Anda di halaman 1dari 7

DK1P1 FCP Nisa

Kata Kunci :
1. Anak laki-laki 12 bulan
2. BAB cair, 2 hari lalu
3. BAB kuning, ampas sedikit, tanpa lendir dan darah
4. Frekuensi >10x/hari
5. Muntah, 1 hari lalu
6. Demam (+)
7. Batuk, pilek (-)
8. Pasien rewel, haus
9. Mau minum, namun muntah
10. Tidak makan, 1 hari
11. Nutrisi susu formula
12. BAK terakhir 6 jam lalu
13. Urin sedikit, kuning pekat

Rumusan Masalah
Anak laki-laki 12 bulan mengalami diare sejak 2 hari yang lalu, dengan
muntah sejak sehari yang lalu, demam, keadaan umum rewel dan haus, serta
mengalami dehidrasi sedang.
Analisis Masalah

Hipotesis
Anak laki-laki 12 bulan mengalami diare akut denga dehidrasi ringan sampai
sedang.

Pertanyaan Diskusi
1. Diare
a. Definisi :
Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat
berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali atau lebih)
dalam satu hari (Depkes RI 2011). Diare adalah perubahan konsistensi tinja yang
terjadi tiba-tiba akibat kandungan air di dalam tinja melebihi normal (10ml/kg/hari)
dengan peningkatan frekuensi defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam dan
berlangsung kurang dari 14 hari (Tanto dan Liwang, 2014).
1. Departemen Kesehatan RI, 2011, Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare Pada Balita,
Jakarta, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
2. Arifputra, A, Tanto, C, Aninditha, T., Diare. Dalam: Tanto, C Liwang, F., dkk.(2014).
Kapita selekta kedokteran. Jakarta: Medika Aesculapius.
b. Etiologi : Etiologi menurut Ngastiyah (2014) antara lain
A. Faktor Infeksi
1) Infeksi enternal: infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab
utama diare pada anak.Meliputi infeksi eksternal sebagai berikut :
a) Infeksi bakteri: Vibrio’ E coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia,
aeromonas, dan sebagainya.
b) Infeksi virus: Enterovirus (virus ECHO, Coxsacki, Poliomyelitis) Adeno-virus,
Rotavirus, astrovirus, dan lain-lain.
c) Infeksi parasit: cacing (Ascaris, Trichuris, Oxcyuris, Strongyloides) protozoa
(Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis), jamur
(Candida albicans)
2) Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti: otitits
media akut (OMA), tonsillitis/tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis, dan
sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah
2 tahun.
B. Faktor malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa),
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa,dan galaktosa). Pada bayi dan
anak yang terpenting dan tersering (intoleransi laktosa).
2) Malabsorbsi lemak
3) Malabsornsi protein
C. Faktor makanan, makanan basi,beracun, alergi, terhadap makanan.
D. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak
yang lebih besar).
Ngastiyah.(2014). Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta: EGC.

B. Klasifikasi
C. Manifestasi Klinis
1. Berat badan menurun
2. Turgor kulit ≥ 2 detik
3. Mata dan ubun-ubun cekung
4. Mulut dan kulit menjadi kering
5. Nafsu makan menurun (Octa, dkk, 2014)
6. Anak tampak gelisah dan suhu badannya meningkat.
7. Konsistensi tinja encer berlendir atau berdarah.
8. Warna tinja tampak kehijauan akibat tercampurnya dengan cairan empedu.
9. Anak mengalami gangguan gizi akibat kurangnya intake (asupan) makanan.
10. Anak mengalami hipoglikemia ( penurunan kadar gula darah) dan dehidrasi
(kekurangan cairan)
Widjaja, M.C. 2002. Mengatasi Diare Dan Keracunan Pada Balita. Jakarta: Kawan
Pustaka;

D. Faktor Resiko
E. Diagnosis
F. Pemeriksaan Penunjang
G. Tatalaksana
H. Edukasi : NDA DPT 

2. Diagnosis Banding
a. Keracunan Makanan
1) Def & Etiologi
2) Manifestasi Klinis
3) Diagnosis & Pem Penunjang
Salah satu cara mendiagnosis keracunan makanan adalah dengan
menanyakan gejala yang dirasakan, sejak kapan muncul gejala serta
makanan apa yang telah dikonsumsi. Setelah itu dilakukan pemeriksaan
fisik, kemudian pemeriksaan mikrobiologi seperti pemeriksaan sampel
urine, darah, feses, sekret atau kerokan kulit yang bisa dilakukan melalui
pemeriksaan secara mikroskopis, pembiakan, maupun pengecatan. 
Mayo Clinic. Diakses pada 2020. Food Poisoning.

b. Intoleransi Laktosa
1) Def & Etiologi
2) Manifestasi Klinis
Intoleransi laktosa merupakan sindroma klinis yang ditandai oleh satu atau lebih
manifestasi klinis seperti sakit perut, diare, mual, kembung, produksi gas di usus
meningkat setelah konsumsi laktosa atau makanan yang mengandung laktosa.
Jumlah laktosa yang menyebabkan gejala bervariasi dari individu ke individu,
tergantung pada jumlah laktosa yang dikonsumsi, derajat defisiensi laktosa, dan
bentuk makanan yang dikonsumsi (Heyman, 2006).
3) Diagnosis & Pem Penunjang

3. Dehidrasi
a. Definisi & Etiologi :
Menurut Mentes dan Kang (2013) dehidrasi adalah suatu keadaan penurunan total
air di dalam tubuh karena hilangnya cairan secara patologis, asupan air tidak
adekuat, atau kombinasi keduanya. Dehidrasi terjadi karena pengeluaran air lebih
banyak daripada jumlah yang masuk, dan kehilangan cairan ini juga disertai dengan
hilangnya elektrolit. Dehidrasi adalah suatu gangguan dalam keseimbangan air yang
disebabkan pengeluaran dalam tubuh melebihi pemasukan dalam tubuh sehingga
jumlah air pada tubuh berkurang (Prescilla, 2009).
1. Mentes, J.C, Kang, S. 2013. Hydration Management.
http://eprints.undip.ac.id/37719/1/OnnySepta_P G2A20081396 Lap. KTI.pdf.
2. Prescillia. (2009) Gangguan Gasroenteritis Pada Anak. Jakarta : Salemba
Medika.

b. Klasifikasi
c. Manifestasi Klinis :
Tanda dan gejala secara umum pada anak yang mengalami dehidrasi yaitu :
1. Rasa haus dan kelaparan, Lelah
2. Sakit kepala
3. Kulit, mulut dan lidahnya terlihat kering
4. Mata terlihat cekung
5. Warna kulitnya jadi lebih gelap/pucat
6. Pada bayi, ubun-ubunnya agak melekuk ke dalam (cekung)
7. Tidak atau kurang urinasi
8. Lemah otot
9. Kepala terasa ringan
10. Keringat yang berlebihan
11. Tidak keluar air mata ketika menangis
12. Berat badan turun drastic, Tubuh anak lemas
13. Malas minum
14. Muntah-muntah dan diare
http://www.medicastore.com/2004
Menurut Roymond dan Cheal (1999) berdasarkan gejala klinis, derajat
dehidrasi dibagi atas 3 tingkatan diantaranya adalah :
1. Dehidrasi ringan (kehilangan BB 4-5%) gejala : tugor kulit menurun, mulut
kering, mata sedikit cekung, haus, sadar, cubitan kulit perut kembalinya segera,
penurunan tekanan intraokuler dan kadang-kadang anak mengalami perubahan
perilaku.
2. Dehidrasi sedang (kehilangan BB 6-9%) gejala : sangat haus, gelisah,
rewel/mudah marah (apatis), kulit kering, mata sangat cowong, fontanella anterior
cekung, minum dengan lahap, kulit tampak keriput dan cubitan kulit kembalinya
lambat yaitu < 2 detik.
3. Dehidrasi berat (kehilangan BB 10% atau lebih) gejala : letargis atau tidak sadar,
kolaps sirkulasi, sianotik dan lembab, nadi cepat dan dangkal, mata cekung, tidak
bisa minum atau malas minum, vasokontriksi perifer, Hipotensi, Hiperpireksia,
tugor kulit buruk, kulit tampak keriput, cubitan kulit kembalinya sangat lambat >
2 detik, letargis berat atau koma dan syndrome renjatan (syok syndrome).
DAFPUSNYA LUPA BGT INI 

d. Tatalaksana

4. Studi Kasus
a. Pengaruh pemberian susu formula pada kasus
b. Penyebab demam dan muntah pada kasus :
Menurut Muttaqin & Sari (2011) secara umum diare disebabkan oleh infeksi dengan
melakukan invasi pada mukosa, memproduksi enterotoksin dan atau sitotoksin.
Mekanisme ini mengakibatkan peningkatan sekresi cairan atau menurunkan absorbsi
cairan sehingga terjadi dehidrasi, hilangnya nutrisi dan elektrolit. Infeksi yang terjadi
dapat menyebabkan terjadinya demam dan muntah berlebih.
Demam merupakan respon sistemik dari invasi agent infeksi penyebab diare,
timbulnya demam menyebabkan anak tidak nafsu makan dan minum sehingga
pemasukan nutrisi dan cairan ke dalam tubuh kurang. Muntah merupakan bagian
dari respon inflamasi khususnya diare neurotoksin yang diperoleh dari agent infeksi.
Apabila mengalami muntah yang berlebih dan penanganan dirumah yang tidak tepat
maka akan terjadi pengeluaran cairan tubuh yang banyak sehingga menyebabkan
dehidrasi yang semakin memberat apabila pemasukan cairan tubuh kurang.
Dehidrasi atau kekurangan cairan dalam tubuh memicu gangguan kesehatan.Mulai
dari gangguan ringan seperti mudah mengantuk, hingga penyakit berat seperti
penurunan fungsi ginjal (Noorastuti dan Nugraheni, 2010). Pada dehidrasi berat
terjadi defisit cairan sama dengan atau lebih dari 10% berat badan (WHO, 2009).
1. Muttaqin, Arif & Sari, Kurmala. 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi
Asuhan Keperawatan Medikal bedah. Jakarta : Salemba medika.
2. Noorastuti dan Nugraheni, (2010). Kenali bahaya dehidrasi Kekurangan cairan
tubuh sekitar dua persen sudah memicu gangguan kesehatan.
3. Word Health Organization (WHO), (2009), Pelayanan Kesehatan Anak di
Rumah Sakit. Jakarta : WHO Indonesia

c. Resusitasi cairan bagi anak pada kasus

Anda mungkin juga menyukai