OLEH
21022000310
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Keberhasilan upaya penanganan Covid-19 sangat tergantung peran masyarakat. Butuh kerja
sama semua perangkat RT, RW, Desa, sampai dengan pelaksanaan isolasi mandiri baik
perorangan sampai kelompok dan kepatuhan dalam penerapan protokol kesehatan. Pemerintah
akan terus memperkuat upaya penanggulangan Covid-19 dengan melakukan penelusuran
terhadap kontak dekat yang dilaksanakan oleh otoritas Dinas Kesehatan dan pengujian sampel
secara masif. Pandemi covid 19 adalah sesuatu yang tidak bisa terhindarkan, karena
keberadaannya adalah bersifat global. Korban baik secara materiil maupun imateriil terus
berjatuhan dimana pandemi ditengarai akan berlangsung lama. Negara harus hadir dengan cerdas
dan cermat dalam menanganinya termasuk juga dengan warga masyarakat. Perpaduan peran
secara harmoni antara dua unsur mutlak harus dilakukan karena masing masing akan
mempengaruhi keberhasilan dalam mencegah pandemi ini. Penelitian ini akan mengusung
masalah terkait mengapa negara dan warga masyarakat harus mengambil peran yang tepat dan
bagaimana peran ideal yang harus dilakukan oleh keduanya agar pandemi dapat tertangani
dengan baik dan benar. Metoda pelaksanaan ini penelitian ini akan menggunakan pendekatan
yuridis normatif/doctrinal. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa peran Negara dalam
menangani pandemik diatur dalam kurang lebih tujuh puluh satu peraturan perundangan
undangan. Sedangkan peran masyarakat bias dilakukan atas kesadaran sendiri dan karena
perintah undang-undang. Hal ini menunjukan bahwa peran Negara dan rakyat dalam
penanggulangan dan pencegahan adalah merupakan keharusan dan wajib diselesaikan bersama
sama. Dari hasil analisis yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa Negara wajib harus bertindak
konkrit dan terukur dalam mencegah dan menanggulanginya hal ini disebabkan karena sudah
menjadi tnaggung jawab yang harus dilakukan dan merupakan perintah Konstitusi dan berbagai
peraturan perundang-undangan. Disisi lain Negara dalam mengambil langkah benar benar
menekankan kepada tindakan tindakan langsung dalam menangani korban dan tidak langsung
memberikan sosialisasi sampai kepada pemberian sanksi kepada para pelanggar serta
mempertimbangkan kondisi khususnya aspek ketahanan ekonomi masyarakat dimana akibat
mewabahnya covid 19 ini banyak membawa dampak korban baik jiwa maupun kehilangan
pekerjaan. Pemerintah telah menyiapkan semua kebijakan baik masalah medis maupun dampak
nonmedis. Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate menyatakan semua kebijakan
bisa terlaksana dengan baik dengan hanya satu rumus jitu yakni peran serta masyarakat.
“Covid-19 ini bisa dilawan oleh community. Jadi, kalau kita mau mengatasi Covid-19, kekuatan
kita ada di basis komunitas,” ungkapnya dalam program Bincang Bitung dari Rumah Dinas
Walikota, Bitung, Sulawesi Utara, Selasa (28/07/2020) malam.
Menteri Kominfo menekankan, untuk supaya basis komunitasnya bisa efektif, maka
komunikasinya harus berasal dari satu sumber dan dipercaya masyarakat. Menurut Menteri
Johnny, kondisi pandemi Covid-19 selain berdampak pada sejumlah sektor, namun juga di sisi
lain turut mendorong akselerasi percepatan era masyarakat digital. Pandemi COVID-19 tidak
hanya berdampak pada kesehatan masyarakat, tetapi juga memengaruhi kondisi perekonomian,
pendidikan, dan kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Berdasarkan data Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB), jumlah pasien positif terinfeksi COVID-19 di Indonesia
mencapai 6.575 orang per 19 April 2020. Pandemi ini menyebabkan beberapa pemerintah daerah
menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang berimplikasi terhadap
pembatasan aktivitas masyarakat, termasuk aktivitas ekonomi, aktivitas pendidikan, dan aktivitas
sosial lainnya.
RUMUSAN MASALAH
BAB 3
PEMBAHASAN
Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang lebih dikenal dengan
nama virus Corona adalah jenis baru dari coronavirus yang menular ke manusia. Virus ini bisa
menyerang siapa saja, seperti lansia (golongan usia lanjut), orang dewasa, anak-anak, dan bayi,
termasuk ibu hamil dan ibu menyusui. Virus SARS-CoV-2 pertama kali terdeteksi di China pada
akhir 2019 dan pada Juni 2021, telah menyebar ke seluruh dunia, menyebabkan lebih dari 178
juta kasus yang dikonfirmasi dan 3,9 juta kematian.
Beberapa kasus awal terkait dengan pasar basah di Kota Wuhan, tempat klaster pertama infeksi
Covid-19 tercatat.
Selama beberapa bulan terakhir, para ilmuwan telah mencapai konsensus luas bahwa virus
menyebar sebagai akibat dari "zoonotic spillover" atau "virus yang melompat" dari hewan yang
terinfeksi ke manusia, sebelum menjadi sangat menular dari manusia ke manusia.
Namun, teori lain yakin bahwa virus tersebut mungkin lolos dari fasilitas riset biologi utama,
yang terletak relatif dekat dengan pasar, yakni Institut Virologi Wuhan (WIV).
Di tempat itu, para ilmuwan sudah mempelajari virus corona pada kelelawar selama lebih dari
satu dekade.
Pada awal pandemi, klaim kontroversial ini dipromosikan oleh Presiden AS, saat itu adalah
Donald Trump.
Beberapa melangkah lebih jauh dengan mengatakan bahwa virus itu bisa saja buatan manusia
untuk digunakan sebagai senjata biologis.
Penelitian sejak saat itu memberikan bukti yang menentang gagasan virus yang direkayasa.
Virus tidak mengandung "sidik jari genetik atau urutan genetik yang 'direkayasa' dari virus yang
sudah ada sebelumnya", kata mereka.
Awal mula kasus Covid-19 di Indonesia membuat banyak warga takut sekaligus was-was karena
virus ini sangat menular.
Dampaknya terhadap masyarakat, pembatasan sosial ini dilakukan oleh pemerintah, ketika keluar
rumah harus selalu memakai masker, menjaga jarak 1 meter dari satu sama lain, dan juga sering
mencuci tangan pakai sabun selama 20 detik. Kebiasaan baru ini harus kita terapkan untuk
mengurangi penularan virus covid-19.
Penggunaan uang digital untuk membeli barang, karena uang kertas merupakan perantara
penyebaran virus covid-19 yang mudah menular sehingga banyak orang menggunakan uang
digital untuk menghindari penularan virus covid-19.
Melalui sistem ini, semua materi dan tugas dibagikan secara online. Hampir semua sekolah dan
universitas tutup sementara agar kegiatan belajar langsung (tatap muka) tidak memperburuk
infeksi virus covid-19.
Tidak hanya sekolah yang dilakukan secara online, namun di tempat kerja sistem Work From
Home (WFH) juga diterapkan. Hal ini berdampak pada orang yang bekerja di area perkantoran.
Terkadang pekerja kantoran memiliki jadwal piket sehingga saat di area kerja tidak banyak orang
yang berkerumun dan juga dapat memutus mata rantai penyebaran virus.
Dalam sistem pemerintahan, banyak terjadi perubahan selama pandemi akibat Covid-19.
Pandemi COVID-19 telah memengaruhi sistem politik beberapa negara, yang menyebabkan
penangguhan kegiatan legislatif, isolasi atau kematian beberapa politisi, dan penjadwalan ulang
pemilihan karena kekhawatiran penyebaran virus.
Di Indonesia, Pemilu 2020 yang rencananya digelar pada 23 September ditunda, sehingga
Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengajukan penundaan, dan bakal digelar pada 9 Desember.
Usulan itu kemudian disetujui Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). dan kemudian ditandatangani
oleh Presiden Joko Widodo pada 5 Mei.
Sebagai penutup contoh di atas, apakah kita diam saja? Tentu tidak, justru pandemi ini bisa
mengajari kita cara melindungi diri sendiri dan orang lain dengan berpegang pada protokol
kesehatan, serta mengingatkan kita akan bahaya virus ini. Meski ada pandemi, hal positif tetap
bisa kita lakukan di rumah. Harapan kita semua, pandemi ini cepat berlalu sehingga kita bisa
menjalani kehidupan sehari-hari seperti biasa.
Dalam menanggulangi pandemi Covid-19 tidak hanya dilakukan oleh pemerintah. Peran
masyarakat untuk jaga jarak dan tinggal di rumah menjadi penentu keberhasilan dalam
mengakhiri Covid-19 di Indonesia.
“Keberhasilan upaya penanganan Covid-19 sangat tergantung peran masyarakat. Butuh kerja
sama semua perangkat RT, RW, Desa, sampai dengan pelaksanaan isolasi mandiri baik
perorangan sampai kelompok dan kepatuhan dalam penerapan PSBB,” kata Jubir Pemerintah
untuk Covid-19 dr. Achmad Yurianto.
dr. Achmad menekankan kepada masyarakat untuk tetap tinggal di rumah, tidak bepergian dan
tidak mudik untuk memutus rantai penularan.
Upaya pemerintah saat ini tengah berusaha memenuhi kebutuhan reagen untuk pemeriksaan
PCR. Pemeriksaan PCR mensyaratkan bahwa lab harus memiliki fasilitas Bio Safety Level
(BSL) 2 atau memiliki BSL Cabinet.
Pemeriksaan PCR membutuhkan reagen dan alat tertentu yang sampai saat ini harus didatangkan
dari negara lain. Sayang nya semua negara terdampak pandemi Covid-19 sama-sama
membutuhkan reagen.
Gugus tugas penanggulangan Covid-19 terus berupaya mendapatkan reagen tersebut secara
bertahap dan berkelanjutan. Sehingga pada tanggal 16 April telah berhasil mendapatkan 10 ribu
tes, tanggal 19 April 50 ribu tes, tanggal 21 April 12.300 tes, dan hari ini akan mendapatkan 15
ribu tes yang saat ini sedang dalam penerbangan dari Korea Selatan ke Jakarta.
“Tanggal 24 April kita akan berharap 400 ribu tes bisa kita terima. Tugas selanjutnya setelah
mendapatkan reagen yaitu mendistribusikan ke seluruh laboratorium yang mampu dan
memenuhi syarat untuk melakukan pemeriksaan PCR,” ujar dr. Achmad.
Data jumlah laboratorium yang bisa melakukan pemeriksaan PCR sebanyak 43, sementara itu
spesimen yang diperiksa sebanyak 59.935, kasus yang diperiksa sebanyak 48.647 orang.
Hasilnya ada penambahan kasus konfirmasi positif sebanyak 357 orang total 7.775, pasien
sembuh bertambah 47 orang total 960 orang, dan pasien meninggal bertambah 11 orang total
647.
Pemerintah pun terus melakukan pemantauan terhadap orang yang diduga kontak langsung
dengan pasien positif Covid-19. Hingga saat ini jumlah ODP sebanyak 195.948 dan sebagian
besar sudah selesai dipantau dan dalam keadaan sehat. PDP sebanyak 18.283 orang.
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia sejak Maret 2020 silam menyebabkan perubahan
di berbagai aspek kehidupan, terutama sangat berpengaruh signifikan di aspek kesehatan
masyarakat. Sehingga, pelaksanaan program-program bidang kesehatan kini terfokus pada
penanganan Covid-19.
Covid 19 menuntut untuk melakukan perubahan, baik dalam hal cara berpikir, cara berperilaku,
dan cara bekerja. Tantangan selanjutnya adalah cara berpikir dan cara berperilaku yang dapat
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan tangguh terhadap ancaman penyakit termasuk
dari penyakit hari esok.
SARAN
Bercermin pada temuan di atas, apa yang kita bisa petik? Memperkaya diri dengan informasi
terutama dari sumber resmi serta melakukan refleksi diri tentang makna hidup yang hakiki bisa
jadi cara-untuk dicoba manakala kita seolah terengah-engah mendengar gempuran berita buruk.
Hal ini berresonansi dengan penelitia Leslie-Miller, Waugh dan Cole (2021) yang menunjukkan
bahwa jika seseorang dapat menjalani keseharian seraya mengantisipasi bahwa kelak ia akan bisa
kembali mengalami rangkaian peristiwa yang ia pandang positif, maka emosi pun terangkat lebih
positif – dimana kondisi ini bisa bertahan sampai sekian hari ke depan. Sekalipun tampaknya
harapan-harapan seperti ini masih serba kabur, apalagi di saat kita merasa terjebak di rumah saja,
tetapi kita tetap boleh untuk sesekali berandai-andai bahwa satu hari nanti semua akan kembali
baik-baik saja dan apa yang kita harapkan kelak akan terjadi.
Di sisi lain, kita kerap melihat bagaimana sebagian dari masyarakat tenggelam dalam main salah-
salahan (blame game): menyalahkan pemerintah, menyalahkan pemudik, menyalahkan aparat –
intinya semuanya yang ada di kolong langit ini tak ada yang benar. Sekalipun perilaku seperti ini
merupakan upaya mengendurkan ketegangan akibat stress berkepanjangan, Kumar dan Nayar
(2020) menyarankan agar stigmatisasi apalagi sampai diskriminiasi tak jadi pilihan karena toh
tak banyak membantu kita mencapai kesehatan mental.
DAFTAR PUSTAKA
https://dinkes.batam.go.id, http://publishing-widyagama.ac.id,
https://kominfo.go.id/,https://www.alodokter.com, www.bbc.com, https://smk-
akpelni.sch.id/dampak-covid-19-bagi-kehidupan/,https://sehatnegeriku.kemkes.go.id,
https://www.kemenkopmk.go.id, https://www.upj.ac.id/news