Anda di halaman 1dari 9

Nama : Fransiska P.

Manatar

NIM/SEM : 2015772004/V

MK : Agama dan IPTEKS

Dosen : Magdalena H. Tangkudung, M.Si

IMAN DAN ILMU PENGETAHUAN

Sedikit Mengenai Sejarah Masalah Ini

Pada Abad Pertengahan belum dirasakan adanya epertentangan antara ilmu dan

agama. dengan ringkas sekali boleh diterangkan bahwa ahli-ahli pikir pada Abad

Pertengahan itu (seperti terutama Thomas Aquinas) berhasil untuk menyatupadukan ilmu

pengetahuan dengan agama. Pada zaman itu ilmu pengetahuan mendasarkan diri atas

azas-azas seperti diajarkan oleh Aristoteles, filsuf Yunani itu yang hidup pada tahun 384-

322 seb. Masehi. Dalam praktek ini berarti bahwa orang yang ingin menyelidiki keadaan

alam ini baiklah menerima pimpinan Aristoteles termasuk juga pengetahuan mengenai

Allah sebagai Al-Khalik yang mahaesa. Tetapi orang yang ingin menyelami rahasia-

rahasia keagamaan seperti ketritunggalan Tuhan Allah (Trinitas) dan oknum Tuhan

Yesus Kristus yang ilahi (inkarnasi), orang itu baiklah menerima pimpinan Gereja Roma,

yang berdasarkan Kitab Suci itu. Dengan jalan ini seakan-akan ilmu pengetahuan

diselaraskan dengan pengajaran Gereja dan tiada pertentangan.

Akan tetapi pada akhir Abad Pertengahan keselarasan itu sudah mulai runtuh,

karena diserang dari dua pihak. Di satu pihak filsafat Aristoteles tidak lagi diterima

umum. Dnegan timbulnya ilmu-ilmu alam modern banyak pendapat yang sudah berabad-

abad dipertahankan oleh ahli-ahli mulai disangsikan dan diganti oleh teori-teori baru

yang berdasarkan experiment-experimen. Di lain pihak aliran Reformasi mempunyai

keyakinan bahwa pengajaran Gereja Roma menyimpang dari isi Kitab Suci dan perlu

disesuaikan lagi dengan asal-usul agama Kristen.

1
Hal itu belum tentu berarti bahwa pada waktu itu sudah timbul pertentangan

hebat antara ilmu pengetahuan dan agama Kristen. Ahli-ahli pikir pada waktu itu

kebanyakan menerima pengajaran Gereja – Roma Katolik atau Protestan – seperti

misalnya Descartes dan Newton. Akan tetapi lamakelamaan pertentangan itu mulai

dirasakan. Descartes (1596-1650) adalah bapak dari rasionalisme zaman baru. dia tak

mau menerima apapun juga kecuali kalau berdasarkan pengertian-pengertian akal yang

jelas dan tepat. Mula-mula agama Kristen masih dipertahankan karena rupanya cocok

dengan akal manusia. Tidak lama lagi agama Kristen mulai ditolak karena rupanya tidak

cocok dengan akal.

Terutama ada dua hal yang menarik perhatian, pertama perlu dibicarakan sekedar

timbulnya aliran positivisme pada abad yang lalu. Aliran ini menolak segala macam

spekulasi atau angan-angan. Menurut positivisme itu hanya gejala-gejala yang dapat

diamat-amati boleh menjadi dasar ilmu pengetahuan. Janganlah ilmu pengetahuan

menerima pengaruh apa pun dan dari mana pun juga. Haruslah ilmu pengetahuan itu

bersikap netral dan obyektif. Boleh dikatakan bahwa di sini secara radikal segala

hubungan antara ilmu pengetahuan dan agama diputuskan. Dan tidak mengherankan

bahwa akal yang obyektif itu dianggap ukuran yang cukup juga untuk mengukur segala

pengajaran agama. Aliran positivisme ini sangat dalam pengaruhnya di Barat, bahkan di

seluruh dunia.

Ada perkembangan lain lagi yang perlu diberi perhatian, yaitu penyelidikan

historis mengenai asal-usul agama Kristen. Kitab Suci diperiksa dengan dalam-dalam

dan dibandingkan dengan agama-agama lain. Timbullah yang disebut ‘kritik historis’.

Banyak hal yang sampai waktu itu diterima umum oleh kaum Kristen mulai diragu-

ragukan dan diombang-ambingkan. Modernisme di dalam Gereja-gereja Protestan

merajalela. Meskipun di sini juga kekurangan-kekurangan dari kritik historis itu diinsyafi

2
oleh ahli-ahli ilmu theologia pada abad ini, tetapi pengaruhnya tersebar sekali, dan

banyak orang yang menyangka bahwa manusia modern tidak lagi dapat menerima

kebenaran-kebenaran pokok dari Kitab Suci.

Apakah Ilmu Pengetahuan dan Iman?

Ilmu pengetahuan adalah suatu macam berpikirnya manusia. Baiklah diakui

bahwa berpikir yang biasa itu dan berpikir yang bersifat ilmu itu kedua-duanya

memainkan peranannya masing-masing dalam kehidupan manusia. Ilmu pengetahuan

menyelidiki gejala-gejala secara teliti dan teratur. Berpikir yang bersifat ilmu

pengetahuan itu seakan-akan menjauhkan diri dari kenyataan sekitarnya, kemudian

berhadapan dengan suatu lapangan kenyataan yang tertentu atau dengan gejala-gejala

yang tertentu dengan maksud menyelidiki segala sesuatu itu secara teratur dan tersusun.

Kemampuan itu sebaiknya dipergunakan oleh manusia, termasuk juga manusia yang

beragama Kristen. Mengusahakan ilmu pengetahuan itulah hal yang terletak dalam

kodrat manusia.

Istilah agama adalah luas sekali, dapat diartikan pengajaran asli dari yang

mendirikan agama itu, tetapi dapat meliputi juga seluruh perkembangan agama itu di atas

segala lapangan masyarakat, termasuk juga adat-istiadat yang diikuti oleh penganut-

penganut agama itu. Tetapi bukan agama dengan arti yang luas itu yang dimaksudkan di

sini. Pentinglah dasar dari agama Kristen yaitu penyataan Allah (revelation, openbaring).

Penyataan Tuhan Allah diperuntukkan dahulu kepada bangsa Israel, dimasyhurkan oleh

nabi-nabi pada zaman PL, kemudian memuncak dalam kedatangan Tuhan Yesus Kristus

dan pekerjaan-Nya, lalu dikupas dan disebarkan oleh rasul-rasul. Semuanya itu

disaksikan dalam Kitab Suci (Biblia). Berdasarkan keyakinan Kristen itu ‘iman’ dipakai

dengan arti ‘kepercayaan akan Penyataan Tuhan Allah, seperti disaksikan oleh Kitab

Suci’.

3
Otonomi Akal

Benarkah ilmu pengetahuan harus bersikap netral dan obyektif? Seandainya

pendapat ini benar, maka ilmu pengetahuan harus menghindarkan segala prasangka yang

tidak akali sifatnya; ilmu pengetahuan harus menolak segala pengaruh dari luar akal.

Termasuk juga pengaruh dari pihak agama. ilmu pengetahuan dapat mencapai kebenaran

atas kekuatannya dan atas jasanya sendiri. Dan tiada atau jangan ada hubungan antara

ilmu akali dan Penyataan Allah. Tetapi kesimpulan ini baru merupakan babak pertama,

yang kemudian akan menghasilkan babak kedua dan menimbulkan banyak pertanyaan.

Dapat dikatakan bahwa tiap-tiap ilmu menyelidiki salah satu lapangan atau

lapisan dari kenyataan. Ilmu-ilmu itu masing-masing merupakan satu ilmu-vak. Ada

juga, yaitu ilmu filsafat. Ilmu filsafat itu berbeda sifatnya dengan ilmu bak, karena tidak

menyelidiki salah satu lapangan dari kenyataan seluruhnya, melainkan ilmu filsafat itu

mencari hubungan antara lapangan-lapangan itu. Filsafat memikirkan susunan (struktur)

dari kenyataan sebagai keseluruhan, begitu juga filsafat memikirkan susunan (struktur)

dari pengetahuan pada dirinya.

Seandainya ilmu filsafat itu adalah ilmu yang otonom, yang akali seratus persen,

maka boleh disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan memang otonom juga atau dengan

kata lain perkataan akal manusia adalah otonom dengan arti : akal manusia bisa bekerja

dengan otonom, oleh karenanya akal manusia harus bekerja dengan otonom. Yang

menjadi kesukaran besar di sini ialah bahwa filsuf-filsuf tidak sependapat mengenai

masalah yang penting ini. Di dalam banyak gejala yang ditemui oleh manusia itu akallah

yang mengaturnya dan menyusunnya, akallah yang merupakan kesatuan di dalam

kejamakan itu. Dengan penuh keyakinan aliran rasionalisme percaya akan akal manusia

sebagai kunci yang dapat membuka segala rahasia.

4
Tak dapat dihindarkan keterangan, bahwa terpilihnya akal manusia sebagai dasar

atau pangkal dari filsafat dan ilmu pengetahuan adalah pemilihan yang pada dirinya tidak

akali sifatnya. Dan kepercayaan itu tidak dicapai dengan jalan pikiran yang akali

melainkan kepercayaan itulah tidak lain daripada suatu keyakinan. Atas dasar keyakinan

itu rasionalisme memilih akal manusia sebagai titik-berangkat atau pangkal-pikiran.

Kesimpulannya ilmu filsafat tidak otonom. Tiap-tiap filsuf membutuhkan suatu pangkal

pikiran atau titik berangkat.

Ilmu pengetahuan baru dapat diusahakan atas dasar pangkal-pikiran. Akal baru

dapat berjalan keluar dari titik-berangkat. Tetapi pangkal-pikiran itu sendiri dipilih oleh

ahli pikir menurut keyakinannya. Pemilihan itu tergantung pada keyakinan ahli pikir

sendiri. Keyakinan itu adalah subyektif. Tetapi faktor subyektif tidak dapat dihindarkan.

Sebab tiap ilmu-vak adalah terpengaruh oleh ilmu filsafat; dan ilmu filsafat itu

mempergunakan suatu titik-berangkat atau suatu pangkal-pikiran yang selalu subyektif

adanya. Hal ini dapat juga dirumuskan seperti berikut : akal tentu tidak otonom, karena

yang mempergunakan akal itulah manusia dengan segala keyakinan-keyakinannya.

Adakah Ilmu Pengetahuan Kristen?

Di dalam titik-berangkat atau pangkal pikiran itu ahli pikir menjawab (mencoba

menjawab) soal yang terpenting dan jawabannya berdasarkan keyakinannya, keyakinan

pokok mengenai soal-soal pokok. Untuk orang Kristen keyakinan yang dianut diterima

dari Kitab Suci. Menurut keyakinan itu, Tuhan Allah menjadikan segala sesuatu dan

menyelamatkan manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa. Keselamatan itu dikerjakan

oleh Tuhan Allah dengan jalan mengutus Tuhan Yesus Kristus. Manusia ialah makhluk

Allah, yang berpaling dari Tuhannya, kemudian diselamatkan lagi oleh rahmat Tuhan

yang tiada bandingnya. Keyakinan ini tidak dapat tidak mempengaruhi filsafat orang

5
Kristen. Titik-berangkat ini memang mempengaruhi dan menjuruskan seluruh

kehidupannya, termasuk juga pemakaian akalnya atau jalan pikirannya.

Pertama perlu diterangkan bahwa tiada “ilmu pengetahuan Kristen” dengan arti

bahwa ilmu pengetahuan itu seluruhnya berdasarkan kepercayaan akan Injil Kristus.

Orang Kristen adalah orang yang berdosa dan berkekurangan. Orang Kristen tak pernah

terhindar dari dosa dan selalu terpengaruh juga oleh keyakinan-keyakinan dan aliran-

aliran yang bertentangan dengan Injil itu. Jadi ilmu pengetahuan Kristen tidak pernah ada

sebagai suatu kenyataan atau realitas, setinggi-tingginya merupakan suatu cita-cita yang

selalu dikejar tetapi tak pernah akan tercapai di dunia ini. Kedua ilmu pengetahuan

Kristen (yang ‘ideal’ itu) tak berarti bahwa terdapat ilmu pengetahuan dari pihak ahli

pikir Kristen yang berbeda seratus persen dengan ilmu pengetahuan yang diusahakan

orang-orang bukan Kristen. Sebabnya alam semesta yang menjadi sasaran pikiran orang

Kristen atau bukan-Kristen adalah satu dan sama.

Memang dapat dimengerti bahwa makin terpengaruh ilmu pengetahuan yang

tertentu itu oleh pangkal-pangkal pikiran, makin kelihatan juga perbedaan-perbedaan di

antara bermacam-macam aliran itu. Dilihat dari sudut keyakinan Kristen dapat didirikan

beberapa petunjuk jalan yang selalu harus diperhatikan oleh ahli-ahli pikir yang hendak

menerima terang Injil di dalam usaha-usahanya. Pertama ahli pikir Kristen itu

berkeyakinan bahwa alam semesta ini berasal daripada tangan Tuhan alKhalik. Oleh

karenanya di dalamnya tiada yang mutlak, tiada satu bagian dunia yang merupakan dasar

untuk keseluruhannya. Kedua ahli-pikir Kristen berkeyakinan bahwa Allahlah yang

menentukan hukum-Nya atas segala sesuatu dan segala sesuatu itu (seharusnya) tunduk

kepada hukum Allah. Allahlah yang menjadi satus-satunya Pemberi hukum. Ketiga

seorang Kristen berkeyakinan bahwa dunia dan kehidupan manusia telah dirusakkan oleh

dosa : dan dosa itu tidak terletak di dalam atau berasal dari salah satu lapangan yang

6
tertentu, melainkan dosa itu merupakan suatu pemberontakan manusia seluruhnya

melawan Tuhan Allah. Keempat seorang Kristen berkepercayaan bahwa dunia ini telah

diselamatkan dari dosa oleh pekerjaan Tuhan Yesus Kristus dan akan disempurnakanNya

pada hari terakhir.

Isi Kitab Suci dan Hasil-hasil Ilmu Pengetahuan

Tidak sedikit orang pada zaman modern yang menolak Kitab Suci karena

menurut mereka bertentangan amat dengan hasil-hasil ilmu pengetahuan modern. Dan

memang menurut kesan yang pertama yang kita terima dari Kitab Suci seakan-akan

berlawanan sekali dengan hasil-hasil ilmu itu. Jalan yang agak lazim dipergunakan di

dalam “apologetic” atau pembelaan agama Kristen adalah seperti berikut. Di satu pihak

hasil-hasil dari ilmu pengetahuan diragu-ragukan. Di lain pihak isi Kitab Suci diberi

tafsiran yang agak luas atau kiasan juga. Maka dengan itu dua instansi itu seolah-olah

didekatkan satu dengan yang lain. Mengenai hasil-hasil ilmu pengetahuan memang tidak

sedikit yang masih ragu-ragu. Tidak dapat disangkal. Tetapi keragu-raguan itu tidak

menolong. Tiada gunanya sedikitpun kalau pengetahuan itu diragu-ragukan oleh ahli-ahli

theologia.

Tetapi hal yang lebih dahsyat lagi, yaitu Kitab Suci diberi tafsiran yang tak sesuai

dengan maksudnya. Dengan kata lain : text dari Kitab Suci diperkosa supaya cocok

dengan ilmu pengetahuan modern. Ruginya ada dua macam : pertama tetap tidak cocok;

kedua kabar Kitab Suci sendiri tidak lagi terdengar. Kitab Suci baru dihormati sungguh-

sungguh jikalau pembaca atau pendengar menginsyafi akan apa yang menjadi maksud-

tujuan dari Firman Allah itu. Kitab Suci hanya memberikan satu hal saja, yaitu pekerjaan

Allah di dalam menciptakan dan menyelamatkan manusia.

Di dalam Kitab Suci termuatlah kebenaran-kebenaran yang berlaku sampai

selama-lamanya. Akan tetapi wujud atau bentuknya memang bertalian dengan zaman

7
ketika surat-surat dan pasal-pasal itu dikarang. Oleh karenanya menjadi tugas dari ahli-

ahli theologia untuk mempelajari keadaan zaman itu dengan sedalam-dalamnya. Dapat

disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan modern tidak diikat atau diganggu oleh

kepercayaan kepada Kitab Suci. Hanyalah, ilmu pengetahuan itu harus insyaf akan batas-

batasnya. Akal manusia tidak dapat menjawab soal-soal pokok mengenai Tuhan Allah,

mengenai asal manusia atau tujuan kehidupannya, jika tidak diterangi oleh pernyataan

Tuhan Allah sendiri. Karena hanya Tuhanlah yang mengerti dari manakah manusia itu

dan kemanakah dia. Dan justru inilah yang menjadi tugas istimewa dari ahli-ahli

theologia, yaitu membantu semuaa orang supaya mereka mengetahui Firman Allah

dengan lebih jelas dan lebih mendalam.

Usaha ilmu alam itu tidak berarti bahwa Tuhan Allah sendiri terikat oleh hukum-

hukum alam itu. Tuhan yang menjadikan segala sesuatu dan dijadikanNya juga dengan

tertib dan teratur, memang cukup berkuasa untuk menyimpang sendiri dari ketertiban itu.

Tuhan Allah tidak pernah mendobrak hukum-hukum alam dengan sewenang-wenang

atau bermain-main saja. Tetapi mujizat-mujizat yang dijadikan-Nya semuanya berkisar

di sekitar satu mujizat-mujizat yang pokok, yaitu pembangunan KerajaanNya di dalam

dunia ini; boleh dikatakan juga bahwa semua mujizat itu memuncak pada satu mujizat

yang tertinggi yaitu kedatangan Tuhan Yesus Kristus dan pekerjaanNya. Mujizat ini

hanya dapat dikagumi dan diterima oleh kepercayaan.

KESIMPULAN

Mengenai materi tentang Alkitab dan Ilmu pengetahuan dapat disimpulkan

bahwa dalam Abad Pertengahan sebenarnya antara agama dan ilmu masih tidak ada

pertentangan yang mendasar, namun ketika akhir Abad Pertengahan maka terjadilah

pertentangan di mana telah ilmu-ilmu alam modern sehingga kepercayaan yang

sebelumnya mulai tergantikan dan banyak menuai kontroversi. Dan tidak lama setelah itu

8
agama Kristen mulai ditolak, sementara itu sudah ada banyak penelitian mengenai

sejarah-sejarah kekristenan.

Otonomi akal pada dasarnya tidak ada dan juga ilmu/akal itu tidak netral dan

tidak ada obyektifitas penuh. Sebab manusia pada dasarnya selalu menggunakan

keyakinan sebagai titik tolak pemikiran. Keyakinan ini sendiri pula berkaitan dengan

agama. Sehingga, antara agama dan ilmu pengetahuan sebenarnya tidak berdiri sendiri-

sendiri melainkan ada hubungan pokok antara keduanya. Ilmu pengetahuan tidak diikat

atau diganggu oleh kepercayaan kepada Kitab Suci. Tetapi ilmu pengetahuan itu ada

batasnya misalnya tidak dapat secara gamblang menjelaskan pokok mengenai Tuhan

Allah, asal manusia, dsb. Karena hanya Tuhan yang mengerti segala hal itu.

Pertanyaan :

1. Dikatakan bahwa antara kitab suci dan ilmu pengetahuan pada dasarnya memiliki

hubungan. Namun ilmu pengetahuan itu sangat terbatas. Dan secara langsung, kitab

suci itu sudah dianggap yang paling “benar”, sedangkan pada kenyataannya ada pula

didapati text Alkitab yang mulai tidak relevan dengan masa kini. Jadi, bagaimana

pendapat saudara mengenai hal ini? Apakah memang benar Alkitab itu mulai tidak

relevan dan apa yang harus dilakukan terkait dengan hal ini?

2. Dikatakan bahwa ada text dari Kitab Suci yang diperkosa supaya cocok dengan ilmu

pengetahuan. Untuk itu, jelaskan contoh dari hal tersebut!

Literatur :

Mulder D. C. Iman dan Ilmu Pengetahuan. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1973.

Anda mungkin juga menyukai