Disusun Oleh:
MAHSUSIYATI
(14201.09.17034)
Mahasiswa
Mahsusiyati
Pembimbing Klinik
A. Anatomi Sistem Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi
utama: menghasilkan enzim pencernaan atau fungsi eksokrin serta
menghasilkan beberapa hormon atau fungsi endokrin. Pankreas terletak pada
kuadran kiri atas abdomen atau perut dan bagian kaput/kepalanya menempel
pada organ duodenum. Produk enzim akan disalurkan dari pankreas ke
duodenum melalui saluran pankreas utama. Pankreas dapat didefinisikan
sebagai organ kelenjar yang hadir dalam endokrin dan sistem pencernaan dari
semua vertebrata. Pankreas seperti spons dengan warna kekuningan. Bentuk
pankreas menyerupai seperti ikan. Pankreas ini sekitar panjang 15 cm dan
sekitar 3,8 cm lebar. Pankreas meluas sampai ke bagian belakang perut, di
belakang daerah perut dan melekat ke bagian pertama dari usus yang disebut
duodenum. Sebagai kelenjar endokrin, menghasilkan hormon seperti insulin,
somatostatin dan glukagon dan sebagai kelenjar eksokrin yang mensintesis dan
mengeluarkan cairan pankreas yang mengandung enzim pencernaan yang
selanjutnya diteruskan ke usus kecil. Enzim-enzim pencernaan berkontribusi
pada pemecahan dari karbohidrat, lemak dan protein yang hadir di paruh
makanan yang dicerna. (Gibson, John. 2003)
Bagian-bagian Pankreas
1. Kepala Pankreas yang paling lebar, terletak disebelah kanan rongga
abdomen dan didalam lekukan duodenum.
2. Badan Pankreas merupakan bagian utama pada organ tersebut, letaknya di
belakang lambung dan di depan vertebra lumbalis pertama.
3. Ekor Pankreas adalah bagian yang runcing disebelah kiri, dan sebenarnya
menyetuh limpa.
1) Fungsi Pankreas
C. Definisi
Hipoglikemia merupakan keadaan rendahnya konsentrasi glukosa plasma
yaitu kurang dari 70 mg/dL (3,9 mmol/L) nilai tersebut ditetapkan oleh
American Diabetes Association sebagai glukosa darah kategori waspada.
(Herry Budiawan et al, 2020).
Normalnya kadar glukosa darah pada bayi adalah >45 mg/dL. Sedangkan
pada dewasa adalah <200 mg/dL. Hipoglikemia neonatus adalah keadaan
kadar glukosa darah yang rendah setelah lahir.
Hipoglikemia pada pasien diabetes melitus (insulin reaction) merupakan
komplikasi akut diabetes melitus yang dapat terjadi secara berulang dan dapat
memperberat penyakit diabetes bahkan dapat menyebabkan kematian (Cryer,
2016 dalam Cut Husna, 2020). Hipoglikemia terjadi karena peningkatan
insulin dalam darah dan penurunan kadar glukosa yang diakibatkan oleh
terapi insulin yang tidak adekuat (English et al., 2015 dalam Cut Husna,
2020).
A. Etiologi
Menurut (Smeltzer et al 2010 dalam Sutawardana, et al, 2016) Etiologi
dan faktor resiko hipoglikemi pada orang yang memiliki riwayat DM yaitu:
a. Etiologi
1) Pemberian dosis insulin yang berlebihan
2) Perhitungan dosis insulin yang tidak sesuai dengan intake makanan
3) Penggunaan obat hipoglikemi oral jenis sulfnyurea sebagai obat yang
menstimulasi produksi insulin tubub
4) Makan terlalu sedikit atau terlewatkan waktu makan
5) Aktivitas fisik yang berlebih
Hipoglikemia biasanya terjadi jika seorang bayi pada saat dilahirkan
memiliki cadangan glukosa yang rendah yang disimpan dalam bentuk
glikogen, ( Novyana 2010). Penyebab Hipoglikemia pada neonatus
berbeda sedikit dari pada bayi yang lebih tua dan anak –anak.menurut
(Judarwanto, 2012), etilogi Hipoglikemia pada neonatus meliputi :
1) Perubahan sekresi hormone
2) Berkurangnya substrat cadangan dalam bentuk glikogen hati
3) Berkurangnya cadangan otot sumber asam amino untuk
glukoncogenesis
4) Berkurangnya cadangan lipid untuk pelepasan asam lemak.
b. Faktor Resiko
Umumnya hipoglikemia terjadi pada neonatus berumur 1 – 2 jam.hal itu
disebabkan oleh karena bayi tidak dapat mendapatkan glukosa dari ibu,
sedangkan insulin plasma masih tinggi dengan kadar glukosa darah masih
menurun (Iswanto, 2012). Terdapat 4 kelompok besar bayi neonatal yang
secara patofiologis mempunyai resiko tinggi mengalami hipoglikemia
yaitu:
1) Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang memiliki penyakit diabetes
militus.
Menderita diabetes selama kehamilan dan bayi yang menderita
penyakit eritoblastosis fetalis berat, bayi demikian cenderung
menderita hiperinsulinisme.
2) BBLR
BBLR yang mungkin mengalami malnutrisi intrauterine, yang
mengakibatkan cadangan glikogen hati dan lamak tubuh total
menurun. BBLR yang termasuk rawan adalah bayi kecil yang menurut
usia kehamilan. Salah satu bayi kembar yang lebih kecil berat badan
berbeda 25 % atau lebih. Berat badan lahir kurang 2000 gram bayi
yang menderita polisitemia, bayi dilahirkan oleh ibu yang menderita
toksemia dan bayi dengan plasenta yang abnormal, terutama sangat
peka dan mudah terkena gangguan ini. Faktor – faktor lain yang akan
berperan tumbuhnya hipoglikemia pada kelompok ini mencakup
respon insulin yang tidak normal, gangguan glikoneogenesis, asam
lemak bebas yang rendah, rasio berat otak atau hati yang meningkat.
Kecepatan produksi kortisol yang rendah dan mungkin kadar insulin
yang meningkat serta respon keluaran epineprin yang menurun.
3) Imatur.
Atau yang sakit berat dapat menderita hipoglikemiakarena
meningkatnya kebutuhan metabolism yang melebihi cadangan kalori,
dan bayi dengan berat badan lahir rendah yang menderita sindrom
gawat nafas. Asfiksia, polisitemia, hipotermia dan infeksi sistemik dan
bayi mengalami kelainan jantung bawaan sianotik yang menderita
gagal jantung.
B. Manifestasi Klinik
Menurut (Debby Chintya dan Rama Agung, 2021) Gejala hipoglikemia
dibagi menjadi gejala otonom dan neuroglikopenia. Yaitu:
a. Gejala otonom terjadi pada konsentrasi glukosa plasma <60 mg/dL (3,3
mmol/L). Gejala otonom kemudian dibagi menjadi gejala adrenergik
berupa palpitasi, takikardi, ansietas, tremor; dan gejala kolinergik berupa
berkeringat, mual, dan lapar.
b. Sedangkan gejala neuroglikopenia terjadi pada konsentrasi glukosa plasma
≤50 mg/dL (2,8 mmol/L). Gejala neuroglikopenia berupa kelemahan,
gangguan perilaku, berperilaku aneh, mengantuk, gangguan penglihatan,
kebingungan, disartria, pusing, amnesia, letargi, kejang, hilang kesadaran,
dan koma, tidak mampu melakukan koordinasi
Pada neonatus gelaja hipoglikemia tidak spesifik, antara lain tremor, peka
rangsang, apnea dan sianosis, hipotonia, iritabel, sulit minum, kejang, koma,
tangisan nada tinggi, nafas cepat, dan pucat ( Sihombing, 2013). Hipoglikemia
mengakibatkan tubuh gemetaran, pusing dan sakit berkonsentrasi. Itu semua
karena kekurangan glukosa yang merupakan sumber energi bagi otak
(Mahilal, 2006 dalam Novita 2020)
C. Klasifikasi
Menurut ( Vera, 2013 ) , tipe – tipe hipoglikemia digolongkan menjadi
beberapa yaitu :
a. Transisi dini neonatus (Early transitional neonatal). Ukuran bayi besar
atau normal yang mengalami kerusakan system produksi pancreas
sehingga terjadi hiperinsulin.
b. Hipoglikemia klasik sementara (classic transient neonatal) terjadi jika
bayi mengalami malnutrisi sehingga mengalami kekurangan cadangan
lemak dan glikogen.
c. Hipoglikemia sekunder (secondary) sebagai suatu respon stress dari
neonatus sehingga terjadi peningkatan metabolism yang memerlukan
banyak cadangan glikogen.
d. Hipoglikemia berulang (recurrent) disebabkan oleh adanya kerusakan
enzimatis, atau metabolism insulin terganggu.
D. Patofisiologi
Menurut Price (2006) mengutarakan bahawa hipoglikemia terjadi
karena ketidak mampuan hati memproduksi glukosa yang dapat disebabkan
karena penurunan bahan pembentuk glukosa, penyakit hati atau ketidak
seimbangan hormonal. Pada pasien hipoglikemi, terdapat defisit sel β
langerhans, pengeluaran kedua hormon pengatur insulin dan glukagon
benar-benar terputus. Respon epinefrin terhadap hipoglikemi juga semakin
melemah. Frekuensi hipoglikemia berat, menurunkan batas glukosa
sampai ke tingkat plasma glukosa yang paling rendah.
Kombinasi dari ketiadaan glukosa dan respon epinefrin yang lemah
dapat menyebabkan gejala klinis ketidak sempurnaan pengaturan glukosa
yang meningkatkan resiko hipoglikemi berat. Penurunan respon epinefrin
pada hipoglikemi adalah sebuah tanda dari lemahnya respon saraf
otonom yang dapat menyebabkan gejala klinis ketidaksadaran pada
hipoglikemi (Shafiee, 2012).
Selain itu, pada pasien dengan hipoglikemia terjadi kematian jaringan
yang disebabkan karena kekurangan oksigen pada jaringan tersebut yang
bahkan dapat mengancam kehidupan. Keadaan ini terjadi karena adanya
gangguan pada hematologi / hemoglobin yang berperan sebagai transport
oksigen. Hemoglobin yang kekurangan glukosa akan mempengaruhi
kualitas transport oksigen. Terapi oksigen adalah memasukkan oksigen
tambahan dari luar ke paru melalui saluran pernafasan dengan
menggunakan alat sesuai kebutuhan (Narsih, 2007).
Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR, karena cadangan glukosa
rendah. Pada ibu DM terjadi transfer glukosa yang berlebihan pada
janin sehingga respon insulin juga meningkat pada janin. Saat lahir
di mana jalur plasenta terputus maka transfer glukosa berhenti
sedangkan respon insulin masih tinggi (transient hiperinsulinism)
sehingga terjadi hipoglikemi. Hipoglikemi adalah masalah serius pada
bayi baru lahir, karena dapat menimbulkan kejang yang berakibat
terjadinya hipoksi otak. Bila tidak dikelola dengan baik akan
menimbulkan kerusakan pada susunan saraf pusat bahkan sampai
kematian.
Hipoglukemia pada anak sering terjadi padan anak dengan ibu
penderita diabetes mellitus. Glukosa merupakan sumber kalori yang
penting untuk ketahanan hidup selama proses persalinan dan hari-
hari pertama pasca lahir. Setiap stress yang terjadi mengurangi
cadangan glukosa yang ada karena meningkatkan penggunaan
cadangan glukosa, misalnya pada asfiksia, hipotermi, hipertermi,
gangguan pernapasan.
PATHWAY
1. Perubahan sekresi hormone 1. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang memiliki penyakit
2. Berkurangnya substrat cadangan dalam bentuk glikogen hati diabetes militus.
3. Berkurangnya cadangan otot sumber asam amino untuk 2. BBLR
glukoncogenesis 3. Imatur
4. Berkurangnya cadangan lipid untuk pelepasan asam lemak.
HIPOGLIKEMI
Penyerapan glukosa
Unmetabolisme Pemecahan vaskuler >>
otak glukagon/glikogen
Kelemahan
muskuloskeletal
Intoleransi aktifitas
E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang disertai gejala klinis penting untuk
menentukan diagnosa hipoglikemia. Apabila terdapat gejala dari
hipoglikemia maka harus dilakukan pemeriksaan kadar gula darah untuk
memastikan. Kadar glukosa darah dapat diukur dengan menggunakan
glukometer. Bayi yang memiliki resiko harus dilakukan pemeriksaan kadar
glukosa darah.
Pemeriksaan glukosa darah penting dilakukan secara berkala hingga bayi
dapat meminum ASI secara peroral dan tidak memakai infus selama 24 jam.
Bayi dengan hipoglikemia membutuhkan infus glukosa selama 5 hari lebih
untuk dilakukan evaluasi penyebabnya. Pemeriksaan lain yang dapat
dilakukan adalah pemeriksaan serum terhadap kadar insulin, kortisol, hormon
pertumbuhan, elektrolit darah, tes faal hati dan pemeriksaan formal gula
darah puasa (OGTT).
F. Penatalaksanaan
Menurut (Iswanto, 2013), penatalaksanaan untuk hipoglikemia pada
neonatus adalah sebagai berikut :
a. Pertahankan suhu tubuh dengan cara membungkus bayi dengan kain
hangat, jauhkan dari hal – hal yang dapat menyerap panas bayi.
b. Segera beri ASI (Air Susu Ibu)
c. Observasi keadaan bayi, yaitu tanda- tanda vital, warna kulit, reflek dan
tangisan bayi.
d. Bila tidak ada perubahan kurang lebih 24 jam dalam gejala – gejala
tersebut segera rujuk ke rumah sakit.
Menurut (Iswanto, 2013) jika ditemukan masalah seperti berikut
penatalaksanaannya adalah :
a. Glukosa darah < 25 mg/ dl ( 1.1 mmol/l) atau terdapat tanda hipoglikemia ,
maka:
1) Pasang jalur IV umbilical, berikan glukosa 10% 2ml/kg BB secara
pelan dalam 5 menit.
2) Infus glukosa 20% sesuai kebutuhan rawatan;
3) Periksa kadar glukosa darah 1 jam setelah bolus glukosa dan
kemudian 3 jam sekali.
4) Jika kadar glukosa darah masih <25 mg/dl ( 1.1 mmol/l) ulangi
pemberian air gula dan lanjutkan pemberian infus.
5) Jika kadar glukosa darah 24 – 25 mg.dl ( 1.1 – 2. 6 mmol/l ) lanjutkan
infus dan ulangi pemeriksaan kadar glukosa setiap 1 jam sampai kadar
glukosa 45 ,g/dl ( 2.6 mmol/l ) atau lebih.
6) Jika glukosa darah 45 mg/dl ( 2.6 mmol/l) atau lebih dalam dua kali
pemberian berturut – turut lanjutkan infus glukosa.
7) Anjurkan ibu menyusui, bila bayi tidak menyusui berikan ASI perah
dengan menggunkan sendok.
8) Bila kemampuan minum bayi meningkat, turunkan pemberian cairan
infus setiap hari secara bertahap,anjurkan ibu menyusui bayinya
secara on demend, jangan hentikan infus glukosa secara tiba – tiba.
G. Komplikasi
Hipoglikemia menyebabkan kegagalan otak fungsional, yang biasanya
terjadi ketika peningkatan kadar glukosa yang diberikan. Kejadian kematian
otak terjadi pada onset hipoglikemia yang singkat, jarang terjadi pada onset
hipoglikemia yang memanjang (Holt, eta al, 2010 dalam Heri Budiawan, et
al, 2020).
Selain itu hipoglikemia dapat menyebabkan beberapa kelainan
kardiovaskular di antaranya kelainan koagulasi darah, inflamasi, disfungsi
endotel, dan pengaktifan sistem saraf simpatik (Connelly et al, 2015 dalam
Heri Budiawan et al, 2020)
H. Askep Teori
a) Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh
perawat dalam menggali permasalahan dari klien secara sistematis,
meyeluruh, akurat, singkat, dan berkesinanbungan (Muttaqin, 2012).
1. Data subyektif
Dalam pengkajian hal-hal yang perlu dikaji pada biodata adalah:
1) Identitas: nama, Umur, Agama, Suku/ bangsa, Pendidikan,
Pekerjaan, Alamat.
2) Alasan datang: Ditanyakan untuk mengetahui masalah atau
keluhan yang menyebabkan ibu datang ke tenaga kesehatan.
3) Keluhan pasien
Ditanyakan untuk mengetahui masalah atau keluhan-keluhan yang
berhubungan dengan kasus yang dialami pasien . Pada pasien bayi
dengan hipoglikemia memiliki keluhan bayi menangis , rewel,sulit
untuk minum/ sulit menghisap, tremor, pucat, sehingga timbul
kecemasan pada orangtuanya.
4) Riwayat penyakit sekarang
Menurut (Nursalam, 2009), pengkajian kondisi bayi untuk
menentukan pemeriksaan disamping alasan dating. Pada bayi
hipoglikemia bayi terlihat pucat, tremor, bayi menangis tinggi, dan
sulit untuk minum/ sulit menghisap.
5) Riwayat penyakit prenatal ( kehamilan )
Untuk mengetahui keadaan bayi saat dalam kandungan. Pengkajian
ini meliputi : hamil keberapa, umur kehamilan, ANC, HPHT, dan
HPL.
6) Riwayat intranatal
Untuk mengetahui keadaan bayi saat lahir (jam, tanggal) penolong,
tempat, cara spontan atau tidak seta keadaan bayi saat lahir
7) Riwayat post natal
Untuk mengetahui keadaan bayi dan ibu saat bifas, adakah
komplikasi saat nifas.
8) Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit menular
dan menurun.
2. Data Objektif
Data objektif adalah data yang dapat diobservasi dan dikukur oleh
tenaga kesehatan, meliputi:
a. Pemeriksaan umum
1) Keadaan umum
Pemeriksaan keadaan umum dilakukan untuk mengetahui
bagaimana keadaan bayi. Keadaan umum pada bayi
hipoglikemia umumnya lemah.
2) Kesadaran
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai status kesadaran anak
meliputi tingkat kesadaran, (composmentis, apatis, sopor atau
delirtum, somnolens, sopor comatus, coma) gerakan yang
ekstrem dan ketegangan otot. Kesadaran bayi dengan
hipoglikemia bayi terlihat apatis atau acuh tak acuh dengan
keadaan sekitar (menangis tinggi dan sulit untuk minum
menghisap).
3) Suhu
Pemeriksaan suhu aksila untuk menentukan apakah bayi dalam
keadaan hipotermia atau hipertermia. Dalam kondisi normal
suhu bayi berkisar anatara 36,5o C – 37,5o C. Suhu pada bayi
dengan hipoglikemia mengalami penurunan akibat asupan
glukosa yang berkurang.
4) Nadi ( Denyut jantung )
Pemeriksaan denyut jantung dilakukan untuk menilai apakah
bayi mengalami gangguan sehingga jantung dalam keadaan
tidak normal, denyut jantung di katakana normal apabila
frekuensinya antara 100-160 x/ menit.
5) Respirasi
Pemeriksaan nafas dilakukan dengan menghitung nafas rata –
rata pernafasan dalam 1 menit. Nafas bayi baru lahir dikatakan
normal apabila frekuensinya 30 – 60 x/menit. Frekuensi nafas
pada bayi hipoglikemia meningkat.
6) Riwayat Apgar Skore
Riwayat apgar skor yang dinilai antara lain:
1. Denyut jantung dalam batas normal 100 – 160 x/ menit
2. Pernafasan dengan batas normal 30 – 60 x/menit
3. Tonus otot dengan batas normal bayi dapat bergerak dengan
normal dan aktif.
4. Reaksi pengisapan dalam batas normal adalah dapat
menghisap dengan baik saat menetek atau pada saat
pemeriksaan fisik.
5. Warna kulit dengan batas normal adalah kemerahan dan
tidak kebiru – biruan atau pucat.
b. Pemeriksaan fisik head to toe
Menurut ( Hidayat dan Uliyah, 2010) pemeriksaan fisik dilakukan
secara sistematis yang dimulai dari kepala sampai kaki (head to
toe).
1) Wajah
Pada bayi dengan hipoglikemia muka terlihat pucat.
2) Mulut
Pemeriksaan mulut untuk mengetahui ada tau tidaknya
labiopalatoskisis.
3) Hidung
Pemeriksaan hidung untuk mengetahui ada atau tidaknya
benjolan, bersih atau tidak.
4) Tali pusat pemeriksaan tali pusat untuk mengetahui tali pusat
terbungkus kasa steril atau tidak, kering atau basah, ada
kemerahan, bengkak atau tidak.
5) Punggung Pemeriksaan punggung untuk mengetahui spinabifida
atau tidak.
6) Ekstremitas Pemeriksaan ekstremitas untuk mengetahui
kelengkapan ekstremitas kanan dan kiri, ekstremitas bawah
kanan dan kiri serta kelengkapan jari – jari tangan dan kaki.
Pada bayi denagn hipoglikemia ekstremitas tampak lemah dan
tremor.
7) Genetalia
Laki – laki : testis sudah turun apa belum
Perempuan : Labia mayora sudah menutupi labia minor atau
belum.
8) Anus
Pemeriksaan anus untuk mengetahui ada atau tidaknya
atresiaani.
9) Pemeriksaan Reflek
1. Reflek moro Reflek moro untuk mengetahui gerakan
memeluk bila dikagetkan, Reflek moro pada bayi dengan
hipoglikemi biasanya lemah.
2. Reflek mengerakan atau reflek grasping Reflek mengerakan
bias kuat sekali dan kadang – kadang bayi dapat diangkat
dari permukaan meja tidurnya sementara bayi berbaring
terlentang dan menggengam jari tangan diperiksa (Wong,
2005).
3. Reflek grasping pada bayi hipoglikemia biasanya lemah
(Ferrer, 2007 ).
4. Reflek mencari atau reflek rooting Saat pipi bayi disentuh
bayi akan menolehkan kepala ke sisi yang disentuh untuk
mencari putting susu (Wong, 2005).
5. Reflek rooting pada bayi dengan hipoglikemia biasanya
lemah.
6. Reflek menghisap atau sucking Saat bayi diberikan botol
susu atau putting susu ibu bayi menghisap dengan kuat
dalam beresponsi dalam stimulasi.
7. Reflek sucking pada bayi dengan hipoglikemia biasanya
lemah, bayi mengalami kesulitan untuk minum ASI.
8. Reflek tonik neck untuk mengetahui otot leher bayi akan
mengangkan kekanan dan kekiri jika diletakkan pada posisi
tengkurep.
9. Reflek tonik neck pada bayi dengan hipoglikemia biasanya
lemah.
10) Pemeriksaan Antropometri
Pemeriksaan Antropometri menurut ( Hidayat dan Uliyah, 2010)
meliputi :
1. Lingkar kepala: batas normal 33-35 cm
2. Lingkar dada: batas normal 30-33 cm
3. Berat badan : batas normal 2500 -3500 gram
4. Panjang badan : batas normal 45-50 cm
11) Eliminasi
Pemeriksaan urine ( BAK ) dan tinja ( BAB) dilakukan untuk
menilai ada tidaknya diare. Pemeriksaan ini normal apabila bayi
berak cair antara 6 – 8 kali per hari dalam kasus hipoglikemia
feses bayi berwarna hijau kecoklatan dan urine bayi kuning
jernih.
b) Diagnosa Keperawatan
Berikut bebrapa diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien
anak dengan kasus hipoglikemia:
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d Resistensi insulin (D.0027)
2. Risiko cedera b.d ketidaknormalan profil darah (D.0136)
3. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (D.0077)
4. Intoleransi aktivitas b.d imobilitas (D.0056)
5. Menyusui tidak efektif b.d ketidal adekuatan suplai Asi
c) Intervensi keperawatan
Rencana tindakan keperawatan/intervensi keperawatan merupakan
rancangan spesifik dalam membantu pasien untuk mencapai tujuan
dan kriteria hasil/ standar yang harus dicapai pada saat perawat
memberikan asuhan keperawatan (Nada Syahla, 2020). Berikut
intervensi dan kriteria hasil kasus hipoglikemia pada anak sesuai
diagnose yang mungkin muncul:
No Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi keperawatan
keperawatan hasil
Menyusui tidak Setelah dilakukan Intervensi utama:
efektif intervensi keperawatan Edukasi menyusui
berhubungan Observasi
selama 8x24 jam maka
dengan 1. Identifikasi kesiapan dan
ketidakefektifan status nutrisi bayi
kemampuan menerima
suplai ASI membaik dengan
informasi.
kriteria hasil :
2. Identifikasi tujuan dan
Status menyusui
keinginan menyusui
1. Suplai ASI adekuat
Terapeutik
(meningkat 5)
3. Sediakan materi dan
2. Hisapan bayi
media pendidikan
(meningkat 5)
kesehatan
3. Kecemasan
4. Jadwalkan pendidikan
maternal (menurun
kesehatan sesuai
5)
kesepakatan
4. Bayi rewel
5. Berikan kesempatan
(menurun 5)
untuk bertanya
Status nutrisi bayi
6. Dukung ibu untuk
1. Berat badan
meningkatkan
(meningkat 5)
kepercayaan diri dalam
2. Panjang badan
menyusui
(meningkat 5)
7. Libatkan sistem
3. Bayi cengeng
(menurun 5) pendukung
4. Pola makan (suami&keluarga)
(membaik 5) Edukasi
5. Proses tumbuh 8. Berikan konseling
kembang (membaik menyusui
5) 9. Jelaskan manfaat
menyusui bagi ibu dan
bayi
10. Ajarkan 4 porsi
menyusui dan perlekatan
11. Ajarkan perawatan
payudara postpartum
Kolaborasi
Terapeutik
6. Diskusikan jenis
analgesic yang disukai
untuk mencapai
analgesic optimal, jika
perlu
7. Pertimbangakn
penggunaan infus
kontinu, atau opioid
untuk mempertahaka
kadar dalam serum
8. Tetapkan target
efektifitas analgesic
untuk mengoptimalkan
respon pasien
9. Dokumentasikan respon
terhadap efek analgesic
dan efek yang tidak
diinginkan
Edukasi
Kolaborasi
Edukasi
9. Anjurkan tirah baring
10. Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
11. Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
12. Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
13. Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
d) Implementasi
Melakukan tindakan intervensi yang sudah direncanakan sebelumnya
sesuai dengan Standart Operasional Prosedure yang benar dan tepat.
e) Evaluasi
Evaluasi respon klien dan lakukan dokumentasi keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Gibson, John. 2003. Fisiologi dan anatomi modern untuk perawat. Edisi 2.
Jakarta EGC
Budiawan, Heri, dkk. 2020. Faktor Risiko Hipoglikemia Pada Diabetes Mellitu;
Literature Review. Healthcare Nursing Journal. Vol 2 no.2. diakses pada
tangal 28 September 2021
Husna, Cut & Putra, B.A. 2020. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan
Kemampuan Melakukan Deteksi Hipoglikemia Pada Pasien Diabetes
Mellitus Tipe 2.Jurnal Ilmu Keperawatan Medikal Bedah . Vol. 3 (2).
Diakses pada tanggal 28 September 2021
Karema, A.F, dkk. 2019. Severe Hypoglycemia in Septic Shock Patients Because
of Gastric Perforation.Jurnal Anestesiologi Indonesia. Volume 11, Nomor
3. Diakses pada tanggal 28 September 2021
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi daan Indikato
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi daan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi daan Kriteria
Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Sufyani, Fahmi, dkk. 2017. Evaluasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kejadian Hipoglikemia Pada Pasien Diabetes Mellitus Tpe 2 Yang
Menggunakan Insulin. SCIENTIA. Vol 7 no.1. diakses pada tanggal 28
September 2021
Suharti, Sri. 2019. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Pada By.Ny. I Umur 1
Jam Dengan Hipoglikemia Di Puskesmas Karangrayung 1 Kabupaten
Grobogan. (Karya Tulis Ilmiah. Semarang :Universitas Muhammadiyah
Semarang) diakses pada tanggal 29 September 2021
Valentin, D.C.D, dkk. 2021. Faktor Prediktif Prognosis Pasien Dengan
Enselopati Hipoglikemia. JIMKI (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran
Indonesia). Volume 9.1. diakses pada tanggal 28 September 2021