Anda di halaman 1dari 12

NAMA PERCOBAAN: KENAIKAN TITIK DIDIH NILAI : …………………..

PARAF ASST. : …………………..

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

NAMA : SUHAIMI ATHALLAH

NO. MAHASISWA : 20200410300030

FAKULTAS/JURUSAN : TEKNIK/TEKNIK KIMIA

TGL PERCOBAAN : 19 SEPTEMBER 2021

PARTNER : EDRICK JULIAN HERMAN

FAKHRI NURUL FIRDAUS

M HISYAM SAFAAT

ASSISTEN : ULFA LEONITA, TRI KRIS ASTUTI, BAYU ROMADHON PUTRA


I. JUDUL PERCOBAAN
KENAIKAN TITIK DIDIH

II. PRINSIP PERCOBAAN


Melarutkan zat terlarut kedalam suatu cairan lalu memanaskan atau
menaikkan temperaturnya hingga mendidih dan mengukur temperaturnya saat
mendidih.

III. TUJUAN PERCOBAAN


1. Untuk menentukan berat molekul suatu zat dengan metode kenaikan titik
didih.
2. Untuk menentukan kenaikan titik didih molal dari pelarut murni jika pelarut
tersebut melarutkan suatu zat.

IV. LANDASAN TEORI


Sifat koligatif larutan adalah merupakan salah satu sifat larutan yang tidak
bergantung pada jenis zat yang terlarut tetapi hanya bergantung pada banyaknya
partikel-partikel atau konsentrasi pertikel zat terlarutnya (konsentrasi zat terlarut).
Sifat koligatif larutan terdiri dari dua jenis, yaitu sifat koligatif larutan elektrolit dan
sifat koligatif larutan non elektrolit (Suryani, 2011).
Sifat koligatif larutan ditentukan oleh jumlah partikel (ion, molekul) dalam
larutan. Oleh karena itu, untuk konsentrasi yang sama, sifat koligatif larutan elektrolit
akan berbeda dengan sifat koligatif larutan non-elektrolit. Hal ini dikarenakan jumlah
partikel dalam larutan elektrolit akan lebih banyak karena adanya proses ionisasi zat
terlarut.
Suhu dimana cairan mendidih dinamakan titik didih. Jadi, titik didih adalah
temperatur dimana tekanan uap sama dengan tekanan atmosfer. Selama gelembung
terbentuk dalam cairan, berarti selama cairan mendidih, tekanan uap sama dengan
tekanan atmosfer, karena tekanan uap adalah konstan maka suhu dan cairan yang
mendidih akan tetap sama. Penambahan kecepatan panas yang diberikan pada cairan
yang mendidih hanya menyebabkan terbentuknya gelembung uap air lebih cepat.
Cairan akan lebih cepat mendidih, tapi suhu didih tidak naik. Jelas bahwa titik didih
cairan tergantung dari besarnya tekanan atmosfer.
Suatu zat cair akan mendidih jika tekanan uap jenuh zat cair itu sama dengan
tekanan udara disekitarnya. Apabila air murni dipanaskan pada tekanan 1 atm (760
mmHg) maka air akan mendidih pada temperatur 100 oC, karena pada tekanan uap
jenuh zat cair yang sama dengan 1 atm disebut titik didih normal zat cair itu. Jadi
yang dimaksud dengan titik didih adalah temperatur pada saat tekanan uap jenuh
larutan sama dengan tekanan udara luar (tekanan pada permukaan larutan).
Titik didih merupakan satu sifat lagi yang dapat digunakan untuk
memperkirakan secara tak langsung berapa kuatnya gaya tarik antara molekul dalam
cairan. Cairan yang gaya tarik antar molekulnya kuat, titik didihnya tinggi dan
sebaliknya bila gaya tarik lemah, titik didihnya rendah.
Titik didih suatu cairan ialah temperature pada mana tekanan uap yang
meninggalkan cairan sama dengan tekanan luar. Adanya ikatan hidrogen
antarmolekul menyebabkan titik senyawa relatif lebih tinggi dibandingkan dengan
senyawa lain yang memilki berat molekul sebanding. Titik didih senyawa golongna
alkohol lebih tinggi daripada senyawa golongan alkana, demikian juga titik didih air
lebih tinggi daripada aseton. Pengaruh ikatan hidrogen terhadap titik leleh tidak
begitu besar karena pada wujud padat jarak antarmolekul cukup berdekatan dan yang
paling berperan terhadap titik leleh adalah berat molekul zat dan bentuk simetris
molekul. Senyawa yang mampu membentuk ikatan hidrogen dalam air akan mudah
larut dalam air. Panjang atau pendeknya rantai karbon (gugus alkil-R) memiliki
pengaruh terhadap kealrutan senyawa dalam air.
Bila dalam larutan biner, komponen suatu mudah menguap (volatile) dan
komponen lain sukar menguap (non volatile), makin rendah. Dengan adanya zat
terlarut tekanan uap pelarut akan berkurang dan ini mengakibatkan kenaikan titik
didih, penurunan titik beku dan tekanan uap osmose. Keempat sifat ini hanya
ditentukan oleh banyaknya zat terlarut dan tidak ditentukan oleh jenis zat terlarut.
Seperti telah disebutkan, sifat-sifat ini disebut sifat koligatif larutan. Adanya zat
terlarut (solute) yang sukar menguap (non volatile), tekanan uap dari larutan turun
dan ini akan menyebabkan titik didih larutan lebih tinggi dari pada titik didih
pelarutnya. Ini disebabkan karena untuk mendidih, tekanan uap larutan sama dengan
tekanan udara dan untuk temperatur harus lebih tinggi.
Titik didih dapat digunakan untuk memperkirakan secara tak langsung berapa
kuatnya daya tarik antar molekul cairan. Cairan yang memiliki gaya tarik antar
molekul kuat, akan memiliki titik didih yang tingi, begitu juga sebaliknya. Cairan
yang gaya tarik antar molekulnya kuat, titik didihnya tinggi dan sebaliknya bila gaya
tariknya lemah maka titik didihnya rendah. Ketergantungan titik didih pada gaya tarik
antar molekul terlihat dimana titik didih beberapa senyawa halogen dari unsur – unsur
golongan IVA, VA , VIA , dan VII A, dibandingkan. Kita lihat senyawa pada
golongan IV A terlebih dahulu karena bentuknya yang ideal , yaitu ukuran atom yang
naik dari atas ke bawah.
Sifat periodik unsur titik didih dan kelogaman :
• Satu periode : Dari kiri ke kanan makin bertambah puncaknya pada golongan
IV A kemudian menurun drastis sampai golongan VIII A
• Satu golongan : Golongan I A sampai IV A dari atas ke bawah makin rendah
titik didih dan tititk lelehnya Golongan V A sampai VIII A dari atas ke bawah
titik didih dan titik leleh makin tinggi.
Dalam menentukan titik didih suatu zat, adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
cepat atau lambatnya zat tersebut mendidih adalah:
1. Pemanasan
Pemanasan harus dilakukan secara bertahap agar diperoleh interval yang tidak terlalu
panjang.
2. Tekanan Udara
Tekanan udara mempengaruhi titik didih suatu zat.
3. Banyaknya zat yang digunakan.
Zat yang digunakan juga mempengaruhi titik didih suatu zat, dimana semakin banyak
zat yang digunakan semakin lambat proses pendidihan sehingga titik didihnya
meningkat.
Titik didih zat cair adalah suhu tetap pada saat zat cair mendidih. Pada suhu
ini, tekanan uap zat cair sama dengan tekanan udara di sekitarnya. Hal ini
menyebabkan terjadinya penguapan di seluruh bagian zat cair. Titik didih zat cair
diukur pada tekanan 1 atmosfer. Dari hasil penelitian, ternyata titik didih larutan
selalu lebih tinggi dari titik didih pelarut murninya (Khoyriyah., dkk, 2014).
Kenaikan titik didih adalah bertambahnya titik didih larutan relatif terhadap
titik didih pelarut murninya. Titik didih larutan adalah suhu dimana tekanan uap
larutan sama dengan tekanan uap pelarut murninya. Penurunan titik beku adalah
berkurangnya titik beku suatu larutan relatif terhadap titik beku pelarut murninya.
Tekanan uap adalah tekanan gas yang berada diatas zat cair dalam tempat tertutup,
dimana gas dan zat cair berbeda dalam keseimbangan dinamis. Tekanan osmosis
adalah tekanan yang diberikan pada larutan yang dapat menghentikan perpindahan
molekul-molekul pelarut kedalam larutan melalui membran semi permeabel dari
cairan yang encer ke cairan yang lebih pekat (Khoirunnisa, 2012).
Percobaan kenaikan titik didih ini perlu dilakukan karena banyak digunakan
dalam industri kimia khususnya prinsip kenaikan titik didih banyak dipakai untuk
menghasilkan zat yang murni ataupun untuk menghasilkan zat dalam bentuk
kristalnya. Beberapa metode pemisahan yang memakai prinsip kenaikan titik didih
antara lain distilasi dan evaporasi
Larutan non ideal mempunyai sifat fisika yang berubah dari keadaan idealnya.
Sifat ini disebut sebagai sifat koligatif larutan yang hanya tergantung pada jumlah
partikel zat terlarut dan tidak tergantung pada sifat dan keadaan partikel. Larutan
yang memiliki sifat koligatif harus memenuhi dua asumsi yaitu zat terlarut tidak
mudah menguap sehingga tidak memberikan kontribusi pada uapnya. Asumsi yang
kedua adalah zat terlarut tidak larut dalam pelarut padat. Sifat koligatif larutan dapat
digunakan untuk menentukan massa molekul relatif suatu zat (Laksono, 2004).
Hukum Raoult merupakan dasar dari empat macam sifat larutan encer yang
disebut sifat koligatif. Kata koligatif berasal dari kara Latin colligare yang berarti
berkumpul bersama, karena sifat ini bergantung pada pengaruh kebersamaan
(kolektif) semua partikel dan tidak pada sifat dan keadaan partikel. Sifat koligatif
larutan ada empat macam yaitu penurunan tekanan uap (ΔP), kenaikan titik didih
(ΔTb), penurunan titik beku (ΔTf) dan tekanan osmosis (π). Sifat kologatif dapat
digunakan untuk menentukan massa molekul relatif suatu zat. (Hiskia Achmad, 1996
: 35-36)
Hasil eksperimen Raoult menunjukan bahwa Kenaikan titik didih larutan akan
semakin besar apabila konsentrasi (molal) dari zat terlarut semakin besar. Titik didih
larutan akan lebih tinggi dari titik didih pelarut murni. Hal ini juga diikuti dengan
penurunan titik beku pelarut murni, atau titik beku larutan lebih kecil diba ndingkan
titik beku pelarutnya. Kenaikan titik didih larutan merupakan salah satu sifat koligatif
larutan, Untuk menghitung perubahan titik didih larutan maka kita bisa menggunakan
persamaan berikut ini:
ΔTd = Kd. m . i
Sedangkan titik dih larutan dicari dengan persamaan:
Td = Tdpelarut + ΔTd
Keterangan :
ΔTd = penurunan titik didih larutan
Td = titik didih larutan
m = molalitas larutan
Kd = konstanta titik didih pelarut
i = faktor Van’t Hoff
Di bidang termodinamika konstanta titik didih pelarut, Kd lebih dikenal
dengan istilah konstanta ebulioskopik. Faktor Van’t Hoff (i) adalah parameter untuk
mengukur seberapa besar zat terlarut berpengaruh terhadap sifat koligatif (penurunan
tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku, dan tekanan osmotik). Faktor
Van’t Hoff dihitung dari besarnya konsentrasi sesunguhnya zat terlarut yang ada di
dalam larutan dibanding dengan konsentrasi zat terlarut hasil perhitungan dari
massanya. Untuk zat non elektrolit maka vaktor Van’t Hoffnya adalah 1 dan
nonelektrolit adalah sama dengan jumlah ion yang terbentuk didalam larutan. Faktor
Van’t Hoff secara teori dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
i = 1 + (n-1)α
(Keterangan : i = faktor Van’t Hoff; n = jumlah ion; α = derajat disosiasi) Dengan α
adalah derajat ionisasi zat terlarut dan n jumlah ion yang terbentuk ketika suatu zat
berada didalam larutan. Untuk non elektrolit maka alfa = 0 dan n adalah 1. Hal yang
berpengaruh pada kenaikan titik didih adalah harga Kd dari zat pelarut. Kenaikan
tidak dipengaruhi oleh jenis zat yang terlarut, tapi oleh jumlah partikel/mol terlarut
khususnya yang terkait dengan proses ionisasinya (Suryani, 2011).
Jika pada suhu tertentu, suatu pelarut murni (air) ditambahkan zat terlarut
misalnya gula pasir, maka tekanan uap air akan turun. Jika semakin banyak zat
terlarut yang dilarutkan, maka makin banyak penurunan tekanan uapnya. Hal ini
mengakibatkan larutan gula belum mendidih pada suhu 100 °C. Agar larutan gula
cepat mendidih, diperlukan suhu yang cukup tinggi, sehingga tekanan uap jenuhnya
sama dengan tekanan uap di sekitarnya. Adanya penambahan zat terlarut ini dapat
menghalangi penguapan partikel pelarut. Sehingga, penguapan partikel-partikel
pelarut membutuhkan energi yang besar. Selisih antara titik didih larutan dengan titik
didih pelarut murni disebut kenaikan titik didih (ΔTb).
Apabila zat padat yang tidak mudah menguap dilarutkan dalam pelarut, maka
tekanan uap akhirnya akan turun sehingga titik didih larutan akan naik dan titik
bekunya akan turun dibandingkan dengan pelarut murni. Untuk larutan ideal, menurut
Raoult kenaikan titik didih sebanding dengan jumlah zat terlarut dan dapat
ditunjukkan dengan hubungan:

Dimana :
∆T : Kenaikan titik didih
Kb : Tetapan kenaikan titik didih molal
m : Molalitas zat terlarut
WA : Massa pelarut (gram)
Wb : Massa zat terlarut (gram)
BM : Berat molekul zat terlarut
Harga Kb dapat diketahui jika massa m zat terlarut diketahui. Jadi dari
penentuan titik didih pelarut murni, dan kenaikan titik didih larutan yang diketahui
konsentrasinya, dapat ditentukan berat molekul zat terlarut.
Material safety data sheet NaCl
1. Identifikasi Bahaya
Klasifikasi bahan atau campuran Bahan ini tidak diklasifikasikan sebagai
berbahaya menurut undang-undang Uni Eropa.
2. Tindakan Pertolongan Pertama
o Setelah terhirup: hirup udara segar.Jika napas terhenti: berikan napas buatan
mulut ke mulut atau secara mekanik. Berikan masker oksigen jika
mungkin.Segera hubungi dokter.
o Bila terjadi kontak kulit: bilaslah dengan air yang banyak. Hubungi dokter
mata.
o Setelah kontak pada mata : bilaslah dengan air yang banyak. Segera hubungi
dokter mata.Lepaskan lensa kontak.
Sifat Fisika Dan Kimia NaCl
▪ Bentuk : cair
▪ Warna : tidak berwarna
▪ Bau : Tak berbau
▪ Ambang Bau : Tidak tersedia informasi.
▪ pH : kira-kira 4,8 pada 20 °C
▪ Titik lebur : Tidak tersedia informasi.
▪ Titik didih : Tidak tersedia informasi
▪ Laju penguapan : Tidak tersedia informasi.
▪ Sifat oksidator tidak ada
Material safety data sheet KCl
1. Identifikasi Bahaya
Klasifikasi bahan atau campuran Bahan ini tidak diklasifikasikan sebagai
berbahaya menurut undang-undang Uni Eropa.
2. Tindakan Pertolongan Pertama
o Setelah terhirup: hirup udara segar.Jika napas terhenti: berikan napas buatan
mulut ke mulut atau secara mekanik. Berikan masker oksigen jika
mungkin.Segera hubungi dokter.
o Bila terjadi kontak kulit: bilaslah dengan air yang banyak. Hubungi dokter
mata.
o Setelah kontak pada mata : bilaslah dengan air yang banyak. Segera hubungi
dokter mata.Lepaskan lensa kontak.
o Setelah tertelan: beri air minum (paling banyak dua gelas). Segera cari anjuran
pengobatan.Hanya di dalam kasus khusus, jika pertolongan tidak tersedia dalam
satu jam, rangsang untuk muntah (hanya jika korban tidak sadarkan diri), telan
karbon aktif and konsultasikan kepada dokter secepatnya.
Sifat Fisika Dan Kimia KCl
▪ Bentuk : serbuk, padat
▪ Warna : putih
▪ Bau : Tak berbau
▪ Ambang Bau : Tidak tersedia informasi.
▪ pH : 5,5 - 8,0 pada 50 g/l 25 °C
▪ Titik lebur : 773 °C
▪ Titik didih : 1.413 °C pada 1.013 hPa
▪ Laju penguapan : Tidak tersedia informasi.
▪ Sifat oksidator tidak ada

V. ALAT DAN BAHAN


Adapun alat dan bahan sebagai berikut:
A. Alat
1. Beaker glass
2. Thermometer
3. Tabung reaksi
4. Heater
5. Pengaduk
B. Bahan
1. NaCl
2. KCl
3. Zat x

VI. GAMBARAN RANGKAIAN ALAT PERCOBAAN


Adapun gambaran rangkaian alat kenaikan titik didih sebagai berikut:

Gambar 1 Rangakaian Alat Pengujian Kenaikan Titik Didih

VII. PROSEDUR KERJA


Adapun prosedur kerja sebagai berikut:
1. Keringkan alat-alat yang akan digunakan.
2. Isi beaker glass kira-kira dengan 300 mL air dan dipanaskan menggunakan
bunsen.
3. Ukur titik didih pelarut murni.
4. Ukur titik didih larutan yang diketahui berat molekulnya, massa zat terlarut,
dan massa pelarut (3 kali).
5. Ulangi langkah 4 untuk zat terlarut yang diberikan oleh asisten (3 kali).
6. Amati betul-betul suhu pada butir 4.
7. Tentukan kenaikan titik didih dan berat molekul zat x.

VIII. DATA PENGAMATAN


Kenaikan Titik Didih
No. Sampel Suhu Awal (°C) Suhu Akhir (°C)
1. Larutan Glukosa 30 90
2. Larutan NaCl 30 97
3. Aquadest 30 100

IX. PERHITUNGAN

1. Mencari ∆Tb tiap larutan pada suhu akhir.


Rumus :∆Tb = Tb aquadest – Tb zat

∆TbGlukosa = 70 – 60 = 10oC

∆TbNaCl = 70 – 67 = 3 oC

∆TbAquadest = 70 – 70 = 0 oC

2. Mencari molal (m) masing-masing sampel


∆Tb
Rumus : m non elektrolit =
Kb

Rumus : m elektrolit = ∆Tb


Kb x i
Pada percobaan kali ini, yang termasuk larutan elektrolit adalah
larutan NaCl, sedangkan larutan glukosa dan aquadest
merupakan larutan non elektrolit.
NaCl Na+ + Cl- n = 2

Molal glukosa = 10oC = 19.2308


0,52
Molal NaCl = 3oC = 5,7692
0,52 x 1
3. Mencari BM (Berat Molekuk Zat Terlarut) masing-masing sampel

Rumus : BM larutan elektrolit =

BM larutan non elektrolit =


A BM aquadest =
B BM larutan NaCl =
C BM larutan glukosa =

X. PEMBAHASAN

Pada pratikum kenaikan titik didih ini dilakukan untuk menentukan sifat
koligatif suatu larutan. Pada pratikum kali ini sampel yang digunakan adalah
larutan garam, larutan glukosa, dan aquadest dan untuk pelarut yang digunakan
adalah aquadest. Berdasarkan tabel pengamatan, terdapat perbedaan dalam
kenaikan titik didih,

Kenaikan titik didih ini dipengaruhi oleh beberapa faktor:

1. Konsentrasi molal zat terlarut, dimana semakin besar konsentrasi (molal)


suatu zat terlarut, maka kenaikan titik didih juga semakin besar.
2. Konsentrasi (molalitas) dan harga Kb, semakin tinggi harga Kb, maka
semakin tinggi kenaikan titik didih.
3. Dalam konsentrasi yang sama, jenis zat terlarut mempengaruhi kenaikan titik
didih suatu larutan, dimana larutan elektrolit memiliki kenaikan titik didih
yang lebih tinggi daripada larutan non elektrolit. Hal ini disebabkan karena
partikel-partikel terlarut yang terdapat didalam larutan elektrolit lebih besar
daripada non elektrolit.
4. Semakin banyak zat terlarut yang dicampurkan maka semakin besar pula suhu
yang diperlukan untuk mencapai titik didih.
Oleh karena itu, pada pratikum kali ini, larutan NaCl memiliki kenaikan titik
didih yang lebih tinggi dari pada sampel lainnya, hal ini terjadi karena larutan
NaCl merupakan larutan elektrolit kuat, sedangkan untuk larutan gula merupakan
non elektrolit. Untuk derajat ionisasi, larutan NaCl memiliki jumlah derajat
ionisasi = 2, karena larutan NaCl memiliki 1 ion Na+ dan 1 ion Cl-.

XI. KESIMPULAN
Pada pratikum kali ini, dapat diperoleh hasil kenaikan titik didih, untuk suhu
akhir larutan glukosa sebesar 90C, larutan garam sebesar 97C dan aquadest sebesar
100C. untuk Tb, larutan glukosa 10, larutan NaCl 3 dan aquadest 0. Untuk
molalitas larutan glukosa 19,2308 M, larutan NaCl 5,7692 M dan aquadest 0. Untuk
BM larutan glukosa 0,57; larutan NaCl 3,85; dan aquadest 0.

XII.DAFTAR PUSTAKA
Fitriyano,gema ST, MT, Modul Kimia Fisika,2020,Universitas Muhammadiyah
Jakarta, Jakarta.
https://www.academia.edu/19646613/LAPORAN_PRAKTIKUM_Kenaikan_titi
k_didih. 24/09/2021: 7.00 pm

XIII. TUGAS

3. Adanya zat terlarut di dalam suatu pelarut akan memperkecil jumlah molekul
pelarut per unit volumenya, dengan semakin kecilnya jumlah molekul pelarut
tiap satuan volume yang ada di dalam larutan jika dibandingkan dengan jumlah
molekul pelarut yang terdapat dalam pelarut murni akan memperkecil pula
jumlah molekul yang dapat menguap dengan demikian tekanan uapnya pun akan
turun. Untuk mempermudah pengertian makavolume besar maka luas permukaan
besar, sedangkan volume kecil maka luas permukaan kecil sehingga jumlah
molekul H2O yang akan menguap pun jumlahnya berbeda.

4. Setiap zat cair pada suhu tertentu mempunyai tekanan uap jenuh tertentu dan
mempunyai harga yang tetap.
Zat cair akan mendidih dalam keadaan terbuka jika tekanan uap jenuhnya sama
dengan tekanan atmosfer.
Pada saat udara mempunyai tekanan 1 atm, air mendidih pada suhu 100°C, tetapi
jika dalam zat cair itu dilarutkan suatu zat, maka tekanan uap jenuh air itu akan
berkurang.
Penurunan tekanan uap jenuh larutan yang lebih rendah dibanding tekanan uap
jenuh pelarut murni menyebabkan titik didih larutan lebih tinggi daripada titik
didih pelarut murni.

5. Persamaan kenaikan titik didih jika larutannya adalah larutan elektrolit

∆Tb =

Anda mungkin juga menyukai