PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam era globalisasi ini kemajuan teknologi mempengaruhi perubahan sosial pada
setiap individu dengan sangat cepat. Perubahan juga terjadi di bidang kesehatan khususnya
pada kesehatan jiwa. Kesehatan jiwa menjadi masalah yang serius dan memprihatinkan,
penyebab masalah kesehatan jiwa salah satunya juga disebabkan oleh beban hidup yang
semakin tinggi yang bisa berdampak pada depresi yang berlanjut pada gangguan jiwa.
Gangguan jiwa secara langsung tidak dapat menyebabkan kematian, akan tetapi
menyebabkan penderita tidak produktif dan menimbulkan beban bagi keluarga dan
masyarakat disekitarnya. Angka pasien gangguan jiwa di seluruh dunia dari tahun ketahun
semakin meningkat.
Menurut World Health Organitazion(WHO) tahun 2013, ada sekitar 450 juta orang
didunia mengalami gangguan jiwa. WHO menyatakan setidaknya ada satu dari empat orang
di dunia mengalami masalah gangguan jiwa dan gangguan mental yang ada diseluruh dunia
sudah menjadi masalah yang sangat serius (WHO, 2013). Pada tahun 2013 Prevalensi
gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia sebesar 1,7 per mil dengan gangguan jiwa
terbanyak di wilayah Aceh, DI Yogyakarta, Sulawesi Selatan, Jawa Tengah dan Bali.
Proporsi Anggota Rumah Tangga (ART) dengan gangguan jiwa berat sebanyak
214,3%, sedangkan proporsi terbesar tinggal di wilayah pedesaan sebanyak 18,2%, dan
prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk Indonesia sebesar 6,0% (Riskesdas,
2013). Permasalahan utama yang sering terjadi pada pasien gangguan jiwa adalah perilaku
kekerasan. Perilaku kekerasan harus segera ditangani karena dapat membahayakan diri
pasien, orang lain, dan lingkungan. Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk perilaku yang
bertujuan untuk melukai seseorang baik secara fisik maupun psikologis. Perilaku kekerasan
dapat dilakukan secara fisik dan verbal. Penanganan perilaku kekerasan dapat dilakukan
dengan berbagai cara, salah satunya dengan cara isolasi dan atau restrain (menurut kebijakan
institusi) (Purwanto, 2015).
Restrain adalah aplikasi langsung kekuatan fisik pada individu tersebut, tanpa ijin
individu tersebut, untuk membatasi kebebasan gerak dari individu. Kekuatan fisik ini
menggunakan alat medis, tenaga manusia ataupun kombinasi keduanya. Pengekangan fisik
menggunakan pengekangan mekanik, seperti manset pada pegelangan tangan dan kaki, serta
sprey untuk pengekangan. Restrain tenaga manusia dilakukan ketika anggota staf secara fisik
mengendalikan pasien dan memindahkan pasien ke ruangan (Sulistyowati, 2014).
Tindakan restrain jika dilakukan dengan tidak benar akan menyebabkan cedera
fisiologis dan psikologis. Pasien dengan kondisi restrain seharusnya dilakukan observasi
setiap 15 menit untuk dilakukan pemantauan hygiene, sirkulasi, respiratory, aktivitas, satatus
mental dan tanda-tanda vital. Pasien restrain setiap 2 jam seharusnya dilakukan Latihan.
latihan gerak pada extremitasnya dengan ROM (Kandar, 2013). Fenomena menunjukkan
bahwa pada beberapa pasien tidak direstrain dengan benar, hal ini menyebabkan pasien
mengalami cedera fisiologis dan psikologis. Pasien dengan penanganan restrain, sedangkan
indikasi dilakukannya restrain pada pasien yaitu karena pasien ngamuk, marah, kondisi tidak
stabil, pengaruh obat dan kondisi kesadaran menurun. Restarin yang biasa dilakukan
menggunakan manset di pergelangan tangan dan pergelangan kaki. Restrain pada pasien ini
menimbulkan bekas pada setiap extremitasnya, yaitu terutama pada bagian tangan dan kaki.
Selama restrain pasien juga tidak dilakukan pemberian lotion saat akan direstrain.
Berdasarkan latar belakang di atas , penulis membuat makalah ini yang berjudul
“ restrain “
1. Rumusan Penulisan
a. Pengertian Restrain
b. Pengertian Secara International
2. Tujuan dan Manfaat Restrain
- Memberikan rasa aman dan perlindungan pada pasien dengan gangguan jiwa
B. Rumusan Masalah
C.Tujuan Penelitian
1.Tujuan umum
Untuk mengetahui pengalaman pasien gangguan jiwa selama menjalani restrain
extremitas
2.Tujuan khusus
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi institusi keperawatan
dalam meningkatkan pengetahuan tentang pengalaman pasien gangguan jiwa selama
menjalani restrain extremitas di Rumah Sakit Jiwa.
2.Profesi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan memperdalam ilmu
tentang pengalaman pasien gangguan jiwa selama menjalani restrain extremitas dan sebagai
bahan masukan bagi profesi dalam perencanaan keperawatan dalam upaya meningkatkan
profesionalisme dan mutu pelayanan keperawatan.
3.Penelitian selanjutnya
Dari penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan dan pengetahuan tentang
pengalaman pasien gangguan jiwa yang menjalani restrain extremitas di Rumah Sakit Jiwa.
E.Keaslian Penelitian
Desain dari penelitian ini menggunakan rancangan quasi experiment dengan control group
pretest-post test design, dan menggunkan Teknik purposive sampling. Hasil dari penelitian
ini adalah restrain efektif terhadap penurunan perilaku kekerasan . Perbedaannya adalah
terletak pada variabel yang akan diteliti.
2. Kandar (2013). “Efektivitas Tindakan Restrain Pada Pasien Perilaku Kekerasan Yang
Menjalani Perawatan”
BAB II
1.Pengertian Restrain
1- Pasien menunjukkan perilaku yang berisiko membahayakan dirinya sendiri dan/atau orang
lain.
2- Tahanan pemerintah yang legal /sah secara hukum- yang dirawat di rumah sakit
Pasien yang memerlukan pengawasan dan penjagaan ketat di ruangan yang aman.
Restrain digunakan jika intervensi lainnya yang lebih tidak restrikti" tidak berhasil/tidak
efektif untuk melindungi pasien atau orang lain dari ancaman bahaya. Bahaya indikasi
restrain ini dapat diaplikasikan untuk:
1- Semua lokasi didalam rumah sakit: semua jenis peralatan termasuk ruang rawat
inap, unit rawat jalan, unit bedah/medis, ruang rawat anak dan sebagainya.
2- Semua pasien di rumah sakit tanpa melihat usia yang memenuhi indikasi restrain:
1-Tidak mendapatkan izin tertulis dari keluarga pasien untuk melaksanakan
prosedur.
2-Pasien kooperatif, Pasien memiliki komplikasi kondisi fisik atau mental.
Restrain/ pengikatan fisik (dalam psikiatri) secara umum mengacu pada suatu bentuk
Tindakan menggunakan tali untuk mengekang atau membatasi gerakan ekstremitas individu
yang berperilaku diluar kendali. Indikasi restrain meliputi perilaku amuk yang
membahayakan diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Restrain adalah bagian dari implementasi patient safety, karena bertujuan untuk
memberikan keamanan fisik, psikologis dan kenyamanan pasien. Restrain yang dilakukan
pada pasien di rumah sakit jiwa juga dapat menimbulkan dampak negatif berupa cedera / luka
pada ekstremitas yang dilakukan restrain. Tujuan dari systematic review ini untuk
mengetahui tindakan restrain yang aman dan efektif di rumah sakit jiwa, systematic review
dilakukan dengan mencari artikel melalui Ebscho, Sciencedirect, Portal Garuda dan Google
Scholar. Jurnal yang telah terkumpul selanjutnya dilakukan critical appraisal. Restrain efektif
untuk mengatasi pasien agresif, tetapi dapat menimbulkan efek samping berupa luka / cedera,
untuk mencegah terjadinya luka / cedera, restrain dilakukan dengan menggunakan alat yang
bermanset, area restrain diberikan lotion, durasi restrain paling lama 4 jam, selama di lakukan
restrain perawat mengobservasi kondisi dan memenuhi kebutuhan pasien, restrain dilakukan
oleh staf yang terlatih. Kata kunci : Restrain no Cedera, Efektif. Gejala utama yang sering
muncul pada pasien gangguan jiwa adalah perilaku kekerasan. Perilaku kekerasan adalah
suatu keadaan dimana seseorang melakukan Tindakan yang dapat membahayakan secara fisik
baik terhadap diri sendiri, oranglain, maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk
mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif (Stuart dan
Sundeen,2006).
Perilaku kekerasan harus segera ditangani karena dapat membahayakan diri pasien
sendiri, orang lain, dan lingkungan. Penanganan perilaku kekerasan dapat dilakukan
denganberbagai cara, salahsatunya dengan cara isolasi dan atau restrain (Purwanto, 2015).
Restrain/ pengikatan fisik (dalam psikiatri) secara umum mengacu pada suatu bentuk
tindakan menggunakan tali untuk mengekang atau membatasi gerakan ekstremitas individu
yang berperilaku diluar kendali. Pengikatan fisik merupakan alternatif intervensi terakhir jika
dengan intervensi verbal (persuasi), pengekangan kimia (biologi) mengalami kegagalan (SPO
pengikatan fisik / restrain. Indikasi restrain meliputi perilaku amuk yang membahayakan diri
dan oranglain, perilaku agitasi yang tidak dapat dikendalikan dengan pengobatan, ancaman
terhadap integritas fisik yang berhubungan dengan penolakan pasien untuk istirahat, makan,
dan minum, permintaan pasien untuk pengendalian perilaku eksternal, pastikan bahwa
Tindakan ini telah dikaji dan berindikasi terapeutik (Videbeck, 2008).
Restrain adalah bagian dari implementasi keselamatan pasien, tujuan dari restrain
adalah untuk memberikan keamanan fisik dan psikologis bagi individu tersebut dan
meningkatkan keamanan dan kenyamanan pasien. Restrain yang dilakukan pada pasien di
rumah sakit jiwa ternyata juga menimbulkan dampak negatif, dampak restrain bisa terjadi
pada pihak pasien sendiri juga pihak perawat yang melakukan tindakan ini. Selain resiko
terjadi cedera, seringkali pasien tidak terpenuhi kebutuhan dasar manusianya ketika
dilakukan.
Restrain pada pasien bisa menyebabkan trauma, termasuk trauma secara fisik dan
psikologis (Haimowits, Urff &Huckshorn, 2006). Pengekangan fisik / manual digunakan di
beberapa unit rawat inap kesehatan mental sebagai alat untuk mengelola perilaku agresif,
walaupun secara paradoks penggunaannya membawa beberapa risiko bahaya fisik dan mental
bagi petugas kesehatan dan pasien (Happell & Harrow,2010; Stubbs et al ,2009). Stewart et
al, 2009; Stubbs, 2009 mengatakan antara 12-40% staf rumah sakit dan 5-18% pasien terluka
akibat pengekangan restrain
Selama dilakukan Restrain Pasien Dilakukan Monitoring dan Pemenuhan Kebutuhan
Dasar Penelitian Malfasari, Keliat, Helena (2015) dalam analisis legal aspek dan kebijakan
restrain, seklusi dan pasung pada pasien gangguan jiwa, Hasil penelitian menunjukkan
perbandingan hasil analisis di Indonesia dan luar negeri, bahwa Indonesia belum memiliki
beberapa komponen penting dalam pelaksanaan restrain dan seklusi dirumah sakit jiwa.
Aspek restrain dan seklusi yang ada di Indonesia adalah pelaksanaan restrain dan seklusi
sebagai altenatif terakhir, pelaksanaan restrain dan seklusi bukan merupakan sebuah
hukuman, durasi restrain dan seklusi yang sesingkat-singkatnya, memberikan pakaian pada
pasien, staff dan pasien mempunyai jenis kelamin yang sama. Persamaan yang di dapatkan
dalam analisis dokumen di dapatkan bahwa Indonesia telah memiliki 6 kategori yaitu
memberikan kebutuhan pasien (makan, minum dantoilet), tidak membeda-bedakan pasien,
adanya fasilitas untuk di restrain dan seklusi, perlindungan kepada pasien, memonitor dan
mengobservasi keselamatan pasien, staf harus dilatih sebelum ditugaskan dalam ruangan
restrain. Untuk menghindari terjadinya efek samping selama pengekangan fisik / manual,
perawat atau dokter harus diberi tanggung jawab untuk merawat kesehatan fisik pasien
selama intervensi. Perawat juga harus memberikan asuhan untuk memastikan keamanan,
kenyamanan dan perlakuan manusiawi terhadap pasien yang dilakukan restrain. Jika pasien
berada dalam pengendalian mekanis, staf yang bekerja dalam tim akan mencoba melepaskan
hambatan setiap jam selama minimal 10 menit untuk memungkinkan rentang latihan gerak
dan pemeriksaan integritas kulit (NSW, 2012).
Prosedur yang sering tidak dilakukan oleh perawat diruangan dalam pelaksanaan
intervensi restrain adalah 80% pengikatan dilakukan tanpa instruksi dokter,73,3% perawat
melakukan restrain tanpa melakukan pengkajian fisik terlebih dahulu ,belum efektifnya
pendokumentasian Tindakan restrain direkam medis pasien, dan perawat belum menerapkan
prosedur membantu/melatih anggota gerak untuk mencegah luka dan kekakuan.
Ketidakpatuhan perawat dalam melakukan prosedur dalam standar prosedur operasional
disebabkan karena kurang kompeten. Cakupan kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh
setiap perawat Indonesia pada semua jenjang diantaranya adalah mewujudkan dan
memelihara lingkungan keperawatan yang aman melalui jaminan kualitas dan risiko (patient
safety), melakukan tindakan-tindakan untuk mencegah cedera pada pasien (PPNI,2005)
Kompetensi perawat dapat ditingkatkan dengan pelatihan. Keselamatan pasien dapat di
tingkatkan dengan adanya pelatihan pada staff. Staff yang berkompeten yang juga termasuk
perawat dapat mengurangi resiko adanya kecelakaan ketika terjadinya restrain dan seklusi
(Bowers)
BAB III
1. Kesimpulan
Restrain adalah bagian dari implementasi keselamatan pasien,
tujuan dari restrain adalah untuk memberikan keamanan fisik dan psikologis bagi individu
tersebut dan meningkatkan keamanan dan kenyamanan pasien. Restrain efektif untuk
menurunkan perilaku kekerasan pasien gangguan jiwa, tetapi dapat menimbulkan efek
samping cedera fisik berupa oedema dan lesi pada ekstremitas yang dilakukan restrain.
Penelitian ini untuk mengetahui pengalaman perawat melakukan tindakan restrain pada
pasien perilaku kekerasan dengan pendekatan studi fenomenologi
Untuk mencegah terjadinya insiden keselamatan pasien ketika dilakukan restrain perlu di
buat regulasi / SPO sesuai dengan hasil evidence based, alat restrain dibuat dari bahan yang
aman dengan penampang yang cukup lebar, permukaan kulit pada area restrain diberikan
lotion, waktu restrain untuk pasien dewasa dibatasi maksimal 4 jam, perawat memenuhi
kebutuhan pasien, memberikan perlindungan, memonitor dan mengobservasi keselamatan
pasien selama dilakukan restrain dan perawat diberikan pelatihan khusus agar kompeten
dalam melakukan restrain.
2.2 Perlengkapan.
Perlengkapan untuk dilakukan restrain dalam pelaksanaan yaitu sumber daya manusia,
alat dan fasilitas. Dari sumber daya manusia ungkapan partisipan tidak dapat melakukan
sendiri karena kondisi pasien yang dalam keadaan perilaku kekerasan maka mengalami
kekurangan petugas dalam melakukan Tindakan restrain. Petugas yang dibutuhkan biasanya
2 atau 3 orang maupun lebih. Partisipan meminta bantuan dari petugas ruangan lain dan juga
security. Jumlah perawat yang dibutuh dalam tindakan harus diperhatikan dalam pemilihan
petugas yang mempunyai keahlian dari anggota tim kesehatan lainnya dalam penggunaan
restrain
Pada penelitian ini teridentifikasi lima tema. Tema-tema yang teridentifikasi tersebut
dapat ditindak lanjuti melalui riset lebih lanjut untuk mengidentifikasi tema-tema tersebut
baik secara kualitatif maupun kuatitatif. Pada studi kualitatif yang dapat dilakukan penelitian
dari pihak pasiennya, bagaimana pengalaman pasien perilaku kekerasan yang dilakukan
restrain. Sedangkan studi kuatitatif adalah analisis faktor-faktor yang berhubungan keputusan
dilakukan tindakan restrain pada pasien perilaku kekerasan.
DAFTAR PUSTAKA
file:///C:/Users/ASUS/AppData/Local/Temp/64-Article%20Text-83-3-10-20200901.pdf
https://id.scribd.com/document/317969157/Makalah-Keperawatan-Jiwa-Restrain
http://eprintslib.ummgl.ac.id/2663/1/16.0603.0041_BAB%20I_BAB%20II_BAB
%20III_BAB%20V_DAFTAR%20PUSTAKA.pdf
http://scholar.unand.ac.id/18670/3/BAB%206%20penutup.pdf
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.................................................................. i
KATA PENGANTAR ......................................................................................ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Penulisan .........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian……………………………………………………….3
1.5 Keaslian Penelitian…………….………………………………………..3
BAB II Tinjauan Pustaka.................................................................................4
1. PengertianRestrain…………………………..…………………………..4
2. Pengertian secara International…………………………………………..4
3. Tujuan dan Manfaat restrain……………………………………………..4
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN……………………………….……..8
1.Kesimpulan…………………………..………………………………..…….8
2.Saran…………………………..…………………………………….……....9
2.1Alat Restrain………………………….……………………………………9
2.2Perlengkapan………………………………….…………………………..9
2.3Pendidikankeperawatan……………………………………………………9
2.4PenelitianKeperawatan……………………………………………………10
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….11