Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN INDIVIDU

MATA KULIAH : PENGANTAR ILMU PERTANIAN DAN AGRONOMI


DOSEN PENGAMPUH : NURHAFIDAH, A.Md.P

“BUDIDAYA TANAMAN KAKAO”


(Theobroma cacao L.)

OLEH:
AL FAREZA
(2122040003)

PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN


JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKAJENE
MANDALLE PANGKEP
2021

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat,
rahmat dan hidayah-Nya, laporan ini dapat terselesaikan. Dalam menyelesaikan laporan ini,
penyusun mengalami banyak kesulitan yang dihadapi. Namun, berkat bimbingan dan
motivasi dari berbagai pihak, makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Oleh karena itu, sudah selayaknya penyusun menyampaikan banyak terima kasih
kepada Dosen mata kuliah, orang tua, dan teman-teman serta semua pihak atas motivasi
serta bantuannya baik secara materil maupun spiritual.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini, masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan saran, kritik yang bersifat
positif dalam penyempurnaan laporan ini.

Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua, sebagai gerbang pembuka
cakrawala berpikir untuk kita.

Pangkep, 16 November 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN SAMPUL......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR..........................................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang....................................................................................................... 1
B. Tujuan.................................................................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi Tanaman Kakao....................................................................................2


B. Morfologi Tanaman Kakao......................................................................................2
1. Akar.................................................................................................................. 2
2. Batang..............................................................................................................3
3. Bunga............................................................................................................... 3
4. Buah................................................................................................................. 3
C. Prospek Tanaman Kakao.......................................................................................3
D. Syarat Tumbuh
1. Tanah............................................................................................................... 4
2. Iklim.................................................................................................................. 4
E. Teknik Budidaya Tanaman Kakao
1. Persiapan Lahan...............................................................................................5
2. Pembibitan........................................................................................................5
3. Penanaman......................................................................................................5
4. Pemeliharaan....................................................................................................6

BAB III METODOLOGI

A. Waktu..................................................................................................................... 8
B. Tempat................................................................................................................... 8

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil....................................................................................................................... 9
B. Pembahasan.......................................................................................................... 9

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan.............................................................................................................11
B. Saran...................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kakao merupakan tumbuhan tahunan (perennial) berbentuk pohon, di alam dapat
mencapai ketinggian 10 m. Meskipun demikian, dalam pembudidayaan tingginya dibuat
tidak lebih dari 5 m tetapi dengan tajuk menyamping yang meluas. Hal ini dilakukan untuk
memperbanyak cabang produktif. Tanaman kakao yang memiliki nama latin Theobroma
cacao merupakan tumbuhan berwujud pohon yang berasal dari Amerika Selatan. Dari biji
tumbuhan ini dihasilkan produk olahan yang dikenal sebagai cokelat.
Bunga kakao, sebagaimana anggota Sterculiaceae lainnya, tumbuh langsung dari
batang (cauliflorous). Bunga sempurna berukuran kecil (diameter maksimum 3cm), tunggal,
namun nampak terangkai karena sering sejumlah bunga muncul dari satu titik tunas
.Tanaman kakao termasuk golongan tanaman tahunan yang tergolong dalam kelompok
tanaman caulofloris, yaitu tanaman yang dapat berbunga dan berbuah pada batang dan
cabang. Tanaman ini pada garis besarnya dapat dibagi atas dua bagian, yaitu bagian
vegetatif yang meliputi akar, batang serta daun dan bagian generatif yang meliputi bunga
dan buah. Tanaman ini merupakan tanaman perkebunan untuk rakyat karena sepanjang
tahun dapat berbunga dan berbuah.
Kakao merupakan salah satu komoditas ekspor yang dapat memberikan kontribusi
untuk peningkatan devisa bagi Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara pemasok
utama kakao dunia setelah Pantai Gading (38,3%) dan Ghana (20,2%) dengan persentasi
13,6%. Tidak hanya itu, kakao juga merupakan salah satu komoditas perkebunan yang
mamiliki peranan cukup penting bagi perekonomian nasional di Indonesia, khususnya
sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara.
Permintaan dunia terhadap komoditas kakao semakin meningkat dari tahun ke
tahun. Kondisi seperti ini merupakan kondisi suatu peluang yang baik bagi Indonesia karena
sebenarnya Indonesia berpotensi untuk menjadi produsen utama kakao dunia. Peningkatan
produksi kakao mempunyai arti yang strategis karena pasar ekspor biji kakao Indonesia
masih sangat terbuka dan pasar domestik masih belum tergarap. Sehingga sebagian petani
kakao menjadikan sumber pendapatan dari perkebuanan kakao.

B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan laporan ini yaitu untuk mengetahui cara-cara membudidayakan
tanaman kakao.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Klasifikasi Tanaman Kakao
Kerajaan/Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malvales
Family : Malvaceae
Genus : Theobroma
Spesies : Theobroma cacao L.

B. Morfologi Tanaman Kakao


Tanaman kakao termasuk golongan tanaman tahunan yang tergolong dalam kelompok
tanaman caulofloris, yaitu tanaman yang berbunga dan berbuah pada batang dan cabang.
Tanaman ini pada garis besarnya dapat dibagi atas dua bagian, yaitu bagian vegetatif yang
meliputi akar, batang serta daun dan bagian generatif yang meliputi bunga dan buah.
1. Akar
Akar tanaman kakao mempunyai akar tunggang (Radik primaria). Pertumbuhannya
dapat mencapai 8 meter kearah samping dan 15 meter kearah bawah. Kakao yang
diperbanyak secara vegetatif pada awal pertumbuhannya tidak membentuk akar tunggang,
melainkan akar-akar serabut yang banyak jumlahnya. Setelah dewasa tanaman tersebut
akan membentuk dua akar jumlahnya. Setelah dewasa tanaman tersebut akan membentuk
dua akar yang menyerupai akar tunggang. Pada kecambah yang telah berumur 1 – 2
minggu terdapat akar-akar cabang (Radik lateralis) yang merupakan tempat tumbuhnya
akar-akar rambut (Fibrilla) dengan jumlah yang cukup banyak. Pada bagian ujung akar ini
terdapat bulu akar yang dilindungi oleh tudung akar (Calyptra). Bulu akar inilah yang
berfungsi menyerap larutan dan garam-garam tanah. Diameter bulu akar hanya 10 mikro
dan panjang maksimum hanya 1 milimeter.
2. Batang
Diawal pertumbuhannya tanaman kakao yang diperbanyak dengan biji akan membentuk
batang utama sebelum tumbuh cabang-cabang primer. Letak pertumbuhan cabang-cabang
primer disebut jorquette, dengan ketinggian yang ideal 1,2 – 1,5 meter dari permukaan
tanah dan jorquette ini tidak terdapat pada kakao yang diperbanyak secara vegetatif.
Ditinjau dari segi pertumbuhannya, cabang-cabang pada tanaman kakao tumbuh kearah
atas dan samping. Cabang yang tumbuh kearah atas disebut cabang Orthotrop dan cabang
yang tumbuh kearah samping disebut dengan Plagiotrop. Dari batang dan kedua jenis
cabang tersebut sering ditumbuhi tunas-tunas air (Chupon) yang banyak menyerap energi,
sehingga bila dibiarkan tumbuh akan mengurangi pembungaan dan pembuahan.

2
3. Bunga
Bunga kakao tergolong bunga sempurna, terdiri atas daun kelopak (Calyx) sebanyak 5
helai dan benang sari ( Androecium) berjumlah 10 helai. Diameter bunga 1,5 centimeter.
Bunga disangga oleh tangkai bunga yang panjangnya 2 – 4 centimeter. Pembungaan kakao
bersifat cauliflora dan ramiflora, artinya bunga-bunga dan buah tumbuh melekat pada
batang atau cabang, dimana bunganya terdapat hanya sampai cabang sekunder. Tanaman
kakao dalam keadaan normal dapat menghasilkan bunga sebanyak 6000 – 10.000 pertahun
tetapi hanya sekitar lima persen yang dapat menjadi buah.
4. Buah
Buah kakao berupa buah buni yang daging bijinya sangat lunak. Kulit buah mempunyai
sepuluh alur dan tebalnya 1 – 2 centimeter (Siregar et al., 1989). Bentuk, ukuran dan warna
buah kakao bermacam-macam serta panjangnya sekitar 10 – 30 centimeter, umumnya ada
tiga macam warna buah kakau, yaitu hijau muda sampai hijau tua, waktu muda dan menjadi
kuning setelah masak, warna merah serta campuran antara merah dan hijau. Buah ini akan
masak 5 – 6 bulan setelah terjadinya penyerbukan. Buah muda yang ukurannya kurang dari
10 centimeter disebut cherelle (pentil). Buah ini sering sekali mengalami pengeringan
(cherellewilt) sebagai gejala spesifik dari tanaman kakao. Gejala demikian disebut
physiological effect thinning, yakni adanya proses fisiologis yang menyebabkan
terhanbatnya penyaluran hara yang menunjang pertumbuhan buah muda. Gejala tersebut
dapat juga dikarenakan adanya kompetisi =ucila antara =ucilage=e dan =ucilage=e atau
karena adanya pengurangan =ucilag yang dibutuhkan untuk pertumbuhahn buah muda. Biji
kakao tidak mempunyai masa dormasi sehingga penyimpanan biji untuk benih dengan
waktu yang agak lama tidak memungkinkan. Biji ini diselimuti oleh lapisan yang lunak dan
manis rasanya, jika telah masak lapisan tersebut pulp atau =ucilage. Pulp ini dapat
menghambat perkecambahan dan karenanya biji yang akan digunakan untuk menghindari
dari kerusakan biji dimana jika pulp ini tidak dibuang maka didalam penyimpanan akan
terjadi proses fermentasi sehingga dapat merukkan biji.

C. Prospek Tanaman Kakao


Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan yang sangat penting dalam
menyumbang perolehan devisa negara. Sebagian besar biji kakao dari Indonesia diekspor
ke luar negeri, meskipun kalau dilihat di Indonesia sudah ada beberapa industri pengolahan
biji kakao menjadi produk setengah jadi. Perkembangan ekspor biji kakao dari Indonesia
menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Seperti yang telah diketahui bahwa pada
tahun 1997, ekspor kakao dari Indonesia diperkirakan telah mencapai sekitar US$ 378 juta.
Walaupun nilai tersebut merupakan angka estimasi, tetapi nilai tersebut lebih tinggi
dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai US$ 377,5 juta.
Kendala utama yang dihadapi komoditas kakao yang diekspor adalah kualitasnya. Mutu
biji kakao dari Indonesia masih relatif rendah dibandingkan dengan yang berasal dari
negeri lain. Rendahnya kualitas tersebut dapat dilihat dari harga jual kakao Indonesia
dipasaran luar negeri. Sebagai contoh, jika pada bulan Maret 1996, harga biji kakao
Indonesia di luar negeri rata-rata adalah US$ 1.349 per ton, maka harga jual produk yang
sama dari Pantai Gading (Cote d Ivoire) mencapai US$ 1.521 per ton. Untuk itu maka perlu
upaya untuk meningkatkan kualitas biji kakao tersebut dan upaya yang telah dilakukan
usaha penyuluhan dan action program, baik oleh dinas terkait maupun melalui Asosiasi
Kakao Indonesia (Askindo) dan usaha-usaha tersebut nampaknya mulai memperlihatkan
hasilnya.

3
D. Syarat Tumbuh
Kesuburan tanah, kelembapan udara, suhu, dan curah hujan berpengaruh terhadap
proses pembuahan tanaman cokelat menurut Sunanto (1992:23). Banyak hal yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan komoditas yang saya bahas kali ini yaitu
komoditas perkebunan. Sejumlah faktor iklim dan kondisi tanah yang bisa menjadi kendala
bagi pertumbuhan dan produksi dari tanaman cokelat ini. Lingkungan yang tidak sesuai pun
dapat mempengaruhi perkembangan tanaman cokelat.
Syarat tumbuh tanaman cokelat ini dapat didukung beberapa faktor yang memdukung
dan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman cokelat. Masih dalam
pendapat menurut Sunanto (1992:23-24) syarat-syarat yang mendukung pertumbuhan
tanaman cokelat yaitu faktor tanah dan faktor iklim
1. Faktor Tanah
Komoditas tanaman cokelat dapat tumbuh subur dan menghasilkan produksi buah yang
maksimal pada dataran rendah. Menurut Sunanto (1992:23) banyak faktor tanah dapat
mempengaruhi pertumbuhan cokelat. Kondisi tanah pun dapat mempengaruhi pertumbuhan.
Kondisi tanah yang baik adalah tanah yang memiliki sifat yaitu: kondisi tanah yang gembur
tidak terlalu keras, tanah yang digunakan mengandung humus, bahan organik serta unsur
hara yang tinggi, sehingga dapat mencukupi dan menberikan keseimbangan pertumbuhan
yang baik. Selain itu, tanah yang digunakan memiliki pH (derajat keasaman) yang optimum
tidak melwati batas kemasaman, karena dapat meimbulkan pertumbuhan tanaman yang
tidak sesuai. Pertumbuhan tanaman cokelat pun juga harus disesuaikan dengan kemiringan
tanah yang ada, karena kemiringan mempengaruhi pertumbuhan tanaman komoditas.
Semakin miring suatu lahan bisa mengakibatkan akar dari tanaman tidak dapat berkembang
dengan baik dan sempurna.
2. Faktor Iklim
Tanaman cokelat dapat tumbuh baik di hutan hujan tropis, dimana pertumbuhan dari
tanaman cokelat tersebut membutuhkan kelembapan dan suhu yang cukup dan optimal.
Menurut (Tumpal dkk, 1989:27) curah hujan merupakan hal yang terpenting karena,
berhubungan dengan proses pertanaman dan produksi cokelat. Jika intensitas hujan
berlebihan maka mengakibatkan tanaman cokelat mengalami pembusukan dan gampang
terkena hama dan penyakit. Jika curah hujan tidak mencukupi akan sangat berpengaruh
pada kondisi fisik dan kimia tanah yang disebabkannya tidak tersedianya unsur hara yang
cukup.
Pengaruh dari temperatur terhadap cokelat erat kaitannya dengan ketersedian unsur
hara (air), sinar matahari dan kelembapan. Masih dalam pendapat dari Tumpal dkk
(1989:29) dari hasil penelitian, temperatur yang ideal bagi pertumbuhan cokelat adalah 300-
320C (maksimum) dan temperature minimumnya 180-210C. Jika temperatur mengalami
peningkatan dapat diatasi dengan cara penanaman hutan atau pohon pelindung dan
menjaga sistem irigasi agar tetap menjaga pertumbuhan tanaman cokelat.
Faktor iklim lainnya yang dapat mempengaruhi adalah sinar matahari. Tumpak dkk,
(1989:31) yang berpendapat bahwa cahaya yang berlebihan mengakibatkan proses
pertumbuhan yang tidak sempurna. Lingkungan yang baik bagi pertumbuhan tanaman
cokelat adalah hutan hujan tropis. Mengapa demikian? Ini disebabkan bahwa tanaman
cokelat dalam proses pertumbuhannya membutuhkan naungan atau pohon yang dapat
mengurangi intensitas cahaya matahari.

4
E. Teknik Budidaya Tanaman Kakao
1. Persiapan Lahan
Persiapan lahan yaitu membersihkan lahan dan menggunakan tanaman penutup
tanah seperti tanaman jenis polong-polongan, serta menggunakan tanaman pelindung
seperti Lamtoro, Albazia, dan Gleresidae, yang mana tanaman ini ditanam setahun sebelum
dilakukan penanaman kakao. Selanjutnya juga dilakukan pengolahan tanah biasanya
dilakukan dengan cara mekanis.
2. Memilih Bibit
Untuk melestarikan dan memperbanyak komoditas cokelat yang unggul. Perlu
dilakukan pemilihan bibit unggul, berkualitas, dan mempunyai mutu baik. Pendapat itu
sesuai dengan Sunanto (1992:26) tanaman cokelat yang akan diambil bibit atau benihnya
yang diperoleh dari kebun induk yang bersifat seperti: kondisi bibit atau benih sehat yang
bisa menghasilkan tanaman cokelat yang berkualitas dan mempunyai mutu yang baik.
Pertumbuhan bibit atau benih normal, disebabkan jika pertumbuhan bibit tidak normal akan
mengurangi hasil produktivitas dari tanaman cokelat yang akan dibudidaya. Dengan
demikian, dapat menghasilkan produksi yang tinggi dan baik dan diusahakan tanaman
cokelat menggunakan bibit tanaman yang sudah mencapai umur antara 12-18 tahun.
Memperbanyak komoditas cokelat tidak hanya melalui pemilihan biji atau benih
(generatif) saja, tetapi bisa dilakukan dengan cara stek atau cangkok (vegetatif). Ini
merupakan cara termudah untuk memperbanyak komoditas tanaman cokelat yang tidak
membutuhkan waktu terlalu lama jika menggunakan pebanyakan vegetatif.
3. Penanaman
Seperti tanaman perkebunan lainnya, penanaman cokelat juga diawali dengan
persiapan lahan areal penanaman. Areal lahan yang akan ditanami bisa berupa hutan dan
perkebunan lainnya. Pada awalnya, areal lahan yang akan digunakan untuk penanaman 9
cokelat harus dilakukan pembersihan di sekitar areal. Menurut Tumpal (1989:50)
pembersihan areal untuk penanaman cokelat memerlukan jadwal yang mantap, karena
menyangkut pula penanaman pohon pelindung tetap dan pohon pelindung sementara yang
harus ditanam terlebih dahulu. Pembersihan areal yang dilakukan pun harus disesuaikan
dengan situasi dan kondisi serta memperhitungkan keadaan musim yang ada, sehingga
dapat menyesuaikan pembersihan lahan dan penanaman cokelat.
Pohon pelindung tetap maupun pelindung sementara harus ditanami terlebih dahulu
sebelum penanaman cokelat dilakukan agar pertumbuhan tanaman cokelat dapat
berkembang dengan baik. Masih pendapat dari Tumpal dkk (1989:50) pohon pelindung
hendaknya ditanam 12-18 bulan sebelum cokelat ditanam di lapangan dan tanaman cokelat
juga harus sudah dibibitkan 4-6 bulan sebelumnya, sehingga pohon pelindung tetap maupun
pohon pelindung sementara dapat tumbuh baik disamping tanaman cokelat tumbuh.
Pembersihan lahan yang dilakukan sering diakhiri dengan tahap pengolahan lahan
yang biasanya dilakukan secara mekanis. Terkadang, pembersihan lahan tidak dilanjutkan
dengan pengolahan lahan. Ini disebabkan dengan adanya pengolahan lahan tersebut
dianggap dapat merusak atau terkikisnya lapisan tanah bagian atas. Untuk menghindari
terkikisnya lapisan tanah dan mempertahankan lapisan tanah bagian atas serta menambah
kesuburan tanah dilakukan dengan tahap penanaman penutup tanah (cover crops)dimana
tanaman yang digunakan berfungsi untuk mengurangi masuknya intensitas cahaya matahari

5
secara langsung ke dalam tanah. penanaman penutup ini biasanya disesuaikan dengan
jarak tanam cokelat yang hendak ditanam.
Jarak tanam adalah hal yang terpenting dalam penanaman cokelat setelah
dilakukannya pengolahan lahan. Jarak tanam yang ideal bagi tanaman cokelat adalah jarak
yang disesuaikan dengan perkembangan bagian atas tanaman serta tersedianya ruang bagi
perkembangan perakaran tunggang didalam tanah. Dengan demikian, pilhan dan penentuan
jarak tanam erat kaitannya dengan sifat pertumbuhan, sumber bahan tanam dan kesuburan
areal.
Penentuan pola tanam pada saat penanaman juga sangat dibutuhkan untuk
mendapatkan areal penanaman yang baik, karena pola tanam berkaitan dengan
keoptimuman jumlah pohon per hektar, keoptimuman peranan pohon pelindung, dan
meminimumkan kerugian yang akan ditimbulkan oleh kesuburan tanah maupun biaya
pemeliharaan. Menurut (Tumpal dkk, 1989:58) ada empat pola tanaman yang dianjurkan
dalam proses penanaman cokelat, yaitu: pola pertanaman cokelat segiempat, pohon
pelindung segiempat, pola pertanaman cokelat segiempat, pohon pelindung segitiga, pola
pertanaman cokelat berpagar ganda, pohon pelindung segitiga, dan pola pertanaman
cokelat berpagar ganda, pohon pelindung segiempat
4. Pemeliharaan
Tahap yang dilakukan setelah proses penanaman usai adalah tahap pemeliharaan
tanaman seperti: penyulaman, penyiangan atau pengendalian gulma, dan pemupukan.
Pemeliharan ini ditujukan untuk mendapatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman
cokelat yang maksimal. Pemeliharaan yang dilakukan meliputi, yaitu: penyulaman,
penyiangan atau pengendalian gulam, dan pemupukan.

 Penyulaman
Kegiatan penyulaman biasanya dilakukan untuk menghindari masa penurunan
produksi tanaman cokelat. Oleh sebab itu, menurut Sunanto (1992:48) penyulaman
tanaman cokelat dapat dilakukan sampai tanaman tersebut berumur 10 tahun, disebabkan
umur bongkar tanaman cokelat adalah 25 tahun. Dengan demikian, sebelum tanaman
cokelat yang sudah tua dibongkar, tanaman sisipan atau sulaman itu sudah mencapai masa
produksi. Tanaman pengganti sebaiknya seumuran dengan tanaman yang dibongkar, agar
diperoleh pertumbuhan dan hasil produksi yang seragam.

 Penyiangan atau Pengendalian Gulma


Kegiatan ini dilakukan untuk mencegah perebutan unsur hara maupun persediaan air
antara tanaman cokelat dan gulma. Sunanto (1992:48) juga menambahkan bahwa tujuan
penyiangan atau pengendalian gulma untuk mencegah beberapa hal lainnya, yaitu:
gangguan terhadap tanaman cokelat khususnya gulma yang merambat pada tanaman
cokelat, hama dan penyakit yang biasanya terdapat pada gulma, dan terjadinya kesulitan
dalam pemeliharaan dan panen.
Kegiatan ini harus dilakukan secara hati-hati, karena di sekitar kedalaman 20-30 cm dari
permukaan tanah merupakan tempat berkembangnya akar tanaman cokelat yang masih
sekuder. Pendapat Sunanto (1992:49) menyatakan bahwa jika penyemprotan obat herbisida
terkena akar sekunder mengakibatkan kerusakan pada akar-akar tanaman cokelat.

 Pemupukan

6
Pemupukan merupakan kegiatan yang biasanya dilakukan untuk menghindari
pertumbuhan cokelat yang kurang baik dan sempurna. Oleh sebab itu, kegiatan ini biasanya
dilakukan pada beberapa bulan awal pada tanaman cokelat. Menurut Tumpal (1989:80)
bahwa cokelat dipupuk setelah berumur dua bulan di lapangan. Dilakukannya pemupukan
mampu meningkatkan pertumbuhan vegetatif dan mempertahankan daya tahan tanaman
terhadap hama dan penyakit.
Pemupukan yang dilakukan pun tidak sembarangan memberi pupuk, melainkan harus
diidentifikasi terlebih dahulu. Menurut Sunanto (1992:48) pemupukan cokelat harus dari
analisis tanah dan analisis daun. Secara umum, pupuk yang dibutuhkan adalah pupuk yang
mempunyai kandungan pengganti unsur hara yang tidak dimiliki oleh tanah, seperti: sumber
Nitrogen dapat menggunakan pupuk Urea atau ZA, sumber Phosfor dapat menggunakan
pupuk TSP dan sebagai sumber Kalium dapat menggunakan pupuk KCL.
Selain menggunakan pupuk pengganti, sisa pemangkasan dan kulit buah dari tanaman
cokelat pun bisa dijadikan pupuk organik dengan cara dibenamkan di dalam tanah, karena
kulit buah cokelat merupakan unsur hara bagi tanaman cokelat. Menurut tumpal (1989:80)
kulit buah cokelat pada tanaman mengandung unsur nitrogen, Fosfor, kalium, magnesium,
dan kalium yang setara dengan urea. Menurut Sunanto (1992:50) Pemupukan yang
dilakukan juga dibagi menjadi dua, yaitu: pemupukan tanaman belum produksi dan
pemupukan tanaman sudah produksi.

 Pemupukan tanaman belum produksiat berproduksi


Kegiatan pemupukan dilakukan sebelum tanaman menghasilkan produksi agar
menghasilkan hasil produksi yang sempurna. Menurut Sunanto (1992:50) tujuan dari
pemupukan sebelum tanaman cokelat berproduksi adalah untuk menyediakan unsur bagi
pertumbuhan vegetatif yang dapat membawa dampak baik pada fase generatif, sehingga
terjadi proses pembungaan dan pembuahan yang baik.

7
BAB III
METODOLOGI
A. Waktu
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 04 Oktober 2021. Penelitian diakukan di
Kebun Percobaan Polliteknik Pertanian Negeri Pangkep, Jurusan Budidaya
Tanaman Perkebunan, Prodi Budidaya Tanaman Perkebunan.

B. Tempat
Yang berlokasi di Jalan Poros Makassar-Parepare Km. 83, Mandalle, Pangkep,
Kabupaten Pangkajene Dan Kepulauan, Sulawesi Selatan 90761.

8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Dari hasil perlakuan terhadap proses pembibitan diperoleh hasil sebagai berikut:

NO Jumalah Daun Ukuran Daun


1. 5 12.5 Cm
2. 4 16 Cm
3. 5 16.5 Cm
4. 5 16 Cm
5. 5 17 Cm
6. 5 9 Cm
7. 5 20 Cm
8. 8 17 Cm
9. 6 17 Cm
10. 1 6 Cm
11. 4 12 Cm
12. 4 19 Cm
13. 5 16 Cm
14. 3 17.5 Cm
15. 4 15 Cm
16. 4 15 Cm
17. 5 14 Cm
18. 4 15 Cm
19. 6 13 Cm
20. 4 11 Cm

B. Pembahasan
Proses pembibitan tanaman kakao dimulai dari proses pemilihan biji yang berkualitas
baik, dimana biji tersebut berasal dari buah bagian tengah yang masak dan sehat dari
tanaman yang sudah cukup umur. Setelah didapat biji yang berkualitas baik selanjutnya biji
dibersihkan menggunakan abu gosok hingga seluruh bagian lendir pada lapisan luar biji
hilang secara menyeluruh. Untuk menghilangkan sisa-sisa abu gosok di biji di cuci
menggunakan air bersih serta membasahi karung goni akar karung goni dapat menjadi
media perkecambahan serta mampu menjaga kelembapan biji. Biji yang telah bersih
diletakkan pada karung goni yang telah dibasahkan sebelumnya dan disimpan ditempat
khusus sampai biji berkecambah.

Sebelum biji berkecambah, maka kita harus menyiapkan media tanam terlebih dahulu.
Media tanam yang digunakan yaitu campuran tanah dengan pupuk kompos dengan
perbandingan 1 : 1. Media tanam yang telah di aduk rata dimasukkan pada polybag
berukuran 4*17*25. Polybag yang telah terisi media tanam disimpan pada Green House
hingga biji kakao siap di pindahkan ke media tanam.

9
Pada tabel di atas, dapat di simpulkan bahwa pertumbuhan bibit kakao tidak sama rata
karna faktor dari cara tanamnya yang berbeda beda. Tinggi rendahnya dan banyaknya
jumlah daun pada hasil tanaman Kakao diatas sangat dipengaruhi oleh faktor iklim dan
tanah juga sangat dipengaruhi oleh bahan tanam (bibit) yang digunakan. Bibit itu sendiri
mempunyai potensi berproduksi (potensi genetis) sedangkan iklim dan kesuburan tanah
sebagai faktor lingkungan akan memberikan kesempatan bagi bibit untuk mencapai
potensinya. Syarat tumbuh tanaman kakao adalah curah hujan yaitu 1.100 - 3.000 mm per
tahun. Temperaturnya yaitu 30˚C - 32˚C (maksimum) dan 18˚C-20˚C (minumun). Kakao
tumbuh baik pada tanah pH 6 - 7,5. Sedangkan lingkungan hidup tanaman kakao yakni
hutan tropis yang pada pertumbuhannya memerlukan naungan untuk menghindari
pencahayaan penuh.

10
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kakao berasal dari benua Amerika, Amerika Selatan (Lembah perairan Orinoco dan
Amazon) untuk kakao jenis Forastero Amerika Tengah terutama Hutan Nicoya (Patai
Pasifik dari Costarica) untuk jenis kakao Criollo.Terakhir dikatakan dari pegunungan Andes
bagian utara sedangkan Forastero dari sisi Timur. Tanaman kakao merupakan tanaman
yang kecil tumbuh di bawah tegakan hutan hujan tropis di daerah Amerika Selatan dimana
tanaman ini selalu tumbuh terlindung di bawah pohon yang lain. Kakao merupakan
tanaman perkebunan/industri, masuk wilayah Indonesia sejak sekitar tahun 1560, dibawa
oleh para pedagang dari Portugis melalui pulau Sulawesi dan selajutnya tanaman kakao ini
menyebar ke daerah kepulauan di sekitar Minahasa. Walau tanaman kakao tersebut telah
lama berkembang di Indonesia sejak lama, tetapi baru menjadi komoditi yang penting sejak
sekitar tahun 1951. Manfaat tanaman kakao sangat penting bagi kesehatan,salah satu nya
untuk mencegah Kanker. Oleh sebab itu tanaman kakao sangat berhasil dalam
penyebarannya di Indonesia.

B. Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya dan dapat memenuhi tugas
dari dosen dan bias memberikan wawasan kepada orang. Saran yang dapat saya berikan
pada praktikum kali ini yaitu praktikan diharuskan benar-benar mengetahui mrofologi dari
tanaman kakao karena dengan mengetahui morfologi tanaman kakao, dapat menentukan
cara budidaya tanaman kakao yang baik dan benar.

11
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous a, 2013. Morfologi Tanaman Kakao (online)
http://id.shvoong.com/exactsciences/biology/2073810-morfologi-tanaman-
kakao/#ixzz2Mqi5utYR Diakses tanggal 10 Maret 2013.
Disbun Jabar. 1995. Vadenicum Budidaya Kakao (Theobroma cacao L). SI-PUK – SIB –
SIABE. 2007. Kakao. http://www.bi.go.id. (diakses pada tanggal 20 Januari 2007)
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://id.scribd.com/document/260862360/Makaah-
Kakao&ved=2ahUKEwj12fKsoJf0AhV4IEsFHZxzDcoQFnoECAoQAQ&usg=AOvVaw1Fgiz8x
-XKCSG_a7DBTo_p

12

Anda mungkin juga menyukai