Anda di halaman 1dari 11

KAJIAN LITERATUR

ROBIN CHRISTIAN (315180007), CYNTHIA PHUNGKY (315180060), DIVINA LAURENTIA (315180154)

THE URBAN DESIGN FUTURE (MALCOLM MOOR)

Beberapa decade terakhir terjadi perkembangan pesat pada urban design. Urban design telah berubah
dari marjinalitas menjadi mainstream. Prinsip-prinsip yang dianut oleh desainer urban selama 30 tahun
terakhir mengacu pada lingkungan perkotaan yang lebih baik dan menuju kota yang berkelanjutan. Buku
ini menyajikna esai-esai dari para penulis internasional untuk melihat kembali proses dan mengeksplorasi
ide-ide baru:
-Haruskah urban design mencerminkan masa depan daripada menciptakan kembali masa lalu ?

-Apa kekuatan pendorong baru yang akan membentuk kehidupan perkotaan dan desain perkotaan di
masa depan?

Buku ini mengeksplorasi konsep-konsep baru dan menceritakan berbagai paradigma desain perkotaan
untuk abad 21.

Lika liku perancangan perkotaan

Desain perkotaan diharapkan tidak mengulangi kesalahan masa lalu, bisa beradaptasi dengan kehidupan
sekarang dan masa depan. Perencanaan kota biasanya dimulai dengan baik namun berakhir dengan
buruk. Teori-teori perencanaan perkotaan diterima kalangan intelektual, kemudian mendapatkan
investasi dari promotor yang antusias untuk membangunnya. Proyek mendapatkan banyak pujian oleh
para kritikus yang kemudian disalin oleh perancang lainnya, padahal lokasi yang tidak sesuai. Misalnya, Le
Corbusier’s Unité di Marseilles menjadi inspirasi bagi ribuan proyek perumahan bertingkat tinggi
yang berakhir menjemukan. Siklus ini terus berlanjut, menggunakan konsep asli yang menarik tetapi tidak
diimplementasikan secara tepat, tidak mengherankan bahwa sangat sedikit kemajuan yang dicapai dalam
meningkatkan kualitas kehidupan perkotaan.

Gerakan Modernisasi

Modernisme menuntut orang untuk menyesuaikan dengan visi arsitek tetapi nyatanya banyak penghuni
yang tidak beradaptasi karena ada ketidaksesuaiian antara cara arsitek menginginkan orang berprilaku di
lingkungan barunya dan bagaimana orang-orang tersebut berprilaku biasanya. Kasusnya, penyewa
terdampar di lantai-lantai tinggi yang jauh dari tanah, dan pintu depan rumah mereka adalah koridor bak
labirin. Hasilnya, penyewa merasa terasingkan dan bangunan hanya diisi sedikit orang. Contoh lain,
industru bangunan dituntut untuk membangun dengan cepat dan murah sehigga muncul system beton
prefabrikasi. Ronan Point, awalnya dibangun untuk 5 lantai, tetapi karena adanya system prefabrikasi,
menjadikan bangunan ditinggikan sehingga pada 1968, Ronan Point runtuh. Hal ini membuat adanya
keengganan terhadap bangunan tinggi dan prefabrikasi yang terjadi selama beberapa decade.

Perencanaan perkotaan mengalami krisis


Terjadi titik balik, dari bangunan kepadatan tinggi menjadi bangunan rendah dengan konstruksi
perumahan konvensional. Terjadi krisis kepercayaan terhadap perancang perkotaan pada periode
Pemerintah Thatcher. Perencana seperti dipaksa untuk memberikan izin untuk perencanaan yang kurang
mmeperhatikan kualitas desain. Pengembang komersial berargumen bahwa satu-satunya cara
menyelamatkan pusat kota adalah mengizinkan pembangunan High Street. Mal yang dihasilkan jelas
memprivatisasi sebagian besar ranah public di pusat kota.

Arsitektur telah gagal karena kombinasi yang butuk antara desain maupun konstruksi, kesalahpahaman
kebutuhan klien atau para pengguna. Alih-alih memenuhi kebutuhan rumah, taman, tempat parkir, arsitek
bereksperimen perumahan dengan penyewa publik, mendapat apresiasi dari majalah arsitektur kala itu.
Kemudian diam-diam dilupakan Ketika mereka melakukan kesalahan.

Asal usul perencanaan perkotaan

Belajar dari keberhasilan dan kegagalan perencanaan dan arsitektur, Amerika Utara tidak pernah
mengembangkan system perencanaan komprehensif dari land use seperti UK, tetapi hanya
mengandalkan rencana zonasi sederhana untuk menentukan massa bangunan dan area jalan. Alex Krieger
mengklaim bahwa lahirnya desain perkotaan berasal dari Harvard pada 1956 ketika mengadakan
konferensi Urban Design pertama.

Amerika Memimpin

Image of the City menyediakan analisis jalur, edge, node, landmark, dan district untuk memahami
perkotaan. Mengapa harus memilih masa depan daripada bernostalgia ke masa lalu? Yang diinginkan
adalah yang terbaik dari kedua masa, dinamisme arsitketur modern dengan kekayaan kota abad
pertengahan atau reinasans. Menghargai pola jalan sambal menciptakan ruang perkotaan yang baru dan
menarik. Saat ini, banyak siswa Eropa membuka mata Ketika belajar di Amerika terhadap model desain
perkotaan yang fantastis dengan budaya yang ada.

Respon terhadap kesalahan awal

DIkatakan bahwa beberapa tempat di mana banyak orang merasa nyaman tampaknya telah berevolusi
sevara alami dari waktu ke waktu daripada dirancang dengan sengaja. Jadi, kenapa proses alami ini tidak
dibiarkan saja, mengapa kota perlu dirancang? Jawabannya adalah bahwa kota tidak pernah dirancang
untuk alas an yang sewenang-wenang, tetapi selalu diatur fungsi dan gayanya sesuai pada saat itu.
Contohnya, jalan-jalan mengikuti pola medan kuno, dengan alas an historis, budaya, atau topografi.
Namun, jika masyarakat merasa nyaman dengan peninggalan kuno, kita dapat memberikan bangunan
yang tampak tradisional.

Faktor yang memengaruhi masa depan desain perkotaan


Sejumlah factor yang dapat menjadi agen perubahan yang signifikan seperti menyediakan lebih banyak
perumahan dengan memanfaatkan land use secara bijak, juga meningkatkan kesadaran akan isu-isu
penghijauan dan keberlanjutan.

-Kesadaran (A new awareness)

Banyak organisasi dan kelompok yang menekankan untuk meningkatkan kesadaran akan masalah yang
dihadapi masyarakat perkotaan. Adanya masalah kualitas hidup mulai menjadi perdebatan tentang
seperti apa lingkungan perkotaan harusnya diciptakan.

-Konservasi, Gerakan hijau, dan keberlanjutan

Meningkatkan kesadaran akan ekologi dan keanekaragaman hayati, kota yang dapat dilalui dengam
berjalan kaki, meminimalisir limbah. Akses transportasi umum dan pengelompokan pembangunan di
sekitar titik perhentian merupakan tujuan utama sustainable dan merupakan inti dari Transit Oriented
Development. Hubungan symbiosis antara infrasturktur transportasi dan desain perkotaan perlu
dimanfaatkan dengan baik. Rancangan perkotaan membantu dalam menciptakan lingkunngan pejalan
kaki dengan rute yang jelas ke stasiun-stasiun sehingga meningkatkan jumlah orang transit dan dengan
demikian juga meningkatkan kelangsungan kehidupan ekonomi. Pemberhentian transit menyediakan
elemen penataan ruang public dan meningkatkan aktivitas yang menguntungkan fasilitas pendukung.
Kepadatan bisa ditingkatkan, penggunaan mobil bisa dikurangi, dan urbanitas bisa ditingkatkan.

• The Insecutiry of Urbanism (Tim Stonor)

Urbanitas, yaitu produk urbanisme, merupakan hasil sintesis dari factor social, ekonomi, dan
lingkungan. Praktik desain perkotaan harus memerhatikan 3 hal tersebut agar efektif. Tantangan utama
desain perkotaan adalah bahwa para praktisi berhasil mengatur berbagai masukan profesional. Masukan
ini mencakup :

(1) masalah ruang / bentuk seperti tata letak dan orientasi bangunan, biasanya merupakan keahlian
desainer perkotaan

(2) masalah transportasi, biasanya dilakukan oleh perencana transportasi

(3) masalah penggunaan lahan, umumnya keahlian dari konsultan properti.

Pada bab ini, metode desain perkotaan saat ini kurang aman daripada yang seharusnya karena dua alasan
penting. Pertama, sintesis yang diperlukan antara ruang / bentuk, transportasi, dan penggunaan lahan
sering kali terhalang oleh komunikasi yang tidak efektif antara para profesional di berbagai disiplin ilmu.
Kedua, keputusan desain tidak tunduk pada tingkat analisis obyektif transportasi dan tata guna lahan
karena efek fundamental ruang / bentuk pada hasil perkotaan tidak dipahami dengan baik.
Jurang pemisah antara para professional

Ada jurang pemisah yang kritis antara berbagai konsultan profesional yang ditugaskan untuk
membuat dan mengevaluasi skema perkotaan. Dalam manifestasinya yang paling sederhana,
perbedaannya adalah teknis, kekurangan desainer dalam memahami perencana transportasi, konsultan
properti yang memahami desain, dan perencana transportasi yang memahami properti. Hal ini muncul
dari ketidaktahuan salah satu profesional (Bagaimana desainer merancang? Bagaimana perencana
transportasi merencanakan? Bagaimana konsultan properti menilai?) Salah satu contohnya terkait
dengan pergerakan dan desain ruang publik. Paradigma transportasi perkotaan adalah untuk membuat
lalu lintas tetap bergerak “termasuk pejalan kaki” sedangkan tujuan dari perancang ranah publik yaitu
untuk menghentikan orang bergerak dengan memberi mereka tempat duduk. Demikian pula, konsultan
properti sering mencari cara untuk menghindari leakage dalam desain pusat perbelanjaan sedangkan
desainer perkotaan menganjurkan permeabilitas.

Ketika desain dijelaskan oleh desainer ‘ini akan menjadi ruang publik yang hidup’, hal ini biasanya
berasal dari penilaian subjektif, hanya berdasarkan keterampilan dan pengalaman. Sayangnya,
keterampilan dan pengalaman ini lebih banyak mengalami kegagalan. Misalnya, manfaat sosial yang
dimaksudkan dari program perumahan abad ke-20 pada umumnya tidak terealisasi. Ini bukan karena
kurangnya niat, semangat, dan emosi positif, tetapi sebagian besar karena ketidakmampuan untuk
memperkirakan kemungkinan hasil di masa depan terhadap masukan desain tersebut. Akibatnya,
kerusakan sosial terjadi di lingkungan yang diciptakan. Di satu sisi, desainer bisa menyampaikan hasil sosial
dan ekonomi yang diinginkan. Di sisi lain, para profesional lain dengan cepat menyela hubungan antara
desain dan ketidaknyamanan sosial.

Konsekuensi

Salah satu konsekuensi adalah kecurigaan terhadap konsultan lain. (Mereka hanya ingin
mendapatkan gedung, hanya mencoba membangun lebih banyak jalan, hanya ingin mengubah pusat kota
menjadi mal raksasa. Konsekuensi lain adalah kurangnya minat salah satu konsultan yang berakhir, hasil
dari kolaborasi konsultan tersebut bervariasi, kadang bisa diterima. Tempat-tempat yang dihasilkan biasa-
biasa saja dan juga tempat-tempat itu secara cepat menjadi less use dan unsafe. Alasan kedua mengapa
metode desain perkotaan kurang aman adalah proses desain perkotaan - analisis yang tidak memadai
tentang dampak sosio-ekonomi dari keputusan ruang / bentuk. Evaluasi desain gagal menghubungkan
tujuan desain dengan dampaknya pada sosial dan ekonomi. Terutama berlaku untuk desain konseptual
yang sering dijelaskan dengan emosional atau sebagai respons pribadi perancang terhadap suatu situasi.

Pendekatan analisis Space Syntax

Mempelajari produk desain perkotaan dengan spesifik dengan cara:

1. Mengidentifikasi kualitas spasial dan formal desain, termasuk lokasi dan orientasi masing-
masing bangunan dan kumpulan bangunan dan tata letak ruang.
2. Mengamati pola aktivitas manusia - seperti pergerakan dan hunian ruang publik - yang terjadi
dalam tata letak tersebut.
3. Mencari hubungan yang konsisten antara pola ruang / bentuk dan pola aktivitas.
Jenis pendekatan ini dipelopori oleh Bill Hillier dan rekan-rekannya di University College London
pada pertengahan 1970-an. Inovasi Hillier adalah untuk mendeskripsikan bangunan dan dengan
memerhatikan hal:

1. ruang yang berdiri di antara bangunan dan menghubungkannya bersama sebagai tata letak

2. aktivitas dan potensi interaksi sosial yang dibuat oleh tata letak ini

Hal penting di balik space syntax adalah adanya konfigurasi jaringan perkotaan memberikan
pengaruh yang kuat pada disposisi penggunaan lahan perkotaan dan pola pergerakan yang mengalir di
antara keduanya. Dan yang paling penting untuk praktik desain perkotaan adalah mengetahui hubungan
antara ruang dan aktivitas tersebut untuk dapat diramal pada pembangunan dengan menguji hasil desain
yang diusulkan dalam spatial mode.

Berawal dari cara untuk memahami hubungan antara desain dan hasilnya nanti, space syntax
berkembang menjadi cara untuk mengembangkan desain dan menciptakan perkotaan yang lebih baik.
Karya Hillier ini tumbuh di lingkungan akademis internasional dengan penelitian space syntax lebih dari
lima puluh universitas di seluruh dunia. Proyek termasuk Millennium Footbridge and Trafalgar Square di
London telah dikembangkan menggunakan teknik ini untuk menghasilkan dan menguji opsi desainnya.

Metode space syntax obyektif ini mengangkat masalah penting untuk desain perkotaan.
Sebelumnya, desainer dapat menghindari kesalahan desain yang buruk karena tidak bisa menghubungkan
input desain dengan output sosial ekonomi. Di sisi lain, adanya pilihan antara subjektivitas desain dan
objektivitas transportasi, para pembuat keputusan seringkali memilih untuk mengikuti angka-angka.
Maka, space syntax mampu mengidentifikasi faktor desain yang akan mempengaruhi langkah kaki,
meningkatkan pengawasan alami dan ruang social, sehingga dapat mengambil keputusan yang lebih baik
pada desain yang diusulkan.

Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa praktisi space syntax mulai mengembangkan
metodologi yang sebelumnya berfokus pada desain dengan memasukkan sejumlah faktor transportasi
dan properti. Para praktisi ini telah menciptakan alat analitik baru yang tidak hanya terlibat dengan
masalah tata letak, lokasi dan orientasi bangunan tetapi juga dengan pengaruh simpul transportasi lokal
dan pola penggunaan lahan pada aktivitas manusia. Dengan cara ini, desain juga mementingkan
kepentingan perencana transportasi dan konsultan properti. Proses baru ini tidak hanya memungkinkan
perancang untuk membuat rekomendasi transportasi dan penggunaan lahan, tapi juga menyerahkan
‘pena desainer’ ke tangan konsultan transportasi atau properti.

Cara space syntax memberikan solusi parsial untuk beberapa tantangan desain perkotaan, seperti
meramalkan pola umum perilaku manusia di ruang perkotaan (bergerak, berhenti, duduk) dan beberapa
kondisi sosial yang muncul (apakah tempat-tempat tersebut kemungkinan besar merupakan komunitas
yang hidup atau zona mati). Kondisi sosial ini tentunya memiliki efek terhadap ekonomi, seperti
pendapatan tinggi area ritel diperoleh dari adanya lalu lintas pejalan kaki yang lebih tinggi. Tata kota mana
yang mengarah ke nilai properti lebih tinggi? Seberapa besar kemungkinan untuk penghematan
perawatan dari rencana tata kota yang mendorong pergerakan dengan berjalan kaki? Ini adalah
pertanyaan-pertanyaan yang harusnya menjadi perhatian para pembuat keputusan perkotaan. Jika bisa
dijawab, ini akan menjadi dialog antardisiplin, analisis yang obyektif, dan tentu saja muncul kreativitas
dan inovasi yang sehat.
Topik Pilihan: KOTA DAN PEMUKIMAN YANG BERKELANJUTAN
Sumber: https://www.un.org/en/chronicle/article/goal-11-cities-will-play-important-role-achieving-sdgs
Planning Sustainable Cities by UNHABITAT https://issuu.com/unric/docs/planning_sustainable_cities

Dalam Sustainable Development Goals, terdapat tujuan nomor 11 yang berbunyi “Sustainable cities and
communities”. SDG 11 ini bertujuan untuk memperbarui dan merencanakan kota dan pemukiman manusia lainnya
dengan cara yang menawarkan peluang bagi semua, dengan akses ke layanan , energi, perumahan, transportasi dan
ruang publik hijau, sekaligus mengurangi penggunaan sumber daya dan dampak lingkungan.

TANTANGAN PERKOTAAN DI ABAD KE-21

Penataan kota di masa depan perlu mempertimbangkan faktor-faktor aspek socio-spasial yang mempengaruhi kota.
Berikut adalah aspek yang cenderung berkembang dan mempengaruhi kota:

- Tantangan alam
Fokus alam yang kini paling penting adalah perubahan iklim. Perubahan iklim menyulitkan
memberikan dampak terhadap ratusan ribu orang harus menahan lapar, kesusahan mendapatkan air
bersih, dan banjir. Hal ini biasanya terjadi pada kota yang miskin. Hal ini juga menyebabkan orang dengan
pendapatan rendah untuk tinggal di lokasi yang rentan akan bahaya alam. Fokus alam yang kedua adalah
persediaan minyak dan peningkatan harga bahan bakar fosil. Penggunaan minyak pada kendaraan dan
emisi pesawat berimbas pada gas rumah kaca dan global warming. Di samping itu, perkembangan kota juga
mengeksploitasi penggunaan lahan dan alam yang efeknya mengakibatkan banjir dan tanah longsor.
Tantangan alam bukan hanya paksaan alam, namun sebagai produk dari perencanaan dan
perkembangan kota yang gagal. Maka dari itu, penting untuk mengambil langkah yang mengurangi resiko
bencana alam, tidak hanya untuk resiko alam skala besar, namun juga dalam skala kecil seperti kecelakaan
yang dapat membunuh 1.2 juta orang per tahun. Pejalan kaki dan jalur gerak kendaraan adalah fokus utama
dalam perencanaan kota
- Perubahan ekonomi
Proses globalisasi dan penyusunnan ekonomi berimbas pada pasar tenaga kerja. Keadaan yang
terjadi seperti: pada beberapa decade terakhir, wanita merupakan pekerja yang berbayar, namun terjadi
kecenderungan “casualization” dari tenaga kerja yang membuat mereka rentan menjadi krisis ekonomi.
Perencanaan kota pada negara maju dan berkembang harus memperhatikan ketidaksetaraan dan
kemiskinan dengan tingkat aktivitas informal yang tinggi untuk bertahan hidup.

- Perubahan kelembagaan
Di China, dalam kekuasaan terjadi peningkatan pengambilan keputusan di tingkat yang lebih
rendah dari sistem administrasi. Hukum perencanaan meminta pendekatan teknikal ke perencanaan kota
dengan regulasi yang terstruktur untuk mempromosikan lingkungan.
Perencanaan kota bergantung pada kehadiran pemerintah lokal yang stabil, efektif, dan bertanggung
jawab. Banyak di negara berkembang yang tidak memiliki hal ini. Padahal, kondisi perencanaan kota bisa
menjadi kesempatan jalan untuk kekuatan politik dan ekonomi.
- Perubahan dalam masyarakat
Sejak 1960, penduduk enggan menerima keputusan perencanaan dari politikan yang padahal memberikan
dampak bagi kehidupan mereka. Maka dari itu, perencana harus mengedukasi bahwa penerapan
perencanaan bisa jadi efektif bila ada dukungan masyarakat.

Aspek-aspek diatas memberikan dampak terhadap kota seperti berikut:

- Urbanisasi dan pertumbuhan kota


Pada 1950 hingga 1975, pertumbuhan penduduk yang terjadi adalah seimbang jumlahnya antara di area
urban dan rural. Namun pada 2008, pertama kali dalam sejarah, lebih dari setengah populasi di dunia tinggal
di area urban, dan diperkirakan, pada 2050 akan meningkat 70%. Dapat dilihat bahwa area yang
berkembang terjadi lebih tinggi pertumbuhan penduduk.
Antara 2007 hingga 2025, terjadi peningkatan populasi sebanyak 2.27% di negara berkembang, dan 0.49%
di negara maju. Adapun perkiraan pertumbuhan penduduk di gambar berikut

Isu ketidakrataan urbanisasi terjadi di sub-Saharan Africa. Urbanisasi terjadi karena kondisi ekonomi.
Urbanisasi yang paling banyak mobilitasnya terjadi di Afrika dan beberapa di Asia. Di Afrika, ikatan urban-
rural masih kuat. Strategi ini sebagai fungsi untuk keamanan ekonomi dan sosial, menyediakan akses untuk
simbiosis kesempatan ekonomi.
- Perubahan sosio-spasial kota
Perubahan ekonomi mengakibatkan perubahan sosio-spasial. Contohnya di Amerikan Latin dan Caribbean
cities, terjadi peningkatan kekhawatiran akan kriminal di kalangan menengah dan atas, sehingga terjadi
segregasi dimana munculnya gated community atau hunian komplek. Di kota yang miskin, bentuk spasial
muncul dari upaya kalangan berpenghasilan rendah untuk membeli lahan yang terjangkau di lokasi yang
masuk akal. Proses ini membawa kota dan pinggiran kota terjadi urbanisasi. Hal ini terjadi di area rural
seperti Indonesia.

KENAPA PERENCANAAN KOTA PERLU BERUBAH?

Perencanaan pemukiman kota sudah terjadi dari abad 7 SM. Adanya kondisi yang berubah setiap waktu yang
mengakibatkan kota pun memerlukan perencanaan yang baru sebagai solusi untuk aspek yang berubah.

- Modern urban planning


Modern urban planning muncul pada abad 19 sebagai respon untuk perkembangan yang pesat, kacau, dan
berpolusi di Eropa Barat yang dikarenakan revolusi industri. Adapun karakteristik dari modern urban
planning yaitu (1) perencanaan dilihat sebagai latihan fisik dan desain pemukiman dengan kepentingan
sosial, ekonomi, dan politik, (2) perencanaan ini melibatkan pembuatan masterplan, denah,atau layout,
yang menunjukan view detail dari kota yang terbangun.
Bentukan kota uang ideal melibatkan kebutuhan dari waktu dan tempat spesifik. Contohnya adalah konsep
Garden City oleh Ebenezer Howard yang dibuat untuk membawa unsur hijau ke kota Inggris dengan
mengkontrol ukuran dan pertumbuhannya.
Master planning fleksibel, strategis, dan bergantung pada tindakan.

- “Gap” antara perencanaan yang ketinggalan jaman dan isu perkotaan masa kini
- Masalah dengan pendekatan sebelumnya (modernist) terhadap urban planning
Masalah yang paling menonjol adalah master planning dan urban modernism yang sepenuhnya gagal
mengakomodasi kehidupan pertumbuhan penduduk, kota yang miskin dan informal. Di banyak kota di
dunia, ada perencanaan lebih tua dan muda. Bentuk urban planning tidak bisa semata-mata hanya
menambahkan strategi untuk respon baru, dalam kondisi tertentu, strategi baru itu bisa berdampak
langsung ke aspek lain seperti dapat memperburuk kemiskinan dan pertemgkaran.

KERAGAMAN KONTEKS URBAN

Pada awal abad 20,, dunia mengalami ketidaknyamanan akibat urbanisasi. Rata-rata tingkat pertumbuhan kota
adalan 2,6% per tahun 1950 hingga 2007. Periode ini mengalami peningkatan 4 kali lipat populasi dunia dari 0,7
miliar menjadi 3,3 miliar. Sehingga diperkirakan pada 2050, jumlah populasi dunia akan berlanjut hingga 6,4 miliar.

- Negara maju dan transisi: Proses urbanisasi terjadi lebih banyak di negara maju. Pertumbuhan penduduk
masa kini akan mengakibatkan migrasi dari negara berkembang ke negara maju.

- Negara berkemang: sekitar 44% penduduk di negara berkembang tinggal di area urban. Hal ini diperkirakan
akan terjadi pertumbuhan penduduk 67& di tahun 2050. Negara berkembang sedang mengalami urbanisasi
tercepat di seluruh dunia. Ini bisa menjadi perhatian akan mdningkatnya migrasi desa ke kota.

- Asia: rumah bagi 3,7 miliar orang atau sekitar 60% populasi dunia, merupakan daerah yang mengalami
urbanisasi paling ceoat di dunia. Dalam 27 tahun terakhir, terjadi peningkatan 5 kali lipat. Pada tahun 2050,
diperkirakan 2/3 penduduk tinggal di perkotaan. Urbanisasi terkait transisi ekonomi, dan peningkatan
globalisasi.

SUSTAINABLE URBAN DEVELOPMENT: THE GREEN AND BROWN AREA

Sustainable development, atau sustainbility didefinisikan oleh the Brundtland Commission sebagao
pembangunan yang memenuhi kebutuhan semua orang tanpa mengorbankan kebutuhan generasi masa depan.
Dalam perencanaan kota, inii sebagao pengakuan baru bagaimana lingkungan dan aspek sosial dai
perkembangan butuh terintergasi dengan perkembangan ekonomi.

Akibat dominasi kota di kota maju dan urbanisasi yang cepat di kota berkembang, tidak dapat dipungkiri bahwa
kota memakai sumber daya alam dengan cara terkonsentrasi. Hal ini mengakibatkan proporsi yang besar dari
polutan mengotori air, danau, sungai, laut, dan tanah. Namun, sisi positifnya adalah di area urban merupakan
lokasi perkembangan ekonomi, kemajuan sosial dan teknologi dibuat, dan kekayaan bergantung pada
pembangunan nasional dibuat.

Berkelanjutan berarti harus aman bagi lingkungan, mendorong sosial dan ekonomis produktif. Sejak awal 1990,
konsep berkelanjutan telah diakui dan bertujuan untuk memnimalisi penggunaan non pembaruan sumber daya,
pencapaian penggunaan sumber daya yang dapat diperbaharui, dan tetap berada dalam kapasitas daya serap
sampah lokal dan global. Tindakan untuk mencapai tujuan ini menyediakan hubungan antara alam dan
lingkungan.

The United Nations Conference on Environment and Development (UNCED) menyatakan bahwa konsep
pengembangan berkelanjutan bukan hanya untuk perlindungan lingkungan, namun juga sebagai konsep baru
untuk pertumbuhan ekonomi yang menyediakan keadilan dan kesempatan untuk semua orang di dunia tanpa
menghancurkan sumber alam. Penerapan pengembangan berkelanjutan pada kota menjadi tantangan
perencana kota untuk mencari jalan baru akan masalah tentang kemiskinan perkotaan dan penciptaan kekayaan
sekaligus menangani lingkungan perkotaan baik yang alami maupun buatan, dan masalah sosial serta budaya
masyarakat perkotaan.

Untuk menerapkan pembangunan kota berkelanjutan adalah bagaimana mengintergasikan agenda coklat
dengan agenda hijau. Agenda hijau adalah tentang sistem alami di ekosistem lokal, biregional, dan global yang
dimanfaatkan oleh kota, pemukiman sebagai layanan ruang terbuja, keanekaragaman hayati, penyediaan air,
penyebaran limbah, udara sehat, dan iklim. Dalam perencanaan kota, agenda hijau dipastikan untuk dikelola
secara efektif sebagai fungsi hijau, namun unsur ini sering dianggap tidak penting. Agenda coklat mengenai
penggunaan lahan, rekayasa sistem pengelolaan sampah, meminimalkan konsumsi energi dan transportasi,
pengurangan material, dan penciptaan lingkungan yang efisien. Di kota, unsur coklat selalu mengkonsumsi dan
mendominasi unsur hijau.

INOVASI MENCAPAI SINERGI UNSUR COKLAT DAN HIJAU

Secara global, terdapat 8 fokus utama untuk mengintegrasikan agenda hijau dan coklat:

- Pengembangan energy daur ulang


Saat ini sudah ada sejumlah kawasan perkotaan yang dipertaruhkan oleh teknik dan teknologi daur
ulang dari kawsan sampai gedung bertingkat. Energi ini dapat membantu kota untuk menjaga ekologisnya
karena menggunakan bahan bakar biologis sehingga dapat menjadi bagian dari peningkatan ekologi fungsi
kota.
Produksi energy harus dilakukan didalam kota, terintegrasai dalam penggunaan lahan dan bentuk
bangunan mereka. Sebuah kota baru akan memakai jumlah energy yang sedikit dimana setiap orang
memiliki akses ke layanan energy yang ternagkau dan sehat, dimana energy yang digunakan secara efisien,
dan dimana transportasi efisien dan adil dalam mengedepankan angkutan umum yang sesuai dengan
perencanaan.
- Mengupayakan kota netral karbon
Hal ini dicapai dengan memastikan setiap rumah, lingkungan perumahan, dan bisnis sudah netral
karrbon. Langkah ini bisa dimulai dengan
a. mengurangi penggunaan bahan bakar fosil untuk merenegerasikan area kawasann.
b. Mengurangi penggunaan energi terutama di sector bangunan dan transportasi
c. Menambah energy terbarukan sebanyak mungkin dan tetap waspada dalam memproduksikan
sumber energy terbarukan agar tidak menjadi dampak buruk terhadap efek rumah kaca dan gas.
- Mengembangkan sistem listrik dan air yang terdistribusikan
Di Hanoi, Vietnam, memiliki jurusan sistem penggunaan kembali air limbah yang melibatkan pertanian dan
budidaya dataran rendah. Sistem ini sebagai penggunaan kembali dan menjadi bagian dari makanan
penduduk kota. Infrastruktur distribusi air dan listrik mulai didemonstrasikan di dunia. Diperlukan utilitas
untuk mengembangkan model bagaimana perencana kota dapat membawa energi lokal dan perencanaan
air dari pendekatan komunitas dan manajemen lokal
- Meningkatkan ruang fotosintesis sebagai bagian dari infrastruktur hijau
Dengan penggunaan proses fotosintesis menjadi bagian perkotaan dapat memberikan manfaat ekologis
seperti menumbuhkan energi dan menyediakan makanan. Di Vaxja, Swedia memberikan contoh strategi
energi terbarukan Vaxja sebelumnya berbahan bakar fosil, namun sekarang bergantung pada serpihan kayu
yang merupakan limbah dari penebangan komersial di wilayahnya. Kini saatnya mmeberi kesempatan baru
untuk menggunakan energi fotosintesis dan menjauh dari bahan bakar fosil
- Meningkatkan efisiensi lingkungan
Kota hemat lingkungan mengurangi jejak ekologis dengan mengurangi limbah dan sumberdaya yang dapat
memberikan efek negatif terhadap agenda hijau. Departemen kota perlu merumuskan dan melaksanakan
strayegi aliran sumber daya yang terintegrasi hijau dengan agenda coklat. Misalnya Toronto, memiliki
program tempat sampah yang memungkinkan kota untuk menangkap limbah metana dan diubah menjadi
energi listrik.
Efisiensi lingkungan tidak harus selalu tentang teknologi, namun juga dapat diperkenalkan ke kota dengan
manusia. Banyak negara berkembang telah mengintegrasikan pengelolaan limbah dalam industri lokal,
bangunan dan produksi makanan
- Meningkatkan rasa “sense of place”
Kota dan wilayah semakin mengerti konsep keberlanjutan, dimana ini sekaligus cara meningkatkan
ekonomi lokal, membangun rasa tempat yang unik, dan sebagai cara mengasuh kualitas hidup yang tinggi
dan komitmen yang kuat terhadap pemukiman. Sense of place adalah tentang membangkitkan kebanggaan
di kota tentang semua aspek ekonomi, lingkungan, dan budaya. Hal ini menciptakan orang-orang inovasi
yang diperlukan untuk mencipatakan ekologis lokal.
- Transportasi berkelanjutan
Kota, lingkungan, dan wilayah didesain makin berkembang dalam penggunaan energi dengan menawarkan
pilihan “walkable transit oriented”, sering dilengkapi dengan kendaraan bertenaga energi terbarukan. Hal
ini mampu mengurangi jejak ekologis penggunaan bahan bakar, serta mengurangi ketergantungan pada
mobil.
Di kota-kota besar, memiliki transportasi berkelanjutan mengurangi lalu lintas sementara sehingga
mengurangi gas rumah kaca hingga 50% setidaknya pada tahun 2050. Di kota-kota lain, pertumbuhan traffic
terjadi terus menerus dan nampaknya tidak dapat dihentikan. Kota tersebut harus mengelola pertumbuhan
mobil dan truk untuk mengurangi konsumsi bahan bakar fosil.
Biasanya, peningkatan kesadaran transportasi berkelanjutan hanya akan terjafi jika perkotaan lebih
memperhatikan bentuk, kepadatam prioritas infrastruktur, dan komitmen terhadap angkutan umum
dibandingkan dengan mobil, dan jalan perencanaan. Terutama regulasi untuk pejalan kaki, pengendara
sepeda juga merupakan bagian dari manajemen mobilitas berkelanjutan.
- Pengembangan kota tanpa slum
Hal ini merupakan tujuan terpenting dalam perencanaan kota di negara berkembang. Pemukiman kumuh
memiliki tantangan untuk akses ke air minum yang aman dan sanitasi, serta kondisi lingkungan yang rusak.
Kota merupakan tempat peluang untuk mencari kehidupan bar. Migrasi dari desa ke kota menyebabkan
pemukiman kumuh berkembang lantaran kemiskinan, ketidaksetaraan perkotaan, marjinalisasi lingkungan
miskin, dan ketidakmampuan masyrakat miskin unyuk mengakses tanah ternjangkau untuk perumahan.

PERENCANAAN KOTA UNTUK PENGEMBANGAN KOTA YANG BERKELANJUTAN


8 kecenderungan kota diatas menyarankan bahwa untuk mengintegrasikan agenda hijau dan coklat, perlu
ada:
- Strategi energi terarukan menunjukan bagaimana kemajuan memanfaatkan sumberdaya lokal secara sigap.
Strategi ini harus melibatkan sumberdaya terbarukan yang ada di dalam dan sekitar kota.
- Strategi netral karbon yang dapat menerapkan energi efisiensi, terintegrasi dengan energi terbarukan dan
langsung ke anekaragamanhayati. Hal ini bisa ditegakan dalam skema perencanaan pengurangan karbon
dan air dalam semua perkembangan yang menghindari hilangnya tanaman dan lahan alami.
- Strategi infrastruktur terdistribusi yang memungkinkan energi skala kecil dan sistem air untuk berkembang.
Hal ini bisa menjadi prasyarat untuk pembangunan perkotaan dan teknologi bangunan baru seperti
photovoltaic cells, sistem grey water dan water tank, dengan tanaman lokal dengan sistem yang berbasis
komunitas, serta strategi di seluruh wilayah untuk mendaur ulang limbah
- Strategi infrastruktur hijau termasuk sumber fotosintesis dan dapat meningkatkan agenda hijau perkotaan
melalui makanan, serat, keanekaragamanhayati, dan kegiatan rekreasi lokal.
- Strategi efisiensi lingkungan menghubungan industri untuk mencapai perubahan metabolisme kota. Ini
dilakukan dengan cara menelaah semua limbah kota dan melihat bagaimana mereka dapat digunakan
kembali.
- Strategi sense of place untuk memastikan dimensi manusia untuk mendorong semua strategi lainnya. Ini
bisa dibantu oleh strategi pengembangan ekonomi lokal.
- Strategi transportasi berkelanjutan menggabungkan:
a. Kualitas transit di setiap koridor utama lebih cepat daripada lalu lintas
b. Padat TOD di setiap stasiun
c. Strategi pejalan kaki dan sepeda untuk setiap pusat dan TOD dengan jaringan sepeda ke seluruh kota
d. Infrastruktur plugin untuk kendaraan listrik
e. Infrastruktur sepeda dan pejalan kaki sebagai bagian dari semua perencanaan jalan.

Anda mungkin juga menyukai