Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Objek formal filsafat sejarah kritis adalah proses pemikiran dan penalaan-
penalaran dalam pemikiran mengenai hakikat ilmu sejarah (Walsh, 1977:6),
terutama dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang bersipat konseptual dan
epistemologis (Gardiner, 1985:12), ialah mengenai tujuan-tujuan penelitian
sejarah, klasifikasi sumber-sumber sejarah (heuristik), analisis (kritik) sumber-
sumber sejarah, penafsiran (interpertasi).
3. Skeptisisme, Konstruktivisme, Re-Enactmentisisme dan
Verifikasionisme
Aliran skeptisisme menyangsikan secara prinsip akan kesahihan (Validitas)
pengetahuan sejarah. Menurut mereka tidak mungkin diperoleh pengetahuan
mengenai masa silam yang terandalkan, karena setiap generasi ahli sejarah
memiliki kebenarannya sendiri mengenai masa silam. Fakta sejarah yang sekarang
dipandang benar dan handal, mungkin saja dikemudian hari akan ternyata tidak
benar dan menyesatkan.
Terdapat dua teori utama yang membahas pemikiran sejarah. Pertama teori
positivisme pada abad ke 19. Aguste comte (1798-1657) dengan teori positivisme
telah melihat sejarah sebagai suatu ilmu yang identik dengan sosiologi. Sejarah
harus dikomparasikan dengan kegiatan-kegiatan yang praktis, seperti misalnya
dengan ilmu teknik. Sebelumnya tokoh empiris abad ke 18, David Hume (1712-
1776), seorang filsuf skotlandia, tidak melihat alasan untuk mempertanyakan,
bahkan kemudian menegaskan bahwa studi sejarah secara logis dan epistemologis
ada pada tingkat yang sama dengan bentuk ilmu empiris yang manapun.
Sesuai dengan sifatnya yang sekali terjadi (einmalig), maka setiap pristiwa
sejarah (Event) akan segera lenyap, sehingga kenyataan-kenyetaan masa lampau
itu tidak mungkin lagi kita saksikan. Fakta sejarah dapat didefinisikan sebagai
informasi atau keterangan yang diperoleh dari sumber-sumber sejarah setelah kita
saring dan kita uji dengan kritik sejarah (Notosusanto,1964: 28-29). Jelaslah
bahwa fakta sejarah tidak sama dengan data sejarah hanyalah bahan-bahan untuk
menyusun fakta-fakta sejarah.
Didalam ilmu-ilmu alam ditandai oleh Objek yang independen, dunia fisik
dan adanya cara pemikiran yang standar mengenai persoalan subyek. Objek ilmu-
ilmu sosial dan sejarah adalah manusia. Objek itu adalah pribadi. Menghilangkan
kecenderungan-kecenderungan yang bersifat pribadi (subyektif) untuk tetap
Objektif adalah sukar dalam penelaahan ilmu sosial. Apabila dalam tahap-tahap
heuristik (sumber) dan kritik (analisis sumber) lebih dimungkinkan ada jaminan
Objektivitas, tidak demikian halnya pada tahap terakhir, ialah tahap interpertasi
dan historiografi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi adanya subjektivitas
dalam interpretasi sejarah.
a. Sikap berat sebelah pribadi (personal bias), adalah rasa senang dan
tidak senang seseorang terhadap seseorang individu ataupun jenis-jenis
orang.
b. Prangsangka kelompok (group prejudice), adalah anggapan-anggapan
yang dimiliki masing-masing sejarawan sebagai anggota kelompok,
baik sebagai kelompok nasional, agama, politik dan sosial.
c. Teori-teori tentang interpretasi sejarah mengenai faftor-faktor
sejarah, adalah teori-teori untuk memberikan interpertasi mengenai
faktor-faktor mana yang paling besar pengaruhnya terhadap terjadinya
suatau pristiwa.
d. Pandangan dunia (weltanschaung), juga dapat membawa pengaruh
kepada penulisan sejarah.
7. Eksplanasi Sejarah
8. Hukum Sejarah
a. Perulangan dalam ilmu-ilmu Alam dan dalam Sejarah
9. Kesadaran Sejarah
a. Kesadaran akan perubahan
1. Bentuk nasional
Bentuk nasional ialah melalui mempelajari pertumbuhan sejarah
bangsanya
2. Bentuk internasonal
Bentuk internasional adalah melalui mempelajari sejarah dunia.
DAFTAR PUSTAKA