Anda di halaman 1dari 37

PENGENDALIAN HAMA TERPADU MENGGUNAKAN TIGA JENIS PESTISIDA

DAUN, BUNGA DAN BIJI

PAPER

OLEH:

TIURMA BR PANJAITAN
170301037
HPT 2017

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................ ii

PENDAHULUAN
Latar Belakang........................................................................................1

TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi..................................................................................................4
Daun......................................................................................................4
Deskripsi Tanaman..........................................................................4
Komposisi........................................................................................4
Manfaat............................................................................................4
Pengolahan.......................................................................................5
Bunga....................................................................................................6
Deskripsi Tanaman..........................................................................6
Komposisi........................................................................................7
Manfaat............................................................................................7
Pengolahan.......................................................................................7
Biji.........................................................................................................8
Deskripsi Tanaman..........................................................................8
Komposisi........................................................................................8
Manfaat............................................................................................9
Pengolahan.......................................................................................9

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

i
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Upaya pengendalian hama dapat dilakukan dengan konsep PHT yang

menyatukan beberapa teknik pengendalian baik fisik, biologi, dan kimia

(Hariyadi et al., 2019). Salah satu cara mengatasi penggunaan pestisida organik

sintetik secara berlebihan yaitu dengan menggunakan pestisida nabati yang ramah

lingkungan dan dinilai sangat ekonomis karena bahan yang digunakan dalam

pembuatan pestisida nabati mudah diperoleh dan biaya yang dibutuhkan relatif

murah (Deden, 2017).

Dalam 30 tahun terakhir, tidak kurang dari 1500 tumbuhan telah

dilaporkan aktif terhadap serangga. Beberapa jenis tumbuhan penghasil pestisida

yang telah diteliti dan terbukti efektif dalam pengendalian hama, salah satunya

adalah mahoni (Sastrodihardjo, 1999).

Keunggulan pestisida nabati yaitu: 1) teknologi pembuatannya mudah dan

murah sehingga dapat dibuat dalam skala rumah tangga, 2) tidak menimbulkan

efek 1ndicato bagi lingkungan maupun makhluk hidup sehingga 1ndicato aman

untuk digunakan, 3) tidak berisiko menimbulkan keracunan pada tanaman

sehingga tanaman lebih sehat dan aman dari cemaran zat kimia berbahaya, 4)

tidak menimbulkan resistensi (kekebalan) pada hama sehingga aman bagi

keseimbangan ekosistem, dan 5) hasil pertanian lebih sehat dan bebas dari residu

pestisida kimiawi (Amanupunyo dan Handri 2016).

Walaupun pestisida nabati dianggap ramah lingkungan dan biayanya

1ndicato murah, terdapat beberapa 1ndica penghambat dalam pengembangannya.

Menurut Natawigena (2000) dan Syakir (2011), 1ndica penghambat tersebut


2

adalah: 1) kegiatan penelitian pestisida nabati belum terpadu (penelitian terputus-

putus sehingga informasi yang dihasilkan belum dapat dijadikan dasar bagi

pengembangan selanjutnya), 2) mahalnya biaya untuk mengembangkan pestisida

nabati (meliputi pemilihan jasad sasaran, pemilihan jenis bahan aktif, penyediaan

bahan baku, ekstraksi, pemurnian, pembuatan formulasi, paten, registrasi,

pabrikasi dan pemasaran), 3) kebiasaan petani dalam menggunakan pestisida

sintetis (banyak petani beranggapan penggunaan pestisida sintetis dapat menjamin

keselamatan hasil tanamannya sehingga tetap diaplikasikan meskipun tanaman

tidak diserang hama), 4) rendahnya penguasaan teknologi pembuatan pestisida

nabati (mulai penyediaan bahan baku sampai produksi dan tanaman penghasil

pestisida nabati belum dibudidayakan petani), dan 5) pestisida sintetis

mendominasi pasar karena mudah dipakai dan mudah didapat serta hasilnya

segera terlihat.

Strategi pengembangan pestisida nabati menurut Kardinan (2011) dan

Syakir (2011) adalah: 1) penyiapan bahan baku pestisida nabati sehingga tidak

bergantung pada alam, tetapi harus sudah mulai dibudidayakan dan

dimasyarakatkan agar petani mau menanam bahan baku pestisida, 2) teknik

pengolahan yang mudah dan murah agar pestisida nabati dapat disediakan sendiri

oleh petani, 3) peningkatan pemahaman masyarakat terhadap pestisida nabati agar

tidak bergantung pada pestisida sintetis, 4) distribusi dan pemasaran pestisida

nabati ke daerah sehingga petani mudah memperolehnya pada saat

memerlukannya, 5) penelitian dan pengembangan untuk mengatasi kelemahan

pestisida nabati selain memperoleh temuan baru, dan 6) pengembangan 2ndicator

keberlanjutan, antara lain dapat dilihat dari: a) keuntungan petani, b) penurunan


3

pasokan pestisida kimia sintetis, c) rendahnya residu pestisida kimia pada

tanaman, tanah, dan air, serta d) penerimaan masyarakat terhadap pestisida nabati.
4

TINJAUAN PUSTAKA

1. Klasifikasi Bahan Pestisida Nabati

1.1 Daun

1. Mimba (Azadirachta indica A. Juss.)

Adapun sistematika pohon mimba sebagai berikut (Rohma, 2011) :

Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae, Kelas : Dycotiledonae, Ordo :

Rutales Famili : Meliales Genus : Azadirachta Spesies :

Azadirachta indica A. Juss.

Deskripsi Tanaman

Mimba (Azadirachta indica A. Juss.)

Mimba (Azadirachta indica A. Juss) adalah suatu tanaman yang tergolong

dalam perdu atau terna yang dapat tumbuh subur di Indonesia (Subiyakto, 2009).

Jenis tanaman ini merupakan tumbuhan hijau asli India yang biasanya sering

disebut dengan neem. Persebaran tanaman mimba dapat tumbuh pada beberapa

daerah di Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Bali dan Nusa Tenggara

(Herawati, 2004).

Pohon mimba adalah tumbuhan asli Asia Tenggara. Tumbuhan ini mampu

bertahan hidup pada tempat yang kering dan kekurangan nutrisi. Tanaman ini

memiliki tinggi pohon berkisar 8-50 meter. Daunnya tunggal tidak berpasangan,
5

berbentuk bulat telur dengan panjang 3-8 cm dan lebarnya 3-4 cm. Memiliki buah

yang berbentuk elips dengan daging tebal dan daging buahnya berair. Buahnya

memiliki rasa sangat pahit yang bewarna coklat kehijauan sampai hijau tua.

Bijinya berukuran 0,9-2,2 cm. Memiliki batang tegak, berkayu, bulat, permukaan

kasar, simpodial, dan berwarna coklat. Ciri daunnya majemuk, berhadapan,

lonjong, melengkung, tepinya bergerigi dengan ujung lancip. Bagian pangkalnya

meruncing dan memiliki pertulangan menyirip. Termasuk dalam bunga majemuk,

berkelamin dua, ujung cabang tangkai silindris. Akarnya tunggang dan berwarna

coklat (Rukmana, 2002).

Komposisi

Kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam tumbuhan

seperti flavonoid, alkaloid, saponin, dan tanin dapat memiliki sifat sebagai

antibakteri. Saponin dapat melakukan mekanisme merusak sel melalui interaksi

aktif yaitu aglikon hidrofobik dengan lapisan lipid sehingga molekul saponin

dapat memasuki membran. Adanya peristiwa tersebut dapat menyebabkan dinding

sel bakteri bocor dan terjadi ketidakseimbangan ion sehingga mengalami lisis

(Komala et al., 2013).

Manfaat

Pohon Mimba memberikan perlindungan bagi hewan, memproduksi bahan

organik yang bisa digunakan sebagai pupuk organik, makanan ternak, kayu bakar

dan cocok digunakan sebagaitanaman pagar serta penahan angin. Kayunya keras

dan tahan terhadap rayap. Dalam sistem agroforestri pohon Mimba cocok ditanam

di kebun campuran bersama pohonpohon lain. Tetapi karena pohonnya rindang,


6

maka kurang cocok untuk ditanam bersamaan dengan tanaman pangan atau

hortikultura semusim.

Pengolahan

Kulit biji dikupas dan dipisahkan dari biji. Kulitnya bisa digunakan

sebagai pupuk Biji ditumbuk dengan hati-hati. Minyaknya tidak boleh keluar. Biji

yang hancur dikumpulkan pada kain yang halus dan direndam dalam air selama

satu malam. Kain yang berisi hancuran biji diperas supaya ekstraknya keluar.

Untuk 100 gram biji ekstrak dicampur dengan 1 liter air dan 1 ml sabun, siap

untuk disemprotkan ke daun sebagai insektisida.

2. Serai (Cymbopogon citratus)

Kedudukan taksonomi tumbuhan serai menurut Santoso (2007), yaitu

sebagai berikut: Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Divisi :

Magnoliophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Subkelas :

Commelinidae Ordo : Poales Famili : Poaceae/Graminae Genus : Cymbopogon

Spesies : Cymbopogon nardus L. Rendle.

Deskripsi Tanaman

Tanaman serai mampu tumbuh sampai 1-1,5 m panjang daunnya mencapai

70-80 cm dan lebarnya 2-5 cm, berwarna hijau muda, kasar, dan mempunyai

aroma yang kuat (Wijayakusuma, 2005). Tanaman serai dengan genus

Cymbopogon meliputi hampir 80 spesies, tetapi hanya beberapa jenis yang


7

menghasilkan minyak atsiri yang mempunyai arti ekonomi dalam perdagangan.

Tanaman serai mampu menghasilkan minyak dengan kadar sitronellal 7-15% dan

geraniol 55-65% (Wijoyo, 2009).

Tanaman serai dapur memiliki habitus berupa tanaman tahunan yang

hidup secara liar dan berbatang semu yang membentuk rumpun tebal serta

mempunyai aroma yang kuat dan wangi. Morfologi akarnya berimpang pendek

dan berwarna coklat muda.

Menurut Mansur (1990), panen pertama dilakukan pada saat tanaman serai

sudah berumur 5-6 bulan setelah tanam, dengan cara memotong daun serai pada 5

cm diatas ligula (batas pelepah dengan helaian daun) dari daun paling bawah yang

belum mati atau kering. Panen selanjutnya dapat dilakukan setiap 3 bulan pada

musim hujan dan setiap 4 bulan pada musim kemarau.

Komposisi

Kandungan kimia yang terdapat di dalam tanaman serai antara lain pada

daun serai dapur mengandung 0,4% minyak atsiri dengan komponen yang terdiri

dari sitral, sitronelol (66-85%), ߙ-pinen, kamfen, sabinen, mirsen, ߚ-felandren,

psimen, limonen, cis-osimen, terpinol, sitronelal, borneol terpinen-4-ol,

ߙterpineol, geraniol, farnesol, metil heptenon, n-desialdehida, dipenten, metil

heptenon, bornilasetat, geranilformat, terpinil asetat, sitronelil asetat, geranil

asetat, dan ߚ-kariofilen oksida (Rusli dkk., 1979).

Menurut Wijesekara (1973), senyawa utama penyusun minyak serai adalah

sitronelal, sitronelol, dan geraniol. Gabungan ketiga komponen utama minyak

serai dikenal sebagai total senyawa yang dapat diasetilasi. Ketiga komponen ini

menentukan intensitas bau harum, nilai, dan harga minyak serai.


8

Manfaat

Manfaat dari serai selain bisa dijadikan sebagai pestisida nabati dapat juga

sebagai rempah-rempah alami. Selain itu, dapat mengobati berbagai masalah

penyakit seperti demam, sakit tengorokan.

Pengolahan

Daun dihauskan dengan menggunakan bender. Kemudian setelah

dihaluskan dimasukkan kedalam botol dan dcampur dengan 1 liter air Untuk 100

gram ekstrak. Lalu, didiamkan selama 24 jam. Seteah itu dilakukan penyaringan

dengan saringan dan siap untuk disemprotkan ke daun sebagai insektisida.

3. Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.)

Adapun sistematika dari bawang merah adalah Kingdom (Kerajaan) :

Plantae Division (Divisi) : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Class

(Kelas) : Monocotyledonae Ordo : Liliales Famili : Liliaceae Genus : Allium

Spesies : Allium Ascalonicum L.

Deskripsi Tanaman

Bawang merah merupakan salah satu jenis sayuran yang banyak

digunakan oleh masyarakat Indonesia setelah cabai dan kacang panjang. Bawang

merah terutama digunakan sebagai bumbu masakan, namun dapat pula sebagai
9

bahan obat untuk menurunkan kadar kolesterol, obat terapi, antioksidan, dan

antimikroba.

Komposisi

Daun bawang merah mengandung minyak atsiri, sikloaliin, metilaliin,

dihidroaliin, lavonglikosida, saponin, peptida, fitohormon, kuersetin, dan

asetogenin dengan konsentrasi tinggi. Asetogenin memiliki keistimewaan sebagai

antifidan. Dalam konsentrasi rendah, senyawa ini bersifat racun perut yang bisa

mengakibatkan serangga hama mati. Senyawa asetogenin mengganggu proses

pencernaan dan merusak organ pencernaan, yang berakibat pada kematian

serangga (Plantus 2008).

Manfaat

Pemanfaatan bawang merah sebagai pestisida nabati untuk hama kumbang

bubuk pernah diuji oleh Fattah dan Syafaruddin (1996) dalam Saenong dan

Mas'ud (2009). Bawang merah dapat menurunkan intensitas serangan 16,1%

dengan tingkat mortalitas serangga 8,1%. Efek repelen cukup nyata mengusir

serangga target.

Pengolahan

Daun dihauskan dengan menggunakan bender. Kemudian setelah

dihaluskan dimasukkan kedalam botol dan dcampur dengan 1 liter air Untuk 100

gram ekstrak. Lalu, didiamkan selama 24 jam. Seteah itu dilakukan penyaringan

dengan saringan dan siap untuk disemprotkan ke daun sebagai insektisida.


10

4. Jeringau (Acorus calamus)

Menurut NCBI (National Center for Biotechnology Information) (2014),

tanaman dringo diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi :

Spermatophyta Kelas : Liliopsida Ordo : Acorales Famili : Acoraceae Genus :

Acorus Spesies : Acorus calamus L.

Deskripsi Tanaman

Dringo atau jeringau (Acorus calamus) tumbuh secara liar di tanah yang

sedikit tergenang atau berair. Daerah-daerah yang dapat ditanami dringo

membentang dari dataran rendah hingga pegunungan dengan ketinggian 1.800 m

di atas permukaan laut. Tanaman ini cocok hidup di daerah yang basah, lembap,

dan berawa. Dringo diperbanyak dengan rimpang bagian ujung yang berdaun.

Komposisi

Dringo memiliki aroma harum pada bagian daun hingga rimpang (rizoma).

Aroma tanaman ini berkat adanya kandungan senyawa kimia antara lain eugenol,

asarilaldehid, asaron (alfa dan beta asaron), kalameon, kalamediol,

isokalamendiol, preisokalmendiol, akorenin, akonin, akoragermakron,

akolamonin, isoakolamin, siobunin, isosiobunin, episiobunin, resin, dan amilum

(Agusta 2000).
11

Manfaat

Kajian pengaruh bahan nabati dringo telah dilakukan oleh

Pano et al. (2016). Hasilnya menunjukkan bahwa penggunaan wadah toples

memberikan efek kematian Sitophilus spp. lebih cepat, dengan rata-rata waktu

kematian semakin cepat 1,91 hari, dan efektivitas lebih tinggi 22,8% dibanding

pada awal efikasi. Perlakuan dosis tertinggi yaitu 5 g mampu membunuh hama

kumbang bubuk dengan waktu kematian tercepat rata-rata 1,5 hari, dan tingkat

keberhasilan hama yang hidup paling sedikit, yaitu 10 ekor (Pano et al 2016).

Pengolahan

Daun dihauskan dengan menggunakan bender. Kemudian setelah

dihaluskan dimasukkan kedalam botol dan dcampur dengan 1 liter air Untuk 100

gram ekstrak. Lalu, didiamkan selama 24 jam. Seteah itu dilakukan penyaringan

dengan saringan dan siap untuk disemprotkan ke daun sebagai insektisida.

5. Sirsak (Annona muricata)

Adapun sistematika dari sirsak yaitu : Kingdom : Plantae Divisi :

Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Magnoliales Familia : Annonaceae

Genus : Anonna Spesies : Annona muricata L.

Deskripisi Tanaman

Tanaman sirsak termasuk dalam tumbuhan menahun (perennial)berakar

tunggang, berkayu keras, dengan pertumbuhan tegak lurus ke atas (erectus)


12

hingga mencapai ketinggian lebih kurang 15 m,Sirsakberbentuk perdu atau pohon

kecil, tingginya 3-10 meter, bercabang hampir mulai dari pangkalnya. Daun sirsak

berbentuk bulat seperti telur terbalik berukuran (8-16) cm x (3-7) cm, berwarna

hijau muda hingga hijau tua, ujung daunnya meruncing pendek,panjang tangkai

daunnya 3-7 mm, pinggiran rata dan permukaan daun mengkilap.

Komposisi

Daun sirsak merupakan daun yang kaya minyak dan protein serta

toksisitas (tanin, fitat, dan sianida) dan oleh karena itu dapat dimanfaatkan pada

manusia dan hewan daun sirsak (Annona muricata L) adalah tanaman yang

mengandung senyawa flavonoid, tanin, fitosterol, kalsium oksalat, dan

alkaloid.Antioksidan yang terkandung dalam daun sirsak antara lain adalah

vitamin C.

Manfaat

Daun sirsak merupakan bagian dari tanaman sirsak yang memiliki manfaat

lebih yaitu daun sirsak mengandung acetogenin yang biasa digunakan sebagai

senyawa toksik atau racun. Sebagaia antibiotik terhadap penyakit kanker dan

ginjal, menghambat pendarahan. Ketiga terhadap serangga, yaitu sebagai daya

tarik serangga untuk melakukan penyerbukan. Keempat kegunaan lainnya adalah

sebagai bahan aktif dalam pembuatan insektisida nabati.

Pengolahan

Daun dihaluskan dengan menggunakan blender. Kemudian setelah

dihaluskan dimasukkan kedalam botol dan dcampur dengan 1 liter air Untuk 100

gram ekstrak. Lalu, didiamkan selama 24 jam. Seteah itu dilakukan penyaringan

dengan saringan dan siap untuk disemprotkan ke daun sebagai insektisida.


13

6. Kirinyu (Chromolaena odorata)

Klasifikasi tumbuhan kirinyuh adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae

Super Divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Sub

Kelas : Asteridae Ordo : Asterale Famili : Asteraceae Genus : Chromolaena

Spesies : Chromolaena odorata

Deskripsi Tanaman

Tumbuhan kirinyuh dikenal sebagai gulma dan merupakan tanaman yang

semak menahun yang termasuk ke dalam golongan Aster yang memiliki batang

yang lurus dan rapuh serta bercabang banyak (Omokhua, 2015). Batang

ditumbuhi rambutrambut halus, bercorak garis-garis, tinggi mencapai 100-200

cm. Daunnya berbentuk oval, bagian bawahnya lebih lebar dan semakin ke ujung

semakin meruncing. Panjang daun 6-10 cm dan lebarnya 3-6 cm. Tepi daun

bergerigi dan susunan daun berhadap-hadapan. Sistem perakarannya tunggang,

berbentuk fosiformis (tombak) dan menjalar pada pangkalnya (Pradana, 2015).

Komposisi

Studi fitokimia pada ekstrak kirinyuh telah menunjukkan adanya

kandungan tanin, terpenoid, saponin, anthraquinon, cardiac glycosides, fenol, dan

alkaloid. Adanya kandungan fitokimia ini menyebabkan tumbuhan ini dinyatakan

sebagai anthelmintik, antioksidan, analgesik dan anti inflamasi, antipiretik,


14

antipasmodik, anti malaria, antibakteri, dan memiliki sifat menyembuhkan luka

(Omokhua, 2015), Rungnapa (Rungnapa, 2003) juga menyatakan bahwa daun

kirinyuh kaya akan flavonoid, quersetin, sinensetin, sakuranetin, padmatin,

kaempferol, dan salvagenin, isosakuranetin, rametin, tamariksetin, kaempferid,

dan ombuin.

Manfaat

Menurut Wijaya (2018), perlakuan dengan menggunakan ekstrak daun C.odorata

pada konsentrasi 10% dan 20%pertumbuhan larva terlihat jelas lebih lambat dari

perlakuan lainnya, berbeda halnya pada perlakuan dengan ekstrak Chromolaena

odorata L konsentrasi 30% dan 40% yang memiliki pertumbuhan paling singkat

karena pada perlakuan C. odorata konsentrasi 30% dan 40% semua larva

mengalami kematian sampai pengamatan ke 10, ini disebabkan karena kandungan

bahan kimia yang terdapat pada C. Odorata seperti tanin, polifenol, kuinon,

flavonoid, steroid, triterpenoid, monoterpen, dan seskuiterpen flavonoid.

Kandungan kimia tersebut menyebabkan terganggunya pertumbuhan larva.

Pengolahan

Daun dihaluskan dengan menggunakan blender. Kemudian setelah

dihaluskan dimasukkan kedalam botol dan dcampur dengan 1 liter air Untuk 100

gram ekstrak. Lalu, didiamkan selama 24 jam. Seteah itu dilakukan penyaringan

dengan saringan dan siap untuk disemprotkan ke daun sebagai insektisida.


15

7. Kipahit (Tithonia diversifolia)

Tumbuhan kipahit memiliki sistematik sebagai berikut : (USDA,2018)

Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Superdivisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida -Dicotyledons Sub kelas :

Asteridae Ordo : Asterales Familia : Asteraceae / Compositae Genus : Tithonia

Desf. ex Juss. Spesies : Tithonia diversifolia

Deskripsi Tanaman

Tanaman Tithonia Diversifolia mempunyai jenis daun tunggal. Letak daun

ini di batang berselang-seling. Panjang daun Tithonia Diversifolia ini sekitar 10-

40 cm dengan lebar ± 15-25 cm. Bagian uung dan pangkal daun meruncing dan

pertulangan daun menyirip. Daun Tithonia Diversifolia bewarna hijau dan

memiliki 3-7 lekukan. Daun segar kipahit mengandung senyawa flavonoid, tanin,

terpenoid, saponin, minyak atsiri dan eter (Tona et al., 2010).

Komposisi

Tithonia diversifolia memiliki kandungan bahan aktif terutama di bagian

daun adalah alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, terpenoid,dan fenolik

(Widyastuti et al., 2018). Daun ini yang mempunyai sifat sebagai bioaktif yang

bisa digunakan sebagai insektisida botani (Hendra et al., 2013). Bahan aktif pada

insektisida botani tersebut mampu menyebabkan gangguan aktifitas makan,


16

sehingga hama tersebut menolak makan serta menyebabkan penghambatan

pertumbuhan larva (Afifah et al., 2015).

Manfaat

Sebagai insektisida botani, Selain mengganggu aktifitas makan bahan aktif

dari kipahit ini dapat juga mengganggu proses peletakan telur dan merusak

perkembangan telur, serta mampu menghambat reproduksi. Kandungan bahan

aktif. saponin dalam daun kipahit mampu menghambat pertumbuhan larva

menjadi pupa hingga kematian pupa (Hendra et al., 2013).

Pengolahan

Daun dihaluskan dengan menggunakan blender. Kemudian setelah

dihaluskan dimasukkan kedalam botol dan dcampur dengan 1 liter air Untuk 100

gram ekstrak. Lalu, didiamkan selama 24 jam. Seteah itu dilakukan penyaringan

dengan saringan dan siap untuk disemprotkan ke daun sebagai insektisida.ke daun

sebagai insektisida.

8. Bawang Putih (Allium sativum Linn.)

Adapun klasifikasi dari bawang putih adalah Kerajaan : Plantae Divisi :

Spermatophyta Kelas : Monocotyledonae Bangsa : Liliales Suku : Liliaceae

Marga : Allium Jenis : Allium sativum Linn.

Deskripsi Tanaman
17

Bawang putih merupakan tanaman herba parenial yang membentuk umbi

lapis. Tanaman ini tumbuh secara berumpun dengan tinggi sekitar 30-75 cm.

Batang yang nampak di atas permukaan tanah adalah batang semu yang terdiri

dari pelepah–pelepah daun. Sedangkan batang yang sebenarnya berada di dalam

tanah. Dari pangkal batang tumbuh akar berbentuk serabut kecil yang banyak

dengan panjang kurang dari 10 cm. Bawang putih membentuk umbi lapis

berwarna putih. Sebuah umbi terdiri dari 8–20 siung (anak bawang). Antara siung

satu dengan yang lainnya dipisahkan oleh kulit tipis dan liat, serta membentuk

satu kesatuan yang kuat dan rapat

Komposisi

Bawang putih mengandung kurang lebih 100 senyawa bersulfur yang

berpotensi memberikan efek farmakologis. Dua senyawa organosulfur paling

penting dalam umbi bawang putih, adalah asam amino non-volatil -glutamil-S-

alk(en)il-L-sistein dan minyak atsiri S-alk(en)il-sisteinsulfoksida atau alliin.

Kadar dua senyawa tersebut mencapai 82% dan menjadi prekursor sebagian besar

senyawa organosulfur dalam bawang putih. Senyawa -glutamil-S-alk(en)il-L-

sistein merupakan senyawa intermediet biosintesis pembentukan senyawa

organosulfur lainnya, termasuk alliin

Manfaat

Ekstrak bawang putih berfungsi sebagai penolak kehadiran serangga.

Minyak atsiri dalam bawang putih mengandung komponen aktif yang bersifat

asam. Andriana (1999) menguji efektivitas ekstrak bawang putih terhadap

mortalitas Sitophilus spp. pada jagung selama penyimpanan dan menyimpulkan

bahwa ekstrak bawang putih memiliki daya kerja sebagai insektisida yang dapat
18

menghambat perkembangan Sitophilus spp. Perlakuan ekstrak bawang putih

konsentrasi 7% mampu menurunkan populasi serangga turunan pertama menjadi

nol (tidak ditemukan serangga F1 yang muncul).

Pengolahan

Bwang putih dihaluskan dengan menggunakan blender. Kemudian setelah

dihaluskan dimasukkan kedalam botol dan dcampur dengan 1 liter air Untuk 100

gram ekstrak. Lalu, didiamkan selama 24 jam. Seteah itu dilakukan penyaringan

dengan saringan dan siap untuk disemprotkan ke daun sebagai insektisida.

1.2 Bunga

9. Babandotan (Ageratum conyzoides Linn.)

Adapun sistematika tanaman babandotan sebagai berikut

(Mardiningsih et al., 1997) Divisi : Spermatophyta, Kelas : Dicotyledonae, Ordo :

Asterales, Famili : Asteraceae/Compositae, Genus: Ageratum, Spesies :

Ageratum conyzoides Linn.

Deskripsi Tanaman

Babandotan (Ageratum conyzoides Linn.)

Babandotan (Ageratum conyzoides). Babandotan merupakan tumbuhan

herba setahun yang tingginya lebih kurang 3090 cm, batang bulat berambut,

berdaun tunggal dan bertangkai dengan bentuk bulat telur, tepi daun bergerigi

dengan ujung runcing, pangkal membulat panjang 34 cm, lebar 12,5 cm, daun
19

berhadapan bersilang dan berwarna hijau. Bunganya merupakan bunga majemuk

yang terletak di ketiak daun, berwarna putih atau ungu, mengelompok berbentuk

cawan, setiap bulir terdiri dari 6075 bunga (Gambar 2). Mahkota bunga

berbentuk tabung dan tepi sempit, bentuk lonceng berlekuk lima (115 mm).

Buah berwarna putih (23,5 mm), keras, bersegi lima, runcing dan mempunyai

lima helai rambut sisik (Kardinan 2004).

Salah satu tanaman yang dapat dijadikan sebagai pestisida nabati yaitu

babadotan (Ageratum conyzoides L.) merupakan gulma yang mudah ditemukan di

sawah, kebun, pekarangan rumah dan pinggir jalan. Meskipun dianggap sebagai

tumbuhan pengganggu, ternyata babadotan mempunyai manfaat digunakan

sebagai pestisida nabati yang ramah lingkungan. Kandungan bahan aktif dalam

Ageratum conyzoides L. terutama pada bagian daun adalah alkaloid, saponin,

flavonoid. Bagian daun mempunyai sifat bioaktifitas sebagai insektisida,

antinematoda, antibakterial dan dapat digunakan sebagai penghambat

perkembangan organisme (Astriani, 2010).

Komposisi

Daun dan bunga babandotan mengandung saponin, flavonoid, dan

polifenol, di samping itu daunnya juga mengandung minyak atsiri. Menurut

Agusta (2000), setiap bagian tanaman babandotan mengandung bahan aktif yang

bersifat sebagai pestisida, ovisida, dan antifidan terhadap hama

Manfaat

Tanaman babandotan selain sebagai insektisida botani, dapat dimanfaatkan

sebagai obat penurun panas, obat disentri, obat luka, dan obat mencret.
20

Pengolahan

Diambil daun babandotan yang tidak terlalu muda atau tua, kemudian

dicuci bersih dengan air. Rajang daun babadotan dengan menggunakan pisau,

rendam dalam 1 liter air selama 24 jam. Saring ekstrak dengan menggunakan

saringan. Tambahkan deterjen sebagai perekat. Aduk hingga rata larutan dengan

hati-hati. Kemudian disemprotkan pada tanaman pagi dan sore hari.

1.3 Biji

10. Mahoni (Swietenia mahagoni L.)

Adapun sistematika tumbuhan mahoni (S. mahagoni (L.) Jacq)

diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae (tumbuhan), Divisi :

Magnoliophyta (tumbuhan berbunga), Kelas : Magnoliopsida (berkeping

dua/dikotil), Ordo : Sapindales, Famili : Meliaceae, Genus : Swietenia, Spesies :

Swietenia mahagoni (L.) Jacq. (Ahmad et al., 2019).

Deskripsi Tanaman

Mahoni (Swietenia mahagoni L.)

Mahoni adalah salah satu jenis tumbuhan atau tanaman yang berasal dari

daerah tropis, Hindia Barat. Tumbuhan ini biasanya dapat tumbuh dengan liar di

berbagai hutan jati, pinggir pantai dan pinggiran jalan sebagai pohon peneduh.

Tanaman ini merupakan tanaman tahunan dengan ketinggian mencapai 5-25 m,


21

berakar tunggang, berbatang bulat, percabangan banyak, dan berkayu serta

memiliki getah. Daunnya majemuk menyirip genap, jelaian daun berbentuk bulat

telur, ujung dan pangkalnya runcing dan tulang daunnya menyirip. Daun muda

berwarna merah, setelah tua akan berwarna hijau (Yuniarti, 2008).

Berakar tunggang, Akar tunggang ini berbentuk kerucut panjang, tumbuh

lurus ke bawah, bercabang-cabang banyak, dan cabang- cabangnya bercabang

lagi, sehingga dapat memberi kekuatan lebih besar kepada batang, dan juga daerah

perakaran menjadi amat luas, hingga dapat menyerap air dan zat-zat makanan

yang lebih banyak. Berbentuk seperti akar banir tetapi lebih besar dan

menggembung. (Megawati, 2013, hlm. 2).

Komposisi

Biji mahoni mengandung insektisida berupa senyawa alkaloid, flavonoid,

dan saponin. Saponin terdapat pada berbagai jenis tumbuhan dan bersama-sama

dengan substansi sekunder tumbuhan lainnya berperan sebagai pertahanan diri

dari serangan serangga, karena saponin yang terdapat pada makanan yang

dikonsumsi serangga dapat menurunkan aktivitas enzim pencernaan dan

penyerapan makanan (Koneri dan Hanny, 2016). Ekstrak biji pohon mahoni juga

dapat digunakan sebagai pestisida nabati untuk mengendalikan hama pada

pertanaman kubis, yaitu Plutella xylostella dan Crocidolomia binonalis khususnya

pada saat hama berada pada stadia larva (Sedi et al., 2015).

Manfaat

Kualitas kayunya keras dan sangat baik untuk meubel, furniture, barang-

barang ukiran dan kerajinan tangan. Sering juga dibuat penggaris karena sifatnya
22

yang tidak mudah berubah. Kualitas kayu mahoni berada sedikit dibawah kayu

jati sehingga sering dijuluki sebagai primadona kedua dalam pasar kayu

Pemanfaatan lain dari tanaman mahoni adalah kulitnya dipergunakan

untuk mewarai pakaian. Kain yang direbus bersama kulit mahoni akan menjadi

kuning dan tidak mudah luntur. Sedangkan getah mahoni yang disebut juga

blendok dapat dipergunakan sebagai bahan baku lem, dan daun mahoni untuk

pakan ternak.

Pengolahan

Biji mahoni yang teah dipisahkan dari kulit dan buahnya dicuci dengan air

mengalir. Setelah itu, biji dihaluskan dengan menggunakan blender dengan

ditambahkan sedikit ar. Kemudian dimasukkan kedalam botol plastik dan

didiamkan selama 24 jam. Setelah itu disaring dengan menggunakan saringan.

Alu ditambahkan dengan air 1 iter dan dimasukkan kedaam knapsack dan

disemprotkan ke daun tanaman secara merata dan berkala.

11. Lada (Piper nigrum)

Klasifikasi tanaman lada (Ditjenbun, 2013) : Kingdom : Plantae

(Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionata (Tumbuhan berpembuluh) Super

Divisi : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji) Divisi : Magnoliopsida (berkepimg

dua/dikotil) Kelas : Magnoliidae Sub-kelas : Monocotyledonae Ordo : Piperales

Famili : Piperaceae (Suku sirih-sirihan) Genus : Piper Spesies : Piper nigrum L


23

Deskripsi Tanaman

Tanaman ini adalah batang pokok berkayu, beruas-ruas dan tumbuh

merambat dengan menggunakan akar pelekat pada tiang panjat atau menjalar di

atas permukaan tanah. Tanaman lada merupakan akar tunggang dan memiliki

daun tunggal, berseling dan tersebar (Tjitrosoepomo, 2004).

Daun berbentuk bulat telur sampai memanjang dengan ujung meruncing

(Rismunandar, 2007). Buah merupakan produksi pokok daripada hasil tanaman

lada. Buah lada berbentuk bulat, berbiji keras dan berkulit buah yang lunak. Kulit

buah yang masih muda berwarna hijau, sedangkan yang tua berwarna kuning.

Buah yang sudah masak berwarna merah, berlendir dengan rasa manis. Sesudah

dikeringkan lada berwarna hitam. buah lada merupakan buah duduk, yang melekat

pada malai. Besar kulit dan bijinya 4-6 mm, sedangkan besarnya biji 3-4 mm.

Berat 100 biji kurang lebih 38 gram atau rata-rata 4,5 gram. Kulit buah atau

pericarp terdiri dari 3 bagian, yaitu epicarp (kulit luar), mesocarp (kulit tengah),

endocarp (kulit dalam) (Rismunandar, 2007).

Komposisi

Lada mengandung senyawa aktif yang mempunyai daya meracun, antara

lain saponin, flavonoid, minyak atsiri, kavisin, piperin, piperlin, piperolain,

piperanin, dan piperonal (Conectique 2012 dalam Hasnah et al. 2014)

Manfaat

Lada dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan beberapa hama

pascapanen seperti Sitophilus spp., Callosobrunchus sp., Lasioderma serricorne,

Rhizopertha dominica, dan Tribolium castaneum. Senyawa metabolit sekunder

yang dihasilkan tumbuhan ini bersifat sebagai penolak (repellent), penghambat


24

makan (antifeedant/feeding deterrent), penghambat peletakan telur (oviposition

repellent/ deterrent), dan sebagai senyawa racun yang mematikan serangga

(Hasnah et al. 2014).

Pengolahan

Biji lada dicuci dengan air mengalir. Setelah itu, biji dihaluskan dengan

menggunakan blender dengan ditambahkan sedikit ar. Kemudian dimasukkan

kedalam botol plastik dan didiamkan selama 24 jam. Setelah itu disaring dengan

menggunakan saringan. Alu ditambahkan dengan air 1 iter dan dimasukkan

kedaam knapsack dan disemprotkan ke daun tanaman secara merata dan berkala.

12. Jarak pagar (Jatropha curcas L.)

Tanaman jarak pagar memiliki klasifikasi sebagai berikut: Kingdom :

Plantae Division : Spermatophyta Subdivision : Angiospermae Class :

Dicotyledoneae Order : Geraniales Suborder : Tricocceae Family : Euphorbiaceae

Genus : Jatropha Spesies : Jatropha curcas L. 

Deskripisi Tanaman

Daun tanaman jarak pagar adalah daun tunggal berlekuk tiga dan bersudut

3 atau 5. Daun tersebar disepanjang batang. Permukaan atas dan bawah lebih

pucat dibanding permukaan atas. Daunnya lebar dan berbentuk jantung atau bulat

telur melebar dengan panjang 5 – 15 cm. Helai daunnya bertoreh, berlekuk, dan

ujungnya meruncing. Tulang daun menjari dengan jumlah 5 – 7 tulang daun


25

utama. Daunnya dihubungkan dengan tangkai daun. Panjang tangkai daun antara

4 – 15 cm (Hambali, 2007).

Komposisi

Kandungan kimia dari tanaman ini antara lain adalah triakontranol,

alvamirin, kaempasterol, beta sitosterol, 7-keto-beta sitosterol, stigmasterol,

stigma-5- en-3-beta-7-alfadiol, viteksin, isoviteksin, dan asam sianida (HCN).

Daun dan batangnya mengandung saponin, flavonoid, tanin, dan senyawa

polifenol, sedangkan bijinya mengandung alkaloid, saponin, dan protein beracun

yang disebut kursin.

Manfaat

Penggunaan biji buah jarak sebagai insektisida nabati telah diteliti di Balai

Benih Induk (BBI) Palawija Tarus. Hasil penelitian mendapatkan nilai mortalitas

kumbang bubuk melebihi 50%; pada dosis 5 g bahan nabati mortalitasnya

mencapai 73%, pada dosis 10 g bahan nabati mortalitasnya mencapai 83%, dan

pada dosis 15 g bahan nabati mortalitasnya mencapai 93%. Soetopo (2007) juga

meneliti bahan ini dan hasilnya menunjukkan bahwa daun, batang, dan bungkil

jarak pagar mempunyai protein kasar yang tinggi, yaitu 5860%.

Pengolahan

Biji jarak dicuci dengan air mengalir. Setelah itu, biji dihaluskan dengan

menggunakan blender dengan ditambahkan sedikit ar. Kemudian dimasukkan

kedalam botol plastik dan didiamkan selama 24 jam. Setelah itu disaring dengan

menggunakan saringan. Alu ditambahkan dengan air 1 iter dan dimasukkan

kedaam knapsack dan disemprotkan ke daun tanaman secara merata dan berkala.
26

13. Mengkudu (Morinda citrifolia)

Klasifikasi dari tanaman mengkudu menurut Conqruist (1981) adalah

sebagai berikut: Kingdom : Plantae Devisi : Magnoliophyta Subdevisi :

Angiospermae Kelas : Magnoliopsida Subkelas : Asteriidae Ordo : Rubiales

Family : Rubiaceae Genus : Morinda Spesies : Morinda citrifolia L.

Deskripisi Tanaman

Tanaman mengkudu termasuk tanaman tahunan (parenial), berbatang

kecil, dan berdaun lebar. Bagian tanaman mengkudu terdiri dari akar, batang,

daun, buah, dan biji. Akar (radix) tanaman mengkudu memiliki struktur perakaran

tunggang yang menembus tanah cukup dalam. Akar cabang dan bulu akar tumbuh

ke segala arah. Batang (caulis) dan cabang (ramus) berbentuk bulat panjang, pada

umumnya bengkok, berkulit kasar, dan berwarna coklat tua. Secara alamiah tinggi

tanaman dapat mencapai kira-kira 6 meter. Cabang tanaman berdiameter 0,5 cm,

berbuku-buku, dan dari tiap buku keluar sepasang daun berukuran 12 cm x 28 cm.

Daun (folium) mengkudu tumbuh berpasangan pada tiap buku atau cabang.

Komposisi

Biji mengkudu mengandung senyawa alkaloid, saponin, tanin, dan

glikosida jantung (Murdiati et al. 2016). Wahyuningsih (2000) menyatakan bahwa

pemberian ekstrak biji mengkudu 1% (v/b) dapat menghambat dinamika dan

aspek biologis Sitophilus spp. Daya hambatnya berupa ovipositant (menyebabkan


27

serangga urung bertelur) dan menurunkan nafsu makan (antifeedant) serangga

target.

Manfaat

Pemanfaatannya lebih banyak sebagai herbal untuk mengobati beberapa

penyakit (Djauhariya 2003). Kardinan (2004) meneliti pemanfaatan biji

mengkudu untuk mengendalikan larva hama kumbang bubuk. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa biji mengkudu dapat mematikan 60% populasi Sitophilus

spp. dan bertindak sebagai racun perut terhadap serangga ini.

Pengolahan

Biji mengkudu dicuci dengan air mengalir. Setelah itu, biji dihaluskan

dengan menggunakan blender dengan ditambahkan sedikit ar. Kemudian

dimasukkan kedalam botol plastik dan didiamkan selama 24 jam. Setelah itu

disaring dengan menggunakan saringan. Alu ditambahkan dengan air 1 iter dan

dimasukkan kedaam knapsack dan disemprotkan ke daun tanaman secara merata

dan berkala.

1.4 Rimpang

14. Kencur (Kaempferia galangal)


28

Adapun klasifikasi dari tanaman ini adalah Devisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Bangsa : Zingiberales Suku :

Zingiberaceae Spesies : Kaempferia galanga Linn (Yoanna & Yovita, 2000).

Deskripisi Tanaman

Daunnya melebar letaknya mendatar hampir rata dengan permukaan tanah.

Pelapah daunnya berdaging, letaknya tersembunyi di dalam tanah. bunganya

tersusun dalam bulir atau bongkol setengah duduk. Mahkota bunga berjumlah 4-

12 warnanya putih dengan bibir berwarna lembayung. rimpangnya bercabang

cabang banyak sekali sebagian terletak diatas tanah, pada akarnya sering kali

terdapat umbi yang bentuknya bulat, warnanya putih kekuningan bagian

tengahnya berwarna putih sedang bagian pinggirnya coklat berbau harum

Komposisi

Rimpang kencur mengandung etil sinamat, etil p-metoksisinamat,

pmetoksistiren, karen, borneol, dan parafin. Di antara kandungan kimia tersebut,

etil p-metoksisinamat. Tanaman kencur mempunyai kandungan kimia antara lain

minyak atsiri 2,42,9% yang terdiri atas etil parametoksi sinamat (30%), kamfer,

borneol, sineol, dan penta dekana. Etil parametoksi sinamat dalam kencur

merupakan senyawa turunan sinamat (Inayatullah1997).

Manfaat

Kencur banyak digunakan sebagai ramuan obat tradisional dan sebagai

bumbu dalam masakan. Timoty (2014) meneliti pengaruh ekstrak kering kencur

dan lama penyimpanan terhadap mortalitas hama kumbang bubuk, indeks daya

kecambah, dan indeks kecepatan berkecambah benih jagung. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa ekstrak kering kencur dan lama penyimpanan meningkatkan


29

mortalitas imago hama kumbang bubuk, menurunkan jumlah imago, dan

mengurangi susut bobot benih jagung selama penyimpanan.

Pengolahan

Kencur dicuci dengan air mengalir. Setelah itu, biji dihaluskan dengan

menggunakan blender dengan ditambahkan sedikit ar. Kemudian dimasukkan

kedalam botol plastik dan didiamkan selama 24 jam. Setelah itu disaring dengan

menggunakan saringan. Alu ditambahkan dengan air 1 iter dan dimasukkan

kedaam knapsack dan disemprotkan ke daun tanaman secara merata dan berkala.

15. Cengkih (Syzygium aromaticum)

Menurut Tjitrosoepomo (2005) Tanaman cengkeh (Syzigium aromaticum)

dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Maglionopsida Ordo : Myrtales

Famili : Myrtaceae Genus : Syzigium Spesies : Syzigium aromaticum

Deskripsi Tanaman

Daun cengkeh mempunyai ciri khas yang mudah dibedakan dengan daun

tanaman yang lain. Daunnya kaku, berwarna hijau atau hijau kemerahan, daun

yang masih muda berwarna kuning kehijauan bercampur dengan warna kemerah-

merahan dan mengilap, berbentuk elips yang ujungnya runcing sedangkan sebelah

bawah berwarna hijau suram. Daun tunggal dan duduk berhadapan. Simpul ketiak
30

daun cabang pertama tumbuh tunas-tunas yang menjadi cabang kedua, begitu pula

selanjutnya sehingga tumbuh ranting-ranting (Najiyanti & Danarti, 2003).

Komposisi

Selain minyak atsiri, bunga cengkih mengandung senyawa kimia yang

disebut eugenol, asam oleanolat, asam galoyonat, fenilin, resin, dan gom

(Huang et al. 2002; Velluti et al. 2003). Minyak cengkih juga memiliki efek terapi

untuk asma dan alergi (Kimet al. 1998). Kandungan terbesar minyak cengkih

adalah eugenol. Eugenol bermanfaat dalam pembuatan vanilin, eugenil metil

ester, dan eugenil asetat. Vanilin merupakan bahan pemberi aroma pada makanan,

permen, cokelat, dan parfum (Guenther, 1990). Cara kerja senyawa-senyawa

dalam daun cengkih adalah menghambat aktivitas makan dan mengakibatkan

kemandulan pada serangga hama, serta sebagai fungisida.

Manfaat

Cengkih terutama dimanfaatkan dalam industri rokok, selain industri

makanan dan obat-obatan. Sejak tahun 1990-an, daun, bunga, dan gagang cengkih

dimanfaatkan sebagai bahan baku pestisida nabati.

Pengolahan

Cengkih dicuci dengan air mengalir. Setelah itu, biji dihaluskan dengan

menggunakan blender dengan ditambahkan sedikit ar. Kemudian dimasukkan

kedalam botol plastik dan didiamkan selama 24 jam. Setelah itu disaring dengan

menggunakan saringan. Alu ditambahkan dengan air 1 iter dan dimasukkan

kedaam knapsack dan disemprotkan ke daun tanaman secara merata dan berkala.
31

KESIMPULAN

Ada banyak tanaman yang bisa dijadikan sebagai pestisida nabati botani.

Seperti Mimba (Azadirachta indica A. Juss.), Serai (Cymbopogon citratus),

Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.), Jeringau (Acorus calamus), Sirsak

(Annona muricata), Kirinyu (Chromolaena odorata), Kipahit (Tithonia

diversifolia), Bawang Putih (Allium sativum Linn.), Babandotan (Ageratum

conyzoides Linn.), Mahoni (Swietenia mahagoni L.), Lada (Piper nigrum), Jarak

pagar (Jatropha curcas L.), Mengkudu (Morinda citrifolia), Kencur (Kaempferia

galangal), Cengkih (Syzygium aromaticum). Semua tanaman memiliki senyawa

aktif yang dapat dijadikan sebagai insektisida botani.


32

DAFTAR PUSTAKA

Agusta, A. 2000. Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia. Penerbit Institut


Teknologi Bandung, Bandung. hlm. 101.

Afifah, F., Rahayu Y.S., & Faiza U. 2015. EfektivitasKombinasi Filtrat Daun
Tembakau (Nicotiana tabacum) dan Filtrat Daun Paitan (Tithonia
diversifolia) Sebagai Pestisida Nabati Hama Walang Sangit (Leptocorisa
oratorius) pada Tanaman Padi. Lentera Bio. 4(1): 25-31.

Aktsar Roskiana Ahmad, A. R., V. Handayani, R. A. Syarif, A.Najib, L. Hamidu.


2019. Mahoni (Swietenia mahagoni (L.) Jacq) Herbal Untuk Penyakit
Diabetes. Makassar.

Amanupunyo dan R.D. Handri. 2016. Pemanfaatan pestisida nabati dalam


perdagangan global. http://dokumen.tips/documents/ pestisida-nabati-
55b0799898560.html. [2 Mei 2016].

Astriani, D. 2010. Pemanfaatan Gulma Babadotan dan Tembelekan dalam


Pengendalian Sitophillus SPP. pada Benih Jagung. J. AgriSains, vol. 1,
no. 1, pp. 56–67.
Deden, 2017. Efektivitas Pestisida Nabati Terhadap Pengendalian Ulat Grayak
(Spodoptera litura F.) Pada Tanaman Sawi (Brassica sinensis L.). Jurnal
Logika. Vol. 19 No. 1 Hal. 7 – 11.

Djauhariya, E. 2003. Mengkudu (Morinda citrifolia L.) tanaman obat potensial. J.


Pengembangan Teknologi Rempah dan Obat 15(1): 116.

Grainge, M. and S. Ahmed. 1988. Handbook of Plants with PestControl


Properties. John Wiley & Sons, New York-ChichesterBrisbane-Toronto
Singapore. pp. 99153.

Hariyadi, B. W., Huda, N., Ali, M., & Wandik, E. (2019). The Effect of Tambsil
Organic Fertilizer on The Growth And Results of Onion (Allium
Ascalonicum L.) In Lowland. Agricultural Science, 2(2), 127–138.

Hendra, W., Salbiah D., & Sutikno A. 2013.Penggunaan Ekstrak Daun Paitan
(Tithonia diversifolia Grey) untuk Mengendalikan HamaKutu Daun
(Aphis gossypii Glover) padaTanaman Cabai (Capsicum annum L.).
LaporanPenelitian. Universitas Riau.

Herawati, Tuti. 2004. Mimba (Azadirachta indica A. Juss) : Tanaman Multi


Manfaat Potensial untuk Rehalibitasi Lahan. Makalah Penunjang Ekspose
Penerapan Hasil Litbang Hutan dan Konservasi Alam. Palembang.
33

Inayatullah, M.S. 1997. Standarisasi Rimpang Kencur dengan Parameter Etil Para
Metoksi Sinamat. Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Airlangga,
Surabaya. http://repository.usu.ac.id.

Kardinan, A. 2004. Pestisida Nabati, Ramuan dan Aplikasi. Penebar Swadaya,


Jakarta. hlm. 29.

Kardinan, A. 2011. Penggunaan pestisida nabati sebagai kearifan lokal dalam


pengendalian hama tanaman menuju sistem pertanian organik.
Pengembangan Inovasi Pertanian 04(4): 262278.

Komala, O., Rosyanti, R. and Muztabadihardja. 2013. Uji Efektivitas Antibakteri


Ekstrak Etanol dan Ekstrak Air Kelapa Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa
L) Terhadap Bakteri Streptococcus pneumoniae. Jurnal Fitofarmaka, 3(1),
pp. 2087-9164, doi: 10.1017/CB09781107415324.004.

Koneri, R. Dan Hanny, H. P. 2016. Uji Ekstrak Biji Mahoni (Swietenia


macrophylla) Terhadap Larva Aedes Aegypti Vektor Penyakit Deman
Berdarah. Jurnal Mkmi, Vol. 12 No. 4.

Mardiningsih, T.L. B. Baringbing dan S. Suriati. 1997. Pengaruh Eugenol dan


tepung bunga cengkeh terhadap Carpophilus sp. Pros. Seminar Nasional
Tantangan Entomologi pada Abad XXI (Arifin, M. ed.). Bogor, 8 Jan
1997.

Manaf, S. Kusmini, dan E. Helmiyati. 2005. Evaluasi daya repelensi daun mimba
(Azadirachta indica A. Juss) terhadap hama gudang Sitophilus oryzae L.
(Coleoptera: Curculionidae). Jurnal Gradien 1(1): 2329.

Megawati NM. 2013. Manual Budidaya Mahoni(Swietenia macrophylla


King).Pusat Penelitian Dan Pengembangan Peningkatan Produktivitas
Hutan. Jakarta.

Natawigena, D.W. 2000. Beberapa kendala dalam memproduksi pestisida nabati.


Staf Pengajar Jurusan Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas
Pertanian UNPAD. Disajikan dalam Seminar Nasional ‘PHT Promo 2000’
[29 Juni 2000].

Omokhua, A.G., 2015, Phytochemical and Pharmacological Investigations of


Invasive Chromolaena odorata (L.) R.M. King & H. Rob. (Asteraceae),
Thesis, Agriculture, Engineering, and Science University of KwaZulu-
Natal: South Africa

Plantus. 2008. Anekaplantasia. Plants Clipping Infomations from All Over Media
In Indonesia.
Pano, S.J., R. Iswati, dan F. Datau. 2016. Respons Sitophilus zeamais terhadap
jeringau (Acorus calamus L.) sebagai insektisida alami pada variasi wadah
34

penyimpanan. (Thesis) Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian


Universitas Negeri Gorontalo.

Pradana, S., 2015, Laporan Pengendalian Gulma : Identifikasi Gulma


(Chromolaena odorata). Universitas Jember.

Rohma A. 2011. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Mimba (Azadirachta


indica A. Juss) terhadap Bakteri Shigella dysentriae. Akademik Analis
Farmasi dan Makanan Putra Indonesia, Malang.

Rohma A. 2011. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Mimba (Azadirachta


indica A. Juss) terhadap Bakteri Shigella dysentriae. Akademik Analis
Farmasi dan Makanan Putra Indonesia, Malang.

Rukmana. 2002. Mimba Tanaman Penghasil Pestisida Alami. Kanisius, Jakarta.

Rungnapa, O., 2003, Phytochemistry and Antimalarial Activity of Eupatorium


odoratum L., Thesis, Pharmaceutical Chemistry and Phytochemistry,
Mahidol University, Bangkok

Sastrodihardjo, S. 1999. Arah Pengembangan dan Strategi Penggunaan Pestisida


Nabati. Makalah pada Forum Komunikasi Ilmiah Pemanfaatan Pestisida
Nabati. Balai Penelitian dan Obat. Bogor.

Sedi A. R, Boekoesoe L, Kadir S. 2015. Uji Efektivitas daun pohon Mahoni


(Swietenia macrophylla) dan daun pohon Angsana (Pterocarpus indicus)
dalam Menyerap Timbal (Pb) di Udara. KIM Fak Ilmu Kesehat dan
Keolahragaan.

Subiyakto. 2009. Ekstrak Biji Mimba sebagai Pestisida Nabati: Potensi, Kendala,
dan Strategi Pengembangannya. Perspektif 8(2) : 108-116.

Syakir, M. 2011. Status penelitian pestisida nabati. Seminar Nasional Pestisida


Nabati. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Bogor.

Timoty, C.J. 2014. Pengaruh ekstrak kering kencur (Kaempferia galanga L.) dan
lama penyimpanan terhadap mortalitas hama kumbang bubuk (Sitophilus
zeamais L.), indeks daya kecambah dan indeks kecepatan kecambah benih
jagung (Zea mays). Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Jember (Skripsi).

Tona et al, 2010. Pestisida Alami (Nabati). Jakarta : Erlangga.

Wahyuningsih, S. 2000. Kajian daya insektisida biji paria (Momordica charatia)


dan biji mengkudu (Morinda citrifolia L.) terhadap perkembangan
Sitophilus zeamais Motsch. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
35

Wijaya, I. N., I. G. P. Irawan, W. Ardiartayasa. 2018. Uji Efektivitas Beberapa


Konsentrasi Ekstrak Daun Kirinyuh (Chromolaena odorata L.) Terhadap
Perkembangan Ulat Krop Kubis (Crocidolomia pavonana F.). Agrotrop,
8(1): 11 – 19.

Yuniarti T. 2008. Ensiklopedia Tanaman Obat Tradisional. Cetakan Pe.


Yogyakarta: Media Pressindo.

Anda mungkin juga menyukai