Anda di halaman 1dari 4

3.

dari segi apa topik itu dibahas

Pulau Bali selain memiliki kelurahan dan desa yang bersifat administratif, juga memiliki desa yang
mempunyai sifat otonomi asli dengan sebutan Desa adat/ Desa Pakraman. Ciri khas desa adat adalah
adanya unsur Tri Hita Karana yaitu Parahyangan, Palemahan, dan Pawongan. Ketiga unsur ini
dikaitkan dengan peraturan Desa Adat itu sendiri yang disebut dengan awigawig. Kebijakan
pembangunan pedesaan dapat dipilah menjadi tiga kelompok. Pertama, kebijakan yang secara tidak
langsung yang mengarah pada sasaran tetapi memberikan suasana yang mendukung tercapainya
kegiatan sosial ekonomi masyarakat desa seperti penyediaan sarana dan prasarana, penyempurnaan
peraturan perundang-undangan yang menunjang kegiatan sosial ekonomi masyarakat. Kedua,
kebijakan yang secara langsung mengarah pada kegiatan sosial ekonomi seperti sandang, pangan,
perumahan, pendidikan, dan kesehatan. Ketiga, kebijakan khusus yang menyangkut masyarakat
melalui upaya dengan melakukan kegiatan ekonomi sesuai dengan budaya setempat.

Pelayanan publik merupakan pelayanan yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat atas
dasar kepentingan umum. Pelayanan publik dapat diartikan sebagai pemberi layanan kepada
individu atau sekelompok orang yang mempunyai kepentingan pada suatu instansi sesuai dengan
aturan dan tata cara yang telah ditetapkan. Pemberi pelayanan adalah tugas dari pemerintah yang
diberikan kepada masyarakat, yang artinya pemerintah dalam hal ini bukan hanya melayani dirinya
sendiri atau dilayani oleh rakyat tetapi pemerintah adalah “pelayan rakyat”. Dengan demikian untuk
mengatur pelaksanaan pelayanan tersebut pemerintah mengeluarkan Undang-undang Nomor 25
Tahun 2009 tentang pelayanan publik yang memuat tentang kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam
rangka memenuhi kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pemerintah Provinsi Bali dalam hal ini memiliki salah satu lembaga keuangan milik desa yaitu adalah
LPD. Berdiri dan berkembangnya Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Bali pada dasarnya untuk
membantu pembangunan di tiap-tiap desa adat atau desa pekraman sebagai kekuatan untuk
menjaga adat dan budaya Bali yang merupakan suatu strategis baru dalam meningkatkan sumber
pendanaan terhadap anggota masyarakat. Berdiri sejak tahun 1984 dengan Peraturan Daerah
(Perda) Nomor 2 Tahun 1988 tentang Lembaga Perkreditan Desa sebagai landasan yuridis yang
pertama. Landasan hukum dari LPD di Provinsi Bali ini ditetapkan dengan keputusan Gubernur Bali
Nomor 972 tahun 1984 tanggal 1 November 1984 yang selanjutnya ditetapkan menjadi Peraturan
Daerah (Perda) Provinsi Bali No. 8 Tahun 2002 tentang Lembaga Perkreditan Desa tanggal 12
September 2002, serta diundangkan pada tanggal 16 September 2002 pada lembaran negara.
Dengan berdirinya Lembaga Perkreditan sangat penting untuk membangun sumber daya yang
berkaitan dengan budaya, sosial, dan ekonomi. Dengan demikian LPD telah menjadi usaha yang
bergerak dalam bidang keuangan dan telah menjadi aset Desa Adat atau Desa Pakraman. Peran
penting LPD sangat dirasakan oleh masyarakat di Bali terutama untuk mendukung kegiatan seperti
odalan, hari raya besar umat hindu, dan dapat membantu masyarakat yang kurang mampu dibidang
pendidikan serta memberikan bantuan pinjaman yang sifatnya mendadak apabila warga dianggap
memiliki permasalahan dibidang modal usaha dan dapat membantu masyarkat yang memiliki
keperluan keuangan yang bersifat mendadak seperti sakit dan upacara kematian.

Sedangkan dari segi pelayanan yang dilakukan oleh LPD kepada masyarakat yaitu sesuai dengan
kebutuhan nasabah seperti prosedur yang sederhana, proses yang singkat, pendekatan personal
serta kedekatan lokasi dengan nasabah untuk menjadi faktor keberhasilan LPD dalam Peran
Lembaga Perkreditan Desa (LPD) dalam Memberikan Pelayanan.......(Made Eka Agustini) 282
menumbuhkan kepercayaan kepada masyarakat desa, sehingga masyarakat mempunyai rasa aman
dalam menyimpan dan meminjam uang pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD).

1. Dalam menjalankan kegiatan usahanya aktifitas Lembaga Perkreditan Desa Pakraman Duda
tidak lepas dari sistem Akuntansi, karena sistem akuntansi merupakan komponen penting
dalam pembukuan atau pembuatan laporan keuangan. Sistem akuntansi yang tepat dalam
mengelola kas akan dapat menekan penyelewengan yang terjadi di dalam perusahaan dan
diharapkan akan dapat meminilisasi kendala-kendala yang dihadapi perusahaan. Menurut
Mulyadi, seorang pakar sistem akuntansi dalam perusahaan, adapun elemen-elemen sistem
akuntansi pengeluaran kas antara lain: Dokumen yang digunakan, Catatan Akuntansi yang
Digunakan, Fungsi Terkait, Jaringan Prosedur yang Membentuk Sistem, Unsur Pengendalian
Internal, dan Bagan Alir (flowchart). Pendapatan terbesar bagi Lembaga Perkreditan Desa
Pakraman Duda adalah berasal dari bunga kredit yang diberikan. Namun demikian
pemberian kredit ini memiliki faktor resiko yang cukup tinggi, dan berpengaruh cukup besar
pula terhadap tingkat kesehatan LPD. Pihak LPD selalu dihadapkan pada resiko yang cukup
besar apakah dana dan bunga dari kredit yang diberikan akan dapat diterima kembali sesuai
dengan yang telah dijanjikan dalam ikatan perjanjian kredit. Agar kegiatan perkreditan
berjalan dengan lancar Lembaga Perkreditan Desa Pakraman Duda memerlukan sistem
akuntansi pengeluaran kas untuk mengetahui prosedur pemberian kredit dan pengelolaan
uang yang sesuai prosedur, terutama pada salah satu bidang usaha yang bergerak pada
simpan pinjam. Dalam hal ini sistem akuntansi pengeluaran kas kredit perlu diteliti untuk
mengetahui apakah prosedur pemberian kredit, dokumen yang digunakan, fungsi yang
terkait dan catatan akuntansi sudah berjalan dengan baik dan sesuai dengan prosedur agar
tidak terjadi resiko kredit. Agar kredit yang diberikan debitur akan kembali pada bank
dengan lancar sesuai perjanjian kredit.

2. Konsep umum yg melatar belakangi

Permasalahan yang ada pada Lembaga Perkreditan Desa dalam melaksanakan kegiatan usaha untuk
mencapai tujuan dibidang ekonomi adalah masalah para nasabah dari LPD yang merupakan krama
desa pakraman yang belum sepenuhnya lancar membayar cicilan kredit di LPD hal ini menyebabkan
kredit macet,selain itu banyaknya persaingan dari lembaga keuangan yang lain masuk kepedesan
seperti Bank,Koperasi,Lembaga Keuangan Mikro (LKM) dan Bumdes. Lembaga-lembaga keuangan itu
memiliki strategis dan manajemen tersendiri didalam mengembangkan usahanya. Kredit macet
menyebabkan sebuah LPD akan terancam bangkrut. Akhirakhir ini tercatat LPD di Kabupaten
Tabanan,provinsi Bali yang bangkrut sekitar 42 LPD hal ini diakibatkan kredit macet. Salah satu cara
untuk mengatasi permasalahan ini LPD haruslah memiliki strategi dalam pengelolaan risiko yang baik
dan memajukan sumber daya manusia (SDM). Dari uraian latar belakang tersebut terdapat topik
yang menarik untuk dikaji dan diuraikan, peneliti mencoba untuk menguraikan dan mengkaji
mengenai apakah saja permasalahan atau risiko yang terjadi pada LPD desa adat Ketewel? Dan
bagaimanakah pengelolaan risiko yang ada pada LPD Desa Ketewel?. Penelitian ini akan mengambil
lokasi di Desa Ketewel, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali.
Syarat tersebut menunjukkan bahwa LPD adalah lembaga keuangan yang hanya menerima maupun
menyalurkan dananya hanya kepada masyarakat sekitar LPD didirikan. LPD adalah lembaga
komunitas yang memiliki misi: 1. Menjaga kultur dan warisan budaya desa pakraman. 2.
Meningkatkan tabungan dan penyaluran kredit yang efektif. 3. Meniadakan gadai gelap yang
mengakibatkan melemahnya keuangan. 4. Membuat peluang bagi masyarakat yang memiliki usaha.
5. Meningkatkan daya beli masyarakat. Demi terciptanya misi, maka bentuk usaha yang dilakukan
adalah: 1. Menerima simpanan dari masyarakat desa dalam bentuk simpanan dan deposito. 2.
Menyalurkan pinjaman kepada masyarakat desa sekitar. 3. Menerima pinjaman dari lembaga
keuangan maksimum 100% 4. Kelebihan dana diserahkan ke Bank Pembangunan Daerah Bali (BPD)
sebagai Bank Pembina LPD. (Pemprov Bali, 2005)

Kredit Dalam bahasa latin kredit disebut “credere” artinya percaya, dimana kreditur memberikan
kepercayaan kepada debitur bahwa pinjaman yang disalurkan akan dibayarkan tepat waktu. Debitur
pun memiliki tanggung jawab untuk mengembalikannya sesuai dengan kesepakatan (Kasmir, 2012).
Undang-Undang No 10 tahun 1998 menyebutkan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan
yang dapat dipersamakan dengan itu, sesuai persetujuan atau kesepakatan pinjam 833 | H i t a _ A k
u n t a n s i d a n K e u a n g a n Hita Akuntansi dan Keuangan Universitas Hindu Indonesia Edisi
Oktober 2020 meminjam antara lembaga keuangan dengan debitur yang mewajibkan debitur
melunasi pinjamannya sesuai jangka waktu berikut bunganya. Unsur-unsur yang terkandung dalam
pemberian kredit suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut: Kepercayaan, Kesepakatan, Jangka
waktu, Resiko, Balas Jasa. (Kasmir. 2012) Tujuan dan Fungsi Kredit Penyaluran pinjaman mempunyai
tujuan sesuai tujuan dan misi dari masingmasing lembaga keuangan. Dalam pelaksanaanya tujuan
penyaluran pinjaman adalah sebagai berikut: 1. Mendapatkan laba 2. Memberikan bantuan dana
kepada debitur sehingga dapat meningkatkan usahanya 3. Membantu program pemerintah dalam
mensejahterakan masyarakat Jaminan Kredit Dalam kondisi ataupun dengan analisis sebaik
mungkin, resiko kredit macet tidak dapat dihindari. Untuk meminimalkan hal tersebut, lembaga
keuangan mensyaratkan adanya jaminan dalam penyaluran kredit (Kasmir. 2002) Pemberian kredit
tanpa adanya jaminan, akan membayahakan bagi pihak kreditur. Apabila selama jangka waktu kredit
ditentukan, pihak debitur lalai dalam melakukan pembayaran dan terjadi kredit macet, maka pihak
kreditur akan mengalami kerugian karena tidak ada jaminan yang bisa menutupi kewajiban yang
harus dibayarkan oleh debitur. 1. Pemberian kredit berikut jaminan 834 | H i t a _ A k u n t a n s i d a
n K e u a n g a n Hita Akuntansi dan Keuangan Universitas Hindu Indonesia Edisi Oktober 2020 1.
Bangunan, tanah, kendaraan bermotor, mesin/ peralatan, stok barang dagangan, ladang/ sawah
merupakan jaminan benda berwujud. 2. SHM, saham, obligasi, deposito, rekening tabungan yang
dibekukan, rekening giro yang dibekukan, wesel dan surat tagihan lain yang merupakan jaminan
benda tidak berwujud. 3. Jaminan orang. 2. Pemberian kredit tanpa jaminan Kredit tanpa jaminan
biasanya diberikan untuk perusahaan yang memang benar-benar professional dan bonafid. Dalam
penyaluran kreditnya mengandalkan kepada penilaian terhadap prospek usahanya, atau dengan
pertimbangan untuk pengusaha-pengusaha yang memiliki loyalitas yang tinggi sehingga
kemungkinan kredit tersebut macet sangat kecil.

file:///C:/Users/user/Downloads/1011-Article%20Text-1625-1-10-20201022%20(1).pdf
ehennopike

Penelitian oleh Putu Widiada pada tahun 2018 yang berjudul Prosedur Pemberian Kredit Pada LPD
Desa Pakraman Dharmajati Tukadmungga. Observasi, wawancara, dan dokumentasi sebagai teknik
pengumpulan data, dan teknik analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif. Hasil
penelitian menyebutkan bahwa tahap pemberian kredit terdiri dari: permohonan kredit, survey
lokasi debitur, analisis, pemberian keputusan, dan pencairan kredit.

Tujuan Obyektif 1. Untuk mengetahui tentang prosedur penerapan tabungan dan Kredit di lpde bla
2. Untuk mengetahui bagai mana proses penerapan tabungan dan Kredit dan penyelesaian apabila
terjadi b. Tujuan Subyektif 1. Memberikan para pembaca ilmu pengetahuan ( menambah ilmu ) ttg
penerapan tabungan dan Kredit di lpd

Anda mungkin juga menyukai