Anda di halaman 1dari 117

PERNIKAHAN DINI

(Studi Etnografi di Desa Securai Utara Kecamatan Babalan Kabupaten


Langkat)

SKRIPSI

Diajukan Guna Melengkapi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial Dalam Bidang Antropologi

Oleh :

Yona Tusiana

130905065

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2018

Universitas Sumatera Utara


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PERNYATAAN ORIGINALITAS

PERNIKAHAN DINI
(studi etnografi di desa Securai Utara kecamatan Babalan
Kabupaten Langkat)

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti lain atau tidak seperti yang saya nyatakan di sini
saya bersedia diproses secara hukum dan siap meninggalkan gelar kesarjanaan
saya.

Medan, Desember 2018

Penulis

Yona Tusiana

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Yona Tusiana 2018, judul skripsi Pernikahan Dini (Studi Etnografi di Desa
Securai Utara Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat). Skripsi in terdiri dari
5 bab, 104 halaman, 8 daftar photo,dan 5 daftar tabel.

Penelitian ini berjudul Pernikahan Dini (Studi Etnografi di Desa Securai


Utara Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat),yang bertujuan untuk
mendeskripsikan mengenai kehidupan pasangan suami istri, mulai sebelum menikah
hingga setelah menikah.

Penelitian ini menggunakan metode etnografi dan untuk memperoleh data


yang dibutuhkan, peneliti ini menggunakan teknik observasi dan wawancara. Peneliti
menggunakan observasi partisipasi dalam penelitian ini dan langsung terlibat
dilapangan.dengan tujuan mengetahui kegiatan para pasangan suami istri terutama
para istri. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara
mendalam dengan menggunakan interview guide sebagai pedoman melakukan
wawancara. Dalam menemukan data, peneliti mencari informan yang lebih
mengetahui banyak kegiatan kegiatan suami istri dalam mengurus rumah tangga
sehari-hari.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa banyak hal yang dapat


menyebabkan terjadinya pernikahan dini. Mulai dari keinginan sendiri hingga
pernikahan tersebut terpaksa dilakukan. Keinginan sendiri biasanya terjadi karena
perempuan sudah tidak bersekolah lagi, dan jika tidak dari keinginannya sendiri,
biasanya terjadi karena MBA, atau dijodohkan oleh orangtua.

Kata – Kata Kunci :Pernikahan dini, remaja

Universitas Sumatera Utara


UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur saya hadiahkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

karena atas berkat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul: “Pernikahan Dini (Studi Etnografi di Desa Securai Utara Kecamatan

Babalan Kabupaten Langkat)” dengan baik. Penelitian ini dilakukan sebagai

syarat untuk memperoleh gelar sarjana S-1 bidang Antropologi Sosial di

Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara.

Selama proses penulisan skripsi ini, saya banyak menerima bimbingan dan

masukan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Penghargaan terbesar saya persembahkan kepada keluarga besar saya terutama

orangtua saya tercinta Bapak Ngaidi dan Ibu Taslimah yang memenuhi kebutuhan

saya sehingga saya dapat menikmati fasilitas dalam dunia pendidikan hingga saat

ini. Semoga ayah dan ibu diberikan umur yang panjang, sehat selalu dan

dilancarkan rezekinya. Tanpa adanya bimbingan dan do’a kalian saya tidak akan

mampu untuk mengerjakan skripsi ini dengan baik. Tidak lupa pada abang saya

Sandi Sumana dan kepada adik saya Yeni Lusiana. terimakasih telah memberikan

semangat dan do’a untuk saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Saya juga mengucapkan terimaksih yang sebesar-besanya untuk guru-guru

saya mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas, tanpa jasa kalian

yang telah membuat saya dapat membaca dan menulis serta mendapatkan ilmu-

Universitas Sumatera Utara


ilmu lainnya yang sangat berguna dan penuh kesabaran telah mendidik saya, tanpa

kalian saya tidak akan pernah bisa menuliskan skripsi ini.

Saya juga mengucapkan terimakasih Bapak Dr. Fikarwin Zuska, sebagai

dosen pembimbing sekaligus ketua departemen Antropologi Sosial yang sudah

banyak membantu saya. Lalu meluangkan waktu dan tenaga untuk membimbing

saya mulai dari pengajuan proposal sampai skripsi. Bapak telah banyak

memberikan ilmu, semangat dan masukan-masukan yang berharga, serta dengan

sangat sabar dalam membimbing.

Saya juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu Drs. Rhyta Tambunan,

M.Si sebagai dosen pembimbing akademik, dan juga kepada pengajar

Departemen Antropologi dan seluruh dosen Antropologi, yang juga memberi

dukungan baik kritik maupun saran, serta telah mendidik dan membekali ilmu

pengetahuan. Kepada kak Nurhayati dan kak Sri sebagai staf Departemen

Antropologi FISIP USU, saya mengucapkan terimakasih banyak telah bersedia

membantu kelancaran semua berkas yang diperlukan mulai dari selama kuliah

hingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Saya juga tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada para informan saya

bu Tuti, Om ipon, Om Siddiq, Ranti dan yang lain yang telah meluangkan

waktunya dalam memberikan informasi untuk mendapatkan data dari skripsi ini,

tanpa kalian saya tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini, biarlah kiranya

Tuhan yang membalas segala kebaikan kalian.

Universitas Sumatera Utara


Terimakasih buat teman-teman Lateral khususnya abangda Prof.Hamdani

Harahap, Abdul Akhyar Nasution, Saruhum Rambe, Farid Aulia, dan Dr.Yeni

Absah, yang senantiasa memberikan dorongan motivasi demi terselesaikannya

skripsi ini.

Dan tak lupa buat pada Teman saya Nurul Hakiki Nasution, Andini, Intan,

kak Desi, Sabet, Bang Arif Akbar, bang Arif Setandi, kak Kinan, bang Zulham,

serta yang lain yang selalu mengingatkan dan membantu saya menyelesaikan

skripsi ini serta seluruh kerabat Antropologi 2013 yang tidak dapat saya sebutkan

satu persatu terima kasih atas semua kenangannya dalam pertemanan di masa

kuliah serta diskusi-diskusi dan motivasi positif, sukses buat kita semua teman-

teman.

Medan, Desember 2018

Penulis

Yona Tusiana

Universitas Sumatera Utara


RIWAYAT HIDUP

Yona Tusiana, lahir di Securai Utara, Tanggal 2 Agustus 1995. Beragama Islam,
anak 2 dari 2 bersaudara dari pasangan Ngaidi dan Taslimah.

Riwayat pendidikan formal sebagai berikut: MIS Sirajuddin (2001-2007), SMPS


Ar-Rahman FDS (2007-2010), dan SMAN 3 Medan (2010-2013) serta
melanjutkan pendidikan ke tingkat perguruan tinggi dan lulus di Departemen
Antropologi Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Sumatera Utara pada
Tahun 2013 melalui jalur SBMPTN.
Berbagai kegiatan yang dilakukan selama masa studi sebagai berikut:
1. Mengikuti Organisasi PMR 030 Saat di SMAN 3 Medan (2010-2013).

2. Peserta inisiasi dalam kegiatan penyambutan Mahasiswa baru

Departemen Antropologi Sosial, FISIP USU pada tahun 2013 .

3. Panitia Pelatihan Menulis Kreatif dan Advertising oleh Putra Gara dan

Mayoko Aiko yang dilaksanakan di ruang sidang FISIP USU pada

tanggal 07 Mei 2014.

4. Melakukan penelitian lapangan dalam matakuliah MPA II dan diikuti

seluruh mahasiswa yang mengikuti matakuliah ini ke pajak Sukarame

pada tanggal 19-20 Desember 2014.

Universitas Sumatera Utara


5. Panitia inisiasi dalam kegiatan Penyambutan Mahasiswa baru (PMB)

Departemen Antropologi Sosial, FISIP USU pada tahun 2015.

6. Mengikuti Training of Fasilitator angkatan ke VI oleh Dpartemen

Antropologi Sosial, FISIP USU yang dilaksanakan di Hotel Candi

7. Melakukan PKL-TBM (Praktek Kerja Lapangan - Tinggal Berasama

Masyarakat)

Alamat email : tusiana90@gmail.com

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas kehendak-

Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dan segala hal yang berkaitan dalam

memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana dalam bidang Antropologi

Sosial di Fakultas dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini berjudul “Pernikahan Dini (Studi Etnografi di Desa Securai

Utara Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat)”yang berisi kajian etnografi yang

didasarkan pada wawancara mendalam yang dilakukan penulis di lapangan.

Dalam Bab 1 penulis menjelaskan latar belakang mengapa tertarik

melakukan penelitian ini, juga ada tinjauan pustaka yang terdapat di dalamnya

teori-teori untuk mempermudah penulisan skripsi ini. Ada 2 perumusan masalah

yang menjadi pokok pertanyaan dalam penelitian, juga dalam bab ini berisi tujuan

dan manfaat penelitian serta menjelaskan metode penelitian yang digunakan.

Bab II penulis menjelaskan dimana lokasi yang diteliti

Bab III penulis menjelaskan mengenai fakta-fakta tentang terjadinya

pernikahan dini serta alasan terjadinya pernikahan dini

Bab IV menjelaskan mengenai implikasi pernikahan dini terhadap

kehidupan sehari-hari

Universitas Sumatera Utara


Bab V yang menjadi penutup skripsi ini yang berisi kesimpulan dan saran.

Kesimpulan akan menjelaskan rangkuman keseluruhan dari isi skripsi Bab I

hingga Bab V, setelah itu penulis memberikan sedikit saran untuk pembaca.

Skripsi ini tentu masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis

dengan senang hati menerima kritik dan saran dari berbagai pihak untuk

perbaikan selanjutnya serta sebagai bahan pembelajaran untuk tulisan-tulisan

berikutnya dan penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca

baik mahasiswa maupun masyarakat umum.

Medan, Desember 2018

Penulis

Yona Tusiana

10

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................................................... ii
UCAPAN TERIMA KASIH .............................................................................. iii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. vi
KATA PENGANTAR………………………………………………………….viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................xiv
DAFTAR TABEL ..............................................................................................xiv

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1


1.1. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
1.2. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 6
1.3. Perumusan Masalah..................................................................... 15
1.4. Ruang Lingkup Masalah ............................................................. 16
1.5. Tujuan Penelitian......................................................................... 16
1.6. Manfaat Penelitian....................................................................... 17
1.6.1. Manfaat Teoritis ................................................................ 17
1.6.2. Manfaat Praktis .................................................................. 17
1.7. Lokasi Penelitian ......................................................................... 17
1.8. Metode penelitian ........................................................................ 17
1.8.1. Jenis Penelitian ......................................................................... 17
1.8.2. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 18
1.9. Analisis Data ............................................................................... 22
1.10 Pengalaman Penelitian................................................................22

BAB II LOKASI PENELITIAN.................................................................... 27


2.1. Letak Geografis ........................................................................... 27
2.2. Kondisi Demografi ...................................................................... 28
2.2.1. komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin .................... 28
2.2.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ............. 29
2.2.3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan .......... 31
2.2.4.Kondisi Keagamaan Penduduk ................................................. 33
2.2.5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku/Etnis ........................ 34

11

Universitas Sumatera Utara


2.2.6. Pola Pemukiman di Desa Securai Utara ................................... 35
2.3. Kondisi Sarana dan Prasarana Umum/Publik ............................. 36
2.3.1. Sarana dan Prasarana Jalan ...................................................... 36
2.3.2. Sarana dan Prasarana Pendidikan ............................................. 38
2.3.3. Sarana dan Prasarana Kesehatan .............................................. 40
2.3.4. Sarana dan Prasarana Air Bersih .............................................. 40
2.3.5. Sarana dan Prasarana Ibadah .................................................... 41
2.4. Gambaran Umum Aktifitas Sosial Kemasarakatan ..................... 41
2.5. Gambaran Umum Aktifitas Ekonomi Masyarakat ...................... 43

BAB III PERNIKAHAN DINI DI DESA SECURAI UTARA ................... 44


3.1. Fakta-Fakta Tentang Pernikahan Dini di Desa Securai Utara..... 44
3.2. Masyarakat Jawa di Securai Utara dan Menikah di Usia
Muda............................................................................................46
3.3. Faktor-faktor Terjadinya Pernikahan di Desa Securai Utara ...... 54
kijomknnBAB IV IMPLIKASI PERNIKAHAN DINI
TERHADAP KEHIDUPAN RUMAH TANGGA PADA
PASANGAN PENIKAH DINI ........................................................ 77
4.1. Implikasi Pernikahan Dini Terhadap Pendidikan
Pelaku Penikah Dini .................................................................... 77
4.2. Implikasi Pernikahan Dini Terhadap Ekonomi Rumah Tangga
Pelaku Penikah Dini .................................................................... 80
4.3. Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) ................................ 84
4.4. Implikasi Pernikahan Dini Terhadap Perawatan Ibu Dan Anak
Pada Pelaku Penikah Dini ........................................................... 85
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 101
5.1. Kesimpulan................................................................................ 101
5.2. Saran .......................................................................................... 102
Daftar Pustaka ................................................................................................ 103

12

Universitas Sumatera Utara


Daftar Tabel

Tabel 1................................................................................................................ 28

tabel 2................................................................................................................. 30

Tabel 3................................................................................................................ 31

Tabel 4................................................................................................................ 92

Tabel 5................................................................................................................ 92

Daftar Gambar

Gambar 1............................................................................................................. 35

Gambar 2............................................................................................................. 37

Gambar 3............................................................................................................. 38

Gambar 4............................................................................................................. 39

Gambar 5............................................................................................................. 40

Gambar 6............................................................................................................. 52

Gambar 7............................................................................................................. 58

Gambar 8............................................................................................................. 76

13

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk sosial yang pada hakikatnya membutuhkan

orang lain untuk dapat bertahan hidup. Mulai dari memenuhi kebutuhan

pribadinya seperti sandang, pangan dan papan, manusia tentunya membutuhkan

orang lain. Manusia juga perlu mempertahankan keberadaan manusia dengan

adanya keturunan dengan melakukan perkawinan. Perkawinan merupakan salah

satu tahap yang terpenting dalam sepanjang siklus kehidupan manusia yang

disebut dengan stage a long the life cycle. Tahap-tahap yang ada disepanjang

hidup manusia tersebut adalah seperti masa bayi, masa penyapihan, masa anak-

anak, masa remaja, masa pubertas, masa sesudah menikah, masa tua dan

sebagainya (Koentjaraningrat, 1985:89). Salah satu tahap tersebut secara tidak

langsung akan merubah prilaku seseorang/manusia itu sendiri, hal itu dapat dilihat

pada saat seseorang/manusia itu berada dalam sebuah ikatan perkawinan yang sah.

Oleh sebab itu perkawinan adalah salah satu tahap yang sangat terpenting di

dalam siklus kehidupan manusia, dimana perkawinan menjadi alat suatu

kelompok masyarakat untuk melanjutkan keberlangsungan kelompoknya.

Perkawinan juga merupakan media budaya dalam mengatur hubungan

antar sesama manusia yang berlainan jenis kelamin. Perkawinan bertujuan untuk

mencapai suatu tingkat kehidupan yang lebih dewasa dan pada beberapa

kelompok masyarakat kesukuan dewasa ini. Perkawinan tidak hanya menyatukan

14

Universitas Sumatera Utara


dua pribadi yang berbeda, tetapi juga menjadi media yang menyatukan orang tua

kedua belah pihak, saudara-saudaranya dan kerabat mereka masing-masing

(Koentjaraningrat, 1994:92).

Menurut catatan kepala desa dan catatan saya saat melakukan penelitian,

umumnya mereka yang melakukan perkawinan di usia muda tidak lagi

melanjutkan sekolah, terutama bagi wanita, sehingga peluang untuk mendapatkan

pendidikan lebih tinggi menjadi tertutup. Tertutupnya peluang untuk mendapatkan

pendidikan yang lebih tinggi juga berakibat pada tertutupnya kesempatan untuk

mendapatkan pekerjaan formal yang lebih baik, yaitu pekerjaan-pekerjaan yang

memberi penghasilan yang menjanjikan atau yang dapat memberi pengasilan

lebih baik (Mahfudin & Waqi’ah, 2016:40). Ini adalah masalah penting karena

ketika seseorang berpendapatan rendah apalagi tidak menentu, karena pekerjaan

tidak tetap, sehingga hal tersebut akan berimplikasi pada kehidupan keluarganya

di masa depan. Implikasi pada kehidupan rumah tangga pada subjek yang

melakukan perkawinan di usia muda ialah permasalahan ekonomi serta

pengetahuan tentang bagaimana menjadi orangtua yang baik.

Di lain pihak, pernikahan dini bagi wanita secara medis memiliki banyak

dampak buruk bagi kesehatan. Wanita yang menikah pada usia dini memiliki

risiko yang lebih tinggi dibandingkan menikah pada usia yang lebih dewasa

(Andrian & Kuntoro, 2013:2; Sumbullah & Jannah, 2012:89). Wanita yang

menikah di usia muda mempunyai waktu yang lebih panjang terhadap risiko

kehamilan (Andrian & Kuntoro, 2013:2). Karena, semakin rendah usia seseorang

wanita menjadi hamil, semakin besar risiko kesehatannya. Risiko kematian akibat

15

Universitas Sumatera Utara


kehamilan dua kali lebih tinggi pada remaja perempuan usia 15-19 tahun

dibandingkan dengan perempuan usia 20–24 tahun (Andrian & Kuntoro, 2013:2).

Tidak hanya menyebabkan kematian pada ibu hamil, hamil di usia muda juga

memiliki implikasi negatif pada calon bayi seperti berat bayi lahir rendah

(BBLR), bayi lahir prematur dan lainnya (Andrian & Kuntoro, 2013:2; Minarti,

dkk, 2014:96). Ditinjau dari aspek sosial ekonomi, perempuan akan terus

bergantung dengan suaminya, perempuan hanya akan diandalkan dalam urusan

mengurus rumah tangga, seperti memasak, mencuci, dan mengurus anak (Dafeni,

dkk, 2017:262). `perempuan tidak akan dilibatkan dalam pengambilan keputusan

karena dianggap tidak berpendidikan (Dafeni, dkk, 2017:262).

Akan tetapi, dalam Agama Islam ̶ Agama yang dianut oleh sebagian besar

penduduk Indonesia, termasuk Desa Securai Utara, Kecamatan Babalan,

Kabupaten Langkat ̶ menikah boleh dilakukan apabila seseorang telah mencapai

aqil baligh (Rohman, 2016:76; Darondos, 2014:54). Aqil baligh pada perempuan

ditandai dengan mengalami menstruasi dan pada laki-laki ditandai dengan


1
mendapat mimpi basah. Di Indonesia, menurut UU Perkawinan tahun 1974

bahwa perkawinan hanya diizinkan bila pihak pria mencapai umur 19 (sembilan

belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai usia 16 (enam belas) tahun

(Darondos, 2014:54). Jika ditinjau dari aspek kesehatan, usia 16 tahun bagi

perempuan untuk menikah masih tergolong berbahaya karena dapat mengganggu

organ reproduksi, karena usia tersebut merupakan usia dimana organ reproduksi

wanita sedang berkembang (Andrian & Kuntoro, 2013:2; Sumbullah & Jannah,

1
Achmad Asrori, “Batas Usia Perkawinan Menurut fukaha dan Penerapannya dalam Undang-
undang Perkawinan di dunia islam”, Al- ‘adalah Vol. XII, No. 4, Desember 2015, Hal 809.

16

Universitas Sumatera Utara


2012:89). Begitu juga dengan hukum Islam yang membolehkan seseorang

menikah ketika telah mencapai usia akil baligh yang ditentukan dengan mimpi

basah yang dialami laki-laki dan haid atau menstruasi yang di alami perempuan

(Asrori, 2015:810). Sehingga hal tersebut akan berakibat buruk pada pasangan

tersebut karena secara psikologis dan bilogis, karena pasangan yang menikah

muda dianggap belum matang untuk dapat hamil, melahirkan dan kemudian

belum siap untuk menghadapi permasalahan rumah tangga (Rifiani, 2011:127;

Minarti, 2014:96)

Menurut Mufidah (Sumbullah & Jannah, 2012:89-90), “usia ideal

pembuahan pada organ reproduksi perempuan sekurang-kurangnya usia 21 tahun.

Di mana seorang perempuan dipandang telah siap secara fisik dan mental untuk

menjadi seorang ibu sesuai dengan usia kematangan psikologis nya sehingga

dapat menerima kehadiran buah hati dengan segala kebahagiaan dan berbagai

masalahnya”.

Berdasarkan wawancara yang lakukan dengan beberapa keluarga yang

mengizinkan anaknya melakukan pernikahan dengan usia yang muda, mereka

memiliki beberapa alasan seperti mereka merasa lebih lega ketika anak-anak

perempuan mereka memutuskan untuk menikah, dalam hal ekonomi dan dalam

hal pengawasan. Salah seorang informan yang bernama pak Zulkarnain berkata

pada saya “lebih gampang ngangon2 lembu sekandang daripada jaga 1 anak

2
Dalam KBBI ngangon sama dengan menggembala

17

Universitas Sumatera Utara


gadis”. Ada juga yang mengungkapkan bahwa untuk apa di sekolahkan tinggi-

tinggi, kalau pada akhirnya perempuan juga akan turun ke dapur dan sumur.

“Secara psikologis, anak yang belum mencapai usia matang,


sebenarnya juga belum memiliki kesiapan dan pemahaman
yang memadai tentang hubungan seks, sehingga bisa
menimbulkan trauma psikis berkepanjangan dalam jiwa anak
yang sulit disembuhkan. Selain itu, ikatan perkawinan akan
menghilangkan hak anak untuk memperoleh pendidikan
(wajib belajar 9 tahun), hak bermain dan menikmati waktu
luangnya serta hak-hak lainnya yang melekat dalam diri
anak.” (Sumbulah & Jannah, 2012:90)

Pernikahan dini juga berimplikasi pada pasangan tersebut dalam menjalani

kehidupan rumah tangga setelah menikah, beberapa diantaranya ialah hubungan

seks, ekonomi rumah tangga, kekerasan dalam rumah tangga dan perawatan ibu

dan anak (Alfina, dkk 2016:1069-1071; Setiawati, 2017:9-10; Sumbullah &

Jannah, 2012:100).

Di ambil kesimpulan bahwa menikah diusia dini walaupun dengan tujuan

untuk melegalkan suatu hubungan agar terhindar dari zina yang dapat

menyebabkan aib, kemudian juga akan mempermalukan keluarga. Namun jika di

kaji dari aspek kesehatan dan psikolgis, bahwa menikah, hamil, dan melahirkan

dapat membahayakan organ reproduksi wanita (Andrian & Kuntoro, 2013:2;

Sumbullah & Jannah, 2012:89). Dan dari aspek psikis, seorang perempuan

dianggap telah siap menjadi ibu diusia 21 tahun, sesuai dengan kematangan

psikologisnya (Sumbullah & Jannah, 2012:89-90). Sedangkan dari aspek sosial

ekonomi, pasangan yang menikah muda akan sulit untuk mendapatkan pekerjaan

formal lebih baik, sehingga berdampak pada rendahnya pendapatan ekonomi

18

Universitas Sumatera Utara


(Mahfudin & Waqi’ah, 2016:40). Sehingga berdampak pada kehidupan rumah

tangganya di kemudian hari, seperti perselisihan dan kemudian KDRT. Seperti

beberapa penelitian yang dikutip oleh Saputro (Dafeni, dkk, 2017:257) “KDRT

dapat disebabkan oleh beberapa faktor eksternal dan internal seperti faktor

Demografi yang diantaranya usia menikah pertama istri, pendapatan keluarga,

pendidikan istri, status bekerja istri, pengetahuan istri dan ketidak setaraan

gender”. KDRT juga sangat merugikan perempuan karena merupakan kekerasan

pada fisik, seksual dan psikologis yang dapat menyebabkan trauma psikis serta

kekerasan pada fisiknya (Huda, 2005:94; Sutikno, 2006:44).

1.2. Tinjauan Pustaka

Pernikahan dini adalah sebuah bentuk ikatan/pernikahan yang salah satu

atau kedua pasangan berusia di bawah 18 tahun atau usia sedang mengikuti

pendidikan di sekolah menengah atas bahkan Sekolah Menengah Pertama. Jadi,

sebuah pernikahan disebut pernikahan dini, jika kedua atau salah satu pasangan

masih berusia di bawah 18 tahun (masih berusia remaja). Karena hal tersebut

dapat merugikan keduanya, dari sisi kesehatan, sosial, psikologis maupun

ekonominya.

Perkawinan menurut Koentjaraningrat (1994:103) adalah sebagai pengatur

tingkah laku manusia yang berkaitan dengan kehidupan kelaminnya. Perkawinan

disebutkan membatasi seseorang untuk besetubuh dengan lawan jenisnya yang

lain. Selain pengatur kehidupan seksnya, perkawinan mempunyai berbagai fungsi

dalam kehidupan bermasyarakat seperti memenuhi kebutuhan manusia akan

19

Universitas Sumatera Utara


teman hidup, memenuhi kebutuhan akan harta dan gengsi, selain itu juga untuk

memelihara hubungan dengan kelompok kerabat tertentu. Begitu pula dikatakan

oleh Koentjaraningrat, 1994:92, melalui perkawinan, status sosial seorang

manusia dalam masyarakat tempat dia berada juga akan beralih dari seorang

remaja menjadi seorang dewasa bahkan dia kemudian akan mendapat pengakuan

akan status yang lebih di tengah masyarakat tersebut. Menurut Hildred Geertz,

pernikahan merupakan pelebaran menyamping tali ikatan keluarga antara dua

kelompok himpunan yang bukan saudara, atau sebaliknya. Ia merupakan

pengukuhan keanggotaan di dalam suatu kelompok endogam bersama. Dalam

penelitiannya terhadap keluarga-keluarga di Jawa, Hildred menyimpulkan,

pernikahan melibatkan dua buah somah, yang akan dipersatukan kemudian

melalui lahirnya seorang cucu milik bersama3

Dunvall dan Miller (dalam Hasanah, 2012:15) mendefinisikan pernikahan

sebagai hubungan antara pria dan wanita yang telah diakui dalam masyarakat

yang melibatkan hubungan seksual, adanya penguasaan dan hak mengasuh anak,

dan saling melengkapi kekurangan serta mengetahui tugas masing-masing sebagai

suami dan istri. Dari penjelasan Dunvall dan Miller, pernikahan bukan hanya

sarana untuk melegalkan suatu hubungan seksual dan tinggal bersama semata.

Lebih daripada itu. Pernikahan adalah sarana untuk melahirkan keturunan dengan

status orang tua yang sudah legal, serta memiliki hak dalam mengasuh anak-anak

yang akan dilahirkan nya kelak. Tugas pasangan suami istri yang berstatus orang

tua hendaknya memenuhi kebutuhan sang anak serta tidak lupa akan tugas-

3
Hildred Geertz, keluarga Jawa, Grafiti Pers, (Jakarta: PT. Grafiti Pers, 1985),21-22

20

Universitas Sumatera Utara


tugasnya sebagai pasangan suami dan istri juga. Saling melengkapi, yaitu

menutupi kekurangan suami dengan kelebihan istri ataupun sebaliknya.

Jika ditinjau kembali, menikah bukan saja tinggal seatap dengan status

suami-isteri. Namun, mereka harus bias meyesuaikan diri dengan lingkungan dan

status yang baru, beralih dari remaja ke suami isteri. Dilihat dari teori adaptasi

yang dikemukakan oleh Suparlan bahwa adaptasi ialah suatu proses untuk

memenuhi syarat-syarat dasar untuk tetap melangsungkan kehidupan. Dalam

proses kehidupan manusia sebagai anggota masyarakat, individu tidak bias begitu

saja melakukan tindakan yang sesuai dengan dirinya. Karena individu tersebut

mempunyai lingkungan diluar dirinya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan

sosial. Dan lingkungan ini mempunyai aturan dan norma-normayang membatasi

tingkah laku individu tersebut (Suparlan, 1993:20)

Menikah juga tidak hanya memikirkan tentang legalnya suatu hubungan.

Pasangan yang memutuskan untuk menikah seharusnya juga memikirkan tentang

kehidupan mereka di masa depan dengan cara mempersiapkan fisik dan

mentalnya. Karena, menikah berhubungan erat dengan kehamilan dan kelahiran.

Oleh karena karena itu, pasangan harus memikirkan apakah mereka siap secara

mental dan biologis untuk melewati masa itu. Secara biologis, wanita yang hamil

di usia muda lebih rentan mengalami masalah dalam kehamilan karena organ

reproduksinya sedang berada di awal proses kematangan. Dan dari segi

psikologis, pasangan penikah dini juga harus mempersiapkan mental untuk

menghadapi badai rumah tangga yang akan terjadi di kemudian hari. Belajar

untuk mencari solusi dengan kepala dingin jika menghadapi masalah. Seperti

21

Universitas Sumatera Utara


dalam Manuaba, 2009 yang mengatakan bahwa “Secara biologis, pada masa

remaja terjadi proses awal kematangan organ reproduksi manusia, dampaknya jika

terjadi kehamilan maka banyak risiko kesehatan yang akan terjadi seperti seperti

abortus, anemia, kurang gizi, preeklamsi dan eklamsi. Sedangkan pada saat

persalinan dapat menimbulkan, persalinan lama, ketuban pecah dini,

ketidakseimbangan kepala bayi dengan lebar panggul, persalinan prematur, berat

badan bayi lahir rendah dan perdarahan yang dapat mengancam keselamatan jiwa

ibu maupun bayinya.” (Minarni, dkk, 2014:96)

Sedangkan dari segi psikologis, wajar bila banyak yang merasa khawatir

bahwa pernikahan dini akan menghambat studi dan rentan konflik yang berujung

perceraian, karena kekurangsiapan mental kedua pasangan yang belum dewasa.

Kecemasan dalam menghadapi masalah-masalah yang timbul dalam keluarga

membuat pasangan remaja tersebut mudah mengalami goncangan jiwa yang dapat

mengakibatkan stress dan depresi, bila keadaan ini tidak mendapatkan perhatian

dan penanganan dengan baik akan terjadi goncangan jiwa yang lebih berat lagi

bahkan bisa menjadi gila (Minarni, dkk, 2014:96).

Menurut BKKBN, usia ideal menikah ialah 21 tahun untuk perempuan dan

25 tahun untuk laki-laki. Karena berdasarkan ilmu kesehatan usia 20-25 tahun

pada wanita, kemudian 25-30 tahun pada lelaki merupakan usia yang matang

untuk berumah tangga karena dianggap telah matang dan bisa berfikir dewasa

secara rata-rata. Menurut seorang psikolog, Pustika Rucita, BA, MPsi, psikolog

klinis dewasa dari Tiga Generasi, usia ideal meinukah ialah antara 20-40 tahun,

karena di rentang usia ini, salah satu tugas perkembangan manusia adalah untuk

22

Universitas Sumatera Utara


memenuhi kebutuhan intimasi mereka, dimana mereka akan mencoba untuk

membentuk komitmen dengan orang lain.

Namun, tidak semua mengatakan bahwa pernikahan di usia dini

memberikan dampak negatif bagi pasangan tersebut. Seperti penuturan M. Fauzil

Adhim (dalam Indahnya Pernikahan Dini, 2002:19-22) Beliau nampaknya setuju

sekali dalam hal pernikahan dini. Ini dapat dilihat dari bahan presentasi beliau

yang memperlihatkan keuntungan-keuntungan yang didapat oleh pasangan yang

menikah pada usia remaja. Dan juga terdapat bantahan-bantahan terhadap

kelompok yang kontra terhadap pernikahan dini. Dalam pengutaraan

presentasinya, bapak fauzil Adzim juga mengambil sumber dari ilmuwan barat

yang telah melakukan penelitian terhadap pasangan-pasangan yang telah menikah

pada usia muda. Ternyata, dari hasil penelitian yang diperoleh didapat kesimpulan

bahwa pasangan yang menikah pada usia muda lebih berbahagia daripada

pasangan yang menikah pada usia tua. Hal itu dikarenakan emosi positif kita

masih banyak dan penuh dengan prinsip-prinsip sehingga kita bisa tetap

mempertahankannya. Bagi calon mempelai yang belum mencapai umur yang

ditentukan oleh undang-undang, tetap dibolehkan untuk menikah dengan syarat

mendapat izin dari orang tua dan mendapat dispensasi dari pengadilan atau

pejabat lain yang ditunjuk oleh orang tua.

Meskipun pernikahan tersebut sudah sah, baik menurut agama maupun

menurut undang-undang, akan tetapi masih menuai banyak kontroversi. Hal yang

menarik dari kontroversi ini adalah pernikahan yang termasuk ruang privat saat

ini telah menjadi konsumsi umum untuk mengintervensi. sebagai contoh adalah

23

Universitas Sumatera Utara


pernikahan Lutfiana Ulfa dengan Syekh Puji. Padahal pernikahan tersebut

dinyatakan sah dan kedua belah pihak (pihak laki-laki dan perempuan termasuk

kedua orangtua perempuan tidak ada yang memaksa dan dipaksa). Campur tangan

dilakukan pihak ketiga tidak hanya oleh individu tetapi sudah melibatkan lembaga

yang “identik dengan perlindungan anak dan pembelaan terhadap hak-hak anak”

Pernikahan di bawah usia yang telah di tetapkan oleh UU disebut

pernikahan dini, karena dilakukan di usia yang relatif muda. Usia pernikahan yang

tertera dalam UU perkawinan ialah 16 tahun untuk perempuan dan 19 tahun untuk

laki-laki di sertai dengan persetujuan orang tua.

Menurut Alfina, dkk, (2016:1027) ada beberapa faktor penyebab pernikahan dini

diantaranya seperti:

 Faktor Ekonomi

Biasanya ini terjadi ketika keluarga si gadis berasal dari keluarga

kurang mampu. Orang tuanya pun menikahkan si gadis dengan laki-laki

dari keluarga mapan. Hal ini tentu akan berdampak baik bagi si gadis

maupun orang tuanya. Si gadis bisa mendapat kehidupan yang layak serta

beban orang tuanya bisa berkurang.

 Faktor Pendidikan

Rendahnya tingkat pendidikan orang tua, anak dan masyarakat

membuat pernikahan dini semakin marak. Menurut saya, Wajib Belajar 9

Tahun bisa dijadikan salah satu 'obat' dari fenomena ini, dimisalkan

24

Universitas Sumatera Utara


seorang anak mulai belajar di usia 6 tahun, maka saat dia menyelesaikan

program tersebut, dia sudah berusia 15 tahun. Di usia 15 tahun tersebut,

seorang anak pastilah memiliki kecerdasan dan tingkat emosi yang sudah

mulai stabil. Apalagi bila bisa dilanjutkan hingga Wajib Belajar 12 tahun.

Jika program wajib belajar tersebut dijalankan dengan baik, angka

pernikahan dini pastilah berkurang.

 Faktor Orang tua

Entah karena khawatir anak menyebabkan aib keluarga atau takut

anaknya melakukan 'zina' saat berpacaran, maka ada orang tua yang

langsung menikahkan anaknya dengan pacarnya. Niatnya memang baik,

untuk melindungi sang anak dari perbuatan dosa, tapi hal ini juga tidak

bisa dibenarkan.

 Faktor Biologis

Faktor biologis ini muncul salah satunya karena Faktor Media

Massa dan Internet diatas, dengan mudahnya akses informasi tadi, anak-

anak jadi mengetahui hal yang belum seharusnya mereka tahu di usianya.

Maka, terjadilah hubungan di luar nikah yang bisa menjadi hamil di luar

nikah. Maka, mau tidak mau, orang tua harus menikahkan anak gadisnya.

 Faktor Kebudayaan

Selain faktor-faktor diatas, kebiasaan juga menjadi faktor yang

sangat mendukung terjadinya pernikahan dini. Umumnya, ada beberapa

25

Universitas Sumatera Utara


daerah yang menganggap menikah di usia muda atau pernikahan dini

adalah hal yang lazim terjadi, karena menurut mereka, pernikahan di usia

muda telah terjadi sejak dahulu kala. Nenek-nenek mereka juga melakukan

pernikahan di usia muda. Jika tidak, mereka akan dianggap tidak laku.

Seperti Madura, Indramayu, Sulawesi Barat, Kalimantan Barat dan

Sulawesi Selatan.

Beberapa penyebab yang diuraikan di atas menjadi alasan mengapa

pernikahan diusia dini masih banyak terjadi. Namun juga harus diperhatikan

implikasinya terhadap kehidupan setelah berumah tangga, seperti:

1. Hubungan Seks

Selain sandang, pangan dan papan, hubungan seks merupakan kebutuhan

biologis pada manusia yang harus di penuhi. Hubungan seks selain

dilakukan karena kebutuhan biologis, hubungan seks juga dilakukan untuk

mendapatkan keturunan.

2. Ekonomi Rumah Tangga

Berbicara mengenai rumah tangga, kita juga berbicara tentang kebutuhan-

kebutuhan yang ada di dalamnya. Salah satu kebutuhan yang penting ialah

sandang, pangan, papan. Tidak dapat dipungkiri, memutuskan untuk

menikah berarti memutuskan untuk membangun kehidupan mulai dari nol.

Jika suami-istri sama-sama bekerja, masalah ekonomi bukanlah sesuatu

yang membebani kehidupan. Karena suami-istri bekerja sama untuk

memenuhi kebutuhan hidup. Namun jika hanya satu yang bekerja. Suami-

26

Universitas Sumatera Utara


istri juga harus saling bekerja sama agar penghasilan tersebut bisa di kelola

dengan baik.

3. Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)

Kehidupan rumah tangga adalah fase kehidupan paling lama dalam

kehidupan manusia. KDRT terjadi bukan hanya karena sifat bawaan yang

dimiliki oleh salah satu pelaku rumah tangga, namun ada beberapa faktor

seperti ekonomi rumah tangga, ketidaksetaraan gender hubungan seks

dalam rumah tangga dan berbagai faktor lainnya.

4. Perawatan Ibu dan Anak

Perawatan ibu dan anak disini meliputi banyak aspek, seperti:

 perawatan ibu hamil. Ibu hamil sendiri terdiri dari ibu dan

calon bayi yang ada di rahim. Perawatan yang harus menjadi

perhatian ialah, apakah ibu hamil sering memeriksakan

kesehatan ke dokter atau posyandu. Atau hanya merawat diri

dan kandungannya sebatas pengetahuan pribadi dan orang tua

saja

 perawatan pasca melahirkan. Perawatan pasca melahirkan juga

meliputi ibu dan bayi. Bagaimana cara merawat ibu, bayi dan

bagaimana cara memperhatikan asupan nutrisi untuk

keduanya.

27

Universitas Sumatera Utara


 Perawatan anak. Perawatan ini sangat membutuhkan

kerjasama orang tua. Bagaimana mengasuh anak mulai dari

memandikan, mengasuh, member makan, menidurkan hingga

memperhatikan pola pendidikannya (Alfina, dkk 2016:1069-

1071; Setiawati, 2017:9-10; Sumbullah & Jannah, 2012:100).

Diambil kesimpulan bahwa, menikah selain untuk mengalihkan status dari

remaja ke pasangan suami istri serta mengatur hubungan seksualnya seperti yang

dikatakan oleh Koentjaraningrat, 1992:92, serta mengatur kehidupan pria wanita

yang telah menjadi paangan suami istri dalam mengatur kehidupan keluarga dan

mengasuh anak-anaknya (Dunvall dan Miller, 2012:15). Lebih dari itu, menikah

juga menuntut seseorang untuk beradaptasi dengan lingkungan hidupnya yang

baru, Karena setiap lingkungan memiliki norma-norma yang berlaku di daerah

tersebut (Suparlan, 1993:20). Oleh sebab itu, Dunvall dan Miller (dalam Hasanah,

2012:15) mendefinisikan pernikahan sebagai hubungan antara pria dan wanita

yang telah diakui dalam masyarakat yang melibatkan hubungan seksual, adanya

penguasaan dan hak mengasuh anak, dan saling melengkapi kekurangan serta

mengetahui tugas masing-masing sebagai suami dan istri.

1.3. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan sebelumnya,

permasalahan yang dapat diajukan adalah “Bagaimana budaya pernikahan dini

dapat di cegah”. Penelitian ini akan di permudah dengan perumusan masalah yang

28

Universitas Sumatera Utara


bertujuan untuk mendapatkan fokus objek kajian dan sekaligus juga pembatas

bagi permasalahan yang di teliti agar tidak meluas. Beberapa pertanyaan

penelitian dapat diajukan, yaitu

 mengapa pernikahan dini banyak terjadi di Desa Securai Utara,

Kecamatan Babalan, Kabupaten Langkat

 bagaimana implikasi pernikahan dini terhadap kehidupan

rumah tangga pasangan penikah dini

1.4. Ruang Lingkup Masalah

yang menjadi ruang lingkup dalam penelitian ini hanya berfokus pada

banyaknya pernikahan yang terjadi diusia yang masih muda. Sedangkan dalam

kajian teoritis, menikah muda dapat merugikan bagi pasangan tersebut dari sisi

ekonomi, pendidikan dan sosial di masyarakat. Bahkan bagi perempuan, hamil

diusia yang muda akan membahayakan organ reproduksi yang sedang

berkembang. Serta melihat bagaimana dampak perikahan dini bagi pasangan

muda di kehidupan sehari-hari khususnya di Desa Securai Utara, Kecamatan

Babalan, Kabupaten Langkat. Mengingat ruang lingkup pembahasan nantinya

akan semakin luas sekali, oleh karena itu penulis hanya membatasi sekitar

masalah perkawinan usia dini, dan bagaimana pasangan muda tersebut menjalani

kehidupan sehari-hari setelah menikah dalam masyarakat itu sendiri. Sehingga

ruang lingkup masalah yang penulis teliti hanya fokus pada satu objek masalah

saja. Oleh karena itu penulis akan memfokuskan atau mengkonsentrasikan dengan

29

Universitas Sumatera Utara


judul, “PERNIKAHAN DINI (studi etnografi tentang kehidupan setelah menikah

bagi penikah dini)

1.5. Tujuan Penelitian

a. Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat dan mengetahui penyebab

terjadinya pernikahan dini serta mengetahui bagaimana kehidupan pasangan

penikah dini pasca menikah.

1.6. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini secara teoritis di harapkan dapat memberikan

sumbangan pemikiran dalam memperkaya wawasan dan sekaligus

memperoleh pengetahuan empirik tentang pernikahan dini. Menjadi sumber

referensi tertulis bagi masyarakat umum, intelektual maupun pemerintah

untuk mengetahui segala sesuatu tentang pernikahan dini.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini secara praktis di harapkan dapat menjadi masukan bagi

pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan berkenaan dengan penelitian ini,

sehingga siapapun yang membaca hasil penelitian ini akan mengerti dampak-

dampak yang ditimbulkan akibat pernikahan dini. Dan selanjutnya akan

menekan angka pernikahan dini.

30

Universitas Sumatera Utara


1.7. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Securai Utara Kecamatan Babalan

Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara. Lokasi ini dipilih Karena masih

banyaknya terjadi pernikahan dini di daerah tersebut.

1.8. Metode penelitian

1.8.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini berseifat eksploratif yang kemudian akan di paparkan

dalam berntuk etnografi dan deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk

menggambarkan secara terperinci tentang bagaimana pernikah dini masih banyak

terjadi, faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya pernikahan dini serta

implikasi terhadap kehidupan pasangan penikah dini di rumah tangganya..

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat (1989:29) penelitian yang

bersifat deskriptif bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu

individu, keadaan atau gejala atau kelompok tertentu atau untuk menentukan

frekuensi atau penyebaran suatu gejala atau frekuensi adanya hubungan antara

suatu gejala dengan gejala lainnya dalam suatu masyarakat. Metode penelitian

kualitatif yang bersifat deskriptif digunakan untuk mendapatkan gambaran yang

mendalam tentang bagaimana pasangan muda menjalani kehidupan sehari-hari

serta menghadapi masalah dan menyelesaikannya.

1.8.2. Teknik Pengumpulan Data

Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah kualitatif dengan metode etnografi.

dimana penelitian ini bermaksud untuk emahami fenomena tentang apa yang

31

Universitas Sumatera Utara


dialami oleh subjek penelitian misalnya, perilaku, presepsi, motivasi, tindakan,

secara holistic dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada

suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode

ilmiah. Untuk memperoleh data penelitian yang dibutuhkan, peneliti akan

menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Teknik Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan semua obyek dengan

sistematika fenomena yang diselidiki. Peneliti menggunakan teknik observasi

guna memperoleh gambaran penuh tentang segala tindakan, percakapan,

tingkah laku dan semua hal yang akan ditangkap oleh panca indera terhadap

apa yang dilakukan masyarakat yang diteliti di lapangan. Observasi dapat

dilakukan sesaat ataupun dapat diulang. Dalam observasi melibatkan 2

komponen yaitu si pelaku observasi yang lebih dikenal sebaai observer dan

obyek yang diobservasi yang dikenal sebagai observe (Sukandarrumidi 2002 :

69).

Melalui teknik observasi peneliti mampu memahami permasalahan

yang diteliti secara lebih mendalam.

Pada saat berada di lapangan, yang pertama kali peneliti lakukan

adalah mengamati kehidupan sehari-hari dari masyarakat Securai Utara.

Pengamatan yang dilakukan ialah pengamatan non-partisipan. Melalui

observasi, maka peneliti mampu memahami permasalahan yang akan di teliti

secara lebih mendalam. Dalam penelitian yang akan dilakukan ini, penelti

32

Universitas Sumatera Utara


menggunakan teknik observasi pasrtisipasi. Dalam melakukan observasi

partisipasi ini, peneliti mengamati sesuatu gejala dalam kedudukannya sebagai

orang yang terlibat dalam kegiatan dari masyarakat yang di teliti. Dengan kata

lain, peneliti berpartisipasi dengan kegiatan-kegiatan yang diamatinya.

Beberapa hal yang di amati peneliti seperti: tempat tingal, kamar tidur, harta

benda yang dimiliki, penampilan diri, cara berinteraksi dengan pasangan dan

sebagainya.

b. Teknik Wawancara

Teknik lain yang digunakan ialah teknik wawancara. wawancara

adalah tanya jawab dengan seseorang yang diperlukan untuk dimintai

keterangan atau pendapatnya mengenai suatu hal. Atau dengan kata lain dapat

juga dikatakan bahwa wawancara adalah tanya jawab antara pewawancara

dengan yang diwawancarai untuk meminta keterangan atau pendapat tentang

suatu hal. Jadi, sebenarnya pengertian wawancara adalah upaya yang

dilakukan seseorang atau suatu pihak untuk mendapatkan keterangan, atau

pendapat mengenai sesuatu hal yang diperlukannya untuk tujuan tertentu, dari

seseorang atau pihak lain dengan cara tanya jawab. Wawancara yang akan

dilakukan ialah teknik wawancara mendalam. Wawancara mendalam akan

menggali informasi lebih mendalam, terbuka, tegas dan bebas tetapi dalam

fokus pada apa yang akan di teliti.

Informan adalah orang yang akan memberikan informasi mengenai

informasi yang akan ditanyakan. Pemilihan dan penetapan informan sangatlah

33

Universitas Sumatera Utara


penting dalam melakukan penelitian. Semua orang bisa dijadikan sebagai

informan, tetapi harus ada yang menjadi informan kunci yaitu informan yang

memiliki jawaban-jawaban yang terbaik dan terpercaya. Informan yang baik

adalah informan yang mengetahui informasi atau jawaban atas pertanyaan

yang diutarakan oleh peneliti.

c. Pengembangan Rapport

Dalam melakukan observasi maupun wawancara, membangun rapport

sangat diperlukan dalam penelitian, agar tercipta hubungan yang baik dengan

informan sehingga data-data yang dihasilkan benar-benar sesuai dengan fakta

di lapangan.

Saat peneliti melakukan penelitian, peneliti menjalin hubungan baik

dengan para informan-informannya. Baik pelaku perkawinan dini ataupun

tetangga-tetangga sekita keluarga mereka. Hal itu dilakukan dengan cara

berbaur dengan mereka dan tidak terlihat mencolok saat melakukan observasi

ataupun wawancara. Beberapa informan sudah diberitahu sebelumnya bahwa

penelitian ini dilakukan guna untuk menyelesaikan studi. Untuk tetangga-

tetangga, peneliti lebih sering berbaur dengan bergabung bersama ketika

mereka sedang duduk-duduk bersama.

d. Teknik Dokumentasi

Melalui teknik ini, peneliti mengumpulkan data-data yang diperlukan

degan cara pengambilan gambar tau merekam video melalui bantuan alat

visual seperti kamera handphone dan juga kamera digital.

34

Universitas Sumatera Utara


e. Studi kepustakaan

Pada tahap ini peneliti menggunakan data skunder yang dipakai

sebagai bahan perbandingan. Data sekunder merupakan data yang

berhubungan dengan aspek yang diteliti yang bersumber dari buku,

majalah, artikel, baik media massa maupun elektronik yang dianggap

sinkron dan relevan yang menyangkut dalam pembahasan penelitian

tersebut.

1.9.Analisis Data

Analisis data merupakan proses untuk mengatur dan mengkategorikann

data-data yang didapat di lapangan (field note). Proses analisis data dimlai dengan

menelaah data yang berisi hasil wawancara dan observasi secara mendalam.

Setelah proses tersebut,langkah selanjutnya dalah membuat catatan lapangan yang

berisikan inti atau rangkuman dari hasil penelitian. Data yang telah dirangkum

kemudian dibuat suatu pengkategorian berdasarkan tema. Penelitian ini juga

menggunakan data kepustakaan guna melengkapi informasi yang berkaitan

dengan penelitian. Data-data kepustakaan berupa sumber-sumber tertulis seperti

buku-buku, koran, majalah, dan sumber elektronik seperti internet.

1.10. Pengalaman penelitian

Saat melakukan penelitian, pertama kali yang dilakukan peneliti ialah

mendatangi Kantor Desa Securai Utara untuk meminta izin untuk melakukan

35

Universitas Sumatera Utara


penelitian serta memberikan beberapa pertanyaan seperti berapa banyak remaja

Desa tersebut yang melakukan perkawinan dini. Bapak Wisnu Handoko (49

tahun) selaku Kepala Desa memberikan izin dengan senang hati untuk melakukan

penelitan di Desa tersebut hingga meminta peneliti untuk memberikan arahan

pada pelaku perkawinan dini serta remaja sekitar agar sebisa mungkin

menghindari menikah diusia muda mengingat dampak-dampak berbahaya yang

ditimbulkan. Pak Wisnu langsung mengarahkan saya menuju Sekretaris Desa

yaitu pak Sembiring untuk melihat data perkawinan yang dilakukan remaja.

Setelah itu saya diajak untuk bertemu dengan bu Zuraida, Zuraida merupakan

Bendahara Desa. Zuraida berusia 25 tahun dan baru saja melahirkan anaknya yang

pertama sebulan yang lalu. Melalui Zuraida lah saya mendapatkan informasi

tentang siapa yang sudah melakukan perkawinan dini. Namun, nama-nama yang

disebutkan oleh Zuraida merupakan orang-orang yang saya kenal. Zuraida tidak

mengenal saya karena saya tidak tinggal di Desa tersebut sejak SMP.

Saat peneliti melakukan penelitian di Desa Securai Utara, tepatnya dusun

Pasar lebar, saya mendatangi bapak Kepling yang bernama om Siddiq yang

berada di depan mesjid Ukhuwah Islamiyah. Saya meminta izin dan mengajukan

beberapa pertanyaan terkait perilaku remaja saat ini. Om Siddiq juga memiliki 3

anak perempuan yang saat ini anak keduanya yang berusia 23 tahun telah

melakukan pernikahan sekitar setahun yang lalu. Om Siddiq menjelaskan bahwa

perilaku remaja saat ini sangat mengkhawatirkan, remaja sekarang sudah payah

untuk diingatkan. Om Siddiq sering melihat anak-anak sekolah yang tidak masuk

sekolah atau cabut sekolah, mereka sering main di rel belakang rumah peneliti.

36

Universitas Sumatera Utara


Pak Siddiq serig mengingatkan mereka namun mereka memberikan jawaban yang

tidak pantas diucapkan seperti “bukan urusanmu” atau “bukan wawak yang bayar

uang sekolah kami”. Mereka tidak hanya laki-laki namun juga perempuan.

Biasanya mereka akan berjalan bergerombol seperti memeiliki grup sendiri.

“kelakuan seperti itulah yang buat rusak


moral, akhirnya jadi kek gitu anak-anak
sekarang. Akhirnya apa? Dikawinkan karna
main-mainnya sering ke semak semak” Om
Siddiq berkata sambil tertawa. (Om Siddiq,
Kepling dusun pasar Lebar)
Setelah itu saya menanyakan siapa-siapa saja yang melakukan perkawinan

dini di dusun tersebut. Pak Siddiq pun menyebutkan beberapa nama yang saya

kenal dan beberapa nama yang saya tidak kenal. Alasan melakukan

perkawinannya pun bermacam-macam. Ada yang karena ekonomi, “kecelakaan”

ataupun memang atas dasar niat sendiri.

Saat melakukan wawancara, saya lebih sering menemui bu Tuti untuk di

wawancarai, selain jawabannya yang memuaskan, bu Tuti juga merupakan

sumber informasi saya tentang siapa saja yang melakukan perkawinan dini di

Desa tersebut.

Menurut beberapa informan yang saya temui, semua menjawab bahwa tidak

ada yang salah dengan menikah diusia muda. Menikah diusia muda yang

dimaksud ialah diatas 18 tahun atau telah menamatkan bangku SMA. Menurut

mereka yang beretnis Jawa, untuk apa sekolah tinggi-tinggi jika pada akhirnya

akan berakhir di dapur, sumur dan kasur (bagi anak perempuan). Beberapa

diantara orangtua tersebut tidak pernah mewajibkan anaknya untuk melanjutkan

37

Universitas Sumatera Utara


pendidikan yang lebih tinggi (kuliah). Menurut mereka, SMA sudah mencukupi

untuk menjadi bekal rumah tangga. Karena, para orangtua takut, jika anaknya

nanti melanjutkan sekolah lagi, hal tersebut akan berdampak pada usia yang

semakin dewasa, namun mereka belum juga menikah.

Menurut remaja usia SMA, kuliah bukanlah pilihan utama setelah mereka

lulus SMA. Kuliah hanya akan menghabiskan uang dan usia mereka. Menurut

mereka, bekerja menjadi prioritas utama setelah lulus SMA. Batam dan Malaysia

menjadi destinasi utama bagi mereka yang akan mencari pekerjaan, apalagi bagi

remaja-remaja yang baru saja lulus SMA.

Yang menjadi alasan utama remaja-remaja memutuskan untuk menikah

selain married by accident adalah, mereka merasa status sosial mereka akan naik

ketika mereka telah menyandang gelar “suami” atau “istri”.

Saat berada di desa Securai Utara, peneliti melakukan observasi pada

kehidupan luar rumah tangga dari pelaku perkawinan dini seperti kegiatan yang

dilakukan diwaktu senggang seperti pagi, siang ataupun sore hari. Peneliti

melakukan observasi selama kurang lebih 1 bulan. Hasil yang diperoleh ialah,

untuk mengisi waktu senggang, biasanya mereka akan duduk berkumpul dirumah

seseorang. Bisa rumah mereka sendiri ataupun rumah tetangganya. Banyak hal

yang bisa dilakukan mereka, seperti bercerita tentang harga bahan pokok ataupun

sayuran yang sedang mahal atau murah, bisa menceritakan tentang anak-anak

mereka dan tidak jarang juga membicarakan tentang tetangga mereka. Mereka

sering berkumpul bersama lantaran suaminya sedang tidak ada di rumah ataupun

38

Universitas Sumatera Utara


sedang bekerja sehingga mereka sering berkumpul untuk menghindari rasa bosan

di rumah.

Pada awalnya, peneliti memiliki kendala-kendala seperti sulit diterima

dikelompok karena walaupun peneliti merupakan penduduk asli Desa tersebut,

namun sejak duduk di bangku SMP, peneliti sudah tidak tinggal di Desa tersebut.

Itu yang membuat peneliti merasa canggung dan sulit untuk berinteraksi.

Setelah itu, peneliti mulai melakukan observasi ke kehidupan dalam rumah

tangga. Seperti kondisi rumah, harta benda yang dimiliki serta menu makanan

yang disajikan perharinya. Peneliti menemukan, kondisi rumah mereka tidak ada

yang jauh berbeda. Rumah dengan beton penuh, setengah beton setengah kayu.

Tidak ada yang terlalu sederhana dan tidak ada yang terlalu mencolok. Yang

membedakan hanya bagaimana cara mereka mengurus keluarga, memperlakukan

anak dan suami serta menyikapi ketika ada masalah. Seperti yang saya dapatkan

dari observasi pada pasangan “R”-Zainal. “R” lebih fokus pada pengasuhan

terhadap kedua anaknya daripada terhadap suami. Kepada suami dia lebih sering

acuh dengan alasan suaminya bisa melakukan semua sendirian, sedangkan

anaknya membutuhkan dirinya. Beda dengan pasangan “E”-bang Biring, “E”

lebih sering melayani suaminya bahka untuk hal-hal yang kecil seperti

membuatkan teh manis saat suaminya pulang kerja ataupun memijit suami saat

suami lelah. Dari 5 pasang informan yang peneliti observasi, semuanya berusaha

melakukan yang terbaik untuk keluarganya walaupun masih sering dengan

campur tangan dari keluarga sebelah pihak.

39

Universitas Sumatera Utara


BAB II

LOKASI PENELITIAN

2.1 Letak Geografis

Desa Securai Utara, secara administratif berada di kecamatan Babalan,

kabupaten Langkat. Menurut Google Maps, jarak dari Kota Medan ke desa

Securai Utara ialah 77 Km. Luas daerah 2.771,500 Ha dan memiliki koordinat

99.779488 BT / 1.425845 LU ini berpenduduk 13.008 jiwa. Mayoritas penduduk

di desa Securai Utara ialah 80% Islam. Sisanya beragama Katolik dan Protestan.

Penduduk yang beragama Islam, Katolik dan Protestan dapat dibedakan menurut

letak tempat tinggalnya. Jika dari arah medan, memasuki desa Securai Utara, akan

dijumpai pemukiman masyarakat yang dominan beragama Katolik dan Protestan

ditandai dengan memiliki/memelihara anjing dan babi. Setelah melewati daerah

tersebut, sisanya merupakan pemukiman penduduk yang beragama Islam.

Batas administrasi desa Securai Utara ialah:

a. Desa/Kelurahan Sebelah Utara berbatasan dengan : Securai Selatan

b. Desa/Kelurahan Sebelah Selatan berbatasan dengan : Lama Baru/Padang

Langkat

c. Desa/Kelurahan Sebelah Timur berbatasan dengan : Securai Selatan

d. Desa/Kelurahan Sebelah Barat berbatasan dengan : Pelawi Selatan

Sedangkan untuk desa Securai Utara sendiri terbagi menjadi 6 dusun yaitu

Dusun I : Pasar Lebar

40

Universitas Sumatera Utara


Dusun II : Securai Pasar

Dusun III : Bukit Satu

Dusun IV : Paya Bedi

Dusun V : Bukit Gajah

Dusun VI : Tuah Juhar

2.2 Kondisi Demografi

2.2.1 komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Saat ini, desa Securai Utara memiliki jumlah penduduk terbanyak di

kecamatan Babalan. Dengan jumlah laki-laki 6.455 jiwa dan perempuan 6.553

jiwa, serta jumlah KK 3.327. jadi, total penduduk yang berada di desa Securai

Utara ialah 13.008 dengan kepadatan 469 jiwa/Km2. Berikut komposisi usia

penduduk diurutkan dalam tabel

NO Katergori Laki-Laki Perempuan Jumlah


1 Usia 0 - 6 Tahun 775 773 1.548
2 Usia 7-12 Tahun 759 777 1.536
3 Usia 13-18 Tahun 884 889 1.773
4 Usia 19-25 Tahun 805 840 1.645
5 Usia 26-40 Tahun 1.360 1.399 2.759
6 Usia 41-55 Tahun 1.164 1.207 2.371
7 Usia 56-65 Tahun 461 458 919
8 Usia 65-75 Tahun 215 208 423
9 Usia >75 Tahun 14 15 25
10 Jumlah 6.423 6.551 13.008
Tabel 1. komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

41

Universitas Sumatera Utara


2.2.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Mata pencaharian masyararakat di desa Securai Utara, diposisi no 2 yaitu

bertani sebanyak 1.292 laki-laki dan 538 perempuan, jadi total keseluruhan yaitu

1830 orang, karena desa Securai Utara merupakan desa dengan tipologi

persawahan dengan luas sawah 484,000 Ha dan tegal/ladang 593,000 Ha.

Sedangkan pemukiman penduduk hanya seluas 253,000 Ha. Selain itu, desa

Securai Utara merupakan desa Swadaya4 yaitu desa yang mata pencahariannya

bergantung kepada alam, seperti petani, berladang, memancing dan lain-lain.

Berikut ialah komposisi mata pencaharian penduduk disusun dalam tabel

Jenis Pekerjaan Laki-Laki Perempuan Jumlah


Petani 1.292 538 1.830
Buruh Migran 121 81 202
Pegawai Negeri Sipil 41 38 79
Pengrajin 20 15 35
Pedagang Barang Kelontong 196 284 480
Peternak 85 0 85
Nelayan 25 0 25
Bidan Swasta 0 15 15
TNI 15 3 18
POLRI 21 0 21
Pembantu Rumah Tangga 18 85 103
Dukun Tradisional 10 8 18
Karyawan Perusahaan Swasta 185 29 214
Karyawan Perusahaan Pemerintah 47 18 65
Tidak Mempunyai Pekerjaan Tetap 2.042 221 2.263
Belum Bekerja 1.005 2.118 3.123
Ibu Rumah Tangga 0 3.091 3.091
Purnawirawan/Pensiunan 15 3 18
Jumlah 5.138 6.547 11.685
Tabel 2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Dalam

usia Kerja

4
Menurut catatan kepala desa di PRODESKEL 2018

42

Universitas Sumatera Utara


Dari tabel di atas, jumlah terbanyak yaitu belum memiliki pekerjaan.

Sedangkan yang kedua ialah tidak mempunyai pekerjaan tetap. Menurut observasi

selama penelitian, yang termasuk dalam tidak memiliki pekerjaan tetap ialah,

terkadang masyarakat bekerja sebagai buruh harian di sawah bila musim tanam

padi tiba, atau sebagai buruh bangunan jika sedang diperlukan. Ada juga

masyarakat yang memanfaatkan musim pesta untuk mengumpulkan sampah

kemasan plastik untuk dijual lagi.

2.2.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Untuk bidang pendidkan, desa Securai Utara memiliki 3 TK, 3 Sekolah

Dasar, 2 Sekolah Menengah Pertama/Tsanawiyah dan 2 Sekolah Menengah

Atas/Aliyah. Sebagian besar lokasi sekolah berada di tepi jalan raya sehingga

memudahkan siswa-siswi untuk melakukan perjalanan ke sekolah. Namun,

keberadaan sekolah di desa tersebut juga tidak membuat warganya jadi giat

menyekolahkan anaknya di desa tersebut. Banyak orangtua yang menyekolahkan

anaknya di luar kota demi mendapatkan pendidikan yang lebih baik. Seperti di

Pangkalan Berandan, Tanjung Pura, Stabat bahkan Medan. Beberapa alasan yang

diutarakan oleh anak sekolah, mengapa lebih memilih sekolah di luar desa

tersebut adalah, sekolah di luar daerah memiliki kegiatan yang banyak, seperti les

dan ekstrakulikuler. Namun banyak juga orangtua yang tetap menyekolahkan

anaknya di desa tersebut dengan alasan menghemat biaya. Jika dirinci berdasarkan

tingkat pendidikan saat ini, berikut ialah tabelnya

43

Universitas Sumatera Utara


Tingkat Pendidikan Laki- Perempuan Jumlah Rasio
Laki
Usia 3-6 Tahun Yang Belum 270 254 524 0,94
Masuk TK
Usia 3-6 tahun Yang Sedang 184 177 361 0,96
TK/Play Group
Usia 7-18 Tahun Yang Tidak 1 2 3 2,00
Pernah Sekolah
Usia 7-18 Tahun Yang Sedang 1.050 991 2.041 0,94
Sekolah
Usia 18-56 tahun Tidak Pernah 6 7 13 1,17
Sekolah
Usia 18-56 Tahun Yang Pernah 28 25 53 0,89
SD Tetapi Tidak Tamat
Tamat SD/Sederajat 760 763 1.523 1,00
Tamat SMP/Sederajat 468 458 926 0,98
Tamat SMA/Sederajat 345 340 685 0,99
Tamat D1/Sederajat 7 5 12 0,71
Tamat D2/Sederajat 6 6 12 1,00
Tamat D3/Sederajat 15 9 24 0,60
Tamat S1/Sederajat 18 8 26 0,44
Jumlah 23.582 23.917 47.499
Tabel 3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Dari tabel di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa masyarakat lebih

banyak menamatkan SMP dan tidak melanjutkan ke SMA dengan berbagai

alasan. Menurut beberapa informan saya, mereka tidak melanjutkan sekolah

dengan alasan membantu orangtua dirumah, membantu pekerjaan di sawah, dan

membantu perekonomian keluarga dengan bekerja diluar daerah. Hal tersebutlah

yang menyebabkan banyak terjadi kenakalan remaja seperti bermain judi, bahkan

penyalahgunaan narkoba. Kenakalan remaja yang biasanya akibat kurang

perhatian orangtua sering berakibat pada pengabaian yang akhirnya membuat

remaja mencari kesenangan di luar rumah.

44

Universitas Sumatera Utara


Masyarakat masih kurang sadar akan pentingnya pendidikan bagi anak-

anaknya. menurut mereka, yang penting anaknya bersekolah. Ilmu bukanlah

tujuan utama orang tua menyekolahkan anaknya. orangtua lebih mementingkan

selembar Ijazah daripada ilmu yang didapatkan oleh anaknya. terbukti dari orang

tua yang terkadang membiarkan anaknya bolos sekolah saat diingatkan oleh pihak

sekolah. Menurut orang tua yang anaknya bermasalah di sekolah, mereka sering

mengungkapkan “orang tua sudah capek kerja, anak payah dibilangin. Mahal-

mahal di sekolahin tapi gak mau belajar. Yaudah terserah orangtu aja. Yang

penting udah kusekolahan.” Banyak mahasiswa ang pernah melakukan PKL di

desa Securai Utara. Seperti mahasiswa dari Fakultas Keguruan, dan Pertanian.

Namun kebanyakan fokus untuk mengajar di sekolah dan melakukan penelitian

yang berkaitan tentang pertanian. Menurut bang Na’in selaku Sekretaris desa,

belum ada mahasiswa yang terjun untuk melakukan tentang pendidikan di desa

tersebut. sehingga mereka masih mengharapkan adanya mahasiswa yang bisa

melakukan penelitian dan pendalaman yang berkaitan tentang pendidikan di desa

tersebut, untuk menemukan solusi yang tepat untuk memecahkan permasalahan

itu.

2.2.4 Kondisi Keagamaan Penduduk

Bagian lain yang harus disinggung di skripsi ini ialah tentang agama. Saya

tidak mendapatkan jumlah yang jelas tentang komposisi agama di dalam

masyarakat Securai Utara ini. Namun, selama penelitian, saya menyimpulkan

bahwa dominan masarakat menganut agama Islam sekitar 80% yang di dukung

dengan 3 bangunan Mesjid besar yang berada di tepi jalan lintas Medan-Banda

45

Universitas Sumatera Utara


Aceh serta beberapa Mesjid kecil dan Mushalla yang berada di dekat pemukiman

penduduk. 20% sisanya merupakan perpadun antara Katolik dan Protestan dan

juga di dukung oleh 1 gereja yang ada di pemukiman mereka. Disini dijelaskan

pemukiman mereka karena pemukiman masyarakat yang beragama Islam terbagi

dengan masyarakat yang beragama Katolik dan protestan. Hal itu ditandai dengan

kepemilikan Babi dan Anjing dilingkungannya. Pembagian wilayah tersebut

bukan terjadi karena diskriminasi, bukan juga tidak ada masyarakat muslim yang

tinggal di daerah tersebut. namun, menurut informan saya, hal tersebut sudah

terjadi begitu saja sejak lama. Tidak ada sejarah yang mendasari adanya

pembagian daerah tersebut. hanya saja beberapa gererja yang berada di perbatasan

antara Securai utara dan Securai Selatan menjadi alasan. Agar mereka lebih dekat

menjangkau Gereja untuk beribadah.

“kami gak pernah bedakan juga mau Kristen


atau Islam, kalo mau tinggal disini ya gak
masalah. Cuma kan kalo tinggal di pasar lebar
gitu, kan jauh dari gereja. Lagipun kan payah
kalo mau miara Anjing atau Babi, karena disini
semuanya Islam. Kan nanti jadinya ribut.......”
om Ipon. Warga Pasar Lebar
Alasan kepemilikan hewan peliharaan tersebutlah yang menjadi alasan.

Karena pernah terjadi, ada anjing yang masuk ke dusun Pasar Lebar dan berantam

dengan kucing milik salah satu warga, ketika pemilik anjing datang mencari dan

kebetulan bertanya pada si pemilik kucing, terjadilah perdebatan antara mereka

berdua, karena kucing nya mati berkelahi dengan anjing. Sejak saat itu, ketika ada

anjing yang masuk ke dusun Pasar Lebar, langsung diusir oleh warga.

46

Universitas Sumatera Utara


2.2.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku/Etnis

Di bagian ini juga tidak ada jumlah yang jelas tentang komposisi penduduk

berdasarkan suku/Etnis. Namun selama penelitian, masyarakat di dominasi oleh

suku Jawa, Batak, Mandailing dan Melayu. Masyarakat mempunyai sebutan

sendiri untuk mereka yang bersuku Batak dan Mandailing, mereka hanya

menyebut dalam satu suku yaitu Batak. Dan masyarakat Batan serta Mandailing

mempunyai pemukiman sendiri, namun tidak menutup kemungkinan ada

masyarakat yang beretnis lain di wilayah tersebut. sekitar 70% persen masyarakat

bersuku Jawa. Sebagian Informan saya juga bersuku Jawa. Tidak ada alasan

pembagian wilayah berdasarkan Etnis, seluruh warga desa Securai Utara tetap

hidup dengan aman dan rukun.

2.2.6 Pola Pemukiman di Desa Securai Utara

Gambar 1. Peta Wilayah Desa Securai Utara Dilihat Dari Google Maps
Sumber: Google maps 2018

47

Universitas Sumatera Utara


Jika dilihat melalui peta, pemukiman di Securai terpisah oleh jalan lintas

Medan-Banda Aceh. Namun hal tersebut tidak menjadi permasalahan bagi

penduduk. Rumah-rumah penduduk sudah didominasi oleh dinding beton dan

seng. Hanya terlihat beberapa rumah yang menggunakan atap rumbia, yaitu

mereka yang mendirikan rumah/bangunan di tanah PJKA. Perlu diketahui bahwa

ada perlintasan kereta api di desa Securai Utara, dan masih ada masyarakat yang

memiliki bangunan diatas tanah PJKA tersebut. Jadi, saat terjadi pelebaran rel

kereta api, terpaksa beberapa rumah masyarakat yang mepet dengan rel Kereta Api

di bongkar. Dan sebagai kompensasinya, mereka menerima bantuan yang disebut

“uang paku” sebesar 300-500 ribu. Dareah yang didominasi area ladang dan

persawahan membuat pemukiman warga diapit oleh sawah dan ladang.

2.3 Kondisi Sarana dan Prasarana Umum/Publik

2.3.1 Sarana dan Prasarana Jalan

Prasarana jalan suatu daerah merupakan aspek yang sangat mendukung

untuk kelancaran aktifitas sehari-hari para warga. Sebagaimana disebutkan diatas

bahwa pemukiman penduduk terpisah oleh jalan lintas Medan-Banda Aceh,

membuat masyarakat lebih gampang dalam berpergian. Sisanya merupakan gang-

gang kecil yang sudah berlapiskan aspal, serta ada juga yang belum diaspal karena

jalan masih bagus dan beberapa gang sudah ada yang dibeton tinggi untuk

menghindari banjir.

48

Universitas Sumatera Utara


Sebagai daerah yang berada di jalan Lintas Sumatera, desa Securai Utara

memiliki banyak akses transportasi untuk mencapai kota Pangkalan Berandan.

Jika diakses dari kota Medan, ada mini bus murni danKPUB yang siap

mengantarkan hingga Pangkalan Susu. Biasanya masyarakat menggunakan sepeda

motor untuk berpergian, namun jika tidak memiliki sepeda motor, masyarakat

masih menggunakan becak bermotor yang masih eksis hingga saat ini.

Sebelumnya adanya becak bermotor, becak dayung masih banyak digunakan

masyarakat untuk bepergian ke kota ataupun ke tempat yang jarak tempuhnya

tidak jauh. Namun, dengan kemajuan teknologi saat ini, becak dayung sudah

jarang terlihat.

Untuk siswa-siswi, biasanya mereka akan naik becak bermotor untuk pergi

sekolah, namun tidak sedikit juga yang sudah menggunakan sepeda motor. Hal

tersebut dikarenakan masih ada jalan “tikus” untuk dilewati sehingga siswa-siswi

tidak perlu melewati jalan lintas yang dominan dikuasai oleh angkutan besar

seperti truk, dan bus besar jurusan Medan-Aceh.

Akses ke kantor desa securai Utara sangatlah gampang, dikarenkan

seluruh jalanan di desa tersebut sudah di aspal. Sebelumnya ada beberapa dusun

yang belum diaspal, seperti Bukit Gajah, Bukit Satu, Paya Bedi, dan Tuah Juhar.

49

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2. Salah Satu jalan yang belum di aspal di desa Securai Utara

Sumber: dokumentasi pribadi

Untuk mengakses dusun tersebut, kita harus melewati jalan yang hanya di

tutupi oleh tanah kuning/tanah liat dan di isi oleh batu-batuan yang apabila hujan

turun akan mengakibatkan jalan menjadi sangat licin. Namun secara perlahan,

jalan mulai di aspal agar mempermudah masyarakat dalam berkegiatan. Kantor

desa berada di tepi jalan Lintas Sumatera. Bersebelahan dengan TPI (tempat

pemakaman Islam). Hal tersebut memudahkan masyarakat untuk menemui Kantor

Desa tersebut.

50

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3. Penampakan Jalan Menuju Kantor Desa
Sumber: Dokumentasi Pribadi

2.3.2 Sarana dan Prasarana Pendidikan

Sarana pendidikan di desa Securai Utara cukup memadai. Ada beberapa

sekolah yang ada di desa tersebut. 3 bangunan TK, 3 Sekolah Dasar, 2 Sekolah

Menengah Pertama/Tsanawiyah dan 2 Sekolah Menengah Atas/Aliyah. Dan

sebagian besar berada di tepi jalan lintas Medan-Banda Aceh.

Namun keberadaan sarana tersebut bukan menjadi pendorong masyarakat lebih

peduli terhadap pendidikan. Masyarakat Securai Utara yang perduli terhadap

pendidikan akan menyekolahkan anaknya di luar daerah seperti kota Pangkalan

Berandan ataupun Tanjung Pura bahkan Stabat agar anaknya memperoleh

pendidikan yang lebih baik. Karena masyarakat menganggap sekolah SMP dan

SMA yang ada di daerahnya merupakan sekolah “abal-abal” dengan sebutan

“yang penting sekolah”. Alasan dibalik penyebutan sekolah abal abal yaitu, karena

51

Universitas Sumatera Utara


ada sekolah yang mmbiarkan muridnya untuk tidak datang pada saat proses belajar

mengajar. Hanya menyuruh datang saat pelaksanaan ujian tiba.

Gambar 4. Salah satu bangunan sekolah di desa Securai Utara


Sumber: dokumentasi pribadi

2.3.3 Sarana dan Prasarana Kesehatan

Tidak ada data sekunder dari desa tentang berapa sarana dan prasarana

kesehatan. Namun selama penelitian, pengamat melihat ada 1 Puskesmas, dan 6

Posyandu yang terbagi perdusun.

52

Universitas Sumatera Utara


Gambar 5. Puskesmas desa Securai Utara
Sumber: Dokumentasi Pribadi

2.3.4 Sarana dan Prasarana Air Bersih

Untuk sarana air bersih, sebelumnya masyarakat banyak yang

menggunakan sumur gali yang dioperasikan menggunakan timba. Namun saat ini,

banyak masyarakat yang memasang pompa air agar lebih efesien. Masih ada juga

masyarakat yang mencuci di sungai, namun bukan untuk mencuci pakaian sehari-

hari. Masyarakat menggunakan sungai untuk mencuci karpet karena tempatnya

yang luas. Namun, ketika musim kemarau tiba, masyarakat akan ramai

menggunakan sungai untuk mencuci karena sumur mereka kering.

2.3.5 Sarana dan Prasarana Ibadah

Desa Securai Utara saat ini memiliki 6 Mesjid dan 1 Gereja. 3 Mesjid besar

yang berada di tepi jalan dan 3 Mesjid kecil yang berada di gang-gang kecil. Di

setiap Mesjid biasanya balai yang berada dibelakangnya yang biasa difungsikan

53

Universitas Sumatera Utara


untuk melakukan kegiatan seperti pengajian ibu-ibu yang dilakukan setiap minggu

, musyawarah, dan kegiatan remaja mesjid.

Selain Mesjid, desa ini juga memiliki 1 Gereja yang ada di ujung desa.

2.4 Gambaran Umum Aktifitas Sosial Kemasarakatan

Desa Securai Utara memiliki 4 suku dominan yaitu, Jawa, Batak,

Mandailing dan Melayu. Namun interaksi sosial yang terjadi masih terjalin

dengan baik. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya sikap tegur sapa antar warga

setiap bertemu serta sikap kerjasama warga berupa gotong royong dalam

membangun dan memperbaiki sarana prasarana yang ada di desa Securai Utara

seperti pembangunan dan perbaikan Mesjid dan membersihkan parit serta

melakukan penggalian parit di setiap dusun yang dilakukan secara berkala.

Interaksi yang terjadi antar warga di desa Securai Utara dengan kesamaan

tempat tinggal serta kesamaan mata pencaharian memberikan kesempatan untuk

saling bertukar pikiran baik itu tentang mata pencaharian sebagai petani, atau

tentang informasi tentang produk pertanian yang terbaru. Hal tersebut

memunculkan suatu bentuk organisasi sosial/pranata sosial sebagai wadah untuk

merefleksikan kesamaan ide yang dimiliki oleh aga Desa Securai Utara. Beberapa

diantaranya ialah

 STM (Serikat Tolong Menolong) sebagai wadah yang bertujuan

untuk saling membantu warga di Desa Securai Utara. STM

biasanya memiliki fasilitas berupa tenda dan kursi yang bisa

54

Universitas Sumatera Utara


digunakan ketika warga mengadakan kegiatan seperti kenduri,

wirit, atau ada yang meninggal dunia. Iuran STM dibayarkan setiap

bulan sebesar 5000 rupiah, dan biasanya menjadi 10.000 rupiah

jika ada yang meninggal dunia. Keikutsertaan STM dibuktikan

dengan kartu iuran STM yang diisi bila membayar iuran setiap

bulan

 Jula-Jula (Arisan) sebagai wadah menabung sebagian kecil dari

penghasilan. Biasanya jula-jula diikuti oleh ibu-ibu rumah tangga.

Iurannya dihitung perminggu bahkan perbulan.

 Asokan sebagai wadah menabung bahan-bahan pokok untuk

digunakan jika ada yang menyelenggarakan acara. Asokan

biasanya dilakukan ketika seseorang akan menggelar acara.

Sistemnya ialah si empunya acara akan mencatat siapa saja yang

mengasok barang-barang ataupun uang kepadanya. Kemudian jika

orang yang mengasok kepadanya menyelenggarakan acara, maka

dia akan mengembalikan sejumlah yang diasok tersebut.

 Remaja Mesjid sebagai wadah untuk memberikan kesempatan bagi

pemuda dalam melaksanakan kegiatan keagamaan

2.5 Gambaran Umum Aktifitas Ekonomi Masyarakat

Mata pencaharian utama selain tidak bekerja yang merupakan Petani , serta

tipologi desa yang merupakan persawahan, menjadikan banyak masyarakat yang

55

Universitas Sumatera Utara


bergantung dari hasil panen. Biasanya, dalam 1 tahun, petani bisa panen 3 kali.

Namun, ketika cuaca sudah tidak dalam kepastian seperti saat ini, masyarakat

tidak bisa memprediksi kapan harus turun kesawah. Sebelumnya, ketika selesai

musim panen, masyarakat akan langsung menebas sisa-sisa padi, membakar dan

langsung mambajak tanah sawah, agar bisa ditanami kembali. Namun saat ini,

masyarakat harus menunggu musim hujan agar bisa bergerak untuk turun

kesawah. Karena sawah tidak akan bisa ditanami jika lahannya kering.

Sebelumnya, setiap tahun diadakan kenduri sawah. Secara singkat, kenduri

sawah ialah ritual yang diadakan ketika selesai musim panen. Dilakukan di tepi

sawah dengan menggelar acara makan-makan. Biasanya diikuti oleh mereka yang

memiliki sawah sebagai ucapan terimakasih atas hasil panen yang didapatkannya.

Namun, sekarang sudah tidak dilakukan lagi. Tidak ada alasan yang jelas

mengapa kenduri sawah ini tidak dilaksanakan lagi. Berbagai alasan dilontarkan

oleh masyarakat, yan dominan menjawab, “cemana mau berterimakasih, hasilnya

aja kadang-kadang gak cukup untu makan” .

Penghasilan yang tidak menentu tersebutlah mengakbiatkan banyak warga yang

terkaang memilih untuk bekerja serabutan ketika musim kemarau datang. Kadang

mereka bekerja sebagai buruh bangunan dan terkadang menjadi kuli panggul di

pasar/pajak.

56

Universitas Sumatera Utara


BAB III

PERNIKAHAN DINI DI DESA SECURAI UTARA

3.1.Fakta-Fakta Tentang Pernikahan Dini di Desa Securai Utara

Desa Securai Utara, dengan luas wilayah 7,29 km2, yang hanya 9,54 % dari

total wilayah di Kecamatan Babalan, saat ini memiliki 1251 pasangan usia subur.

Sangat jauh berbeda dengan Desa Securai Selatan, yang memiliki luas wilayah

25,70 Km2, lebih dari sepertiga dari luas wilayah di Kecamatan Babalan, saat ini

hanya memiliki 1090 pasangan usia subur. Letak Desa Securai Utara berada tepat

di sebelah Desa Securai selatan dengan kondisi ekologis yang hampir sama yaitu

dominan areal persawahan. Suasana Desa masih sangat kental terlihat dimana

ketika ada acara pesta, ibu-ibu dan bapak-bapak masih berkumpul untuk rewang.

Dan ketika hari Jum’at, ibu-ibu yang beragama Islam beramai-ramai mengikuti

wirit yasin yang selalu di jalankan setiap minggunya. Bahkan ketika sedang

terjadi pembangunan Mesjid, tidak terlalu mengandalkan tukang yang dibayar.

Kepala Dusun biasanya mengumpulkan remaja laki-laki dan bapak-bapak pada

hari minggu untuk membantu penyelesaian bangunan Mesjid di daerah tersebut.

Desa Securai Utara memiliki 1.668 murid SD yang terbagi di sekolah SD

Negeri maupun Swasta serta Madrasah Ibtidaiyah. Sangat jauh berbeda dengan

57

Universitas Sumatera Utara


siswa SMA yang hanya 304 yang juga terbagi di SMA Swasta5 dan ada beberapa

juga yang sekolah di luar kota seperti Stabat dan Tanjung Pura.

Pernikahan yang terjadi di Desa Securai Utara, erat kaitannya dengan struktur

ekologis yang memiliki areal persawahan yang sangat luas. Sebanyak 1.830

penduduk bekerja sebagai Petani, berbeda sedikit dengan Securai Selatan yang

memiliki 2.047 Petani. Kegiatan Petani yang mengharuskan mereka bekerja mulai

terbit matahari hingga terbenam matahari, membuat mereka jadi tidak bisa fokus

mengurus keluarganya, begitu juga dengan buruh yang biasanya bekerja merantau

dan kembali setelah berbulan-bulan membuat mereka harus mencari seorang istri

yang multitalent. Yang diartikan mereka harus bisa mengurus suami, anak dan

rumah tangga secara telaten. Hal tersebutlah yang mendasari pendidikan tidak

terlalu penting bagi kaum wanita, yang terpenting adalah keahlian dalam

mengurus rumah tangga.

Sejak kecil, seorang anak perempuan sudah mulai diajarkan untuk memasak

dan membereskan rumah. Karena ketika ayah dan ibunya kesawah, maka anak

perempuanlah yang harus mengurus segala yang ada di rumah. Mulai dari

menyuci, membersihkan rumah dan memasak. Hal itu didasari pekerjaan di sawah

menyita banyak waktu dan ibu tidak sempat memasak. Ketika siang hari, petani

akan pulang kerumah untuk makan siang, atau jika sedang musim jaga burung,

petani tidak akan pulang kerumah. Makan siang akan diantar ke sawah oleh

anaknya. Anak-anak tidak pernah mempermasalahkan hal itu, karena semua

warga biasanya melakukan hal yang sama. Mereka jarang membeli makanan di

5
Kecamatan Babalan Dalam Angka 2017

58

Universitas Sumatera Utara


warung nasi karena sangat sedikit warung nasi yang ada. Yang banyak hanya

warung lontong yang buka pada pagi hari.

Dari informan yang melakukan pernikahan di usia muda, beberapa orang telah

menamatkan SMA dan beberapa lagi hanya tamat SMP. Menurut mereka tidak

ada yang spesial dari menamatkan sekolah yang tinggi, karena perempuan pada

akhirnya akan mengikuti kemanapun suami akan pergi. Begitu juga dengan para

informan laki-laki, seperti kata bang “B”, suami dari “E”, beliau merupakan

tamatan SMK di Kota Berandan. Beliau berpendapat bahwa masih banyak

pekerjaan yang bisa dilakukan hanya dengan tamat SMA. Masih luas Desa ini

untuk digarap dan untuk menghasilkan uang. “lagian, untuk kebutuhan makan,

istri juga bisa nanam sayur di belakang rumah. Jadi lebih hemat” ungkapnya. Ia

menikah dengan istrinya ketika istrinya tamat SMA. Hanya berjarak 2 bulan

setelah UN dilangsungkan. Saat itu ia hanya bekerja sebagai penderes kebun karet

di daerah rumahnya. Ia menikahi istrinya itu karena telah merasa cocok untuk

membangun rumah tangga karena telah menjalin hubungan selama 2 tahun

lamanya. Orang tua dari istrinya juga tidak keberatan ketika ia melamar anaknya

untuk segera di nikahi.

3.2 Masyarakat Jawa di Securai Utara dan Menikah di Usia Muda

Masyarakat yang dominan bersuku Jawa di desa Securai Utara memiliki

pandangan sendiri tentang pernikahan. Bagi masyarakat Jawa di desa tersebut,

pernikahan di usia muda bukanlah hal yang aneh.hal tersebut dikarenakan untuk

59

Universitas Sumatera Utara


melakukan pernikahan, biasanya orangtua calon mempelai laki-laki tidak

memberikan persyaratan yang susah untuk calon mempelai perempuan seperti

harus tamatan sekolah tinggi ataupun memiliki pekerjaan. Begitu juga dengan

orangtua dari calon mempelai wanita, biasanya juga tidak memberatkan pihak

laki-laki dengan meminta mas kawin hantaran yang banyak, karena menurut

mereka, yang penting ialah tujuan dari pernikahan itu sendiri yaitu mensahkan

hubungan anak-anak mereka menjadi suami isteri.

Walaupun sudah ada aturan tertulis mengenai batas usia minimal untuk

menikah yaitu menurut UU Perkawinan tahun 1974 pasal 7 ayat 1 yaitu

Perkawinan hanya diizinkan bila piha pria mencapai umur 19 (sembilan belas)

tahun dan pihak wanita sudah mencapai usia 16 (enam belas) tahun6, tapi tidak

berpengaruh pada masyarakat tersebut. Contohnya masih ada orangtua yang

menikahkan anaknya di usia muda, dan tidak ada komentar dari masyarakat

sekitar tentang pernikahan tersebut. Ada beberapa alasan yang dikemukakan

untuk dapat membenarkan pernikahan tersebut.

1. Budaya Permisif Pacaran

Masyarakat Securai Utara bukanlah kelompok yang permisif pada

budaya pacaran, budaya yang sekarang sudah mengakar di kalangan remaja.

Menurut mereka atau para orang tua, pacaran hanya akan membuat pergaulan

mengarah ke hal-hal yang negatif. Oleh karenanya, ketika melihat remaja

berpasang-pasangan, banyak orang tua yang nyeletuk “nikahkan saja”. Hal

6
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:http://repo.unand.ac.id/2798/1/1974
_UU-1-TAHUN-1974_PERKAWINAN.pdf (diakses pada tanggal 3 Oktober 2018)

60

Universitas Sumatera Utara


tersebut sering terjadi pada remaja di daerah tersebut. Sebut saja “N”. Ia

merupakan warga Desa Securai Utara yang tinggal di RT 3 dan memiliki

seorang pacar yang berada di dusun pasar lebar. Ia sering dijemput pacarnya

dan dibawa kerumahnya. Nia saat ini sedang tidak bersekolah. Ia hanya tamat

SMP karena ia tidak mau bersekolah lagi. Sejak SMP ia sering bolos sekolah.

Namun karena ibunya bekerja sebagai TKW di Malaysia, membuat ia jarang

diperhatikan. Ia hanya tinggal dengan neneknya karena orangtuanya telah

bercerai. Pacarnya yang berinisial “U” saat ini telah memiliki seorang anak

lelaki berusia 8 tahun dan sekarang sedang duduk di bangku Sekolah Dasar.

Biasanya “U” menjemput “N” kerumah neneknya dan membawanya kerumah

“U”. Mereka berdua sering duduk-duduk di belakang rumah “U” atau duduk-

duduk dir el kereta api yang berada di belkang rumah “U”.

Sudah banyak para tetangga yang mengingatkan agar “U” segera

menikahi gadis tersebut dengan alasan sudah sering dibawa kerumahnya.

Tetangga hanya mengingatkan lewat orangtuanya, tidak pernah mengatakan

langsung dikarenakan “U” lebih sering berada di luar rumah untuk memancing

atau sekedar jalan-jalan di rel kereta api yang kebetulan berada di belakang

rumahnya. Namun hingga sekarang mereka tidak juga menikah dengan alasan

“U” belum memiliki pekerjaan tetap. Saat ini “U” hanya bekerja serabutan.

Sebelumnya ia pernah bekerja di LPG untuk pengisian gas yang berada di

Kecamatan Gebang. Sekitar 15 Km dari rumahnya. Namun ia dipecat karena

ia mencuri tabung gas elpiji 3 Kg dan menjualnya kepada warga sekitar

dengan harga yang murah. Setelah itu ia lama menganggur karena tidak

61

Universitas Sumatera Utara


mendapat pekerjaan. Dan saat ini ia bekerja sebagai buruh bangunan. Itupun

jika ada yang mengajaknya, jika sedang tidak ada pekerjaan, ia lebih banyak

di rumahnya. Belakangan, “N” jarang terlihat di rumah orangtua Usuf,

menurut pengakuan ibu Usuf, ia melarang anaknya membawa anak gadis

orang jika belum berniat menikahinya.

2. Kesulitan Menjaga Anak Gadis

Di era sekarang, dimana remaja bahkan anak-anak sudah memiliki

Gadget, pergaualan mereka jadi susah dipantau oleh orangtua dikarenakan

keterbatasan orangtua dalam berkumpul bersama keluarganya. Hal yang

ditakutkan para orangtua ialah ketika anak perempuannya sudah tidak dapat

dikontrol pergaulannya, anaknya akan bebas bergaul dengan laki-laki yang

mengakibatkan mereka akan hamil. “R” dan “N” adalah contoh dari

pergaulan remaja yang menyebabkan mereka harus menjalani MBA atau

Married By Accident. Mereka berdua merupakan teman sebaya yang pernah

sekolah di Sekolah Dasar yang sama. Sejak SMP, “N” sudah susah diatur.

Orangtuanya yang memiliki usaha Catering membuatnya harus ke pajak

(pasar) setelah sholat Subuh untuk membeli bahan-bahan yang akan dimasak

dan setelah itu harus memasak dan membereskan rumah, semua pekerjaan

yang bisa diselesaikan hingga sore hari. Sedangkan ayahnya yang bekerja di

PT.RGM yang berada di kota Besitang, menyebabkan mereka berdua tidak

bisa mengontrol pergaulan “N” diluar rumah. “N” merupakan adik kelas saya

ketika masih di Sekolah Dasar. “N” bukanlah berasal dari ekonomi rendah.

Boleh dikatakan bahwa dia berkecukupan diantara teman-temannya yang lain.

62

Universitas Sumatera Utara


Saat SMP “N” bersekolah di salah satu SMP Swasta yang ada di Pangkalan

Berandan. Namun menurut pengakuan ibu nya, beberapa kali dia mengancam

untuk berhenti sekolah jika permintaannya tidak dipenuhi. Seperti minta uang

jajan lebih, meminta barang-barang baru seperti telepon genggam bahkan

sepeda motor. “N” mengatakan jika teman-temannya yang lain sudah punya,

jadi dia harus memilikinya juga.

Perlu diketahui bahwa “N” memiliki 1 kelompok pertemanan yang

terdiri dari 5 orang. Mereka sering menghabiskan waktu jalan-jalan atau

sekedar duduk bersama di tempat makan setelah pulang sekolah. Setelah

masuk SMA, ia sudah tidak bersama keempat temannya tersebut secara

lengkap. Hanya ia dan “W” yang tetap berada di SMA Swasta tersebut. ketiga

temannya masuk ke sekolah yang berbeda. “W” merupakan temannya yang

tinggal di Kota Berandan. Kebiasaannya masih sama. Masih sering singgah

ke tempat makan sebelum pulang ke rumahnya setelah jam pelajaran

berakhir. Di bangku SMA lah “N” berkenalan dengan pria yang bernama

Bambang lewat Social Media “Facebook”. Bambang merupakan alumni

SMA tempat “N” belajar saat itu. Sejak perkenalan tersebut “N” lebih sering

pulang sekolah diantar oleh Bambang. Mereka sering jalan bersama ketika

malam kamis dan malam minggu. Orang tua “N” tidak pernah melarang jika

“N” pergi dengan Bambang karna menurut ibunya, Bambang merupakan

anak yang baik karena selalu meminta izin jika ingin membawa anaknya

untuk pergi. Hubungan mereka pun berjalan baik hingga saat kelas 2 SMA,

“N” mengaku kepada ibunya bahwa ia telah hamil dan anak tersebut

63

Universitas Sumatera Utara


merupakan anak dari pacarnya. Setelah melalui diskusi keluarga akhirnya

“N” dan Bambang pun dinikahkan dan “N” berhenti sekolah karena telah

hamil. Hingga saat ini, “N” masih tinggal dengan orang tuanya. Anak “N”

yang bernama Reza kini telah berusia 5 tahun. Reza saat ini lebih sering

bersama neneknya (ibu “N”). Menurut bu Yanti (ibu “N”) “N” belum siap

menjadi ibu.

“Dia masih suka melalak entah kemana sama kawan-


kawannya. Anaknya ditinggalnya gitu aja, kadang belum
dimandikannya. Anaknya nangis sikit dimarahinnya.
Dikasi jajan sembarangan. Ah entahlah nengok anak
sekarang. Udah jadi mamak-mamak pun gak genah
kelakuannya.”

Terlepas dari ketidaksiapan menjadi ibu, menurut bu Yanti “N” lebih

suka menghabiskan waktu diluar daripada di rumah. Berhubung suaminya

kerja merantau yang terkadang baru kembali setelah 2-5 bulan, “N” punya

kesempatan untuk pergi dengan teman-temannya. Bu Yanti tidak bisa berbuat

banyak karena menurutnya “N” bukanlah tipe anak yang penurut. Mereka

sering adu mulut bahkan untuk masalah sepele.walaupun tinggal bersama

orang tua, tidak semua nasihat orangtua di dengar olehnya. “N” lebih banyak

mengambil keputusan secara sepihak seperti pilihan mengurus anak atau pergi

jalan-jalan. Namun orang tuanya sudah paham dan lebih banyak maklum

dengan kelakuan anaknya

3. Hamil Di Luar Nikah

Hamil merupakan anugerah Tuhan yang berikan pada kaum hawa.

Umumnya perempuan mengalami kehamilan ketika mereka sudah menikah.

64

Universitas Sumatera Utara


Namun tidak menutup kemungkinan mereka juga hamil sebelum menikah.

Hamil sebelum menikah merupakan aib bagi keluarga. Jadi ketika orangtua

mengetahui gadisnya hamil, orangtua segera menikahkan anaknya dengan

laki-laki yang telah menghamilinya. “R” adalah salah satu anak gadis yang

terpaksa dinikahkan segera oleh orangtuanya. “R” yang saat itu berusia 18

tahun dan masih duduk di bangku SMA, telah berpacaran dengan dengan “Z”,

abang kelasnya namun berbeda sekolah. Setiap kali orangtuanya datang

kerumah saya, mamak saya sering menggoda dan mengatakan bahwa sebentar

lagi bu Tuti akan mantu.

Gambar 6. “R” beserta ibu dan kedua anaknya


Sumber: Dokumentasi Pribadi

Mantu disini diartikan bahwa akan menikahkan anaknya dan memiliki

menantu. Namun bu Tutui selalu menyangkal bahwa “R” harus bekerja dulu

agar bisa punya pegangan uang sendiri. Namun tidak berselang lama, sekitar

setengah bulan sebelum bulan Ramadhan, bu Tuti mengabarkan bahwa “R”

65

Universitas Sumatera Utara


akan menikah minggu depan. Beberapa orang menyarankan untuk

menikahkan anaknya setelah Lebaran Idul Fitri. Namun bu Tuti menolak

dengan alasan, justru ingin mempercepat pernikahan anaknya. Bu Tuti tidak

memberi tahu alasan mensegerakan pernikahan anaknya. Saya mengetahui

“R” telah hamil ketika saya datang kerumahnya untuk undangan. Menurut

mamak saya, usia kandungan “R” sudah menginjak 4 bulan jika dilihat dari

ukuran perutnya. Kasus “R” juga sama seperti “N”, kesibukan pekerjaan

orangtua menyebabkan mereka lebih sering bergaul bersama teman-temannya,

dan orangtua juga kurang menerapkan aturan jam pulang malam.

4. Persepsi Masyarakat Jawa Tentang Pernikahan

Menurut masyarakat Jawa yang tinggal di daerah tersebut, pernikahan

tidak boleh dijadikan beban dengan meminta mas kawin dan hantaran yang

tinggi. Karena hakikat dari menikah ialah melegalkan suatu hubungan bukan

ajang untuk menjual anak gadis mereka. Berbeda dengan beberapa suku yang

ada di Indonesia yang menetapkan uang hangus untuk seorang anak gadis

yang akan dinikahi, seperti suku Aceh yang menetapkan mas kawin dalam

ukuran Mayam, dan suku Nias yang menghitung dengan banyaknya Babi,

suku Jawa tidak pernah mematok berapa mas kawin atau hantaran untuk

menikahkan anaknya. Biasanya orangtua hanya berkata semampunya saja.

Karena anaknya sudah mau sama mau. Seperti orang tua Era, ketika lelakinya

melamar kerumahnya untuk membicarakan berapa uang hantaran yang akan

66

Universitas Sumatera Utara


diberikan, orangtuanya hanya menjawab semampu keluarga pihak pria

saja.tidak ada paksaan. Jika ditetapkan dan tidak mampu, takut acaranya batal

dan mengecewakan anak-anak mereka. Namun uang hangus tersebut juga di

cocokkan dengan biaya-biaya yang sudah diprediksi sebelumnya. Masyarakat

Jawa didaerah tersebut juga biasanya tidak mempersoalkan tentang pekerjaan

calon suami anaknya kelak. Menurut mereka, rezeki sudah diatur oleh Tuhan.

Dan mereka juga punya pepatah “mangan ora mangan seng penting kumpul”

Yang berarti makan tidak makan yang penting berkumpul. Mereka tidak

mempermasalahkan harus makan apa, yang penting bagi mereka adalah

berkumpul bersama keluarga.

3.2.Faktor-faktor Terjadinya Pernikahan Dini di Desa Securai Utara

Banyak hal yang bisa mencegah terjadinya pernikahan dini sebenarnya. Seperti

keinginan untuk menggapai cita-cita, keinginan untuk mendapatkan pekerjaan

yang baik dan sebagainya. Namun faktor-faktor yang ada dimasyarakat membuat

mereka menjadi permisif pada pernikahan di usia muda. Beberapa diantaranya

3.2.1 Pendidikan

Rendahnya tingkat pendidikan maupun pengetahuan orang tua, anak dan

masyarakat setempat, menyebabkan adanya kecenderungan untuk menikahkan

anaknya yang masih dibawah umur dan tidak dibarengi dengan pemikiran yang

panjang tentang akibat dan dampak permasalahan yang dihadapi. Terkadang

orang tua hanya berkaca pada pengalaman pernikahannya dan pernikahan orang

67

Universitas Sumatera Utara


tuanya. orang tua tidak mempelajari perubahan zaman yang membuat pernikahan

tidaklah semulus sebelumnya. Bukan hanya kekurangan pendidikan tentang

sekolah. Orang tua juga kurang menerapkan pendidikan sex pada anak-anaknya.

Sehingga berdampak pada seksualitas remaja yang berakibat pada menikah di usia

dini akibat “kecelakaan”.

Masih banyak orangtua yang menganggap jika seorang anak gadis sudah

telaten mengurusi rumah serta bisa memasak, anak tersebut sudah cocok untuk

dinikahkan. Karena orangtua menganggap, tugas seorang perempuan dalam

rumahtangga hanya untuk mengurusi rumah serta suami dan anaknya.

Di daerah tersebut, bukanlah hal yang sulit untuk mencari sekolah.

Keberadaan sekolah dapat dijangkau hanya dengan jarak yang relative mudah. Hal

tersebut dibuktikan dengan banyaknya anak SD yang pergi ke sekolah dengan

berjalan kaki. Namun tidak semua orangtua menganggap sekolah itu penting. Di

deareah tersebut terdapat sekolah MTs dan MA yang sudah dicap sebagai sekolah

abal-abal. Hal tersebut karena sekolah tersebut mengizinkan muridnya untuk tidak

masuk sekolah dan hanya mengikuti ujian saja. Biasanya yang bersekolah disitu

ialah anak-anak yang sekolah sambil bekerja. ada beberapa siswa yang bersekolah

sambil bekerja di kota Berandan. Sebagai penjaga toko atu operator warnet. Orang

tua mereka menganggap sekolah hanya sebagai lembaga yang mengeluarkan

selembar kertas sebagai pembuktian anaknya telah tamat. Tidak lebih dari itu.

Mereka tidak mempunyai motivasi yang lebih dari itu.

Sebaliknya, orangtua atau anak dengan pemikiran yang baik, akan

menyekolahkan anaknya di beberapa sekolah bagus yang lumayan jauh seperti

68

Universitas Sumatera Utara


yang ada di Kota Berandan atau di Tanjung Pura. Sekolah tersebut memiliki

motivasi yang baik dibuktikan dengan mahasiswa perguruan tinggi Negeri

umumnya berasal dari sekolah tersebut.

Tempat dimana remaja bersekolah juga mempengaruhi terjadinya

pernikahan dini tersebut. biasanya sekolah yang bagus memiliki peraturan

tersendiri tentang seragam sekolah, atribut sekolah serta kegiatan-kegiatan positif

yang sudah terjadwal. Menyebabkan murid-murid lebih banyak melakukan

kegiatan yang positif dan produktif. Berbeda dengan sekolah yang kurang bagus.

Walaupun mereka mempunyai peraturan tertulis tentang seragam, atribut dan lain-

lain, mereka biasanya tidak akan menghukum muridnya ketika melakukan

kesalahan dengan alasan takut kehilangan murid. Jika murid disuatu sekolah

berkurang, hal tersebut berimbas pada pengurangan dana BOS dan akhirna gaji

Guru juga akan berkurang. Oleh sebab itu, lingkungan pendidikan sangat penting

dalam menentukan masa depan seorang murid karena akah berimbas pada

kehidupannya mendatang. “S”, saat memasuki bangku SMA berniat bersekolah di

Yayasan Pendidikan Mulia yang berada di dusun Securai. Namun niatnya

diurungkannya, dan akhirnya mendaftar ke Madrasah Aliyah Al-Ikhlas yang ada

di titi batu, Desa Securai Utara. Dengan alasan, sekolah di tempat tersebut bisa

sambil bekerja, karena sekolah tersebut tidaklah mengharuskan muridnya datang

setiap hari, namun harus mengikuti ujian sebagaimana mestinya. Setelah tamat

SMA, siti pun tidak bekerja. Ia hanya di rumah, hanya berselang beberapa bulan

saja, ia langsung menikah dengan lelaki yang melamarnya. Walau awalnya ia

tidak setuju dengan pernikahan tersebut, namun akhirnya ia menerimanya dengan

69

Universitas Sumatera Utara


alasan dia tidak bekerja, jadi lebih baik menikah. Karena menurut orangtua nya ia

sudah layak menikah karena ia sudah bisa memasak dan mengurus rumah tangga.

3.2.2 Ekonomi

Masalah ekonomi sering menjadi masalah utama alasan melakukan

pernikahan di usia muda. “W”, seorang gadis berusia 16 tahun, baru saja

melangsungkan pernikahannya pada tanggal 23 Juni 2018 di kediaman orang

tuanya Dusun Pasar Lebar. Ia dipersunting seorang lelaki berumur 25 tahun.

Suaminya saat ini bekerja di tambak milik keluarganya. Bukan tanpa alasan

orangtuanya menikahkan “W” diusia yang masih sangat muda tersebut. keadaan

ekonomi lah yang memaksa orang tua “W” menyetujui pernikahannya tersebut.

ayah “W” bekerja serabutan. Terkadang menjadi buruh panen bila musim panen

tiba, kadang menjadi kuli bangunan. Sedangkan ibunya hanya ibu rumah tangga

yang meengurusi 3 adik perempuannya. Mereka memiliki rumah sendiri di

pinggir jalan raya. Dengan ukuran rumah sekitar 5x5 meter, dan hanya memiliki 1

kamar.dan kamar mandi mereka berada diluar rumah. Mereka mempunyai usaha

kecil-kecilan yaitu berjualan mie goreng, dan minuman ringan di depan

rumahnya. Terkadang mereka juga membuat keripik sambal untuk dititip di kedai

yang ada disekitar rumahnya.

Sebelumnya, “W” bersekolah di M.I Sirajuddin. Sekitar 100 meter dari

rumahnya. Setelah lulus SD, ia pun melanjutkan sekolahnya ke MTs Al-Ikhlas

yang berjarak 200 meter dari rumahnya. Namun tiba-tiba saja ia tidak bersekolah

lagi dengan alasan tidak ada yang membantu ibunya mengurus adik-adiknya

70

Universitas Sumatera Utara


dirumah. Hingga pada suatu hari terdengar kabar bahwa ada lelaki yang ingin

melamarnya.

Setelah memutuskan untuk berhenti bersekolah, beberapa gurunya

mendatangi rumahnya untuk menanyakan alasannya kenapa tidak bersekolah lagi.

Namun, jawabannya ialah, ibunya yang tidak mengizinkan “W” untuk

melanjutkan sekolah, dengan alasan agar “W” bisa membantu menjaga adiknya

dan ibunya tetap bisa bekerja. Setelah menikah, “W” dibawa oleh suaminya

kerumah orang tuanya. Hal tersebut tentu saja berdampak pada ekonomi keluarga.

Tentu saja “W” telah mengurangi 1 beban ekonomi keluarganya. Orang tuanya

lebih bisa menghemat pengeluaran setiap harinya.

Gambar 7 . Pernikahan Wulan

Sumber: Dokumentasi Pribadi

71

Universitas Sumatera Utara


3.2.3 Kenakalan remaja

Remaja dengan usia sekolah biasanya sebagian mempunyai sifat nakal

seperti pemberontak, melanggar peraturan dan lain-lain. “Remaja nakal

mempunyai sifat memberontak, mendendam, curiga, implusif, dan menunjukkan

kontrol batin yang kurang dan hal ini mendukung perkembangan konsep diri yang

negatif” Conger (Monks dkk,1999). Kenakalan remaja sering dikaitkan dengan

kelakuan remaja yang membangkang dan melanggar peraturan yang ada di

sekolah ataupun di masyarakat. Banyak hal yang menyebabkan kenakalan remaja

terjadi di masyarakat

a. Kontrol Sosial

Dalam keadaan yang sebenarnya, pedesaan dianggap sebagai

standar dan pemeliharaan pengendalian sosial (social kontrol), sistem

kehidupan bermasyarakat dan kebudayaan asli seperti gotong royong,

tolong menolong, persaudaraan, kesenian, kepribadian dalam

berprilaku, adat istiadat, nilai-nilai, dan norma serta nilai-nilai

keagamaan. Pedesaan acap kali dideskripsikan sebagai tempat

kehidupan masyarakat di mana anggota masyarakatnya bergaul dengan

rukun, tenang, selaras, dan akur. Konflik sosial biasanya berkutat pada

peristiwa kehidupan sehari-hari, misalnya hal kepemilikan tanah,

gengsi, perkawinan, perbedaan antara kaum muda dan tua, persoalan

72

Universitas Sumatera Utara


antara wanita dan pria. Pedesaan juga sering kali dipahami sebagai

tempat yang tentram, tenang, guyup dan rukun7.

Akan tetapi pada realitas sosialnya, tidak bisa dipungkiri bahwa

dalam masyarakat pedesaan sekalipun terdapat individu yang enggan

untuk berprilaku sebagaimana mestinya seperti yang diatur oleh

hukum dan norma sosial. dalam hal ini remaja, bahkan sampai

menjalar ke anak-anak, merupakan salah satu anggota masyarakat yang

acap kali melanggar aturan yang berlaku dalam masyarakat. Masalah

kenakalan remaja dan anak-anak merupakan masalah sosial yang

setiap tahunnya bertambah, bentuknyapun beraneka ragam, semisal

minum-minuman keras, balapan liar, perjudian yang sampai saat ini

belum dapat diatasi secara tuntas. Akibat yang ditimbulkan cukup

serius dan tidak dapat lagi dianggap sebagai suatu persoalan biasa lagi,

sebab tindakan-tindakan dari kenakalan tersebut banyak yang

menjurus kepada tindakan kriminal. Tindakan criminal yang terjadi

dimasyarakat tersebut diantaranya, maling ayam, maling sawit, maling

bebek, dan pernah juga maling lembu. Kebanyakan digunakan oleh

pelaku untuk membeli narkoba atau untuk main judi.

b. Kontrol Keluarga

Kontrol keluarga merupakan kewajiban kedua orang tua yang

harusnya bekerjasama. Faktor ekonomi juga mempengaruhi kontrol

7
M. Munandar, Ilmu Sosial Dasar:Teori dan Konsep Ilmu Sosiologi, (Jakarta: Refika, 1986), hlm.
129

73

Universitas Sumatera Utara


keluarga tersebut. ketika seseorang dengan ekonomi yang mencukupi,

akan membuat mereka memiliki waktu lebih untuk mengurus anak-

anaknya. berbeda dengan keluarga dengan ekonomi rendah, mereka

akan terus-terusan bekerja dan kurang memperhatikan anak-anaknya.

Dengan lokasi geografis seperti Desa Securai Utara yang dominan

merupakan area persawahan tanpa ada lokasi industri, menyebabkan

orangtua lebih banyak bekerja di sawah bagi petani, serta menjadi

perantau yang pulang setelah beberapa bulan bagi mereka yang tidak

bekerja sebagai petani. Hal tersebut membuat orang tua jarang

berkomunikasi intens dengan anak-anaknya. pengabaian di dalam

keluarga pun terjadi. Anak dengan sekolahnya, orang tua dengan

pekerjaannya. Dan ketika anak bermasalah di sekolahnya, orangtua

jadi bertanya-tanya kenapa hal itu terjadi. Selain jarag berkomunikasi

antara anggota keluarga, orangtua juga tidak pernah memberikan

pengetahuan tentang pendidikan seks kepada anak-anaknya. menurut

masyarakat hal tersebut dianggap tabu dan tidak layak untuk

dibicarakan dengan anak-anaknya.

“M” (18 tahun) merupakan siswa SMK Dharma Patra. Orang

tua perempuan nya bekerja sebagai pedagang di pasar dan ayahnya

menggembala Lembu. Mereka memiliki 6 ekor lembu yang setiap

harinya harus dibawa makan ke lading atau diaritkan rumput untuk di

beri makan di kandang. Menurut pengakuan ibunya, “M” tidak akan

pergi sekolah jika orangtua nya tidak meninggalkan uang jajan. Setiap

74

Universitas Sumatera Utara


hari, ibunya akan pergi ke pasar pagi-pagi sekali sebelum “M” bangun

tidur. “yang penting kutinggalkan uang jajan, sekolah la dia itu. Kalo

aku lupa, ya mana mau sekolah dia.” Begitulah penuturan orang tua

“M”. Untuk urusan sekolah, semua diurus oleh ibunya, mulai dari

pendaftaran sekolah hingga yang lain. Orangtua lelakinya tidak mau

ikut campur dengan sekolah anaknya. hingga ketika anaknya dipanggil

saat bermasalah di sekolah, tetap ibunya yang datang ke sekolah untuk

menyelesaikannya. Bukan hanya sekali orang tuanya dipanggil, namun

berkali kali. Merokok, cabut sekolah, telat datang, berkelahi. Itulah

alasan-alasan mengapa Marwan sering dipanggil ke sekolah. Hingga

pada akhinya orang tua “M” menyerahkan urusan sekolah ke guru nya

saja. Orang tuanya sudah lelah dengan panggilan guru ke sekolah. Hal

itu membuat dia tidak bisa berjualan jika harus ke sekolah untuk

mengurus anaknya tersebut. Kontrol orang tua sangat diperlukan agar

kehidupan anaknya lebih terarah.

Hal tersebut juga terjadi pada “U”. Remaja yang saat ini

seharusnya sedang duduk di bangku SMA. Orangtuanya merupakan

petani karet di Tanjung Pura dan ibunya merupakan tukang kue.

Sehari-harinya, ibunya membuat kue yang akan dititipkan di kedai-

kedai sekitar rumahnya dan ayahnya bekerja dari pagi hingga sore hari

di kebun karet miliknya. Sejak SMP, ia merupakan anak yang bandel.

Terbukti dari seringnya orangtuanya di panggil ke sekolah. Ia sudah

sering di pukul oleh ayahnya karena kelakuan bandelnya, namun tidak

75

Universitas Sumatera Utara


juga jera. “U” sepulang sekolah sering pergi bersama teman-temannya.

Tidak diketahui ia pergi kemana. Biasanya ia duduk-duduk di bengkel

langganannya bersama teman-temannya untuk me modif sepeda

motornya. Orangtua nya tidak pernah memberi jam batasan untuk

pulang kerumah. Dengan alasan "U” merupakan anak laki-laki yang

tak akan hamil ketika ia pergi bersama teman-temannya. Bagi

orangtuanya, yang penting adalah memberikan uang jajan agar

anaknya mau pergi sekolah. Apa yang akan terjadi di sekolah adalah

urusan belakangan. Yang penting anaknya mau pergi ke sekolah.

Tamat SMP, “U” tidak mau melanjutkan sekolahnya lagi dengan

alasan ingin bekerja di bengkel. Orang tua menyetujuinya dengan

alasan lebih baik menuruti kemauan anaknya daripada dipaksa sekolah

namun hanya bermasalah disekolah. 2 bulan setelah bekerja di bengkel

dekat rumahnya, ia di tangkap polisi dengan kasus jual beli narkoba

(sabu). Ia mendekap di balik dinginnya jeruji besi selama 3 bulan.

Orangtuanya memberikan uang tebusan sejumlah 15 juta rupiah agar

anaknya bisa dibebaskan. Setelah keluar dari penjara, ia juga masih

berhubungan dengan teman-teman lamanya. Orangtua sudah

melarangnya namun Usup tidak memperdulikannya. Selang beberapa

bulan, akhirnya ia ditangkap lagi dengan kasus yang sama. Kali ini

orangtua nya membiarkannya selama 6 bulan. Namun rengekan yang

selalu ia lontarkan ketika ibunya mengunjungi, membuat mereka tidak

tahan dan kasihan. Akhirnya orangtua nya kembali memberikan uang

76

Universitas Sumatera Utara


tebusan agar anaknya bisa dibebaskan. Sejak saat itu, orangtua yang

awalnya tidak pernah memperdulikan kemana anaknya pergi, siapa

teman-temannya, mulai lebh peduli. Ibunya sering menanyakan

keberadaan anaknya lewat telpon genggam, dan mulai membatasi jam

pulang anaknya. orangtuanya juga mulai menyuruh anakanya untuk

ikut ke ladang bersama ayahnya agar ia mempunyai kegiatan lain

selain dirumah.

Kontrol sosial juga sering dikaitkan dengan pendapan ekonomi.

Ketika remaja melakukan pelanggaran seperti meninggalkan jam

pelajaran sekolah dan malah bermain bersama teman-temannya, warga

sekitar sering ,mengingatkan untuk tidak bolos sekolah. Namun ketika

diingatkan, mereka malah menjawab dengan jawaban yang kurang

pantas, seperti “bukan urusanmu” atau “terserah aku lah, bukan kau

yang bayar uang sekolahku”. Dan pada akhirnya tidak ada yang

berinisiatif untuk member teguran kepada siapapun yang melakukan

pelanggaran dengan alasan percuma. Masyarakat yang awalnya tidak

permisif terhadap kenakalan remaja seperti bolos sekolah, berjudi, atau

penyalahgunaan narkoba, akhirnya tidak mau ambil pusing. Menurut

mereka lebih baik mengurusi rumah dan dapur sendiri. Mengurusi

urusan orang lain juga tidak akan mempengaruhi urusan dapur mereka.

Pada akhirnya kontrol sosial menjadi lemah di masyarakat.

Desa menjadi daerah yang kurang harmonis disebabkan oleh kelakuan

remaja yang mulai menjadi buruk.

77

Universitas Sumatera Utara


Kontrol masyarakat yang baik diawali dengan kontrol keluarga.

Keluarga adalah institusi terkecil dalam masyarakat dimana kepala

keluarga yang berhak mengatur apa yang terjadi di dalam keluarga.

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah

tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi.

Mereka saling berinteraksi satu dengan lainnya, mempunyai peran

masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya

(Bailon dan Maglaya, 1978). Keluarga sangat bereperan penting dalam

mengontrol keluarganya karena peran orangtua adalah melindungi dan

mengatur perilaku anggota keluarganya. Namun, semua tentu saja

memiliki hambatan seperti kesibukan orang tua ataupun kesibukan

anaknya. kesibukan orangtua disini yang dimaksud adalah bekerja, dan

kesibukan anaknya ialah sekolah, les dan lain-lain.

Masyarakat Securai Utara yang dominan bekerja sebagai Petani

dan Buruh Bangunan, membuat mereka tidak bisa berkomunikasi

secara intens dengan anggota keluarga. Mereka berangkat pagi dan

pulang sore hari. Membuat mereka memiliki waktu sedikit untuk

berkumpul bersama keluarga. Ketika musim turun kesawah tiba,

mereka punya banyak kerjaan di sawah dan hal tersebut tentu saja

mengurangi waktu mereka untuk bertemu keluarga. Berikut ialah ritme

kegiatan ketika musim turun sawah tiba

78

Universitas Sumatera Utara


1. Ngerenduk (Merendam bibit padi)

Siklus bertani diawali dengan merendam bibit padi di dalam

air. Biasanya mereka akan merendan di dalam ember besar dengan

air yang menutupi semua padi. Hal ini bertujuan untuk

memisahkan bibit padi yang bagus dan yang tidak bagus. Bibit

padi yang bagus akan tenggelam di air dan bibit padi yang tidak

bagus akan mengapung. Biasanya waktu perendaman sekitar 3

hari.

2. Nyemai (Semai Bibit Padi)

selanjutnya menanam bibit padi. Petani tidak akan langsung

menanam bibit padi di sawah. Mereka akan menanamnya ditanah

yang basah. Sebagian akan menanamnya di tanah berlumpur, agar

bibit padi gampang dicabut untuk dipindahkan ke sawah. Tidak ada

jarak dalam nyemai bibit tersebut.

3. Menjetor/membajak

Menjetor ialah mengaluskan tanah sawah agar menjadi

lebih gembur dan gampang untuk ditanam padi. Biasanya

dilakukan dengan menggunakan mesin jetor. Dulu masyarakat

menggunakan kerbau untuk membajak sawah, namun ketika mesin

jetor lebih efesien, mereka pn menggunakan mesin jetor untuk

keperluan sawah.

79

Universitas Sumatera Utara


4. Mencabut Bibit

Mencabut bibit biasanya dilakukan diusia padi 15 hari.

Mencabut padi memiliki teknik khusus agar akar padi tidak putus

5. Menanam Padi

Setelah mencabut bibit padi dan membersihkan akarnya

dari tanah agar gampang untuk ditanam, biasanya petani akan

menanam padi dengan jarak sekitar 15cm dan dengan 3 atau 4

batang padi. Jika sawah dalam keadaan basah, maka petani akan

menggunakan tangan untuk menanam. Jika tanahdalam keadaan

keras, maka petani akan menggunakan kuku kambing untuk

menanam padi

6. Merumput dan Meracun

Merumput biasanya dilakukan setengah bulan setelah padi

ditanam. Karena biasanya akan banyak rumput-rumput yang

tumbuh disekitar padi. Selain merumput, mereka juga akan

memberikan racun untuk hama-hama yang timbul seperti ulat

ataupun walang sangit.

7. Menjaga Burung

Ketika padi sudah mulai matang, burung-burung akan

banyak berkeliaran disawah. Biasanya petani memasang orang-

orangan sawah untuk menangkal burung agar tidak memakan padi

mereka. Namun sekarang sudah tidak berpengaruh. Masyarakat

juga sering memasang kerencengan (terbuat dari kaleng susu bekas

80

Universitas Sumatera Utara


kosong yangdi isi dengan kerikil) dan di pasang sepanjang sawah

menggunakan tali. Ketika ada burung, tali penghubung akan ditarik

dan kerencengan akan mengeluarkan suara bising yang akan

mengusir burung.

8. Panen

Masa panen akan menjadi masa yang paling

menggembirakan atau berbalik jadi masa ang menyedihkan bagi

petani. Kegagalan petani yang paling sering terjadi disebabkan

oleh keringnya sawah. Sawah penduduk yang tidak difasilitasi

dengan tali air, menyebabkan mereka hanya bergantung pada air

hujan. Beberapa orang yang memiliki mesin air bisa menggunakan

mesinnya untuk menyedot air dari sungai dan mengalirkannya ke

sawah mereka.

Dari penjelasan siklus menanam padi diatas, dapat

disimpulkan bahwa petani menghabiskan banyak waktu untuk

bekerja sehingga sering kali mengabaikan keluaganya. Ketika

pulang dari sawah, mereka sudah kelelahan dan lebih sering

beristirahat daripada berinteraksi dengan anak dan istrinya.

Begitupun dengan buruh bangunan ataupun pekerjaan lain yang

menyebabkan orangtua harus meninggalkan keluarganya dalam

waktu lama. Mereka akan jarang berkomunikasi dengan anaknya

sehingga tidak mengetahui perkembangan anaknya. menurut

81

Universitas Sumatera Utara


mereka, dengan menyekolahkan anaknya, itu saja sudah cukup

menjadi pengontrol kelakuan anaknya. tanpa adanya pengawasan,

mereka menyerahkan anaknya tanpa perduli dengan kelakuan

anaknya di luar.

c. Biologis

Dalam kehidupan berkeluarga, kurangnya pembinaan agama

juga menjadi salah satu faktor terjadinya kenakalan remaja. Dalam

pembinaan moral, agama mempunyai peranan yang sangat penting

karena nilai-nilai moral yang datangnya dari agama tetap tidak berubah

karena perubahan waktu dan tempat. Pembinaan moral ataupun agama

bagi remaja melalui rumah tangga perlu dilakukan sejak kecil sesuai

dengan umurnya karena setiap anak yang dilahirkan belum mengerti

mana yang benar dan mana yang salah, juga belum mengerti mana

batas-batas ketentuan moral dalam lingkungannya. Pembinaan moral

erat kaitannya dengan perubahan hormon seksual pada remaja. Ketika

seorang remaja dengan moral ang baik, akan membuatnya lebih

mengerti tentang mana yang baik dan mana yang buruk. Karena itu

pembinaan moral pada permulaannya dilakukan di rumah tangga

dengan latihan-latihan, nasehat-nasehat yang dipandang baik. Maka

pembinaan moral harus dimulai dari orang tua melalui teladan yang

baik berupa hal-hal yang mengarah kepada perbuatan positif, karena

apa yang diperoleh dalam rumah tangga remaja akan dibawa ke

lingkungan masyarakat. Oleh karena itu pembinaan moral dan agama

82

Universitas Sumatera Utara


dalam keluarga penting sekali bagi remaja untuk menyelamatkan

mereka dari kenakalan dan merupakan cara untuk mempersiapkan hari

depan generasi yang akan datang, sebab kesalahan dalam pembinaan

moral akan berakibat negatif terhadap remaja itu sendiri. Contohnya

saja, kegiatan keagamaan seperti Remaja Masjid. Kegiatan tersebut

sangat berpengaruh pada tumbuh kembang remaja, karena waktu luang

yang dimiliki oleh remaja dapat digunakan untuk mengikuti kegiatan

tersebut sehingga tidak ada waktu luang yang dihabiskan untuk

kegiatan yang negatif. Di dusun Pasar Lebar, sebelumnya ada kegiatan

remaja mesjid yang dipimpin oleh bang Era. Kegiatannya juga

lumayan banyak, seperti pengajian, belajar membaca Al-Qur’an

hingga leadership. Kegiatan dimulai sekitar pukul 2 siang setelah

makan siang dan berakhir sebelum adzan Ashar. Kegiatan tersebut

membuat remaja menjadi produktif dan membuat orang tua tidak

khawatir karena anaknya pergi entah kemana.

Pemahaman tentang agama sebaiknya dilakukan semenjak

kecil, yaitu melalui kedua orang tua dengan cara memberikan

pembinaan moral dan bimbingan tentang keagamaan, agar nantinya

setelah mereka remaja bisa memilah baik buruk perbuatan yang ingin

mereka lakukan sesuatu di setiap harinya.

Kondisi masyarakat sekarang yang sudah begitu

mengagungkan ilmu pengetahuan mengakibatkan kaidah-kaidah moral

dan tata susila yang dipegang teguh oleh orang-orang dahulu menjadi

83

Universitas Sumatera Utara


tertinggal di belakang. Dalam masyarakat yang telah terlalu jauh dari

agama, kemerosotan moral orang dewasa sudah lumrah terjadi.

Kemerosotan moral, tingkah laku dan perbuatan – perbuatan orang

dewasa yang tidak baik menjadi contoh atau tauladan bagi anak-anak

dan remaja sehingga berdampak timbulnya kenakalan remaja.

Selain pembinaan moral dan mengisi waktu luang dengan kegiatan

yang bermanfaat, birahi pada remaja dapat dicegah dengan pendidikan

seks yang diajarkan oleh anggota keluarga. Pendidikan seks sangat

penting diajarkan sejak dini agar anak dan remaja mengerti tentang

organ seksualnya. Namun, bagi masyarakat setempat, pendidikan

merupakan hal yang tabu dan tidak boleh dibicarakan sembarangan

apalagi apada anak kecil. Menurut mereka, diusia tersebut tidak boleh

membicarakan hal yang berbau seks. Selain tidak dibolehkannya

berbicara mengenai seksual, masyarakat yang mbelum permisif

dengan budaya pacaran membuat banyak remaja yang menganut

budaya malam mingguan dan malam kamisan. Biasanya remaja akan

pergi jalan-jalan ketika malam minggu dan malam kamis bersama

pacarnya ke tempat-tempat yang tidak terlalu ramai. Ada beberapa

“tempat sepi tapi ramai” di daerah tersebut. seperti jalan baru. Jalan

penghubung antara desa Securai Utara dan Alur 2, yang masih

terbengkalai pembangunannya, membuat remaja sering menggunakan

wilaah tersebut untuk berpacaran. Selain hanya sedikit rumah

penduduk, kawasan tersebut hanya dikelilingi oleh areal persawahan,

84

Universitas Sumatera Utara


kebun sawit dan kebun karet. Hal tersebut membuat mereka tidak

akan takut untuk ketahuan oleh orang tuanya ketika pergi bersama

pacarnya.

4. Konsep Tentang Perempuan

Perempuan yang pada umumnya pelaku pernikahan di usia muda,

mempunyai kedudukan sosial tersendiri dimasyarakat. Lag-lagi masyarakat yang

bersuku Jawa yang melakukan pernikahan tersebut. Berbagai ungkapan

keseharian dalam budaya Jawa, memang memperlihatkan posisi infeorior

perempuan. Merujuk dari asal kata wanita yang dalam konteks budaya Jawa,

diartikan ”wani ditata” artinya berani ditata, terlihat posisi perempuan sebagai

objek, yang ditata. Selain itu juga sebutan perempuan sebagai kanca wingking

(teman di belakang), ini memperlihatkan posisi perempuan di sektor domestik

yang tidak mempunyai akses untuk berperan di sektor publik. Berkaitan dengan

hal tersebut maka peran perempuan dibatasi pada 3 area (dapur, kasur dan sumur),

sementara itu tugas utama bagi perempuan antara lain : masak (memasak), macak

(berhias diri), dan manak (melahirkan anak). Perempuan yang sudah menikah dan

menjadi istri, oleh suaminya akan disebut dengan ungkapan, suwarga nunut,

neraka katut. Artinya seorang isteri pada akhirnya akan mendapatkan nunutan

(tumpangan ) ketika sang suami masuk atau mendapatkan surga, tetapi jika suami

masuk neraka maka isteri akan ikut masuk neraka. Berdasar gambaran tersebut,

tidak mengherankan jika akhirnya muncul keraguan terhadap penghargaan posisi

dan peran perempuan Jawa. Dalam pandangan masyarakat Jawa, perempuan yang

sudah bisa mengatur rumah tangga sudah layak dinikahkan. Mengatur rumah

85

Universitas Sumatera Utara


tangga dalam artian mencuci, memasak, dan membersihkan rumah. Hal tersebut

berdasarkan tugas perempuan setelah menikah hanya melahirkan anak, mengurusi

rumah tangga dan mengurusi anak. Oleh sebab itu, menurut mereka perempuan

tidak harus sekolah tinggi-tinggi karena pada akhirnya akan berakhir di dapur,

sumur dan kasur.

Kondisi ekologis yang dominan areal persawahan membuat banyak yang

memiliki mata pencaharian sebagai petani. Jika tidak sebagai petani, biasanya

mereka berprofesi sebagai kuli bangunan atau pekerja industri yang akan

merantau ke luar kota. Jika tidak diluar daerah, biasanya mereka bekerja di

daerah yang tidak terlalu jauh dari rumah mereka. Hal tersebut yang mendasari

wanita yang akan menikah harus pandai memasak dan mengurus rumah. Karena

ketika siang hari, suami-suami mereka akan pulang kerumah untuk makan siang.

Tidak banyak kedai nasi disana karena tidak ada lokasi industry. Hal tersebutlah

yang mendasari seorang istri harus pandai memasak. Istri yang tidak pandai

memasak akan dikucilkan oleh keluarga suami dan akan terus menjadi bahan

pembicaraan keluarga suaminya. Tidak ada dispensasi untuk perempuan atau istri

yang tidak bisa memasak atau mengurus rumah. Menurut mereka, perempuan

yang tidak bisa mengurus rumah dan memasak adalah perempuan yang malas.

Menurut mereka semua bisa dilakukan asal mau dipelajari.

5. Arisan Pesta

Arisan pesta atau yang umumnya disebut asokan oleh masyarakat jawa

merupakan kebiasaan turun temurun yang sudah dilakukan. Pada prinsipnya

86

Universitas Sumatera Utara


asokan ialah mengurangi beban setiap keluarga yang akan melakukan acara

dirumah. Ketika keluarga A mengadakan acara, maka keluarga B, C, dan D akan

“menabung” bahan pokok dirumah keluarga A. Ketika si B menabung 100 kg

beras misalnya, maka ketika keluarga B menikah atau mengadakan acara, maka

keluarga A akan mengembalikan dengan jumlah yang sama. Begitu seterusnya.

Oleh karena itu, beban dari si empunya acara akan berkurang.

Asokan tidak di tetapkan berapa yang akan ditabung. Semua berdasarkan

kempampuan setiap keluarga. Dan tidak dipaksakan. Tradisi ini diawali ketika

seorang keluarga ingin menikahkan anaknya namun terkendala biaya untuk

melaksanakannya. Tetangga-tetangganya pun berinisiatif untuk menolongnya

dengan membuat grup asokan tersebut yang intinya agar keluarga tersebut

terbantu. Ada yang membawakan beras karena ia merupakan petani beras, ada

yang member gula karena ia kerja di pabrik gula, dan ada yang member sayuran

karena ia merupakan petani sayur, dan lain-lain. Akhirnya tradisi tersebut terus

berlanjut hingga saat ini. Namun mereka memiliki peraturan yang tidak tertulis

yaitu, pendatang tidak diperbolehkan ikut karena mereka pernah mengikutkan

pendatang dalam kelompok tersebut namun setelah acara selesai, ia pindah keluar

kota. Tentu saja hal tersebut merugikan orang yang telah “mengasok”.

Dari tradisi tersebut dapat mempengaruhi pernikahan yang terjadi. Orang

tua tidak akan terbebani dengan acara pernikahan tersebut dikarenakan mereka

sudah “menabung” logistik yang akan di panen ketika mereka mengadakan acara.

Resepsi pernikahan yang umumnya akan membebani mereka di bagian makanan,

setidaknya akan berkurang karena tradisi asokan tersebut. Bu Ummi, adalah

87

Universitas Sumatera Utara


seorang yang mengikuti asokan di daerah rumahnya, biasanya ia mengasok

kepada orang yang akan melakukan acara sesuai dengan kebutuhan si empunya

acara. Jadi ketika ia mengadakan acara untuk sunat anak lelakinya, ia hanya

mengeluarkan biaya untuk teratak, undangan dan hiburan. Untuk konsumsi bu

Ummi sudah mendapat asokan dari grupnya meliputi seluruh bahan-bahan kering

seperti beras, minyak, gula, teh, kopi, dan lain-lain. Untuk keperluan basah seperti

sayuran, terkadang harus membeli senriri, karena tidak semua sokan berupa

barang-barang. Namun juga berbentuk uang.

Setelah acara selesai, terkadang barang-barang asokan masih tersisa.

Tergantung si empunya acara untuk apa dipergunakan barang-barang tersebut.

Terkadang mereka menggunakan sendiri dan bahkan ada yang menjualnya jika

barang-barang terlalu banyak

Dengan tradisi tersebut, para orang tua tidak akan kerepotan memikirkan

biaya untuk pernikahan. Seperti yang diungkapkan oleh wak Pon, yang

menikahkan anaknya diusia muda, walaupun awalnya anaknya tidak setuju

dengan pernikahan tersebut, orangtua nya memaksa untuk menikah. Selain karena

anaknya tidak memiliki kegiatan dirumah, keinginannya untuk cepat menari

asokan pun menjadi alasan. Menurutnya, ia sudah banyak menabung asokan pada

grupnya, namun anaknya belum ada yang menikah, jadi ia belum bisa menarik

asokan tersebut. Akhirnya Siti dinikahkan duluan, melangkahi kakaknya yang saat

itu sedang bekerja.

88

Universitas Sumatera Utara


Tradisi asokan masih eksis sampai saat ini dikarenakan masih

berlangsungnya tradisi rewang. Rewang biasanya dilakukan dirumah seseorang

yang akan melakukan hajatan. Kegiatannya yaitu masak masak makanan sebagai

menu yang akan dihidangkan pada saat hajatan berlangsung. Untuk menu utama

seperti nasi, lauk-pauk dan sayur, di desa tersebut belum terbiasa dengan catering.

Namun untuk makanan pendamping seperti bakso, sate atau yang lainnya,

biasanya si empunya hajatan akan memesan makanan dari pedagang makanan

tersebut.

Gambar 8. Kegiatan Rewang dirumah bu Limah saat akan diadakan acara


Sumber: Dokumentasi Pribadi

89

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

IMPLIKASI PERNIKAHAN DINI TERHADAP KEHIDUPAN RUMAH

TANGGA PADA PASANGAN PENIKAH DINI

5.1.Implikasi Pernikahan Dini Terhadap Pendidikan Pelaku Penikah Dini

Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat berpengaruh ketika

seorang perempuan atau lak-laki telah memutuskan untuk menikah. “ketika

perempuan udah memutuskan untuk menikah, kapan lagi dia bisa ngurusin

keluarganya?” begitulah pertanyaan sekaligus pernyataan yang diungkapkan oleh

pak Na’in selaku Sekretaris Desa Securai Utara. Menurutnya, jika seseorang

dengan pendidikan yangbaik, pastinya akan berfikir ulang ketika akan melakukan

pernikahan diusia muda, terlebih lagi jika kondisi ekonomi dan pendidikan belum

mumpuni untuk menikah. “banyak dek yang harus difikirkan abis kawin, besok

mau makan apa, tinggal dimana, banyaklah. Tapi anak-anak sekarang gak mikir

itu. Asal so raja orangtu, yaudahla kawin.” Lanjut pak Na’in sambil ketawa. Bang

Na’in ialah sosok yang sangat perduli dengan gejala menikah muda di desa

Securai Utara ini. Sebelumnya beliau sudah penah menyelenggarakan penyuluhan

kepada remaja-remaja terkait bahaya pernikahan dini di balai desa. Namun, tidak

ada perubahan yang terjadi. Remaja masih saja melakukan pernikahan di usia

muda. Salah satu alasan yang langsung tercetus dari bang Na’in ialah “gara-gara

jalan baru”. Jalan baru yang dimaksud ialah jalan penghubung antara desa Securai

Utara dan Alur 2. Jalan tersebut diapit oleh perkebunan sawit dan karet, serta area

90

Universitas Sumatera Utara


sawah. Hanya sedikit ditemukan rumah penduduk di jalan tersebut. menurut bang

Na’in, banyak sekali remaja yang sering duduk-duduk didaeah tersebut. “padahal

disitu bukan ada apa-apa. Tapi entah apa yang di cari orangtu disitu. Duduk-

duduk berdua diatas kereta. Kadang masih jam sekolah pun nongkrong orangtu

rame-rame pake baju sekolah. Kalo pas aku keliling, kuusirin orangtu. Tapi apa

jawabnya cobak? Sukak-sukak kamilah. Cocok gak tu jawabnya kek gitu?” pak

Na’in menjelaskan dengan semangat sambil tertawa. Menurutnya kualitas

pendidikan di desa ini yang harus ditingkatkan. Tidak hanya pendidikan di

sekolah. Namun pendidikan diluar sekolah.

“W” salah satu informan saya yang akhirnya memutuskan sekolahnya dan

menikah diusia muda. Ia bukan hanya tamatan SMP, ia tamat dari sekolah yang

dianggap tidak bagus oleh kalangan masyarakat setempat. Sekolah tempat ia

mengenyam pendidikan saat masih SMP ialah sekolah yang membiarkan siswa-

siswi nya tidak menghadiri jam pelajaran. Siswa-siswi ny bisa tetap bekerja dan

tetap lulus dari sekolah. Menurut pengakuan “W”, sebelumnya ia tidak mau

sekolah karena tidak ada yang membantu ibunya berjualan keripik, ditambah ia

memiliki 2 adik yang masih kecil membuatnya harus membantu ibunya menjaga

adiknya. Namun ketika ia tamat SD, ia punya niat untuk melanjutkan sekolah.

Ketika ia sudah mendaftar sekolah, ia di larang oleh ibunya untuk bersekolah.

Dengan alasan tidak punya biaya. Namun, pihak sekolah tempatnya mendaftar

mendatangi rumahnya dan membujuk “W” agar tetap bersekolah. Pihak sekolah

memberikan seragam gratis kepada “W” dan mengatakan bahwa “W” tidak perlu

datang tiap hari ke sekolah. Ia hanya perlu datang ke sekolah ketika tiba waktu

91

Universitas Sumatera Utara


ujian. Berangkat dari bujukan itulah, akhirnya “W” tetap melanjutkan

pendidikannya. Hari-hari sekolah “W” pun hanya dilalui dengan membantu

ibunya menyiapkan dagangannya serta menjaga adik-adiknya. Ia hanya datang

kesekolah ketika waktu ujian tiba dan pihak sekolah menghubuginya lewat telpon

genggam milik ibunya.

Saat ini ia sudah menikah dan tinggal bersama dengan mertuanya. Tentu

saja hal tersebut meringankan beban ekonomi keluarganya. Namun, “W” tidak

bisa lagi melanjutkan sekolahnya karena dia sudah tak ingin bersekolah.

Menurutnya, untuk apalagi bersekolah ketika sudah menikah. Haal tersebut hanya

akan merepotkan dirinya dan keluarganya saja. Tugasnya saat ini hanyalah

mengurusi suami dan membantu pekerjaan suaminya saja.

Jika “W” memang tidak berniat melanjutkan sekolah karena memang tidak

ada niat lagi. Lain halnya dengan “R”. Informan saya yang ini berkata bahwa ia

sangat berniat melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi yaitu

kuliah. Namun yang menjadi masalah ialah, ia sudah menjadi ibu dari 2 orang

anaknya. hal tersebut tidak memungkinkan dia untuk bersekolah lagi. Perlu

diketahui “R” menikah karena ia telah hamil dengan pacarnya. Sebelumnya ia

bersekolah di salah satu SMA yang ada di kota Pangkalan Berandan. Namun

akibat pergaulannya, ia terpaksa harus menikah. “dulu aku belum tau kak cemana

cara jatuhkan anak, makanya aku terpaksa nikah. Sekarang aku udah tau. Kalo aku

tau dari dulu, mungkin sekarang aku masih kuliah”. Ungkapnya sambil ketawa.

Menurut pengakuannya, ibunya sangat berharap ia bisa kuliah. Ia merupakan anak

pertama dari 3 bersaudara. Ia bahkan sudah merenanakan kampus mana yang

92

Universitas Sumatera Utara


menjadi pilihannya. Namun sekarang ia hanya bisa iri ketika melihat orang lain

kuliah. Bahkan ia sering bertanya kepada saya tentang bagaimana kehidupan

perkuliahan ketika saya main kerumahnya. “kalo dulu aku gak bandel, pasti

sekarang aku kuliah kak”. Begitulah ungkapan dia yang paling mengena di fikiran

saya.

5.2.Implikasi Pernikahan Dini Terhadap Ekonomi Rumah Tangga Pelaku

Penikah Dini

Berbicara mengenai rumah tangga, kita juga berbicara tentang kebutuhan-

kebutuhan yang ada di dalamnya. Salah satu kebutuhan yang penting ialah

sandang, pangan, papan. Tidak dapat dipungkiri, memutuskan untuk menikah

berarti memutuskan untuk membangun kehidupan mulai dari nol. Jika suami-istri

sama-sama bekerja, masalah ekonomi bukanlah sesuatu yang membebani

kehidupan. Karena suami-istri bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Dan jika salah satunya telah memiliki penghasilan ekonomi yang mapan, menikah

bukanlah menjadi beban bagi mereka.

Jenjang pendidikan dapat berpengaruh pada keadaan ekonomi dimasa

mendatang. Namun bukan hanya dari jenjang pendidikan seseorang bisa hidup

mapan. Ada banyak pengusaha yang bisa mapan padahal mereke putus sekolah.

Namun ketika seseorang berpendidikan yang baik, hal tersebut akan memudahkan

ia untuk mencari pekerjaan dan kemudian memnuhi kebutuhan ekonominya.

Di desa Securai Utara, rata-rata penduduknya bekerja sebagai Petani dan

Buruh. Menurut bu Tuti, bagaimana seseorang bisa maju, jika kualitas

93

Universitas Sumatera Utara


pendidikannya saja tidak diperbaiki. “sekolah sering cabut, keahlian gak ada.

Terus ngarep bisa kerja dikantor pake jas? Kan udah mustahil sih” ungkapnya

serius. Menurut pengamatan peneliti, anak-anak di desa securai, akan bersekolah

keluar kota ketika mereka ingin mendapatkan pendidikan yang lebih baik dan

serius. Mereka akan bersekolah di beberapa sekolah bagus yang ada di Pangkalan

Berandan atau Tanjung Pura bahkan Stabat. “tamat sekolah, gak ada juganya

kerjaan orangni. Yang laki kerja bangunan. Yang perempuan kerja di toko gaji

300 rb. Belik gincu pun pas-pasan. Habistu kawin orangtu. Ya kayak si “R”

inilah, kayak si “N” juga. Abis kawin numpang juga dirumah mamaknya.”

Ungkap bu Tuti.

“R” merupakan anak bu Tuti yang menikah muda karea telah hamil

duluan. Saat ini pekerjaan suaminya menjadi buruh bangunan. Ia di gaji harian

dengan gaji Rp. 70.000/hari. Menurutnya dan istrinya, biaya tersebut cukup untuk

keluarganya karena untuk makan sehari-hari ia masih dibantu oleh keluarga dari

kedua belah pihak. Keluarga dari laki-laki biasanya akan memberikan beras ketika

ia panen. Untuk lauk pauk sendiri, tiap hari ibu dari “R” yang akan berbelanja

setiap hari.

Masyarakat tidak akan bisa maju jika dirinya saja tidak mau untuk

merubahnya. Masyarakat desa Securai Utara merupakan masyarakat yang tidak

takut miskin. Menurut beberapa informan, yang penting ialah ia bisa makan setiap

hari. Tidak penting lauk apa yang dimakan. Menurut bang “B” suami dari “S”,

tidak mungkin tuhan tidak memberikan rezeki. Kalau tidak bisa bekerja di kantor,

tanah di kampun ini masih lebar yang mau di olah, kalau tidak punya uang untuk

94

Universitas Sumatera Utara


membeli sayur, masih bisa tanam dibelakang rumah. Kalau tidak punya lauk,

masih bisa mancing ikan di sungai. Begitulah ungkapnya. “semua itu tergantung

orangnya ajanya, kalo malas dia, ya payahla mau makan”. Apalagi saat ini sekolah

sudah di gratiskan mulai Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Pertama.

Banyak warga yang tidak memiliki pekerjaan tetap ataupun belum

memiliki pekerjaan, membuat masyarakat mengolah daerahnya sendiri dengan

pngetahuan pribadinya. Hal ini terjadi pada dusun Bukit 1 dan Bukit Gajah,

informasi yang beredar tentang adanya minyak bumi di daerah tersebut membuat

banyak masyarakat yang nekat menggali sumur dengan peralatan seadanya untuk

menyedot minyak mentah tersebut untuk diambil dan diolah sendiri. Tahun 2000

an merupakan tahun dimana masyarakat sedang gencar-gencarnya menggali

sumur minyak yang berdampak pada pendapatan yang meningkat. Beberapa

masyarakat bisa merenovasi rumah mereka menjadi lebih baik. Namun lebih

banyak yang menggunakannya untuk bermain judi atau hanya sekedar belanja

untuk keperluan pribadi seperti baju, make up dan lain lain. Masyarakat belum

bisa mengelola keuangan dengan baik. Begitu juga ketika ada bantuan dari

pemerintah berupa uang tunai atau berupa barang atau ternak untuk

dikembangkan, masyarakat tidak menggunakannya dengan baik sehingga bisa

memperbaiki perekonomian keluarga secara berkelanjutan, namun masyarakat

lebih memilih untuk belanja demi kepuasan batin.

Bang “B” meruapak salah satu informan saya yang merupakan suami dari

“S”. Saat ini ia bekerja sebagai penderes kebun karet dekat dengan rumahnya.

Sedangkan istrinya hanya menjadi ibu rumah tangga. Ia berpenghasilah

95

Universitas Sumatera Utara


perminggu sebanyak 500.000 rupiah. Menurutnya penghasilannya sangat

mencukupi untuk kehidupannya. Ia saat ini masih mengontrak rumah dengan

biaya 1,5 juta pertahun. Ia memiliki 1 orang anak lelaki ang berusia 5 tahun dan

sedang bersekolah TK. Ia tidak pernah merisaukan soal penghasilan karena

menurut nya, selama ini ia tidak pernah merasa kekurangan. Begitu juga dengan

istrinya. Istrinya juga tidak pernah protes dengan gaji suaminya.

Namun ada juga yang menjadikan ekonomi sebagai permasalahan dalam

rumah tangga. Sebut saja kak “A”, beliau merupakan ibu dari “W”. Kak “A”

dulunya juga menikah diusia muda. Ketika umurnya 15 tahun. Ia menikah karena

ia sudah tidak bersekolah lagi. Saat itu ia bekerja di kota Medan menjadi

pembantu rumah tangga. Lalu ada lelaki yang datang melamar ke orangtuanya, ia

pun tidak menolaknya dan langsung menyetujui pernikahan tersebut. setelah

menikah, ia tinggal dirumah mertuanya. Oleh karena suaminya tidak memiliki

pekerjaan tetap alias mocok-mocok, maka ia lebih sering bertengkar. Ia

memutuskan untuk bercerai dengan suaminya tersebut. saat ini ia telah menikah

lagi dengan bang “E” dan memiliki rumah sendiri yang berada di tepi jalan raya.

Suaminya yang saat ini juga tidak memiliki pekerjaan tetap. Hanya sebagai buruh

bangunan atau terkadang menjadi buruh di sawah. Namun, kak “A” sudah tidak

ambil pusing akan penghasilan suaminya, menurutnya saat ini tugasnya hanyalah

mengurus ketiga anaknya saja. “apalagi si “W” udah nikah kan, udah lepas juga 1

beban kakak dek.”

96

Universitas Sumatera Utara


5.3.Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)

Kehidupan rumah tangga adalah fase kehidupan paling lama dalam

kehidupan manusia. Oleh karena itu, sebelum menikah, hendaklah seseorang

dapat mempelajari sifat dan prilaku calon pasangannya kelak sebelum akhirnya

memutuskan untuk menikah.

KDRT terjadi bukan hanya karena sifat bawaan yang dimiliki oleh salah

satu pelaku rumah tangga, namun ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan

terjadinya KDRT (kekerasan dalam rumah tangga) seperti ekonomi rumah tangga,

ketidaksetaraan gender, hubungan seks dalam rumah tangga dan berbagai faktor

lainnya.

Dalam penelitian saya kali ini, belum ada menemukan kasus kekerasan

dalam rumah tangga pada semua informan saya. Namun saat saya ke Kantor Desa,

saya menemukan ada beberapa laporan untuk mengajukan perceraian yang

diakibatkan karena KDRT. KDRT ini juga bersumber dari permasalahan

ekonomi. Alasan klasik yang selalu diungkapkan ketika seseorang datang ke

kantor desa untuk mengajukan perceraian. Permasalahan ekonomi yang berakibat

KDRT. Begitulah yang diucapkan bang Na’in. “cemana gak marah aja biniknya

dirumah, lakiknya kerja malas. Duduk aja di warung kopi, ada duit sikit main judi.

Yaudahla. Binik marah-marah karena gadak duit, suami palak karna kalah main

judi. Berantam, yaudahla cere aja bagusnya memang. Padahal kalo maul ah

suaminya ngambil upah ngerumput aja, sehari udah 70 ribuan. Bisa dia belik

beras. Tapi cemanalah mau dibilang lagi.”

97

Universitas Sumatera Utara


5.4.Implikasi Pernikahan Dini Terhadap Perawatan Ibu Dan Anak Pada

Pelaku Penikah Dini

Perawatan ibu dan anak disini meliputi banyak aspek, seperti:

a. Perawatan Pada Ibu Hamil

perawatan untuk ibu hamil meliputi dua aspek, yaitu perawatan

untuk ibu dan calon bayi. Perawatan ibu dan calon bayi bukan hanya

dengan melakukan perawatan kesehatan seperti memeriksakan kanungan

ke posyandu. Namun ada beberapa kepercayaan masyarakat tentang

larangan-larangan yang tidak boleh dilakukan oleh ibu hamil bahkan

suaminya. Hal-hal yang dianjurkan untuk ibu hamil bagi masarakat jawa

sendiri

seluruh informan saya mengaku bahwa ia melakukan acara mitoni

atau nujuh bulan. Mitoni sendiri diadakan ketika usia kandungan 7 bulan.

Tujuan mitoni sendiri agar ibu dan bayi bisa lahir dengan selamat, sehat

tanpa kekurangan apapun. Namun disetiap rangkaian acara memiliki

makna tersendiri. Berikut ialah rangkaian acara mitoni yang saya dapatkan

dari beberapa informan

 Sungkeman

Calon ibu dan ayah melakukan sungkeman kepada kedua

orangtua guna memohon doa restu untuk keselamatan dan

kelancaran pesalinan.

98

Universitas Sumatera Utara


 Siraman

Siram artinya mandi. Siraman berarti memandikan.

Dimaksudkan untuk membersihkan serta menyucikan calon

ibu dan bayi yang sedang dikandung, lahir maupun batin.

Siraman dilakukan di tempat yang disiapkan secara khusus

dan didekor indah, disebut krobongan. Atau bisa juga

dilakukan di kamar mandi. Sesuai tema, jumlah angka tujuh

atau pitu kemudian dipakai sebagai simbol. Air yang

digunakan diambil dari tujuh sumber, atau bisa juga dari air

mineral berbagai merek, yang ditampung dalam jambangan,

yaitu sejenis ember bukan dari plastik tapi terbuat dari

terakota atau kuningan dan ditaburi kembang setaman atau

sritaman yaitu bunga mawar, melati, kantil serta kenanga.

Aneka bunga ini melambangkan kesucian. Tujuh orang

bapak dan ibu teladan dipilih untuk tugas memandikan.

Seolah tanpa saingan, yang pasti terpilih adalah calon

kakek dan neneknya. Tanpa tetek bengek perhiasan seperti

anting, ataupun gelang akar bahar, dan hanya mengenakan

lilitan jarit (kain batik), calon ibu dibimbing menuju ke

tempat permandian oleh pemandu atau dukun wanita yang

telah ditugasi. Siraman diawali oleh calon kakek,

berikutnya calon nenek, dilanjutkan oleh yang lainnya.

Dilakukan dengan cara menuangkan atau mengguyurkan air

99

Universitas Sumatera Utara


yang berbunga-bunga itu ke tubuh calon ibu dengan

menggunakan gayung yang dibuat dari batok kelapa yang

masih berkelapa atau masih ada dagingnya. Bunga-bunga

yang menempel disekujur badan dibersihkan dengan air

terakhir dari dalam kendi. Kendi itu kemudian dibanting

kelantai oleh calon ibu hingga pecah. Semua yang hadir

mengamati. Jika cucuk atau paruh kendi masih terlihat

mengacung, hadirin akan berteriak: “Cowok! Laki! Jagoan!

Harno!” dan komentar-komentar lain yang menggambarkan

anaknya nanti bakal lahir cowok. Namun jika kendi pecah

berkeping-keping, dipercaya anaknya nanti bakal cewek.

 Ngrogoh Cengkir

Cengkir berarti tunas kelapa, sebagai simbolisasi cikal

bakal bayi yang akan menjadi manusia dewasa kelak.

Cengkir berjumlah dua buah, diambil oleh sang ayah, untuk

selanjutnya dilaksanakan ritual brobosan (meluncurkan)

 Brojolan atau brobosan

Calon ibu kini berbusana kain jarit yang diikat longgar

dengan letrek yaitu sejenis benang warna merah putih dan

hitam. Merah melambangkan kasih sayang calon ibu, putih

melambangkan tanggung jawab calon bapak atau bokap

bagi kesejahteraan keluarganya nanti. Warna hitam

100

Universitas Sumatera Utara


melambangkan kekuasaan Yang Maha Kuasa yang telah

mempersatukan cinta kasih kedua orang tuanya. Tidak ada

letrek, janur pun jadi. Calon nenek memasukkan tropong

(alat tenun) kedalam lilitan kain jarit kemudian dijatuhkan

kebawah. Ini dimaksudkan sebagai pengharapan agar

proses kelahirannya kelak, agar sang bayi dapat mbrojol

lahir dengan lancar. Tidak ada tropong, telur ayam pun jadi.

Dilanjutkan dengan acara membrojolkan atau

meneroboskan dua buah kelapa gading yang telah

digambari lewat lilitan kain jarit yang dikenakan oleh calon

ibu. Sepasang kelapa gading tersebut bisa ditato gambar

Kamajaya dan Dewi Ratih atau Harjuna dan Sembadra atau

Panji Asmara Bangun dan Galuh Candra Kirana. Kita

tinggal pilih. Para selebriti perwayangan tersebut dikenal

berwajah cantik dan ganteng. Harapannya adalah agar anak

yang lahir kelak bisa keren seperti mereka. Kelapa yang

mbrojol ditangkap oleh salah seorang ibu untuk nantinya

diberikan kepada calon bapak. Calon bapak bertugas

memotong letrek yang mengikat calon ibu tadi dengan keris

yang ujungnya telah diamankan dengan ditutupi kunyit,

atau bisa juga menggunakan parang yang telah dihiasi

untaian bunga melati. Ini melambangkan kewajiban suami

untuk memutuskan segala rintangan dalam kehidupan

101

Universitas Sumatera Utara


keluarga. Setelah itu calon bapak akan memecah salah satu

buah kelapa bertato tadi dengan parang, sekali tebas.

Apabila buah kelapa terbelah menjadi dua, maka hadirin

akan berteriak: “Perempuan!” Apabila tidak terbelah,

hadirin boleh berteriak: “laki-laki!” Dan apabila kelapa

luput dari sabetan, karena terlanjur menggelinding sebelum

dieksekusi misalnya, maka adegan boleh diulang.

 Pantes-pantesan

Dalam prosesi pantes-pantesan, sang ibu akan berganti

busana atau memantas-mantas busana sebanyak tujuh kali.

Nantinya, undangan akan serempak menjawab tidak pantas

sampai busana ke-6. Barulah busana yang ke-7 akan

dipakai ibu. Ini menjadi salah satu ritual unik dalam prosesi

Mitoni.

 Angrem

Ibu dan ayah menirukan gaya ayam yang mengerami telur

dan berkokok keras, sebagai lambang tanggung jawab calon

ayah atas kehidupan dan kesejagtreraan sang calon bayi dan

ibunya.

 Potong tumpeng

Sebagai ungkapan rasa syukur bahwa selamatan tujuh

bulanan telah dilaksanakan dengan lancar.

102

Universitas Sumatera Utara


 Pembagian Takir Pontang

Takir pontang adalah wadah untuk menyajikan makanan

yang terbuat dari daun pohon pisang dan janur dan dibentuk

menyerupai kapal. Bentuk takir pontang bermakna bahwa

sang calon orangtua harus siap mengarungi bahtera rumah

tangga layaknya kapal di lautan. Hidangan yang sudah

diletakan pada takir pontang pun diberikan sebagai suguhan

dan ucapan terima kasih dibagikan kepada para sesepuh

yang menghadiri upacara.

 Jualan Dawet dan Rujak

Menghidangkan makanan kesukaan orang hamil berupa

rujak yang dibuat dari tujuh macam buah-buahan segar.

Orang yang mau menerima dawet atau rujak dari sang ibu,

harus membayarnya dengan sejumlah uang sebagai syarat.

Biasanya uang yang digunakan bukanlah uang yang

digunakan sehari-hari atau uang rupiah. Namun uangnya

berupa dedaunan.

Selain mitoni yang biasanya dilaksanakan ketika kandungan

berusia 7 bulan di kehamilan pertama, ada beberapa keluarga juga

menyelenggarakan acara mitoni untuk anak kedua, ketiga dan

seterusnya. Namun, biasanya tidak diadakan acara siraman.

103

Universitas Sumatera Utara


Keluarga hanya memasak nasi urap untuk dibagikan kepada

tetangga sekitar dengan tujuan agar ibu dan bayi dapat lahir dengan

selamat.

Selain Mitoni, ada juga kepercayaan masyarakat Jawa di

desa Securai Utara bahwa membawa benda tajam seperti peniti,

gunting dan bangle dapat menghindari dari gangguan makhluk

halus. Biasanya ibu atau mertua akan “menitipkan” ketika tau anak

atau menantunya hamil agar selalu dibawa ketika keluar rumah.

Agar dapat memudahkan, berikut saya rangkum hal-hal yang

dianjurkan dan dilarang untuk ibu hamil dalam kepercayaan

masyarakat Jawa di desa Securai Utara

NO Kategori Kegiatan
1 Perilaku atau kebiasaan -Berdoa
yang dianjurkan selama -Ngepel saat hamil tua
kehamilan -minum minyak kelapa
-Posisi nungging
-Acara mitoni anak pertama
-Suami dan si ibu berdoa
-membawa/menggunakan benda
tajam seperti gunting atau peniti
2 Dampak perilaku atau -Sehat dan selamat
kebiasaan -Melahirkan jadi mudah
yang dianjurkan selama -Menghindari sungsang
kehamilan -Melahirkan gampang

104

Universitas Sumatera Utara


-bayi akan dilindungi

Tabel 3. Hal-hal Yang Dianjurkan Pada Ibu Hamil Beserta Dampaknya

Sumber: Informan

Hal-hal yang dilarang bagi suami istri saat sedang hamil

NO Kategori Kata kunci

1 Perilaku atau kebiasaan yang -Membunuh binatang


dilarang atau pantangan -Membatin orang
selama -Memotong kaki binantang
kehamilan -Makan didepan pintu
-Menyakiti hewan
-Memotong ayam
-Duduk ditengah pintu
-Mandi saat maghrib
2 Dampak perilaku atau -Keguguran
kebiasaan yang dilarang atau -Bayi akan menyerupai orang yang
pantangan selama kehamilan dibatinkan
-ketika lahir, organ tubuh bayi akan
kurang
-Bayi lahirnya susah
-Kecacatan pada bayi
-Bayi mau lahir bisa terhambat
-Bisa kembar banyu
Tabel 4. Hal-hal yang dilarang bagi suami istri saat sedang hamil
Sumber: Informan

105

Universitas Sumatera Utara


Selain perawatan secara tradisional. Ada juga perawatan

kesehatan dari posyandu yang biasanya dilakukan sebulan sekali.

Selain dari posyandu, ada ibu hamil bisa juga mendatangi bidan

setempat untuk melakukan pemeriksaan.

“R” salah satu infoman saya mengatakan bahwa

pemeriksaan kehamilan bukanlah sesuatu yang penting. Namun,

karena ia tinggal dengan orang tuanya, maka ia tetap melakukan

pemeriksaan kehamilan setiap bulannya

“si “J” itu, gak pernah nya dia meriksa kalo


pas hamil. Lahir juganya anaknya. sehatnya
dia sama anaknya kutengok kak.” (“R”, dusun
Pasar Lebar)
Kesadaran untuk merawat kesehatan ia dan bayinya hanya

berdasarkan perintah orangtuanya. Suami tidak pernah

menemaninya memeriksakan kehamilannya karena sibuk bekerja.

suami juga jarang bertanya apakah istrinya telah melakukan

pemeriksaan kehamilan atau tidak. Kurang perdulinya “R”

terhadap kesehatan diri dan anaknya didasari oleh perkataan

tetangga. Mereka biasanya sering duduk-duduk di depan rumahnya

untuk sekedar ngobrol atau “ngerumpi” hal hal yang sedang hangat

untuk dibahas. Disitulah ia sering berkonsultasi tentang

kehamilannya pada tetangganya. Menurutnya hal tersebut efektif

karena orang yang menjadi informannya ialah orang yang telah

hamil dan melahirkan. Menurutnya, mengecek kehamilan di bidan

106

Universitas Sumatera Utara


atau posyandu memakan waktu lama karena melalui tahap-tahap

seperti memeriksa denyut nadi, mengukur tensi, dan banyak

pertanyaan yang ditanyakan bidan seputar kehamilan si ibu atau

keluhan-keluhan yang dialami si ibu. Padahal, itu semua bisa

ditanyai ke ibunya langsung atau para tetangga yang sudah pernah

hamil dan melahirkan.

Menurut “R” keluhan ibu selama kehamilan rata-rata

hampir sama. Mual-mual di tri semester pertama, selanjutnya

beberapa bagian tubuh akan membengkak, dan timbangan akan

melonjak naik. Namun, jika memiliki keluhan-keluhan lain seperti

kram di bagian tertentu, atau sering sakit, menurutnya itu hal yang

wajar dan dikategorikan sebagai “penyakit ibu hamil”. Kehamilan

anak pertama yang menurutnya tidak meraskan banyak keluhan

menjadi alasan “R” jadi jarang memeriksakan kehamilan untuk

anak keduanya. Selain alasan itu, ia juga memiliki alasan bahwa,

anak keduanya merupakan anak yang tidak direncanakan

kehamilannya. Ia telah berusaha untuk menjatuhkan anaknya

namun hal itu sia-sia. Setelah semua saran dari teman dan

tetangganya ia lakukan namun tidak berhasil, akhirnya ia hanya

pasrah dan akhirnya menganggap bahwa anak keduanya

merupakan rezeki dari Tuhanyang harus dijaga, bukan ia buang.

Hal tersebut juga terjadi pada “N”. Jika bukan atas paksaan

orang tuanya, ia tidak akan memeriksakan kehamilannya ke bidan.

107

Universitas Sumatera Utara


Setiap bulan ibunyanya lah yang harus menemani ke bidan terdekat

untuk memeriksakan kehamilan anaknya. menurut ibunya, untuk

menjaga kehamilannya saja ia tidak telaten. Masih harus

diingatkan bahwa saat maghrib tidak boleh berada diluar rumah,

tidak boleh duduk di depan pintu dan lain-lain. Belum ada

kesadaran bahwa merawat diri dan merawat calon anaknya ialah

hal yang penting. Ia sering membanding-bandingkan dirinya

dengan tetangganya jika orangtuanya menengurnya saat membuat

kesalahan.

“si “R” aja dulu pas hamil gakpapa nya dia


keluar maghrib, sehat jugaknya anaknya
pas lahir. Kadang orangtua ini lebih kali
kalo nasehatin, padahal udah besarnya
awak......” (“N”, dusun Pasar lebar)

a. Perawatan Pasca Melahirkan

Perawatan pasca melahirkan juga meliputi perawatan pada ibu dan

bayi. Bagaimana cara merawat ibu, bayi dan bagaimana cara

memperhatikan asupan nutrisi untuk keduanya.

Masyarakat di desa Securai Utara biasanya masih bantu oleh

orangtua dalam mengurus diri setelah melahirkan. Masih banyak

pantangan-pantangan yang tidak boleh dilanggar oleh masyarakat

pada umumnya, terlebih masyarakat yang beretnis Jawa. Selain

108

Universitas Sumatera Utara


pemeriksaan serta imunisasi yang harus dilakukan oleh orangtua

unuk bayinya di posyandu, ada beberapa pantangan dan kewajiban

yang harus dilakukan oleh ibu untuk menjaga kesehatan bayinya.

 Tidak boleh keluar rumah sebelum 40 hari. Hal tersebut

dipercaya agar dapat terhindar dari gangguan makhluk

halus

 Membawa empon-empon yang biasanya berisi jelingu

bengle, gunting lipat yang kecil, bawang putih tunggal, tai

(kotoan) besi

 Meletakkan kunyit putih di ubun-ubun bayi yang dilumat

oleh ibunya, agar ubun-ubun bayi cepat mengeras

Semua narasumber saya masih dibantu oleh orangtua setelah

melahirkan. Mereka masih mengikuti apa yang disarankan oleh

orangtua tanpa ada bantahan. “R” sendiri tidak pernah membantah

orangtuanya setelah melahirkan. “R” melahirkan secara normal di

rumahnya dan dibantu oleh bidan swasta yang rumahnya tidak jauh

dari rumah “R”. Beberapa minggu setelah melahirkan, “R” masih

merasakan sakit di tempat dimana bayinya keluar. Namun ia tidak

berani bertanya pada ibunya. Ia terus saja menahan sakit ketika

buang air kecil dan buang air besar. Lama kelamaan, “R” tidak

dapat menahan rasa sakitnya lagi hingga ia mencoba untuk

memberitahu ibunya. Saat ibunya memeriksa jalan keluar bayi

109

Universitas Sumatera Utara


tersebut, ibunya baru sadar ternyata semua dikabtkan oleh jahitan

yang tidak rapi. Masih terlihat benang yang menyembul serta luka

yang belum mengering. Lalu ibunya mencoba memberikan

makanan yang membuat luka nya cepat mongering seperti ikan

gabus dan melarang “R” untuk makan makanan yang gatal seperti

ayam, telur dan beberapa jenis ikan. Setelah itu, ibunya juga

membawa “R” ke puskesmas agar diperiksa karena rasa sakitnya

yang juga tidak hilang. Petugas puskesmas menyarankan agar “R”

dibawa ke rumah sakit agar dilakukan perbaikan jahitan. “aku gak

ngerti lah kak pas melahirkan itu, disuruh tarik napas ya aku ikutin,

disuruh ngeden ya aku ikutin. Ditanyak bidannya, mau dikoyak apa

enggak, ya kubilang terserah aja yang penting anakku cepet

keluar.” Ternyata, menurut petugas puskesmas, ada sedikit

kesalahan dari pihak bidan yang mengakibatkan banyaknya jahitan.

Menurut pengakuan “R” ia memilih bidan tersebut karena dekat

dengan rumahnya dan biaya yang relatif murah karena “R” tidak

memiliki BPJS. Hingga anak kedua pun, “R” masih dibantu oleh

ibunya untuk merawat dirinya dan bayinya dikarenakan banyak

pantangan dan kewajiban yang harus dilakukannya sebelum ia

benar-benar sehat.

b. Perawatan Anak

Perawatan anak memiliki banyak aspek, mulai dari bayi, balita,

anak-anak hingga dewasa. Di Securai Utara, masyarakat masih sangat

110

Universitas Sumatera Utara


patuh pada kebiasaan mengasuh anak sebelum “lepas dapur”. Lepas

dapur sendiri ialah waktu dimana usia anak bayi belum genap 40 hari

dan belum diizinkan untuk dibawa keluar rumah. Berikut ialah

kewajiban dan larangan bagi orang yang akan mengunjungi baru lahir

 Ketika ada orang yang berkunjung untuk melihat bayi yang baru

lahir, tamu tersebut haruslah masuk kedapur dan meletakkan kedua

tangannya diatas tungku kompor tanpa menghidupkan api,

tujuannya agar membuang hal-hal jahat yang dibawa dari luar

rumah.

 Tamu juga tidak boleh sering-sering menggendong bayi dengan

alasan, nanti bayinya “bau tangan” yang berakibat bayi tersebut

akan terus-terusan minta digendong dan akan merepotkan

orangtuanya.

 Tidak boleh berkata bahwa bayi tersebut cantik, harus berkata

sebaliknya, hal tersebut dipercaya jika menyebut bayi itu cantik,

maka yang akan terjadi akan sebaliknya.

Selain untuk tamu, orang tua juga punya kewajiban dan larangan untuk

si bayi, seperti

 Orangtua si bayi harus melumatkan kunyit putih untuk diletakkan

di ubun-ubun bayi agar cepat mengeras

 Tidak boleh memberikan asi pertama pada bayi. Asi pertama

haruslah diperah dan dibuang. Menurut masyarakat zaman dulu, asi

pertama banyak mengandung kotoran karena sudah basi

111

Universitas Sumatera Utara


 Membedong anak yang baru lahir agar kakinya lurus dan tidak

bengkok

Setelah perawatan bayi baru lahir, tiba saatnya masa dimana

datangnya waktu MPASI untuk pertama kali. “S” dan “A” merupakan

informan saya yang tidak tinggal bersama orangtua setelah menikah.

Mereka merupakan kakak beradik yang memutuskan untuk tinggal

mengontrak rumah masing-masing. Walaupun setelah melahirkan mereka

masih dibantu oleh ibunya, namun ketika mengurus anaknya, ibunya

sudah tidak ikut membantu. Menurut mereka, biasanya mereka member

makanan apa saja asal anak mereka mau makan. Untuk mengawali

MPASI, biasanya mereka memberikan pisang yang di kerok dengan

sendok. MPASI juga tidak dilakukan ketika usia memasuki 6 bulan,

menurut mereka, kalau anaknya sudah minta makan ya di kasih saja, yang

penting jangan yang keras. Seperti pisang ataupun papaya. Mereka tidak

punya menu khusus untuk anaknya ketika memberikan makanan

pendamping. “apa yang kumakan, itu juga yang ku kasih sama anakku,

kalo aku masak ikan, yaudah ku gilingkan ikan sama nasi, yang penting

lembek.” “S” mengatakan hal itu karena anaknya belum pernah menolak

makanan yang diberikannya. Yang penting bukan makanan yang pedas,

begitulah ucapannya. Bahkan mereka sering kali membandingkannya

dengan anak tetangganya, “anak si apa itu, udah bisa dia makan nasi keras

gitu, padahal masih kecil.” Ucap “A” saat menirukan teman-temannya saat

sedang duduk-duduk didepan rumah. Banyak ibu-ibu muda yang bangga

112

Universitas Sumatera Utara


ketika anaknya sudah bisa melampaui kemajuan anak-anak lain yang juga

seusianya, terlebih dalam soal makanan. “S” dan “A” salah satunya,

mereka bangga anaknya sudah bisa makan nasi tanpa harus dilumatkan

dahulu, pdahal usia anaknya masih belum mencukupi untuk melewati

proses tersebut. namun, hal itu membuat diriny jadi lebih gampang karena

tidak direpotkan dengan proses mengukus makanan dan menggilingnya

lagi. “aku dulu juga dibuat mamakku gitu nya, sehat juganya aku.”

Katanya menceritakan pengalamannya. Apabila anaknya sakit akibat salah

makan seperti diare atau sembelit, menurutnya itu adalah hal yang wajar

karena anak-anak kan biasa sakit.

Selain MPASI, anak juga melewati masa balita, dimana anak

sangat aktif dalam berbagai kegiatan bermain baik di dalam ataupun di

luar rumah. Selain itu, anak juga sudah mulai memasuki usia TK. Untuk

pemilihan sekolah, seluruh informan saya mengatakan bahwa mereka akan

mendaftarkan anaknya di sekolah yang memiliki biaya pendaftaran dan

biaya bulanan yang relatif murah, atau bahkan yang termurah. Menurut

mereka, TK kan merupakan pendidikan awal yang tidak banyak belajar.

113

Universitas Sumatera Utara


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada kajian ini bahwa

banyak faktor yang menyebabkan terjadinya pernikahan di usia dini. Seperti

ekonomi, pendidikan, adat-istiadat atau kebiasaan, kenakalan remaja bahkan

persepsi masyarakat tentang perempuan. Namun, dalam kajian ini, ada dua titik

berat yang menjadi permasalahan. Yaitu pada kontrol sosial atau kontrol

masyarakat di daerah tersebut dan persepsi masyarakat tentang perempuan.

1. Control sosial yang lemah menyebabkan terjadinya kenakalan remaja yang

pada akhirnya akan menjerumuskan remaja pada kejahatan seperti

penyalahgunaan narkoba bahkan seks bebas. Seks bebas dapat

menyebabkan kehamilan pada remaja putrid yang pada akhirnya terpaksa

dinikahkan oleh keluarganya.

2. Masyarakat desa Securai Utara masih menganggap bahwa perempuan

adalah seseorang yang tidak terlalu butuh akan pendidikan. Karena pada

akhirnya perempuan akan berakhir di dapur, sumur dan kasur.

114

Universitas Sumatera Utara


5.2 Saran

Berdasarkan hasil diatas, saran yang dapat diberikan oleh penulis yaitu:

1. Memberikan pengetahuan tentang agama sejak dini agar setiap orang

dapat membedakan apa yang baik dan apa yang salah

2. Tingkatkan kontrol sosial di masyarakat

3. Melakukan pembekalan tentang pernikahan dengan tepat sasaran karena

itu merupakan bekal seseorang untuk membangun rumah tangga

4. Memperbaiki mind set masyarakat tentang pentingnya pendidikan. Bukan

tentang pentingnya sekolah.

5. Dilakukan kerjasama untuk memperbaiki kelakuan remaja dengan cara

saling mengingatkan ketika ada yang berbuat salah

115

Universitas Sumatera Utara


Daftar Pustaka

Daftar buku dan Jurnal

Sukandarrumidi. 2006. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Spradley. James P. 1997. Metode Etnografi. PT. Tiara Wacana Yogya.

Koentjaraningrat 1998. “Pengantar Antropologi. Pokok-Pokok Etnografi II”. Rineka


Cipta. Jakarta.

Adhim, Muhammad Fauzil: Indahnya Pernikahan Dini, 2002

A. Dowshen, Steven, dkk. 2002. Panduan Kesehatan balita. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Gazalba, Sidi. 1975. Menghadapi Soal-Soal Perkawinan. PT. Pustaka Antara. Jakarta
Hanafi, Yusuf. 2011. Kontroversi perkawinan Anak di Bawah Umur. CV. Mandar Maju.
Bandung

Yuspa, Hanum. Tukiman. Dampak Pernikahan Dini Terhadap Kesehatan Alat


Reproduksi Wanita. Jurnal Keluarga Sehat Sejahtera Vol 13(26). 2015

Minarti, May, dkk. Gambaran Dampak Biologis Dan Psikologis Remaja Yang Menikah
Dini Di Desa Mundang Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang. Jurnak Keperawatan
Anak. Volume 2, No 2, November 2014

Dafeni, Septi Rani, dkk. Hubungan Beberapa Faktor Penyebab Kekerasan Dalam Rumah
Tangga (KDRT) Pada Istri PUS Di Kelurahan Tinjomoyo Kecamatan Banyumanik Tahun
2016. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal) Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017
(ISSN: 2356-3346)

Sumbullah, Umi, dkk. Pernikahan Dini Dan Implikasinya Terhadap Kehidupan Keluarga
Pada Masyarakat Madura (Perspektif Hukum Dan Gender). Egalita Jurnal Kesetaraan
dan Gender, Volume VII No. 1 Januari 2012

Andrian & kuntoro. Abortus Spontan Pada Pernikahan Usia Dini. Jurnal Biometrika Dan
Kependudukan, Vol 2, No 1 Juli 2013

116

Universitas Sumatera Utara


Sumber Internet

http://www.kompasiana.com/ekanovias/melihat-dampak-negative-dan-positive-
pernikahan-dini_552025208133115c719de36c

http://abdhawet.blogspot.co.id/2014/06/dampak-pernikahan-dini-terhadap.html

http://prosedurkonselingdalamkelompok.blogspot.co.id/

http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_1_74.htm

117

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai