Anda di halaman 1dari 15

MUDHARABAH

Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata kuliah

“Fiqih Muamalah II”

Dosen Pengampu :

Tuti Anggraini, MA

DISUSUN OLEH :

1. Dandi Gunawan 0503193154


2. Ramdanil Fajar 0503191016
3. Suhailatun Nafisah 0503193193

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


UNIVERSITAS ISLAM NEGEI SUMATERA UTARA
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati penulis memanjatkan puji syukur kehadirat Allah Swt
atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas kelompok
ini untuk memenuhi tugas “Fiqih Muamalah II” yang berjudul “Mudharabah”

Mungkin dalam pembuatan tugas kelompok ini masih banyak kekurangan baik itu dari
segi penulisan, isi dan lain sebagainya, maka penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran
sebagai perbaikan dalam pembuatan mini riset untuk hari yang akan datang. Semoga tugas
kelompok ini memberikan informasi bagi kita semua dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu
pengetahuan bagi kita semua.

Demikianlah sebagai pengantar kata, dengan iringan serta harapan semoga tulisan
sederhana ini dapat diterima dan bermanfaat bagi pembaca. Atas semua ini penulis mengucapkan
ribuan terima kasih yang tidak terhingga, semoga segala bantuan dari semua pihak mudah –
mudahan mendapat amal baik yang diberikan oleh Allah Swt.

Medan, April 2021

Kelompok 2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................................................3

BAB I...............................................................................................................................................4

PENDAHULUAN...........................................................................................................................4

A. Latar Belakang......................................................................................................................4

B. Rumusan masalah.................................................................................................................4

C. TUJUAN MAKALAH.........................................................................................................4

PEMBAHASAN..............................................................................................................................5

BAB II.............................................................................................................................................5

A. PENGERTIAN AKAD MUDHARABAH...........................................................................5

B. RUKUN DAN SYARAT MUDHARABAH.......................................................................6

C. SEBAB-SEBAB BATALNYA MUDHARABAH..............................................................6

D. JENIS- JENIS MUDHARABAH.........................................................................................7

E. LANDASAN SYARI’AH MUDHARABAH......................................................................7

F. APLIKASI MUDHARABAH DALAM PERBANKAN.....................................................8

G. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MUDHARABAH...............................10

H. CONTOH KASUS..............................................................................................................11

BAB III..........................................................................................................................................13

PENUTUP.....................................................................................................................................13

3.1 KESIMPULAN...............................................................................................................13

3.2 SARAN................................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Munculnya bank syari’ah maka propogandanya dikatakan sebagai bank bagi hasil.
Hal ini dilakukan untuk membedakan bank syari’ah dangan bank konvensional yang
beroperasional dengan sistem bunga. Namun praktik bank syari’ah belum sepenuhnya
menggunakan sistem bagi hasil. Karena selain sistem bagi hasil masih ada sistem jual
beli, sewa menyewa. Dengan demikian, bank syari’ah memiliki ruang gerak produk yang
lebih luas dibandingkan dengan bank konvensional.
Dalam operasional bank Syariah, mudharabah merupakan salah satu bentuk akad
pembiayaan yang akan diberikan kepada nasabahnya. Sistem dari mudharabah ini
merupakan akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama menyediakan
seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha dibagi
menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak. Dalam penentuan kontraknya,
harus dilakukan diawal ketika akan memulai akad mudharabah tersebut.
Prinsip bagi hasil merupakan karakteristik umum dan landasan dasar bagi
operasional bank syari’ah secara keseluruhan. Secara syari’ah prinsip berdasarkan pada
kaidah mudharabah akan berfungsi sebagai mitra baik dengan penabung demikian juga
dengan pengusaha yang meminjam dana.
Dalam kontrak mudharabah ini, mudharib (si pengelola) harus menjalankan
kewajibannya menjalankan usaha dengan cara sebaik-baiknya. Dalam menjalankan
usaha, harus jelas dan sesuai dengan prisip syariah. Maka dari itu penulis ingin lebih jauh
mengetahui bagaimana jalannya system pembiayan ini (mudharabah) dalam suatu
operasional bank syariah secara jelas.
B. Rumusan masalah
1. Apa Pengertian Mudharabah ?
2. Apa jenis-jenis Mudharabah?
3. Bagaimana landasan syariah dalam perbankan?
4. Bagaimana cara mengaplikasikan mudharabah dalam perbankan?
5. Apa faktor yang memperngaruhi mudharabah?

C. TUJUAN MAKALAH
Makalah ini dibuat dengan tujuan selain memenuhi tugas kuliah dan dengan tujuan agar
Mahasiswa mengetahui apa itu Mudharabah, Rukun dan Syarat Mudharabah, Pembatalan
Mudharabah dan lain lain.
PEMBAHASAN

BAB II

A. PENGERTIAN AKAD MUDHARABAH


Kata mudharabah berasal dari kata dharb ( ‫ضرب‬ ) yang berarti memukul atau
berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini maksudnya adalah proses seseorang
memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha. Suatu kontrak disebut mudharabah,
karena pekerja (mudharib) biasanya membutuhkan suatu perjalanan untuk menjalankan
bisnis. 1
Sedangkan pengertian mudharabah yang secara teknis adalah suatu kerja sama
untuk suatu usaha antara dua belah pihak dimana pihak yang pertama (shahibulmall)
menyediakan seluruh modalnya sedangkan pihak lannya menjadi pengelola. 2 Keuntungan
dari usahanya tesebut secara Mudharabah akan dibagi hasilnya menurt kesepakatan yang
telah di sepakati pada penjanjian awal, dan apabila usaha tersebut mengalami kerugian
maka kerugian tersebut akan ditanggung oleh pihak pemodal selama kerugian tersebut
bukan disebabkan kelalaian pengelola modal. Dan jika kerugian tersebut disebabkan
karena kecurangan atau kelalaian pengelola modal, maka pengelola modal yang harus
bertanggung jawab atas kerugian yang telah dialaminya.
Pengertian mudharabah secara definisi adalah suatu bentuk perniagaan dimana
pemilik modal (shahibul maal) meyetorkan modalnya kepada seorang pengusaha yang
sering disebut dengan (mudharib), untuk diniagakan dengan keuntungan yang akan
dibagi bersama sesua dengan kesepakatan dua belah pihak sedangkan terdapat kerugian
akan ditanggung oleh pemilik modal jika disebabkan olehnya. Dan jika disebabkan oleh
pengelola modal maka pengelola modal harus menanggung kerugian tersebut.
Pada hakikatnya pengertian mudhabah adalah suatu bentuk kerja sama antara
shahibul maal dan mudharib dimana dana 100% dari shahibul maal. Sedangkan
mudharrib seaga pengelola yang keuntungannya akan dibagi sesuai dengan kesepakatan
yang telah disepakati diawal.
Mudharib adalah salah satu akan kerja sama kemitraan berdasarkan prinsip
berbagi untuk dan rugi (profit and loss sharing principle). Dilakukan sekurang-kurangnya
oleh dua pihak dimana pihak pertama memiliki dan menyediakan modal disebut shahibul
maal. Sedangkan pihak kedua memiliki keahlian dan tanggung jawab atas pengelolaan
dana atau manajemen usaha halal tertentu disebut mudhorib.3

1
Muhammad, Manajemen pembiayaan bank syari’ah. Yogyakarta : akademi manajemen perusahaan
YKPN.2005. hal 102
2
Muhammad syafi’I Antonio. Bank Syari’ah : dari teori ke praktik . Jakarta : gema insani press. 2001.
Hal 95
3
Makhalul ilmi SM. Teori dan praktik lembaga mikro keuangan syari’ah. Yogyakarta : UII press
Yogyakarta, 2002. Hal 32
B. RUKUN DAN SYARAT MUDHARABAH
Syarat yang harus dipenuhi dalam akad Mudharabah adalah :
1. Harta dan Modal
a. Modal harus dinyatakan dengan jelas jumlahnya, seandainya modal berbentuk
barang maka barang tesebut harus dihargakan dengan harga semasa dalam uang
yang beredar (sejenisnya)
b. Modal harus dalam bentuk tunai dan bukan piutang
c. Modal harus diseragkan kepada mudharib, untuk memungkinkannya melakukan
usaha
2. Keuntungan
a. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam presentase dari keuntungan yang
mungkin dihasilkan nanti. Keuntungan yang menjadi milik pekerja dan pemilik
modal harus jelas presentasinya.
b. Kesepakatan rasio presentasi harus dicapai melalui negoisasi dan dituangkan
dalam kontrak
c. Pembagian keuntungan baru dapat dilakukan setelah mudharib mengembalikan
seluruh sebagian modal kepada shihab al-mal
Sedangkan menurut jumhur ulama’ ada 3 rukun dari mudharabah yatu :
1. Dua pihak yang berakad (pemilik modal/shihab al-mal dan pengelola
dana/pengusaha.mudharib), keduanya hendaklah orang berakal dan sudah
baligh (berumur 15 tahun) dan bukan orang yang dipaksa. Keduanya harus
memiliki kemampuan untuk diwakili dan mewakili
2. Materi yang diperjanjikan oleh objek yang diakadkan tediri dari atas modal
(mal), usaha (berdagang dan lainnyayang berhubungan dengan urusan
perdagangan tersebut) dan keuntungan
3. Sighat, yatu serah / ungkapan penyerahan modal dari pemilik modal (ijab) dan
terima/ungkapan menerima modal dan persetujuan mengelola modal dari
pemilik modal (qabul).
Sedangkan menurut ulama Syafi’Iyah lebih merinci lagi menjadi lima yatu :
1. Modal
2. Pekerjaan
3. Laba
4. Shighat
5. Dan 2 orang akad4

C. SEBAB-SEBAB BATALNYA MUDHARABAH


Mudharabah menjadi batal karena hal-hal berikut :
1. Tidak terpenuhinya syarat sahnya mudharabah apabila terdapat satu syarat yang tidak
dipenuhi, sedangkan mudharib sudah telanjur menggunakan modal mudharabah
untuk bisnis pedagangan, maka dalam keadaan seperti ini mudharib berhak
mendapatkan upah atas kerja yang dilakukannya, karena usaha yang dilakukannya
atas izin pemilik modal dan musharib melakukan suatu pekerjaan yang berhak untuk
4
Muhammad Asy-Syarbini, Juz II,310
diberi upah. Semua laba yang dihasilakan dari usaha yang telah dikerjakan alah hak
pemilik modal. Jika tejadi kergaian maka pemilik modal juga yang menanggungnya.
Karena mudharib dalam hal ini berkedudukan sebagai bruh dan tidak dapat dibebani
kerugian kecuali karena kecerobohannya.
2. Pengelola atau mudharib sengaja tidak melakukan tugas sebagaimana mestinya dalam
memelihara modal atau melakukan sesuatu yang betentangan dengan tujuan akad.
Jika seperti itu dan terjadi kerugian maka pengelola berkewajiban untuk menjamin
modal kerena penyebab dari kerugian tesebut.
3. Penelola meninggal dunia atau pemilik modalnya, maka mudharabag akan menjadi
batal5.jika pemilik modal yang wafat pihak pengelola berkewajiban mengembalikan
modal kepada ahli waris pemilik modal serta kentungan yang diperoleh diberikan
kepada ahli warisnya sebesar kadar presentase yang disepakati. Tapi jika yang wafat
itu pengelola usaha pemilikmodal dapat menuntut kembali modal itu kepada ahli
warisnya dengan tetap membagi keuntungan yang dihasilkan berdasarkan presentase
jumlah yang sudah disepakati. Jika mudharabah telah batal, sedangkan modal
berbentuk ‘urudh (barang dagangan), maka pemilik modal dan pengelola menjual
atau membaginya, karena yang demikian itu merupakan hak berdua. Dan jika si
pengelola setuju dengan penjualan, sedangkan pemilik modal tidak setuju, maka
pemilik modal dipaksa menjualnya karena si pengelola mempunya hak dalam
kentungan dan dia tidak dapat memperolehnya kecuali dengan mencualnya. Demikian
menurut madzhab Asy Syafi’I dan Hambali.

D. JENIS- JENIS MUDHARABAH


Secara umum, Mudharabag terbagi menjadi dua jenis yaitu : 6
1. Mudharabah Muthalaqah
Mudharabah Muthalaqah adalah bentuk kerja sama antara penyedia modal (shahibul
maal) dan pengelola modal (Mudharib) yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasin
oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah yang akan digunakan untuk usahanya.
2. Mudharabah Muqayyah
Mudharabah Muqayyah atau disebut juga dengan istilah restricted mudharabah atau
specified mydharabah adalah kebalikan dari mudharabah muthalaqah, yaitu mudharib
dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu, dan tempat usahannya. Dengan adanya
pembatasan tersebut sering kali mencerminkan kencenderungan umum shahibul maal
dalam memasuki jenis usahanya.

E. LANDASAN SYARI’AH MUDHARABAH


Pada dasarnya landasan dasar syariah mudharabah leih menceriminkan anjuran
untuk melakukan usaha. Landasannya tersebut terbagi menjadi tiga macam, yaitu :7
5
Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah,Asep Sobari, Fiqih Sunnah, (Jakarta : Al-I’tishom,2008),385
6
Muhammad syafi’I Antonio. Op, cit
7
Muhammad syafi’I Antonio. Ibid, hal 95
a. Al-Quran
“… dan dari orang-orang yang berjalan dimuka bumi mencari sebagian karnia
Allah SWT…” (al-Muzzammil: 20)

“Apabila telah ditunakan shalat maka bertebaranlah kamu dimuka bumi dan
carilah karnia Allah SWT…” (al-jumu’ah: 10)

“Tidak ada dosa (halangan) bagi kamu untuk mencari karnia Tuhanmu…” (al-
Baqarah: 198)
Ayat-ayat yang senada masih banyak yang tedapat dalam al-quran yang dipandang oleh para
fuqoha sebaga basis dari yang diperbolehkannya mudharabah. Kandungan ayat-ayat diatas
mencakup usaha mudharabah karena mudharabah dilaksanakan dengan berjalan-jalan dimuka
bumi dan ia merupakan salah satu bentuk mencari keutamaan Allah.
b. Al-Hadits

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Sayyidina Abbas bin Abdul Mutholib “Jika
membrikan dana ke mitra usahanya secara mudharabah ia mensyaratkan agar dananya tidak
dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya, atau membeli ternak. Jika
menyalahi peraturan tersebut yang bersangkutan bertanggung jawab atas sana teseut.
Disampaikan syarat-syarat terseut kepada Rasullah Saw. Dan Rasullah pun memperbolekannya.”
(HR. Thabrani)

Dari Shalih bin Shuhaib r.a bahwa Rasullah saw, bersabda . “Tiga hal yang dalamnya
terdapat keberkatan : Jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur
gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual.” (HR. Ibnu Majah no. 2280,
Kitab at-Tijarah)
c. Ijma
Iman zailai telah menyatakan bahwa para sahabat telah berkonsensus terhadap
legitimasi pengolahan harta yatu secara mudharabah.

F. APLIKASI MUDHARABAH DALAM PERBANKAN


Mudharabah dalam perbankan syari’ah biasanya diteapkan pada produk-produk
pembiayan dan pendanaan. Sedangkan pada sisi penghimpunan dana mudharabah
diterapkan pada8 :
a. Tabungan berjangka, yaitu tabungan yang dimaksudkan untuk tujuan khusus seperti
tabungan haji, tabungan kurban, dan seagainya
b. Deposito biasa dan special (special investment) dmana dana yang dititipkan nasabag
khusus untuk bisnis tetentu misalnya saja dalam mudharabah ataupun ijarah saja.
Sedangkan pada sisi pembiayaan mudharabah diterapkan untuk9 :
a. Pembiayaan modal kerja, seperti modal perdagangan dan jasa

8
Ibid, hal 97
9
Ibid, hal 97
b. Investasi khusu, disebut juga mudharabah muqayyah dimana sumber dana khusus
dengan penyaluran yang khusus dengan syarat-syarat yang telah diterapkan oleh
shahibul maal.

Mudharabah juga dapat dilakukan dengan memisahkan atau mencampurkana dana


mudharabah seperti penjelasan dibawah ini, yaitu10 :
a. Dana harta-harta lainnya, Pemisahan total dana mudharabah termasuk dana
mudharib teknik ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari
teknik ini ialah bahwa pendapatan dan biaya dapat dipisahkan dari masing-
masing danna dan dapat dihitung dengan tepat. Selan itu, keuntungan atau
kergian dapat dihitung dan dialokasikan dengan benar. Sedangkan kekurangan
teknik ini teutana menyangkut masalah moral hazard dan preferensi investasi
seorang mudharib.
b. Dana Mudharabah dicampur dan disatukan dengan sumber-sumber dana
lannya, sistem ini menghilangkan munculnya etika dan moral hazard seperti
diatas namun dalam sistem ini pendapatan dan biaya mudharabah tecampur
dengan pendapatan dan biaya lainnya.

Mudharabah dalam bank syari’ah terdapat manfaat dan rsikonya, manfaat mudharabah
tersebut terbagi menjadi lima, yaitu11 :
1. Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha
nasabah semakin meningkat
2. Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan
secara tetap, tetapi disesuiakan dengan pendapatan atau hasil usaha bank
sehingga bank tidak pernah mengalami negative spread
3. Pengembalian pokok pembiayaan disesuakan dengan cash flow atau kas usaha
nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah.
4. Bank akan lebih selektif dan hati-hati dalam mencari usaha yang benar-benar
halal, aman, dan menguntungkan. Karena keuntungan yang konkret dan
benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan.
5. Prinsip bagi hasil dalam mudhabah atau musyarakah ini berbeda dengan
prinsip bunga tetap dimana bank akan menagih penerima pembiayan dari
nasabah satu jumlah bunga tetap berapun keuntungan yang dihasilkan
nasabah, sekalipun mergi dan terjadi krisis ekonomi.

Sedangkan resiko dari mudharabah, yaitu12 :


1. Streaming, nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebutkan di
dalam kontrak
2. Lalai dan kesalahan yang disengaja
3. Penyembunyian keuntungan oleh nasabah jika nasabah tidak jujur.

10
Drs. Muhammad.M.Ag. manajemen bank syari’ah.Yogyakarta : UPP AMP YKPN.2002. hal 109
11
Muhammad syafi’I Antonio. Op, cit
12
Muhammad syafi’I Antonio. Ibid
Selain manfaat dan resiko yang ada pada bank syari’ah tedapat pula permasalaha-
permasalahan yang dihadapi dalam pembiayaan mudharanah. Bedasarkan teori perbankan
kontemporer prinsip mudharabah dijadikan sebaga altenatif penerapan sistem bagi hasil.
Meskipun demikian dalam praktiknya ternyata signifikasi bagi hasil dalam memainkan
operasional investasi dana bank perannya sangat lemah. Menurut bebeapa pengamatan
perbankan syari’ah hal ini tejadi karena beberapa alasan, diantaranya13 :

a. Standar moral,
Terdapat anggapan bahwa standar moral yang berkembang dikeanyakan
komunitas muslim tidak memberi kebebasan penggunaan bagi hasil seaga
mekanisme investasi.
b. Ketidakefketifan moral pembiayan bagi hasil
Pembiayaan bagi hasil (mudharabah) tidak menyediakan berbagai macam
kebutuhan pembiayan dari ekonomi kontemporer.
c. Berkaitan dengan para pengusaha
Ketekaitan bank dengan pembiayan sistem bagi hasil untuk membantu
perkembangan usaha lebih banyak melibatkan pengusaha secara langsung
daripada sistem lainnya pada bank konvensional. Bank syari’ah memerlukan
informasi yang leih rinci tentang aktivitas bisnis yang dibiayai dan besar
kemungkinan pihak bank turut mempengaruhi setiap pengambilan keputusan
bisnis mitranya.
d. Dari segi biaya
Pemberian pembiayaan berdasarkan sistem bagi hasil memerlukan kewaspadaan
yang lebih tinggi dari pihak bank
e. Segi teknis
Problem teknis yang menyangkut penggunaan sistem bagi hasil berkaitan dengan
bihak bank, nasabah, perhitungan keuntunga. Bank membutuhkan pengetahuan
yang luas mengena perilaku aktivitas ekonomi yang berguna untuk memprediksi
keuntungan dari sisi nasabah, kebutahurfan masih menyelimuti dunia muslim.
f. Kurang menariknya sistem bagi hasil dalam aktivitas bisnis
Dalam dunia bisnis dan industry biaya yang dikeluarkan dari dana-dana yang
diperoleh berdasarkan sistem bagi hasil tidak diketahui secara pasti.
G. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MUDHARABAH
Faktor yang mempengaruhi mudharabah terbagi menjadi dua, yaitu14 :
1. Faktor Langsung
Diantara factor-faktor langsung yang mempengarhi perhitungan bagi hasil adalah
investment rate, jumlah dana yang tesedia, dan nisbah bagi hasil (profit sharing ratio).
a. Investment rate merupakan presentase actual dana yang diinvestasikan dari total dana
jika bank menentukan investment rate sebesar 80% hal ini berarti 20% dari total dana
dialokasikan untuk likuiditas
13
Muhammad syafi’I Antonio. Op, cit. hal. 114
14
Muhammad syafi’I Antonio. Op, cit. hal. 110
b. Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan merpakan jumlah dana dari berbagai
sumber dana yang tersedia untuk diinvestasikan. Dan tesebut dapat dihitung dengan
menggunakan salah satu metode dibawah ini :
1. Rata-rata saldo minimum bulanan
2. Rata-rata total saldo harian
Investment rate dikalikan dengan jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan
akan dihasilkan jumlah dana actual yang digunakan
c. Nisbah (profit sharing ratio)
1. Salah satu ciri mudharabah adalah nisbah yang harus ditentukan dan disetujui
pada awal perjanjian
2. Nisbah antara satu bank dengan bank lainnya dapat bebeda
3. Nisbah juga dapat berbeda dari waktu ke waktu dalam satu bank, misalkan saja
deposito 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan
4. Nisbah juga dapat berbeda antara atu account dengan account lainnya sesua
dengan besarnya dana dan jatuh temponya.

2. Faktor tidak langsung


Faktor tidak langsung yang dapat mempengaruhi bagi hasil, yaitu :
a. Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya mudharabah
1. Bank dan nasabah melakukan share dalam pendapatan dan biaya, pendapatan
yang akan dibagi hasilkan merupakan pendapatan yang diterima dikurangi biaya-
biaya
2. Jika semua biaya ditanggung bank maka hal ini disebut revenue sharing
b. Kebijakan akunting (prinsip dan merode akuntasi)
Bagi hasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh berjalannya aktivitas yang
diterapkan terutama seubungan dengan pengakuan pendapatan dan biaya.

H. CONTOH KASUS
1. Contoh kasus perhitungan dalam bank syari’ah, yaitu15 :
Bapak kevin mempunya deposito Rp. 10.000.000 dalam jangka waktu 1 bulan (1
Desember 2001 – 1 Januari 2001) dan nisbah bagi hasil antara nasabah dan bank 57%
: 43% jika keuntungan bank yang diperoleh untuk deposito 1 bulan per 31 desember
2001 adalah Rp. 20.000.000 dan rata-rata deposito jangka waktu 1 bulan Rp.
950.000.000 berapakah keuntungan yang harus diperoleh oleh bapak kevin?

JAWAB
Keuntungan yang diperoleh bapak kevin adalah :
(Rp. 10.000.000 : Rp. 950.000.000) x Rp. 20.000.000 x 57% = Rp. 120.000

2. Contoh kasus perhitungan dalam bank konvensional, yaitu16 :

15
Ibid, hal 112
16
Ibid
Pada tanggal 1 Desember 2003 bapak rizal membuka deposito sebesar Rp.
10.000.000 jangka waktu 1 bulan dengan bunga 9% p.a. Berapa bunga yang diperoleh
bapak rizal pada saat jatuh tempo?
JAWAB
Bunga yang harus diperoleh bapak rizal adalah :
(Rp. 10.000.000 x 31 hari x 9%) : 365 hari = Rp. 76.438

Dari contoh kasus diatas dapat disimpulkan bahwa :


a. Perhitungan pada bank syari’ah besar kecilnya pendapatan yang diperoleh deposan
bergantung pada
1. Pendapatan bank
2. Nisbah bagi hasil antara nasabah dengan bank
3. Nominal deposito nasabah
4. Rata-rata deposito untuk jangka waktu yang sama pada bank
b. Sedangkan perhitungan pada bank konvensional, besar kecilnya pendapatan yang
diperoleh deposan bergantung pada :
1. Tingkat bunga yang berlaku pada bank tersebut
2. Nominal deposito nasabah
3. Jangka waktu deposito

Bank syari’ah pada dasarnya memberi keuntungan kepada deposan dengan pendekatan
Financing to Deposit Ratio (FDR), sedangkan pada bank konvensional yatu dengan pendekatan
biaya yang artinya dalam mengakui pendapatan bank syari’ah masih menimbang rasio antara
danak pihak ketiga dan pembiayaan yang diberikan serta pendapatan yang dihasilkan dari
perpaduan antara dua factor tesebut. Sedangkan dalam bank konvensional langsung menganggap
semua bunga yang diberikan adalah biaya, tanpa hars mempertimbangkan berapakah pendapatan
yang dapat dihasilkan dari dana dihimpun tersebut.17
Dalam pembiayaan mudharabah tujuan yang utama adalah memperole kentungan yang
nantinya akan dibagi sesua dengan kesepakatan yang biasa disebut dengan bagi hasil. Dimana,
keuntungan adalah jumlah didapat sebaga dari kelebihan modal. Keuntungan adalah tujuan akhir
dari mudharabah. Syarat kentungan berikut harus dipenuhi18 :
a. Hars untuk kedua pihak dan tidak ada satu pihak pun yang mengambil seluruhnya tanpa
yang lainnya
b. Bagian keuntungan proporsional dari tiap pihak harus diketahui pada waktu berkontrak
dan harus sebaga presentasi dari kentungan. Bagian pengelola harus secara eksplisit
ditanyakan pada waktu berkontrak. Tetapi harus diketahui bahwa diperbolehkan untuk
menyesesuaikan presentasi alokasi keuntungan diatara kedua pihak pada waktu
berikutnya.

17
Ibid, hal 114
18
Tim pengembangan Perbankan Syari’ah Institute Bankir Indonesia. “Bank syari’ah : Konsep, produk
dan Implementasi Operasional bank syari’ah”. Jakarta : Djambatan.2002. hal 167
c. Penyedia dana menanggung semua kergian akibat mudharabah dan pengelola tidak bole
menanggung bagian apapun darinya kecuali diakibatkan dari kesalahan yang disengaja
atau lalai.

BAB III

PENUTUP
C.1KESIMPULAN
Mudharabah adalah salah satu bentuk akad pembiayaan yang akan diberikan kepada
nasabah dalam suatu bank. Secara umum mudharabah tebagi menjadi kepada dua jenis yaitu :
Mudharabah Muthlaqah dan Mudharabah Muwayyah.

Dalam sistem mudharabah ini akadnya adalah kerja sama usaha antara dua pihak dimana
pihak pertama menyediakan selurh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola,
keuntungan usaha dibagi menurt kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak. Manfaat dari
mudharabah ini adalah bank akan menikmati bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah
meningkat. Akad mudharabah harus berjalan sesuai dengan ketentuan-ketentuan syari’ah dimana
si pengelola harus menjalankan usahanya dengan rasa tanggung jawab yang tinggi. Sesua dengan
prinsip syariah dan berupaya agar usahanya tidak terjadi kerugian. Kergian bias diakibatkan oleh
beberapa hal, yaitu :

1. Disebabkan oleh resiko bisnis


2. Disebabkan oleh musibah atau bencana alam
3. Disebabkan ole kelalaianatau penyimpangan yang dilakukan ole di pengelola

Apabila kerugian tejadi diseabkan oleh resiko bisnis dan bencana alam maka atas kerugian
tersebut ditanggung sepenuhnya ole si pemilik modal tetapi kalau kerugian itu terjadi disebabkan
oleh kelalaian yang disengaja dilakukakan sipengelola maka atas segala kerugian itu harus
ditanggung oleh si mudharib sepenuhnya dan modal yang diberikan harus dikembalikan ole
mudharib sepenuhnya.

Oleh karena itu untuk memperkecil kesempatan tejadinya kerugian yang disebabkan oleh
kelalaian atau penyimpangan yang dilakukan ole mudharib atau sipengelola maka shahibul maal
hars dapat membuat aturan atau peringatan yang dapat mengurangi kesempatan mudharib untuk
melakukan tindakan yang dirugikan. Pembiayaan mudharabah dipengaruhi ole factor langsung
dan factor tidak langsung adapun tujuan akhir dari pembiayaan mudharabah adalah memperoleh
keuntungan

3.2 SARAN
Demikianlah makalah yang dapat kami susun, Oleh karena itu saran dan kritik yang
konstruktif dari pembaca sangat penulis harapan guna perbaikan. Dan semoga makalah ini dapat
menambah wacana keilmuan kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

Ilmi, makhalul SM. Teori dan praktek lembaga mikro keuangan syari’ah. 2002. Yogyakarta :
UII press
Drs, Muhammad.M.Ag. Manajemen Bank Syari’ah. 2005. Yogyakarta, (UPP) AMPYKPN
Muhammad, Manajemen pembiayaan bank syari’ah. 2005. Yogyakarta : akademi manajemen
perusahaan YKPN
Syafi’i Antonio, Muhammad. Bank Syari’ah : dari teori ke praktik.2001. Jakarta : gema insani
press
Tim pengembangan Perbankan Syari’ah Institute Bankir Indonesia. “Bank syari’ah : Konsep,
produk dan Implementasi Operasional bank syari’ah”.2002. Jakarta : Djambatan
Asy-Syarbini,Muhammad, Mugni Al-Muhtaj, Juz II
Sabiq,Sayyid,Fiqhus Sunnah, Asep Sobari,Fiqih Sunah, (Jakarta : Al-I’tishom,2008)

Anda mungkin juga menyukai