Anda di halaman 1dari 42

Hujan asam adalah suatu masalah lingkungan yang serius yang harus benar-benar

difikirkan oleh umat manusia. Hujan asam merupakan istilah umum untuk
menggambarkan turunnya asam dari atmosfir ke bumi. Sebenarnya turunnya asam dari
atmosfir ke bumi bukan hanya dalam kondisi “basah” Tetapi juga “kering”. Sehingga
dikenal pula dengan istilah deposisi ( penurunan / pengendapan ) basah dan deposisi
kering. Hujan asam dapat terjadi ketika ada reaksi antara air, oksigen dan zat-zat asam
lainnya di atmosfer. Sinar matahari akan mempercepat terjadinya reaksi antar zat-zat
tersebut.
Deposisi basah mengacu pada hujan asam , kabut dan salju. Ketika hujan asam ini 
mengenai tanah, ia dapat berdampak buruk bagi tumbuhan dan hewan , tergantung dari
konsentrasi asamnya, kandungan kimia tanah , buffering capacity ( kemampuan air atau
tanah  untuk menahan perubahan pH ), dan jenis tumbuhan/hewan yang terkena.
Deposisi kering mengacu pada gas dan partikel yang mengandung asam. Sekitar 50%
keasaman di atmosfir jatuh kembali ke bumi melalui deposisi kering. Kemudian angin
membawa gas dan partikel asam tersebut mengenai bangunan, mobil, rumah dan
pohon. Ketika hujan turun, partikel asam yang menempel di bangunan atau pohon
tersebut akan terbilas, menghasilkan air permukaan (runoff) yang asam. Angin dapat
membawa material asam pada deposisi kering dan basah melintasi batas kota dan
Negara sampai ratusan kilometer. Untuk mengukur keasaman hujan asam  igunakan pH
meter. Hujan dikatakan hujan asam jika telah memiliki pH dibawah 5,0 ( Air murni
mempunyai pH 7 ). Makin rendah pH air hujan tersebut , makin berat dampaknya bagi
mahluk hidup.
Beberapa pengertian hujan asam yabg lainnya seperti segala macam hujan dengan
pH di bawah 5,6 yang bersifat basa karena karbondioksida (CO 2) di udara yang larut
dengan air hujan memiliki bentuk sebagai asam lemah.

B.     SUMBER

Ada 3 jenis polutan utama yang menyebabkan terjadinya hujan asam yaitu sulfur
dioksida(SO2), nitrogen oksida (NOx)  dan volatile organic compounds (VOCs) atau zat-
zat organic yang mudah menguap. Sumber dari kandungan sulfur alami diudara
sebagian besar sekitar 25 sampai 30% berasal dari letusan gunungapi seperti di El
Chichon tahun 1982 atau
3
Gunung Pinatubo pada tahun 1991.  Hidrokarbon juga dapat menyebabkan hujan asam,
asam karboksilik, HCOO, dan asam metilkarboksilik, CH3CO, merupakan hasil dari
oksidasi emisi biota laut maupun darat. Selain secara alami gas sulfur juga berasal dari
pembakaran batubara dan berasal dari emisi industri. . Pada tahun 1983  United
Nations Environment Programme memperkirakan besarnya sulfur yang dilepaskan
antara 80-288  juta ton tiap tahunnya dan sekitar 69 juta ton diantaranya berasal dari
aktivitas manusia.
Nitrogen oksida (NOr = NO + NO2) selain berasal dari letusan gunungapi, sumber
dari zat ini adalah dari emisi tanah, kilat, pertukaran gas stratosfer-troposfer, dan
pembakaran biomassa. NO  merupakan hasil pembakaran bahan bakar hidrokarbon,
baik bahan bakar fosil maupun dari biomassa. besarnya oksida nitrogen yang
dilepaskan antara 20-90  juta ton tiap tahunnya dari alam dan sekitar 24 juta ton
diantaranya berasal dari aktivitas manusia. Amoniak dihasilkan dari emisi pupuk.
Sumber-sumber pencemar ini berasar dari pembuangan asap mesin (kendaraan
bermotor dan stasiun pembangkit energy) dan pembakaran biomassa. Produksi N2O
(termasuk CO2, HNO3, dan CH4) dapat menyebabkan dampak lain yaitu efek rumah
kaca dimana N2O memiliki masa tinggal lebih dari 150 tahun di atmosfer sebelum
terurai.

Adapun beberapa penyebab terjadinya hujan asam secara umum:

1.      Penyebab alami


Hujan asam secara alami bisa disebabkan oleh semburan dari sebuah gunung berapi,
serta proses biologis yang bisa terjadi di tanah rawa atau lautan. Hujan asam secara
alami cukup jarang terjadi.

2.      Penyebab manusia


Hujan asam yang disebabkan oleh manusia merupakan permasalahan lingkungan
yang cukup serius. Aktivitas industri biasanya merupakan kontributor utama terjadinya
hujan asam. Beberapa industri yang cukup sering memberikan dampak hujan asam
diantaranya adalah industri kendaraan bermotor, industri pembangkit listrik, industri
pertanian (amonia). Unsur sulfur dan nitrogen dari proses industri dibawa terbang ke
atmosfer, selanjutnya bereaksi dengan oksigen di udara menyebabkan sulfur dioksida
dan nitrogen oksida yang akan larut dalam air hujan dan selanjutnya terdeposit ke
tanah

4
C.      PROSES TERJADI HUJAN ASAM

Hujan asam terjadi melalui skema berikut ini :

1. Udara tercemar gas Sulfur Oksida dan Nitrogen Oksida. Gas-gas ini didominasi
oleh asap pabrik, asap kendaraan, kebakaran hutan, dan lain-lain.
2. Gas Sulfur Oksida dan gas Nitrogen Oksida bereaksi dengan uap air membentuk
Asam Sulfat dan Asam Nitrat.

3. Asam sulfat dan


Asam Nitrat bercampur dengan air hujan membentuk hujan asam.

D.     CARA PENGUKURAN

Hujan asam diukur menggunakan skala pH, air murni memiliki pH sekitar 7
sedangkan hujan yang normal bersifat agak asam karena adanya kandungan karbon
dioksida yang terlarut didalamnya sehingga pH-nya sekitar 5,5. Pengukuran hujan asam
dapat menggunakan botol, kemudian air hujan ditampung dalam botol tersebut. Dengan
menggunakan indicator pH maka tingkat kebasaan maupun keasaman hujan dapat
diketahui. Jika ingin mengetahui pengaruh hujan asam pada batuan sesuatu yang dapat
dilakukan adalah menampung air hujan pada botol dengan corong terbalik, kemudian
air yang tertampung diteteskan pada batuan yang diuji. Pengujian dapat dilakukaan
pada batuan beku dan batuan sedimen. Sebagai contoh batuan beku yang diambil untuk
sampel adalah batu andesit sedangkan batu sedimen berupa batu gamping. Sifat batu
granit yang sudah asam maka ketika terkena tetes air hujan yang asam, batu tersebut
tidak ikut terlarut. Sebaliknya, pada batu gamping yang memiliki sifat basa, maka batu
gamping akan terlarut dan air yang melarutkan batu tersebut menjadi keruh.

5
E. DAMPAK HUJAN ASAM
Semakin tinggi tingkat keasaman dari sebuah hujan asam, maka akan semakin
buruk dampaknya bagi lingkungan, diantaranya adalah semakin tingginya konsentrasi
logam-logam tertentu pada daerah yang mengalami hujan asam, karena keasaman akan
mempengaruhi tingkat kelarutan logam-logam yang tersedia. Organisme sulit untuk
tumbuh, seperti sebuah sungai yang memiliki tingkat keasaman yang tinggi, maka bisa
dipastikan hewan seperti ikan tak akan bisa hidup dengan kondisi pH yang sangat
rendah.
Hujan asam juga berdampak pada terjadinya korosi yang lebih meningkat.
Beberapa material logam yang terpapar dengan hujan asam secara langsung akan lebih
cepat mengalami korosi atau pengkaratan.

Dampak lain yang mungkin terjadi karena hujan asam antara lain :

 Mempengaruhi kualitas air bagi biota yang hidup di dalamnya.


 Merusak tanaman.
 Melarutkan logam-logam berat yang terdapat di dalam tanah.
 Bersifat korosif.
 Menyebabkan penyakit pernapasan.
 Dapat menyebabkan kelahiran bayi prematur bahkan kematian.

         Melarutkan kalsium, potasium dan nutrien lain yang berada dalam tanah. Akibatnya

tanah menjadi kurang subur dan tanaman mati.


         Menyebabkan pH air turun di bawah normal sehingga ekosistem air terganggu.
6
F.                       CARA MENCEGAH HUJAN ASAM
Hujan asam sebagai salah satu permasalahan serius terhadap lingkungan perlu
diatasi secara terpadu. Beberapa cara yang telah dilakukan di negara-negara maju
adalah dengan membuat formula peralatan industri yang mampu menetralisir polutan
sebelum sampai ke udara dan bereaksi dengan oksigen di udara. Penggunaan Flue gas
desulfurization (FGD) yang mampu menetralisir belerang sebelum sampai ke udara
merupakan salah satu cara yang cukup populer dilakukan saat ini, di negera-negara
maju seperti Amerika Serikat.

Cara lain yang juga dapat digunakan untuk mengurangi hujan asam :

         penghematan energi yang menggunakan hasil olahan batu bara dan minyak bumi
         pengontrolan pembakaran batu bara dan minyak bumi
         bila telah tanah telah menjadi asam, tambahkan kapur untuk menetralkan kembali pH
tanah tersebut

Pengertian Hujan Asam


           Hujan asam adalah hujan yang bersifat asam dan memiliki pH kurang dari 5,7.
Hujan secara alami memang bersifat asam tetapi pHnya diatas 5,7. Keasaman hujan biasanya
disebabkan oleh karbon dioksida (CO2) di udara yang bereaksi dengan uap air dan menjadi
asam bikarbonat. Jenis asam dalam hujan ini sangat bermanfaat karena dapat melarutkan
mineral dalam tanah yang dibutuhkan oleh binatang dan tumbuhan. Tetapi jika keasaman air
hujan menjadi sangat rendah misalnya dibawah pH 5,7 akan menimbulkan masalah bagi
makhluk hidup, karena keasaman ini bersifat korosi dan dapat menyebabkan berbagai jenis
gangguan bagi manusia, tumbuhan, dan binatang.

2.1.1. Proses Terjadinya Hujan Asam


              Hujan asam terjadi apabila kandungan sulfur dioxide (SO2) dan nitrogen oxodies
(NO) di udara sangat tinggi. Sulfur dioxide dan nitrogen dioxide merupakan hasil reaksi
antara belerang dan nitrogen dengan oksigen di udara. Zat SO2 dan NO2 ini kemudian akan
terdifusi ke atmosfer dan bereaksi dengan air dan akan membentuk asam sulfat dan asam
nitrat yang kemudian jatuh ke bumi dengan air hujan. Dan itulah yang menyebabkan pH air
hujan menjadi rendah dan sering disebut sebagai hujan asam.          
              Penyebab hujan asam ada 2, yaitu penyebab alami dan akibat aktifitas manusia.
Penyebab hujan asam yang alami misalnya adalah semburan asap gunung berapi. Gunung
berapi yang masih aktif seringkali menyemburkan asap ke udara, diman salah satu kandungan
dari asap tersebut adalah belerang. Sedangkan penyebab hujan asam akibat dari aktifitas
manusia adalah :
2

-          Asap-asap pabrik


-          Pembangkit tenaga listrik
-          Pembakaran bahan bakar fosil yang banyak melepaskan nitrogen ke udara
-          Pengolahan pertanian dan peternakan yang banyak menghasilkan amoniak
2.2. Akibat Dari Hujan Asam
              Terjadinya hujan asam akan menimbulkann dampak terhadap kehidupan manusia
dan lingkungannya karena dapat mengganggu keseimbangan ekosistem. Hujan asam
memiliki dampak tidak hanya pada lingkungan biotik tetapi juga lingkungan abiotic, antara
lain :
a. Danau
Kelebihan zat asam pada danau akan mengakibatkan sedikitnya spesies yang bertahan
b. Tanah
Pencucian mineral utama bagi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan
c. Tumbuhan
Lapisan lilin pada daun rusak sehingga nutrisi menghilang sehingga tanaman tidak tahan
dalam keadaan dingin, jamur, dan serangga.
d. kesehatan manusia
Menyebabkan kelainan jantung dan paru paru
e. Korosi
Mempercepat proses pengkaratan dari beberapa mineral seperti batu kapur, pasir besi
2.3. Manfaat Dari  Hujan Asam
 Jika kadar keasaman rendah (pHnya diatas 5,7) dapat  melarutkan mineral yang dibutuhkan
oleh bintang dan tumbuhan. Tetapi jika keasaman air menjadi sangat rendah misalnya
dibawah 5,7 akan menimbulkan berbagai gangguan bagi manusia, tumbuhan, dan binatang.
3
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Upaya Menanggulangi Dan Pencegahan Hujan Asam


              Karena memberikan dampak yang begitu besar bagi kehidupan manusia dan
lingkungannya maka hujan asam sangat perlu mendapatkan perhatian dari kita. Ada beberapa
langkah yang dapat kita ambil untuk mengatasi terbentuknya hujan asam dan metode
pencegahan yang dapat kita kerjakan, yaitu :
a. Menggunakan Bahan Bakar Dengan kandungan Belerang yang rendah
              Kandungan belerang sangat bervariasi. Penggunaan gas asam akan mengurangi
emisi zat pembentuk asam, akan tetapi kebocoran gas ini menambah emisi metan. Usaha lain
yaitu dengan menggunakan bahan bakar non belerang
b. Pengendalian Pencemaran Selama Pembakaran
              Beberapa teknologi untuk mengurangi emisi SO2 dan Nox pada waktu pembakaran
telah dikembangkan. Salah satu teknologinya ialah lime injection in multiple burners
(LIMB).
c. Pengendalian Setelah Pembakaran
              Zat pencemar juga dapat dikrangi dengan gas ilmiah hasil pembakaran. Teknologi
yang sudah banyak dipakai ialah fle gas desulfurization (FGD).
d.  Mengaplikasikan prinsip 3R (Reuse, Recycle, Reduce)
              Hendaknya prinsip ini dijadikan landasan saat memproduksi suatu barang, dimana
produk itu harus dapat digunakan kembali atau dapat didaur ulang sehingga jumlah sampah
atau limbah dapat dikurangi.

4
e. Melakukan Reboisasi
              Dengan melakukan program reboisasi dan rehabilitasi lahan akan meningkatkan
produktivitas lahan dan kualitas lingkungan.

3.2. Hujan Asam  Di Indonesia


              Hujan asam dengan skala besar belum pernah terjadi di Indonesia seperti di
Manchester. Tetapi diperkirakan hujan asam akan terjadi di wilayah Indonesia ketika ada
meningkatnya aktivitas gunung berapi atau pada saat gunung berapi itu meletus. Selain itu
hujan asam akan terjadi di wilayah Indonesia yaitu di kota-kota besar yang banyak
mengandung polutan udara  seperti di Jakarta, Surabaya, Semarang, Bogor.

KESIMPULAN
Dari penjelasan yang telah disampaikan dapat disimpulkan bahwa hujan asam memiliki
dampak positif dan dampak negatif, yaitu:
DAMPAK POSITIF
Dampak positif hujan asam adalah melarutkan mineral yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan
binatang tetapi dengan kadar keasaman rendah (pH dibawah 5,7) jika kadar keasaman tinggi
(pH diatas 5.7) lebih banyak dampak negatifnya daripada dampak positifnya.
DAMPAK  NEGATIF
PERAIRAN               : - Merusak ekosistem laut, danau, dan sungai
                                       - Membunuh ikan ikan
PERKOTAAN            : - Merusak bangunan dan gedung gedung
                                       - Terjadi pelapukan patung patung dalam kota
UHAN              : - Pohon pohon sulit untuk tumbuh karena nutrisi dalam tanah               tersapu oleh hujan
asam
                            - Daun daun berwarna coklat karena meningkatnya elemen toksik, seperti alumunium
SIA                  : - Berbahaya bagi kesehatan manusia
                           - Menyebabkan kelainan jantung dan paru paru
                           - Mengurangi jarak pandang 50% hingga 70%
HUJAN ASAM (ACID RAIN)

Istilah hujan asam pertama kali diperkenalkan oleh Angus Smith berkaitan dengan dampak
polusi industri di Inggris. Hujan asam di sebabkan oleh peningkatan gas buang seperti NH3,
NO2,SO2, dan aerosol akan memengaruhi kadar keasaman air hujan.Kondisi normal air
hujan di atmosfer 5,6. Hujan asam menyebabkan kerusakan hutan atau gangguan pada
kehidupan air, algae,perikanan , menimbulkan korosi(karat) pada bangunan, mengganggu
kesehatan, melarutkan logam-logam berat yang terdapat dalam tanah sehingga memengaruhi
kualitas air tanah dan air permukaan.

Hujan asam adalah hujan yang memiliki derajat keasaman (Ph)lebih kecil dari 5,6.Air hujan
yang turun di muka bumi menjadi asam karena terkontaminasi oleh sulfur dioksida dan
nitrogen oksida. Sumber pencemaran yang berasal dari sulfur dioksida adalah industri dengan
bahan bakar batu bara, sedangkan sumber nitrogen oksida adalah kendaraan bermotor. Hujan
asam akan mengakibatkan kerugian dan kerusakan pada bangunan, ekosistem danau, hutan
serta tanaman pertanian. Jadi, hujan asam ini akan terjadi dimana saja, terutama pada
kawasan industri.
Hujan asam adalah hujan dengan pH air kurang dari 5,7. Hujan asam biasanya
terjadi karena adanya peningkatan kadar asam nitrat dan sulfat dalam polusi udara.
Hal ini biasanya terjadi karena peningkatan emisi sulfur dioksida (SO2) dan nitrogen
oksida (NOx) di atmosfer.

Polutan asam yang dapat menyebabkan hujan asam adalah polutan bahan bakar
fosil (misalnya, minyak, batu bara, dll) yang ditemukan dalam kadar tinggi dari
knalpot mesin pembakaran internal (misalnya knalpot mobil). Hujan asam juga dapat
terjadi dalam bentuk lain seperti salju.

Hujan asam terjadi ketika gas-gas yang tercemar menjadi terjebak di dalam awan.
Awan bisa melayang hingga ratusan bahkan ribuan kilometer sebelum akhirnya
melepaskan hujan asam.

Apa ciri-ciri hujan asam?

Hujan asam biasanya sulit dibedakan dari hujan air biasa karena warna dan rasanya
hampir sama.

Tapi kulit bisa merasakan hujan asam jika air hujan yang mengenai kulit langsung
membuat gatal-gatal, memerah. Untuk orang dengan kekebalan tubuh rendah akan
langsung mengalami pusing.

Apa bahayanya pada manusia?

Bahaya yang dirasakan oleh manusia juga tidak terjadi secara langsung, bahkan
untuk beberapa orang yang tidak terlalu sensitif dengan perubahan pH, berenang di
kolam yang sudah tercemar hujan asam tidak akan menyebabkan efek langsung,
seperti dilansir epa.gov, Selasa (15/3/2011).

Tapi polusi yang menyebabkan hujan asam yaitu sulfur dioksida (SO2) dan nitrogen
oksida (NOx) dapat membahayakan dan merusak kesehatan manusia.

Gas-gas ini di atmosfer berinteraksi untuk membentuk sulfat halus dan partikel nitrat
yang dapat dibawa hingga jarak yang jauh oleh angin dan terhirup jauh ke dalam
paru-paru manusia.

Partikel halus juga bisa menembus ruangan. Banyak studi ilmiah telah
mengidentifikasi hubungan antara peningkatan kadar partikel halus dan peningkatan
penyakit dan kematian dini karena gangguan jantung dan paru-paru, seperti asma
dan bronkitis.

Sedangkan efek ekologi hujan asam paling jelas terlihat pada pohon, danau, sungai,
hutan dan hewan. Bahkan bangunan bisa mengalami efek korosif karena hujan
asam, yang dapat merusak komponen pembangkit listrik, pabrik dan kendaraan
bermotor.

Hujan asam dapat membunuh beberapa spesies ikan yang rentan dengan
perubahan pH air dan menurunkan keragaman hayati. Selain itu, untuk pH rendah
juga dapat meningkatkan level aluminium di dalam air yang dapat membuat ikan
stres kronis dan keracunan.

Siklus Hujan Asam


Apakah yang dimaksud dengan hujan asam?
Apakah hujan yang terasa asam?

Jawabanya memang benar.


Hujan asam adalah hujan yang memiliki larutan zat asam didalam butiran air hujan.

Hujan asam termasuk kedalam pencemaran tanah dan berkaitan langsung dengan
polusi udara.

Coba lihat gambar diatas, gambar tersebut memberi penjelasan bagaimana asap
dari pabrik pabrik dan asap kendaraan yang mengandung gas CO2, NO2, SO2,
menempel atau menyatu di awan, lalu awan tertiup dan terbawa angin sampai ke
tempat yang jauh, kemudian ketika hujan, awan tersebut melarutkan partikel partikel
polutan (zat penyusun polusi) sehingga membentuk senyawan zat asam seperti
H2SO4 dan HNO3.

H2SO4 adalah nama lain dari asam sulfat atau yang lebih dikenal dengan air aki,
dan HNO3 adalah lambang senyawa asam nitrat yang termasuk kategori air keras,
digunakan untuk campuran yang mampu melarutkan emas dan juga sebagai bahan
peledak.

Wah kalau sampai tanah terkena air hujan asam maka bisa dipastikan tanah
tersebut menjadi tidak subur, mikroorganisme tanah mati, dan tumbuhan pun akan
bernasib demikian, dan jika kadar zat asam dalam hujan asam sangat tinggi, dapat
membuat tembok ataupun genting bangunan menjadi rapuh,

wah bahaya sekali hujan asam ini,


Mungkin di indonesia belum terlalu parah karena tingkat curah hujan kita sangat
tinggi sehingga meskipun awan mengandung partikel polusi tapi tak terlalu berarti
karena air dalam awan berjumlah banyak (seperti satu sendok garam dilarutkan di
kolam renang tak kan terasa asin airnya,
berbeda halnya jika satu sendok garam itu dilarutkan dalam segelas air)
namun ternyata jika dilihat dari bertambahnya pabrik pabrik dan kendaraan yang
menghasilkan polusi dalam jumlah banyak, bukan tidak mungkin jika masalah hujan
asam akan menjadi ancaman serius bagi indonesia dalam beberapa tahun
mendatang, seperti yang saat ini sedang melanda negara negara eropa dan
amerika.

Dampak Hujan Asam

lihat, akibat dari hujan asam yang merusak hutan pinus di eropa.

Cara mengatasi masalah hujan asam?

Salah satu cara untuk mengatasi masalah hujan asam adalah dengan memasang
filter polusi di setiap pabrik pabrik, serta mengurangi kendaraan yang menghasilkan
asap

Kata Pengantar
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
            Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tanpa halangan apapun.
            Makalah yang berjudul “Ozon” ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Metorologi dan Klimatologi Semester I Prodi Pendidikan Geografi FKIP UNS 2012.
Dalam kesempatan ini kami berterima kasih atas bimbingan, bantuan, serta saran dari
berbagai pihak seperti :
1)      Allah SWT atas segala ni’mat yang diberikan-Nya.
2)      Kedua orang tua kami yang selalu memberikan dukungan moril maupuun materil.
3)      Ibu Dr. Ch. Muryani sebagai dosen pengampu mata kuliah Meteorologi dan
Klimatologi.
4)      dan masih banyak pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu
            Dalam penyusunan makalah ini tentu masih banyak terdapat kekurangan. Untuk itu
penulis mengaharapkan kritik dan saran yang membangun demu terwujudnya penulisan
makalah yang akan datang yang lebih baik.
            Penulis juga berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
memberikan sumbangan bagi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya Geografi.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

                                                                        Surakarta,    Desember 2012


                                                                        Penulis,

Definisi dan Pembentukan Lapisan Ozon


            Ozon ditemukan oleh Christian Friedrich Schonbein pada tahun 1840. Ozon
merupakan molekul yang terdiri atas tiga atom oksigen yang dilambangkan dengan simbol
O3. Meskipun ozon bisa ditemukan dalam jumlah yang kecil di semua lapisan atmosfer,
namun karena adanya proses kimia dan radiasi, keberadaannya tidak terlalu signifikan.
Hampir sekitar 90 persen dari jumlah ozon yang ada di atmosfer berada pada lapisan teratas
yang dikenal dengan nama stratosfer, yang lokasinya sekitar 15-50 km di atas permukaan
bumi. Wilayah yang berisikan konsentrasi terbesar dari ozon ini dinamakan sebagai lapisan
ozon.
Ozon terdapat dalam lapisan stratosfer dan juga dalam lapisan troposfer.  Ozon yang terdapat
dalam stratosfer berfungsi melindungi manusia dan mahluk hidup di bumi dari penyinaran
sunar UV.  Sedangkan ozon yang terdapat pada lapisan troposfer memiliki efek yang berbeda
terhadap bumi dan mahluk hidup di dalamnya, walaupun susunan kimianya sama.  Ozon di
troposfer ini bersifat racun dan merupakan salah satu dari gas rumah kaca. Selain itu, ozon di
troposfer juga menyebabkan kerusakan pada tumbuhan, cat, plastik dan kesehatan manusia.
           Ozon membentuk cairan berwarna biru tua pada suhu di bawah -112 C, dan cairan
berwarna biru tua gelap pada suhu di bawah -193 C. Selain itu mempunyai bau yang keras,
menusuk hidung serta terbentuk pada kadar rendah dalam udara akibat arus eletrik seperti
kilat, dan oleh tenaga tinggi seperti radiasi eletromagnetik. Ozon adalah gas beracun sehingga
bila berada dekat permukaan tanah akan berbahaya dan bila terhisap dapat merusak paru-paru
bahkan mampu menyebabkan kematian.
            Secara alamiah ozon dapat terbentuk melalui radiasi sinar ultraviolet dari pancaran
sinar matahari. Pada tahun 1930, Chapman menjelaskan pembentukan ozon secara alamiah.
Di mana ia menjelaskan bahwa sinar ultraviolet dari pancaran sinar matahari mampu
menguraikan gas oksigen di udara bebas.
            Molekul oksigen tersebut terurai menjadi dua buah atom oksigen, proses ini dikenal
dengan nama photolysis. Lalu kedua atom oksigen tadi secara alamiah bertumbukan dengan
molekul gas oksigen yang ada disekitarnya, kemudian terbentuklah ozon.
Reaksi Pembentukan Ozon :
                        Sinar Ultra Violet      →       O ─ O  +  O     →      O3
            Ozon yang terdapat pada lapisan stratosfer yang dikenal dengan nama lapisan ozon
adalah kumpulan ozon yang terjadi dari hasil proses alamiah photolysis. Lapisan ozon ini
berada pada ketinggian 19 – 48 km (12 – 30 mil) di atas permukaan bumi.
            Selain terjadi proses pembentukan molekul ozon, secara alamiah terjadi juga proses
penguraian O3. Sinar ultraviolet yang mempunyai energi tinggi dapat memutus ikatan rantai
molekul ozon, sehingga molekul ozon tersebut kembali menjadi atom oksigen bebas (O) dan
molekul oksigen (O2). Pada kondisi normal, tanpa adanya Bahan Perusak Ozon (BPO),
reaksi pembentukan dan penguraian molekul Ozon terjadi dalam keadaan seimbang sehingga
jumlah molekul Ozon di stratosfir relatif stabil.

Reaksi Penguraian Ozon :


                                          Sinar UV  + O3       ===>  O2 + O
                                          O + O3                   ===>  O2 + O2
                                          2O3                        <==>  3O2

B.  Manfaat Lapisan Ozon


      Lapisan Ozon sangat bermanfaat bagi segala kehidupan di bumi karena ia berfungsi
sebagai :
1. Melindungi makhluk hidup yang ada di bumi dengan cara menyerap hampir 90% radiasi  
sinar ultraviolet B (UV-B) yang dipancarkan oleh matahari.
Radiasi dalam bentuk UV spektrum mempunyai jarak gelombang yang lebih pendek daripada
cahaya. UV-B yang mempunyai panjang gelombang 280-315 nm. Telah diketahui bahwa
Sinar UV sangat berbahaya dan dapat menyebabkan :
a. Penyakit kanker kulit
b. Katarak
c.  Kerusakan genetik pada sel-sel manusia, hewan maupun tumbuhan.
d. Penurunan sistem kekebalan hewan, tumbuhan dan organisme yang hidup di air
e.  Mengurangi hasil pertanian dan dan merusak tanaman
f.  Mematikan anak-anak ikan, kepiting dan udang di lautan, serta mengurangi jumlah
plankton yang menjadi salah satu sumber makanan kebanyakan hewan- hewan laut.
2. Sedangkan UV-A (dengan panjang gelombang 315-400 nm) tidak diserap oleh lapisan
ozon. Radiasi UV-A dari sinar matahari sangat bermanfaat bagi kelangsungan hidup makhluk
hidup di permukaan bumi.
3. Ozon stratospheric memberi efek pada suhu atmosfer yang menentukan suhu dunia

C. Faktor Penyebab Penipisan Lapisan Ozon


       Zat-zat perusak ozon tersebut dikenal dengan nama Bahan Perusak Ozon (BPO),
contohnya yaitu :
1.    Chlorofluorocarbon (CFC) dan Hydrochlorofluorocarbons (HCFC).
CFC yang      berlebihan dikonsumsi oleh masyarakat modern dunia sejak berpuluh-puluh            
tahun yang lalu. CFCdapat melepaskan atom Chlorine dan dapat merusak lapisan ozon. CFC
digunakan oleh masyarakat di dunia dengan cara yang tidak terkira banyaknya, misalnya
dengan penggunaan Freon pada alat AC, lemari es, dan alat pendingin lainnya merupakan
salah satu bentuk yang  turut andil dalam pengrusakan lapisan ozon, karena alat ini
menggunakan CFC-11, CFC-12, CFC 114 dan HCFC-22 dalam proses kerjanya.
Catatan  :   Penentuan Rumus Kimia suatu CFC (Menggunakan Aturan 90)
Contoh  :   CFC-11 (Nama Dagang : Freon-11 atau R-11)
                    CFC-11 : 11 + 90 = 101
                    101 merupakan 3 digit angka, dimana :
 Digit Pertama menunjukkan jumlah atom Karbon (a)
 Digit Kedua menunjukkan jumlah atom Hidrogen (b)
 Digit Ketiga menunjukkan jumlah atom Fluorin (c)
 Menghitung jumlah atom klorin dengan Rumus (2.a + 2) - b -c
Sehingga CFC-11 dengan jumlah atom karbon adalah 1, jumlah atom hidrogen adalah nol,
jumlah atom fluorin adalah 1, dan jumlah atom klorin (2.1 + 2 - 0 - 1 =3).
Jadi rumus kimia CFC-11 adalah CFCl3. Artinya, ia memiliki 1 atom karbon, tidak memiliki
hidrogen, 1 atom fluorin, dan 3 atom klorin.
2. Penggunaan CFC-11, CFC-12 dan CFC-114 secara luas juga digunakan pada produk
dengan alat kerja penyemprot atau disebut aerosol spray seperti kaleng semprot untuk          
pengharum ruangan, penyemprot rambut (hair spray), minya wangi/parfum, insektisida,
pembersih kaca (jendela), pembersih oven, produk-produk farmasi, cat, minyak pelumas dan
oli.
3. Penggunaan CFC-113 sebagai cairan pembersih (cleaning solvent) pada proses        
pembuatan peralatan elektronik, penghilangan lemak (degreasing) logam selama proses    
fabrikasi. Selain itu CFC-113 digunakan untuk dry-cleaning dan spot-cleaning pada industri
tekstil.
4. Haloncarbon yang digunakan dalam zat cair pemadam kebakaran (aerosol fire extinguiser)
sepertiMethyl Bromide, Carbon Tetrachloride, dan Methyl Chloroform.
5. Penggunaan methyl chloroform dan carbon tetrachloride sebagai bahan pelarut (solvent).

D.   Mekanisme Penipisan Lapisan Ozon


       Pada lapisan Stratosfer radiasi matahari memecah molekul gas yang mengandung khlorin
atau bromin yang dihasilkan oleh zat/bahan perusak ozon seperti CFC dan Haloncarbon yang
akan menghasilkan radikal khlor dan brom. Radikal-radikal khlorin dan bromin kemudian
melalui reaksi berantai memecahkan ikatan gas-gas lain di atmosfer, termasuk ozon.
Molekul-molekul ozon terpecah menjadi oksigen dan radikal oksigen. Dengan terjadinya
reaksi ini akan mengurangi konsentrasi ozon di stratosfer. Semakin banyak senyawa yang
mengandung khlor dan brom perusakan lapisan ozon semakin parah.
           Dalam waktu kira-kira 5 tahun, CFC bergerak naik dengan perlahan ke dalam
stratosfer (10 – 50 km). Molekul CFC terurai setelah bercampur dengan sinar UV dan
membebaskan atom Chlorine. Bahan kimia ini menipiskan lapisan ozon dan menghasilkan
Lubang Ozon dengan bertindak sebagai katalis dalam suatu reaksi kimia yang merubah ozon
(O3) menjadi oksigen (O2). Reaksi ini dipercepat dengan adanya kristal-kristal es di
stratosfer yang merupakan salah satu dari sumber bagi kerugian besar ozon di Antartika.
Karena CFC bertindak sebagai katalis, maka mereka tidak dikonsumsi dalam reaksi yang
merubah ozon menjadi oksigen, tetapi tetap ada di stratosfer dan terus menerus merusak ozon
selama bertahun-tahun.
Menurut hasil penelitian, satu atom Cl dapat menguraikan sampai 100.000 senyawa ozon dan
bertahan sampai 40-150 tahun di atmosfer. Padahal stratosfer hanya bisa menyerap sejumlah
atom klorin, sehingga pada akhirnya meskipun penggunaan CFC ditekan, jumlah yang ada
dalam atmosfer masih cukup besar dan perlu waktu yang sangat lama untuk diserap.
1.    Reaksi Penipisan Ozon Stratosfer karena CFC
Fotodisosiasi CFC :
                        CFCl3 + UV ==> CFCl2 + Cl
            Reaksi dengan O3 :
                        O3 + Cl      ==> ClO +  O2
                        ClO + O     ==> Cl + O2
            Hasil :
                        O3 + O    ==> 2O2
2.    Reaksi Perusakan Ozon oleh Bromin
            Senyawa Bromine dipecah oleh sinar UV sehingga melepaskan Bromin, dan meng-
katalisa perusakan Ozon :
                        O3 + Br ==> BrO + O2
                        BrO + O ==> Br + O2
            Hasil :
                        O3 + O ==> 2O2
Berdasarkan laporan dari NASA bahwa lubang ozon di Antartika telah mencapai 29 juta
Km². Konsentrasi rata – rata lapisan ozon kurang dari 200 DU dikategorikan sebagai lubang
ozon (Ozone Hole).
Dari data dan pengamatan kondisi ozon di atmosfir  kondisi dari bulan Oktober 1980 sampai
dengan Oktober 1991 kondisi  lubang pada lapisan ozon makin memprihatinkan dan makin
membesar, bahkan berdasarkan laporan dari NASA bahwa lubang ozon di Antartika telah
mencapai 29 juta km², hampir sebesar benua Australia. Kondisi  terbaru memang sudah lebih
baik menurut data per – 9 September 2011 konsentrasi rata-rata lapisan ozon minimum 164
DU ( lubang ozon = 200 DU) terletak di lokasi 76 derajat selatan dan 108 derajat sebelah
barat dengan luas sekitar 18.12 million km2 dan kehilangan partikel ozon sebesar 8.14
megatron. Dari foto satelit lubang ozon di kutub utara masih terlihat terjadi penipisan.
penipisan itu berada di sekitar Rusia dan Skandinivia, selain yang juga terlihat di Australia.

E.   Dampak Penipisan Lapisan Ozon


Dampak Negatif            
Apabila lapisan ozon semakin tipis, praktis akan mengakibatkan beberapa hal sebagai berikut
:
1.    Lapisan ozon akan membentuk lubang sehingga makin banyaknya sinar UV yang
mencapai bumi, karena untuk tiap 10 persen penipisan lapisan ozon akan terjadi kenaikkan
radiasi UV sebesar 20 persen. Hal ini sangat berbahaya terhadap kelangsungan makhluk
hidup di bumi. Sinar ultraviolet dalam jumlah banyak dapat menyebabkan :
a.    Kanker kulit pada manusia. Menurut pnelitian, di Punta Arenas, Chili terjadi peningkatan
kasus kanker kulit sebesar 66% selama 1994 – 2004, di Australia 1000 kasus per 100.000
orang/thn.
b.    Penyakit katarak pada mata manusia
c.    Rusaknya sistem imunisasi tubuh
d.   Perusakan genetik atau sel-sel hidup pada manusia dan hewan
e.    Kehidupan laut, ekosistem, dan hutan pun akan terganggu bila volume sinar ultra ungu
melebihi batas normal
f.     Tanaman diperkirakan akan mengalami kelambatan pertumbuhan, bahkan akan
cenderung kerdil, sehingga menurunkan produktifitas pertanian.
g.    Radiasi penuh ini juga dapat mematikan anak-anak ikan, kepiting dan udang di lautan,
serta mengurangi jumlah plankton yang menjadi salah satu sumber makanan kebanyakan
hewan-hewan laut.
h.    Dengan banyaknya radiasi gelombang pendek UV-B maka akan memicu reaksi      
kimiawi di atmosfer bawah, yang dapat mengakibatkan penambahan jumlah     reaksi
fotokimia yang menghasilkan asap beracun, terjadinya hujan asam dan berakibat naiknya
gangguan saluran pernapasan pada manusia.
2.    Gunung-gunung es di kutub utara akan mencair yang mengakibatkan naiknya permukaan
air laut dunia. Sehingga lambat laun daratan di bumi pun akan tenggelam.
3.    Kerusakan lapisan ozon juga memiliki pengaruh langsung pada pemanasan bumi yang        
sering disebut sebagai “Global Warming”. Sebagian besar ozon stratosfer dihasilkan di    
kawasan tropis dan diangkut ke ketinggian yang tinggi dengan skala besar putaran    atmosfer
semasa musim salju hingga musim semi. Umumnya kawasan tropis memiliki ozon yang
rendah.

Dampak Positif
Beberapa dampak positif dari sinar ultraviolet  antara lain :
1.   Sebagai penghangat
2.   Pembentukan vitamin D untuk tulang
3.   Membasmi & membunuh bakteri
4.   Energi bagi tumbuhan
5.   Menghilangkan depresi
Oleh sebab itu disarankan untuk “sering” berjemur secara sehat di pagi hari selama 30 menit.
Untuk mendapatkan vitamin D dan agar tak gampang terserang osteoporosis. Itupun
disarankan hanya pada muka dan tanggan saja dan hanya dilakukan di pagi hari.
Sedangkan dalam perindustrian, ozon digunakan untuk:
1.  Mengenyahkan kuman sebelum dibotolkan (antiseptik),
2.  Menghapuskan pencemaran dalam air (besi, arsen, hidrogen sulfida, nitrit, dan
 bahan organik kompleks yang dikenal sebagai warna),
3.  Membantu proses flokulasi (proses pengabungan molekul untuk membantu
 penapis menghilangkan besi dan arsenik),
4.  Mencuci, dan memutihkan kain (dipaten),
5.  Membantu mewarnakan plastik,
6.  Menentukan ketahanan getah.

F.    Pencegahan dari Penipisan Lapisan Ozon


Dalam memelihara lapisan ozon, seluruh masyarakat di dunia harus bertindak yaitu dengan
cara :
1. Mengurangi atau tidak menggunakan lagi produk-produk rumah tangga    yang        
mengandung zat-zat yang dapat merusak lapisan pelindung bumi  dari sinar UV.
2.  Menggunakan selalu produk-produk yang berlogo ramah ozon.
3.  Menggunakan alat pemadam api yang tidak mengandung Haloncarbon.
4. Memeriksa dan merawat peralatan pendingin/pengatur suhu dan sistem pemadam api
secara berkala untuk memastikan tidak adanya kebocoran BPO (CFC, HCFC atau Halon)
5. Memastikan bahwa CFC/HCFC/Halon yang ada di dalam sistem diambil kembali
(recovery) dan didaur ulang (recycle) dalam proses perawatan dan perbaikan sistem
pendingin atau pemadam api.
6. Mengirim CFC/HCFC/Halon yang sudah tidak terpakai ke fasilitas pengolahan BPO bekas
seperti Halon Bank, Pusat Reklamasi CFC atau Pemusnahan BPO.
7. Mengganti alat-alat kebutuhan yang berpotensi menghasilkan zat-zat perusak ozon dengan
alternatif lain yang lebih ramah lingkungan misalnya pembangkit tenaga listrik dari sel surya,
angin atau arus air terjun/turbin.
8. Diperlukan upaya meningkatkan kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat dalam
program perlindungan lapisan ozon, pemahaman mengenai penanggulangan penipisan
lapisan ozon, memperkenalkan bahan, proses, produk, dan teknologi yang tidak merusak
lapisan ozon dengan cara mengadakan seminar “Save Our Earth”.
9. Tidak membakar hutan maupun menebang pohon-pohon secara liar.

Cara Pencegahan Langsung Dampak Sinar Ultraviolet 


Dibawah ini beberapa tips mencegar paparan langsung dari dampak negatif sinar Ultraviolet.
Menghindari berjemur dibawah sinar matahari yang terik  pada jam 10 – 16 sore. Waspadai
SUNBURN respon inflamasi kulit normal yang bersifat akut, lambat dan sementara setelah
terjadinya  paparan oleh sinar UV. Ditandai dgn eritema pd kulit, jika berat dapat terbentuk
vesikel, bula, terjadi edema & nyeri. Menggunakan baju yg mampu menangkal sinar UV
(Bahan pakaian terdiri dari SPF 15 – 50 (Suppl):S79-S82 yang aman bagi tubuh)).
Penggunaan Tabir Surya Topikal terbukti mampu menjadi induksi solar keratosis & KSS.
Serta gunakan kacamata, topi dan payung pada puncak sinar matahari yaitu pada pukul 10.00
s/d 16.00.

G. Penanggulangan Penipisan Lapisan Ozon


1. Penanggulangan Penipisan Lapisan Ozon oleh Badan Dunia
Isu penipisan lapisan ozon telah dijadikan isu internasional oleh Badan Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB) untuk Lingkungan Hidup, United Nations Environment Programme (UNEP)
sejak tahun 1987. Atas permintaan “United Nations Environment Programme” (UNEP),
WMO memulai Penyelidikan Ozon Global dan Proyek Pemantauan untuk mengkoordinasi
pemantauan dan penyelidikan ozon dalam jangka panjang. Semua data dari penelitian
pemantauan di seluruh dunia diantarkan ke Pusat Data Ozon Dunia di Toronto, Kanada, yang
tersedia kepada masyarakat ilmiah internasional.
Pada tahun 1977, pertemuan pakar UNEP mengambil tindakan Rencana Dunia terhadap
lapisan ozon, dengan ditandatanganinya Protokol Montreal pada tahun 1987, suatu perjanjian
untuk perlindungan terhadap lapisan ozon. Protokol ini kemudian diratifikasi oleh 36 negara
termasuk Amerika Serikat. Kemudian pada tahun 1990 diumumkan pelarangan total terhadap
penggunaan CFC sejak diusulkan oleh Komunitas Eropa (sekarang Uni Eropa) pada tahun
1989, yang juga disetujui oleh Presiden Amerika Serikat, George Bush.
            Untuk memonitor berkurangnya ozon secara global, National Aeronautics and Space
Administration (NASA) meluncurkan Satelit Peneliti Atmosfer. Satelit dengan berat 7 ton ini
mengorbit pada ketinggian 600 km (372 mil) untuk mengukur variasi ozon pada berbagai
ketinggian dan menyediakan gambaran jelas pertama tentang kimiawi atmosfer di atas.
            Perhatian negara-negara di dunia terhadap penipisan lapisan ozon sebenarnya sudah
ada sebelum lahirnya Protokol Montreal. Yaitu dengan terciptanya kebijakan dalam
perlindungan lapisan ozon pada tahun 1981 melalui keputusan UNEP Governing Council,
merupakan kelompok kerja yang beranggotakan wakil dari beberapa negara. Kelompok kerja
ini menyusun suatu konsep “Konvensi untuk Perlindungan Lapisan Ozon.”
        Sampai kemudian pada tahun 1985 dokumen ini dikenal dengan Konvensi Wina, yang
berisikan tentang perlindungan terhadap lapisan ozon. Dokumen ini diadopsi oleh negara-
negara Uni Eropa serta 21 negara lainnya di dunia. Konvensi Wina merupakan titik awal
pergerakan dalam menyelamatkan lapisan ozon. Konvensi Wina merupakan landasan hukum
pelaksanaan perlindungan lapisan ozon ditingkat internasional yang mensyaratkan seluruh
negara pihak untuk bekerjasama  melaksanakan pengamatan, penelitian dan pertukaran
informasi guna memperoleh pemahaman yang lebih baik dan mengkaji dampak kegiatan
manusia terhadap lapisan ozon serta dampak penipisan lapisan ozon terhadap kesehatan
manusia dan lingkungan.
            Tak lama setelah itu muncul Protokol Montreal pada tanggal 16 September 1987.
Protokol Montreal memuat aturan pengawasan produksi, konsumsi dan perdagangan bahan-
bahan perusak lapisan ozon. Dalam protokol tersebut tercantum jenis-jenis bahan kimia yang
masuk dalam daftar pengawasan serta jadwal penghapusan masing-masing jenis BPO.
Protokol Montreal kemudian mengalami penyempurnaan melalui penetapan Amandemen
London (1989), Amandemen Kopenhagen (1992), Amandemen Montreal (1997) serta
Amandemen Beijing (1999).
2.  Penanggulangan Penipisan Lapisan Ozon oleh Indonesia
            Pada tahun 1992, Indonesia meratifikasi Protokol Montreal dan Konvensi Wina
melalui Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 1992 tentang Pengesahan Konvensi Wina dan
Protokol Montreal. Dilakukannya hal ini sebagai bentuk upaya Indonesia dalam rangka
perlindungan lapisan ozon.
           Aksi nyata yang dilakukan seperti penghapusan CFC sebagai salah satu Bahan Perusak
Ozon (BPO) pada sektor manufaktur refrigrasi yang dilaksanakan oleh Kementerian
Lingkungan Hidup bekerjasama dengan United Nations Development Programme (UNDP).
Kegiatan proyek dilaksanakan mulai tahun 2003 sampai 2007 dengan tujuan untuk
menghapuskan penggunaan CFC pada industri yang memproduksi alat pendingin. Proyek ini
merupakan pelaksanaan Konvensi Wina dan Protokol Montreal.
           Jadwal penghapusan BPO yang berlaku bagi Indonesia adalah sebagai berikut :
Bahan Perusak Ozon
Jadwal Penghentian Impor
Halon1998
TCA1998
CTC1998
CFC2007
Methyl Bromida2015
HCFC2040
Keberhasilan mem-phase-out sebanyak 8,989 Metrik Ton CFC  pada tahun 2007, Indonesia
dinilai berhasil karena telah menghapuskan konsumsi CFC lebih cepat dua tahun dari pada
target Protokol Montreal.
Keberhasilan Indonesia  diatas  tidak sampai disitu saja, beberapa rencana Kedepan terus
digagas. Antara lain; Implementasi HPMP 2011 – 2018. Rencana Kedepan adalah
melaksanakan HCFC Phase-out Management Plan (HPMP) atau Penghapusan konsumsi
HCFC.Untuk mencapai target pemerintah Indonesia menghapus konsumsi HCFC secara
bertahap pada Freeze, pada baseline levelpada tahun 2013 dengan kriteria baseline : Rata-rata
konsumsi 2009 dan 2010. Selanjutnya; 10 % pengurangan impor tahun 2015, 35%
pengurangan impor tahun 2020, 67.5 % pengurangan impor tahun 2025, 97.5 % pengurangan
impor tahun 2030.
Upaya penghapusan HCFC ini akan diimplementasikan secara bertahap mulai dari tahun
2013 sebagai masa pembekuan konsumsi, yaitu kembali kepada angka baseline rata-rata
konsumsi tahun 2009 dengan 2010; kemudian pengurangan konsumsi HCFC sebesar 10%
dari baseline pada tahun  2015, pengurangan konsumsi sebesar 35% konsumsi pada tahun
2020, pengurangan sebesar 67.5% pada tahun 2025 dan pengurangan sebesar 97.5% pada
tahun 2030.
Langkah-langkah dalam menjalankan program HCFC Phase-out Management Plan (HPMP)
Periode Tahun 2011 -2013 dengan cara;  Sosialisasi  ke pemangku kepentingan pusat dan
daerah, Penurunan/pencegahan pertumbuhan konsumsi HCFC, Pembuatan peraturan kendali
import HCFC,   Pembuatan peraturan  penggunaan HCFC di sektor manufaktur, Pembuatan
peraturan import produk yang mengandung HCFC, Pengembangan sistem dan mekanisme
pemberian bantuan Incremental Capital Cost, Incremental perational Cost, dan Technical
Assistances; monitoring, audit dan evaluasi pemberian bantuan pada manufaktur.
Hidrokarbon – alternatif pengganti BPO   
Harapan kedepan dari upaya tersebut adalah menjadikan Hidrokarbon salah satu alternatif
pengganti BPO, yang tidak memiliki potensi merusak ozon dan rendah potensi pemanasan
globalnya. Pertamina pada saat ini sedang mengembangkan produk Hidrokarbon sebagai
pengganti CFC dan HCFC sebagai bahan pendingin di AC maupun refrigerasi.
3.    Penanggulangan Penipisan Lapisan Ozon oleh Masyarakat Dunia
            Salah satu upaya masyarakat dalam membantu upaya pemerintah untuk
menanggulangi menipisnya lapisan ozon yaitu dengan cara penanaman tumbuhan dan pohon-
pohon sekaligus melestarikannya.
            Karena dengan banyaknya pohon, maka banyak pula oksigen yang dihasilkan oleh
tumbuhan atau pohon tersebut. Dengan banyaknya kandungan oksigen di udara bebas maka
semakin banyak juga ozon yang terbentuk dan naik ke atmosfer. Sehingga membentuk
lapisan ozon yang tebal dan stabil keberadaannya.

H.  Alasan Mengapa Lubang Ozon Berada di Antartika


Jawaban dari pertanyaan ini terletak pada dua alasan. Pertama, ketika sesuatu (seperti sebuah
molekul CFC  dilepaskan ke udara, dia tidak tetap tinggal pada atmosfer di wilayah
sumbernya. Karena CFCs memiliki waktu-tinggal beberapa dekade, maka CFC tetap tinggal
cukup lama untuk melakukan perjalannya ke stratosfer. Kunci dari waktu hidup yang panjang
dari CFC adalah karena mereka tidak reaktif. Mereka tidak bereaksi dengan substansi lainnya
di troposfer, dan hanya terpisah di stratosfer ketika mereka terekspose pada radiasi ultraviolet
energi-tinggi--sebuah proses yang dapat memakan waktu beberapa tahun. oleh karena angin
di troposfer dan stratosfer memilki waktu yang cukup untuk mendistribusikan molekul CFC
bumi.
Kedua, kondisi cuaca di Antartika memungkinkan terbentuknya awan yang disebut dengan
polar stratospheric clouds (PSCs). Awan ini terbentuk hanya pada kondisi dingin. Hal ini lah
yang mnenyebabkan awan ini biasanya hanya terbentuk di Antartika (PSCs juga dapat
ditemukan di Artik, tetapi karena cuacanya tidak selalu dingin, maka awannya tidak begitu
sering ditemukan). Untuk memahami mengapa PSCs mengkontribusi penipisan ozon,
informasi tambahan mengenai kimia di stratosfer diperlukan.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, ketika CFCs memasuki stratosfer, mereka
terekspose pada sinar ultraviolet energi-tinggi dari matahari, yang menyebabkan klorin
(simbol kimianya adalah Cl) terlepas dari molekul CFC. Satu atom klorin memiliki
kemampuan untuk memfragmentasi lebih dari 1000 molekul ozon (sebagai contoh melalui
reaksi Cl + O3 => ClO +O2) sebelum atom klorin tersebut terperangkap lagi dalam molekul
yang lebih stabil (sering disebut dengan reservoir substances), seperti chlorine nitrate
(ClONO2). Fakta ini memang sangat menarik dan mungkin dapat menjelaskan mengapa
terjadi pengurangan ozon di bumi. Akan tetapi tidak bisa menjelaskan mengapa terjadi
lubang ozon.
Maka disinilah PSCs berperan. Pada permukaan awan yang dingin ini, reservoir substances
sekali lagi bertransformasi menjadi bentuk klorin yang lebih aktif. Sebagi contoh, ClONO2
bereaksi dengan hydrochloride acid (HCl) untuk membentuk chlorine gas (Cl2) and HNO3.
Selama periode gelap total di kutub sejumlah besar Cl2 dapat terakumulasi, tetapi hanya
sedikit penurunan ozon yang teramati.

Destruksi besar-besaran dari ozon yang pada akhirnya membentuk lubang ozon terjadi hanya
ketika sinar matahari pertama menyinari atmosfer Antartika setelah periode malam di kutub,
memecah Cl2 menjadi dua atom klorin (Cl2 => 2 Cl). Sekarang destruksi ozon dapat dimulai
lagi melalui reaksi Cl + O3 => ClO +O2. Karena terdapat banyak sekali klorin dalam bentuk
aktif pada akhir malam di kutub (September di Antartika) lubang ozon dapat meluas ke
ukuran yang lebih besar dari pada wilayah Amerika Serikat. Pada kutub selatan, level ozon
dibawah 100 Dobson unit sekarang telah secara frekuentif diobservasi pada akhir September
dan awal Oktober.
Temperatur paling dingin di Kutub Selatan terjadi pada bulan Agustus dan September. awan
tipis terbentuk pada kondisi dingin ini, dan reaksi kimia pada partikel awan membantu gas
klorin dan bromin secara cepat menghancurkan ozon. Pada awal Oktober, temperatur
biasanya mulai menghangat dan kemudian lapisan ozon mulai terbentuk kembali.
I.   Contoh Kasus
1.  Dilema Lubang Ozon dan Kerusakan Ozon di Inggris Akibat Kondisi Cuaca Arktik
- Ketika Es Antartika Terancam oleh Pulihnya Lubang Ozon
Kalau lubang ozon sudah terpulihkan, apakah kemudian pemanasan global bisa teratasi?
Ternyata studi terkini menunjukkan pulihnya lubang ozon di atas Antartika malah
menyebabkan lebih banyak es mencair pada dekade mendatang. Ketika lubang ozon pulih,
pola angin yang melindungi interior wilayah kutub dari udara yang hangat menjadi terbuka,
mengakibatkan Antartika menghangat, demikian juga kondisi yang lebih hangat dan kering di
Australia.
Kendati suhu global meningkat, interior Antartika mempunyai situasi yang unik karena
cenderung mendingin pada musim panas dan gugur selama beberapa dasawarasa belakangan.
Ilmuwan mengaitkan pendinginan tersebut dengan adanya lubang pada lapisan ozon yang
mempengaruhi pola sirkulasi atmsofer dan memperkuat angin yang mengarah ke barat dan
berputar-putar di dalam benua Antartika. Angin tersebut mengisolasi interior Antartika dari
pola pemanasan, sebagaimana yang teramati pada semenanjuang Antartika serta bagian lain
dunia.
Upaya untuk mencegah terjadinya lubang pada ozon telah dilakukan semenjak lama. Protokol
Montreal tahun 1987 telah berhasil mengupayakan pelarangan bahan-bahan perusak ozon,
sehingga kerusakan yang lebih parah bisa terhindarkan. Tetapi permasalahan tidak
sesederhana itu. Studi telah dilakukan pada dinamika antara ozon strastosfer dan kondisi
atmosfer dari tahun 1950 sampai akhir abad ke dua puluh; hasilnya menunjukkan bahwa
ketika tingkat ozon terpulihkan, lapisan bawah stratosfer di atas Antartika - 10-20 km di atas
permukaan Bumi - akan menyerap radiasi ungu-ultra, dan menaikkan temperatur sampai 9
derajat C, mengurangi gradien temperatur utara-selatan yang kuat. Kalau sudah begitu,
temperatur menjadi lebih ’suam-suam kuku’ di Antartika, bersamaan dengan itu, angin yang
mengarah ke barat menjadi lebih lemah dan menghasilkan temperatur yang lebih hangat dan
kering di Australia dan meningkatnya presipitasi di Amerika Selatan.
Model iklim, sebagaimana yang dipergunakan oleh IPCC (Intergovernmental Panel on
Climate Change’s) tidak memperhitungkan detil mengenai kimiawi ozon. Banyak model
tidak menyertakan situasi pada 30 km di atas permukaan Bumi, sementara untuk menjelaskan
stratosfer itu paling tidak membutuhkan ketinggian sampai 60 km. Tentu saja ini menjadi
tantangan bagi ilmuwan yang bekerja pada analisis iklim untuk memperhitungkan perubahan
ozon dari pengurangan sampai penyembuhannya selama abad dua puluh dan dua puluh satu.
Jika didapatkan umpan-balik bahwa ternyata pencairan es berdasarkan model yang ada masih
kurang tepat, maka tingkat aman karbon-dioksida yang ditetapkan selama ini juga salah.
Produktivitas biologi di lautan ditentukan oleh pola sirkulasi lautan dan atmosfer, sehingga
studi mendatang harus bisa menggandeng sekaligus dinamika lautan pada kimiawi ozon dan
iklim.

Kerusakan Ozon di Inggris Akibat Kondisi Cuaca Arktik


Para ilmuwan mengatakan lapisan ozon di atas atmosfer daerah Inggris berada di tingkat
rendah. Pengamatan ozon yang berpusat di Jerman memperlihatkan lapisan ozon, berfungsi
melindungi bumi dari radiasi matahari yang berbahaya, ketebalannya makin menipis, yakni
dari 4 mm - 5mm turun menjadi 2,5 mm.
Menurunnya ketebalan lapisan ozon di Inggris, menurut kepala program pengamatan ozon
Eropa di Postdam, disebabkan adanya kombinasi dari salju Arktik dan udara bertekanan
tinggi di sekitar Atlantik Utara. Keadaan tersebut dapat bertambah buruk, tergantung dari apa
yang terjadi pada bulan selanjutnya dan juga bahwasanya penipisan ozon yang terjadi di
Inggris baru-baru ini memang hal yang signifikan.
Tingkatan ozon menipis di sekeliling Arktik dan Antarktika akibat pantulan sinar matahari
mendorong bahan-bahan kimia perusak ke atmosfer. Temperatur rendah mempercepat
kerusakan ini, dan yang paling menjadi perhatian saat ini adalah Antartika, dimana sebuah
lubang di lapisan ozon telah terbuka sejak tahun 80-an.
Melihat kondisi suhu dingin yang tidak biasa di Arktik saat musim dingin (yang dihubungkan
dengan pemanasan global) para ilmuwan Eropa memberi peringatan mengenai kerusakan
ozon di utara pada bulan Januari.
Komisi Eropa mengatakan bahwa sehubungan dengan terjadinya pendinginan di lapisan
stratosfer Arktik, peningkatan kerusakan ozon dapat terjadi dalam beberapa dekade. Sebuah
lubang di lapisan ozon dapat mengakibatkan meningkatnya intensitas radiasi UV yang
mempengaruhi daerah kutub dan skandinavia, dan mungkin turun ke Eropa Tengah. Hal ini
dapat mempengaruh kesehatan manusia dan juga keanekaragaman hayati lainnya.
Kerusakan lapisan ozon yang diakibatkan oleh penggunaan zat-zat kimia yang mengandung
CFCs (chloroflurocarbons) seperti yang terdapat di dalam pendingin ruangan dan aerosols
sprays ini diakibatkan oleh banyaknya Chlorine yang dihasilkan dari suatu fenomena yang
dikenal dengan polar vortex.
Polar vortex merupakan kejadian dimana CFCs digerakkan oleh sirkulasi angin global
menuju utara dan selatan bumi, sehingga ‘kumpulan CFCs’ tersebut ‘terjebak’ di kutub.
Awan yang terbentuk dalam musim dingin ini adalah yang terbesar terlihat di Arktik dalam
20 tahun terakhir. Polar vortex merupakan tempat kejadian dan situasi menjadi lebih buruk.
Kerusakan ozon yang terjadi bisa lebih banyak lagi jika vortex tetap stabil.
Kutub Arktik berputar, tidak seperti Antarktika yang tetap posisinya tiap tahun. Hal ini
mencegah penipisan ozon yang terpusat pada suatu tempat, seperti yang terjadi di hemisphere
selatan setiap musim semi, namun hal ini membuat pancaran UV ke permukaan bumi tidak
dapat diprediksi.
Kebanyakan pengrusakan ozon terjadi karena pembentukan formasi ozon baru di daerah
tropis, yang ‘diangkut’ ke Arktik. Kerusakan zat kimia ozon semestinya diimbangi dengan
perpindahan ozon.
Kerusakan lapisan ozon karena adanya pergerakan alami polar vortex Arktik yang menyebar
sampai sekitar Skandinavia dan daerah Inggris bagian utara lainnya. Musim dingin 2004-
2005 di Arktik merupakan musim dingin yang paling buruk yang pernah tercatat, dengan
temperatur mencapai -78ºC pada lapisan stratosfer. Sampai sejauh ini, hal tersebut merupakan
bukti yang paling dipercaya bahwa perubahan iklim global dapat mempengaruhi kenaikan
suhu yang ekstrim daripada hanya sekedar pemanasan secara umum di lapisan atmosfer yang
lebih rendah.
2. Katarak dan Kanker Kulit pun Meningkat
SUARA MERDEKA-Kerusakan ozon telah merupakan perhatian dan kekhawatiran dunia.
Padahal lapisan ozon di atmosfer melindungi kehidupan di bumi, karena lapisan ini akan
melindungi dari radiasi sinar ultraviolet.  Berbagai penyakit dan gangguan kesehatan dapat
timbul akibat peristiwa ini.
Menipisnya lapisan ozon dalam atmosfer bagian atas diperkirakan menjadi penyebab
meningkatnya penyakit kanker kulit dan katarak pada manusia, Radiasi ultraviolet (UV) dari
matahari berperan dalam peningkatan beberapa penyakit noninfeksi. 
Kebanyakan  radiasi yang sampai ke bumi merupakan sinar UV-A  yang memiliki panjang
gelombang 315 - 400 nanometers. 
Sedangkan sinar UV-C (180-280 nm) akan dihalangi sepenuhnya oleh atmosfer dan UV-B
(290-315 nm) yang dapat menyebabkan katarak, kanker kulit dan bersifat immunosupresi
akan diserap ozon pada lapisan stratosfer. Namun seiring dengan menipisnya ozon akibat
penumpukan  gas CFC, sinar UV-B ini tidak terblok dan dapat menimbulkan berbagai
penyakit noninfeksi tersebut.
Kerusakan Mata
Pada mata, energi radiasi UV-B sebagian besar diserap kornea dan dapat mencapai lensa.
Sedangkan UV-A dapat diserap kuat oleh lensa dan sebagian kecil dapat mencapai retina.
Katarak merupakan penyebab kebutaan dari setengah jumlah kasus kebutaan akibat radiasi
ultraviolet. Risiko ini meningkat sebanding dengan dosis pajanan radiasi. Asam amino dan
sistem transport membran pada lensa umumnya mudah mengalami proses fotooksidasi  oleh
oksigen radikal dari UV-B.
Gangguan mata lain yang dapat terjadi akibat radiasi adalah keratokonjungtivitis, pterigium,
eritema dan gangguan pada kornea dan kelopak mata. Keratokonjunctivitis (welderís flash
atau snow blindness) yaitu reaksi radang akut kornea dan konjungtiva mata akibat reaksi
fotokimia pada kornea (fotokeratitis) dan konjungtiva (fotokonjungtivitis) yang dapat timbul
beberapa jam setelah pajanan 200 - 400 nm dan berlangsung umumnya hanya 24 - 48 jam.
Gejala yang mungkin timbul berupa memerahnya bola mata disertai rasa sakit yang parah dan
pada beberapa kasus terjadi blepharospasme.
Eritema kornea mata muncul  muncul beberapa jam pasca pajanan akut 20 - 400 nm, biasanya
berlangsung selama 8 - 72 jam bergantung tingkat pajanan dan daerah spektrum. Pajanan
kronik dapat pula menimbulkan pterygium atau tumpukan  lemak di atas kornea.
Kanker Kulit
Penyerapan UV-B/C  pada kulit dibatasi oleh lapisan basal epidermis, sedangkan  UV-A
dapat menembus stratum korneum dan lapisan atas stratum Malphigi. UV-C memberikan
efek tidak langsung terhadap timbulnya eritem dan mengubah fungsi imunitas sel langhans.
UV-B memberikan efek terparah, dari eritema, kaker kulit sampai dengan induksi luka bakar.
UV-A dapat menimbulkan kanker kulit dan pigmentasi kulit. 
Peningkatan suhu dalam jangka waktu lama sebesar 2 derajat C  sebagai akibat  perubahan
iklim, akan meningkatkan efektivitas  UV sebesar 10%.
Kanker kulit yang berkaitan dengan radiasi sinar matahari, dapat berupa kanker
nonmelanomatous(basal sell karsinoma, squamous sell karsinoma) dan melanoma superficial.
Melanoma merupakan bentuk kanker kulit yang paling serius. 
Sedangkan basal cell carcinoma merupakan jenis kanker kulit yang paling sering ditemukan,
biasanya berbentuk benjolan, kecil, atau nodul. Sedangkan squamous sell karsinoma
berbentuk nodul merah bersisik. Tidak seperti kanker kulit lainnya, melanoma tidak
berhubungan dengan pemaparan kumulatif total terhadap radiasi ultraviolet, melainkan
berkaitan dengan pemaparan intermiten yang kuat.  
             
engertian
Efek rumah kaca merupakan proses pemanasan permukaan suatu benda langit
(terutama planet atau satelit) yang disebabkan oleh komposisi dan keadaan atmosfernya.
Efek rumah kaca sangat berguna bagi kehidupan di bumi karena gas-gas dalam
atmosfer dapat  menyerap gelombang panas dari sinar matahari menjadikan suhu di bumi
tidak terlalu rendah untuk dihuni makhluk hidup. Seandainya tidak ada gas rumah kaca jadi
tidak ada efek rumah kaca, suhu di bumi rata-rata hanya akan -180 C, suhu yang terlalu
rendah bagi sebagian besar makhluk hidup, termasuk manusia. Tetapi dengan adanya efek
rumah kaca suhu rata-rata di bumi menjadi 330C lebih tinggi , yaitu 150C, suhu ini sesuai bagi
kelangsungan kehidupan makhluk hidup
   B.     Penyebab Terjadinya Efek Rumah Kaca
Berikut ini ada 10 penyebab dan dampak yang timbul akibat pemanasan global.
1)        Penyebab global warming: Emisi karbon dioksida dari pembakaran bahan bakar fosil
pembangkit listrik. Penggunaan listrik yang semakin meningkat yang dipasok dari
pembangkit listrik berbahan bakar batubara batubara yang melepaskan sejumlah besar karbon
dioksida ke atmosfer. 40% emisi CO2 dihasilkan oleh produksi listrik AS, dan 93 persen
diantaranya berasal dari emisi pembakaran batubara pada industri utilitas. Setiap hari,  pasar
semakin banyak dibanjiri gadget penggunaannya membutuhkan daya listrik, padahal tidak
didukung oleh energi alternatif. Dengan demikian kita akan semakintergantung pada
pembakaran batu bara untuk memasok kebutuhan listrik di seluruh dunia.
2)        Penyebab Global Warming: Emisi karbon dioksida dari pembakaran bensin pada kendaraan.
Kendaraan yang kita pakai adalah sumber penghasil emisi sekitar 33%  yang berdampak
terhadap pemanasan global. Dengan pertambahan jumlah penduduk yang tumbuh pada
tingkat yang mengkhawatirkan, tentu saja akan meningkatkan permintaan akan kendaraan
yang lebih banyak lagi, yang berarti penggunaan bahan bakar fosil untuk transportasi dan
pabrik yang semakin besar. Konsumsi terhadap bahan bakar fosil jauh melampaui penemuan
terhadap cara untuk mengurangi dampak emisi. Sudah saatnya kita meninggalkan budaya
konsumtif.
3)        Penyebab Global Warming: Emisi metana dari peternakan dan dasar laut Kutub Utara.
Metana merupakan gas rumah kaca yang sangat kuat setelah CO2. Bila bahan organik diurai
oleh bakteri pada kondisi kekurangan oksigen (dekomposisi anaerobik) maka metana akan
dihasilkan. Proses ini juga terjadi pada usus hewan herbivora, dan dengan meningkatnya
jumlah produksi ternak terkonsentrasi, tingkat metana yang dilepaskan ke atmosfer akan
meningkat. Sumber metana lainnya adalah metana klatrat, suatu senyawa yang mengandung
sejumlah besar metana yang terperangkap dalam struktur bongkahan es. Apabila metana
keluar dari dasar laut Kutub Utara, maka tingkat pemanasan global akan meningkat secara
signifikan.
4)        Penyebab Global Warming: Deforestasi, terutama hutan tropis untuk kayu, pulp, dan lahan
pertanian. Penggunaan hutan untuk bahan bakar (baik kayu dan arang) merupakan salah satu
penyebab deforestasi. Di seluruh dunia pemakaian produk kayu dan kertas semakin
meningkat, kebutuhan akan lahan ternak semakin meningkat untuk pemasok daging dan susu,
dan penggunaan lahan hutan tropis untuk komoditas seperti perkebunan kelapa sawit menjadi
penyebab utama terhadap deforestasi dunia. Penebangan hutan akan mengakibatkan
pelepasan karbon dalam jumlah besar ke atmosfir.
5)        Penyebab Global Warming: Peningkatan penggunaan pupuk kimia pada lahan pertanian.
Pada pertengahan abad ke-20, penggunaan pupuk kimia (yang sebelumnya penggunaan
pupuk kandang) telah meningkat secara dramatis. Tingginya tingkat penggunaan pupuk yang
kaya nitrogen memiliki efek pada penyimpanan panas dari lahan pertanian (oksida nitrogen
memiliki kapasitas 300 kali lebih panas- per unit volume dari karbon dioksida) dan kelebihan
limpasan pupuk menciptakan 'zona-mati 'di laut. Selain efek ini, tingkat nitrat yang tinggi
dalam air tanah karena pemupukan yang berlebihan berdampak terhadap kesehatan manusia
yang cukup memprihatinkan.
6)        Dampak Global Warming: Kenaikan permukaan air laut di seluruh dunia. Para ilmuwan
memprediksi kenaikan permukaan air laut di seluruh dunia karena mencairnya dua lapisan es
raksasa di Antartika dan Greenland, terutama di pantai timur AS. Namun, banyak negara di
seluruh dunia akan mengalami dampak naiknya permukaan air laut, yang bisa memaksa
jutaan orang untuk mencari pemukiman baru. Maladewa adalah salah satu negara yang perlu
mencari rumah baru akibat naiknya permukaan laut
7)        Dampak Global Warming : Korban akibat topan badai yang semakin meningkat. Tingkat
keparahan badai seperti angin topan dan badai semakin meningkat, dan penelitian yang
dipublikasikan dalam Nature mengatakan:
"Para ilmuwan menunjukkan bukti yang kuat bahwa pemanasan global secara signifikan akan
meningkatkan intensitas badai yang paling ekstrim di seluruh dunia. Kecepatan angin
maksimum dari siklon tropis terkuat meningkat secara signifikan sejak tahun 1981.Hal
tersebut diperkirakan didorong oleh suhu air laut yang semakin meningkat, tidak mungkin
mengalami penurunan dalam waktu dekat. "
8)        Dampak Global Warming: Gagal panen besar-besaran. Menurut penelitian terbaru, sekitar 3
miliar orang di seluruh dunia harus memilih untuk pindah ke wilayah  beriklim sedang karena
kemungkinan adanya ancaman kelaparan akibat perubahan iklim dalam 100 tahun.
"Perubahan iklim ini diramalkan memiliki dampak yang paling parah pada pasokan air.
"Kekurangan air di masa depan kemungkinan akan mengancam produksi pangan,
mengurangi sanitasi, menghambat pembangunan ekonomi dan kerusakan ekosistem. Hal ini
menyebabkan perubahan suasana lebih ekstrim antara banjir dan kekeringan." Menurut
Guardian,…pemanasan global menyebabkan 300.000 kematian per tahun.
9)        Dampak global warming: Kepunahan sejumlah besar spesies. Menurut penelitian yang
dipublikasikan dalam Nature, peningkatan suhu dapat menyebabkan kepunahan lebih dari
satu juta spesies. Dan karena kita tidak bisa hidup sendirian tanpa ragam populasi spesies di
Bumi, ini akan membawa dampak buruk bagi manusia. "Perubahan iklim sekarang ini
setidaknya sama besarnya dengan ancaman terhadap jumlah spesies yang masih hidup di
Bumi akibat  penghancuran dan perubahan habitat." Demikian pendapat Chris Thomas,
konservasi biologi dari University of Leeds.
10)    Dampak global warming:  Hilangnya terumbu karang. Sebuah laporan tentang terumbu
karang dari WWF mengatakan bahwa dalam skenario terburuk, populasi karang akan runtuh
pada tahun 2100 karena suhu dan keasaman laut meningkat. 'Pemutihan' karang akibat
kenaikan suhu laut yang terus-menerus sangat berbahaya bagi ekosistem laut, dan banyak
spesies lainnya di lautan bergantung pada terumbu karang untuk kelangsungan hidup mereka.
"Meskipun luasnya lautan 71 persen dari permukaan bumi dengan kedalaman rata-rata
hampir 4 km  - ada indikasi bahwa hal  ini mendekati titik kritis. Bagi terumbu karang,
pemanasan dan pengasaman air mengancam hilangnya ekosistem global. Jadi diperlukan
upaya yang besar untuk menyelamatkan terumbu karang dari kepunahan.
   C.    Akibat yang Ditimbulkan dari Efek Rumah Kaca
Sejak kira-kira tigapuluh tahun yang lalu, para ilmuwan sudah memberi peringatan pada
dunia berkenaan dengan akibat buruk yang ditimbulkan oleh Global Warming atau
Pemanasan Global, yang merupakan ancaman paling serius bagi umat manusia setelah perang
dingin.
a.       Akibat perubahan iklim yang disebabkan oleh Pemanasan Global, glacier di enam benua
mulai mencair, lautan es di Kutub Utara dan Kutub Selatan, demikian juga lapisan es di
Greenland, juga gletser di puncak-puncak gunung mulai mencair, ini mengakibatkan naiknya
permukaan laut, badai yang menghancurkan muncul silih berganti, banjir dan longsor
semakin sering terjadi, kekeringan yang melanda pertanian bermunculan di mana-mana,
menyebabkan persediaan makanan dan air minum di dunia semakin menipis.
b.      Penyakit tropis menyebar, malaria, demam dengue, demam kuning menyebar ke daerah yang
sebelumnya tidak pernah dijangkiti, dan bukan hanya itu, penyakit ini diketahui menjadi
semakin ganas. Belum lagi meningkatnya jumlah manusia yang terserang penyakit seperti
kanker kulit, kolera dan sebagainya yang belakangan ini semakin mewabah, dan mencakup
daerah yang semakin luas.
c.       Pemanasan laut menyebabkan rusaknya karang dan matinya kehidupan di situ. Diperkirakan
dalam waktu 50 tahun ke depan, seluruh karang laut di dunia ini akan musnah akibat
pemanasan laut dan polusi akibat kegiatan manusia.
d.      Kerugian lain yang segera akan terjadi adalah semakin berkurangnya keaneka-ragaman
hayati dan punahnya beberapa spesies satwa karena perubahan musim, siklus kehidupan,
waktu migrasi, berkurangnya daerah jelajah serta berkurangnya persediaan makanan mereka.
Hilangnya berbagai jenis flora dan fauna khususnya di Indonesia yang memiliki aneka ragam
jenis seperti pemutihan karang seluas 30 persen atau sebanyak 90-95 persen karang mati di
Kepulauan Seribu akibat naiknya suhu air laut.
   D.    Solusi yang dapat Dilakukan Terhadap Efek Rumah Kaca
1.      Matikan listrik.
2.   Ganti bohlam lampu (ke jenis CFL, sesuai daya listrik. Meski harganya agak mahal, lampu ini
lebih hemat listrik dan awet).
3.      Bersihkan lampu (debu bisa mengurangi tingkat penerangan hingga 5%).
            4. Jika terpaksa memakai AC (tutup pintu dan jendela selama AC menyala. Atur suhu
sejuk secukupnya, sekitar 21-24o C).
5.      Alihkan panas limbah mesin AC untuk mengoperasikan water-heater.
6.      Tanam pohon di lingkungan sekitar Anda.
7.      Jemur pakaian di luar. Angin dan panas matahari lebih baik ketimbang memakai mesin
(dryer) yang banyak mengeluarkan emisi karbon.
8.      Gunakan kendaraan umum (untuk mengurangi polusi udara).
9.      Hemat penggunaan kertas (bahan bakunya berasal dari kayu).
10.  Say no to plastic. Hampir semua sampah plastic menghasilkan gas berbahaya ketika dibakar.
Atau Anda juga dapat membantu mengumpulkannya untuk didaur ulang kembali.
11.  Bawa tas yang bisa dipakai ulang.
12.  Kurangi konsumsi daging—bervegetarian adalah yang terbaik.
Berdasarkan penelitian, untuk menghasilkan 1 kg daging, sumber daya yang dihabiskan
setara dengan 15 kg gandum. Bayangkan bagaimana kita bisa menyelamatkan bumi dari
kekurangan pangan jika kita bervegetarian.
13.  Hindari fast food. Fast food merupakan penghasil sampah terbesar di dunia.
14.  Jangan membeli bunga potong.
Jika daerah Anda bukan penghasil bunga hias, maka bisa dipastikan bunga itu dikirim dari
tempat lain. Hal ini akan menghasilkan “jejak karbon” yang besar.

Efek rumah kaca adalah suatu proses dimana radiasi termal dari


permukaan atmosfer yang diserap oleh gas rumah kaca, dan
dipancarkan kembali ke segala arah.  Mekanisme ini pada dasarnya
berbeda dari yang rumah kaca sebenarnya, yang bekerja dengan
mengisolasi udara hangat dalam struktur tersebut sehingga panas yang
tidak hilang oleh konveksi. Efek rumah kaca ditemukan oleh Joseph
Fourier pada tahun 1824, dan pertama kali dilaporkan kuantitatif
oleh Svante Arrhenius pada tahun 1896, merupakan proses
pemanasan permukaan suatu benda langit (terutama planet atau
satelit) yang disebabkan oleh komposisi dan keadaan atmosfernya.
(Wikipedia, 2011). 

Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal


dari Matahari. Sebagian besar energi tersebut berbentuk radiasi
gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini tiba
permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang
menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian
panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini
berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar.
Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat
menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbon
dioksida, sulfur dioksida dan metana yang menjadi perangkap
gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan
kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya
panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi.
Energi yang diserap dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi
inframerah oleh awan dan permukaan bumi. Namun sebagian besar
inframerah yang dipancarkan bumi tertahan oleh awan dan gas
CO2 dan gas lainnya, untuk dikembalikan ke permukaan bumi. Dalam
keadaan normal, efek rumah kaca diperlukan, dengan adanya efek
rumah kaca perbedaan suhu antara siang dan malam di bumi tidak
terlalu jauh berbeda.
Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk
hidup yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi
sangat dingin. Dengan suhu rata-rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi
sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F) dari suhunya semula, jika
tidak ada efek rumah kaca suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan
menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila
gas-gas tersebut telah berlebihan di atmosfer, akan mengakibatkan
pemanasan global.

2.2           Penyebab Efek Rumah Kaca


Pola iklim global bumi sebagian besar dipengaruhi oleh energi
matahari yang masuk dan pergerakan planet di ruang angkasa. Sekitar
separuh energi matahari mencapai lapisan teratas atmosfer diserap
sebelum mencapai bumi. Cahaya dengan panjang gelombang tertentu
(yang meliputi gelombang ultraviolet) lebih mudah diserap oleh
molekul oksigen dan ozon dibandingkan dengan panjang gelombang
lainnya. Banyak energy yang menumbuk bumi dengan sendirinya
diserap oleh molekul tanah, air, dan organisme. Kemudian sebagian di
antaranya dipantulkan kembali ke atmosfer. Pengaruh pemanasan
matahari pada atmosfer, tanah, dan air membentuk variasi suhu, siklus
pergerakan udara, dan penguapan air yang bertanggung jawab atas
variasi iklim yang sangat damatis pada daerah-daerah dengan lintang
yang berbeda (Campbell, 2006).
Efek rumah kaca yang berlebih disebabkan karena naiknya
konsentrasi gas karbon dioksida (CO2) dan gas-gas lainnya di
atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO2 ini disebabkan oleh kenaikan
pembakaran bahan bakar minyak, batu bara dan bahan bakar organik
lainnya yang melampaui kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan laut
untuk menyerapnya. Gas-gas tersebut disebut dengan gas rumah kaca.
Gas rumah kaca  adalah gas-gas yang ada di atmosfer yang
menyebabkan efek rumah kaca. Gas-gas tersebut sebenarnya muncul
secara alami di lingkungan, tetapi dapat juga timbul akibat
aktivitas manusia. Gas rumah kaca yang paling banyak adalah uap
air yang mencapai atmosfer akibat penguapan air dari laut, danau dan
sungai. Karbondioksida adalah gas terbanyak kedua. Ia timbul dari
berbagai proses alami seperti: letusan vulkanik; pernapasan hewan
dan manusia (yang menghirup oksigen dan menghembuskan
karbondioksida); dan pembakaran material organik (seperti 
tumbuhan). Karbondioksida dapat berkurang karena terserap oleh
lautan dan diserap tanaman untuk digunakan dalam
proses fotosintesis. Fotosintesis memecah karbondioksida dan
melepaskan oksigen ke atmosfer serta mengambil atom karbonnya.
Selain gas CO2, yang dapat menimbulkan efek rumah kaca
adalah belerang dioksida, nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen
dioksida (NO2) serta beberapa senyawa organik seperti gas metana
dan klorofluorokarbon (CFC). Gas-gas tersebut memegang peranan
penting dalam meningkatkan efek rumah kaca (Wikipedia, 2011).
Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana gas dalam rumah kaca.
Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer,
semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya. Berikut akan
dipaparkan mengenai gas-gas yang berperan dalam efek rumah kaca
dengan persentase kontribusi mereka terhadap efek rumah kaca;
1.    Uap Air (36-70%)
Uap air adalah gas rumah kaca yang timbul secara alami dan
bertanggungjawab terhadap sebagian besar dari efek rumah kaca.
Konsentrasi uap air berfluktuasi secara regional, dan aktivitas
manusia tidak secara langsung memengaruhi konsentrasi uap air
kecuali pada skala lokal.
Dalam model iklim, meningkatnya temperatur atmosfer yang
disebabkan efek rumah kaca akibat gas-gas antropogenik akan
menyebabkan meningkatnya kandungan uap air di troposfer,
dengan kelembapan relatif yang agak konstan. Meningkatnya
konsentrasi uap air mengakibatkan meningkatnya efek rumah kaca;
yang mengakibatkan meningkatnya temperatur; dan kembali semakin
meningkatkan jumlah uap air di atmosfer. Keadaan ini terus
berkelanjutan sampai mencapai titik ekuilibrium (kesetimbangan).
Oleh karena itu, uap air berperan sebagai umpan balik positif terhadap
aksi yang dilakukan manusia yang melepaskan gas-gas rumah kaca
seperti CO2. Perubahan dalam jumlah uap air di udara juga berakibat
secara tidak langsung melalui terbentuknya awan.
2.    Karbondioksida (9-26%)
Manusia telah meningkatkan jumlah karbondioksida yang
dilepas ke atmosfer ketika mereka membakar bahan bakar fosil,
limbah padat, dan kayu untuk menghangatkan bangunan,
menggerakkan kendaraan dan menghasilkan listrik. Pada saat yang
sama, jumlah pepohonan yang mampu menyerap karbondioksida
semakin berkurang akibat perambahan hutan untuk diambil kayunya
maupun untuk perluasan lahan pertanian.
Walaupun lautan dan proses alam lainnya mampu mengurangi
karbondioksida di atmosfer, aktivitas manusia yang melepaskan
karbondioksida ke udara jauh lebih cepat dari kemampuan alam untuk
menguranginya. Pada tahun 1750, terdapat 281 molekul
karbondioksida pada satu juta molekul udara (281 ppm). Pada Januari
2007, konsentrasi karbondioksida telah mencapai 383 ppm, pada
gambar 3 (peningkatan 36 persen). Jika prediksi saat ini benar, pada
tahun 2100, karbondioksida akan mencapai konsentrasi 540 hingga
970 ppm. Estimasi yang lebih tinggi malah memperkirakan bahwa
konsentrasinya akan meningkat tiga kali lipat bila dibandingkan masa
sebelum revolusi industri.

 
3.    Metana (4-9%)
Metana yang merupakan komponen utama gas alam juga
termasuk gas rumah kaca. Ia merupakan insulator yang efektif,
mampu menangkap panas 20 kali lebih banyak bila dibandingkan
karbondioksida. Metana dilepaskan selama produksi dan
transportasi batu bara, gas alam, dan minyak bumi. Metana juga
dihasilkan dari pembusukan limbah organik di tempat pembuangan
sampah (landfill), bahkan dapat keluarkan oleh hewan-hewan tertentu,
terutama sapi, sebagai produk samping dari pencernaan. Sejak
permulaan revolusi industri pada pertengahan 1700-an, jumlah
metana di atmosfer telah meningkat satu setengah kali lipat.

4.    Nitrogen Oksida


Nitrogen oksida adalah gas insulator panas yang sangat kuat. Ia
dihasilkan terutama dari pembakaran bahan bakar fosil dan oleh lahan
pertanian. Nitrogen oksida dapat menangkap panas 300 kali lebih
besar dari karbondioksida. Konsentrasi gas ini telah meningkat 16
persen bila dibandingkan masa pre-industri.

5.    Gas lainnya


Gas rumah kaca lainnya dihasilkan dari berbagai proses
manufaktur. Campuran berflourinasi dihasilkan dari
peleburan alumunium. Hidrofluorokarbon (HCFC-22) terbentuk
selama manufaktur berbagai produk, termasuk busa untuk insulasi,
perabotan (furniture), dan tempat duduk di kendaraan. Lemari
pendingin di beberapa negara berkembang masih menggunakan
klorofluorokarbon (CFC) sebagai media pendingin yang selain
mampu menahan panas atmosfer juga mengurangi
lapisan ozon (lapisan yang melindungi Bumi dari radiasi  ultraviolet).
Komsumsi CFC tertinggi terdapat pada Negara-negara maju. Amerika
Serikat mengkomsumsi hampir sepertiga komsumsi CFC dunia.

Para ilmuan telah lama mengkhawatirkan tentang gas-gas yang


dihasilkan dari proses manufaktur akan dapat menyebabkan
kerusakan lingkungan. Pada tahun 2000, para ilmuan mengidentifikasi
bahan baru yang meningkat secara substansial di atmosfer. Bahan
tersebut adalah trifluorometil sulfur pentafluorida. Konsentrasi gas ini
di atmosfer meningkat dengan sangat cepat, yang walaupun masih
tergolong langka di atmosfer tetapi gas ini mampu menangkap panas
jauh lebih besar dari gas-gas rumah kaca yang telah dikenal
sebelumnya.
Negara-negara maju adalah penghasil emisi gas rumah kaca
terbesar di dunia. Menurut data dari PBB, urutan beberapa negara
penghasil emisi karbondioksida per kepala per tahun sebagai berikut:
- Amerika Serikat 20 ton                  - China 3 ton
- Kanada dan Australia 18 ton         - India 1 ton
- Jepang dan Jerman 10 ton
Gas rumah kaca berasal dari berbagai sumber. Dari gambar 5,
terlihat banyaknya sumbangan gas rumah kaca dari berbagai sector.
Sumbangan terbesar berasal dari sumber energy (Soemarwoto, 1992).

2.3           Akibat dari Efek Rumah Kaca


Menurut perhitungan simulasi, efek rumah kaca telah
meningkatkan suhu rata-rata bumi 1-5 °C. Bila kecenderungan
peningkatan gas rumah kaca tetap seperti sekarang akan menyebabkan
peningkatan pemanasan global antara 1,5-4,5 °C sekitar tahun 2030.
Dengan meningkatnya konsentrasi gas CO2 di atmosfer, maka akan
semakin banyak gelombang panas yang dipantulkan dari permukaan
bumi diserap atmosfer. Hal ini akan mengakibatkan suhu permukaan
bumi menjadi meningkat (Wikipedia, 2011).
Efek rumah kaca yang berlebih mengakibatkan meningkatkannya
suhu permukaan bumi. Sehingga terjadi perubahan iklim  yang sangat
ekstrim di bumi. Hal ini dapat mengakibatkan
terganggunya hutan dan ekosistem lainnya, sehingga mengurangi
kemampuannya untuk menyerap karbon dioksida di atmosfer.
Pemanasan global mengakibatkan mencairnya gunung-gunung es di
daerah kutub yang dapat menimbulkan naiknya permukaan air laut.
Efek rumah kaca juga akan mengakibatkan meningkatnya suhu air
laut sehingga air laut mengembang dan terjadi kenaikan permukaan
laut yang mengakibatkan negara kepulauan akan mendapatkan
pengaruh yang sangat besar.

Pemanasan juga akan mencairkan banyak es di kutub, terutama


sekitar Greenland, yang lebih memperbanyak volume air di laut.
Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10 – 25 cm (4 - 10
inchi) selama abad ke-20, dan para ilmuan IPCC memprediksi
peningkatan lebih lanjut 9 – 88 cm (4 - 35 inchi) pada abad ke-21.
Perubahan iklim menimbulkan perubahan pada pola musim
sehingga menjadi sulit diprakirakan. Pada beberapa bagian dunia hal
ini meningkatkan intensitas curah hujan yang berpotensi memicu
terjadinya banjir dan tanah longsor. Sedangkan belahan bumi yang
lain bisa mengalami musim kering yang berkepanjangan, karena 
kenaikan suhu dan turunnya kelembaban.
Selanjutnya perubahan iklim akan berdampak pada segala sector.
Meliputi:

1.    Ketahanan Pangan Terancam


Produksi pertanian tanaman pangan dan perikanan akan
berkurang akibat banjir, kekeringan, pemanasan dan tekanan air,
kenaikan air laut, serta angin yang kuat. Perubahan iklim juga akan
mempengaruhi jadwal panen dan jangka waktu penanaman.
Peningkatan suhu 10C diperkirakan menurunkan panen padi sebanyak
10%.
2.    Dampak Lingkungan
Banyak jenis makhluk hidup akan terancam punah akibat
perubahan iklim dan gangguan pada kesinambungan wilayah
ekosistem (fragmentasi ekosistem). Terumbu karang akan kehilangan
warna akibat cuaca panas, menjadi rusak atau bahkan mati karena
suhu tinggi. Para peneliti memperkirakan bahwa 15%-37% dari
seluruh spesies dapat menjadi punah di enam wilayah bumi pada
2050. Keenam wilayah yang dipelajari mewakili 20% muka bumi
(Jhamtani, 2007).
Terutama yang termasuk kedalam kelompok stenotermal yang
memiliki daya toleransi atau kisaran suhu yang sempit. Berbeda
dengan hewan eurytermal yang memiliki kisaran toleransi suhu yang
luas (Swasta, 2003).
Terumbu karang memiliki peranan penting bagi
keanekaragaman organisme laut. Masalah secara global terjadi akibat
semakin meningkatnya kandungan karbon dioksida dan efek rumah
kaca pada atmosfer dan mendorong naiknya suhu permukaan laut
(yang diduga juga menyebabkan pemutihan dan kematian karang)
serta meningkatkan derajat keasaman air laut. Air laut yang semakin
asam akan membuat ion karbonat berkurang sehingga menurunkan
kemampuan karang untuk membangun kerangka. Jika terumbu karang
tidak dapat beradaptasi maka akan mempengaruhi fungsi ekosistem
terumbu karang dan struktur geologi terumbu karang serta
mempengaruhi fungsi pesisir dan juga akan mempengaruhi
masayarakat sekitar yang bergantung dari ekosistem terumbu karang.

3.    Risiko Kesehatan


Cuaca yang ekstrim akan mempercepat penyebaran penyakit
baru dan bisa memunculkan penyakit lama. Badan Kesehatan PBB
memperkirakan bahwa peningkatan suhu dan curah hujan akibat
perubahan iklim sudah menyebabkan kematian 150.000 jiwa setiap
tahun. Penyakit seperti malaria, diare, dan demam berdarah
diperkirakan akan meningkat di negara tropis seperti Indonesia.
4.    Air
Ketersediaan air berkurang 10%-30% di beberapa kawasan
terutama di daerah tropik kering. Kelangkaaan air akan menimpa
jutaan orang di Asia Pasifik akibat musim kemarau berkepanjangan
dan intrusi air laut ke daratan.
5.     Ekonomi
Kehilangan lahan produktif akibat kenaikan permukaan laut dan
kekeringan, bencana, dan risiko kesehatan mempunyai dampak pada
ekonomi. Sir Nicolas Stern, penasehat perdana menteri Inggris
mengatakan bahwa dalam 10 atau 20 tahun mendatang perubahan
iklim akan berdampak besar terhadap ekonomi. Stern mengatakan
bahwa dunia harus berupaya mengurangi emisi dan membantu
negara-negara miskin untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim
demi kelangsungan pertumbuhan ekonomi. Ia menjelaskan bahwa
dibutuhkan investasi sebesar 1% dari total pendapatan dunia untuk
mencegah hilangnya 5%-20% pendapatan di masa mendatang akibat
dampak perubahan iklim.

Belum ada data komprehensif mengenai dampak perubahan


iklim di Indonesia. Namun beberapa data menunjukkan bahwa:
1.    Suhu rata-rata tahunan menunjukkan peningkatan 0,30C sejak tahun
1990.
2.    Musim hujan datang lebih lambat, lebih singkat, namun curah hujan
lebih intensif sehingga meningkatkan risiko banjir. Pada 2080
diperkirakan sebagian Sumatera dan Kalimantan menjadi 10-30%
lebih basah pada musim hujan; sedangkan Jawa dan Bali 15% lebih
kering.
3.    Variasi musiman dan cuaca ekstrim diduga meningkatkan risiko
kebakaran hutan dan lahan, terutama di Selatan Sumatera,
Kalimantan, dan Sulawesi (CIFOR, 2004)
4.    Perubahan pada kadar penguapan air, dan kelembaban tanah akan
berdampak pada sektor pertanian dan ketahanan pangan. Perubahan
iklim akan menurunkan kesuburan tanah sekitar 2% sampai dengan
8%, diperkirakan akan mengurangi panen padi sekitar 4% per tahun,
kacang kedelai sekitar 10%, dan jagung sekitar 50%.
5.    Kenaikan permukaan air laut akan mengancam daerah dan
masyarakat pesisir. Sebagai contoh air Teluk Jakarta naik 57 mm tiap
tahun. Pada 2050, diperkirakan 160 km2 dari kota jakarta akan
terendam air, termasuk Kelapa Gading, Bandara Sukarno-Hatta dan
Ancol (Susandi, Jakarta Post, 7 Maret 2007).
6.     Di Bali kerusakan lingkungan pada 140 titik abrasi dari panjang panti
sekitar 430 km. Laju kerusakan pantai di Bali diperkirakan 3,7 Km
per tahun dengan erosi ke daratan 50-100 meter per tahun (Bali
Membangun, 2004). Kerusakan ini ditambah potensi dampak dari
perubahan iklim diduga akan menyebabkan muka air laut naik 6
meter pada 2030, sehingga Kuta dan Sanur akan tergenang (Bali Post,
16 Agustus 2007). Hal ini mengancam keberlangsungan pendapatan
dari pariwisata yang mengandalkan kekayaan dan keindahan pantai
dan laut di Bali. Daerah yang lebih ‘aman’ adalah pantai berkarang
yang bersifat terjal, seperti Uluwatu dan Nusa Penida serta daerah
perbukitan dan pegunungan yang saat ini mempunyai ketinggian di
atas 50 meter.

7.    Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia menghadapi


risiko kehilangan banyak pulau-pulau kecilnya dan penciutan
kawasan pesisir akibat kenaikan permukaan air laut. Wilayah
Indonesia akan berkurang dan akan ada pengungsi dalam negeri.
8.    Dampak kenaikan muka air laut akan mengurangi lahan pertanian dan
perikanan yang pada akhirnya akan menurunkan potensi pendapatan
rata-rata masyarakat petani dan nelayan. Kerusakan pesisir dan
bencana yang terkait dengan hal itu akan mengurangi pendapatan
negara dan masyarakat dari sektor pariwisata. Sementara itu, negara
harus menaikkan anggaran untuk menanggulangi bencana yang
meningkat, mengelola dampak kesehatan, dan menyediakan sarana
bagi pengungsi yang meningkat akibat bencana. Industri di kawasan
pesisir juga kemungkinan besar akan menghadapi dampak ekonomi
akibat permukaan air laut naik. Kesemuanya ini akan meningkatkan
beban anggaran pembangunan nasional dan daerah.

2.4           Penanggulangan Efek Rumah Kaca


Terdapat  dua pendekatan utama untuk memperlambat
semakin bertambahnya gas rumah kaca.
1.    Pencegahan
Mencegah karbon dioksida dilepas ke atmosfer dengan
menyimpan gas tersebut atau komponen karbon-nya di tempat
lain. Salah satu sumber penyumbang karbondioksida adalah 
pembakaran bahan bakar fosil (BBM, batubara). Penggunaan
bahan bakar fosil mulai meningkat pesat sejak revolusi industri
pada abad ke-18. Pada saat itu, batu bara  menjadi sumber energi
dominan untuk kemudian digantikan oleh minyak bumi pada
pertengahan abad ke-19. Pada abad ke-20, energi gas mulai biasa
digunakan di dunia sebagai sumber energi. Perubahan tren
penggunaan bahan bakar fosil ini sebenarnya secara tidak
langsung telah mengurangi jumlah karbondioksida yang dilepas
ke udara, karena gas melepaskan karbondioksida lebih sedikit
bila dibandingkan dengan minyak apalagi bila dibandingkan
dengan batubara.

Anda mungkin juga menyukai