Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

OLEH
PASKALIS ALISANDRO LENGU
21022000310

UNIVERSITAS MERDAKA MALANG PRODY MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
BAB I

PENDAHULUAN

Radikalisme merupakan salah satu paham yang berkembang di masyarakat yang menuntut
adanya perubahan dengan jalan kekerasan. Jika ditinjau dari sudut pandang keagamaan,
radikalisme dapat diartikan sebagai sifat fanatisme yang sangat tinggi terhadap agama yang
berakibat terhadap sikap penganutnya yang menggunakan kekerasan dalam mengajak orang
lain yang berbeda paham untuk sejalan dengan paham yang mereka anut. Di Indonesia,
meningkatnya radikalisme ditandai dengan berbagai aksi kekerasan dan teror (Mulyadi,
2017). Aksi-aksi teror yang sering terjadi adalah yang disebut terorisme
Terorisme adalah kata dengan beragam interpretasi yang paling banyak diperbincangkan dan
dilansir media massa di seluruh dunia saat ini. Definisi terorisme sampai saat ini masih
menjadi perdebatan meskipun sudah ada ahli yang merumuskan dan juga dirumuskan di
dalam peraturan perundang-undangan. Akan tetapi ketiadaan definisi yang seragam menurut
Hukum Internasional mengenai terorisme tidak serta-merta meniadakan definisi hukum
terorisme itu. Masing-masing negara mendefinisikan menurut hukum nasionalnya untuk
mengatur, mencegah dan menanggulangi terorisme. Kata “teroris” dan terorisme berasal dari
kata latin “terrere” yang kurang lebih berarti membuat gemetar atau menggetarkan. Kata teror
juga bisa menimbulkan kengerian1 . Akan tetapi sampai saat ini belum ada definisi terorisme
yang bisa diterima secara universal. Pada dasarnya istilah terorisme merupakan sebuah
konsep yang memiliki konotasi yang sensitif karena terorisme mengakibatkan timbulnya
korban warga sipil yang tidak berdosa.
Hingga tahun kemarin di Indonesia masih terjadi kasus-kasus teror seperti ledakan bom di
Kampung Melayu pada 24 Mei 2017, ditemukannya bahan-bahan peledak di rumah-rumah
terduga teroris seperti yang ditemukan di Bandung yang membuat pemerintah harus
melakukan berbagai cara untuk menanggulangi teror yang terjadi. Kepala Divisi Humas Polri
Irjen (Pol) Setyo Wasisto dalam sebuah diskusi di Cikini, Jakarta Pusat mengatakan bahwa
dalam kurun waktu 2001, kasus Bom Bali dan sampai sekarang lebih dari seribu orang
terduga teroris telah ditangkap dan ditahan. Direktur Komunikasi dan Informasi Badan
Intelejen Negara (BIN) Wawan Hari Purwanto menjelaskan lebh rinci bahwa sejak tahun
2001, jumlah terduga terorisme ditanah air yang meninggal dunia sekitar 85 orang. Sebanyak
37 diantaranya tewas atas kehendaknya sendiri atau karena bom bunuh diri. Dan selebihnya
meninggal karena melawan aparat atau Densus 88 (Kuwado, 2017). Radikalisme pada
dasarnya merupakan paham atau aliran yang bertujuan mengadakan perubahan atau
pembaharuan secara drastis dan revolusioner dalam bidang sosial dan politik. Berawal dari
sebuah aliran, kemudian radikalisme muncul sebagai sebuah gerakan yang 3 seringkali
menggunakan slogan khusus yang mengatasnamakan agama. Tujuan terorisme secara umum
adalah menghancurkan rasa aman publik di tempat-tempat yang mereka kenal. Sasaran
utamanya, sering kali mencakup bangunan atau lokasi tertentu yang merupakan simbol
ekonomi atau politik penting, seperti kedutaan atau instalasi militer.
BAB II

RUMUSAN MASALAH
1.Apa itu radikalisme dan terorisme
2.Mengapa terjadi paham Radikalisme dan Terorisme
3.Bagaimana cara mengatasi paham radikalisme dan terorisme

BAB III
PEMBAHASAN
1.Apa itu radikalisme dan terorisme
Radikalisme merupakan salah satu paham yang berkembang di masyarakat yang menuntut
adanya perubahan dengan jalan kekerasan. Jika ditinjau dari sudut pandang keagamaan,
radikalisme dapat diartikan sebagai sifat fanatisme yang sangat tinggi terhadap agama yang
berakibat terhadap sikap penganutnya yang menggunakan kekerasan dalam mengajak orang
lain yang berbeda paham untuk sejalan dengan paham yang mereka anut. Secara etimologi,
radikalisme berasa dari istilah radikal. Kata radikal berasal dari bahasa Latin, radix atau
radici. Radix dalam bahasa Latin berarti 'akar'. Istilah radikal mengacu pada hal-hal
mendasar, prinsip-prinsip fundamental, pokok soal, dan esensial atas bermacam gejala.Dalam
konsep sosial politik, radikalisme adalah suatu paham yang menghendaki adanya perubahan,
pergantian, dan penjebolan terhadap suatu sistem masyarakat sampai ke akarnya.Menurut
Cambridge Dictionary, radikal adalah percaya atau mengekspresikan keyakinan bahwa harus
ada perubahan sosial atau politik yang besar atau secara ekstrem. Oxford Dictionary juga
memahami ‘radikal’ sebagai orang yang mendukung suatu perubahan politik atau perubahan
sosial secara menyeluruh.Merriam Webster mengartikan radikal sebagai opini atau perilaku
orang yang menyukai perubahan ekstrem, khususnya dalam pemerintahan atau
politik.Sementara menurut KBBI, radikalisme memiliki tiga arti. Pertama, radikalisme adalah
paham atau aliran yang radikal dalam politik, kedua, radikalisme adalah paham atau aliran
yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan
atau drastis, dan ketiga, radikalisme adalah sikap ekstrem dalam aliran politik.
Terorisme adalah perbuatan yang menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan yang
menimbulkan suasana teror atau rasa takut secara meluas, yang dapat menimbulkan korban
yang bersifat massal, dan/atau menimbulkan kerusakan atau kehancuran terhadap objek vital
yang strategis, lingkungan hidup, fasilitas publik, atau fasilitas internasional dengan motif
ideologi, politik, atau gangguan keamanan Secara bahasa, kata “terorisme” berasal dari kata
“to terror” dalam bahasa Inggris, dalam bahasa Latin kata ini disebut Terrere, yang berarti
“gemetar” atau “menggetarkan”. Kata terrere adalah bentuk kata kerja (verb) dari kata
terrorem yang berarti rasa takut yang luar biasa.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan teror sebagai usaha untuk menciptakan
ketakutan, kengerian, dan kekejaman oleh seseorang atau golongan tertentu (Depdikbud,
2013). Pengertian yang tidak jauh berbeda diungkap dalam Webster’s New School and Office
Dictionary, yaitu membuat ketakutan atau kengerian dengan melakukan intimidasi atau
ancaman untuk menakut-nakuti (Meriam Webster, 1996).

2.Mengapa terjadinya paham radikalisme dan Terorisme


Faktor pemikiran Radikalisme dapat muncul dan berkembang karena yakin jika segala
sesuatunya harus diubah ke arah yang kelompoknya inginkan, sekalipun harus menggunakan
cara kekerasan untuk meraih tujuannya tersebut. Faktor ekonomi Radikalisme bisa
dipengaruhi oleh faktor permasalahan ekonomi. Karena manusia akan berusaha sekeras
mungkin untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, termasuk menyebarkan suatu paham atau
ideologi dengan cara kekerasan. Faktor politik Radikalisme bisa muncul dan berkembang
ketika sekelompok orang merasa pemerintah negara tidak adil kepada rakyatnya atau hanya
mempehatikan segelintir kelompok saja. Faktor sosial Radikalisme dapat disebarkan dengan
memengaruhi pemikiran orang lain. Terlebih lagi jika orang tersebut berpikiran sempit dan
mudah percaya kepada pihak yang dianggap membawa perubahan ke dalam hidupnya.
Padahal pihak tersebut menyebarkan suatu paham yang bertentangan dengan ideologi
negaranya. Baca juga: Manfaat Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia Faktor psikologis
Radikalisme dapat tumbuh dan berkembang dalam diri seseorang yang memiliki berbagai
permasalahan, rasa benci, serta dendam. Sehingga berpotensi menjadi radikalis dan mudah
dipengaruhi orang lain. Faktor pendidikan Radikalisme dapat muncul di berbagai tempat,
termasuk sarana pendidikan.
Faktor Terorisme pertama karena seseorang tersentuh. Bisa saja mereka pernah ditinggal oleh
adiknya yang meninggal atau mendapat ajaran teror,

Selain itu, faktor pemicu terorisme adalah adanya komunitas garis keras pendukung gerakan
tersebut. Sulistyo Pudjo menyampaikan pemahaman radikal seseorang makin kuat ketika
bergabung dengan kelompok yang mendukung pemikirannya..Faktor pemicu ketiga adalah
ideologi yang terlegitimasi dan mengakar."Misalnya mereka memperbolehkan untuk
membunuh, melakukan kekerasan. Dengan adanya ideologi seperti itu, mereka tidak akan
ragu untuk meneror
3.Bagaiamana cara mengatasi paham radikalisme dan terorisme
1.Memperkenalkan ilmu pengetahuan dengan baik dan benar
Hal pertama yang dapat dilakukan untuk mencegah paham radikalisme dan tindak terorisme
ialah memperkenalkan ilmu pengetahuan dengan baik dan benar. Pengenalan tentang ilmu
pengetahuan ini harusnya sangat ditekankan kepada siapapun, terutama kepada para generasi
muda. Hal ini disebabkan pemikiran para generasi muda yang masih mengembara karena rasa
keingintahuannya, apalagi terkait suatu hal yang baru seperti sebuah pemahaman terhadap
suatu masalah dan dampak pengaruhglobalisasi.
Dalam hal ini, memperkenalkan ilmu pengetahuan bukan hanya sebatas ilmu umum saja,
tetapi juga ilmu agama yang merupakan pondasi penting terkait perilaku, sikap, dan juga
keyakinannya kepada Tuhan. Kedua ilmu ini harus diperkenalkan secara baik dan benar,
dalam artian haruslah seimbang antara ilmu umum dan ilmu agama. Sedemikian sehingga
dapat tercipta kerangka pemikiran yang seimbang dalam diri.
2.Memahamkan Ilmu Pengetahuan Dengan Baik Dan Benar
Hal kedua yang dapat dilakukan untuk mencegah pemahaman radikalisme dan tindak
terorisme ialah memahamkan ilmu pengetahuan dengan baik dan benar. Setelah
memperkenalkan ilmu pengetahuan dilakukan dengan baik dan benar, langkah berikutnya
ialah tentang bagaimana cara untuk memahamkan ilmu pengetahuan tersebut. Karena
tentunya tidak hanya sebatas mengenal, pemahaman terhadap yang dikenal juga diperlukan.
Sedemikian sehingga apabila pemahaman akan ilmu pengetahuan, baik ilmu umum dan ilmu
agama sudah tercapai, maka kekokohan pemikiran yang dimiliki akan semakin kuat. Dengan
demikian, maka tidak akan mudah goyah dan terpengaruh terhadap pemahaman radikalisme
sekaligus tindakan terorisme dan tidak menjadi penyebab lunturnya bhinneka tunggal
ikasebagai semboyan Indonesia.
3.Meminimalisir Kesenjangan Sosial
Kesenjangan sosial yang terjadi juga dapat memicu munculnya pemahaman radikalisme dan
tindakan terorisme. Sedemikian sehingga agar kedua hal tersebut tidak terjadi, maka
kesenjangan sosial haruslah diminimalisir. Apabila tingkat pemahaman radikalisme dan
tindakan terorisme tidak ingin terjadi pada suatu Negara termasuk Indonesia, maka
kesenjangan antara pemerintah dan rakyat haruslah diminimalisir. Caranya ialah pemerintah
harus mampu merangkul pihak media yang menjadi perantaranya dengan rakyat sekaligus
melakukan aksi nyata secara langsung kepada rakyat. Begitu pula dengan rakyat, mereka
harusnya juga selalu memberikan dukungan dan kepercayaan kepada pihak pemerintah
bahwa pemerintah akan mampu menjalankan tugasnya dengan baik sebagai pengayom rakyat
dan pemegang kendali pemerintahan Negara.
4.Menjaga Persatuan Dan Kesatuan
Menjaga persatuan dan kesatuan juga bisa dilakukan sebagai upaya untuk mencegah
pemahaman radikalisme dan tindakan terorisme di kalangan masyarakat, terbelih di tingkat
Negara. Sebagaimana kita sadari bahwa dalam sebuah masyarakat pasti terdapat
keberagaman atau kemajemukan, terlebih dalam sebuah Negara yang merupakan gabungan
dari berbagai masyarakat. Oleh karena itu, menjaga persatuan dan kesatuan dengan adanya
kemajemukan tersebut sangat perlu dilakukan untuk mencegah masalah radikalisme dan
terorisme. Salah satu yang bisa dilakukan dalam kasus Indonesia ialah memahami dan
penjalankan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, sebagaimana semboyan yang tertera
di sana ialahBhinneka Tunggal Ika.
5Mendukung Aksi Perdamaian
Aksi perdamaian mungkin secara khusus dilakukan untuk mencegah tindakan terorisme agar
tidak terjadi. Kalau pun sudah terjadi, maka aksi ini dilakukan sebagai usaha agar tindakan
tersebut tidak semakin meluas dan dapat dihentikan. Namun apabila kita tinjau lebih dalam
bahwa munculnya tindakan terorisme dapat berawal dari muncul pemahaman radikalisme
yang sifatnya baru, berbeda, dan cenderung menyimpang sehingga menimbulkan
pertentangan dan konflik. Oleh karena itu, salah satu cara untuk mencegah agar hal tersebut
(pemahaman radikalisme dan tindakan terorisme) tidak terjadi ialah dengan cara memberikan
dukungan terhadap aksi perdamaian yang dilakukan, baik oleh Negara (pemerintah),
organisasi/ormas maupun perseorangan.
6.Berperan Aktif Dalam Melaporkan Radikalisme Dan Terorisme
Peranan yang dilakukan di sini ialah ditekankan pada aksi melaporkan kepada pihak-pihak
yang memiliki kewenangan apabila muncul pemahaman radikalisme dan tindakan terorisme,
entah itu kecil maupun besar. Contohnya apabila muncul pemahaman baru tentang
keagamaan di masyarakat yang menimbulkan keresahan, maka hal pertama yang bisa
dilakukan agar pemahaman radikalisme tindak berkembang hingga menyebabkan tindakan
terorisme yang berbau kekerasan dan konflik ialah melaporkan atau berkonsultasi kepada
tokoh agama dan tokok masyarakat yang ada di lingkungan tersebut. Dengan demikian, pihak
tokoh-tokoh dalam mengambil tindakan pencegahan awal, seperti melakukan diskusi tentang
pemahaman baru yang muncul di masyarakat tersebut dengan pihak yang bersangkutan.
7.Meningkatkan Pemahaman Akan Hidup Kebersamaan
Meningkatkan pemahaman tentang hidup kebersamaan juga harus dilakukan untuk mencegah
munculnya pemahaman radikalisme dan tindakan terorisme. Meningkatkan pemahaman ini
ialah terus mempelajari dan memahami tentang artinya hidup bersama-sama dalam
bermasyarakat bahkan bernegara yang penuh akan keberagaman, termasuk Indonesia sendiri.
Sehingga sikap toleransi dan solidaritas perlu diberlakukan, di samping menaati semua
ketentuan dan peraturan yang sudah berlaku di masyarakat dan Negara. Dengan demikian,
pasti tidak akan ada pihak-pihak yang merasa dirugikan karena kita sudah paham menjalan
hidup secara bersama-sama berdasarkan ketentuan-ketentuan yang sudah ditetapkan di
tengah-tengah masyarakat dan Negara.
8.Menyaring Informasi Yang Didapatkan
Menyaring informasi yang didapatkan juga merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan
untuk mencegah pemahaman radikalisme dan tindakan terorisme. Hal ini dikarenakan
informasi yang didapatkan tidak selamanya benar dan harus diikuti, terlebih dengan adanya
kemajuan teknologi seperti sekarang ini, di mana informasi bisa datang dari mana saja.
Sehingga penyaringan terhadap informasi tersebut harus dilakukan agar tidak menimbulkan
kesalahpahaman, di mana informasi yang benar menjadi tidak benar dan informasi yang tidak
benar menjadi benar. Oleh karena itu, kita harus bisa menyaring informasi yang didapat
sehingga tidak sembarangan membenarkan, menyalahkan, dan terpengaruh untuk langsung
mengikuti informasi tersebut.
9.Ikut Aktif Mensosialisasikan Radikalisme Dan Terorisme
Mensosialisasikan di sini bukan berarti kita mengajak untuk menyebarkan pemahaman
radikalisme dan melakukan tindakan terorisme, namun kita mensosialisasikan tentang apa itu
sebenarnya radikalisme dan terorisme. Sehingga nantinya akan banyak orang yang mengerti
tentang arti sebenarnya dari radikalisme dan terorisme tersebut, di mana kedua hal tersebut
sangatlah berbahaya bagi kehidupan, terutama kehidupan yang dijalani secara bersama-sama
dalam dasar kemajemukan atau keberagaman. Jangan lupa pula untuk mensosialisasikan
tentang bahaya, dampak, serta cara-cara untuk bisa menghindari pengaruh pemahaman
radikalisme dan tindakan terorisme.

BAB IV
PENUTUP

1.KESIMPULAN
Radikalisme dan Terorisme di Indonesia umumnya didasari oleh isu agama. Radikalisme
terjadi karena adanya ketimpangan baik dalam segi sosial, politik, dan ekonomi. Radikalisme
dan Terorisme terbentuk dari respon terhadap kondisi yang sedang berlangsung, respon
tersebut diwujudkan dalam bentuk evaluasi, penolakan, bahkan perlawanan. Tindakan radikal
yang terjadi bahkan memunculkan kasus terorisme atas dasar keagamaan. Hal ini menjadi
fokus UNDP dalam mengatasi tindakan radikal yang mengarah ke terorisme melalui dunia
pendidikan. Penulis menemukan upaya yang dilakukan UNDP dalam mengatasi radikalisme
agama diantaranya yakni melakukan riset dan advokasi kebijakan kepada pihak tekait dalam
penanganan radikalisme agama, seperti Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
Kementerian Agama, Kementerian Sosial, dan BNPT. Hal ini dilakukan guna merubah
struktur yang kontradiktif dalam dunia pendidikan dan merubah perspektif radikal pada
elemen yang ada di dunia pendidikan. UNDP juga melakukan kegiatan yang memberikan
ruang dialog bagi generasi muda khususnya pelajar. Kegiatan tersebut diantaranya Lombok
Youth Camp, National Interfaith Camp, dan International Youth Leadership Camp. Pada
kegiatan ini dilakukan penanaman nilai-nilai terkait paham radikalisme agama, toleransi,
serta perdamaian. . Materi materi yang disajikan memberikan pemahaman terhadap
keragaman disekitar kita dan memunculkan sikap positif dengan kelompok yang 119 berbeda
menumbuhkan kesadaran realitas keberagamaan di Indonesia sehingga meningkatkan
solidaritas kebangsaan. sehingga memiliki pemahaman agama yang moderat dan terhindar
dari arus radikalisasi.
2.SARAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, penulis merasa masih begitu banyak yang perlu
dijabarkan mengenai radikalisme dan terorisme srta upaya pencegahannya berdasarkan
perspektif lain. Hal ini guna memperbanyak referensi mengenai paham radikalisme dan
terorisme itu sendiri, mengingat dalam beberapa tahun terakhir, di Indonesia banyak terjadi
permasalahan yang didasari radikalisme agama dan intoleransi, mulai dari masalah skala
besar hingga persoalan kecil di tengah masyarakat. Permasalahan yang didasari fanatisme
keagamaan tersebut kebanyakan masih dianggap wajar dan belum menjadi perhatian. Seperti
halnya demokratisasi yang terjadi pasca orde baru yang secara tidak langsung memberi ruang
pada kelompok radikal dan menjadi persoalan serius saat ini.
3.DAFTAR PUSTAKA
http://scholar.unand.ac.id/47301/3/BAB%20V.pdf, http://eprints.ums.ac.id/69336/1/BAB
%201.pdf,https://rri.co.id/takengon/editorial,
https://www.kompas.com/skola/read/2021/07/14/120000869/,
https://www.kompas.com/skola/read/2021/07/14/120000869/,Kompas com,wilkie pedia.
https://www.kominfo.go.id

Makalah 2
Pentingnya hidup toleransi antar umat beragama dalam menjaga persatuan dan
kesatuan bangsa

BAB 1

PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG

Persatuan dan kesatuan antarumat beragama harus terus dirajut dan dijaga. Rasa saling
menghormati, dan menghargai sebagai dasar toleransi dalam masyarakat jangan sampai
luntur demi kokohnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).  Keberagaman suku,
agama, dan ras bangsa Indonesia merupakan keunikan tersendiri yang menjadi kebanggaan
bagi masyarakat Indonesia. Namun, tidak sedikit pula konflik yang terjadi akibat
keberagaman itu sendiri. Untuk itu, dibutuhkan upaya menciptakan kerukunan antar umat
agar dapat menjaga keutuhan dan persatuan bangsa. persatuan dan kesatuan antarumat
beragama harus terus dirajut dan dijaga. rasa saling menghormati, dan menghargai sebagai
dasar toleransi dalam masyarakat jangan sampai luntur demi kokohnya negara kesatuan
republik indonesia (nkri). demikian disampaikan oleh anggota dewan pertimbangan presiden
(wantimpres), maulana habib luthfi bin ali yahya, saat melakukan kunjungan kerja di
kabupaten brebes, rabu (24/6/2020, be). ada tiga titik yang dikunjungi habib luthfi bersama
dengan anggota forum kerukunan umat beragama (fkub), yaitu masjid agung brebes,
kelenteng hok tek bio, dan gereja katolik st maria fatima brebes. tokoh ulama yang akrab
disapa dengan panggilan abah tersebut juga menekankan pentingnya mempertahankan harga
diri bangsa dengan menganalogikannya sebagai air laut yang asin. “air laut selalu konsisten
dengan keasinannya, tidak mudah terintervensi oleh air sungai dan derasnya air hujan yang
tawar. air laut juga tidak mau membuat asin mahluk hidup lain yang ada didalamnya. dalam
artian, air laut bisa menjadi contoh agar manusia juga harus punya pendirian yang kuat, bisa
saling menghargai dan menghormati tanpa mengintervensi, memaksakan kehendak pada
orang lain,” ujar abah. senada, bupati brebes, idza priyanti, mengajak warganya untuk
memperkuat rasa cinta tanah air, dan memperkokoh tali silaturahmi, persatuan dan kesatuan
bangsa. selain itu, warga diminta untuk meninggikan toleransi, dan membudidayakan sikap
saling menghormati antarsesama. bupati idza juga mengucapkan terima kasih pada fkub yang
selalu mendukung program kerja pemerintah dengan selalu menjaga kerukunan sehingga
brebes tetap aman damai. saat mengunjungi kelenteng hok tek bio brebes, para tamu dan
warga bersama-sama menyanyikan lagu padang wulan dengan diiringi tetabuhan musik
barongsai. lagu tersebut, menurut rais syuriyah pbnu, kh subkhan makmun risi ajakan untuk
berfikir secara terang benderang. “pikiran yang padang (terang) akan menjaga hati menjadi
rasa saling menghargai dan menghormati tanpa mencela atau mencaci maki.
BAB II

RUMUSAN MASALAH

1.Apa itu toleransi antar umat beragama?

2.Bagaimana upaya kita agar toleransi antar umat beragama tetap terus terjaga?

3.Mengapa hidup toleransi antar umat beragama perlu di jaga?

BAB III

PEMBAHASAN

1. Apa itu toleransi antar umat beragama?

Secara etimologi, toleransi berasal dari bahasa latin, 'tolerare' yang artinya sabar dan
menahan diri. Sedangkan secara terminologi, toleransi adalah sikap saling menghargai,
menghormati, menyampaikan pendapat, pandangan, kepercayaan kepada antarsesama
manusia yang bertentangan dengan diri sendiri.

Berdasarkan arti secara bahasa, toleransi dapat dimaknai sebagai kemampuan setiap orang
untuk bersabar dan menahan diri terhadap hal-hal yang tidak sejalan dengannya.

Dalam kehidupan sehari-hari toleransi biasanya dikaitkan dengan perbedaan agama atau
kepercayaan. Namun, toleransi bisa juga dihubungkan dengan perbedaan lainnya, seperti
suku, ras, hingga warna kulit.

Dengan adanya sikap toleransi, konflik dan perpecahan antarindividu maupun kelompok
tidak akan terjadi. Banyak orang menyebut toleransi sebagai kunci utama perdamaian yang
patut dijaga.

Hal tersebut penting untuk diperhatikan mengingat bangsa Indonesia mempunyai latar
belakang perbedaan yang beragam, mulai keyakian, suku, ras, hingga warna kulit. toleransi
antar umat beragama berarti suatu sikap manusia sebagai umat yang beragama dan
mempunyai keyakinan, untuk menghormati dan menghargai manusia yang beragama lain.
Karena Semua agama menghargai manusia oleh karena itu semua umat beragama juga
harus saling menghargai.

2. .Bagaimana upaya kita agar toleransi antar umat beragama tetap terus terjaga?

Pentingnya Menumbuhkan Sikap Toleransi Antar Umat Beragama


Toleransi merupakan hal yang sering digaungkan dan diimpikan oleh banyak orang dari
berbagai pihak, baik pemerintah, tokoh agama, aparat keamanan, bahkan seluruh masyarakat
Indonesia, khususnya diri kita sendiri. Namun, toleransi akan menjadi mimpi belaka jika kita
tak mau berusaha untuk mewujudkannya.

Langkah pertama yang bisa kita lakukan untuk mewujudkan atau menumbuhkan sikap
toleransi pada diri sendiri adalah kita mengetahui serta memahami apa itu toleransi.
Toleransi secara luas adalah sikap atau perilaku manusia yang tidak menyimpang dari nilai
atau norma-norma agama, hukum, budaya, di mana seseorang menghargai atau menghormati
setiap yang orang lain lakukan. Toleransi juga dapat dikatakan dalam istilah konteks sosial
budaya dan agama yang berarti sikap dan perilaku yang melarang adanya diskriminasi
terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam
suatu masyarakat.

Menumbuhkan Rasa Nasionalisme

Selanjutnya, setelah memahami apa itu toleransi, perlu kiranya kita menumbuhkan rasa
nasionalisme dalam diri. Sebagai bagian dari warga Negara Indonesia, baiknya kita tidak
hanya sekadar tahu dan hapal isi pancasila, namun juga paham makna dari setiap silanya.
Seperti dalam sila pertama Pancasila, aspek agama disebut pertama kali. Hal ini merupakan
pertanda bahwa agama merupakan salah satu kebebasan manusia untuk meyakini apa yang
diyakininya.

Selain itu, kita sebagai warga Negara Indonesia harus berpegang teguh pada nilai-nilai
Pancasila di setiap kegiatan yang kita lakukan. Mengingat bahwa Pancasila merupakan dasar
dan ideologi negara. Selain memahami Pancasila, mengingat semboyan Negara Indonesia
yang berbunyi “Bhinneka Tunggal Ika” itu juga dirasa sangatlah perlu. Semboyan tersebut
bermakna bahwa dengan segala perbedaan yang ada tak lantas membuat kita terpecah-belah
begitu saja. Berbeda-beda namun tetap satu.

Bijak dalam Bermedia

Bijak dalam bermedia pun perlu, tidak mudah menyerap segala informasi dan isu-isu yang
beredar sebelum ditelisik kebenarannya. Apalagi berita hoax masih marak terjadi dan beredar
di mana-mana. Terkadang ada saja berita atau isu-isu yang mengandung ujaran kebencian,
menyulut amarah masyarakat, serta memojokkan atau menuduh kelompok atau oknum
tertentu.

Menjalin Silaturahmi Antar Umat Beragama

Selanjutnya, perlulah kiranya kita untuk saling menjaga silaturahmi antar umat beragama
supaya tidak saling curiga. Saling berkomunikasi anatar satu umat Bergama satu dengan umat
beragama lainnya. Berdiskusi juga penting. Supaya kita tahu seperti apa ajaran dari agama-
agama lainnya. Dari situ wawasan dan pikiran kita terbuka luas. Dengan begitu, rasa saling
curiga, perilaku menghakimi orang atau kelompok lain, serta sikap intoleransi tak terjadi.
Masih banyak hal baik lainnya yang bisa dilakukan untuk menumbuhkan sikap toleransi.
Menumbuhkan sikap toleransi sangatlah diperlukan oleh umat beragama. Jika tidak, maka
yang terjadi adalah timbulnya perpecahan dan permusuhan. Jangan sampai karena adanya
perbedaan, Indonesia menjadi terpecah belah. Karena pada hakikatnya negara Indonesia
adalah negara yang tidak hanya memiliki banyak sekali keragaman agama, namun juga
budaya, bahasa, suku, dan ras.

3. Mengapa hidup toleransi antar umat beragama perlu di jaga?

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, terdiri dari berbagai suku, agama dan ras,
tetapi dikenal sebagai bangsa yang ramah dan toleran, termasuk dalam hal kehidupan
beragama. Kemajemukan (pluralisme) agama di Indonesia telah berlangsung lama dan lebih
dahulu dibandingkan dengan di negara-negara di dunia pada umumnya. Hanya saja, dalam
beberapa tahun terakhir ini (terutama sebelum 2014) terjadi sejumah peristiwa yang
menunjukkan prilaku keagamaan sebagian masyarakat Indonesia yang tidak atau kurang
toleran. Hal ini masih mendapatkan sorotan dari berbagai lembaga internasioanl, seperti UN
Human Rights Council (UNHRC), Asian Human Rights Commission (AHRC), U.S.
Commission on International Religious Freedom (USCIRF), dan sebagainya.

Gejala tersebut sebenarnya tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di negara-negara
demokratis lainnya, termasuk negara-negara Barat yang selama ini masyarakatnya dikenal
sangat toleran. Secara sosiologis hal ini merupakan ekses dari mobilitas sosial yang sangat
dinamis sejalan dengan proses globalisasi, sehingga para pendatang dan penduduk asli
dengan berbagai macam latar belakang kebudayaan dan keyakinan mereka berinteraksi di
suatu tempat. Dalam interaksi ini bisa terjadi hubungan integrasi, damai dan kerjasama,
tetapi bisa juga terjadi prasangka, ketegangan, persaingan, intoleransi, konflik, dan bahkan
disintegrasi. Yang terakhir ini terjadi jika yang ditonjolkan dalam interaksi itu adalah politik
identitas (identity politics) secara eksklusif. Politik identitas ini kini tidak hanya
diekspresikan sebagai perjuangan kelompok minoritas seperti ketika istilah ini dimunculkan
pada awal 1970-an, tetapi juga oleh sebagian kelompok mainstream atau mayoritas untuk
mempertahankan identitas mereka mewarnai kehidupan masyarakat.untuk itu toleransi antar
umat beragama perlu dijaga sampai selama lamanya

BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN

Manfaat toleransi adalah mampu menumbuhkan dan menguatkan rasa nasionalisme


seseorang. Hal ini sebab rasa cinta yang tinggi terhadap Tanah Air. Hingga menyadarkan diri
bahwa Indonesia sebagai negara majemuk yang punya banyak perbedaan budaya yang harus
dilestarikan. Melalui toleransi, maka pembangunan negara menjadi lebih cepat maju. Karena
semua warga negara memiliki perspektif serupa mengenai perbedaan. Kehidupan bernegara
menjadi lebih mudah dijalankan, melalui musyawarah yang lancar.Untuk itu marilah kita
menjunjung tinggi toleransi antar umat beragama dalam menjaga keutuhan negara persatuan
dan kesatuan

SARAN
Toleransi antar umat beragama merupakan hal yang penting untuk dimiliki setiap orang di
saat ini. Apabila setiap orang mempunyai sikap toleransi yang tinggi maka ini akan
meminimalisir terjadinya konflik antar umat beragama. Dan kehidupan antar umat beragama
pun akan hidup dengan tentram dan damai. Maka dari itu, sangatlah penting untuk
menerapkan sikap toleransi sejak dini sehingga ketika kita beranjak dewasa akan terbiasa
dengan sikap toleransi dengan umat beragama lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

https://binus.ac.id,wilkie pedia, https://www.bola.com, https://binus.ac.id,


www.liputan6.com, https://sejuk.org, https://kumparan.com.

Anda mungkin juga menyukai