Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

Konservasi SDA dan Lingkungan


Dosen Pengampu : Dr. Marini Susanti Hamidun, S.Si, M.Si

Nama : Syarifah Ainurrohimah

Nim : 411421005

Kelas : 1C Pendidikan Matematika

Tugas : Biologi dan Lingkungan

JURUSAN S1 PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2021


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahi robil’alamin segala puji bagi Allah karena atas karunia-Nya


lah saya dapat menyelesaikan makalah yang telah diberikan kepada kami yang
insyaallah sudah memenuhi kriteria yang suda ditentukan sebelumnya.

Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang
telah diberikan oleh dosen mata kuliah. Judul materi yang akan dipaparkan dalam
makalah ini yaitu “Permasalahan Lingkungan”.

Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah,


sehingga saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca agar saya
bisa jadi lebih baik lagi kedepannya.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 1

1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 1

BAB 11 PEMBAHASAN ............................................................................ 2

2.1 Perlindungan sistem-sistem ekologis sebagai penyangga kehidupan6

2.2 Pelestarian keanekaragaman hayati dan plasma nutfah sebagai

sumber genetis ....................................................................................... 7

2.3 Pemanfaatan secara lestari .................................................................. 13

BAB 111 PENUTUP ................................................................................... 15

3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 15

3.2 Saran ...................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 16

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sumber Daya Alam merupakan unsur yang sangat penting dalam kehidupan ini,
karena tanpa ada sumber daya alam kita mustahil untuk dapat hidup di dunia ini, misalnya
untuk makan maka kita mengambil makanan tersebut dari alam, untuk membangun rumah
kita menggunakan kayu. Kayu tersebut juga berasal dari sumber daya alam dan masih banyak
yang lainnya pokoknya semua kegiatan di bumi ini pasti tidak terlepas dari sumber daya
alam. Di Indonesia ini terdapat berbagai macam sumber daya alam yang melimpah, namun
kita sepertinya tidak memanfaatkan sumber daya alam tersebut dengan baik dan juga tidak
bijaksana dalam menggunakannya. Mengingat begitu pentingnya manfaat sumber daya alam
tersebut maka kita seharusnya melakukan konservasi atau melestarikan sumber daya alam
tersebut untuk kelangsungan hidup kita.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang dan ruang lingkup yang telah diuraikan diatas, maka
muncul permasalahan yang akan dibahas dalam makalah diantaranya sebagai berikut:

1. Apa saja perlindungan sistem-sistem ekologis sebagai penyangga kehidupan?

2. Bagaimana pelestarian keanekaragaman hayati dan plasma nutfah sebagai penyangga


kehidupan?

3. Apa itu pemanfaatan secara lestari?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui perlindungan sistem-sistem ekologis sebagai penyangga kehidupan

2. Mengetahui pelestarian keanekaragaman hayati dan plasma nutfah sebagai penyangga


kehidupan

3. mengetahui pemanfaatan secara lestari

1
BAB II

PEMBAHASAN

• Konsep konservasi dan sumber daya alam


1. Konsep konservasi
Konservasi adalah upaya yang dilakukan manusia untuk melestarikan atau melindungi
alam. Konservasi (conservation) adalah pelestarian atau perlindungan. Secara harfiah,
konservasi berasal dari bahasa Inggris conservation, yang artinya pelestarian atau
perlindungan. Sedangkan menurut ilmu lingkungan, konservasi dapat diartikan adalah
sebagai berikut:
1. Upaya efisiensi dari penggunaan energi, produksi, transmisi, atau distribusi yang
berakibat pada pengurangan konsumsi energi di lain pihak menyediakan jasa yang
sama tingkatannya;
2. Upaya perlindungan dan pengelolaan yang hati-hati terhadap lingkungan dan
sumber daya alam (fisik);
3. Pengelolaan terhadap kuantitas tertentu yang stabil sepanjang reaksi kimia atau
transformasi fisik;
4. Upaya suaka dan perlindungan jangka panjang terhadap lingkungan
5. Suatu keyakinan bahwa habitat alami dari suatu wilayah dapat dikelola, sementara
keanekaragaman genetik dari spesies dapat berlangsung dengan mempertahankan
lingkungan alaminya.

Konservasi adalah segenap proses pengelolaan suatu tempat agar makna kultural yang
dikandungnya terpelihara dengan baik (Piagam Burra, 1981). Konservasi adalah
pemeliharaan dan perlindungan terhadap sesuatu yang dilakukan secara teratur untuk
mencegah kerusakan dan kemusnahan dengan cara pengawetan (Peter Salim dan Yenny
Salim, 1991). Kegiatan konservasi selalu berhubungan dengan suatu kawasan, kawasan itu
sendiri mempunyai pengertian yakni wilayah dengan fungsi utama lindung atau budidaya
(Undangundang No. 32 Tahun 2009). Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan
dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya
alam, sumber daya buatan, dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan
pembangunan berkelanjutan.

Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan

2
sumber daya buatan. Konservasi itu sendiri berasal dari kata Conservation yang terdiri atas
kata con (together) dan servare (keep/save) yang memiliki pengertian mengenai upaya
memelihara apa yang kita punya (keep/save what you have), namun secara bijaksana (wise
use). Ide ini dikemukakan oleh Theodore Roosevelt (1902) yang merupakan orang Amerika
pertama yang mengemukakan tentang konsep konservasi. Konservasi dalam pengertian
sekarang, sering diterjemahkan sebagai the wise use of nature resource (pemanfaatan sumber
daya alam secara bijaksana).

Konservasi juga dapat dipandang dari segi ekonomi dan ekologi di mana konservasi dari
segi ekonomi berarti mencoba mengalokasikan sumber daya alam untuk sekarang, sedangkan
dari segi ekologi, konservasi merupakan alokasi sumber daya alam untuk sekarang dan masa
yang akan datang. Apabila merujuk pada pengertiannya, konservasi didefinisikan dalam
beberapa batasan, sebagai berikut.

1. Konservasi adalah menggunakan sumber daya alam untuk memenuhi keperluan


manusia dalam jumlah yang besar dalam waktu yang lama (American Dictionary).
2. Konservasi adalah alokasi sumber daya alam antarwaktu (generasi) yang optimal
secara sosial (Randall, 1982).
3. Konservasi merupakan manajemen udara, air, tanah, mineral ke organisme hidup
termasuk manusia sehingga dapat dicapai kualitas kehidupan manusia yang
meningkat, sedangkan dalam kegiatan manajemen antara lain meliputi survei,
penelitian, administrasi, preservasi, pendidikan, pemanfaatan dan latihan (IUCN,
1968).
4. Konservasi adalah manajemen penggunaan biosfer oleh manusia sehingga dapat
memberikan atau memenuhi keuntungan yang besar dan dapat diperbaharui untuk
generasi-generasi yang akan datang (WCS, 1980).

Pada tahun 1972 dilakukan pertemuan yang merupakan tonggak penting dalam
pengembangan strategi konservasi global. Pertemuan tersebut dikenal dengan Stockholm
Conference on the Human Environment. Hasil dari pertemuan tersebut antara lain
pembentukan UNEP (The United Nations Environment Program) untuk menghadapi
tantangan permasalahan lingkungan hidup di dunia, yang masih terfokus pada kerusakan dan
konservasi sumber daya alam. Pada tahun 1992, Earth Summit di Rio de Janeiro, Brazil, atau
yang dikenal sebagai United Nations Conference on Environmental and Development; atau
yang dikenal dengan istilah KTT Bumi membahas berbagai cara untuk melindungi

3
lingkungan dengan perhatian pada pembangunan ekonomi yang lebih berkelanjutan pada
negara yang kurang sejahtera.

Pertemuan tersebut juga berhasil meningkatkan perhatian dan keseriusan dunia dalam
menghadapi berbagai krisis lingkungan, membangun pemahaman yang jelas antara upaya
perlindungan lingkungan dan kebutuhan untuk mengentaskan kemiskinan di negara
berkembang dengan bantuan dana dari negara maju. Di Asia Timur, konservasi sumber daya
alam hayati (KSDAH) dimulai saat Raja Asoka (252 SM) memerintah, dimana pada saat itu
diumumkan bahwa perlu dilakukan perlindungan terhadap binatang liar, ikan, dan hutan.
Sedangkan di Inggris, Raja William I (1804 M) pada saat itu telah memerintahkan para
pembantunya untuk mempersiapkan sebuah buku berjudul Doomsday Book yang berisi
inventarisasi dari sumber daya alam milik kerajaan.

Kebijakan kedua raja tersebut dapat disimpulkan sebagai suatu bentuk konservasi sumber
daya alam hayati pada masa tersebut, yaitu Raja Asoka melakukan konservasi untuk kegiatan
pengawetan, sedangkan Raja William I melakukan pengelolaan sumber daya alam hayati atas
dasar adanya data yang akurat. Berdasarkan pada fakta sejarah tersebut, dapat dilihat bahwa
sejak jaman dahulu, konsep konservasi telah ada dan diperkenalkan kepada manusia
meskipun konsep konservasi tersebut masih bersifat konservatif dan eksklusif (kerajaan).

Konsep tersebut adalah konsep kuno konservasi yang merupakan cikal bakal konsep
modern konservasi, yaitu konsep modern konservasi yang menekankan pada upaya
memelihara dan memanfaatkan sumber daya alam secara bijaksana. Sedangkan menurut
Rijksen (1981), konservasi merupakan suatu bentuk evolusi kultural, yang pada saat zaman
dulu, upaya konservasi lebih buruk daripada saat sekarang.

2. Konsep sumber daya alam

Secara keseluruhan, Konservasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan (KSDAL) adalah
pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan yang pemanfaatannya dilakukan secara
bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan
meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragamannya. Di Indonesia, kegiatan konservasi
seharusnya dilaksanakan secara lintas sektor dan lintas aktor; bersama dan terpadu baik oleh
pemerintah maupun masyarakat (mencakup masyarakat umum, swasta, lembaga swadaya
masyarakat, dan perguruan tinggi), serta pihak-pihak lainnya.

4
Sifat Sumber Daya Alam atau ciri-ciri sumber daya alam di Indonesia yang menonjol ada
dua macam, yaitu penyebaran yang tidak merata dan sifat ketergantungan antara sumber daya
alam. Sumber daya Alam (disingkat SDA) adalah segala sesuatu yang berasal dari alam yang
dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sedangkan jenis SDA dibagi menjadi
dua, yaitu, SDA yang dapat diperbaharui dan SDA yang tidak dapat diperbaharui. SDA yang
dapat diperbaharui meliputi air, tanah, tumbuhan dan hewan. SDA ini harus kita jaga
kelestariannya agar tidak merusak keseimbangan ekosistem.

SDA yang tidak dapat diperbaharui itu contohnya barang tambang yang ada di dalam
perut bumi seperti minyak bumi, batu bara, timah dan nikel. Kita harus menggunakan SDA
ini seefisien mungkin. Sebab, misalnya batu bara, baru akan dapat terbentuk kembali setelah
jutaan tahun kemudian. Sumber daya alam buatan adalah hasil pengembangan dari sumber
daya alam hayati dan/atau sumber daya alam nonhayati yang ditunjuk untuk meningkatkan
kualitas, kuantitas, dan/atau kemampuan daya dukungnya, antara lain hutan buatan, waduk,
dan jenis unggul. Sumber daya alam mencakup sumber daya lahan, hutan, air, dan mineral.

Sumber daya alam ini merupakan modal utama dan fundamental untuk pelaksanaan
aktivitas pembangunan yang secara umum bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi bagi kesejahteraan masyarakat. Sumber daya alam yang dieksploitasi akan
mengalami penyusutan dan akan menimbulkan dampak terhadap lingkungannya. Penyusutan
sumber daya alam tersebut secara kuantitatif akan mengurangi cadangan (stok), namun
demikian apabila sumber daya alam tersebut dialihfungsikan dapat menciptakan cadangan
baru.

Sementara itu dampak yang ditimbulkan akibat eksploitasi sumber daya alam terhadap
lingkungannya (dampak lingkungan) bisa bersifat menguntungkan (positif) maupun
merugikan (negatif) atau menurunkan kualitas, dan bersifat langsung atau tidak langsung
(turunan). Optimalisasi penggunaan sumber daya alam tersebut harus dicapai dengan
mempertimbangkan aspek ekonomi, kelestarian lingkungan, kesesuaian lahan, nilai potensi
dan konsistensi demi tercapainya pembangunan yang berkelanjutan. Untuk itu diperlukan
adanya informasi yang berkesinambungan dan lengkap mengenai potensi, lokasi, sebaran,
waktu, dan pendayagunaan lingkungan.

Dalam hal ini diperlukan suatu informasi berupa neraca yang memuat keseluruhan
komponen tersebut dikenal dengan neraca sumber daya alam berbentuk spasial dan tabular.

5
Neraca sumber daya alam merupakan perimbangan (balance) antara kondisi sumber daya
alam semula (kondisi awal) dengan kondisi berikutnya (kondisi akhir), atau antara kondisi
tahun sebelumnya dengan kondisi tahun berikutnya, apabila sumber daya alam tersebut
dieksploitasi.

Penyusunan neraca sumber daya alam adalah seperti penyusunan neraca keuangan dalam
tabel diskonto, kondisi tahun sebelumnya sebagai nilai aktiva dan kondisi akhir nilai sebagai
pasiva. Neraca sumber daya alam dan lingkungan mengutamakan pada keseimbangan dan
kelestarian lingkungan. Artinya dalam menyusun neraca sumber daya alam, selain
menyajikan nilai perimbangan kondisi sumber daya alam setelah dieksploitasi juga
memperhitungkan perimbangan kondisi lingkungan akibat eksploitasi tersebut.

• Tujuan konservasi
1. Untuk bisa memelihara serta untuk melindungi tempat-tempat yang sudah dianggap
berharga agar tidak hancur.
2. Untuk bisa menekankan kembali sehingga bisa memakai kembali pemakaian
bangunan yang sudah lama yang sehingga tidak terlantar, sebenarnya memiliki
maksud apakah dengan menggunakan cara seperti ini bisa menghidupkan kembali
fungsi dari bangunan yang sebelumnya dari bangunan tersebut atau bisa juga
mengganti suatu fungsi dari bangunan yang lama dengan fungsi yang baru yang
memang diperlukan.
3. Untuk bisa melindungi benda-benda sejarah atau juga benda-benda pada zaman
purbakala dari kehancuran dan kerusakan yang bisa diakibatkan oleh faktor alam,
mikro organisme dan juga kimiawi.
4. Untuk bisa melindungi benda-benda cagar alam yang sudah dilakukan dengan
secara langsung seperti membersihkannya, memelihara dan juga memperbaiki baik
secara fisik maupun dengan cara langsung dari pengaruh berbagai macam faktor
yang ada, misalnya seperti faktor lingkungan yang bisa merusak benda-benda itu.

2.1 Perlindungan sistem-sistem ekologis sebagai penyangga kehidupan


Sistem penyangga kehidupan merupakan satu proses alami dari berbagai
unsur hayati dan non hayati yang menjamin kelangsungan kehidupan makhluk. Perlindungan
sistem penyangga kehidupan ditujukan bagi terpeliharanya proses ekologis yang menunjang
kelangsungan kehidupan untuk mening katkan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan
manusia.

6
Untuk mewujudkan keadaan tersebut maka pemerintah menetapkan hal-hal sebagai berikut.
a. Wilayah tertentu sebagai wilayah perlindungan sistem penyangga kehidupan.
b. Penetapan pola dasar pembinaan wilayah perlindungan sistem penyangga kehidupan.
c. Pengaturan cara pemanfaatan wilayah perlindungan sistem penyangga kehidupan.
d. Setiap pemegang hak atas tanah dan hak pengusaha di perairan dalam wilayah sistem
penyangga kehidupan wajib menjaga kelangsungan fungsi perlindungan wilayah tersebut.
e. Dalam rangka pelaksanaan sistem penyangga kehidupan, pemerintah mengatur serta
melakukan tindakan penertiban terhadap penggunaan dan pengelolaan serta hak pengusahaan
di perairan yang terletak dalam wilayah perlindungan sistem penyangga kehidupan.
f. Tindakan penertiban dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangundangan yang
berlaku.
g. Wilayah sistem penyangga kehidupan mengalami kerusakan secara alami dan atau oleh
karena pemanfaatannya serta oleh sebab-sebab lainnya harus diikuti dengan upaya
rehabilitasi secara berencana dan berkesinambungan.

2.2 Pelestarian keanekaragaman hayati dan plasma nutfah sebagai sumber


genetis

Plasma nutfah adalah substansi pembawa sifat keturunan yang dapat berupa organ
utuh atau bagian dari tumbuhan atau hewan serta mikroorganisme. Plasma nutfah merupakan
kekayaan alam yang sangat berharga bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk
mendukung pembangunan nasional. Upaya pengelolaan dan pelestarian sumberdaya alam
hayati tidak dapat dilepaskan dari upaya pengelolaan dan pelestarian plasma nutfah selaku
pembawa sifat keturunan species keanekaragaman hayati tersebut. Plasma nutfah adalah
substansi yang terdapat dalam setiap makhluk hidup dan merupakan sumber sifat keturunan
yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan atau ditarik untuk menciptakan jenis unggul
atau kultivar baru. Termasuk dalam kelompok ini adalah semua kultivar unggul masa kini
atau masa lampau, kultivar primitif, jenis yang sudah dimanfaatkan tapi belum
dibudidayakan, jenis liar kerabat jenis budidaya dan jenis-jenis budidaya.

Plasma nutfah harus dikonversi karena plasma nutfah sering mengalami erosi genetik
yang mengakibatkan jumlah plasma nutfah semakin menurun. Salah satu yang perlu
diperhatikan dalam pelestarian plasma nutfah adalah penyimpanan. Metode konservasi
sumber daya genetik secara luas terbagi menjadi dua yaitu secara in-situ dan ex-situ.

7
1. Konservasi in-situ
Konservasi in-situ yaitu konservasi didalam kawasan suaka alam dan kawasan
pelestarian alam. Khususnya untuk tumbuhan meskipun untuk populasi yang dibiakkan
secara alami, konservasi in-situ mungkin termasuk regenerasi buatan apabila penanaman
dilakukan tanpa seleksi yang disengaja dan pada area yang sama bila benih atau materi
reproduksi lainnya dikumpulkan secara acak.

Memanfaatkan plasma nutfah dengan in-situ memungkinkan karakterisasi dan evaluasi


tanaman serta memudahkan program persilangan melalui persendian bunga atau serbuk sari
secara cepat. Selain itu proses produksi secara klonal dapat mempertahankan kemasan
genetic materi. Namun demikian, metode koleksi ini rawan punah, terutama di Negara-negara
berkembang yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti hama penyakit (baik dilapangan
maupun penyimpanan), iklim yang ektrim, kebakaran lahan, konflik sosial, serta perubahan
pemanfaatan lahan yang tadinya untuk koleksi plasma nutfah.

Pelestarian plasma nutfah dapat dilakukan dengan cara konvensional ataupun


modern/bioteknologi. Kedua cara ini membutuhkan tindakan yang cermat karena sudah
barang tentu terdapat kelebihan dan kekurangannya. Kelebihan cara konvensional adalah
menggunakan lahan yang luas (aneka ragam plasma nutfah dapat dilestarikan), sedang
kekurangannya sulit memonitor dan kestabilan plasma nutfah sulit dijamin. Lebih lanjut
diungkapkan mengenai kelebihan cara modern membutuhkan ruang yang sempit (karena
dilakukan secara in vitro), mudah memonitor, tenaga kerja tidak banyak, sedang
kekurangannya adalah investasi awal tinggi dan membutuhkan tenaga ahli yang berkualitas.
Para ahli mengungkapkan bahwa kedua cara ini tidak dapat dipisahkan, karena pada
pelaksanaanya akan saling menunjang. Sejauh ini metode konvensional sudah banyak
berhasil dalam menyelamatkan plasma nutfah yang tentunya sangat berguna bagi
kelangsungan hidup mahluk hidup di muka bumi ini.

Memelihara di tempat dimana tanaman tumbuh merupakan tindakan yang sudah


berabad-abad dilakukan dengan cara ini tanamna tidak akan strees terhadap keadaan
lingkungan yang baru. Namun demikian keadaan alami ini akan nlebih membiarkan tanaman
tersebut danakan berkembang secara sendiri tanpa terlalu banyak, atau bahkan tidak ada
jamahan tangan manusia sebagai pengelola. Sudah tentu akan seperti komuniti alami.
Keuntungan lain adalah ekosistem akan lebih terjaga.

8
Dengan adanya evolusi, kemajuan perkembangan budaya manusia tanaman banyak
dipindah tempatkan oleh manusia dengan unsur kesengajaan. perlakuan ini dikenal dengan
istilah domestikasi. Tindakan ini ternyata membawa dampak positif terhadap kemajuan
pertanian, mereka belajar menanam dengan baik, mencoba memperbanyak agar dapat
memperoleh kesinambungan dari keberadaan tanaman yang dipelihara. Namun demikian kita
masih tetap dapat memelihara secara in situ, sesuai dengan tempat dimana tanaman itu
tumbuh dan berkembang; karena biasanya tanaman yang didomestikasikan berarti sudah
menyesuaikan diri dengan keadaan tempat yang baru. Hal-hal yang diperhatikan dalam
melaksanaan pelestarian plasma nutfah adalah:

1. Pengkajian teknologi pelestarian


2. Penyediaan tenaga ahli
3. Pembangunan sarana dan prasarana
Pemerintah dengan rekomendasi dari panitia Nasional Bioteknologi telah menetapkan
LIPI dalam hal ini sebagai pusat penelitian dan pembangunan Bioteknologi menangani
Pusat Plasma Nutfah Nasional. Pemilihan kawasan tertentu dengan menggunakan kriteria
tertentu dengan pertimbangan habitat perwakilan biota serta penelaahan keterlaksanaan yang
baik. Lebih lanjut diungkapkan bahwa sistem pengeloaanya yang perlu disempurnakan.

Pemeliharaan intensif pada metode konvensional in situ dapat dilakukan dengan


mengikat sertakan daerah dan masyarakat bersama sama mengelola suatu lahan milik Negara
seperti halnya hutan, pantai, prairi/padang rumput dalam hamparan luas dan lainnya dibatasi
oleh perundang-unangan. Pada pelaksanaannya akan memerlukan tenaga kerja dengan jumlah
yang banyak dengan struktur organisasi yang jelas.

Walaupun sebenarnya ada perundang-undangan yang pasti, namun karna memelihara


dalam hamparan luas yang tidak mungkin. Kasus-kasus yang paling menyedihkan terjadi
kehilangan beberapa plasma nutfah akibat terbang ke negeri orang melalui tangan-tangan
jahil manusia. Sudah barang tentu hal ini sulit untuk di lacak siapa sebenarnya pelaku-pelaku
yang tidak bertanggung jawab tersebut.

Dalam usaha melestarikan hutan-hutan yang kaya akan berbagai macam flora dan
fauna telah di programkan adanya beberapa daerah konservasi, penghijauan kembali
(reboisasi), pembatasan pembukaan lahan, dan pemeliharaan intensif untuk kawasan-kawasan
tertentu yaitu daerah hutan, tanam industri, taman-taman nasional, marga satwa.

9
2. Konservasi ex-situ
Konservasi ex-situ merupakan metode konservasi yang mengkonservasi spesies diluar
distribusi alami dari populasi aslinya. Konservasi ini merupakan proses melindungi spesies
tumbuhan dan hewan langka dengan mengambilnya dari habitat yang tidak aman atau
terancam dan menempatkannya di bawah perlindungan manusia. Tujuan konservasi ex-situ
untuk mendapatkan kondisi penyimpanan yang ideal sehingga penyimpana plasma nutfah
dapat dipertahankan dengan menekan proses metabolism pada tingkat yang sangat mini.
Menurut Harington dalam Robert dan King (1979) penyimpanan benih adalah salah satu
metode preservasi genotif yang termudah dan termurah.

Konservari ex-situ, menghilangkan spesies dari konteks ekologi lainnya,


melindunginya dibawah kondisi semi terisolasi dimana evolusi alami dan proses adaptasi
dihentikan sementara atau diubah dengan mengintroduksi specimen pada habitat yang tidak
alami (buatan). Pelestarian tanaman dengan cara memindah tempatkan dari tempat asal
tumbuhnya, dengan sendirinya tercermin ada unsur kesengajaan untuk memelihara lebih
intensif dengan cara mengurangi luas areal penanaman, menggunakan tenaga kerja yang
cukup, sarana yang memadai, atau bahkan menggunakan bahan-bahan, alat-alat yang canggih
seperti yang di peruntukkan pada kultur teknik in vitro.

Beberapa hal yang menjadi kendala dalam pelaksanaannya adalah di perlukan tenaga
terampil yang terdidik dan mempunyai rasa tanggung jawab penuh pada pekerjaannya,
kelengkapan bahan dan alat yang di butuhkan seringkali sangat terbatas, menyimpan cara ini
khususnya dengan kebun pembibitan tidak dapat menjamin penyimpan jangka panjang.
Dipihak lain keuntungan yang dapat di harapkan tidak sedikit. Dengan menggunakan cara ini
kita dapat lebih memantau penyelamatan koleksi, baik secara budidaya maupun masalah
vandalisme. Selain itu dapat ditambah koleksi setiap saat bila mana memungkinkan, baik
yang sudah teridentifikasi maupun yang masih sedang dalam taraf eksplorisasi. Sering para
peneliti mengalami kesukaran bila di minta usulan penelitian yang berkaitan dengan
penggunaan varietas-varietas lanras untuk tanaman tertentu.

Secara umum sitem pelestarian plasma nutfah secara ex-situ belum memadai. Sampai
saat sekarang sistem nasional pelestarian ex-situ yang ada dapat digambarkan sebagai
berikut: Kebun Raya Indonesia, bertanggung jawab pada jenis botani, jadi diutamakan
penempatan kelengkapan koleksi tanaman pribumi yang ada di Indonesia. Karena

10
keterbatasan lahan atau areal kebun maka masih diperlukan adanya tambahan terhadap
koleksi botani yang ada dalam kebun raya itu yang dapat ditanam diberbagai tipe tapak
pelestarian lainnya. Keanekaragaman plasma nutfah tidak menjadi mandat kebun raya sebab
koleksi lebih di tunjukkan kepada keragaman jenis botani.

Kebun plasma nutfah, seperti pada PUSPITEK menekankan pada tumbuhan yang
berpotensi ekonomi. Oleh karena itu ditanam populasi jenis untuk menangkap
keanekaragaman plasma nutfah. Arboretum merupakan koleksi botani yang khusus hanya di
isi dengan koleksi jenis pepohonan. Karena sifatnya dapat pula keanekaragaman pohon
diwakili didalamnnya, sehingga arboretum dapat berfungsi sebagi kebun pohon-pohon hutan.

• Taman hutan raya, adalah arboretum yang di beri fungsi tambahan sebagai tempat
rekreasi. Memiliki sifatnya itu tempat ini paling tepat dikelola pihak departemen
kehutanan.
• Kebun raja (bukan kebun raya) adalah penerus budaya bangsa dalam membina
paru-paru kota yang diisi dengan beraneka tumbuhan setempat. Karena itu kebun
raja sangat cocok untuk ditangani oleh provinsi untuk memungkinkan pemerintah
daerah setempat dapat memanfaatkan plasma nutfah daerahnya untuk mberbagai
macam keperluan.
• Kebun kampus seyogyanya sebagai suatu kebun koleksi untuk keperluan
pendidikan serta laboratorium lapangan guna pendidikan perplasmanutfahan.
• Kebun koleksi adalah kebun yang ditangani lembaga-lembaga penelitian yang
umumnya berisi koleksi plasma nutfah jenis unggul masa lalu serta perangkat
plasma nutfah lainnya yang langsung dapat dimanfaatkan dalam perakitan jenis
unggul baru.
• Kebun binatang mencoba meliputi semua macam dan tipe kebun tumbuhan diatas
hanya membatasi diri pada binatang liar dan hewan peliharaan. Disamping itu
bukannya tidak mungkin menggabungkan kebun binatang dengan kebun raja,
karena pada mula sejarahnya keduanya menyatu.
Usaha pelestarian dilakukan dengan konservasi secara ex-situ yaitu penanaman di
tempat koleksi baru/di luar habitat alaminya. Contoh tanaman yang dikumpulkan dari
eksplorasi berupa biji, umbi, setek dan organ tanaman lainnya. Materi berupa organ tanaman
disterilisasi menggunakan Rootone-F, selanjutnya ditanam di pot-pot pemeliharaan di rumah
kaca dan kebun pemeliharaan (visitor plot). Pemeliharaan tanaman dilaksanakan dengan

11
penyiraman, pemupukan baik pupuk Gandasil maupun pupuk NPK, pengendalian hama dan
penyakit, dan pemangkasan.

Sampai dengan saat ini belum ada suatu kebijakan yang berskala nasional, terintegrasi
dan komprehensif tentang pengelolaan plasma nutfah. Pengelolaan plasma nutfah terkotak-
kotak sesuai dengan lembaga pengelolaanya. Sehingga kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi pada lembaga pengelola yang satu tidak berdampak pada lembaga lainnya. Selain
permasalahan diatas, dalam kebijakan yang adapun hanya tertuang dalam beberapa pasal
dalam Undang Undang dan Peraturan-Peraturan pelaksanaan, yang merupakan kebijakan
yang bersifat parsial dan (mungkin) kontemporer dan itu pun tidak secara inflisitmenegaskan
makna akan plasma nutfah. Bila dikaji kebijakan-kebijakan yang di keluarkan terakait
lembaga pegelola sumber daya alam hayati maka di sangat kurang tegas dinyatakan akan
upaya-upaya pengelolaan sumberdaya genetik (plasma nutfah)-nya.

Sektor pertanian yang lebih dahulu maju dalam pengembangan rekayasa genetika,
dapat dikatakan mulai memperhatikan unsur plasma nutfah tersebut dalam kebijakannya
itupun sifatnya sangat persial dan mungkin temporal. Pengelolaan smberdaya alam hayati
lebih di fokuskan pada pemanfaatan keanekaragam jenis dan hanya pada jenis-jenis yang
memiliki nilai-nilai komersial. Kurangnya perhatian pengembangan jenis-jenis komesial dan
jenis lainnya tersebut, tentu disebabkan tidak adanya keberpihakan kebijakan yang
dikeluarkan kearah pengembangan genetik.

Para ahli pertanian dan ahli konservasi biologi harus berterimakasih kepada para
petani tradisional yang mempunyai peranan penting dalam mengelola dan menjaga
keanekaragaman sumber plasma nutfah. Keanekaragama sumber plasma nutfah sangat
penting dalam upaya memperbaiki jenis-jenis tanaman budidaya.

Dalam upaya menjaga kelestarian jenis-jenis tanaman local yang memiliki keunggulan
tertentu diperlukan upaya konservasi ex-situ yang diperlukan para pemulia sebagai bahan
sumber genetik dalam upaya menemukan jenis yang mempunyai keunggulan. Walaupun
demikian para ilmuwan ahli genetika dan ahli pemulia masih tetap memerlukan usaha in-situ
jenis dan kultivar-kultivar lokal sebagai sumber genetik dalam rekayasa genetika untuk
memeperbaiki jenis tanaman budidaya.

12
Dalam rangka konservasi in-situ keanekaragaman jenis tanaman budidaya, masyarakat
lokal memiliki peran sangat penting terutama dalam mengembangkan dan mengelola
keanekaragaman plasma nutfah jenis-jenis tanaman budidaya tersebut. Walaupun strategi
konservasi ex-situ mendominasi upaya kenservasi sumber daya genetik, tetapi pada dekade
terakhir banyak ilmuwan pertanian khususnya para pemulia tanaman telah menggunakan pula
strategi konservasi in-situ kultivar-kultivar lokal atau jenis lokal yang memiliki keunggulan
spesifik sebagai sumber genetik pemuliaan tanaman dimasa depan.

2.3 Pemanfaatan secara lestari


Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dilakukan melalui
kegiatan:
a. pemanfaatan kondisi lingkungan kawasan peles tarian alam;
b. pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar.
Pemanfaatan kondisi lingkungan kawasan pelestarian alam dilakukan dengan tetap
menjaga kelestarian fungsi kawasan. Pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar dilakukan
dengan memperhatikan kelangsungan potensi, daya dukung, dan keanekaragaman jenis
tumbuhan dan satwa liar. Kawasan pelestarian alam terdiri atas taman nasional, taman
hutanraya, dan taman wisata alam.
Kawasan taman nasional dikelola dengan sistem zona yang terdiri atas zona inti, zona
penyangga, dan zona pemanfaatan. Kawasan taman nasional diatur sedemikian rupa agar
terjaga kelestariannya, misalnya de ngan pengaturan seperti berikut.
a. Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan terhadap
ke utuh an zona inti taman nasional.
b. Perubahan terhadap keutuhan zona inti taman nasional meliputi pengurangan, penghilangan
fungsi, dan luas zona inti taman nasional, serta penambahan jenis tumbuhan dan satwa lain
yang tidak asli.
c. Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan fungsi zona penyangga
dan zona pemanfaatan dari taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam.
d. Pengelolaan taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam dilaksanakan oleh
peme rintah.
e. Di dalam zona pemanfaatan taman nasional, ta man hutan raya, dan taman wisata alam dapat
di bangun sarana kepariwisataan berdasarkan renca na pengelolaan terpadu.

13
f. Untuk kegiatan kepariwisataan dan rekreasi, pemerintah dapat memberikan hak pengusahaan
atas zona pemanfaatan taman nasional, taman hu tan raya, dan taman wisata alam dengan meng
ikutsertakan masyarakat.
Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar
Pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar dapat dilaksanakan untuk kegiatan
pengkajian dan penelitian, penangkaran dan pengembangan, perburuan secara teratur,
perdagangan, peragaan, pertukaran, budi daya tanaman obat-obatan, dan pemeliharaan untuk
kesenangan (hobi). Peran serta masyarakat dalam konservasi sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya diarahkan dan digerakkan oleh pemerintah melalui kegiatan yang berdaya guna
dan berhasil guna.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Konservasi sumber daya alam dapat diartikan sebagai pengelolaan sumber daya alam
yang dapat menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan menjamin kesinambungan
persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragamannya.
Nilai guna atau manfaat suatu sumberdaya tergantung pada berbagai konteks ekonomi,
politik, dan budaya.
Sumber daya alam itu terbagi menjadi dua yaitu sumber daya alam yang dapat
diperbaharui dan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Renevable, sumber daya
alam yang dapat dipulihkan/ diperbaharui.
Keanekaragaman hayati memiliki nilai intrinsik. Nilai ini tidak didapat hanya dari
sejarah evolusi mereka serta peran ekologinya yang unik, namun juga dari keberadaannya.
3.2 Saran

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karenanya makalah ini masih perlu perbaikan dan penyempurnaan melalui kritikan dan
masukan bermanfaat dari para pembaca sekalian. Semoga makalah yang sederhana ini dapat
memberi manfaat bagi kita semua. Amin.

15
Daftar Pustaka

https://www.gurupendidikan.co.id/konservasi/

https://pediailmu.com/teknik-lingkungan/konsep-konservasi-sumber-daya-alam-dan-
lingkungan/

Ariyanti Dianita. 2012. Jurnal Pemanfaatan Plasma Nuftah Melalui Bioteknologi Dalam
Peningkatan Produksi Tanaman Padi. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

http://bioetika.edublogs.org/artikel/perlunya-bioetika-dalam-pemanfaatan-plasma-nutfah-
tumbuhan/

Ja Posman Napitu. 2008. Kajian Yuridis Plasma Nutfah Bagi Ketahanan Ekonomi Negara.
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

http://fp.uns.ac.id/~hamasains/ekotan%209.htm

Ronny Yuniar Galingging. 2006. Jurnal Pengkajian Dan Pengembangan Teknologi Pertanian.
Vol. 10, No. 1.

Sastrapradja, S.T., dan M.A. Rifai. 1989. Mengenal Sumber Pangan Nabati dan Plasma
Nutfahnya. Puslitbang Bioteknologi-LIPI. Bogor

http://www.ssbelajar.net/2013/01/pemanfaatan-secara-lestari-sumber-daya.html

16

Anda mungkin juga menyukai