Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam era globalisasi ini kemajuan teknologi mempengaruhi perubahan sosial pada
setiap individu dengan sangat cepat. Perubahan juga terjadi di bidang kesehatan khususnya
pada kesehatan jiwa. Kesehatan jiwa menjadi masalah yang serius dan memprihatinkan,
penyebab masalah kesehatan jiwa salah satunya juga disebabkan oleh beban hidup yang
semakin tinggi yang bisa berdampak pada depresi yang berlanjut pada gangguan jiwa.
Gangguan jiwa secara langsung tidak dapat menyebabkan kematian, akan tetapi
menyebabkan penderita tidak produktif dan menimbulkan beban bagi keluarga dan
masyarakat disekitarnya. Angka pasien gangguan jiwa di seluruh dunia dari tahun ketahun
semakin meningkat.

Menurut World Health Organitazion(WHO) tahun 2013, ada sekitar 450 juta orang
didunia mengalami gangguan jiwa. WHO menyatakan setidaknya ada satu dari empat orang
di dunia mengalami masalah gangguan jiwa dan gangguan mental yang ada diseluruh dunia
sudah menjadi masalah yang sangat serius (WHO, 2013). Pada tahun 2013 Prevalensi
gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia sebesar 1,7 per mil dengan gangguan jiwa
terbanyak di wilayah Aceh, DI Yogyakarta, Sulawesi Selatan, Jawa Tengah dan Bali.

Proporsi Anggota Rumah Tangga (ART) dengan gangguan jiwa berat sebanyak
214,3%, sedangkan proporsi terbesar tinggal di wilayah pedesaan sebanyak 18,2%, dan
prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk Indonesia sebesar 6,0% (Riskesdas,
2013). Permasalahan utama yang sering terjadi pada pasien gangguan jiwa adalah perilaku
kekerasan. Perilaku kekerasan harus segera ditangani karena dapat membahayakan diri
pasien, orang lain, dan lingkungan. Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk perilaku yang
bertujuan untuk melukai seseorang baik secara fisik maupun psikologis. Perilaku kekerasan
dapat dilakukan secara fisik dan verbal. Penanganan perilaku kekerasan dapat dilakukan
dengan berbagai cara, salah satunya dengan cara isolasi dan atau restrain (menurut kebijakan
institusi) (Purwanto, 2015).

Restrain adalah aplikasi langsung kekuatan fisik pada individu tersebut, tanpa ijin
individu tersebut, untuk membatasi kebebasan gerak dari individu. Kekuatan fisik ini
menggunakan alat medis, tenaga manusia ataupun kombinasi keduanya. Pengekangan fisik
menggunakan pengekangan mekanik, seperti manset pada pegelangan tangan dan kaki, serta
sprey untuk pengekangan. Restrain tenaga manusia dilakukan ketika anggota staf secara fisik
mengendalikan pasien dan memindahkan pasien ke ruangan (Sulistyowati, 2014).

Tindakan restrain jika dilakukan dengan tidak benar akan menyebabkan cedera
fisiologis dan psikologis. Pasien dengan kondisi restrain seharusnya dilakukan observasi
setiap 15 menit untuk dilakukan pemantauan hygiene, sirkulasi, respiratory, aktivitas, satatus
mental dan tanda-tanda vital. Pasien restrain setiap 2 jam seharusnya dilakukan Latihan.
latihan gerak pada extremitasnya dengan ROM (Kandar, 2013). Fenomena menunjukkan
bahwa pada beberapa pasien tidak direstrain dengan benar, hal ini menyebabkan pasien
mengalami cedera fisiologis dan psikologis. Pasien dengan penanganan restrain, sedangkan
indikasi dilakukannya restrain pada pasien yaitu karena pasien ngamuk, marah, kondisi tidak
stabil, pengaruh obat dan kondisi kesadaran menurun. Restarin yang biasa dilakukan
menggunakan manset di pergelangan tangan dan pergelangan kaki. Restrain pada pasien ini
menimbulkan bekas pada setiap extremitasnya, yaitu terutama pada bagian tangan dan kaki.
Selama restrain pasien juga tidak dilakukan pemberian lotion saat akan direstrain.

Berdasarkan latar belakang di atas , penulis membuat makalah ini yang berjudul

“ restrain “

1. Rumusan Penulisan
a. Pengertian Restrain
b. Pengertian Secara International
2. Tujuan dan Manfaat Restrain
- Memberikan rasa aman dan perlindungan pada pasien dengan gangguan jiwa

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut, maka peneliti menangkat


permasalahan sebagai berikut “Bagaimana pengalaman pasien gangguan jiwa selama
menjalani restrain extremitas”.

C.Tujuan Penelitian

1.Tujuan umum
Untuk mengetahui pengalaman pasien gangguan jiwa selama menjalani restrain
extremitas

2.Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik partisipan (pasien gangguan jiwa) yang direstrain

b. Untuk mengexplorasi perasaan pasien gangguan jiwa saat dilakukan restrain.

D. Manfaat Penelitian

Setelah dilakukan penelitian diharapkan dapat memberi manfaat bagi :

1.Institusi pendidikan keperawatan

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi institusi keperawatan
dalam meningkatkan pengetahuan tentang pengalaman pasien gangguan jiwa selama
menjalani restrain extremitas di Rumah Sakit Jiwa.

2.Profesi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan memperdalam ilmu
tentang pengalaman pasien gangguan jiwa selama menjalani restrain extremitas dan sebagai
bahan masukan bagi profesi dalam perencanaan keperawatan dalam upaya meningkatkan
profesionalisme dan mutu pelayanan keperawatan.

3.Penelitian selanjutnya

Dari penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan dan pengetahuan tentang
pengalaman pasien gangguan jiwa yang menjalani restrain extremitas di Rumah Sakit Jiwa.

E.Keaslian Penelitian

Adapun penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini diantaranya:

1. Sulistyowati (2014). “Keefektifan Penggunaan Restrain terhadap Penurunan Perilaku


Kekerasan pada Pasien Skizofrenia”.

Desain dari penelitian ini menggunakan rancangan quasi experiment dengan control group
pretest-post test design, dan menggunkan Teknik purposive sampling. Hasil dari penelitian
ini adalah restrain efektif terhadap penurunan perilaku kekerasan . Perbedaannya adalah
terletak pada variabel yang akan diteliti.
2. Kandar (2013). “Efektivitas Tindakan Restrain Pada Pasien Perilaku Kekerasan Yang
Menjalani Perawatan”

BAB II

1.1 TINJAUAN PUSTAKA

1.Pengertian Restrain

Pengertian dasar restrain : ‘membatasi gerak’ atau ‘membatasi kebebasan’

2.Pengertian secara internasional: restrain adalah suatu metode / cara pembatasan /


restriksi yang disengaja terhadap gerakan / perilaku seseorang. Dalam hal ini! ‘perilaku’yang
dimaksudkan adalah tindakan yang direncanakan! bukan suatu tindakan yang tidak disadari /
tidak disengaja / sebagai suatu reflex. Pengertian lainnya: restrain adalah suatu tindakan
untuk menghambat / mencegah seseorang melakukan sesuatu yang diinginkan.

3. Tujuan dan Manfaat Restrain

1. Memberikan perlindungan dan menjamin keselamatan pasien dan/atau lingkungan


terhadap cidera/kecelakaan.

2. Memberikan keamanan fisik dan psikologis individu. Memudahkan tenaga kesehatan


dalam melakukan tindakan dalam prosedur tindakan. Memfasilitasi klien menerima terapi
indikasi dan kontra indikasi. Kontra Indikasi restrain adalah :

1- Pasien menunjukkan perilaku yang berisiko membahayakan dirinya sendiri dan/atau orang
lain.

2- Tahanan pemerintah yang legal /sah secara hukum- yang dirawat di rumah sakit

Pasien yang memerlukan pengawasan dan penjagaan ketat di ruangan yang aman.
Restrain digunakan jika intervensi lainnya yang lebih tidak restrikti" tidak  berhasil/tidak
efektif untuk melindungi pasien atau orang lain dari ancaman bahaya. Bahaya indikasi
restrain ini dapat diaplikasikan untuk:

1- Semua lokasi didalam rumah sakit: semua jenis peralatan termasuk ruang rawat
inap, unit rawat jalan, unit bedah/medis, ruang rawat anak dan sebagainya.
2- Semua pasien di rumah sakit tanpa melihat usia yang memenuhi indikasi restrain:
1-Tidak mendapatkan izin tertulis dari keluarga pasien untuk melaksanakan
prosedur.
2-Pasien kooperatif, Pasien memiliki komplikasi kondisi fisik atau mental.

1.2 RESTRAIN YANG EFEKTIF UNTUK MENCEGAH CEDERA

Bobot kejadian dari restrain (Kandar dan Pambudi, 2013)

Jenis TraumaPersentase (%)


1. Ketidaknyaman fisik 81,8%
2. Lecet akibat pemasangan restrain terlalu kencang 72,7%
3. Peningkatan inkontensia 72,7%
4. Ketidakefektifan sirkulasi 54,5%
5. Peningkatan terjadinya kontraktur 36,6%
6. Iritasi kulit 27,3%
7. Cedera fisiologis (agresif) 60,0%
8. Peningkatan kemarahan 20,0%

Restrain/ pengikatan fisik (dalam psikiatri) secara umum mengacu pada suatu bentuk
Tindakan menggunakan tali untuk mengekang atau membatasi gerakan ekstremitas individu
yang berperilaku diluar kendali. Indikasi restrain meliputi perilaku amuk yang
membahayakan diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

Restrain adalah bagian dari implementasi patient safety, karena bertujuan untuk
memberikan keamanan fisik, psikologis dan kenyamanan pasien. Restrain yang dilakukan
pada pasien di rumah sakit jiwa juga dapat menimbulkan dampak negatif berupa cedera / luka
pada ekstremitas yang dilakukan restrain. Tujuan dari systematic review ini untuk
mengetahui tindakan restrain yang aman dan efektif di rumah sakit jiwa, systematic review
dilakukan dengan mencari artikel melalui Ebscho, Sciencedirect, Portal Garuda dan Google
Scholar. Jurnal yang telah terkumpul selanjutnya dilakukan critical appraisal. Restrain efektif
untuk mengatasi pasien agresif, tetapi dapat menimbulkan efek samping berupa luka / cedera,
untuk mencegah terjadinya luka / cedera, restrain dilakukan dengan menggunakan alat yang
bermanset, area restrain diberikan lotion, durasi restrain paling lama 4 jam, selama di lakukan
restrain perawat mengobservasi kondisi dan memenuhi kebutuhan pasien, restrain dilakukan
oleh staf yang terlatih. Kata kunci : Restrain no Cedera, Efektif. Gejala utama yang sering
muncul pada pasien gangguan jiwa adalah perilaku kekerasan. Perilaku kekerasan adalah
suatu keadaan dimana seseorang melakukan Tindakan yang dapat membahayakan secara fisik
baik terhadap diri sendiri, oranglain, maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk
mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif (Stuart dan
Sundeen,2006).

Perilaku kekerasan harus segera ditangani karena dapat membahayakan diri pasien
sendiri, orang lain, dan lingkungan. Penanganan perilaku kekerasan dapat dilakukan
denganberbagai cara, salahsatunya dengan cara isolasi dan atau restrain (Purwanto, 2015).
Restrain/ pengikatan fisik (dalam psikiatri) secara umum mengacu pada suatu bentuk
tindakan menggunakan tali untuk mengekang atau membatasi gerakan ekstremitas individu
yang berperilaku diluar kendali. Pengikatan fisik merupakan alternatif intervensi terakhir jika
dengan intervensi verbal (persuasi), pengekangan kimia (biologi) mengalami kegagalan (SPO
pengikatan fisik / restrain. Indikasi restrain meliputi perilaku amuk yang membahayakan diri
dan oranglain, perilaku agitasi yang tidak dapat dikendalikan dengan pengobatan, ancaman
terhadap integritas fisik yang berhubungan dengan penolakan pasien untuk istirahat, makan,
dan minum, permintaan pasien untuk pengendalian perilaku eksternal, pastikan bahwa
Tindakan ini telah dikaji dan berindikasi terapeutik (Videbeck, 2008).

Restrain adalah bagian dari implementasi keselamatan pasien, tujuan dari restrain
adalah untuk memberikan keamanan fisik dan psikologis bagi individu tersebut dan
meningkatkan keamanan dan kenyamanan pasien. Restrain yang dilakukan pada pasien di
rumah sakit jiwa ternyata juga menimbulkan dampak negatif, dampak restrain bisa terjadi
pada pihak pasien sendiri juga pihak perawat yang melakukan tindakan ini. Selain resiko
terjadi cedera, seringkali pasien tidak terpenuhi kebutuhan dasar manusianya ketika
dilakukan.

Restrain pada pasien bisa menyebabkan trauma, termasuk trauma secara fisik dan
psikologis (Haimowits, Urff &Huckshorn, 2006). Pengekangan fisik / manual digunakan di
beberapa unit rawat inap kesehatan mental sebagai alat untuk mengelola perilaku agresif,
walaupun secara paradoks penggunaannya membawa beberapa risiko bahaya fisik dan mental
bagi petugas kesehatan dan pasien (Happell & Harrow,2010; Stubbs et al ,2009). Stewart et
al, 2009; Stubbs, 2009 mengatakan antara 12-40% staf rumah sakit dan 5-18% pasien terluka
akibat pengekangan restrain
Selama dilakukan Restrain Pasien Dilakukan Monitoring dan Pemenuhan Kebutuhan
Dasar Penelitian Malfasari, Keliat, Helena (2015) dalam analisis legal aspek dan kebijakan
restrain, seklusi dan pasung pada pasien gangguan jiwa, Hasil penelitian menunjukkan
perbandingan hasil analisis di Indonesia dan luar negeri, bahwa Indonesia belum memiliki
beberapa komponen penting dalam pelaksanaan restrain dan seklusi dirumah sakit jiwa.
Aspek restrain dan seklusi yang ada di Indonesia adalah pelaksanaan restrain dan seklusi
sebagai altenatif terakhir, pelaksanaan restrain dan seklusi bukan merupakan sebuah
hukuman, durasi restrain dan seklusi yang sesingkat-singkatnya, memberikan pakaian pada
pasien, staff dan pasien mempunyai jenis kelamin yang sama. Persamaan yang di dapatkan
dalam analisis dokumen di dapatkan bahwa Indonesia telah memiliki 6 kategori yaitu
memberikan kebutuhan pasien (makan, minum dantoilet), tidak membeda-bedakan pasien,
adanya fasilitas untuk di restrain dan seklusi, perlindungan kepada pasien, memonitor dan
mengobservasi keselamatan pasien, staf harus dilatih sebelum ditugaskan dalam ruangan
restrain. Untuk menghindari terjadinya efek samping selama pengekangan fisik / manual,
perawat atau dokter harus diberi tanggung jawab untuk merawat kesehatan fisik pasien
selama intervensi. Perawat juga harus memberikan asuhan untuk memastikan keamanan,
kenyamanan dan perlakuan manusiawi terhadap pasien yang dilakukan restrain. Jika pasien
berada dalam pengendalian mekanis, staf yang bekerja dalam tim akan mencoba melepaskan
hambatan setiap jam selama minimal 10 menit untuk memungkinkan rentang latihan gerak
dan pemeriksaan integritas kulit (NSW, 2012).

Prosedur yang sering tidak dilakukan oleh perawat diruangan dalam pelaksanaan
intervensi restrain adalah 80% pengikatan dilakukan tanpa instruksi dokter,73,3% perawat
melakukan restrain tanpa melakukan pengkajian fisik terlebih dahulu ,belum efektifnya
pendokumentasian Tindakan restrain direkam medis pasien, dan perawat belum menerapkan
prosedur membantu/melatih anggota gerak untuk mencegah luka dan kekakuan.
Ketidakpatuhan perawat dalam melakukan prosedur dalam standar prosedur operasional
disebabkan karena kurang kompeten. Cakupan kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh
setiap perawat Indonesia pada semua jenjang diantaranya adalah mewujudkan dan
memelihara lingkungan keperawatan yang aman melalui jaminan kualitas dan risiko (patient
safety), melakukan tindakan-tindakan untuk mencegah cedera pada pasien (PPNI,2005)
Kompetensi perawat dapat ditingkatkan dengan pelatihan. Keselamatan pasien dapat di
tingkatkan dengan adanya pelatihan pada staff. Staff yang berkompeten yang juga termasuk
perawat dapat mengurangi resiko adanya kecelakaan ketika terjadinya restrain dan seklusi
(Bowers)

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan
Restrain adalah bagian dari implementasi keselamatan pasien,

tujuan dari restrain adalah untuk memberikan keamanan fisik dan psikologis bagi individu
tersebut dan meningkatkan keamanan dan kenyamanan pasien. Restrain efektif untuk
menurunkan perilaku kekerasan pasien gangguan jiwa, tetapi dapat menimbulkan efek
samping cedera fisik berupa oedema dan lesi pada ekstremitas yang dilakukan restrain.

Penelitian ini untuk mengetahui pengalaman perawat melakukan tindakan restrain pada
pasien perilaku kekerasan dengan pendekatan studi fenomenologi

Indikasi Restrain yang dilakukan perawat berdasarkan tanda-tanda yang di


tunjukkannya seperti adanya gelisah, gaduh, mencederai diri sendiri, orang lain dan merusak
lingkungan. Dengan indikasi seperti itu maka diperlukan tindakan restrain untuk mengaman
pasien dari cidera ataupun tindakan yang berbahaya. Tindakan restrain sesuai dengan standar
prosedur yang ada pada pihak Rumah Sakit bahwa alasan perawat melakukan restrain adalah
berdasarkan indikasi yang ada pada pasien perilaku kekerasan dimana pasien menunjukkan
tanda-tanda gelisah, membahayakan diri sendiri, membahayakan atau menyakiti orang lain
serta merusak lingkungan sekitarnya.
Alasan utama dalam pengambilan keputusan untuk indikasi restrain hanya
berdasarkan perilaku dari individu pasien, sedangkan infoemed concent yang dilakukan
secara umum saat pasien baru masuk untuk di rawat inap melalui di IGD. Pada standar
prosedur operasional Rumah Sakit tidak adanya tindakan infoemed concent pada SOP
restrain. Hal ini tidak sesuai dengan etik keperawatan bahwa perawat harus memikirkan juga
aspek etik dalam pengambilan keputusan penggunaan restrain dimana pasien memiliki
otonomi dan hak dalam memilih tindakan yang dilakukan untuk dirinya

1.1 Sumber daya yang digunakan selanjutnya yaitu alat.


Alat yang digunakan dalam tindakan restrain menurut partisipan adalah tali yang berupa
dari kain. Fasilitas fisik yang diungkapkan para partisipan adalah tempat tidur, dimana tempat
tidur merupakan fasilitas peletakan pasien untuk dilakukan pengikatan. Tujuannya untuk
tetap menjaga kondisi pasien jauh dari cidera.
1.2 Biasanya tempat tidur
Yang digunakan pada pasien yang dilakukan fiksasi terutama pasien perilaku
kekerasan adalah tempat tidur yang terstandar sesuai dengan kondisi pasien atau tindakan
yang dilakukan
1.3 Tema Pelaksanaan Restrain
Pada pasien perilaku kekerasan mempunyai standar prosedur dalam proses mengikat
pasien dengan perilaku kekerasan harus memiliki keterampilan khusus. Pada sub tema cara
mengikat diperoleh tiga kategori yaitu menggunakan prosedur SOP, memposisikan pasien
dan difiksasi.
Prosedur panduan tetap seperti protap atau SOP yang ada di RS, memposisikan pasien
dapat dianalisa bahwa dalam melakukan restrainposisi pemasangan ataupun cara mengikat
harus betul-betul sesuai dengan standar serta kondisi tubuh pasien saat itu.
1.4 Tema Tindakan Restrain
Tindakan restrain merupakan salah satu tindakan yang seringkali dilakukan di rumah
sakit yang diberikan untuk memberikan keamanan dan kenyamanan, baik bagi pasien,
staf di rumah sakit dan lingkungan.
Tindakan ini melibatkan semua tim pelayanan kesehatan di rumah sakit dan dengan
dukungan managerial dari direksi rumah sakit.Hasil penelitian ini tindakan keperawatan
yang dilakukan oleh perawat adalah tindakan keperawatan selama dilakukannya restrain
pada tahap evaluasi mengobservasi keadaan pasien selama restrain. Tindakankeperawatan
selama restrain mengenai menganti posisi dan masing-masing satu partisipan menyatakan
memantau tanda vital dan mengukur rutin tanda-tanda vital. Ini membuktikan
bahwasannya pasien yang diberikan tindakan restrain tetap dijalankan tindakan
keperawatan berupa memantau TTV dan menganti posisi pemasangan fiksasi, dalam
aspek ilmunya dan baik dalam aspek etik dan legalnya, perlu dipikirkan bersama
prosedur, sarana dan prasarana yang memadai yang terkait dengan tindakan keperawatan
pada klien dalam keadaan darurat psikiatri terutama restrain dan terapi sehingga tercipta
pelayanan yang aman, efektif dan efisien, pengendalian emosi perawat menjadi bagian
yang penting dari proses penanganan klien dengan kegawatdaruratan psikiatri sehingga
peran perawat sebagai advokasi klien dapat tercapai, pendokumentasian asuhan
keperawatan mutlak dilakukan agar dapat menjadi alat bukti yang benar apabila terdapat
masalah hukum.
2. Saran

2.1 Alat Restrain

Untuk mencegah terjadinya insiden keselamatan pasien ketika dilakukan restrain perlu di
buat regulasi / SPO sesuai dengan hasil evidence based, alat restrain dibuat dari bahan yang
aman dengan penampang yang cukup lebar, permukaan kulit pada area restrain diberikan
lotion, waktu restrain untuk pasien dewasa dibatasi maksimal 4 jam, perawat memenuhi
kebutuhan pasien, memberikan perlindungan, memonitor dan mengobservasi keselamatan
pasien selama dilakukan restrain dan perawat diberikan pelatihan khusus agar kompeten
dalam melakukan restrain.

2.2 Perlengkapan.

Perlengkapan untuk dilakukan restrain dalam pelaksanaan yaitu sumber daya manusia,
alat dan fasilitas. Dari sumber daya manusia ungkapan partisipan tidak dapat melakukan
sendiri karena kondisi pasien yang dalam keadaan perilaku kekerasan maka mengalami
kekurangan petugas dalam melakukan Tindakan restrain. Petugas yang dibutuhkan biasanya
2 atau 3 orang maupun lebih. Partisipan meminta bantuan dari petugas ruangan lain dan juga
security. Jumlah perawat yang dibutuh dalam tindakan harus diperhatikan dalam pemilihan
petugas yang mempunyai keahlian dari anggota tim kesehatan lainnya dalam penggunaan
restrain

2.3 Pendidikan Keperawatan.

Pendidikan ilmu keperawatan diharapkan mampu memanfaatkan hasil penelitian ini


dalam pengembangan kurikulum pembelajaran keperawatan jiwa pada topik pembahasan dan
pratikum mengeani tindakan restrain. Topik pembahasan yang dapat dijadikan
pengembangan mengenai asuhan keperawatan restrain yang dikaitkan dengan aspek legal dan
etik keperawatan dalam pelaksanaan restrain

2.4 Penelitian Keperawatan

Pada penelitian ini teridentifikasi lima tema. Tema-tema yang teridentifikasi tersebut
dapat ditindak lanjuti melalui riset lebih lanjut untuk mengidentifikasi tema-tema tersebut
baik secara kualitatif maupun kuatitatif. Pada studi kualitatif yang dapat dilakukan penelitian
dari pihak pasiennya, bagaimana pengalaman pasien perilaku kekerasan yang dilakukan
restrain. Sedangkan studi kuatitatif adalah analisis faktor-faktor yang berhubungan keputusan
dilakukan tindakan restrain pada pasien perilaku kekerasan.

DAFTAR PUSTAKA

file:///C:/Users/ASUS/AppData/Local/Temp/64-Article%20Text-83-3-10-20200901.pdf

https://id.scribd.com/document/317969157/Makalah-Keperawatan-Jiwa-Restrain

http://eprintslib.ummgl.ac.id/2663/1/16.0603.0041_BAB%20I_BAB%20II_BAB
%20III_BAB%20V_DAFTAR%20PUSTAKA.pdf

http://scholar.unand.ac.id/18670/3/BAB%206%20penutup.pdf
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.................................................................. i
KATA PENGANTAR ......................................................................................ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Penulisan .........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian……………………………………………………….3
1.5 Keaslian Penelitian…………….………………………………………..3
BAB II Tinjauan Pustaka.................................................................................4
1. PengertianRestrain…………………………..…………………………..4
2. Pengertian secara International…………………………………………..4
3. Tujuan dan Manfaat restrain……………………………………………..4
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN……………………………….……..8
1.Kesimpulan…………………………..………………………………..…….8
2.Saran…………………………..…………………………………….……....9
2.1Alat Restrain………………………….……………………………………9
2.2Perlengkapan………………………………….…………………………..9
2.3Pendidikankeperawatan……………………………………………………9
2.4PenelitianKeperawatan……………………………………………………10
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….11

Anda mungkin juga menyukai