Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
5
(Tjazpromex Pert) of Moscow dengan kontrak No. 080 tanggal 7 Juni 1960.
Peresmian pembangunan Proyek Besi Baja Trikora Cilegon di area ± 616 Ha pada
tanggal 20 Mei 1962, dan berdasarkan Ketetapan MPRS No. 2/1960 proyek
diharuskan selesai sebelum tahun 1968. Penetapan status Proyek Besi Baja
Trikora Cilegon menjadi Proyek Vital berdasarkan Keputusan Presiden RI No.
123 Tahun 1963 tanggal 25 Juni 1963. Proyek ini terhenti total pada tahun 1965
karena krisis politik (pemberontakan G30S/PKI), yang kemudian diikuti dengan
merosotnya secara drastic perekonomian Indonesia. Hal ini ikut mempengaruhi
hubungan Indonesia – Uni Soviet yang akhirnya setelah melalui pertimbangan
yang cukup matang, pemerintah Indonesia menunda penyelesaian pembangunan
Proyek Besi Baja Trikora untuk sementara waktu.
6
1975. Tanggal 27 Juli 1977 Presiden Soeharto meresmikan Pabrik Besi Beton,
Pabrik Besi Profil, dan Pelabuhan Khusus Cigading PT Krakatau Steel (Persero)
Tbk, disusul kemudian Peresmian Pabrik Besi Spons model Hylsa (50%), Pabrik
Bilet Baja, Wire Rod, PLTU 400 MW, dan Pusat Penjernihan Air (kapasitas 2000
liter/detik) serta KHI Pipe oleh Presiden Soeharto tanggal 9 Oktober 1979.
7
1. PT. KHI Pipe Industries (PT. KHI)
PT. KHI memulai melakukan produksi komersial pada Januari 1973 dan
memiliki misi untuk memproduksi pipa yang berkualitas tinggi yang akan
membantu kebutuhan pipa untuk tempat penyaluran minyak, gas, air, serta
struktur bangunan. Saat ini PT. KHI mampu memproduksi pipa dengan diameter
4-80 inc dan spesifikasi AKI hingga grade SLX – 70. Kapasitas produksi PT. KHI
adalah 120.000 ton/tahun.
8
Gambar 2.3 Logo PT. Krakatau Daya Listrik
Sumber : PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk.
9
Gambar 2.5 Logo PT. Krakatau Tirta Industri
Sumber : PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk.
10
Gambar 2.7 Logo PT. Krakatau Information Technology
Sumber : PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk.
11
Juli 2003 berubah nama menjadi Rumah Sakit Krakatau Medika (RSKM) yang
memfasilitasi kesehatan bagi karyawan PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. dan
anak perusahaannya serta bagi masyarakat umum. Kapasita Rumah sakit adalah
209 tempat tidur dengan luas bangunan 21.500 m2.
Pada tanggal 10 November 2010, ditengah kondisi pasar yang masih bergejolak,
PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. berhasil menjadi perusahaan terbuka dengan
melaksanakan Initial Public Offering (IPO) dan mencatatkan sahamnya pada
Bursa Efek Indonesia. Pada tahun 2011, PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk.
membukukan pendapatan bersih sebesar Rp. 17,9 triliun dan laba bersih Rp. 1,02
triliun. Pada tahun 2011, Perseroan dan anak perusahaan dengan aset bernilai Rp.
21,5 triliun memiliki 8.023 orang karyawan.
12
2. Misi PT Krakatau Steel (Persero) Tbk :
“Menyediakan produk baja bermutu dan jasa terkait bagi kemakmuran
bangsa”.
Logo PT Krakatau Steel (Persero) Tbk yang didominasi warna merah dan
hitam sebagai perlambang kekuatan akan produk baja terlihat pada Gambar 2.11
Budaya yang dianut oleh PT Krakatau Steel (Persero) Tbk adalah:
1. Competence
Mencerminkan kepercayaan akan kemampuan diri serta semangat untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, keahlian, dan sikap mental
demi peningkatan kinerja yang berkesinambungan.
13
2. Integrity
Mencerminkan komitmen yang tinggi terhadap setiap kesepakatan, aturan
dan ketentuan serta undang-undang yang berlaku melalui loyalitas
pekerjaan dalam memperjuangkan kepentingan perusahaan.
3. Reliable
Mencerminkan kesiapan, kecepatan dan tanggap dalam merespon
komitmen dan janji dengan mensinergikan berbagai kemampuan untuk
meningkatkan kepuasan dan kepercayaan pelanggan.
4. Innovative
Mencerminkan kemauan dan kemampuan untuk menciptakan gagasan
baru dan implementasi yang lebih baik dalam memperbaiki kualitas proses
dan hasil kerja diatas standar.
14
PO. Box : 1174 JKT
Telepon : (021) 5221255 (hunting)
Faksimili : Pemasaran
E-mail : info@krakatausteel.com
15
Gambar 2.14 Peta Tiap Divisi di PT. Krakatau Steel
Sumber : PT Krakatau Steel (Persero) Tbk
16
c. Mengoordinasi pelaksanaan produksi.
d. Merencanakan riset untuk pengadaan prasarana penunjang
kawasan industri dan konstruksi.
e. Melaksanakan riset dan pengolahan data untuk pengadaan
prasarana penunjang kawasan industri dan konstruksi.
f. Mengembangkan dan mengevaluasi usaha pengadaan prasaran
penunjang kawasan industri dan konstrusi.
g. Merencanakan, melaksanakan, dan mengembangkan produksi serta
meningkatkan produktivitas produksi dan kualitas produk.
3. Direktur SDM dan Pengembangan Usaha
Tugas-tugasnya adalah:
a. Merencanakan, merumuskan, dan mengembangkan kebijakan di
bidang personalia, kesehatan, kesejahteraan, pendidikan, dan
latihan kerja.
b. Merencanakan kebijakan dan perkembangan organisasi.
c. Merencanakan dan mengembangkan hubungan kemasyarakatan.
d. Merencanakan dan mengembangkan administrasi pengolahan
kawasan dan keselamatan kerja.
4. Direktur Logistik
Tugas-tugasnya adalah:
a. Merencanakan pembelian kebutuhan bahan baku atau barang-
barang yang akan digunakan oleh perusahaan.
b. Merumuskan pembelian kebutuhan bahan baku atau barang-barang
yang akan digunakan pada perusahaan.
c. Mengembangkan kebijakan pembelian kebutuhan bahan baku atau
barang-barang yang akan digunakan pada perusahaan.
5. Direktur Keuangan
Tugas-tugasnya adalah merencanakan, merumuskan dan mengembangkan
kebijakan di bidang keuangan.
6. Direktur Pemasaran
Tugas-tugasnya adalah: merencanakan, merumuskan, dan
mengembangkan kebijakan di bidang pemasaran hasil produksi, baik
17
dalam maupun luar negeri. Berikut merupakan diagram struktur organisasi
PT Krakatau Steel (Persero) Tbk.
Direktur Utama
General Manager
General Manager
Central
Security & General
Maintenance &
Affair
Facilities
General Manager
Health, Safety &
Environment
18
PT. Krakatau Steel beroperasi selama 24 jam sehari sehingga jadwal kerja
karyawan dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
1. Karyawan (Non Shift)
Jam Kerja karyawan non shift dapat dilihat pada Tabel 2.1. Hari Sabtu dan
Minggu merupakan hari libur bagi karyawan non shift.
2. Karyawan Shift
Karyawan ini bekerja secara rutin, dimana masing-masing shift bekerja
selama 8 jam. Sistem kerja yang dilakukan dengan 4 grup shift, dimana
dalam sehari 3 grup masuk dan 1 grup lain libur. Sistem pembagian shift
adalah sebagai berikut :
Shift I : 22.00-06.00 WIB
Shift II : 06.00-14.00 WIB
Shift III : 14.00-22.00 WIB
Selain itu, terdapat juga waktu lembur dan waktu cuti karyawan PT.
Krakatau Steel. Waktu lembur dilakukan diluar jam kerja atas perintah
atasan yang berwenang. Untuk waktu cuti dibagi menjadi dua macam,
yaitu cuci tahunan dan cuti besar. Cuti tahunan yaitu masa cuti selama 12
hari kerja yang tidak dapat digantikan dengan uang dan cuti besar
diberikan 4 tahun sekali dengan lama cuti selama 1 bulan.
Tabel 2.1 Waktu Kerja Karyawan Non-Shift
Hari Jam Kerja Jam Istirahat (WIB)
Senin-Kamis 07.45-16.45 12.00-13.00
Jumat 07.45-16.45 11.45-12.45
Sumber : PT. Krakatau Steel
19
4. Pabrik Baja Lembaran Panas (Hot Strip
Mill/HSM)
5. Pabrik Baja Batang Kawat ( Wire Rod
Mill/WRM )
6. Pabrik Baja Lembaran Dingin (Cold Rolling
Mill/CRM)
20
Direct Reduction Plant adalah pabrik yang mengolah Iron Ore Pellet
(IOP) menjadi Sponge Iron (besi spons). Mengolah bahan baku bijih besi dalam
bentuk pellet menjadi besi spons yang berbentuk pellet juga. Disini bijih besi
(pellet) direaksikan dengan gas alam atau bahan padat dalam dua unit furnace
yang masing-masing berkapasitas 1 juta ton/tahun. Pabrik ini menggunakan
proses reduksi langsung atau tanpa dilebur, yaitu dengan mereaksikan pellet
dengan gas alam dan steam dalam sebuah reformer. Pabrik ini dapat
memproduksi 2,3 juta ton besi spons tiap tahun dari dua unit pabrik. Produk besi
spons yang dihasilkan memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan
sumber metalik lain, utamanya disebabkan oleh rendahnya unsur pengotor
(residual elements) serta kandungan karbon yang cukup tinggi sehingga proses
pembuatan menggunakan dapur listrik berlangsung efisien dan akurat, menjamin
konsistensi kualitas baja yang dihasilkan. Pabrik besi spons terdiri atas Pabrik besi
spons dengan teknologi Hylsa yaitu teknologi HYL-I dan teknologi HYL-III.
Pabrik besi spons dengan teknologi HYL-I dari Meksiko yang mulai
beroperasi tahun 1979. Unit ini beroperasi dengan menggunakan 4 model. Tiap
model mempunyai empat buah reaktor dengan proses fixed batch. Unit ini
mempunyai kapasitas produksi satu juta ton besi spons per tahun. Kapasitas
reaktor 200 ton per batch dan tingkat metalisasi 88-89%. Selama tahun 2002,
HYL-I tidak beroperasi atau diberhentikan operasinya karena umur ekonomisnya
yang sudah habis dan teknologinya yang obsolete (usang), sementara HYL-II
diberhentikan dalam proses pembangunan karena ketika sedang masa
pembangunan HYL-II teknologi HYL-III telah muncul sehingga pembangunan
HYL-II segera diberhentikan dan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk segera
mengadopsi teknologi HYL-III.
Pabrik besi spons dengan teknologi HYL-III dari Meksiko yang lebih
canggih dari HYL-I mulai beroperasi tahun 1994. Unit ini beroperasi dengan
menggunakan dua reaktor tegak dengan proses kontinyu. HYL-III mempunyai
kapasitas produksi 1,35 juta ton besi spons per tahun,untuk memenuhi kebutuhan
besi spons tambahan maka sedang dibangun Blast Furnace dengan kapasitas 2
21
juta ton per tahun dan pabrik ini direncanakan akan mulai beroperasi di
pertengahan tahun 2013.Dengan teknologi proses kontinyu 170 ton spons atau
hour (1993). Tingkat pencapaian metalisasi 91-92%. Besi spons yang dihasilkan
memiliki komposisi kimia :
1. Fe: 88-91% C: 1,5-2,5% SiO2: 1,25-3,43% Al2O3: 0,61-1,63%
CaO: 0,2 – 0,21% MgO: 0,31-1,62% P: 0,014-0,027%
Cu: 0,001-0,004%
2. Kotoran (oksidasi–oksidasi lanjut) : 0,1-0,5%
3. Tingkat metalisasi : 88-90.
Pada prakteknya kedua pabrik ini saling berbagi fasilitas bantu. Sehingga
dapat dicapai keluaran yang optimal terlebih jika terdapat gangguan teknis
terhadap model. Data mengenai fasilitas utama yang dimiliki pabrik besi spons
HYL-I dan HYL-III dijelaskan pada Tabel 2.2. Proses Hyl-III secara umum
terdiri dari tiga area utama, yaitu :
1. Area Proses Reformasi
2. Area Proses Reduksi
3. Area Sistem Penunjang
Proses Reformasi adalah proses reaksi antara natural gas dengan steam
yang terjadi di dalam pipa–pipa katalis di reformer. proses reduksi adalah
prosesreaksi bijih besi dan gas proses yang terjadi di dalam reaktor. Sistem
penunjang pada proses Hyl-III dapat dilihat pada tabel 2.3
Tabel 2.2 Fasilitas Utama Pabrik Besi Spons
Nama Perusahaan Fasilitas Utama
Kapasitas 1.000.000 mtpy Reformer
OP. Rate 500.000 mtpy Cooling System
HYL-I Teknologi : Primary Reduction
1. Hylsa (Mexico) Secondary Reduction
2. Ferrostaal (Germany) Reactor
Kapasitas Desain 2.000.000 mtpy Reformer (Rekondisi ex : HYL-I)
Teknologi : Heat Recuparator
HYL-III
1. Hylsa (Mexico) Gas Heater
2. Ferrostaal (Germany) Reactor
Sumber : PT Krakatau Steel (Persero) Tbk
22
Tabel 2.3 Sistem Penunjang Proses HYL- III
Sistem Penunjang Proses HYL-III
1. CO2 absorption system 7. Hydraulic System
2. Process Cooling Water System 8. Sulfur Injection System
3. Equipment Cooling Water System 9. Iron One Pellet Handling System
4. Steam System 10. Spons Handling System
5. Inert Gas System 11. Emergency Generator
6. Instrument Air System
Sumber : PT Krakatau Steel (Persero) Tbk
Hasil produksi dari pabrik besi spons digunakan sebagai bahan baku
pembuatan baja yang nantinya akan dikirim ke Slab Steel Plant dan Billet Steel
Plant berupa slab dan billet.
23
dengan kapasitas 65 ton baja cair atau Billet Continuous Casting. Kapasitas pabrik
BSP adalah 600.000 ton/tahun. Pabrik BSP didukung oleh fasilitas produksi yang
ada pada Tabel 2.4. Pabrik ini menggunakan sumber radioaktif untuk mengukur
level dari baja cair. Penampang billet pada pabrik baja ini diproduksi dalam tiga
macam ukuran yaitu 110 x 110 mm, 120 x 120 mm dan 130 x 130 mm dengan
standar panjang 9 m dan 12 m. Hasil dari pengolahan pabrik billet baja ini dipakai
untuk bahan baku wire rod bar dan section mill. Gambaran proses produksi
dijelaskan pada Gambar 2.18.
24
Gambar 2.20 Hasil Akhir Produksi Pabrik Billet Baja
Sumber : PT Krakatau Steel (Persero) Tbk
25
baja dari Voest Alpine-Austria memiliki dua dapur baja listrik, satu mesin concast,
ladle furnace,dan RH- vacuum degassing.
Perbedaan pada kedua pabrik ini ada pada ukuran produk yang dihasilkan.
pabrik SSP I dan SSP II. Pembuatan slab baja sebenarnya tidak jauh berbeda
dengan pembuatan billet baja, yang membedakan adalah komposisi kadar spons
dan scrap. Jika pada Billet baja proporsi spons : scrap yaitu 60 : 40 pada slab
kadarnya mencapai 80 : 20. Pabrik baja slab memproduksi lembaran baja yang
bahan baku utamanya adalah besi spons dan scrap ditambah dengan batu kapur,
serta dicampur dengan unsur-unsur lain seperti C, Fe, dan Si. Pabrik ini juga
memanfaatkan peleburan ulang baja-baja reject (rusak) dari pabrik-pabrik lain
seperti Hot Strip Mill (HSM), Cold Rolling Mill (CRM), dan Wire Rod Mill
(WRM). Komposisi kimia dari baja didaur ulang sesuai permintaan konsumen.
Pabrik ini memproduksi baja slab dengan ukuran : tebal 200 mm, lebar 950 –
2080 mm, dan panjang maksimum 12.000 mm, dengan berat maksimum 30 ton.
Baja yang dihasilkan dari SSP ini merupakan baja ultra low carbon dengan
kandungan gas terlarut (hidrogendan nitrogen) relatif rendah. Hasil produksi SSP
ini kemudian dikirim ke HSM. Kapasitas saat ini adalah 1.8 juta mtpy
26
Tabel 2.5 Fasilitas Utama Pabrik Baja Slab
Nama Pabrik Fasilitas Umum Selesai di bangun
Slab Steel Plant EAF ( 4x130 )-80MVA UHP 1983
Dengan Kapasitas design: Ladle Furnace 1997
1.000.000 mtpy Tundish 1983
Teknologi yang digunakan Mould 1983
1983, 1993 (modifikasi)
1. Man GHH (Germany) 2 Buah CCM 1983)
2. CCM (Germany) Scafer 1993
Slab Steel Plant 2 EAF ( 4x130 )-90MVA UHP 1993
Dengan Kapasitas design: Ladle Furnace 1993
800.000 mtpy Tundish 1993
Teknologi yang digunakan Mould 1993
VAI (Austria) Sebuah CCM dan vacuum degassing 1993
Sumber : PT Krakatau Steel (Persero) Tbk
Pada PT. Krakatau Steel terdapat divisi HSM atau Hot Strip Mill yang
beroperasi untuk mengolah bahan slab yang berasal dari SSP menjadi lembaran
baja selanjutnya dengan spesifikasi yang berbeda. HSM pada PT. Krakatau Steel
27
mulai beroperasi pada tahun 1983 dan menggunakan teknologi SMS yang berasal
dari Jerman.Pada pabrik ini terjadi pemrosesan baja panas hingga pada suhu ±
1250 ºC.Kapasitas produksi pada pabrik HSM ini adalah 2.4 juta ton/tahun.
Terdapat tiga (3) jenis produk yang dapat dihasilkan pada pabrik HSM ini,
antara lain adalah:
1. Coil, yang memiliki spesifikasi:
a. Ketebalan : 1,8 – 25 mm
b. Lebar : 600 – 2080 mm
c. Diameter (inner) : 760 mm
d. Diameter (outer) : 2200 mm
e. Berat : 5 – 30 ton
2. Plate, dengan ukuran spesifikasi:
a. Ketebalan : 1,8 – 25 mm
b. Lebar : 600 – 2080 mm
c. Panjang : 1500 – 12000 mm
d. Berat : 7,5 ton
3. Sheet, dengan spesifikasi ukurannya:
a. Ketebalan : 2 – 6 mm
b. Lebar : 600 – 2080 mm
c. Panjang : 1000 – 6000 mm
Pabrik Pengerolan Baja Lembaran Panas atau Hot Strip Mill (HSM)
mempunyai kapasitas produksi 2.4 juta ton/tahun. Pengendalian proses dilakukan
secara otomatis dengan control set up computer, sehingga dapat menjamin
kualitas produk yang dihasilkan dalam hal kekuatan mekanik, toleransi ukuran,
maupaun kualitas bentuk (shape). Perlengkapan utama Pabrik Pengerolan Baja
Lembaran Panas adalah:
1. Dua buah dapur pemanas dengan kapasitas 300 ton/jam dengan bahan
bakar gas alam, yang berfungsi untuk memanaskan slab.
2. Sebuah sizing press yang digunakan untuk mengatur lebar.
3. Sebuah roughing yang dilengkapi flange edgeroll dan water descaler
dengan tekanan air 180 bar.
4. Sebuah pemotong kepala dan ekor slab crospshar.
28
5. Enam buah finishing stand yang dilengkapi dengan alat ukur pengontrol
lebar, panjang, tebal, dan temperatur strip secara otomatis.
6. Dua buah measuring house.
7. Sebuah down coiler lengkap dengan conveyor.
8. Dua jalur mesin pemotong yang digunakan untuk trimming dan memotong
recoiling.
29
Gambar 2.23 Aliran Proses Produksi Hot Strip Mill
Sumber : PT Krakatau Steel (Persero) Tbk
30
batang baja kawat. Kapasitas produksi saat ini sebesar 450.000 ton/tahun batang
kawat baja. Dengan variasi produk :
1. Batang kawat karbon rendah
2. Batang kawat untuk graphite electrode las
3. Batang kawat untuk cold heading diameter 5,5mm, 8mm, 10mm, dan
12mm.
31
Tabel 2.7 Fasilitas Utama Pabrik Batang Kawat
Nama Pabrik Fasilitas Pabrik
Furnace
Wire Rod Mill (WRM) Roughing Stand
Rotary Shear
Kapasitas sekarang : Intermediate Stand
450.000 mtpy CD Shear
Chopping Shear
10 Finishing Stand
Kapasitas awal : Side Looper
350.000 mtpy Qwater Box
Pinch Roll Water Head
Steimor Conveyor
Teknologi : Mandrel
SMS (Germany) Transfer Car
Morgan (USA) Compactor
32
2.6.6 Pabrik Baja Lembaran Dingin (Cold Rolling Mill / CRM)
Cold Rolling Mill (CRM) adalah bagian dari PT Krakatau Steel (Persero)
Tbk yang berdiri pada tanggal 19 Februari 1983 dengan nama PT Cold Rolling
Mill Indonesia Utama (CRMIU). Luas Pabrik adalah 101.392 m2 di atas tanah
yang luasnya 400.000 m2. Peletakan batu pertama untuk pabrik CRM adalah pada
tanggal 14 Februari 1984 oleh menteri Perindustrian Indonesia, Ir. Hartanto dan
diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 23 Februari 1987 sebagai pabrik
baja lembaran dingin pertama yang terdapat di Indonesia.
33
Tabel 2.8 Fasilitas Utama Pabrik Baja Lembaran Dingin
Nama Pabrik Fasilitas Pabrik
Continious Picking Line (CPL)
Cold Rolling Mill (CRM)
Continious Tandem Cold Mill (CTCM)
Kapasitas : Electrolytic Cleaning Line (ECL1)
950.000 mtpy Electrolytic Cleaning Line (ECL2)
Kapasitas awal : Batch Annealing Furnace (BAF)
650.000 mtpy Continious Annealing Line (CAL)
Teknologi : Temper Pass Mill (TPM)
CLECIM (Prancis) Preparation Line (PRP)
Shearing Line #2 Recoiling Line (REC)
Kapasitas : Shearing Line (SHR)
165.000 ton Slitting Line (SLT)
Sumber : PT Krakatau Steel (Persero) Tbk
Proses yang terjadi pada CPL adalah kontinu. Disini juga terjadi proses
penyambungan berupa pengelasan (welding) antara coil yang baru datang dengan
yang di proses dengan cara menyambungkan ekor coil dengan kepala coil
menggunakan electric welding yang cukup besar. Setelah proses pembersihan
selesai maka dilakukan proses penggulungan untuk disimpan di N-2 yard dan di
proses di unit selanjutnya yakni Continuous Tandem Cold Mill.
34
RINSING
SECTION
PICKLING SCALE
TANKS BREAKER
DRYER
PREPARATION
FLASH SECTIO N
SIDE BUTT WELDER
TRIMMER
MAGNETIC
THREADING
OILER
ROLLS
RECOILER
ENTRY ACCUMULATOR
SCRAP PROCESSOR
CHOPPER
Gambar 2.28 Skema Proses Mill Continuous Tandem Cold Mill (CTCM)
Sumber : PT Krakatau Steel (Persero) Tbk
35
2. Pembebanan kerja yang lebih optimal pada alat pemutar rol pada masing-
masing unit pengerolan, karena setiap unit hanya diproses untuk ketebalan
tertentu.
3. Penambahan dan pengurangan kecepatan pada setiap coil-nya hanya
dilakukan satu kali saja, karena mengurangi atau menambah kecepatan
yang dilakukan berulang kali dapat menyebabkan putusnya lembaran baja.
36
C. Electrolytic Cleaning Line (ECL)
Electrolytic Cleaning Line (ECL) pada dasarnya berfungsi untuk
menghilangkan sisa lapisan minyak dan oli yang ada di permukaan lembaran baja.
ECL menggunakan arus listrik dengan densitas yang tinggi sehingga proses
elektrolisis berlangsung untuk mengangkat dan menghilangkan lapisan minyak
dan gemuk. Pabrik CRM memiliki 2 ECL yang masing-masing memiliki aktivitas
yang berbeda. Perbedaan antar keduanya adalah pada tabel strip yang di proses.
Selain itu untuk ECL 1 prosesnya dapat langsung masuk ke proses BAF dan ada
juga yang dapat langsung di jual ke konsumen. Sedangkan ECL 2 prosesnya
langsung ke BAF karena hasil produknya tidak dapat langsung di jual kepada
konsumen.
GUILLOTINE
SHEAR
GUILLOTINE
SHEAR HCD CLEANING THICKNESS
TANK GAUGE
WELDER
DRYER
LCD DRYER
RINSING
PRECLEANING TANK
TANK
TANK
BRUSH BRUSH
GUILLOTINE TANK TANK GUILLOTINE
SHEAR
SHEAR
WELDER
UNCOILER RECOILER
37
secara elektrolit dengan menggunakan larutan alkaline tanpa mengubah struktur
fisik atau mekanis logam. Selain itu, ECL berfungsi untuk mengendalikan
konsentrasi larutan cleaning, pemotongan sisi, tension coiling, dan kebersihan
strip dari kotoran akibat proses penipisan, dan juga tempat finishing process.
Dalam sistem rol bermuatan di mana lembaran baja di lewatkan pada rol, arus
listrik mengalir saat lembaran baja menyentuh rol. Proses pengangkatan kotoran
berlangsung saat permukaan atas dan bawah lembaran baja melewati rol atas dan
bawah. Setelah melewati ECL, coil siap untuk diproses lebih lanjut di tungku
Batching Annealing Furnace (BAF) untuk coil yang soft dan coil yang full hard
bisa langsung digulung lalu di packing dan masuk gudang dan siap dikirim ke
konsumen.
COOLING HOOD
INNER COVER
TO THE HUMIDITY
CONTROLLED AREA
COIL FROM TCM/ECL
38
pengukuran elektrik, unit pengubah panas dan bahan bakar minyak. Pada proses
ini beberapa coil ditumpuk di dasar dan udara di dalamnya disegel oleh selubung
dalam. Tumpukan selanjutnya di panaskan oleh bahan pembakar yang melingkar
di selubung luar. Alat penghembus di dasar tungku meratakan distribusi panas
dalam tungku. Selubung dalam alat menyerap panas dari selubung luar dan suhu
di dalamnya akan mengontrol secara otomatis. Setelah dipanaskan beberap saat
selubung luar diangkat dan proses pendinginan dimulai. Selubung pendingin
selanjutnya ditempatkan di luar selubung dalam dan udara (temperatur kamar)
dihembuskan di antara dua selubung tadi. Selubunng pendingin menyerap panas
dari selubung dalam dengan bantuan kipas. Ketika suhu bagian luar coil sudah
dibawah 5000 C, pendinginan yang cepat dimulai dengan gas pendingin atau
apabila temperatur coil sudah mencapai 1400C , selubung luar diangkat dan
tumpukan dapat dipindahkan. Untuk mendukung proses annealing dan untuk
mendapatkan sifat-sifat yang tepat, dibutuhkan gas pendukung dan ruang pasca
pendinginan. Gas pendukung ini terdiri dari gas pemurnian, yaitu HNX 5% H 2
dengan titik embun 00C. Ruang pasca pendinginan digunakan untuk menyimpan
coil setelah proses annealing. Disini tekanan udara dan kondisi kelembaban dijaga
dalam suhu 450C dengan kipas yang terdapat pada ruang pasca pendinginan.
39
2. Bagian Pengompresan
Pada proses ini diberikan dua perlakuan yaitu dengan memberikan
perlakuan pemanasan dan kemudian melakukan pendinginan.
3. Bagian Akhir
Bagian ini terdiri dari alat pengukuran coil sampai dengan panjang
tertentu, lau dipotong dan dilanjutkan dengan penggulungan. Pada bagian
ini juga dilengkapi dengan pendeteksi lubang atau cacat dan juga alat
untuk pengambilan sampel untuk control kualitas.
Recoiler
Uncoiler
Dryer Welder
Rinsing
4. Sistem Kontrol
Pada sistem ini terdiri dari pengontrolan ketegangan, kecepatan, dan
pemandu aliran-aliran lembaran baja serta alat pengontrol suhu.
Selain itu fungsi lain dari proses continous annealing line (jeat treatment)
antara lain :
1. Membersihkan strip dari sisa-sisa oil yang masih menempel.
2. Memperbaiki sifat mekanis baja setelah meleati pengerjaan dingin.
3. Memperbaiki bentuk permukaan strip.
F. Temper Pass Mill (TPM)
Prinsip pengerolan di TPM hamper sama dengan prinsip pengerolan di
CTCM, hanya bedanya pada TPM ini ditujukan untuk mendapatkan karakteristik
mekanik dan bentuk permukaan tertentu. Serta memperbaiki bentuk lembaran
bajanya. Pengukuran ketebalan yang terjadi adalah maksimal 5%. Skema proses
40
Temper Pass Mill (TPM) dapat dilihat pada Gambar 2.32. Adapun fungsi dari
pengerolan temper adalah:
1. Menstabilkan dan merubah sifat metalurgi baja.
2. Memperbaiki bentuk lembaran baja.
3. Merubah pola dan tekstur permukaan lembaran baja.
BRIDLE
PREPARATION BRIDLE
RECOILER
UNCOILER
STAND 1 STAND 2
2. Recoiling Line
41
Unit ini adalah proses lanjutan Mill sebelumnya yaitu Mill TPM,
merupakan inspeksi akhir dari proses lembaran baja dengan ketebalan >0,6
mm. Coil dilakukan pengecekan/pemeriksaan dari ukuran (tebal, lebar),
oiling, packing, dan pemeriksaan lainnya untuk memastikan kalau
spesifikasi coil sudah sesuai dengan spec yang diminta oleh konsumen.
Electrostatic
Oiler
Side
Welder Trimmer
Uncoiler Thickness
Gauge Recoiler
Edges
Reject
Recoiler
Jika sudah sesuai dengan spec yang diminta, coil tersebut di-packing
kemudian dikirim ke Holding Area dan siap untuk dikirim konsumen.
Skema untuk mesin ini dapat dilihat pada Gambar 2.34.
Electrostatic
Oiler
Welder
Side
Thickness Trimmer
Uncoiler Recoiler
Gauge
Flying
Shear
Side
Trimmer Thickness 2nd Choice 1st Choice
Uncoiler Gauge Oiler Piller Pil er
Leveller
Edges
42
Gambar 2.36 Skema Proses Mill Shearing Line (SHR)
Sumber : PT Krakatau Steel (Persero) Tbk
3. Shearing Line
Skema shearing line dapat dilihat pada Gambar 2.35 Unit ini memproses
coil dengan memotongnya menjadi lembaran – lembaran dengan panjang
tertentu. Disini sisi lembaran baja juga dapat diratakan sesuai dengan
keinginan konsumen. Selanjutnya, lembaran diperiksa setelah pemotongan
dan lembaran baja yang dimensinya tidak tepat akan dibuang/scrap.
4. Slitting Line
Unit ini berfungsi untuk memotong coil dengan ukuran lebar tertentu. Coil
diiris menjadi beberapa buah coil dengan lebar tertentu tergantung
pemesanan konsumen.
Output utama dari pabrik CRM ini ada 2 macam bentuk yaitu:
1. CRC (cold roll coil) yang bentuk akhirnya berupa gulungan baja.
2. CRS (cold roll sheet) yang bentuk akhirnya berupa lembaran – lembaran.
Jika berdasarkan ukurannya, output CRM bisa dibagi menjadi 3 bagian
yaitu:
1. Lite, yaitu baja dengan ukuran ketebalan ≤0,2 mm dengan kapasitas
produksi 500 ton / shift.
2. Medium, yaitu baja dengan ukuran ketebalan 0,21 – 0,59 mm dengan
kapasitas produksi 700 ton / shift.
3. Heavy, yaitu baja dengan ukuran ketebalan ≥0,6 mm ke atas dengan
kapasitas produksi 1300 ton / shift.
43
untuk dijual atau dikirim ke konsumen dan ada pula yang masuk ke CPL lalu ke
TCM, BAF, TPM, PRP baru kemudian masuk ke warehouse (finished good ).
Gambar 2.37 Hasil akhir produksi Cold Rolling Mill Plant Berupa CRC dan
CRS
Sumber : PT Krakatau Steel (Persero) Tbk
44
Gambar 2.39 Penggunaan pada Produksi Pelat – Timah
Sumber : PT Krakatau Steel (Persero) Tbk
45