Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI

PEMBUATAN TELUR ASIN

DI
S
U
S
U
N
OLEH:

KELAS XI.MIA 1
NURINZANI (7545)
NUR AULIAH SAKINAH (7540)

SMA NEGERI 4 TAKALAR KEC.GALESONG UTARA


KAB.TAKALAR
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami, sehingga kami berhasil
menyelesaikan laporan kami yang berjudul “Laporan Praktikum Biologi (Cara
Pembuatan Telur Asin)”.

Dalam penulisan laporan ini, kami ingin menyampaikan ucapan terimakasih


kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam proses pembuatan telur
asin dan laporan ini, khususnya kepada ibu Hj. St.Halija, S.pd., M.Pd yang telah
memberikan banyak bimbingan, pengarahan dan dorongan dalam
penyelesaian penyusunan laporan ini.

Kami menyadari bahwa laporan kami ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun, selalu
kami harapkan demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata kami ucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam pembuatan
telur asin dan penyusunan laporan ini dari awal sampai akhir.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……………………………………………………...... 1

Daftar Isi ……………………………………………………………........ 2

Bab I Pendahuluan
1.1   Latar Belakang ……………………...…………………………………3
1.2   Tujuan …………………………...…………………………………………4
1.3 Variabel ...................................................................5

Bab II Metodologi Praktikum


2.1  Tempat Praktikum …………………………………..…………………6
2.2  Waktu Praktikum ……………………………………………..……….7
2.3  Alat dan Bahan ……………………………………………………..…..8
2.4  Cara Kerja ………………………………………………………………….9

Bab III Hasil Dan Pembahasan


3.1  Hasil Praktikum ………………………………………………..........10
3.2  Pembahasan ……………………………………………………………..11

Bab IV Penutup
4.1  Kesimpulan ………………………………………….………...…………12
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memiliki rasa yang
enak dan lezat, mudah dicerna dan bergizi tinggi. Selain itu telur mudah
diperoleh dan harganya murah. Telur dapat dimanfaatkan sebagai lauk,
bahan pencampur berbagai makanan, tepung telur, obat, dan lain
sebagainya.Telur terdiri dari protein 13%, lemak 12% serta vitamin dan
mineral. Nilai tertinggi telur terdapat pada bagian kuning telur. Kuning telur
mengandung asam amino esensial yang membantu mempercepat
pertumbuhan otot serta mineral seperti besi, fosfor, sedikit kalsium dan
vitamin B kompleks. Adapun putih telur yang jumlahnya sekitar 60% dari
seluruh bulatan telur mengandung 5 jenis protein dan sedikit karbohidrat.
Kelemahan telur yaitu memiliki sifat mudah rusak, baik kerusakan alami,
kimiawi maupun kerusakan akibat serangan mikroorganisme melalui pori-pori
telur. Penyimpanan telur dalam waktu lama tanpa pengawetan dapat
menurunkan bobot telur dan putih telur menjadi encer. Telur yang di awetkan
dapat memperpanjang daya simpan tanpa mengurangi kadar gizinya. Salah
satu cara pengawetan yang tidak merubah gizinya yaitu di asinkan.  Oleh
sebab itu usaha pengawetan sangat penting untuk mempertahan kankualitas
telur.

1.2 Rumusan Masalah


1.         Mengapa warna telur sebelim dan sesudah di asinkan berbeda ?
2.         Mengapa telur setelah di asinkan lebih tahan lama ?
3.         Bagaimana proses pembuatan telur asin?
4.         Bagaimana takaran yang tepat untuk membuat telur asin?

1.3 Tujuan
1.         Mengetahui cara pembuatan telur asin.
2.         Mengetahui proses osmosis pada pembuatan telur asin.
3.         Mengetahui perbandingan warna sebelum dan sesudah di asinkan.
4.         Memperlambat proses pembusukan (pengawetan).
5.         Mengatahui bahwa pembuatan telur asin dapat dijadikan sebagai ide
membuat wirausaha.
6.         Mengetahui takaran yang tepat untuk membuat telur asin.

1.4 Variabel
1.      Variabel terikat                : telur asin
2.      Variabel bebas                  : abu gosok dan garam dapur
BAB II
METODOLOGI PRAKTIKUM

2.1    Tempat Praktikum
Rumah masing-masing siswa yang melakukan praktikum

2.2    Waktu Praktikum
Hari,tanggal                                : Senin, 9-08-2021
Pukul                                               : 08.00 – selesai

2.3    Alat dan Bahan


Alat           : Wadah plastic, toples dan pengaduk
Bahan        : 10 butir telur bebek, 100 gram garam, abu gosok 100 gram, dan
air secukupnya.

2.4    Cara Kerja
1.   Pilih telur yang bermutu baik (tidak retak atau busuk). Bersihkan telur
dangan cara dicuci lalu dilap agar kering,
2. Buat adonan pengasin dari campuran abu gosok, air,dan garam, kemudian
aduk hingga tercampur rata,
3.   Bungkus telur dengan menggunakan adonan hingga telur bena- benar
tidak terlihat. Simpan telur dalam wadah toples plastik
atau  tupperware  selama sekitar 7-14 hari. Usahakan telur tidak pecah atau
retak pada waktu penyimpanan, simpan di tempat bersih dan terbuka.
4. Setelah dirasa atau pemeraman cukup waktunya (+/- 7-14 hari). segera
bongkar adonan pembalut pada telur. Agar tidak merusak telur pada saat
pengbongkaran adonan pembalut, sebaiknya tambahkan sedikit air hingga
adonan yang kering menjadi sedikit basah dan gembur. Dengan demikian,
adonan dapat dibongkar dengan lebih mudah dan aman.

5. Selanjutnya cuci telur asin hingga bersih, kemudian rebus hingga benar-
benar matang.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pratikum

a. Proses yang Terjadi pada saat Penggaraman


                  Telur yang direndam dalam media garam akan mengalami osmosis
yaitu proses perpindahan molekul zat terlarut dari konsentrasi rendah
(hipotonik) ke konsentrasi lebih tinggi (hipertonik) sehingga telur menjadi asin.
Berat telur akan bertambah akibat dari masuknya suatu molekul ke
dalam telur, dalam hal ini air dan garam yang masuk ke dalam telur. Berat
telur bertambah sedangkan volume air berkurang, hal ini dikarenakan molekul
air dan garam bergerak masuk ke dalam telur karena larutan garam lebih
hipotonik dibanding isi telur yang hipertonik sehingga menyebabkan hemolysis
atau masuknya molekul air dan garam ke dalam telur, sehingga berat telur
bertambah tetapi volume air berkurang.
Tekstur kuning telur pada telur asin akan berubah menjadi lebih keras
karena ketika molekul air dan garam masuk ke dalam telur, maka air dan
garam masuk ke putih telur karena konsentrasi putih telur lebih pekat
daripada larutan  garam, tetapi perlu kita ingat bahwa masih ada kuning telur
yang konsentrasinya jauh lebih pekat dibanding dengan putih telur dan larutan
garam. Sehingga molekul air dan garam masuk ke kuning telur, tetapi lebih
banyak garam yang masuk dibanding dengan air. Semakin lama, garam yang
terdapat di dalam kuning telur akan semakin menumpuk sehingga kuning telur
akan mengeras karena kelebihan mineral garam.

d. Proses Masuknya Garam ke dalam Telur


Pengasinan telur umumnya dilakukan dengan dua cara, yaitu perendaman
dalam larutan garam dan pemeraman oleh adonan campuran garam dengan
tanah liat, abu gosok atau bubuk bata merah. Prinsip kedua cara tersebut
adalah dehidrasi osmosis, yaitu proses pengurangan air dari bahan dengan
cara membenamkan bahan dalam suatu larutan berkonsentrasi tinggi, larutan
tersebut mempunyai  tekanan osmosis tinggi. Dehidrasi osmosis (osmotic
dehydration) merupakan proses perpindahan massa secara simultan
(countercurrent flows) antara keluarnya air dari bahan dan zat terlarut
berpindah dari larutan ke dalam bahan. Perpindahan massa osmosis
dinyatakan sebagai kehilangan air (WL,water loss) dan penambahan padatan
(SG, solid gain). Aplikasi dehidrasi osmosis dalam proses pengasinan, terlihat
dengan keluarnya air dari dalam telur bersamaan dengan masuknya larutan
garam ke dalam telur.
Garam (NaCl) akan masuk ke dalam telur dengan cara merembes melalui
pori-pori kulit, menuju ke bagian putih, dan akhirnya ke kuning telur. Garam
NaCl mula-mula akan diubah menjadi ion natrium (Na+) dan ion chlor (Cl-). Ion
chlor inilah yang sebenarnya berfungsi sebagai bahan pengawet, dengan
menghambat pertumbuhan mikroba pada telur. Makin lama dibungkus
dengan adonan, makin banyak garam yang merembes masuk ke dalamnya,
sehingga telur menjadi semakin awet dan asin. Lamanya telur dibungkus
adonan ini harus disesuaikan dengan selera masyarakat yang akan
mengonsumsinya.
Pada proses pembuatan telur asin terjadi pertukaran ion yang bersifat
stokiometri, yakni satu H+ diganti oleh suatu Na+.  Pertukaran ion adalah
suatu proses kesetimbangan dan jarang berlangsung lengkap. Ion Na
didapatkan dari garam sedangkan ion H+  berasal dari air. Dengan demikian,
ion Na masuk kedalam telur dan kadar air berkurang, akibatnya telur menjadi
asin.
BAB VI
PENUTUP

4.1  Kesimpulan

1)   Telur asin yang kami buat yaitu  menggunakan metode pembungkusan
dengan garam dan abu gosok, dengan perbandingan perbandingan 1:1 ( 100
gr garam : 100 gr abu gosok).  Pembuatan telur asin ini diawali dengan
mencuci telur dengan menggunakan air biasa. Telur dilapisi atau dibungkus
menggunaka adonan berupa garam dan abu gosok, kemuian di tambahkan air
secukupnya agar dapat merekat.
2)     Proses pengasinan telur bertujuan agar membuat telur menjadi lebih awet.
3)     Proses masuknya garam ke dalam telur berlangsung secara dehidrasi
osmosis, ion Na di dapatkan dari garam, sedangkan ion H+  berasal dari air,
dengan demikian, ion Na masuk ke dalam telur dan kadar air berkurang,
akibatnya telur menjadi asin.
4)    Tingkat asin pada telur dipengaruhi oleh faktor waktu, ketebalan pasta, dan
juga perbandingan antara pecahan batu bata dan tanah pada waktu
pembuatan pasta.
5)     Semakin sedikit kandungan air yang terkandung dalam telur akan membuat
telur semakin awet.

Anda mungkin juga menyukai