Anda di halaman 1dari 14

Tugas Besar 2

Akuntansi Sektor Publik

Nama : Putri Amalia

Nim : 43219210025

FAKULTAS EKONOMI BISNIS

JURUSAN AKUNTANSI

UNIVERSITAS MERCU BUANA JATISAMPURNA

2020/2021
1. Konsep Dasar Anggaran Sektor Publik
Dalam proses manajemen organisasi, anggaran mempunyai posisi yang sangat
penting karena mengungkapkan “apa yang akan di lakukan di masa mendatang,”
(Indra Bastian, 2010;190). Proses penganggaran merupakan proses penting yang
sering kali menjadi perhatian dalam organisasi sektor publik misalkan pemerintah.
Semakin bergejolak lingkungan pasar, teknologi, dan ekonomi eksternal, semakin
terdorong manajemen untuk menyusun strategi.
Keseluruhan dinamika tersebut terjadi, karena keterbatasan sumber daya yang
harus dialokasikan sesuai dengan tingkat prioritas dan kebutuhan organisasi agar
kontinuitas operasionalnya terjaga. Pada akhirnya, keberadaan informasi menjadi
amat penting bagi manajemen sektor publik, karena informasi dapat memberikan
kemudahan dalam proses alokasi sumber daya yang terbatas, pembuatan skala
prioritas, merespon perubahan lingkungan secara baik, cepat, tepat, ekonomis, efisien
dan efektif.
Anggaran adalah rencana untuk mengkoordinasikan berbagai operasi bisnis
dinyatakan dalam keuangan. Penganggaran, pada dasarnya hanya sebuah rencana
operasi, dan bahkan upaya bisnis yang paling dasar harus termotivasi oleh beberapa
jenis rencana. Anggaran adalah instrumen dirancang untuk membantu manajemen
dalam perencanaan, koordinasi, dan pengendalian operasi. Anggaran perusahaan
mempunyai tiga tujuan menurut Vataliya, K.S. (2009) yaitu :
a. Pertama, ia menyediakan gambaran bagi manajemen puncak yang dirangkum dari
hasil yang akan diharapkan dari usulan rencana operasi. Ini membantu manajemen
dalam menentukan apakah rencana itu memuaskan.
b. Kedua, setelah mendapat persetujuan, ia berfungsi sebagai panduan untuk para
eksekutif dan kepala departemen bertanggung jawab untuk segmen individual dari
operasi.
c. Ketiga, berfungsi untuk mengukur kinerja, karena penyimpangan anggaran
mencerminkan kegagalan organisasi untuk mencapai standar rencana kinerja atau
kemampuannya untuk lebih baik mereka.
Sumber : Modul 6 Akuntansi Sektor Publik

2. Fungsi Anggaran Sektor Publik


Dalam ruang lingkup akuntansi, anggaran berada dalam lingkup akuntansi
manajemen. Berikut beberapa fungsi anggaran dalam manajemen organisasi sektor
publik (Nordiawan, D dan Hertianti, A; 2010:70):
a. Anggaran sebagai alat perencanaan. Dengan anggaran, organisasi mengetahui
apa yang harus dilakukan dan ke arah mana kebijakan yang dibuat.
b. Anggaran sebagai alat pengendalian. Anggaran organisasi sektor publik dapat
menghindari pengeluaran yang terlalu besar (Overspending) atau adanya
penggunaan dana yang tidak semestinya (misspending).
c. Anggaran sebagai alat kebijakan. Arah atas kebijakan tertentu dapat
ditentukan melalui anggaran organisasi sektor publik. Contohnya, apa yang
dilakukan pemerintah dalam hal kebijakan fiskal, apakah melakukan kebijakan
fiskal ketat atau longgar dengan mengatur besarnya pengeluaran yang
direncanakan.
d. Anggaran sebagai alat politik. Dalam organisasi sektor publik, komitmen
pengelola dalam melaksanakan program-program yang telah dijanjikan dapat
dilihat melalui anggaran.
e. Anggaran sebagai alat koordinasi dan komunikasi. Melalui dokumen anggaran
yang komprehensif, sebuah bagian atau unit kerja atau departemen yang
merupakan suborganisasi dapat mengetahui apa yang harus dilakukan dan apa
yang akan dilakukan oleh bagian/unit kerja lainnya.
f. Anggaran sebagai alat penilaian kinerja. Anggaran adalah suatu ukuran yang
bisa menjadi patokan apakah suatu bagian/unit kerja telah memenuhi target,
baik berupa terlaksananya aktivitas maupun terpenuhinya efisiensi biaya.
g. Anggaran sebagai alat motivasi. Anggaran dapat digunakan sebagai alat
komunikasi dengan menjadikan nilai-nilai nominal yang tercantum sebagai
target pencapaian. Dengan catatan, anggaran akan menjadi alat motivasi yang
baik jika memenuhi sifat “menantang, tetapi masih mungkin dicapai”
(challenging but attainable atau demanding but achievable). Maksudnya
adalah suatu anggaran itu hendaknya jangan terlalu tinggi sehingga tidak dapat
dipenuhi, dan jangan terlalu rendah sehingga terlalu mudah dicapai.
Sumber : Modul 6 Akuntansi Sektor Publik

3. Prinsip-Prinsip Penganggaran Sektor Publik


Dalam bukunya yang berjudul Introducing Public Administration, Shafritz dan
Russell menyebutkan sejumlah prinsip sistem penganggaran sudah mengacu pada
perkembangan terakhir dalam mesyarakat, yaitu (Shafritrz dan Russell, 1997)
demokratis, adil, transparan, bermoral tinggi, berhati-hati, dan akuntabel. Berikut,
tabek yang memuat tentang prinsip-prinsip anggaran.
a. Pertama, demokratis, mengandung makna bahwa anggaran, baik yanh berkaitan
dengan pendapatan maupun yang berkaitan dengan pengeluaran, harus ditetapkan
melalui suatu proses yang mengikutsertakan sebanyak mengkin unsur masyarakat,
selain harus dibahas dan mendapatkan persetujuan legislatif.
b. Kedua, adil, berarti anggaran negara harus diarahkan secara optimal bagi
kepentingan orang banyak dan proposional dialokasikan ke semua kelompok
dalam masyarakat sesuai dengan kebutuhannya.
c. Ketiga, transparan, adalah proses perencanaan, pelaksanaan, serta
pertanggunjawaban anggaran negara yang harus diketahui tidak saja oleh wakil
rakyat, tetapi juga masyarakat umum.
d. Keempat, bermoral tinggi, berarti bahwa pengelolaan anggaran negara berpegeng
kepada peraturan perundangan yang berlaku, serta senantias mengacu pada etika
dan moral yang tinggi.
e. Kelima, berhati-hati, berarti pengelolaan anggaran negar juga dilakukan secara
berhati-hati, karena posisi sumber daya jumlah nya terbatas dan mahal harganya.
Hal ini semakin terasa penting jika dikaitkan dengan unsur hutang organisasi.
f. Keenam, akuntabel, berarti bahwa pengelolaan keuangan organisasi harus dapat
dipertanggungjawabkan setiap saat scara internal meupun eksternal kepada
masyarakat.
Sumber : Modul 6 Akuntansi Sektor Publik
4. Perkembangan Jenis Sistem Penganggaran. (Sajikan skemanya)
Perkembangan sistem penganggaran terjadi selaras dengan upaya
pengalokasian sumber daya yang semakin lama semakin membaik dalam
mengakomodasi berbagai prinsip penganggaran publik.
Perkembangan Jenis Sistem Penganggaran

Line Item Budgeting


Mission-Driven
Budgeting

Performance
Budgeting

Entepreneurial
Planning Budgeting
Sistem
Programming
Penganggaran
Budgeting System

Zero Based
Budgeting

Medium Term
Budgeting
Framework

Line-Item Budgeting
Line-Item Budgeting adalah penyusunan anggaran yang didasarkan pada dan
dari mana dana berasal (pos-pos penerimaan) dan untuk apa dana tersebut digunakan
(pos-pos pengeluaran).
Incremental Budgeting
Incremental Budgeting sistem anggaran belanja dan pendapatan yang
memungkinkan revisi selama tahun berjalan, sekaligus sebagai dasar penentuan usul
anggaran periode yang akan datang.
Planning Programming Budgeting system
Sebagai reaksi terhadap berbagai masalah fundamental yang dihadapi line-
item budgeting, muncul sistem penganggaran baru, yaitu Planning Programming
Budgeting System (PPBS), Zero Based Budgeting (ZBB), dan Performance
Budgeting. PPBS adalah proses perencanaan, pembuatan program, dan penganggaran
yang terkait dalam suatu sistem sebagai kesatuan yang bulat dan tidak terpisah, yang
didalamnya terkandung identifikasi tujuan organsiasi serta permasalahan yang
mungkin timbul.
Zero Based Budgeting
Lahirnya ZBB merupakan jawaban terhadap rasionalisasi proses pembuatan
anggaran.dalam sistem ZBB, muncul apa yang disebut sebagai unit keputusan
(decision units), yang menghasilkan berbagai paket alternatif anggaran yang dibuat
sebagai motivasi atas anggaran organisasi yang responsif terhadap kebutuhan
masyarakat dan terhadap fluktuasi jumlah anggaran.
Performance Budgeting
PB atau anggaran berbasis kinerja, adalah sistem penganggaran yang
berorientasi pada output organisasi dan berkaitan sangat aerat dengan visi, misi, serta
rencana strategis organisasi.
Medium Term Budgeting Framework
MTBF adalah kerangka strategi kebijakan tentang anggaran belanja unit
organisasi. Kerangka ini melimpahkan tanggungjawab yang lebih besar kepada unit
organisasi menyangkut penetapan alikasi dan penggunaan sumber dana
pembangunan.
Sumber : Modul 6 Akuntansi Sektor Publik

5. Karakteristik Anggaran Sektor Publik


Karakteristik anggaran publik terdiri dari:
a. Anggaran yang dinyatakan dalam satuan keuangan dan satuan nonkeuangan.
b. Anggaran yang umumnya mencakup jangka waktu tertentu, yaitu satu atau
beberapa tahun.
c. Anggaran yang berisi komitmen atau kesanggupan manajemen untuk
mencapai sasaran yang ditetapkan.
d. Usulan anggaran yang ditelaah dan disetujui oleh pihak berwenang yang lebih
tinggi dari penyusun anggaran.
e. Anggaran yang telah disusun hanya dapat diubah dalam kondisi tertentu.
Sumber : Modul 6 Akuntansi Sektor Publik

6. Faktor Penghambat Pelaksanaan Pelayanan Publik


Bebrapa faktor penghambat pelaksanaan pelayanan publik di Kelurahan
Pondok Kacang Timur diantaranya:
a. Faktor Kemampuaan
Pelaksanaan pelayanan di terhambat karena adanya ketebatasan
pegawai (aparatur) dalam menggunakan komputer. Maka dapat diambil
kinformasi bahwa faktor kemampuan aparatur menjadi factor penghambat
dalam pelaksanaan pelayanan publik.
b. Faktor Kualitas Sumber Daya Aparatur
Menurut Handoko (2009:47) bahwa manajemen sumber daya manusia
adalah penarikan, seleksi, pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan
sumber daya manusia untuk mencapai tujuan, baik tujuan individu maupun
tujuan organisasi.
c. Faktor Organisasi Sturktur Organisasi
Kualitas pelayanan publik pada pemerintah salah satunya bergantung
pada komponen – komponen pembentuknya. Kompleksitas, formalisasi, dan
sentralisasi. Dari sinilah terbentuk mekanisme koordinasi formal serta pola
interaksi dalam sebuah organisasi. Kompleksitas berarti struktur organisasi
tersebut menerapkan tingkat pembagian kerja, dan tingkat jabatan. Komponen
formalisasi berkaitan dengan standard operating procedure (SOP). Terakhir,
sentralisasi berkaitan dengan kewenangan pengambilan keputusan.
d. Faktor Sistem Pelayanan Publik
Untuk memberikan pelayanan publik yang baik bagi masyarakat
dibutuhkan sistem yang tertata. Selain berimbas pada kecepatan pelayanan,
sistem pelayanan publik yang baik dapat menekan pungli dan tindak korupsi.
Syarat pelayanan yang jelas, batas waktu, prosedur, serta tarif pelayanan yang
transparan dapat mendorong tingkat kepercayaan masyarakat terhadap
pelayanan pemerintah.
https://media.neliti.com/media/publications/299381-analisis-faktor-pendorong-
dan-faktor-pen-e1c8fa14.pdf

7. Pemerintah dalam menjalankan peranannya senantiasa berupaya menyediakan barang


dan pelayanan yang baik untuk warganya terutama dalam penyediaan infrastruktur.
Penyediaan infrastruktur merupakan tanggung jawab pemerintah bagi warga
negaranya karena infrastruktur tidak hanya dipandang sebagai public goods tetapi
lebih kepada economic goods. Oleh karena itu, pemerintah memiliki kepentingan
untuk membangun infrastruktur yang penting bagi masyarakat.
Pendidikan, pelayanan kesehatan, transportasi, air bersih, dan lain-lain. Barang –
barang tersebut sering disebut dengan “MERIT GOOD “ karena semua orang
membutuhkannya, namun tidak semua orang bisa mendapatkan barang dan jasa
tersebut. Pendidikan misalnya meskipun pemerintah bertanggungjawab untuk
menyedikan pendidikan tetapi bukan berarti harus dibiayai semuanya dengan pajak,
dapat saja sektor swasta terlibat didalamnya.
Untuk menyelenggarakan pendidikan , pemerintah melakukan 3 tindakan yaitu:
 Mendirikan sekolah negeri yang murni milik pemerintah dan dibiayai
sepenuhnya oleh Pemerintah
 Memberikan subsidi pendidikan kepada lembaga-lembaga pendidikan.
 Menyerahkan kepada pihak swasta untuk ikut menyelenggarakan pendidikan.
Sumber : Modul 7 Akuntansi Sektor Publik

8. Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah


 Pemerintah Pusat, yang selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik
Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
IndonesiaTahun 1945.
 Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan Tugas Pembantuan
dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
 Perimbangan keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah adalah suatu
sistem pembagian keuangan yang adil, proporsional, demokratis, transparan, dan
efisien dalam rangka pendanaan penyelenggaraan Desentralisasi, dengan
memper-timbangkan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah, serta besaran
pendanaan penyelenggaraan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.
 Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota, dan perangkat Daerah
sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.
 Daerah otonom, selanjutnya disebut Daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum
yang mempunyai batas-batas wilayah berwenang mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
 Kepala Daerah adalah gubernur bagi daerah provinsi atau bupati bagi daerah
kabupaten atau walikota bagi daerah kota.
 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah
lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan
Daerah.
 Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah
kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam
sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
 Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari Pemerintah kepada gubernur
sebagai wakil Pemerintah.
 Tugas Pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada Daerah dan/atau
desa atau sebutan lain dengan kewajiban melaporkan dan
mempertanggungjawabkan pelaksanaannya kepada yang menugaskan.
 Penerimaan Daerah adalah uang yang masuk ke kas daerah.
 Pengeluaran Daerah adalah uang yang keluar dari kas daerah.
 Pendapatan Daerah adalah hak Pemerintah Daerah yang diakui sebagai penambah
nilai kekayaan bersih dalam periode tahun bersangkutan.
 Belanja daerah adalah semua kewajiban Daerah yang diakui sebagai pengurang
nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan.
 Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya.
 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, selanjutnya disebut APBN adalah
rencana keuangan tahunan pemerintahan Negara yang disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat.
 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disebut APBD adalah
rencana keuangan tahunan Pemerintahan Daerah yang dibahas dan disetujui
bersama oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan
ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
 Pendapatan Asli Daerah, selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan yang
diperoleh Daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
 Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada Daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka
pelaksanaan Desentralisasi.
 Dana Bagi Hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada Daerah berdasarkan angka persentase untuk mendanai
kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi.
 Dana Alokasi Umum, selanjutnya disebut DAU adalah dana yang bersumber dari
pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan
keuangan antar-Daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka
pelaksanaan Desentralisasi.
 Celah fiskal dihitung berdasarkan selisih antara kebutuhan fiskal Daerah dan
kapasitas fiskal Daerah.
 Dana Alokasi Khusus, selanjutnya disebut DAK, adalah dana yang bersumber
dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah tertentu dengan tujuan
untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan Daerah dan
sesuai dengan prioritas nasional.
 Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan Daerah menerima
sejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai uang dari pihak lain
sehingga Daerah tersebut dibebani kewajiban untuk membayar kembali.
 Obligasi Daerah adalah Pinjaman Daerah yang ditawarkan kepada publik melalui
penawaran umum di pasar modal.
 Dana Dekonsentrasi adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh
gubernur sebagai wakil Pemerintah yang mencakup semua penerimaan dan
pengeluaran dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi, tidak termasuk dana yang
dialokasikan untuk instansi vertikal pusat di daerah.
 Dana Tugas Pembantuan adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan
oleh Daerah yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka
pelaksanaan Tugas Pembantuan.
 Hibah adalah Penerimaan Daerah yang berasal dari pemerintah negara asing,
badan/lembaga asing, badan/lembaga internasional, Pemerintah, badan/lembaga
dalam negeri atau perseorangan, baik dalam bentuk devisa, rupiah maupun barang
dan/atau jasa, termasuk tenaga ahli dan pelatihan yang tidak perlu dibayar
kembali.
 Dana Darurat adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan kepada
Daerah yang mengalami bencana nasional, peristiwa luar biasa, dan/atau krisis
solvabilitas.
 Rencana Kerja Pemerintah Daerah, selanjutnya disebut RKPD, adalah dokumen
perencanaan daerah provinsi, kabupaten, dan kota untuk periode 1 (satu) tahun.
 Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah, selanjutnya disebut Renja SKPD,
adalah dokumen perencanaan Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk periode 1
(satu) tahun.
 Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah, selanjutnya disebut
RKA SKPD, adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi
program dan kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah yang merupakan
penjabaran dari Rencana Kerja Pemerintah.
 Daerah dan rencana strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah yang bersangkutan
dalam satu tahun anggaran, serta anggaran yang diperlukan untuk
melaksanakannya.
 Pengguna Anggaran adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran
kementerian negara/lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah.
 Pengguna Barang adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan barang
milik Negara/Daerah.
Sumber : Modul 7 Akuntansi Sektor Publik

9. Prinsip Perimbangan Keuangan


a) Perimbangan Keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah
merupakan subsistem Keuangan Negara sebagai konsekuensi pembagian tugas
antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
b) Pemberian sumber keuangan Negara kepada Pemerintahan Daerah dalam
rangka pelaksanaan Desentralisasi didasarkan atas penyerahan tugas oleh
Pemerintah kepada Pemerintah Daerah dengan memperhatikan stabilitas dan
keseimbangan fiskal.
c) Perimbangan Keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah
merupakan suatu sistem yang menyeluruh dalam rangka pendanaan
penyelenggaraan asas Desentralisasi, Dekonsentrasi, dan Tugas Pembantuan.
Sumber : Modul 7 Akuntansi Sektor Publik

10. Sumber Penerimaan Daerah


a) Penerimaan Daerah dalam pelaksanaan Desentralisasi terdiri atas Pendapatan
Daerah dan Pembiayaan.
b) Pendapatan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersumber dari:
 Pendapatan Asli Daerah
 Dana Perimbangan; dan
 Lain-lain Pendapatan.
c) Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersumber dari:
 Sisa lebih perhitungan anggaran Daerah;
 Penerimaan Pinjaman Daerah;
 Dana Cadangan Daerah; dan
 Hasil penjualan kekayaan Daerah yang dipisahkan.
Sumber : Modul 7 Akuntansi Sektor Publik

11. Pemerintah Pusat


Dilansir dari situs resmi Kementerian Keuangan Republik Indonesia, terdapat
dua pengertian keuangan daerah, yaitu :
PP Nomor 58 tahun 2005
Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk di
dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban
daerah tersebut.
UU Nomor 23 tahun 2014
Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah yang dapat dinilai
dengan uang dan segala sesuatu berupa uang dan barang yang dapat dijadikan milik
daerah yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
https://www.kompas.com/skola/read/2020/09/17/120000969/keuangan-daerah--
pengertian-sumber-dan-prinsipnya#:~:text=Keuangan%20Daerah%20adalah
%20semua%20hak,hak%20dan%20kewajiban%20daerah%20tersebut

12. Ruang Lingkup Keuangan Daerah meliputi :


a. Hak daerah untuk memungut pajak daerah dan retribusi daerah serta melakukan
pinjaman;
b. Kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah dan
membayar tagihan pihak ketiga;
c. Penerimaan daerah;
d. Pengeluaran daerah;
e. Kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat
berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang,
termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan daerah;
f. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangka
penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah dan/atau kepentingan umum.
Sumber : Modul 8 Akuntansi Sektor Publik

13. Penetapan APBD


Penyampaian dan Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD
Kepala daerah menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang APBD kepada
DPRD disertai penjelasan dan dokumen pendukungnya pada minggu pertama bulan
Oktober tahun sebelumnya untuk dibahas dalam rangka memperoleh persetujuan
bersama.
a) Tata cara pembahasan rancangan peraturan daerah tentang APBD dilakukan
sesuai dengan peraturan tata tertib DPRD mengacu pada peraturan
perundangundangan.
b) Pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menitikberatkan pada
kesesuaian antara kebijakan umum APBD serta prioritas dan plafon anggaran
sementara dengan program dan kegiatan yang diusulkan dalam rancangan
peraturan daerah tentang APBD.
Sumber : Modul 8 Akuntansi Sektor Publik
14. Manfaat Keberadaan APBD
Dalam hal APBD diperkirakan surplus, penggunaannya ditetapkan dalam
peraturan daerah tentang APBD. Penggunaan surplus APBD diutamakan untuk
pengurangan utang, pembentukan dana cadangan, dan/atau pendanaan belanja
peningkatan jaminan sosial.
Sumber : Modul 8 Akuntansi Sektor Publik

15. Pengendalian Defisit dan Penggunaan Surplus APBD


Pengendalian Defisit APBD
1) Dalam hal APBD diperkirakan defisit ditetapkan sumbersumber pembiayaan
untuk menutupi defisit tersebut dalam peraturan daerah tentang APBD.
2) Defisit APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditutup dengan
pembiayaan netto
Dalam rangka pengendalian fiskal nasional, Menteri Keuangan menetapkan batas
maksimal jumlah kumulatif defisit APBN dan APBD.
 Berdasarkan batas maksimal jumlah kumulatif defisit APBN dan APBD
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 105, Menteri Keuangan setelah
memperoleh pertimbangan Menteri Dalam Negeri menetapkan batas maksimal
defisit APBD masing-masing daerah untuk setiap tahun anggaran.
 Penetapan batas maksimal defisit APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh Menteri Keuangan setiap tahun pada bulan Agustus.
 Pemerintah daerah wajib melaporkan posisi surplus/defisit APBD kepada
Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan setiap semester dalam tahun
anggaran berkenaan
 Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dapat
dilakukan penundaan atas penyaluran Dana Perimbangan.
Defisit APBD dapat ditutup dari sumber pembiayaan :
 Sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA) daerah tahun sebelumnya;
 Pencairan dana cadangan;
 Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan;
 Penerimaan pinjaman; dan/atau
 Penerimaan kembali pemberian pinjaman.

Penggunaan Surplus APBD


Dalam hal APBD diperkirakan surplus, penggunaannya ditetapkan dalam
peraturan daerah tentang APBD. Penggunaan surplus APBD diutamakan untuk
pengurangan utang, pembentukan dana cadangan, dan/atau pendanaan belanja
peningkatan jaminan sosial
Sumber : Modul 8 Akuntansi Sektor Publik
16. Sistem Akuntansi Pusat
1) SiAP terdiri dari SAKUN dan SAU
2) SAKUN menghasilkan LAK dan Neraca KUN
3) SAU menghasilkan LRA dan Neraca SAU
4) SiAP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh :
 KPPN;
 Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan;
 Direktorat Pengelolaan Kas Negara.

1) KPPN selaku UAKBUN Daerah-KPPN memroses data transaksi penerimaan


dan pengeluaran anggaran yang berasal dari Rekening KUN.
2) Khusus data transaksi pengeluaran yang berasal dari Pinjaman Luar Negeri
(PLN) yang langsung membebani Rekening Khusus diproses oleh KPPN
Khusus.
3) Pemrosesan data transaksi dimaksud termasuk penerimaan dan pengeluaran
nonanggaran yang melalui rekening KPPN.
4) KPPN menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) tingkat Kuasa
BUN KPPN.
5) Laporan Keuangan KPPN terdiri dari LAK, Neraca KUN, LRA, dan Neraca
SAU di wilayah kerjanya.
6) LRA dan Neraca SAU sebagaimana dimaksud pada ayat (5) beserta data
transaksi merupakan bahan rekonsiliasi dengan satuan kerja di wilayah
kerjanya.
7) Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) beserta data transaksi
disampaikan ke Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan dan Direktorat
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan setiap bulan.
8) Dalam rangka penyusunan laporan arus kas harian, KPPN mengirimkan data
posting transaksi ke Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan dan Kantor
Pusat Direktorat Jenderal Perbendaharaan setiap hari.

 Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan selaku UAKKBUN-Kanwil


memroses data gabungan seluruh KPPN.
 Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan bertugas menyusun LKPP tingkat
wilayah.
 Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berupa LAK, Neraca
KUN, dan LRA di tingkat wilayah yang merupakan hasil penggabungan laporan
keuangan seluruh KPPN di wilayah kerjanya.
 Laporan Realisasi Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan
bahan rekonsiliasi dengan UAPPA-W di wilayah kerjanya.
 Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beserta data transaksi
disampaikan ke Direktorat Jenderal Perbendaharaan c.q. Direktorat Akuntansi
dan Pelaporan Keuangan setiap hari.

 Direktorat Pengelolaan Kas Negara selaku UAKBUN-Pusat memroses data


transaksi penerimaan dan pengeluaran BUN melalui Kantor Pusat.
 Pemrosesan data transaksi dimaksud termasuk penerimaan dan pengeluaran
nonanggaran yang melalui Rekening KUN.
 Data transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bahan
penyusunan LAK dan LRA melalui BUN.
 Direktorat Pengelolaan Kas Negara UAKBUN-Pusat menyusun LKPP tingkat
BUN-Pusat dan mengirimkan ke Kantor Pusat Direktorat Jenderal
Perbendaharaan c.q. Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan.

 Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan selaku UABUN/pelaksana SiAP


menyusun Laporan Keuangan BUN berupa LAK sebagai bahan penyusunano
LKPP.
 Laporan Keuangan BUN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun
berdasarkan gabungan Laporan KPPN dan BUN-Pusat Laporan SiAP, SAUP&
H, SA-IP, SA-PP, SA-BL, dan SA-BAPP.

 Direktorat Jenderal Perbendaharaan selaku UAPBUN yang melaksanakan


SiAPmenyusun laporan keuangan berupa LAK, Neraca KUN, dan LRA yang
merupakan hasil penggabungan laporan keuangan seluruh Kanwil Direktorat
Jenderal Perbendaharaan.
 LRA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bahan rekonsiliasi
dengan UAPPA-E1 dan UAPA.
 Berdasarkan hasil rekonsiliasi dengan UAPA yang tertuang dalam Berita Acara
Rekonsiliasi, Direktorat Jenderal Perbendaharaan berwenang melakukan
perbaikan data LRA sebelum revisi atas LRA diterima dari UAPA.
 Perbaikan data LRA sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak menghilangkan
kewajiban UAPA untuk menyampaikan revisi atas LRA.
 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara rekonsiliasi diatur dengan Peraturan
Direktur Jenderal Perbendaharaan.
Sumber : Modul 10 Akuntansi Sektor Publik

17. Akuntansi merupakan aktivitas jasa untuk menyediakan informasi yang diperlukan
untuk pengembilan keputusan. Pada sektor publik, pengambilan keputusan terkait
dengan keputusan baik pada sektor ekonomi, sosial, dan politik. Dalam pengelolaan
keuangan Negara dan Daerah yang besar pemerintah memerlukan suatu sistem
akuntansi yang diperlukan untuk pengelolaan dana, transaksi ekonomi yang semakin
besar dan beragam. Pada dasarnya baik sektor swasta maupun pemerintah, akuntansi
dibedakan menjadi dua bagian yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen.
Dalam hal ini akuntansi yang dibahas adalah akuntansi keuanhan daerah.

Definisi Sistem Akuntansi Pemerintahan menurut PP No. 24 Tahun 2005 tentang


Standar Akuntasi Pemerintahan : Sistem akuntansi pemerintahan adalah serangkaian
prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data,
pencatatan, pengikhtisaran dan pelaporan posisi keuangan dan operasi pemerintah.
Berdasarkan Permendagri No. 13 Tahun 2006 (2006:76) yang terdapat pada pasal 232
menyatakan bahwa Sistem Akuntansi Keuangan Daerah merupakan : serangkaian
prosedur mulai dari proses pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran, sampai
dengan pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD
yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan computer.

https://bpkad.banjarkab.go.id/index.php/2017/09/11/sistem-akuntansi-keuangan-
pemerintah-daerah/

18. Definisi Dekonsentrasi


Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari Pemerintah kepada
gubernur. Untuk mendukung pelaksanaan dekonsentrasi, dibutuhkan dana
dekonsentrasi, yaitu dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh gubernur
yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan
Dekonsentrasi, tidak termasuk dana yang dialokasikan untuk instansi vertikal pusat di
daerah.
https://www.mkduncen.ac.id/edukasi-keuangan-daerah-mengenal-dana-
dekosentrasidantugaspembantuan/#:~:text=Dekonsentrasi%20adalah
%20pelimpahan%20wewenang%20dari%20Pemerintah%20kepada
%20gubernur.&text=Pendanaan%20Dekon%20dialokasikan%20untuk
%20membiayai,Pusat%2C%20dan%20kegiatannya%20bersifat%20nonfisik.

19. Dana Hibah


Dana hibah adalah suatu pemberian dalam wujud uang, barang, ataupun jasa
dari satu pihak ke pihak lain secara umum. Contoh setiap pihak tersebut adalah
pemerintah daerah, pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat, dan organisasi
masyarakat atau ormas.Dana hibah adalah suatu hal yang berbeda dengan bantuan
sosial, dimana bantuan sosial adalah pemberian bantuan dari pemerintah kepada pihak
individu, keluarga, masyarakat atau kelompok tertentu yang sifatnya selektif dengan
tujuan tertentu guna melindungi penerima bantuan dari resiko sosial.
Secara eksplisit, dana hibah adalah suatu hadiah yang diberikan satu pihak
kepada pihak lainnya. Dana hibah itu sendiri juga terbagi menjadi tiga, pembagian ini
dibuat berdasarkan bentuk hibah itu sendiri, yakni dana hibah dalam bentuk uang,
barang, ataupun jasa
Pemberian hibah bertujuan untuk mempercepat proses pembangunan, dan
mendukung tercapainya tujuan program serta kegiatan Pemerintah Kabupaten Badung
sesuai prioritas dan kebutuhan daerah denganberpedoman pada asas keadilan,
kepatutan, rasionalitas, dan manfaat untuk masyarakat.
https://accurate.id/ekonomi-keuangan/dana-hibah-adalah/

Anda mungkin juga menyukai