Dosen Pengampu :
Tuti Anggraini, MA
DISUSUN OLEH :
Dengan segala kerendahan hati penulis memanjatkan puji syukur kehadirat Allah Swt
atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas kelompok
ini untuk memenuhi tugas “Fiqih Muamalah II” yang berjudul “Mudharabah”
Mungkin dalam pembuatan tugas kelompok ini masih banyak kekurangan baik itu dari
segi penulisan, isi dan lain sebagainya, maka penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran
sebagai perbaikan dalam pembuatan mini riset untuk hari yang akan datang. Semoga tugas
kelompok ini memberikan informasi bagi kita semua dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu
pengetahuan bagi kita semua.
Demikianlah sebagai pengantar kata, dengan iringan serta harapan semoga tulisan
sederhana ini dapat diterima dan bermanfaat bagi pembaca. Atas semua ini penulis mengucapkan
ribuan terima kasih yang tidak terhingga, semoga segala bantuan dari semua pihak mudah –
mudahan mendapat amal baik yang diberikan oleh Allah Swt.
Kelompok 2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
A. Latar Belakang......................................................................................................................4
B. Rumusan masalah.................................................................................................................4
C. TUJUAN MAKALAH.........................................................................................................4
PEMBAHASAN..............................................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................5
H. CONTOH KASUS..............................................................................................................11
BAB III..........................................................................................................................................13
PENUTUP.....................................................................................................................................13
3.1 KESIMPULAN...............................................................................................................13
3.2 SARAN................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Munculnya bank syari’ah maka propogandanya dikatakan sebagai bank bagi hasil.
Hal ini dilakukan untuk membedakan bank syari’ah dangan bank konvensional yang
beroperasional dengan sistem bunga. Namun praktik bank syari’ah belum sepenuhnya
menggunakan sistem bagi hasil. Karena selain sistem bagi hasil masih ada sistem jual
beli, sewa menyewa. Dengan demikian, bank syari’ah memiliki ruang gerak produk yang
lebih luas dibandingkan dengan bank konvensional.
Dalam operasional bank Syariah, mudharabah merupakan salah satu bentuk akad
pembiayaan yang akan diberikan kepada nasabahnya. Sistem dari mudharabah ini
merupakan akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama menyediakan
seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha dibagi
menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak. Dalam penentuan kontraknya,
harus dilakukan diawal ketika akan memulai akad mudharabah tersebut.
Prinsip bagi hasil merupakan karakteristik umum dan landasan dasar bagi
operasional bank syari’ah secara keseluruhan. Secara syari’ah prinsip berdasarkan pada
kaidah mudharabah akan berfungsi sebagai mitra baik dengan penabung demikian juga
dengan pengusaha yang meminjam dana.
Dalam kontrak mudharabah ini, mudharib (si pengelola) harus menjalankan
kewajibannya menjalankan usaha dengan cara sebaik-baiknya. Dalam menjalankan
usaha, harus jelas dan sesuai dengan prisip syariah. Maka dari itu penulis ingin lebih jauh
mengetahui bagaimana jalannya system pembiayan ini (mudharabah) dalam suatu
operasional bank syariah secara jelas.
B. Rumusan masalah
1. Apa Pengertian Mudharabah ?
2. Apa jenis-jenis Mudharabah?
3. Bagaimana landasan syariah dalam perbankan?
4. Bagaimana cara mengaplikasikan mudharabah dalam perbankan?
5. Apa faktor yang memperngaruhi mudharabah?
C. TUJUAN MAKALAH
Makalah ini dibuat dengan tujuan selain memenuhi tugas kuliah dan dengan tujuan agar
Mahasiswa mengetahui apa itu Mudharabah, Rukun dan Syarat Mudharabah, Pembatalan
Mudharabah dan lain lain.
PEMBAHASAN
BAB II
1
Muhammad, Manajemen pembiayaan bank syari’ah. Yogyakarta : akademi manajemen perusahaan
YKPN.2005. hal 102
2
Muhammad syafi’I Antonio. Bank Syari’ah : dari teori ke praktik . Jakarta : gema insani press. 2001.
Hal 95
3
Makhalul ilmi SM. Teori dan praktik lembaga mikro keuangan syari’ah. Yogyakarta : UII press
Yogyakarta, 2002. Hal 32
B. RUKUN DAN SYARAT MUDHARABAH
Syarat yang harus dipenuhi dalam akad Mudharabah adalah :
1. Harta dan Modal
a. Modal harus dinyatakan dengan jelas jumlahnya, seandainya modal berbentuk
barang maka barang tesebut harus dihargakan dengan harga semasa dalam uang
yang beredar (sejenisnya)
b. Modal harus dalam bentuk tunai dan bukan piutang
c. Modal harus diseragkan kepada mudharib, untuk memungkinkannya melakukan
usaha
2. Keuntungan
a. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam presentase dari keuntungan yang
mungkin dihasilkan nanti. Keuntungan yang menjadi milik pekerja dan pemilik
modal harus jelas presentasinya.
b. Kesepakatan rasio presentasi harus dicapai melalui negoisasi dan dituangkan
dalam kontrak
c. Pembagian keuntungan baru dapat dilakukan setelah mudharib mengembalikan
seluruh sebagian modal kepada shihab al-mal
Sedangkan menurut jumhur ulama’ ada 3 rukun dari mudharabah yatu :
1. Dua pihak yang berakad (pemilik modal/shihab al-mal dan pengelola
dana/pengusaha.mudharib), keduanya hendaklah orang berakal dan sudah
baligh (berumur 15 tahun) dan bukan orang yang dipaksa. Keduanya harus
memiliki kemampuan untuk diwakili dan mewakili
2. Materi yang diperjanjikan oleh objek yang diakadkan tediri dari atas modal
(mal), usaha (berdagang dan lainnyayang berhubungan dengan urusan
perdagangan tersebut) dan keuntungan
3. Sighat, yatu serah / ungkapan penyerahan modal dari pemilik modal (ijab) dan
terima/ungkapan menerima modal dan persetujuan mengelola modal dari
pemilik modal (qabul).
Sedangkan menurut ulama Syafi’Iyah lebih merinci lagi menjadi lima yatu :
1. Modal
2. Pekerjaan
3. Laba
4. Shighat
5. Dan 2 orang akad4
“Apabila telah ditunakan shalat maka bertebaranlah kamu dimuka bumi dan
carilah karnia Allah SWT…” (al-jumu’ah: 10)
“Tidak ada dosa (halangan) bagi kamu untuk mencari karnia Tuhanmu…” (al-
Baqarah: 198)
Ayat-ayat yang senada masih banyak yang tedapat dalam al-quran yang dipandang oleh para
fuqoha sebaga basis dari yang diperbolehkannya mudharabah. Kandungan ayat-ayat diatas
mencakup usaha mudharabah karena mudharabah dilaksanakan dengan berjalan-jalan dimuka
bumi dan ia merupakan salah satu bentuk mencari keutamaan Allah.
b. Al-Hadits
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Sayyidina Abbas bin Abdul Mutholib “Jika
membrikan dana ke mitra usahanya secara mudharabah ia mensyaratkan agar dananya tidak
dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya, atau membeli ternak. Jika
menyalahi peraturan tersebut yang bersangkutan bertanggung jawab atas sana teseut.
Disampaikan syarat-syarat terseut kepada Rasullah Saw. Dan Rasullah pun memperbolekannya.”
(HR. Thabrani)
Dari Shalih bin Shuhaib r.a bahwa Rasullah saw, bersabda . “Tiga hal yang dalamnya
terdapat keberkatan : Jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur
gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual.” (HR. Ibnu Majah no. 2280,
Kitab at-Tijarah)
c. Ijma
Iman zailai telah menyatakan bahwa para sahabat telah berkonsensus terhadap
legitimasi pengolahan harta yatu secara mudharabah.
8
Ibid, hal 97
9
Ibid, hal 97
b. Investasi khusu, disebut juga mudharabah muqayyah dimana sumber dana khusus
dengan penyaluran yang khusus dengan syarat-syarat yang telah diterapkan oleh
shahibul maal.
Mudharabah dalam bank syari’ah terdapat manfaat dan rsikonya, manfaat mudharabah
tersebut terbagi menjadi lima, yaitu11 :
1. Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha
nasabah semakin meningkat
2. Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan
secara tetap, tetapi disesuiakan dengan pendapatan atau hasil usaha bank
sehingga bank tidak pernah mengalami negative spread
3. Pengembalian pokok pembiayaan disesuakan dengan cash flow atau kas usaha
nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah.
4. Bank akan lebih selektif dan hati-hati dalam mencari usaha yang benar-benar
halal, aman, dan menguntungkan. Karena keuntungan yang konkret dan
benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan.
5. Prinsip bagi hasil dalam mudhabah atau musyarakah ini berbeda dengan
prinsip bunga tetap dimana bank akan menagih penerima pembiayan dari
nasabah satu jumlah bunga tetap berapun keuntungan yang dihasilkan
nasabah, sekalipun mergi dan terjadi krisis ekonomi.
10
Drs. Muhammad.M.Ag. manajemen bank syari’ah.Yogyakarta : UPP AMP YKPN.2002. hal 109
11
Muhammad syafi’I Antonio. Op, cit
12
Muhammad syafi’I Antonio. Ibid
Selain manfaat dan resiko yang ada pada bank syari’ah tedapat pula permasalaha-
permasalahan yang dihadapi dalam pembiayaan mudharanah. Bedasarkan teori perbankan
kontemporer prinsip mudharabah dijadikan sebaga altenatif penerapan sistem bagi hasil.
Meskipun demikian dalam praktiknya ternyata signifikasi bagi hasil dalam memainkan
operasional investasi dana bank perannya sangat lemah. Menurut bebeapa pengamatan
perbankan syari’ah hal ini tejadi karena beberapa alasan, diantaranya13 :
a. Standar moral,
Terdapat anggapan bahwa standar moral yang berkembang dikeanyakan
komunitas muslim tidak memberi kebebasan penggunaan bagi hasil seaga
mekanisme investasi.
b. Ketidakefketifan moral pembiayan bagi hasil
Pembiayaan bagi hasil (mudharabah) tidak menyediakan berbagai macam
kebutuhan pembiayan dari ekonomi kontemporer.
c. Berkaitan dengan para pengusaha
Ketekaitan bank dengan pembiayan sistem bagi hasil untuk membantu
perkembangan usaha lebih banyak melibatkan pengusaha secara langsung
daripada sistem lainnya pada bank konvensional. Bank syari’ah memerlukan
informasi yang leih rinci tentang aktivitas bisnis yang dibiayai dan besar
kemungkinan pihak bank turut mempengaruhi setiap pengambilan keputusan
bisnis mitranya.
d. Dari segi biaya
Pemberian pembiayaan berdasarkan sistem bagi hasil memerlukan kewaspadaan
yang lebih tinggi dari pihak bank
e. Segi teknis
Problem teknis yang menyangkut penggunaan sistem bagi hasil berkaitan dengan
bihak bank, nasabah, perhitungan keuntunga. Bank membutuhkan pengetahuan
yang luas mengena perilaku aktivitas ekonomi yang berguna untuk memprediksi
keuntungan dari sisi nasabah, kebutahurfan masih menyelimuti dunia muslim.
f. Kurang menariknya sistem bagi hasil dalam aktivitas bisnis
Dalam dunia bisnis dan industry biaya yang dikeluarkan dari dana-dana yang
diperoleh berdasarkan sistem bagi hasil tidak diketahui secara pasti.
G. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MUDHARABAH
Faktor yang mempengaruhi mudharabah terbagi menjadi dua, yaitu14 :
1. Faktor Langsung
Diantara factor-faktor langsung yang mempengarhi perhitungan bagi hasil adalah
investment rate, jumlah dana yang tesedia, dan nisbah bagi hasil (profit sharing ratio).
a. Investment rate merupakan presentase actual dana yang diinvestasikan dari total dana
jika bank menentukan investment rate sebesar 80% hal ini berarti 20% dari total dana
dialokasikan untuk likuiditas
13
Muhammad syafi’I Antonio. Op, cit. hal. 114
14
Muhammad syafi’I Antonio. Op, cit. hal. 110
b. Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan merpakan jumlah dana dari berbagai
sumber dana yang tersedia untuk diinvestasikan. Dan tesebut dapat dihitung dengan
menggunakan salah satu metode dibawah ini :
1. Rata-rata saldo minimum bulanan
2. Rata-rata total saldo harian
Investment rate dikalikan dengan jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan
akan dihasilkan jumlah dana actual yang digunakan
c. Nisbah (profit sharing ratio)
1. Salah satu ciri mudharabah adalah nisbah yang harus ditentukan dan disetujui
pada awal perjanjian
2. Nisbah antara satu bank dengan bank lainnya dapat bebeda
3. Nisbah juga dapat berbeda dari waktu ke waktu dalam satu bank, misalkan saja
deposito 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan
4. Nisbah juga dapat berbeda antara atu account dengan account lainnya sesua
dengan besarnya dana dan jatuh temponya.
H. CONTOH KASUS
1. Contoh kasus perhitungan dalam bank syari’ah, yaitu15 :
Bapak kevin mempunya deposito Rp. 10.000.000 dalam jangka waktu 1 bulan (1
Desember 2001 – 1 Januari 2001) dan nisbah bagi hasil antara nasabah dan bank 57%
: 43% jika keuntungan bank yang diperoleh untuk deposito 1 bulan per 31 desember
2001 adalah Rp. 20.000.000 dan rata-rata deposito jangka waktu 1 bulan Rp.
950.000.000 berapakah keuntungan yang harus diperoleh oleh bapak kevin?
JAWAB
Keuntungan yang diperoleh bapak kevin adalah :
(Rp. 10.000.000 : Rp. 950.000.000) x Rp. 20.000.000 x 57% = Rp. 120.000
15
Ibid, hal 112
16
Ibid
Pada tanggal 1 Desember 2003 bapak rizal membuka deposito sebesar Rp.
10.000.000 jangka waktu 1 bulan dengan bunga 9% p.a. Berapa bunga yang diperoleh
bapak rizal pada saat jatuh tempo?
JAWAB
Bunga yang harus diperoleh bapak rizal adalah :
(Rp. 10.000.000 x 31 hari x 9%) : 365 hari = Rp. 76.438
Bank syari’ah pada dasarnya memberi keuntungan kepada deposan dengan pendekatan
Financing to Deposit Ratio (FDR), sedangkan pada bank konvensional yatu dengan pendekatan
biaya yang artinya dalam mengakui pendapatan bank syari’ah masih menimbang rasio antara
danak pihak ketiga dan pembiayaan yang diberikan serta pendapatan yang dihasilkan dari
perpaduan antara dua factor tesebut. Sedangkan dalam bank konvensional langsung menganggap
semua bunga yang diberikan adalah biaya, tanpa hars mempertimbangkan berapakah pendapatan
yang dapat dihasilkan dari dana dihimpun tersebut.17
Dalam pembiayaan mudharabah tujuan yang utama adalah memperole kentungan yang
nantinya akan dibagi sesua dengan kesepakatan yang biasa disebut dengan bagi hasil. Dimana,
keuntungan adalah jumlah didapat sebaga dari kelebihan modal. Keuntungan adalah tujuan akhir
dari mudharabah. Syarat kentungan berikut harus dipenuhi18 :
a. Hars untuk kedua pihak dan tidak ada satu pihak pun yang mengambil seluruhnya tanpa
yang lainnya
b. Bagian keuntungan proporsional dari tiap pihak harus diketahui pada waktu berkontrak
dan harus sebaga presentasi dari kentungan. Bagian pengelola harus secara eksplisit
ditanyakan pada waktu berkontrak. Tetapi harus diketahui bahwa diperbolehkan untuk
menyesesuaikan presentasi alokasi keuntungan diatara kedua pihak pada waktu
berikutnya.
17
Ibid, hal 114
18
Tim pengembangan Perbankan Syari’ah Institute Bankir Indonesia. “Bank syari’ah : Konsep, produk
dan Implementasi Operasional bank syari’ah”. Jakarta : Djambatan.2002. hal 167
c. Penyedia dana menanggung semua kergian akibat mudharabah dan pengelola tidak bole
menanggung bagian apapun darinya kecuali diakibatkan dari kesalahan yang disengaja
atau lalai.
BAB III
PENUTUP
C.1KESIMPULAN
Mudharabah adalah salah satu bentuk akad pembiayaan yang akan diberikan kepada
nasabah dalam suatu bank. Secara umum mudharabah tebagi menjadi kepada dua jenis yaitu :
Mudharabah Muthlaqah dan Mudharabah Muwayyah.
Dalam sistem mudharabah ini akadnya adalah kerja sama usaha antara dua pihak dimana
pihak pertama menyediakan selurh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola,
keuntungan usaha dibagi menurt kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak. Manfaat dari
mudharabah ini adalah bank akan menikmati bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah
meningkat. Akad mudharabah harus berjalan sesuai dengan ketentuan-ketentuan syari’ah dimana
si pengelola harus menjalankan usahanya dengan rasa tanggung jawab yang tinggi. Sesua dengan
prinsip syariah dan berupaya agar usahanya tidak terjadi kerugian. Kergian bias diakibatkan oleh
beberapa hal, yaitu :
Apabila kerugian tejadi diseabkan oleh resiko bisnis dan bencana alam maka atas kerugian
tersebut ditanggung sepenuhnya ole si pemilik modal tetapi kalau kerugian itu terjadi disebabkan
oleh kelalaian yang disengaja dilakukakan sipengelola maka atas segala kerugian itu harus
ditanggung oleh si mudharib sepenuhnya dan modal yang diberikan harus dikembalikan ole
mudharib sepenuhnya.
Oleh karena itu untuk memperkecil kesempatan tejadinya kerugian yang disebabkan oleh
kelalaian atau penyimpangan yang dilakukan ole mudharib atau sipengelola maka shahibul maal
hars dapat membuat aturan atau peringatan yang dapat mengurangi kesempatan mudharib untuk
melakukan tindakan yang dirugikan. Pembiayaan mudharabah dipengaruhi ole factor langsung
dan factor tidak langsung adapun tujuan akhir dari pembiayaan mudharabah adalah memperoleh
keuntungan
3.2 SARAN
Demikianlah makalah yang dapat kami susun, Oleh karena itu saran dan kritik yang
konstruktif dari pembaca sangat penulis harapan guna perbaikan. Dan semoga makalah ini dapat
menambah wacana keilmuan kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Ilmi, makhalul SM. Teori dan praktek lembaga mikro keuangan syari’ah. 2002. Yogyakarta :
UII press
Drs, Muhammad.M.Ag. Manajemen Bank Syari’ah. 2005. Yogyakarta, (UPP) AMPYKPN
Muhammad, Manajemen pembiayaan bank syari’ah. 2005. Yogyakarta : akademi manajemen
perusahaan YKPN
Syafi’i Antonio, Muhammad. Bank Syari’ah : dari teori ke praktik.2001. Jakarta : gema insani
press
Tim pengembangan Perbankan Syari’ah Institute Bankir Indonesia. “Bank syari’ah : Konsep,
produk dan Implementasi Operasional bank syari’ah”.2002. Jakarta : Djambatan
Asy-Syarbini,Muhammad, Mugni Al-Muhtaj, Juz II
Sabiq,Sayyid,Fiqhus Sunnah, Asep Sobari,Fiqih Sunah, (Jakarta : Al-I’tishom,2008)