagai selisih antara harga penjualan dengan biaya produksi.

2.7 Analisis Ekonomi

Aspek ekonomi merupakan penelitian kelayakan pengembangan usaha ayam ras

pdaging dilihat dari segi modal yang ditanamkan, hasil produksi dan pendapatan yang

diperoleh. Untuk mengukur keadaan finansial dari usaha dengan modal yang digunakan

dianalisis dengan analisa R/C ratio. Analisis rentabilitas ekonomi untuk melihat penggunaan

modal dengan keuntungan yang diperoleh guna melihat keberhasilan suatu usaha. Analisis

BEP digunakan untuk mengetahui pada volume produksi dan volume penjualan usaha tidak

menderita kerugian dan tidak memperoleh keuntungan.

Analisis Break Even Point (BEP) merupakan suatu teknik analisis yang digunakan

untuk mengetahui keadaan dimana perusahaan tidak menderita rugi dan juga tidak

mendapatkan laba atau impas. Break Even Point atau titik impas merupakan suatu titik yang

menunjukkan bahwa pendapatan total yang dihasilkan perusahaan sama dengan jumlah biaya

yang dikeluarkan, sehingga perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak mengalami kerugian

(Anonim, 2014).

19
Break Even Point (BEP) terdiri dari 2 jenis :

a. BEP Atas Dasar Rupiah

b. BEP Atas Dasar Unit

R/C rasio (Revenue Cost Ratio) yaitu perbandingan antara penerimaan dengan biaya

(Soekartawi, 1995). Rumus ini dapat ditulis secara sistematis sebagai berikut:

Jika nilai R/C rasio< 1, maka usaha yang didirikan rugi. Jika nila R/C rasio = 1, maka

usaha yang didirikan impas (tidak untung dan tidak rugi) dan jika nilai R/C rasio> 1, maka

usahanya menguntungkan.

Usaha yang merugi dapat di atasi dengan menekan biaya produksi atau menaikkan harga

jual. Dari keduanya, cara yang paling baik adalah menekan biaya produksi karena jika harga

jual dinaikkan, pembeli mungkin akan mencari penjual lain.

2.8 Rentabilitas

Perusahaan yang memiliki tujuan untuk mendapatkan laba besar pasti akan selalu

meningkatkan target laba setiap tahunnya. Namun, laba yang besar belum bisa menjadi

patokan bahwa perusahaan telah efisien dalam bekerja.

Untuk bisa mengetahui efisien atau tidaknya suatu perusahaan bisa dilakukan dengan

membandingkan antara laba yang didapatkan dengan modal yang telah dikeluarkan untuk

bisa menghasilkan laba atau dengan cara menghitung rasio rentabilitasnya. Rentabilitas

adalah perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut.

Rasio rentabilitas adalah rasio yang sering digunakan untuk mengukur kemampuan

dari suatu perusahaan dalam menghasilkan laba dalam waktu periode tertentu. Rumus umum

yang sering digunakan adalah L/M, di mana L adalah laba yang dihasilkan dan M adalah

modal yang dikeluarkan untuk menghasilkan laba. Rasio rentabilitas ini sangat berkaitan erat

20
dengan kelangsungan hidup suatu perusahaan. Jika nilai rasionya bagus berarti perusahaan

dalam keadaan sehat keuangannya.

Selain itu, rentabilitas dapat juga digunakan untuk mengukur pada saat pengambilan

suatu keputusan tentang masalah pemenuhan kebutuhan keuangan perusahaan, apakah akan

menggunakan bantuan modal asing secara kredit atau dengan menggunakan modal sendiri.

21
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Berpikir

Tanaman kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang berperan sebagai

penghasil devisa bagi negara, sumber pendapatan petani, dan penyedia lapangan kerja.

Tanaman kopi yang banyak dikembangkan di Indonesia adalah kopi Arabika dan kopi

Robusta. Pengolahan biji kopi berperan penting dalam menentukan kualitas dan cita rasa

kopi. Bajawa adalah sebuah kota di Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur. Daerah ini

terkenal dengan perkebunan kopinya yang mendunia. Jenis kopi yang ditanam di perkebunan

tersebut adalah arabika. Kopi di daerah ini biasa ditanam dengan naungan agar terlindung

dari sinar matahari dan rontok bunga akibat hujan lebat. Unit Pengolahan Hasil (UPH) Fa

Masa merupakan kelompok tani yang sudah dibangun sejak tahun 2005 yang diketuai oleh

Vinsensius Loki yang merupakan usaha dalam mengolah kopi.

Usahatani kopi arabika Flores Bajawa adalah kesatuan unit yang terdiri dari faktor

produksi seperti modal, tenaga kerja, dan keterampilan sehingga proses produksi dapat

terlaksana dan menghasilkan output (kopi bubuk). Dalam usaha tani kopi arabika Flores

Bajawa ketersediaan faktor produksi merupakan suatu keharusan. Faktor-faktor produksi

tersebut meliputi ketersediaan buah kopi, tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Dimana

faktor produksi ini akan membentuk suatu biaya yang disebut biaya produksi. Besarnya biaya

produksi ditentukan dengan besarnya harga berlaku.

Untuk melihat seberapa besar pendapatan usaha tani kopi arabika Flores Bajawa maka

dihitungalah selesih penerimaan dan pengeluaran. Penerimaan diperoleh dari hasil perkalian

penjualan dengan harga yang berlaku, sedangkan pengeluaran merupakan total biaya tetap

dan biaya variabel. Penerimaan yang lebih besar daripada pengeluaran berdampak pada

22
tingkat pendapatan yang lebih besar pula bagi usaha tani. Setelah mengetahui penerimaan

yang diterima oleh suatu usaha tani, maka hasil penerimaan tersebut akan dikurangi dengan

biaya-biaya sehingga diperoleh keuntungan.

Dalam menjalankan suatu usaha ada beberapa kriteria kelayakan usaha yang harus

diperhatikan, seperti:

1. Periode Pengambilan (Payback Period)

2. Net Present Value dari Proceed (NPV)

3. Profitability Index atau Benefit Cost Ratio

4. Internal Rate of Return (IRR)

Namun dalam hal ini, kriteria kelayakan yang dinilai ialah Break Even Point (BEP),

R/C Rasio, dan analisis keuntungan. Dalam menjalankan usaha tersebut, tentu menggunakan

modal internal dan modal eksternal untuk memperoleh keuntungan, sehingga untuk

mengukur efisiensi dari modal tersebut perlu dilakukan analisis rentabilitas. Dengan

demikian bisa dilihat bahwa usaha tersebut memberikan keuntungan atau sebaliknya

memberikan kerugian bagi pelaku usaha dengan menggunakan analisis Break Event Point

(BEP) dan usaha tersebut layak untuk dilanjutkan atau tidak untuk dilanjutkan dengan

menggunakan analisis R/C Ratio . Jika usaha tani kopi arabika Flores Bajawa sesuai dengan

kriteria kelayakan maka usaha ini layak untuk dilanjutkan.

23
Secara sistematis, kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1 Kerangka Berpikir

24
3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Unit Pengolahan Hasil (UPH) Fa Masa di Desa Beiwali,

Kecamatan Bajawa, Kabupaten Ngada, NTT, dalam kurun waktu 1 bulan sejak terhitung

sejak bulan Oktober-November 2020.

3.3 Metode Penentuan Lokasi

Penelitian ini dilakukan di Unit Pengolahan Hasil (UPH) Fa Masa di Desa Beiwali,

Kecamatan Bajawa, Kabupaten Ngada, NTT. Pemilihan lokasi di Desa Beiwali tersebut

dilakukan secara sengaja (Purposive) dengan pertimbangan bahwa UPH Fa Masa merupakan

salah satu usaha tani yang telah membawa kopi Arabika Flores Bajawa menjadi dikenal oleh

banyak orang dan telah menjadi kopi yang dikanal hingga ke luar negeri.

3.4 Teknik Penentuan Sampel

Penentuan sampel diambil dari populasi di kelompok tani Usaha Bersama Air

Sagu(petani sawah). Penentuan jumlah sampel petani menurut (Sugiyono, 2010) apabila

sampel lebih dari 100 orang maka diambil presisi 5 -15 persen yang dapat mewakili populasi

keseluruhan. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik slovin

menurut Sugiyono (2011).

Rumus Slovin untuk menentukan sampel adalah sebagai berikut:

Keterangan :
n = Ukuran sampel/jumlah responden
N = Ukuran populasi
e2 = tingkat kesalahan yang diinginkan 10%
Rumus Slovin mempunyai ketentuan sebagai berikut:

26
Nilai e = 0,1 (10%) untuk populasi dalam jumlah besar

3.5 Jenis dan Sumber Data

3.5.1 Jenis Data

1. Data Kuantitatif adalah data yang dapat diukur atau di hitung langsung yang berupa

informasi atau penjelasan di hitung dengan bilangan atau bentuk angka.

2. Data Kualitatif adalah data yang muncul berwujud kata-kaya yang dikumpulkan

dalam aneka macam cara (observasi, wawancara, intisar, dokumentasi dan pita

rekaman) yang diproses sebelum siap digunakan melalui pencatatan, penyuntingan,

atau alat tulis, tetapi analisis kualitatif tetap menggunakan kata-kata yang diatasnya

disusun kedalam kata-kata yang diperluas.

3.5.2 Sumber Data

Berdasarkan sumber datanya, data yang digunakan berupa data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh langsung dari wawancara atau pengisian kuesioner dengan

pihak-pihak terkait serta observasi di lapangan untuk mengetahui aktivitas nyata selama

kegiatan produksi yang berkaitan dengan tujuan penelitian. Sedangkan data sekunder dapat

diperoleh melalui penelusuran data sekunder yang tersimpan seperti surat, catatan harian,

foto, hasil rapat, jurnal kegiatan, instansi terkait seperti Dinas Pertanian.

Dalam pengumpulan data untuk digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

langkah langkah sebaga berikut:

1. Wawancara adalah proses komunikasi atau interaksi untuk mengumpulkan data atau

informasi dengan tanya jawab antara peneliti dan responden atau informan penelitian.

2. Observasi merupakan salah satu alternative pengumpulan data yang biasa digunakan

selain dengan wawancara. Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang

27
menggunakan pancaindra yang bisa penglihatan, pendengaran, penciuman, untuk

memperoleh informasi yang diperlukan untuk menjawab masalah penelitian.

3. Dokumentasi yaitu mencari informasi melalui fakta yang tersimpan seperti surat,catatan

harian, foto, hasil rapat, jurnal kegiatan dan sebagainya.

3.6 Variabel dan Cara Pengumpulan Data

3.6.1 Variabel
Variabel yang akan diteliti dan diukur dalam penelitian ini adalah :

1. Biaya produksi/pengeluaran

Biaya produksi merupakan seluruh pengeluaran atau biaya yang dikeluarkan

pelaku usaha selama proses produksi, meliputi biaya tetap dan biaya operasional,

uraiannya sebagai berikut:

a. Biaya tetap ( fixed cost )

Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak mempengaruhi besar atau

kecilnya jumlah produksi yang dihasilkan. Biaya ini terdiri atas :

1) Sewa tanah

2) Biaya penyusutan alat – alat tahan lama

Biaya penyusutan dihitung dalam satu kali proses produksi, dinyatakan dalam

satuan rupiah dengan menggunakan rumus :

Nilai susut = nilai baru – nilai sisa/usia ekonomis

3) Upah tenaga kerja tetap, merupakan seluruh tenaga kerja tetap yang

digunakan baik dari dalam keluarga maupun luar keluarga. Dihitung

berdasarkan jumlah biaya yang dikeluarkan petani setiap kali produksi yang

dinyatakan dalam satuan rupiah.

4) Biaya air bersih, diukur berdasarkan jumlah biaya yang dikeluarkan petani

dalam satu kali proses produksi dinyatakan dalam satuan rupiah.

28
5) Bunga modal, baik yang berupa modal sendiri ataupun modal pinjaman dari

pihak lain. Besarnya diperhitungkan berdasarkan bunga modal yang berlaku

dan disepakati kedua belah pihak atau berdasarkan pada tingkat bunga bank

yang berlaku pada saat penelitian ini dilaksanakan dinyatakan dalam satuan

rupiah.

b. Biaya operasioanl( Operasional cost )

Biaya tidak tetap adalah biaya yang sifatnya mempengaruhi besar atau

kecilnya jumlah produksi yang dihasilkan.

Biaya ini terdiri atas :

1) Biaya sarana produksi, mencakup biaya pupuk, pestisida, bibit yang unggul.

Diukur dengan cara mengalikan jumlah saran produksi fisik yang digunakan

dengan harga per satuan dinyatakan d alam satuan rupiah.

2) Biaya tenaga kerja bantu, merupakan seluruh tenaga kerja bantu atau

kontrak yang digunakan baik dari dalam keluarga maupun luar keluarga.

Diukur berdasarkan jumlah tenaga kerja dan banyaknya hari kerja dikalikan

dengan upah yang berlaku dinyatakan dalam satuan rupiah.

2. Penerimaan dan keuntungan

a. Produksi, yaitu hasil fisik usaha pengolahan kopi yang dikelola petani dalam satu kali

produksi, baik yang dijual, dikonsumsi, digunakan sebagai biaya beternak maupun

yang disimpan. Produksi fisik ini dinyatakan dalam satuan kilogram (Kg).

b. Penerimaan, yaitu nilai yang diperoleh dengan jalan mengalikan jumlah produksi fisik

dengan harga satuan penjualan ditingkat petani pada saat itu. Penerimaan dinyatakan

dalam satuan rupiah.

c. Keuntungan, adalah hasil pengurangan antara penerimaan dengan total biaya produksi

yang dikeluarkan/digunakan. Keuntungan dinyatakan dalam satuan rupiah.

29
3.6.2 Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan teknik survei, yaitu cara pengumpulan data atau

informasi dari responden dengan mewawancarai langsung, berpedoman pada daftar

pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu.

3.7 Analisis Data

Data yang diperoleh selanjutnya dianalisa secara deskriptif untuk menggambarkan

keadaan usaha pengolahan hasil (UPH) Fa Masa, komposisi biaya produksi, penerimaan,

pendapatan, BEP, R/C rasio dan rentabilitas usaha pengolahan hasil (UPH).

a. Biaya total (total cost) adalah semua pengeluaran proses produksi sebagai hasil

penjumlahan biaya tetap dan biaya tidak tetap. Secara sistematis biaya dapat

dituliskan sebagai berikut:

TC = TFC + TVC

Keterangan:

TC = Total Cost (biaya total per periode)

TFC = Total Fixed Cost (total biaya tetap per periode)

TVC = Total Variabel Cost (total biaya tidak tetap per periode)

b. Penerimaan adalah perkalian jumlah unit yang dijual dengan harga per unit produk

tersebut. Ahyari (1987) menggambarkan penerimaan dengan rumus sebagai berikut:

R = p .Q

Keterangan:

R = Penerimaan (Rp/periode)

p = Harga Produksi (Rp/ kg)

Q = Jumlah Produksi (kg/periode)

30
c. Keuntungan (Roza, 2009) adalah penerimaan yang diperoleh dikurangi dengan

seluruh biaya-biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi, baik biaya variabel

maupun biaya tetap.

Keuntungan = R – TC

Keterangan :

R = Penerimaan

TC = Total Biaya

d. BEP adalah suatu keadaan dimana sebuah perusahaan tidak mengalami kerugian atau

memperoleh keuntungan (Soekartawi, 1995). Menurut Riyanto (1995) dalam

Marhaeni (2009), Secara sistematis dapat ditulis sebagai berikut:

1.) BEP Atas Dasar Unit

FC
BEP = P−VC
¿
¿

2.) BEP Atas Dasar Rupiah

FC
BEP = 1− VC
S ¿
¿

Keterangan:

 BEP : Break Even Point

 FC : Fixed Cost

 VC : Variabel Cost

 P : Price per unit

 S : Sales Volume

e. R/C rasio (Revenue Cost Ratio) yaitu perbandingan antara penerimaan dengan biaya

(Soekartawi, 1995). Rumus ini dapat ditulis secara sistematis sebagai berikut:

31
R/C

Keterangan:

R = Penerimaan (Revenue)

C = Biaya (Cost)

Jika nilai RC rasio < 1, maka usaha yang didirikan rugi. Jika nila RC rasio = 1, maka

usaha yang didirikan impas (tidak untung dan tidak rugi) dan jika nilai RC rasio> 1,

maka usahanya menguntungkan.

f. Rentabilitas dapat diartikan sebagai suatu perbandingan antara laba yang diperoleh

dalam operasi perusahaan dengan modal yang hasilnya dinyatakan dalam persentase

(Nikmat, 2004).

Untuk menghitung rentabilitas ekonomi digunakan rumus sebagai berikut:

Rentabilitas = Laba Sebelum Pajak : Modal Rata-Rata yang Digunakan X 100 % 

32
DAFTAR PUSTAKA

Anang Sulistyo, A. M. (2021). Analisis Keuntungan Dan Rentabilitas Usaha Selada


Hidroponik Di Azzahra Hidroponik Kota Tarakan. j-Pen Borneo, 4(1).

Anonim.(2013). Kopi Flores Bajawa. Speciality Coffea Indonesia,


http://www.specialtycoffee.co.id/kopi-flores-bajawa/, diakses pada Mei 2021.

Anonim. (2014). Analisis Break Event Point sebagai Dasar Pengambilan Keputusan
Manajemen Terhadap Perencanaan Volume Penjualan dan Laba (Studi Kasus pada
PT. Cakra Guna Cipta Malang Periode 2011-2013). Malang.

Anonim. (2021). Klasifikasi Tanaman Kopi Arabika. Artikel TOP,


https://klasifikasitanaman.blogspot.com/2013/05/klasifikasi-tanaman-kopi-
arabika.html, diaksea pada Mei 2021.

Direktorat Jendral Perkebunan. 2019.

Ella Imaniar Sari, E. S. (2017). Analisis Usaha Tani Kopi Di Kelompok Tani Hutan Giri
Senang Desa Giri Mekar Kabupaten Bandung. Agroinfo Galuh, 3(3).

Latupeirissa, E. (2019). Budidaya Tanaman Kopi. Pertanian.go.id,


http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/89112/BUDIDAYA-TANAMAN-KOPI/,
diakses pada Mei 2021.

Maulidilham. (2017). Langkah-Langkah Perhitungan Biaya Produksi Dan Keuntungan


(Teori Biaya).IT Based Marketing,
https://maulidilham.wordpress.com/2017/12/06/produksi-produktivitas-dan-biaya/,
diakses pada Mei 2021.

Nasution, D. D. (2021). Lagi, Sektor Pertanian tumbuh Positif 2020. Repbulika.co.id,


https://www.republika.co.id/berita/qo1jza383/lagi-sektor-pertanian-tumbuh-positif-di-
pengujung-2020, diakses pada Mei 2021.

Nento, V. Z. (2013). Analisis Keuntungan Usaha Tani Tomat Di Kecamatan Tilongkabila


Kabupaten Bone Bolango. UNG Repostory.

Ngadha, K. (2019). Persepsi Petani Terhadap Peranan Kelompok Tani Fa Masa Dalam
Usaha Tani Kopi Di Desa Beiwali Kecamatan Bajawa Kabupaten Ngada. Buletin
Exellentia, 8(2) : 175-185.

Nur Halimah Amir, E. R. (2017). Analisis Usaha Tani Di Kelompok Tani Hutan Giri Senang
Desa Giri Mekar Kabupaten Bandung. Agroinfo Galuh, 3(3).

Riadi., M. (2012). Biaya Produksi. Kajian Pustaka.com,


https://www.kajianpustaka.com/2012/11/biaya-produksi.html, diakses pada Mei 2021.

33
Wikipedia. (2021). Kopi. https://id.wikipedia.org/wiki/Kopi, diakses pada Mei 2021.

Winantara. (2014). Analisis Kelayakan Usaha Kopi Luwak Di Bali. Reka Integra, 2(3).

Winarsih. (2015). Analisis Rentabilitas Ekonomi Usaha Tani Jagung ( Zea Mays) Di Desa
Kaliori Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas. Agritech, 17(2).

Zonadamai. (2014). Kopi Arabika Bajawa. Berita Kopi,


https://kopiarabikabajawa.wordpress.com/category/berita-kopi/, diakses pada Mei
2021.

34
LAMPIRAN

Lampiran 1

Tabel. 2.1 Luas areal perkebunan kopi di Indonesia Tahun 20112020


Luas Lahan
Tahun
PR PBN PBS Jumlah
2011 1.184.967 22.572 26.159 1.233.698
2012 1.187.669 22.565 25.056 1.235.289
2013 1.194.081 22.556 25.076 1.241.712
2014 1.183.664 22.369 24.462 1.230.495
2015 1.183.244 22.366 24.391 1.230.001
2016 1.198.900 23.367 24.391 1.246.657
2017 1.191.646 22.868 24.085 1.238.598
2018 1.210.656 19.923 22.247 1.252.825
2019 1.215.539 20.056 22.437 1.258.032
2020 1.221.223 20.143 22.965 1.264.331
Sumber: Diktorat Jendral Perkebunan 2019 (data dioalah)

35
Lampiran 2

KUESIONER PENELITIAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
PROGAM STUDI AGRIBISNIS
YUSTINUS KRISANTIAN LEBA (1704020046)

Judul Penelitian:

ANALISIS KEUNTUNGAN DAN RENTABILITAS USAHATANI KOPI ARABIKA


(Coffea arabica) DI KELOMPOK TANI UPH (UNIT PENGOLAHAN HASIL) FA
MASA DI DESA BEIWALI, KECAMATAN BAJAWA, KABUPATEN NGADA

Tanggal wawancara :
Lokasi penelitian : UPH Fa Masa
Desa/Kelurahan : Beiwali
Kecamatan : Bajawa
1. Identitas responden
Nama :………………………………………………..
Umur :..........................................................................
Pendidikan terakhir :..........................................................................
Alamat :……………………………………………......
Umur :………….Tahun
Jenis kelamin :Laki-laki/Peremuan
Lama menekuni usahatani :............................................................................
Pekerjaan utama :............................................................................

2. Susunan Anggota Keluarga


No. Nama Anggota Status Umur Jenis Pendidikan Pekerjaan
Kelamin Utama

36
3. Pengusaan Lahan
Milik sendiri (m2) Sewa (m2) Bagi hasl (m2) Luas laha (m2)

a. Jika sewa, berapa biaya sewa setiap musim ? .................................


b. Jika bagi hasil, bagaimana sistem bagi hasilnya ? ...........................
4. Kepemilikan alat-alat pertanian
No. Macam Alat Jumlah Harga per Harga Nilai sisa Umur Jika sewa,
satuan berapa
beli (Rp) Ekonomi
biaya sewa
sekarang (Rp) (tahun) (Rp)

5. Modal usahatani
Modal Jumlah (Rp)
Sendiri
Pinjaman

6. Tenaga kerja
No. Jenis kegiatan Jumlah tenaga Jam Upah
kerja Kerja/hari
Pria Wanita Pria Wanit
a

37
7. Pola tanam 1 tahun terakhir
Komoditas Bulan
10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Keterangan : disilang/dicentang
8. Pupuk yang digunakan
Jenis pupuk Harga Dosis pupuk (Kg/Ha) Waktu pemakaian

9. Penggunaan input usahatani kopi dan biaya-biaya lain


Luas lahan : .........ha
Jenis, jumlah dan harga satuan peroduksimyang digunakan dalam berusahatani kopi
No. Jenis Saprodi Musim tanam 1
Jumlah Harga/satuan

1. Benih
2. Pupuk
a. kandang
b. NPK
c. Urea

38
d.

e.
f.
3. Obat-obatan
(jika ada)
a.
b.
c.
4. Kapur
(jika ada)
1. Captan
2. Dolomit
3.
5. Sewa lahan
6. Pajak PBB
7. Biaya lain-lain :
a. irigasi
b. iuran keluarga tani
c. ongkos angkut
d. biaya penyimpanan
8. Bunga kredit
9. Bagi hasil

10. Produksi
A. Jumlah hasil panen
Keterangan Jumlah fisik (Kg) Harga per Kg
Panen 1
Panen 2
Panen 3
B. Penggunaan hasil produksi
Jenis tanaman Konsumsi (Kg) Dijual (Kg) Benih (Kg) Lain-lain

C. Produksi kopi musim tanam sebelumnya

39
Keterangan Musim tanam
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Produksi
(Kg)
Harga

40
41

Anda mungkin juga menyukai