Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

PERAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN DIET PASIEN

1. Latar Belakang

Makanan memiliki peranan yang sangat penting terhadap kehidupan manusia


antara lain untuk memelihara kesehatan tubuh, perawatan penyakit, dan penyembuhan
penyakit. Pasien memerlukan masukan makanan yaitu untuk memperoleh zat-zat yang
diperlukan tubuh. Zat-zat ini disebut nutrisi yang berfungsi membentuk dan
memelihara jaringan tubuh, dan melindungi tubuh terhadap serangan penyakit.
Pelayanan makan pasien di rumah sakit bertujuan untuk mencukupi kebutuhan zat-zat
gizi pasien guna menunjang proses penyembuhan dan mencapai status gizi optimal.
Kesuksesan dukungan nutrisi pasien terletak pada kesinambungan antara terapi obat,
perawatan, diet dan peran interdisipliner tim diantaranya perawat dan ahli gizi.
Perawat dan ahli gizi saling berinteraksi dan saling membutuhkan untuk mencapai
suatu tujuan akhir sebagai bentuk kolaborasi interdisipliner .

Peran perawat Merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap seseorang sesuai kedudukan dalam sistem, dimana dapat dipengartuhi oleh
keadaan sosial baik dari profesi maupun diluar profesi keperawatan yang bersifat
konstan. Peran perawat menurut konsirsium ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri dari :

a. Peran Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan

Peran ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan


kebutuhann dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan
keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan
diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat
sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat
perkembangannya.
b. Peran Perawat sebagai advokat klien

Peran ini dilakukan oleh perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam
menginterprestasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain
khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan
kepada pasien, juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien
yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang
penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk
menerima ganti rugi akibat kelalaian.

c. Peran Perawat sebagai Edukator

Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat


pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga
terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.

d. Peran Perawat sebagai koordinator

Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta


mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian
pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien.

e. Peran Perawat sebagai kolaborator

Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang
terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya
mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau
tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.

f. Peran Perawat sebagai Konsultan

Peran ini sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan


keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien
terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.
g. Peran Perawat sebagai Pembaharuan

Peran ini dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerja sama, perubahan


yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan
keperawatan. Selain peran perawat berdasarkan konsirsium ilmu kesehatan,
terdapat pembagian peran perawat menurut hasil lokakarya keperawatan tahun
1983, yang membagi empat peran perawat:

1. Peran Perawat sebagai Pelaksana Pelayanan Keperawatan

Peran ini dikenal dengan peran perawat dalam memberikan asuhan


keperawatan secara langsung atau tidak langsung kepada klien sebagai individu,
keluarga, dan masyarakat, dengan metoda pendekatan pemecahan masalah yang
disebut proses keperawatan.

2. Peran Perawat sebagai Pendidik dalam Keperawatan

Sebagai pendidik, perawat berperan dalam mendidik individu, keluarga,


kelompok, dan masyarakat serta tenaga kesehatan yang berada di bawah
tanggung jawabnya. Peran ini berupa penyuluhan kepada klien, maupun bentuk
desiminasi ilmu kepada peserta didik keperawatan.

3. Peran Perawat sebagai Pengelola pelayanan Keperawatan

Dalam hal ini perawat mempunyai peran dan tanggung jawab dalam
mengelola pelayanan maupun pendidikan keperawatan sesuai dengan manajemen
keperawatan dalam kerangka paradigma keperawatan. Sebagai pengelola,
perawat melakukan pemantauan dan menjamin kualitas asuhan atau pelayanan
keperawatan serta mengorganisasikan dan mengendalikan sistem pelayanan
keperawatan. Secara umum, pengetahuan perawat tentang fungsi, posisi, lingkup
kewenangan, dan tanggung jawab sebagai pelaksana belum maksimal.

4. Peran Perawat sebagai Peneliti dan Pengembang pelayanan Keperawatan

Sebagai peneliti dan pengembangan di bidang keperawatan, perawat


diharapkan mampu mengidentifikasi masalah penelitian, menerapkan prinsip dan
metode penelitian, serta memanfaatkan hasil penelitian untuk meningkatkan mutu
asuhan atau pelayanan dan pendidikan keperawatan. Penelitian di dalam bidang
keperawatan berperan dalam mengurangi kesenjangan penguasaan teknologi di
bidang kesehatan, karena temuan penelitian lebih memungkinkan terjadinya
transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, selain itu penting dalam
memperkokoh upaya menetapkan dan memajukan profesi keperawatan.

2. Tujuan Perawat Meliputi :

A. Fungsi Independen

Dalam fungsi ini, tindakan perawat tidak memerlukan perintah dokter. Tindakan
perawat bersifat mandiri, berdasarkan pada ilmu keperawatan. Oleh karena itu,
perawat bertanggung jawab terhadap akibat yang timbul dari tindakan yang diambil.
Contoh tindakan perawat dalam menjalankan fungsi independen adalah:

1. Pengkajian seluruh sejarah kesehatan pasien/keluarganya dan menguji secara


fisik untuk menentukan status kesehatan.

2.Mengidentifikasi tindakan keperawatan yang mungkin dilakukan untuk


memelihara atau memperbaiki kesehatan.

3. Membantu pasien dalam melakukan kegiatan sehari-hari.

4. Mendorong untuk berperilaku secara wajar.

B. Fungsi Dependen

Perawat membantu dokter memberikan pelayanan pengobatan dan tindakan


khusus yang menjadi wewenang dokter dan seharusnya dilakukan dokter, seperti
pemasangan infus, pemberian obat, dan melakukan suntikan. Oleh karena itu, setiap
kegagalan tindakan medis menjadi tanggung jawab dokter. Setiap tindakan perawat
yang berdasarkan perintah dokter, dengan menghormati hak pasien tidak termasuk
dalam tanggung jawab perawat.
C. Fungsi Interdependen

Tindakan perawat berdasar pada kerja sama dengan tim perawatan atau tim
kesehatan. Fungsi ini tampak ketika perawat bersama tenaga kesehatan lainnya
berkolaborasi mengupayakan kesembuhan pasien. Mereka biasanya tergabung dalam
sebuah tim yang dipimpin oleh seorang dokter. Sebagai sesama tenaga kesehatan,
masing-masing tenaga kesehatan mempunyai kewajiban untuk memberikan pelayanan
kesehatan kepada pasien sesuai dengan bidang ilmunya. Dalam kolaborasi ini, pasien
menjadi fokus upaya pelayanan kesehatan. Contohnya, untuk menangani ibu hamil
yang menderita diabetes, perawat bersama tenaga gizi berkolaborasi membuat rencana
untuk menentukan nutrisi yg baik buat perkembangan ibu dan bayi nya.

Masalah gizi di indonesia dan di negara berkembang pada umumnya masih


didominasi oleh masalah Kurang Energi Protein (KEP), masalah Anemia Besi,
masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium(GAKY), masalah Kurang Vitamin A
(KVA) dan masalah obesitas dikota-kota besar.Gizi seimbang bagi anak usia 0-2
tahun dimulai sejak konsepsi sampai dua tahun pertama lahir, masa ini adalah masa
kritis, periode ini sel-sel otaknya sudah mencapai lebih dari 80%. Kekurangan gizi
pada masa kehidupan ini perlu perhatian serius. Pola makan dengan gizi seimbang,
bayi akan tumbuh dan berkembang secara optimal, termasuk kecerdasannya. Kurang
perhatian orang tua khususnya ibu pada periode kritis ini, kegagalan tumbuh kembang
optimal akan terbawa terus sampai dewasa secara permanen. Bila pola pemberian ASI
tidak benar atau Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) tidak mencukupi kebutuhan zat
gizi yang diperlukan tubuh, bayi akan mengalami gangguan pertumbuhan
(WHO,2010). Berdasarkan Latar Belakang diatas maka penulis membuat makalah
yang berjudul

“ PERAN PERAWAT DALAM PELAKSAAN DIET PASIEN “

Terutama kepada pasien dengan Gangguan Kurang Energi Protein pada anak-anak

Tinjauan Pustaka :

1. Tinjauan Teori Medis KEP ( kurang energi protein )


2. Etiologi KEP ( kurang energi protein )

3. Patofisiologi KEP ( kurang energi protein )

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Tinjauan Teori Medis KEP ( Kurang Energi Protein )


Pengertian Kekurangan Energi Protein (KEP) merupakan keadaan tidak
cukupnya masukan protein dan kalori yang dibutuhkan oleh tubuh atau dikenal
dengan nama maramus dan kwasiokor. Kwasiokor disebabkan oleh kekurangan
protein baik dari segi kualitas maupun segi kuantitas, sedangkan marasmus
disebabkan oleh kekurangan kalori dan protein. (Aziz Alimul Hidayat, 2006) Kurang
Energi Protein (KEP) ialah seseorang yang kurang gizi yang disebabkan oleh
rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari dan gangguan
penyakit tertentu. Anak disebut KEP apabila berat badannya kurang dari 80%.
(Suparisa, 2002)Kurang Energi Protein ialah keadaaan kurang gizi yang disebabkan
oleh kurangnya konsumsienergi protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak
memenuhi angka kecukupan gizi(AKG). (Dep. Kes. RI 2004)
2. Etiologi KEP ( Kurang Energi Protein )
Faktor -faktor yang dapat menyebabkan Kurang Energi Protein menurut Nazirudin,
2007adalah sebagai berikut :
a). Sosial ekonomi yang rendah
b). Sukar atau mahalnya makanan yang baik
c). Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai gizi yang baik
d). Kepercayaan dan kebiasaan yang salah terhadap makanan.
3. Patofisiologi KEP ( Kurang Energi Protein )
Asupan energi protein yang di peroleh dari makanan kurang, padahal untuk
kelangsungan hidup jaringan, tubuh memerlukan energi yang di dapat dari konsumsi
makanan yang cukup, karena asupan makanan yang kurang maka untuk memenuhi
kebutuhan energi tubuh menggunakan cadangan protein dalam tubuh. Terjadinya
kwasiokor dapat diawali oleh faktor makanan yang kadar proteinnya kurang dari
kebutuhan tubuh sehingga akan kekurangan asam amino esensial dalam serum yang
diperlukan dalam pertumbuhan dan perbaikan sel. Kemudian produksi albumin dalam
hati pun berkurang, sehingga berbagai kemungkinan terjadi hipoproteinemia yang
dapat menyebabkan asites, gangguan mata, kulit dan lain-lain. Sedangkan terjadinya
marasmus juga dapat disebabkan faktor makanan dengan kadar kalori dan protein
yang kurang dari kebutuhan tubuh, sehingga dapat terjadi atropi jaringan khususnya
pada lapisan subkutan dan akhirnya kelihatan kurus seperti orang tua. (A. Aziz Alimul
Hidyat, 2006) .
a. KEP ringan Bila hasil penimbangan berat badan pada KMS (Kartu Menuju Shat) terletak
pada warna kuning
b. KEP sedang Bila hasil penimbangan berat badan pada KMS (Kartu Menuju Sehat) terletak
di bawah garis merah .
c. KEP berat Bila hasil penimbangan BB/U <60% baku median WHO-NCHS.
Pada KMS tidak ada garis pemisah antara KEP berat atau gizi buruk dengan KEP sedang,
sehingga untuk menentukan KEP berat atau gizi buruk digunakan tabel BB/U baku median
WHO-NCHS.
Gejala Klinis KEP terdapat dalam 3 tipe yaitu
a). Kwashiorkor,
ditandai dengan : edema, yang dapat terjadi di seluruh tubuh, wajah sembab dan membulat,
mata sayu, rambut tipis, kemerahan seperti rambut jagung, mudah dicabut dan rontok,
cengeng, rewel dan apatis, pembesaran hati, otot mengecil (hipotrofi), bercak merah ke
coklatan di kulit dan mudah terkelupas (crazy pavement dermatosis), sering disertai penyakit
infeksi terutama akut, diare dan anemia.
b). Marasmus,
ditandai dengan : sangat kurus, tampak tulang terbungkus kulit, wajah seperti orang tua,
cengeng dan rewel, kulit keriput, jaringan lemak subkutan minimal/tidak ada, perut cekung,
iga gambang, sering disertai penyakit infeksi dan diare.
c).Marasmus kwashiorkor,
Campuran gejala klinis kwashiorkor dan marasmus.
Penatalaksanaan Kurang Energi Protein menurut Lab. UPF, 2007 adalah sebagai berikut:
a) Bila ada dehidrasi maka atasi dulu
b) Pemberian diet (tinggi kalori tinggi protein)
c) Pemberian makanan tambahan
berupa formula yang mudah di cerna, murah, pekat kalori, protein medisco I,II,III memenuhi
syarat-syarat tersebut.
d) Bila ada intoleransi, mulailah dengan sub sistem yang di encerkan (2-5, 5-7,5) + glukosa 5
% di susul dengan medisco ½, I, II, III.
e) Bila perlu beri tranfusi sel darah merahpadat (PRC) atau plasma
f) Pengobatan penyakit penyerta/penyebab, bila lemah ada hipotermi, hipotensi dan gangguan
pembekuan darah, ada kemungkinan infeksi kuman gram negatif serta endotoksemia.
g).Terapi : gestamin 1-7.5 mg/kg perhari di bagi 2 kali atau amikasin 15 mg/kg/hari dibagi 3
kali
Penyuluhan ibu disertai demontrasi cara pemberian makanan pada KEP (Kurang
Energi Proteini) Kontrol di layanan kesehatan terdekat Dampak Masalah. Dampak masalah
yang timbul pada keluarga yang salah satu anggota keluarganya menderita KEP dapat berupa
gangguan bio, psikis, sosial dan spiritual terhadap individu, keluarga dan masyarakat.
Dampak individu Pada individu akan terjadi perubahan berupa:
a). Aspek biologis
KEP dapat mempengaruhi daya tubuh, hal ini disebabkan karena tercukupinya Nutrisi dalam
tubuh, sehingga akan mempengaruhi mudahnya terjangkit penyakit infeksi.
b). Aspek psikologis
Pada klien dengan kasus KEP mempengaruhi metabolisme darah yang sangat berperan pada
kinerja organ tubuh. Hal ini dapat dilihat dengan anak sering rewel.
c). Aspek sosiologis
Terganggunya sistem organ tubuh akan mempengaruhi anak dalam melakukan aktifitas
sehingga anak tampak malas dan juga mempengaruhi pergaulannya dengan teman sebayanya
Dampak pada keluarga diperlukannya perhatian yang bersifat khusus pada klien
dengan KEP sehingga mengurangi aktifitas keluarga dalam kesehariannya. Dampak pada
masyarakat menurunnya daya tahan tubuh pada klien dengan KEP mempermudah timbulnya
infeksi sehingga mengakibatkan klien sering sakit-sakitan. Hal ini akan untuk bergaul dengan
klien karena tukut ketularan. Hal ini bukan dikarenakan takut terhadap KEP nya, dimana
KEP bukanlah penyakit yang menular, namun lebih dikarenakan tertular infeksi dari penyakit
yang di bawah, separti pilek, batuk dsb.
 Memberikan pendidikan kesehatan tentang nutrisi dan diet. Sebagai pendidik pasien,
perawat membantu pasien meningkatkan kesehatanya melalui pemberian pengetahuan yang
terkait dengan keperawatan dan tindakan medik yang diterima sehingga pasien/keluarga
dapat menerima tanggung jawab terhadap hal-hal yang diketahuinya. Sebagai pendidik,
perawat juga dapat memberikan pendidikan kesehatan kepada kelompok keluarga yang
beresiko tinggi atau sebagai kader kesehatan, dll.
Kolaborasi dengan tim kesehatan lain. Dapat bekerja sama dengan tenaga kesehatan
lain (collaborator) seperti perawat bekerja sama dengan tim kesehatan lain dan keluarga
dalam menentukan rencana maupun pelaksanaan keperawatan guna memenuhi kebutuhan
kesehatan pasien.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Nutrisi merupakan sumber-sumber kalori untuk meningkatkan kebutuhan
pertumbuhan pada anak-anak. Sangat penting untuk menekankan anak dan orang
tuanya tentang nilai diet yang seimbang untuk meningkatkan pertumbuhan. Karena
anak-anak biasanya memakan makanan yang di makan oleh keluarganya, kualitas
mereka tergantung pola makan keluarga(Wong, 2009).

1. Seperti yang kita ketahui sumber utama energi berasal dari zat gizi. Energi yang
diperlukan tubuh untuk mengerjakan pekerjaan merupakan tambahan terhadap
energi metabolisme basal. Bila tubuh seseorang kekurangan energi maka
kemampuan fisiknya untuk melakukan aktivitas kerja akan berkurang sehingga
produktivitas kerja akan menurun.
2. Pekerja perlu mendapatkan asupan gizi yang cukup dan sesuai dengan jenis atau
beban pekerjaan yang dilakukannya. Kekurangan nilai gizi pada makanan yang
dikonsumsi tenaga kerja sehari-hari akan membawa akibat buruk terhadap tubuh,
seperti: pertahanan tubuh terhadap penyakit menjadi menurun, kemampuan fisik
kurang, berat badan menurun, badan menjadi kurus, muka pucat kurang
bersemangat, kurang motivasi, bereaksi lamban dan apatis dan lain sebagainya.
Dalam keadaan yang demikian itu tidak bisa diharapkan tercapainya efisiensi dan
produktivitas kerja yang optimal.
3. Manusia yang sehat dan mendapatkan makanan yang cukup, baik kualitas maupun
kuantitasnya maka akan memiliki kemampuan yang maksimal dalam menjalani
hidupnya. Kemampuan maksimal ini disebutkan kapasitas kerja orang dewasa.
Namun apabila energi yang diperoleh dari makanan tidak cukup, maka orang akan
bekerja dibawah kapasitas kerja seharusnya.

B. Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan Agar meningkatan pelayanan, penerapan, dan pengajaran


,asuhan keperawatan pada pasien dengan prioritas masalah gangguan nutrisi.

2. Bagi Keluarga Kepada keluarga pasien diharapkan untuk lebih memperhatikan pola
makan dan nimun klien agar nutrisi yang di dapatkan terpenuhi oleh klien, karena
kualitas pola makan dan minum anak tergantung dengan orang tua klien tentang
pengetahan keluarga akan pentingnya nutrisi untuk kebutuhan dasar tubuh.
DAFTAR PUSTAKA

https://pdfcoffee.com/makalah-gizi-peran-perawat-dalam-pelaksanaan-diet-pdf-free.html

epository.um-surabaya.ac.id/1270/3/BAB_2.pdf

Anda mungkin juga menyukai