Anda di halaman 1dari 9

Spons (Callyspongia sp) Sebagai Antioksidan

Indonesia adalah negara bahari dengan potensi kandungan organisme yang


sangat besar dan sampai saat ini relatif belum dimanfaatkan sebagai sumber bahan
bioaktif.
Organisme laut yang merupakan sumber bioaktif baru adalah spons laut.
Spons merupakan salah satu komponen biota penyusun terumbu karang yang
mempunyai potensi bioaktif yang belum banyak dimanfaatkan. Bahkan persentase
keaktifannya diketahui lebih besar dibandingkan dengan senyawa-senyawa yang
dihasilkan oleh tumbuhan darat.
Kemajuan dibidang pengembangan metode dan sarana analisis kimia serta uji
aktivitas biologi termasuk uji efek atau aktivitas farmakologi, telah memungkinkan dalam
beberapa tahapan tertentu dapat dilakukan isolasi, identifikasi, struktur malekul, dan
penentuan aktivitas atau efek farmakologi dari senyawa molekul bioaktif spons laut.
Akhir-akhir ini peneliti kimia memperlihatkan perhatian pada spons akan
kandungan senyawa bahan alam yang dikandungnya yang banyak dimanfaatkan dalam
bidang farmasi dengan harga yang sangat mahal. Ekstrak metabolit yang diketahui
memiliki sifat aktivitas seperti : sitotoksik, antitumor, antioksidan, anti HIV, antifungi dan
lain-lain.
Pembentukan senyawa bioaktif pada spons sangat ditentukan oleh prekursor
berupa enzim, nutrien serta hasil simbiosis dengan biota lain yang mengandung
senyawa bioaktif seperti bakteri, kapang dan beberapa jenis dinoflagellata yang dapat
memacu pembentukan senyawa bioaktif pada hewan tersebut. Senyawa bioaktif yang
termasuk yaitu :
(a) senyawa antimikroba,
(b) senyawa aktif secara fisiologi (sinyal kimia)
(c) senyawa aktif secara farmakologi
(d) senyawa sitotoksik dan antitumor;
Dalam hal penelitian mengenai kandungan senyawa yang terdapat pada biota,
kini penelitian ini cenderung lebih meningkat pada spons daripada biota lainnya.
Kecenderungan naik itu disebabkan antara lain oleh :
a) Bahan percobaan spons yang relatif mudah didapat,
b) Tipe struktur molekul metabolit pada spons dan aktivitasnya yang lebih seragam
c) Kemampuan biosintesis metabolit sekunder yang lebih luas pada spons.
Dalam hal ini, masih di kembangkan penelitian mengenai alkaloid khususnya
pada spons untuk dijadikan sebagai bahan farmasi (obat-obatan) selain dari
pemanfaatan dalam bidang industry. Salah satunya senyawa alkaloid Vinkristin,
dimana senyawa ini dapat bereaksi dalam menghentikan pertumbuhan sel yang liar
atau sebagai antikanker dan mungkin juga bisa sebagai antioksidan.

 Antioksidan dan Radikal Bebas


Antioksidan merupakan aktivitas radikal bebas terhadap beberapa penyakit
degeneratif seperti jantung dan kanker (boer, 2000), merupakan substansi yang
diperlukan oleh tubuh untuk menetralisir radikal bebas dan mencegah kerusakan yang
ditimbulkan oleh radikal bebas dengan melengkapi kekurangan elektrolit yang dimiliki
radikal bebas dan menghambat terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikal
bebas yang dapat menimbulkan stress oksidatif.
Radikal bebas ini merupakan jenis oksigen yang memiliki tingkat reaktif yang
tinggi dan secara alami ada di dalam tubuh sebagai hasil dari reaksi biokimia tubuh.
Radikal bebas ini terdapat di lingkungan sekitar kita yang berasal dari polusi udara,
asap tembakau, penguapan alcohol yang berlebihan, bahan pengawet dan pupuk, sinar
ultra violet, sinar-X dan ozon.
Radikal bebas merupakan sebuah tantangan dimana dia dapat merusak sel
tubuh apabila tubuh kekurangan zat antioksidan atau saat tubuh kelebihan radikal
bebas. Hal ini menyebabkan berkembangnya sel kanker, penyakit hati, arthritis,
katarak, dan penyakit degenerative lainnya, bahkan mempercepat proses penuaan.
Dalam sistem kerjanya, radikal bebas dapat merusak membran sel serta
merusak dan merubah DNA. Merubah zat kimia dalam tubuh dapat meningkatkan
resiko terkena kanker serta merusak dan menonaktifkan protein.
 Callyspongia sp
Callyspongia sp merupakan salah satu spons yang memiliki aktivitas
antioksidan yang paling kuat dibandingkan Geliodes fibulata, Clatharia australiensis,
agelas sp dan oceanapia sp (hanani, et al, 2005).
Penelitian yang dilakukan oleh Endang Hanani, Abdul Mun’im dan Ryany
Sekarini yakni dengan cara menguji aktivitas antioksidan, dan mengidentifikasinya.
Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan dengan 2 cara, yaitu metode DPPH dan
Tiosianat.

 Metode DPPH
Pada metode ini, tim peneliti mengekstrak Callyspongia sp dan dilarutkan dalam
methanol dan dibuat dalam beberapa konsentrasi (10, 30, 50 dan 70 ppm),
Ditambahkan pula 500µl larutan DPPH 1mM pada masing-masing tabung reaksi.
Inkubasi pada suhu 37°C selama 30 menit lalu serapannya diukur pada panjang
gelombang 515nm. Untuk kontrol positif digunakan vitamin C dan BHT dan hitung
nilai IC50 dengan menggunakan rumus regresi.

 Metode tiosianat
Pada metode ini, ekstrak Callyspongia sp 500 µl ditambahkan secara berturut-turut
2,5 ml larutan buffer fosfat 0,2M, 2,5 ml larutan asam linoleat, 1,0 ml air suling dan
0,25 ml larutan AAPH 46,6 mM dalam etanol 40%. Inkubasi pada suhu 50°C.
Larutan uji sebanyak 0,1 ml ditambah dengan 0,1 ml larutan besi (II) klorida 20mM
dalam HCl 3,5%, 0,1 ml larutan ammonium tiosianat 10% dan dicukupkan
volumenya dengan etanol 75% menjadi 10 ml. Homogen kan dengan vortex,
setelah 3 menit serapannya diukur pada panjang gelombang 500 nm. Kemampuan
aktivitas antioksidan dilihat dari rendahnya resapan yang terbentuk terhadap
kontrol.

Selain itu, dilakukan pula pemeriksaan kandungan kimia menggunakan pereaksi


kimia. Identifikasi kandungan kimia dalam ekstrak dilakukan terhadap senyawa-
senyawa seperti steroid/triterpenoid, alkaloid, flavanoid, dan antrakuinon.
Pemeriksaan kandungan kimia dilakukan dengan menggunakan KLT, larutan
pengembang yang digunakan adalah campuran methanol-NH 4OH, dengan larutan
deteksi Dragendorff dan DPPH.

 Hasil dan Pembahasan

Pada tabel 1 terlihat bahwa ternyata ekstrak Callyspongia sp mempunyai nilai


IC50 sebesar 41,21 µg/ml. hal ini menunjukan bahwa ekstrak tersebut mempunyai
aktivitas antioksidan yang kuat, karena mempunyai nilai IC 50 kurang dari 200µg/ml. bila
dibandingkan dengan Vitamin C dan BHT, aktivitas antioksidan Callyspongia sp masih
masih rendah. Namun ini masih berupa ekstrak kasar, sehingga kemungkinan
senyawa murni yang dikandung memiliki aktivitas peredaman radikal bebas lebih kuat
dibandingkan ekstraknya.
Sedangkan pada gambar 1, hasil uji dengan metode tiosianat terlihat tidak ada
perbedaan aktivitas. Pengukuran aktivitas antioksidan pada metode ini berdasarkan
pada daya penghambatan terbentuknya senyawa-senyawa radikal yang bersifat reaktif.
Pada pengamatan jam ke-4, kontrol negatif menunjukkan serapan sebesar 0,415,
sedangkan ekstrak Callyspongia sp mempunyai serapan 0,133, vitamin C dan BHT
masing-masing 0,132 dan 0,146. Hal ini berarti bahwa ekstrak Callyspongia sp. mampu
menghambat hasil oksidasi asam linoleat maupun mereduksi radikal bebas. Hasil uji
statistic (anava searah dengan nilai α 0,05) menunjukkan bahwa ketiga larutan yang
diuji tidak memperlihatkan perbedaan aktivitas antioksidan yang bermakna.

Tabel 2 menunjukan bahwa hasil identifikasi kimia menunjukan bahwa ekstrak


Callyspongia sp mengandung senyawa alkaloid. Pengujian dengan KLT
memperlihatkan adanya bercak dengan Rf 0,33. Bercak ini memberikan warna jingga
dengan pereaksi Dragendorff, yang berarti bahwa bercak tersebut merupakan senyawa
golongan alkaloid. Dan pada uji dengan DPPH bercak ini memberikan aktivitas
peredaman radikal bebas. Hal ini jelas menunjukan bahwa senyawa yang terkandung
pada Callyspongia sp dan berpotensi sebagai peredam radikal bebas (antioksidan)
adalah senyawa golongan alkaloid.
Kelebihan dan kekurangan yang dapat di ambil dari kedua metode yang
dilakukan dalam menguji aktivitas antioksidan pada sponge yaitu dalam metode DPPH
proses percobaan cukup mudah dan biaya yang diperlukan cukup murah karena tidak
terlalu banyak membutuhkan bahan kimia. Selain itu hasil yang didapat peka dan
hanya membutuhkan sedikit sampel.
Senyawa antioksidan akan bereaksi dengan radikal DPPH melalui
mekasnisme donasi atom hydrogen sehingga menyebabkan terjadinya peluruhan
warna DPPH dari ungu menjadi kuning.
Sedangkan metode tiosianat cukup mahal karena melihat adanya beberapa
bahan yang digunakan dalam pengujian aktivitas antioksidan. Penggunaan AAPH
bertujuan untuk mempercepat oksidasi asam karena merupakan penginduksi
pembentukan radikal bebas. Umumnya berupa peroksida lipid.
Pencarian senyawa-senyawa antioksidan ini masih sangat diperlukan karena
masih kurang referensi mengenai senyawa antioksidan yang sebenarnya sangat
dibutuhkan. Melihat semakin kompleks nya aktivitas manusia yang bisa langsung
maupun tidak langsung berhubungan dengan zat kimia dan zat-zat beracun yang ada di
sekitar kita.
Sebagai contoh yakni ancaman yang ditimbulkan dari terbakarnya PLTN yang
ada di Jepang akibat adanya gempa tsunami. Pencemaran reactor nuklir ini bisa jadi
akan mengakibatkan adanya mutasi gen dan juga tersebarnya zat radikal bebas yang
dapat memcu terjadinya penyakit jantung dan kanker.
Sebenarnya masih banyak lagi pemanfaatan spons di dunia farmasi karena
senyawa yang terkandung sangat bermanfaat sekali, selain adanya alkaloid ada pula
senyawa bioaktif lain seperti triterpen, saponin, furano dan masih banyak lagi yang
lainnya.

 Aplikasi Pada Kesehatan


Dengan diketahuinya potensi yang ada pada spons berdasarkan penelitian
diatas maka sangat jelas sekali bahwa bahan-bahan yang terkandung bisa dijadikan
sebagai bahan dasar dalam pembuatan obat (farmasi), dan juga bisa dijadikan sebagi
obat dalam bidang pangan.
Spons dapat dijadikan sebagai obat suplemen, karena dengan
mengkonsumsinya secara rutin dengan dosis yang sudah di tentukan setidaknya akan
mengurangi resiko terjangkitnya penyakit, karena telah diketahui bahwa dari radikal
bebas ini dapat menyebabkan beberapa penyakit yang cukup parah seperti kanker,
katarak, dan beberapa penyakit degeneratif lainnya.
Banyak kasus penyakit yang timbul dan itu sebagian besar disebabkan oleh
pola makan (konsumsi). Bisa kita bandingkan antara umur masyarakat di Jepang, dan
suku Eskimo, Jepang dengan makanan yang dikonsumsi sebagian besar dari laut,
sayur, kacang-kacangan serta kebiasaannya dalam minum teh, suku eskimol yang
hidupnya tidak lepas dari konsumsi ikan, jarang sekali ditemukan sebagai penderita
jantung.
Jika dilihat dari mekanisme kerja antioksidan dalam bidang kesehatan, ada
dua fungsi yang berperan yaitu yang pertama merupakan fungsi utama dari antioksidan,
sebagai pemberi atom hydrogen secara cepat ke radikal lipida (antioksidan primer) dan
yang kedua (fungsi sekunder) memperlambat laju autooksidasi dengan berbagai
mekanisme diluar mekanisme pemutusan rantai autooksidasi dengan pengubahan
radikal lipida ke bentuk yang lebih stabil.
Proses penuaan dan penyakit degeneratif seperti kanker kardiovaskuler,
penyumbatan pembuluh darah yang meliputi hiperlipidemik, aterosklerosis, stroke, dan
tekanan darah tinggi serta terganggunya sistem imun tubuh dapat disebabkan oleh
stress oksidatif.
Stress oksidatif adalah keadaan tidak seimbangnya jumlah oksidan dan
prooksidan dalam tubuh. Pada kondisi ini, aktivitas molekul radikal bebas atau reactive
oxygen species (ROS) dapat menimbulkan kerusakan seluler dan genetika.
Kekurangan zat gizi dan adanya senyawa xenobiotik dari makanan atau lingkungan
yang terpolusi akan memperparah keadaan tersebut.
Bila umumnya masyarakat Jepang atau beberapa masyarakat Asia jarang
mempunyai masalah dengan berbagai penyakit degeneratif, hal ini disebabkan oleh
menu sehat tradisionalnya yang kaya zat gizi dan komponen bioaktif. Zat-zat ini
mempunyai kemampuan sebagai antioksidan, yang berperan penting dalam
menghambat reaksi kimia oksidasi, yang dapat merusak makromolekul dan dapat
menimbulkan berbagai masalah kesehatan.
Pada intinya, semua resiko penyakit yang ditimbulkan oleh radikal bebas
(sebagian telah disebutkan diatas) dapat dikurangi dengan mengkonsumsi antioksidan
dalam jumlah yang cukup dan kini antioksidan alami asli dari laut dapat diperoleh dari
spons.
DAFTAR PUSTAKA

Hanani, Endang, dkk. 2005. Identifikasi Senyawa Antioksidan dalam Spons


Callyspongia sp dari Kepulauan Seribu. Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. II.
Depok : UI Press

Scheuer, Paul J. 1994. Produk Alami Lautan dari Segi Kimiawi dan Biologi. Penerjemah
Dra. Koensoemardiyah, Apt.SU. IKIP Semarang Press : Semarang

Suparno. 2005. Kajian Bioaktif Spons Laut (Porifera : Demospongiae) Suatu peluang
Alternatif Pemanfaatan Ekosistem Karang Indonesia dalam Bidang Farmasi.
Bogor : IPB Press.

Anda mungkin juga menyukai