PENDAHULUAN
adanya mengi episodik, batuk dan rasa sesak di dada akibat penyumbatan saluran
menderita asma. Bahkan jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah hingga
mencapai 180.000 orang setiap tahun. Sumber lain menyebutkan bahwa pasien
asma sudah mencapai 300 juta orang di seluruh dunia dan terus meningkat selama
20 tahun belakangan ini. Apabila tidak dicegah dan ditangani dengan baik, maka
diperkirakan akan terjadi peningkatan prevalensi yang lebih tinggi lagi pada masa
akan datang serta mengganggu proses tumbuh-kembang anak dan kualitas hidup
pasien(1).
dan tidak dapat disembuhkan secara total. Upaya terbaik yang dapat dilakukan
untuk menanggulangi permasalahan asma hingga saat ini masih berupa upaya
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Asma menurut WHO pada tahun 1975, yaitu keadaan kronik yang ditandai
banyak orang(3).
Respirologi IDAI pada tahun 2004 menyebutkan bahwa asma adalah mengi
secara episodik, cenderung pada malam / dini hari (nokturnal), musiman, setelah
aktifitas fisik serta terdapat riwayat asma atau atopi lain pada pasien dan/atau
keluarganya(4).
1. Faktor genetik
(a) Hiperreaktivitas
(e) Ras/Etnik
2
2. Faktor lingkungan
alternaria/jamur)
dll)
Faktor Genetik
Sensitisasi inflamasi Gejala Asma
Faktor Lingkungan
3
2.3 Epidemiologi
(2003), prevalensi serangan asma pada anak usia 0-17 tahun adalah 57 per 1000
anak (jumlah anak 4,2 juta) dan pada dewasa > 18 tahun, 38 per 1000 (jumlah
dewasa 7,8 juta). Jumlah wanita yang mengalami serangan lebih banyak daripada
disebabkan oleh banyak faktor. Penyebab utamanya adalah kontraksi otot polos
bronkial yang diprovokasi mediator agonis yang dikeluarkan oleh sel inflamasi
oleh sel mast, neuropeptidase yang dikeluarkan oleh saraf aferen lokal dan
asetilkolin yang berasal dari saraf eferen post ganglionik. Akibat yang
ditimbulkan dari kontraksi otot polos saluran nafas adalah hiperplasia kronik dari
otot polos, pembuluh darah, serta terjadi deposisi matriks pada saluran nafas.
Namun,dapat juga timbul pada keadaan dimana saluran nafas dipenuhi sekret
Secara garis besar, semua gangguan fungsi pada asma ditimbulkan oleh
4
trakeobronkial. Salah satu mekanisme adaptasi terhadap penyempitan saluran
hiperinflasi toraks. Perubahan ini meningkatkan kerja pernafasan agar tetap dapat
kerjanya menjadi tidak optimal . Peningkatan usaha bernafas dan penurunan kerja
5
berbulu (anjing, kucing, tikus), alergen kecoa, jamur, kapang, ragi, serta
seperti serbuk sari, asap rokok, polusi udara, pewangi udara, alergen di
refluks).
2.5. Diagnosis
1. Anamnesis
gejala batuk dan/atau mengi yang memburuk dengan progresif. Selain keluhan
batuk dijumpai sesak nafas dari ringan sampai berat. Pada serangan asma gejala
yang timbul bergantung pada derajat serangannya. Pada serangan ringan, gejala
yang timbul tidak terlalu berat. Pasien masih lancar berbicara dan aktifitasnya
tidak terganggu. Pada serangan sedang, gejala bertambah berat anak sulit
mengungkapkan kalimat. Pada serangan asma berat, gejala sesak dan sianosis
2. Pemeriksaan fisik
Gejala dan serangan asma pada anak tergantung pada derajat serangannya.
Pada serangan ringan anak masih aktif, dapat berbicara lancar, tidak dijumpai
6
adanya retraksi baik di sela iga maupun epigastrium. Frekuensi nafas masih dalam
batas normal. Pada serangan sedang dan berat dapat dijumpai adanya wheezing
terutama pada saat ekspirasi, retraksi, dan peningkatan frekuensi nafas dan denyut
nadi bahkan dapat dijumpai sianosis. Berbagai tanda atau manifestasi alergi,
bronkus dan konstriksi otot polos bronkus. Ketiga mekanisme patologi diatas
basah kasar dan mengi. Pada saat serangan dapat dijumpai anak yang sesak
3. Pemeriksaan Penunjang
analisis gas darah (AGD) dan foto rontgen thoraks proyeksi antero-posterior. Pada
(hipoksemia). Pemeriksaan penunjang lain yang diperlukan adalah uji fungsi paru
membantu penegakan diagnosis asma. Peningkatan kadar IgE dan eusinofil total
pemeriksaan uji provokasi dengan histamin atau metakolin. Bila uji provokasi
7
2.6 Klasifikasi
Parameter klinis Asma episodic jarang Asma episodic sering Asma persisten
Kebutuhan obat, (asma ringan) (asma sedang) (asma berat)
dan faal paru
1.Frekuensi serangan 3-4x /1tahun 1x/bulan ≥1/bulan
2.Lama serangan <1 minggu ≥1 minggu Hampirsepanjang tahun,
tidak ada remisi
3.Intensitas serangan Ringan Sedang Berat
4.diantara serangan Tanpa gejala Sering ada gejala Gejala siang dan malam
5.Tidur dan aktivitas Tidak terganggu Sering terganggu Sangat terganggu
<3x/minggu >3x/minggu
6.Pemeriksaan fisis Normal, tidak Mungkin terganggu Tidak pernah normal
diluar serangan ditemukan kelainan (ditemukan kelainan)
7.Obat pengendali Tidak perlu Perlu, non steroid/ Perlu, steroid inhalasi
steroid inhalasi dosis Dosis ≥400 ụg/hari
100-200 ụg
8.Uji faal paru PEF/FEV1 >80% PEF/FEV1 60-80% PEF/FEV1 < 60%
(di luar serangan0 Variabilitas 20-30%
9.Variabilitas faal paru ≥20% ≥30% ≥50%
(bila ada serangan)
Tabel 1. Klasifikasi derajat asma anak secara arbitreri PNAA membagi asma anak
8
Frekuensi nadi Normal Takikardi Takikardi Bradikardi
Pedoman nilai baku frekuesi nadi pada anak :
Usia Frekuensi nadi normal
2-12 bulan < 160 / menit
1-2 tahun < 120 / menit
3-8 tahun < 110 / menit
3. Gejala tidak timbul siang ataupun malam hari (tidur tidak terganggu)
4. Uji fungsi paru senormal mungkin, tidak ada variasi diurnal yang
5. Kebutuhan obat seminimal mungkin, kurang dari sekali dalam dua tiga
6. Efek samping obat dapat dicegah agar tidak atau sedikit mungkin
9
Tujuan tatalaksana saat serangan:4
- Mengurangi hipoksemia
kekambuhan.
Obat ini digunakan untuk mengatasi masalah dasar asma, yaitu inflamasi kronik
saluran nafas. Dengan demikian pemakaian obat ini terus menerus diberikan
pelan – pelan yaitu 25 % setip penurunan setelah tujuan pengobatan asma tercapai
6 – 8 minggu(9).
A. Bronkodilator
a. Short-acting β2 agonist
menjadi cyclic-AMP sehingga timbul relaksasi otot polos jalan napas yang
10
bronkodilatasinya hanya 1-1,5 jam dan menimbulkan efek samping, terutama
5mg/kgBB), interval 20 menit, atau nebulisasi kontinu dengan dosis 0,3 – 0,5
keadaan ini obat inhalasi sulit mencapai bagian distal obstruksi jalan napas. Efek
11
Dosis terbutalin IV : 10 mcg/kgBB melalui infuse selama 10 menit, dilanjutkan
Efek samping β2 agonist antara lain tremor otot skeletal, sakit kepala, agitasi,
b. Methyl xanthine
6 – 11 bulan : 1 mg/kgBB/Jam
1 – 9 tahun : 1,2 – 1,5 mg/kgBB/Jam
> 10 tahun : 0,9 mg/kgBB/Jam
Efek samping obat ini adalah mual, muntah, sakit kepala. Pada
konsentrasi yang lebih tinggi dapat timbul kejang, takikardi dan aritmia.11
c. Anticholinergics
Obat ini dapat juga diberikan dalam larutan 0,025 % dengan dosis : untuk
usia diatas 6 tahun 8 – 20 tetes; usia kecil 6 tahun 4 – 10 tetes. Efek sampingnya
12
adalah kekeringan atau rasa tidak enak dimulut. Antikolinergik inhalasi tidak
B. Kortikosteroid
sehari.11
kejaringan paru lebih baik, efek anti inflamasi lebih besar, dan efek
setiap 6 – 8 jam.11
13
2.7.2 .Terapi Suportif(12)
a. Terapi oksigen
c. Terapi cairan
terjadinya retensi cairan dan tekanan pleura negatif tinggi pada puncak
14
1. Pemberian Obat(10)
perenggang (spacer)
5-8 tahun Nebuliser
Turbuhaler)
>8 tahun Nebuliser
Autohaler
kelembaban kamar untuk anak yang sensitif terhadap debu rumah dan
tungau.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
15
Asma merupakan penyakit yang cukup banyak dijumpai pada anak-anak.
berikut : timbul secara episodik dan/atau kronis, cenderung pada malam hari
bersifat reversible baik secara spontan maupun dengan pengobatan, serta adanya
imunologi, maka penderita asma dapat mengalami serangan berulang. Asma dapat
serangan ringan, sedang, dan berat. Serangan asma yang tidak terkontrol dapat
penderita asma.
3.2 Saran
16
menjadi lebih tepat dan adekuat.
DAFTAR PUSTAKA
17
Indonesia. Pedoman Pengendalian Penyakit Asma. Departemen Kesehatan
RI ;2009; 5-11.
2006.
(USA);2003.
Report : Exercise-induced asthma. Iowa City, Iowa, Rome and Siena, Italy,
Millville, NJ, Hershey, Pa, Porto, Portugal, and Colorado Springs, Colo :
18
h.85-96.
13. Rahajoe N. Tatalaksana Jangka Panjang Asma Anak. dalam: Rahajoe NN,
496-500.
19