Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn ”A” DENGAN

GANGGUAN MASALAH PIELONEFRITIS DI


RUANGAN CEMPAKA RUMAH SAKIT
LASINRANG PINRANG 2021

DISUSUN OLEH:

NUR ANA RUSTANG(201754)


A.MUTMAINNAH(201728)
YUSRANG(201767)
FLAVIANA LEONI.G

AKADEMI KEPERAWATAN FATIMA PARE-


PARE TAHUN AJARAN 2021-2022
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ............................................................................................................................... 01
KATA PENGANTAR................................................................................................................. 02
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang............................................................................................................ 03
B. Rumusan masalah..................................................................................................... 04
C. Tujuan............................................................................................................................ 04
BAB II PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR
1. Defenisi........................................................................................................... 05
2. Etiologi............................................................................................................ 05
3. Patofisiologi.................................................................................................. 06
4. Manifestasi klinis........................................................................................ 08
5. Pemesiksaan diagnostic........................................................................... 08
6. Penatalaksanaan......................................................................................... 08
7. Komplikasi..................................................................................................... 09
8. Pathway.......................................................................................................... 10
B. TINJAUAN KASUS...................................................................................................... 11
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Klasifikasi data........................................................................................................... 17
B. Analisis data................................................................................................................ 18
C. Diagnosa keperawatan........................................................................................... 19
D. Prioritas keperawatan............................................................................................ 23
E. Implementasi.............................................................................................................. 25
F. Evaluasi......................................................................................................................... 27
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................................. 29
B. Saran............................................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................. 30

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Asuhan
Keperawatan Pielonefritis

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi Ns. Yunita
Palinggi S.Kep, M.Kep, pada mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang asuhan
keperawatan pielonefritis para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada  Ns. Yunita Palinggi S.Kep, M.Kep,


selaku dosen mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang penulis tekuni.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari, bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi terbesar kedua setelah


infeksi saluran pernafasan dan dapat menyebabkan sepsis (WHO, 2013).
Prevalensi infeksi saluran kemih Indonesia masih cukup tinggi.
Berdasarkan data Departemen Kesehatan Republik Indonesia, penderita
Infeksi Saluran Kemih di Indonesia berjumlah 90 –100 kasus per 100.000
penduduk pertahun atau sekitar 180.000 kasus baru pertahun (Depkes RI,
2014). Infeksi Saluran Kemih dapat menyerang segala usia dari bayi hingga
lansia baik perempuan maupun laki –laki (Purnomo, 2009). Penyebab
infeksi saluran kemih adalah adanya invasi dan perkembangbiakan
mikroorganisme ke dalam saluran kemih dalam jumlah yang bermakna (≥
105per mL urin) (Marlina dan Samad,R.A 2012).
Bakteri gram negatif sebagian besar menjadi penyebab infeksi saluran
kemih diantaranya Escherichia coli, Enterobakter,Citrobakter, Klebsiella,
dan Proteus(Aulia, D dan Lydia, A. 2014). Bakteri dalam urin disebut
dengan bakteriuria dapat dideteksi secara akurat dengan kultur
urin, namun pengerjaannya membutuhkan waktu yang cukup lama
sehingga dibutuhkan parameter lain berupa nitrit urin (Lisa dan Suryanto,
2012). Bakteri gram negatif mereduksi nitrat menjadi nitrit dengan bantuan
enzim reduktase setelah bakteri mengkontaminasi urin minimal selama 4
jam (Aulia, D dan Lydia, A. 2014).
Bakteri mempunyai faktor virulensi spesifik untuk menginfeksi
uroepitel disebut dengan bakteri uropatogen dan selanjutnya akan
menembus jaringan pada saluran kemih menyebabkan kerusakan jaringan
dan infeksi sehingga respon pertahanan tubuh teraktivasi. Peran sistem imun
dalam melawan infeksi mikroorganisme diantaranya melalui aktivasi dan
mobilisasi sel polimorfonuklear dan makrofag ke tempat infeksi. Hal
tersebut menyebabkan adanya peningkatanjumlah leukosit yang merupakan
barier pertahanan tubuh ke sumber infeksi(Radji,M,2)

3
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang tersebut diatas maka penulis mengangkat rumusan
masalah konsep dasar penyakit serta rencana dan tindakan asuhan
keperawatan pada klien penderita penyakit Pielonefritis

C. TUJUAN
Tujuan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk
memberikan pengalaman yang nyata kepada penulis dalam melaksanakan
pendokumentasian asuhan keperawatan pada pasien Pielonefritis

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR
1. DEFENISI
Infeksi Saluran Kemih adalah infeksi akibat berkembang biaknya
mikroorganisme dedalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal air
kemih tidak mengandung bakteri, virus, mikroorganisme lain. (Nanda Nic-
Noc, 2012). Infeksi Saluran Kemih adalah keadaan adanya infeksi yang
ditandai dengan pertumbuhan dan perkembang biakan bakteri dalam
saluran kemih, meliputi infeksi parenkim ginjal sampai kandung kemih
dengan jumlah bakteriuria yang bermakna (Widagdo, 2012). Infeksi
Saluran Kemih adalah infeksi akibat berkembang biaknya mikroorganisme
di dalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal air kemih tidak
mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme lain. (Sudoyo Aru,dkk
2009).

Kesimpulan dari defenisi tentang penyakit infeksi saluran kemih


di atas yaitu dapat disimpulkan infeksi saluran kemih adalah penyakit yang
bertumbuhnya kuman di saluran kemih yang dapat menyerang lebih banyak
pada anak perempuan dibandingkan laki-laki dan juga tidak memandang
umur karena bisa menyerang semua umur baik anak-anak usia remaja,
dewasa dan lansia. Kebiasaan menahan buang air kecil, kurang minum air
putih dan (air kencing susah keluar dan sedikit).

2. ETIOLOGI
Menurut sumber Aru S, dkk (2009) mengatakan etiologi dari infeksi
saluran kemih penyebab terseringnya adalah E.coli . Penyebab lain ialah
klebsiela, enterobakteri, pseudomonas, streptokok, dan stafilokok.
a. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain :
Escherichia Coli : 90% penyebab ISK uncomplicated( simple)
Psedomonas, proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan lain-lain
b. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain :
1. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat
pengosongan kandung kemih yang kurang efektif.
2. Mobilitas menurun
3. Nutrisi yang sering kurang baik
4. Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
5. Adanya hambatan pada aliran darah
6. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.

5
Berbagai jenis orgnisme dapat menyebabkan Infeksi Saluran Kemih,
Escherichia coli (80% kasus) dan organisme enterik garam-negatif lainny
merupakan organisme yang paling sering menyebabkan ISK kuman- kuman
ini biasanya ditemukan di daerah anus dan perineum. Organisme lain yang
menyebabkan ISK antara lain Proteus, Pseudomonas, Klebsiella,
Staphylococcus aureus, Haemophilus, dan Staphylococcus koagulse-
negatif. Beberapa faktor menyebabkan munculnya Infeksi Saluran Kemih di
masa kanak-kanak (Wong, 2008).

3. PATOFISIOLOGI
Sumber Menurut Purnomo, (2011). Sejauh ini diketahui bahwa
saluran kemih atau urine bebas dari mikroorganisme atau steril. Infeksi
saluran kemih terjadi pada saat mikroorganisme masuk ke dalam saluran
kemih dan berbiak di dalam media urine.
Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui cara :
a) ascending
b) hematogen seperti pada penularan M. tubercolisatau S aureus
c) limfogen
d) langsung dari organ sekitarnya yang sebelumnya telah
terinfeksi.

Sebagianbesar mikro-organisme memasuki saluran kemih melalui


cara asending. Kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang
berasal dari floral normal usus dan hidup secara komensal di dalam introitus
vagina, prepisum kemih melalui uretra- prostrat-vas deferens-testis (pada
pria)-buli-buli-ureter, dan sampai ke ginjal. Terjadi infeksi saluran
kemih karena adanya gangguan keseimbangan antara mikroorganisme
penyebab infeksi (uroptogen) sebagai agentdan epitel saluran kemih
sebagai host.

Hariyono, Rudi. (2012) infeksi saluran kemih disebabkan oleh


adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus urinarius.Mikroorganisme
ini masuk melalui kontak langsung dari tempat infeksi terdekat, hematogen,
limfogen. Ada dua jalur utama terjadi isk, yaitu ansending dan hematogen.
a. Secara asending
 masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih, antara
lain faktor anatomi dimana wanita memiliki uretra yang lebih
pendek dari pada laki-laki sehingga insiden terjadinya isk
lebih tinggi, faktor tekanan urin saat miksi, kontaminasi fekal,
pemasangan alat ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan
sitoskopik, pemakaian kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi.

6
 Naiknya bakteri dari kandung kemih keginjal
Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjalKuman
penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang berasal dari
flora normal usus. Dan hidup secara komensal di dalam introitus
vagina, prepusium penis, kulit perineum, dan di sekitar anus.

b. Secara hematogen
Sering terjadi pada pasien yang system imunnya rendah
sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen. Ada
beberapa hal yang memengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga
mempermudah penyebaran hematogen, yaitu adanya bendungan
total urin yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan
intrarenal akibat jaringan parut, dll.

c. Limfogen
Pielonefritis (infeksi traktus urinarius atas) merupakan infeksi
bakteri piala ginjal, tobulus dan jaringan intertisial dari salah satu atau
kedua ginjal. Bakteri mencapai kandung kmih melalui uretra dan naik
ke ginjal meskipun ginjal 20 % sampai 25 % curah jantung; bakteri
jarang mencapai ginjal melalui aliran darah ; kasus penyebaran secara
hematogen kurang dari 3 %. Pielonefritis akut biasanya terjadi akibat
infeksi kandung kemih asendens. Pielonefritis akut juga dapat terjadi
melalui infeksi hematogen. Infeksi dapat terjadi di satu atau di kedua
ginjal. Pielonefritis kronik dapat terjadi akibat infeksi berulang, dan
biasanya dijumpai pada individu yang mengidap batu, obstruksi lain,
atau refluks vesikoureter.

Sistitis (inflamasi kandung kemih) yang paling sering


disebabkan oleh menyebarnya infeksi dari uretra. Hal ini dapat
disebabkan oleh aliran balik urine dari uretra ke dalam kandung kemih
(refluks urtrovesikal), kontaminasi fekal, pemakaian kateter atau
sistoskop. Uretritis suatu inflamasi biasanya adalah suatu infeksi yang
menyebar naik yang digolongkan sebagai general atau mongonoreal.
Uretritis gnoreal disebabkan oleh niesseria gonorhoeae dan
ditularkan melalui kontak seksual. Uretritis nongonoreal; uretritis yang
tidak berhubungan dengan niesseria gonorhoeae biasanya disebabkan
oleh klamidia frakomatik atau urea plasma uren.

7
4. MANIFESTASI KLINIS
Tanda Gejala Infeksi Saluran Kemih Digiulio, Mary, dkk. ( 2014).
a. Bakteriuria
b. Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih (sistisis)
c. Hematuria
d. Nyeri punggung
e. Demam
f. Menggigil, nyeri ketika berkemih
g. Terdesak kencing (urgency), disuria
h. Frekuensi terkait dengan iritasi otot kandung kemih
i. Urgensi terkait dengan iritasi otot kandung kemih

5. PEMESIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut Wong (2008), jenis-jenis pemeriksaan diagnostic
pada infeksi saluran kemih (ISK) yaitu :
a. Biopsi ginjal : Pengambilan jaringan ginjal dengan teknik terbuka
atau perkutan untuk pemeriksaan dengan menggunakan pemeriksaan
mikroskop cahaya, electron, atau imunofluresen.
b. Pemeriksaan USG ginjal atau kandung kemih : Transmisi
gelombang ultrasonic melalui parenkim ginjal, di sepanjang saluran
ureter dan di daerah kandung kemih.
c. Pemeriksaan USG (skrotum) : Transmisi gelombang
ultrasonic melewati si skrotum dan testis.
d. Computed tomography (CT) : Pemeriksaan dengan sinar-X
pancaran sempit dan analisis computer akan menghasilkan
rekonstruksi area yang tepat.
e. Pemerikaan kultur dan sensitivitas urine : Pengumpulan specimen
steril Pemeriksaan urinalisasi dapat di temukan protenuria,
leukosituria, (Leukosit >5/LPB), Hematuria (eritrosit >5/LPB).

6. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut M. Clevo Rendy dan Margareth TH (2012 : hal.
221), pengobatan infeksi saluran kemih bertujuan untuk
menghilangkan gejala dengan cepat, membebaskan saluran kemih dari
mikroorganisme dan mencegah infeksi berulang, sehingga dapat
menurunkan angka kecacatan serta angka kematian. Tujuan tersebut
dapat dicapai dengan dengan Perawatan dapat berupa :
1) Meningkatkan intake cairan 2 – 3 liter/hari bila tidak ada
kontra indikasi.
2) Perubahan pola hidup diantaranya :
 Membersihkan perineum dari depan ke belakang
 Pakaian dalam dari bahan katun

8
 Menghindari kopi, alkohol
b. Penatalaksanaa Medis
1) Obat-obatan
 Anti biotik : Untuk menghilangkan bakteri.
 Anti biotik jangka pendek dalam waktu 1 –2 minggu
 Anti biotik jangka panjang ( baik dengan obat yang sama
atau di ganti ) dalam jangka waktu 3 – 4 minggu
 Pengobatan profilaktik dengan dosis rendah satu kali
sehari sebelum tidur dalam waktu 3 – 6 bulan atau lebih ini
merupakan pengobatan lanjut bila ada komplikasi lebih
lanjut.
2) Analgetik dan Anti spasmodic
Untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan oleh penderita
3) Obat golongan Venozopyridine : Pyridium.
Untuk meredakan gejala iritasi pada saluran kemih

7. KOMPLIKASI
Menurut Purnomo (2011), adapun komplikasi yang ditimbulkan
yaitu:
a. Gagal Ginjal

Terjadi dalam waktu yang lama dan bila infeksi sering berulang atau
tidak diobati dengan tuntas sehingga menyebabkan kerusakan ginjal
baik secara akut dan kronis

9
8. PATHWAY PIELONEFRITIS

Penyebab Adanya obstruksi Penurunan


(bakteri EColi) imunitas
Refluks
vesikoureter
Terjadi imflamasi
Masuk ke uretra Tubuh rentang
terinfeksi
Membawa
Kuman menempel urin dan
Terjadi imflamasi dan berkolonisasi bakteri dari Bakteri
kandung berkembang
kemih biak
Bakteri resisten Kuman menetap di
kembali ke
dinding saluran
ginjal
kemih
Penyebaran secara
assenden

PIELONEFRITIS

Aktivasi makrofag Reaksi inflamasi Gangguan


fungsi ginial

Makrofag Iritasi saluran


menghasilkan pyrogen kemih Hematuria,
endogen dysuria, piuria

Ginjal membesar
Peningkatan jumlah Gangguan
prostaglandin eliminasi urin
Nyeri akut

Demam

Hipertermia

10
TINJAUAN KASUS

Tanggal masuk RS : 15 Agustus 2021 No. Register :20.22.02


Jam Masuk : 23.47 WITA Ruangan : Cempaka
Tanggal pengkajian : 16 Agustus 2021 Diagnosa Medik : Pielonefritis
Jam pengkajian : 08.00 WITA
Ruangan : Cempaka

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn “A”
Umur : 30 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Bua-Bua
Status : Menikah
Suku : Bugis
Agama : Islam
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : Wiraswasta

B. IDENTITAS PENANGGUNGJAWAB
Nama : Ny “A”
Umur : 28 Tahun
Hubungan : Istri
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : IRT
Alamat : Bua-Bua

C. DATA MEDIK
Dikirim oleh : Datang sendiri
Diagnosa Medis : Pielonefritis
Obat terakhir yang dipakai :-
Waktu Pengobatan Terakhir :-

D. KELUHAN UTAMA
Demam dan sering buang air kecil dan terasa sakit
E. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang dari IGD dengan mengeluh demam dan sering buang air kecil dan
terasa sakit, merasa kedinginan, nafsu makan menurun, nyeri bagian belakang dan
pangkal paha

F. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


11
Pasien sejak dulu pernah mengalami alergi bulu binatang, debu, dan asap berlebihan

G. Genogram 3 Generasi

GI 1 2 3 4

GII 5 6 7 8
? ? ?
9 10
? ?

GIII 11 12 13
39 ? 30

Keterangan :

= Laki-laki
= Perempuan
= Meninggal
= Klien
= Garis keturunan
- - - - - = Garis serumah
? = Umur tidak diketahui

GI : 1, 2, 3, 4 Merupakan kakek dan nenek klien yang telah meninggal karena faktor usia.
GII : 9,10 merupakan orang tua klien yg meninggal karna faktor usia. 5,6,7,8 merupakan
paman klien yang meningggal karena factor usia.
GII : 11,12 merupakan saudara klien yang meninggal karena factor usia 13 merupakan
klien
Kesimpulan : Dari GI, GII, GIII, tidak ada salah satu anggota keluarga klien yang
menderita penyakit yang sama dengan klien.

H. KEADAAN UMUM

12
1. Cara Masuk : Datang sendiri
2. Keadaan sakit : Pasien tampak sakit sedang
3. Kesadaran :
a. Kualitatif : Compos mentis
b. Kuantitatif : Respon motoric :6
Respon Verbal :3
Respon membuka mata :4+
Jumlah : 13
Kesimpulan: pasien sadar penuh
4. Observasi TTV :
a. Tekanan darah : 120/80 mmhg
b. Pernapasan : 24x/mnt
c. Nadi : 107x/mnt
d. Suhu : 39,7℃

I. PEMERIKSAAN FISIK
1) Kepala :
Inspeksi :
- Bentuk kepala mesochepal
- Pertumbuhan rambut : lebat, mudah rontok
- Kesan wajah ( Simetris)
Palpasi :
- Tidak ada teraba nyeri tekan
2) Mata
Inspeksi :
- Sclera tampak putih (tidak ikterik)
- Konjungtiva tampak merah pucat
- Mata tampak cekung
- Pupil mata isokor
- Reflek cahaca positif
Palpasi :
- Tidak ada oedema pada palpebra
3) Telinga
Inspeksi :
- Telinga tampak simetris antara kiri dan kanan
- Tidak tampak ada benjolan
- Tidak tampak keluar cairan
Palpasi :
- Tidak terdapat benjolan dan nyeri tekan
4) Hidung
Inspeksi :
13
- Septum berada ditengah
- Tidak terlihat adanya Sekret hidung
- Tidak terdapat Polip
Palpasi :
- Tidak terdapat benjolan dan nyeri tekan
5) Mulut dan tenggorokan
Inspeksi :
- Mampu berbicara
- Bibir tampak kering
- Gigi berwarna putih
- Tonsil normal
- Tidak ada peradangan pada tonsil
- Pasien mampu menjulurkan lidah
- Lidah tampak kotor
6) Leher
Inspekasi:
- Tidak tampak pembesaran tiroid dan vena jugularis
Palpasi :
- Tidak teraba adanya kelenjar thyroid
7) Dada
Inspeksi :
- Dada tampak simetris dan tidak ada kelainan
Palpasi:
- Getaran vokan fremitas antara dada kanan dan kiri sama
Perkusi :
- Terdengar bunyi sonor dan tidak ada nyeri tekan
Auskultasi:
- Terdengar suara nafas bronchial pada salah lapang dada dan terdapat suara
tambahan yaitu ronchi
8) Payudara
Inspeksi :
- Tampak simetris
- Tampak bersih
- Papilla menonjol

Palpasi:
- Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar mammae
- Tidak terdapat nyeri tekan
9) Punggung
- Bentuk punggung normal
10) Abdomen
14
Inspeksi:
- Tidak tempak kemerahan
- Abdomen tampak datar
- Umbulikus ditengah dan tidak menonjol
Auskultasi:
- Peristaltic usus 18x/mnt
Perkusi:
- Perut tidak kembung
Palpasi:
- Tidak teraba pembesaran limped an hati
- Tidak ada nyeri tekan
11) Anus dan rectum
- Tidak terlihat adanya pembesaran vena/hemoroid
12) Genitalia:
a) Pada pria:
- Pasien menolak melakukan pemeriksaan genetalia
13) Ekstremitas.
a) Inspeksi
- Ekstremitas atas dan bawah simetris
- Tidak tampak adanya luka lecet
- Kuku tangan sedikit panjang
b) Palpasi
- Tidak terdapat nyeri tekan
- Tidak teraba adanya oedema
c) Perkusi
- Reflek tricep dan bicep positif
- Reflek Babinski negative

J. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK.
1. Laboratorium :-
2. Radiologi :-
3. USG :-
15
4. CT. Scan :-

K. PENATALAKSANAAN
1. Tindakan keperawatan
- Pemberian infus dengan RL 28tts/mnt
2. Tindakan Pengobatan
- Ketorolac 1 Ampul/6jam/IV
- Sanmol 1botol/8jam/IV
- Cefotaxime 1gr/8jam/IV

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. KLASIFIKASI DATA

16
1. DATA SUBJEKTIF
 Pasien mengatakan nyeri bagian belakang, samping/pangkal paha
 Pasien mengeluh sering buang air kecil
 Pasien mengatakan sakit saat BAK
 Pasien merasa kelelahan
 Pasien merasa kedinginan
 Pusing
 Pasien mengatakan sulit untuk tidur

2. DATA OBJEKTIF
 Mual dan muntah
 Kulit teraba panas
 Nafsu makan menurun(pasien hanya memakan ⅓ porsi yang
disediakan)
 Pasien tampak Pucat
 Pasien tampak meringis
 TD:120/80
 S:39,7℃
 N:107x/mnt
 P:24x/mnt

B. ANALISIS DATA
DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DATA SUBJEKTIF Proses Hipertermia
 Pasien merasa kelelahan penyakit ( D.0130 ) hal:284

17
 Pasien merasa kedinginan (infeksi) Tim Pokja DPP
 Pusing PPNI
2. DATA OBJEKTIF
 Mual dan muntah
 Pasien terlihat pucat
 Kulit teraba panas
 Pasien tampak Pucat
 TD:120/80
 S:39,7℃
 N:107x/mnt
 P:24x/mnt
1. DATA SUBJEKTIF Agen Nyeri akut
 Pasien mengatakan nyeri bagian pencedera ( D.0077 ) hal:172
belakang, samping/pangkal paha fisiologis Tim Pokja DPP
 Pasien mengatakan sakit saat BAK (inflamasi) PPNI
 Pasien mengatakan sulit untuk
tidur
2. DATA OBJEKTIF
 Mual dan muntah
 Pasien tampak meringis
 TD:120/80
 S:39,7℃
 N:107x/mnt
 P:24x/mnt
1. DATA SUBJEKTIF Iritasi kandung Gangguan
 Pasien mengeluh sering buang air kemih eliminasi urin
kecil ( D.0040 ) hal:96
 Pasien mengatakan sakit saat BAK Tim Pokja DPP
 Pasien mengatakan sulit untuk PPNI
tidur
2. DATA OBJEKTIF
 Nafsu makan menurun(pasien
hanya memakan ⅓ porsi yang
disediakan)
 TD:120/80
 S:39,7℃
 N:107x/mnt
 P:24x/mnt
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
N DIAGNOSA RENCANA KEPERAWATAN

18
O KEPERAWATAN LUARAN INTERVENSI RASIONAL
1 Hipertermia hal:162 Termoregulasi(L. Manajemen
Tim Pokja SLKI DPP 14134) Hal.129 hipertermia
PPNI Ekspektasi (I.15506) hal.
1. DATA SUBJEKTIF membaik dengan 181
 Pasien merasa criteria : Observasi
kelelahan  Suhu tubuh 1. Monitor 1. Untuk
 Pasien merasa membaik(5) suhu tubuh mengetahui
kedinginan  Suhu kulit 2. Monitor suhu tubuh
 Pusing membaik (5) haluaran klien tiap kali
2. DATA OBJEKTIF  Takikardi urin pemeriksaan
 Mual dan menurun (1) Terapeutik 2. Untuk
muntah  Pucat 3. Longgarkan mengetahui
 Kulit teraba menurun (1) atau pengeluaran
panas urin setiap
 Tekanan lepaskan
 Pasien tampak pemeriksaan
darah pakaian
Pucat membaik (5) 4. Lakukan 3. Agar suhu
 TD:120/80 pendinginan tubuh klien
 S:39,7℃ eksternal menurun
 N:107x/mnt Edukasi
 P:24x/mnt 5. Anjurkan
4.
tirah baring
Meningkatka
Kolaborasi n
6. Kolaborasi kenyamanan
pemberian klien
cairan dan
elektrolit
intravena,
5.
jika perlu.
Mengurangi
rasa lelah
pada klien

6. Untuk
memenuhi
kebutuhan
cairan tubuh
klien
2 Nyeri akut hal:174 Tingkat nyeri Observasi
Tim Pokja SLKI DPP (L.08066) Hal.129 1. Identifikasi 1. Untuk
PPNI Ekspektasi skala nyeri mengetah
menurun dengan ui tempat

19
criteria : 2. Identifikasi nyeri
 Tingkat nyeri factor yang serta
1. DATA SUBJEKTIF menurun (5) memberat keadaan
 Pasien  Kesulitan dan nyeri
mengatakan tidur memperinga 2. Agar
nyeri bagian menurun (5) n nyeri mengetah
belakang,  Mual dan 3. Monitor efek ui
samping/pang muntah samping keluhan
kal paha menurun (5) penggunaan sakit
 Pasien  Meringis analgetic klien
mengatakan menurun (5)
sakit saat  Frekuensi Terapeutik
BAK nadi 4. Berikan
 Pasien membaik (5) tekhnik non
mengatakan  Tekanan farmakologi 3. Agar
sulit untuk rasa nyeri
darah mengetah
tidur (mis. Terapi
membaik (5) pijat ) ui factor
2. DATA OBJEKTIF  Nafsu makan apa saja
5. Fasilitas
 Mual dan membaik (5) pemicu
istirahat dan
muntah  Pola nafas nyeri
tidur.
 Pasien tampak membaik (5) 6. Pertimbangk
meringis
an jenis dan
 TD:120/80
sumber nyeri
 S:39,7℃ 4. Agar
dalam
 N:107x/mnt tidak
pemilihan
 P:24x/mnt terjadi
strategi
meredakan efek
nyeri samping
pada
Edukasi klien
7. Jelaskan
penyebab,
periode, dan 5. Untuk
pemicu nyeri menguran
8. Ajarkan gi nyeri
tekhnik non yang
farmakologis dirasakan
untuk klien
mengurangi
rasa nyeri 6. Agar
tidak

20
salah
dalam
melakuka
n
Kolaborasi tindakan
9. Kolaborasi asuhan
pemberian keperawa
analgetic,jik
tan
a perlu

7. Untuk
menguran
gi
kecemasa
n klien

8. Untuk
mengalih
kan nyeri
yang
dirasakan
klien

9. Untuk
menguran
gi rasa
nyeri

3 Gangguan eliminasi urin


Eliminasi urin Observasi
hal:157 (L.04034) Hal.24 1. Monitor 1. Untuk
Tim Pokja SLKI DPP Ekspektasi eleminasi urine mengetah
PPNI ui
membaik (mis. Frekuensi, karakteris
1. DATA SUBJEKTIF dengan criteria : konsistensi, tik urine
 Pasien  Frekuensi aroma, volume
mengeluh BAK dan warna)
sering buang membaik (5)
air kecil  Dysuria Terapeutik
 Pasien menurun (5) 2. Catat waktu-
mengatakan  Nokturia waktu dan
sakit saat menurun (5) haluaran
BAK berkemih 2. Untuk
 Pasien 3. Membatasi mengetah
asupan cairan,

21
mengatakan jika perlu
sulit untuk 4. Ambil sample ui
tidur urine tengah haluaran
(midstream) urine
2. DATA OBJEKTIF
atau kultur
 Nafsu makan
menurun(pasi 3. Meminil
Edukasi
en hanya malkan
5. Ajarkan tanda
memakan ⅓ dan gejala retensi
porsi yang infeksi saluran urin dan
disediakan) kemih distensi
 TD:120/80 urin
6. Ajarkan 4. Sebagai
 S:39,7℃
mengambil observasi
 N:107x/mnt spicemen urine
P:24x/mnt dilaborat
1. urium

5. Untuk
menegtah
ui tanda
dan
gejala
infeksi
saluran
kemih

6. Sebagai
bahan
kaji
laboraturi
um

D. PRIORITAS KEPERAWATAN

1. Nyeri akut yang disebabkan oleh Agen pencedera fisiologis (inflamasi) yang
ditandai dengan gejala sbb:

22
DATA SUBJEKTIF
 Pasien mengatakan nyeri bagian belakang, samping/pangkal paha
 Pasien mengatakan sakit saat BAK
 Pasien mengatakan sulit untuk tidur
DATA OBJEKTIF
 Mual dan muntah
 Pasien tampak meringis
 TD:120/80
 S:39,7℃
 N:107x/mnt
 P:24x/mnt

2. Gangguan eliminasi yang disebabkan oleh iritasi kandung kemih yang ditandai
dengan gejala sbb:

DATA SUBJEKTIF

 Pasien mengeluh sering buang air kecil


 Pasien mengatakan sakit saat BAK
 Pasien mengatakan sulit untuk tidur
DATA OBJEKTIF
 Nafsu makan menurun(pasien hanya memakan ⅓ porsi yang disediakan)
 TD:120/80
 S:39,7℃
 N:107x/mnt
 P:24x/mnt

3. Hipertermia yang disebabkan oleh proses penyakit (infeksi) yang ditandai dengan
gejala sbb:

DATA SUBJEKTIF

 Pasien merasa kelelahan


 Pasien merasa kedinginan
 Pusing

DATA OBJEKTIF
 Mual dan muntah
 Kulit teraba panas
 Pasien tampak Pucat

23
 TD:120/80
 S:39,7℃
 N:107x/mnt
 P:24x/mnt

24
E. IMPLEMENTASI
Hari/ NO.DP JAM IMPLEMENTASI PAR
Tangga AF
l
Senin 1.1 08:00  Memonitor suhu tubuh
16-08-  Suhu tubuh 38,8℃
2021  Memonitor haluaran urin
 Urin 1,4 L

1.2 08:10  Melonggarkan atau melepaskan


pakaian klien

 Melakukan pendinginan
eksternal

1.3 08:15  Menganjurkan tirah baring


 Memberikan jenis posisi

1.4 08:20  Memberikan cairan elektrolit dan


intravena
 Memberikan cairan RL
28tts/menit

Senin 2.1 14:30  Mengidentifikasi skala nyeri


16-08-  Skala nyeri 8
2021  Mengidentifikasi factor yang
memberat dan memperingan
nyeri.
 Ketorolac 1
Ampul/6jam/IV
 Memonitor efek samping
penggunaan analgetic
 Berat badan naik drastic

2.2 14:45  Memberikan tekhnik non


farmakologi,rasa nyeri (terapi
pijat)
 Memfasilitasi istirahat dan tidur
 Mempertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri.

25
 Belakang,
samping/pangkal paha.

2.3 15:00  Menjelaskan penyebab, periode,


dan pemicu nyeri.
 Mengajarkan tekhnik non
farmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
 Hindari stress

Selasa 3.1 08:00  Memonitor eleminasi urine (mis.


17-08- Frekuensi, konsistensi, aroma,
2021 volume dan warna)
 Frekuensi 1,4 L
3.2 08:10 10. Catat waktu-waktu dan haluaran
berkemih
 466 Ml/2 Jam
11. Membatasi asupan cairan, jika
perlu
 Pemeriksaaan kultur di
temukan protenuria.

3.3 08:15 12. Mengajarkan tanda dan gejala


infeksi saluran kemih
 Memberikan penyuluhan
tentang penyakit klien
13. Ajarkan mengambil spicemen
urine
 Ajarkan menggunakan
urin container

26
F. EVALUASI
Hari/ NO.DP JAM EVALUASI PAR
Tangga AF
l
Kamis/ 1 08:00 Hipertermia b.d Termoregulasi
19-08- S:
2021  Pasien mengatakan
peraasan membaik
 Pasien mengatakan sudah
tidak pusing
O:
 Keadaan umum pasien
membaik
 Tekanan Darah (110/80)
 Suhu menurun (36℃)
 Nadi normal (90x/mnt)
 Pernafasan normal
(20x/mnt)
A:
 Masalah teratasi
P:
 Intervensi dihentikan
2 08:15 Nyeri b.d Tingkat Nyeri
S:
 Pasien mengatakan sudah
tidak nyeri
 Pasien mengatakan sudah
bisa tidur dengan baik
O:
 Keadaan klien membaik
 Klien sudah berhenti
mual dan mual
A:
 Masalah teratasi
P:
 Intervensi dihentikan
3 08:20 Gangguan eliminasi urin b.d
Eleminasi urin
S:
 Pasien mengatakan BAK

27
sudah normal dan tidak
nyeri
 Pasien mengatakan tidur
sudah membaik
O:
 Nafsu makan meningkat
A:
 Masalah teratasi
P:
 Intervensi dihentikan

28
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Pielonefritis merupakan infeksi bakteri piala ginjal, tubulus, dan jaringan


interstisial dari salah satu atau kedua ginjal. Bakteri mencapai kandung kemih
melalui uretra dan naik ke ginjal. Meskipun ginjal menerima 20% - 25% curah
jantung, bakteri jarang mencapai ginjal melalui darah; kasus penyebaran secara
hematogen kurang dari 3%.

Escherichia coli (bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di usus besar)


merupakan penyebab dari 90% infeksi ginjal diluar rumah sakit dan penyebab dari
50% infeksi ginjal di rumah sakit.

Infeksi biasanya berasal dari daerah kelamin yang naik ke kandung kemih.
Pada saluran kemih yang sehat, naiknya infeksi ini biasanya bisa dicegah oleh
aliran air kemih yang akan membersihkan organisme dan oleh penutupan ureter di
tempat masuknya ke kandung kemih.

Keadaan lainnya yang meningkatkan resiko terjadinya infeksi ginjal adalah:


 kehamilan
 kencing manis
 keadaan-keadaan yang menyebabkan menurunnya sistem kekebalan tubuh
untuk melawan infeksi.
Pengobatan dapat dilakukan sebagai berikut :
 Terapi antibiotik untuk membunuh bakteri gram positif maupun gram
negatif.
 Apabila pielonefritis kronisnya di sebabkan oleh obstruksi atau refluks,
maka diperlukan penatalaksanaan spesifik untuk mengatasi masalh-masalah
tersebut.
·         Di anjurkan untuk dering munum dan BAK sesuai kebutuhan untuk
membilas mikroorganisme yang mungkin naik ke uretra, untuk wanita harus
membilas dari depan ke belakang untuk menghindari kontaminasi lubang urethra
oleh bakteri faeces.

B. SARAN
Dalam melaksanakan praktek diharapkan menguasai konsep dasar materi yang
dibahas dan menyesuaikan dengan keadaan di lapangan praktek sehingga dapat
memperkaya wawasan berpikir penulis tentang asuhan keperawatan pada pasien
dengan pielonefritis

29
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilynn E. (1999). Nursing Care Plans: Guidelines for Planning and
Documenting Patient Care . Alih bahasa: I Made Kariasa. Edisi 3. Jakarta EGC.
Engram Barbara (1999). Assessment and Management of Clinical Problems . Alih
bahasa: Dra. Suharyanti Samba, S.Kp, dkk, Jakarta, EGC.
Guyton, Arthur (1997). Textbook of Medical Physiology . Alih bahasa: Irawati
Setiawan. Edisi 9. Jakarta EGC.
Ignatavicius, Donna D (1991). Medical Surgical Nursing. London. W.B. Saunders
Company.
Kapita Selekta Kedokteran . (2000). Edisi 3. Jakarta. Media Aesculapius.
Lewis, Sharon Mantik (2000). Medical Surgical Nursing: Assessment and
Management of Clinical Problems . Philadelphia. Mosby Company.
Price, Sylvia Anderson (1995). Pathophysiology: Clinical Concepts of Disease
Processes . Alih bahasa: Peter Anugerah. Edisi 4. Jakarta. EGC.
Smeltzer, Suzanne (2001). Brunner and Suddarth Medical Surgical Nursing . Alih
bahasa: Monica Ester. Edisi 8. Jakarta. EGC.

30

Anda mungkin juga menyukai