Anda di halaman 1dari 6

Nama:Nabil Tito Prasetyo

Kelas:I

Npm:2011010390

UTS sejarah pendidikan Islam

1)Jelaskan pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam pada masa Rosulullah SAW di Makkah
dan Madinah.

2)jelaskan bentuk transformasi intelektual Yunani, Persia, dan Romawi ke Dunia islam .

3)Apa saja pengaruh madrasah Nizhamiyah terhadap perkembangan Pendidikan Islam?

4)Jelaskan Asal-usul Surau Sebagai Lembaga Pendidikan Islam dan metode pembelajarannya.

5)Sistem Pendidikan Islam Pada pesantren mempunyai Keunikan tersendiri sehingga mempunyai ciri
khas tersendiri, sebutkan dan jelaskan sistem pendidikan pesantren tentang metode pengajarannya.

Jawaban

Pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam di MakkahSecara khusus pertumbuhan dan


perkembangan pendidikan Islam dibagi ke dalam lima periode, yaitu:

1. Periode pembinaan pendidikan Islam, yang berlangsung pada zaman nabi Muhammad saw.

2. Periode pertumbuhan pendidikan Islam, yang berlangsung sejak Muham-mad saw., wafat sampai
akhir Bani Umayyah, yang ditandai dengan berkembangnya ilmu-ilmu naqliah.

3. Periode kejayaan (puncak perkembangan) pendidikan Islam, yang ber-Langsung sejak permulaan
Daulah Abbasiyah sampai dengan jatuhnya Bagdad, yang diwarnai oleh berkembangnya ilmu akliah dan
timbulnya madrasah, serta memuncaknya perkembangan kebudayaan Islam.

4. Periode kemunduran pendidikan Islam, yaitu sejak jatuhnya Bagdad sampai jatuhnya Mesir ke tangan
Napoleon, yang ditandai dengan runtuhnya sendisendi kebudayaan Islam dan berpindahnya pusat-pusat
pengembangan kebudayaan ke dunia Barat.

5. Periode pembaruan pendidikan Islam, yang berlangsung sejak pendudukan Mesir oleh Napoleon
sampai masa kini, yang ditandai gejala-gejala kebangkitan kembali umatdankebudayaan Islam.
Sedangkan di Madinah

1. Karya pertama nabi Muhammad di Madinah ialah membuat landasan yang kuat bagi kehidupan Islam.
Masjid sebagai pusat kegiatan ibadah dan pengajaran agama Islam didirikan. Di masjid inilah Nabi
mengajarkan dan mengemukakan prinsip-prinsip ajaran Islam. Artinya, pendidikan Islam di Madinah,
proses pembelajarannya pertama kali berlangsung di masjid.

2. Nabi mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Kaum Ansar. Nabi mendirikan satu persekutuan, yaitu
menggabungkan kaum kaya dengan kaum miskin atas dasar agama.

3. Membuat piagam persaudaraan dengan golongan-golongan penduduk Madinah non muslim yaitu
kaum Yahudi dan kaum Nasrani supaya tidak saling mengganggu, malah harus hidup rukun dan bekerja
sama mempertahankan kota Madinah. Inilah yang disebut perjanjian atau Piagam Madinah yang
kemudian menjadi modal dasar dicetuskannya “kerukunan hidup antar umat beragama atau toleransi
antara umat Islam dan non IslamPertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam di Makkah Secara
khusus pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam dibagi ke dalam lima periode, yaitu:

1. Periode pembinaan pendidikan Islam, yang berlangsung pada zaman nabi Muhammad saw.

2. Periode pertumbuhan pendidikan Islam, yang berlangsung sejak Muham-mad saw., wafat sampai
akhir Bani Umayyah, yang ditandai dengan berkembangnya ilmu-ilmu naqliah.

3. Periode kejayaan (puncak perkembangan) pendidikan Islam, yang ber-langsung sejak permulaan
Daulah Abbasiyah sampai dengan jatuhnya Bagdad, yang diwarnai oleh berkembangnya ilmu akliah dan
timbulnya madrasah, serta memuncaknya perkembangan kebudayaan Islam.

4. Periode kemunduran pendidikan Islam, yaitu sejak jatuhnya Bagdad sampai jatuhnya Mesir ke tangan
Napoleon, yang ditandai dengan runtuhnya sendisendi kebudayaan Islam dan berpindahnya pusat-pusat
pengembangan kebudayaan ke dunia Barat.

5. Periode pembaruan pendidikan Islam, yang berlangsung sejak pendudukan

Mesir oleh Napoleon sampai masa kini, yang ditandai gejala-gejala ke

bangkitan kembali umat dan kebudayaan Islam.

Sedangkan di Madinah

1. Karya pertama nabi Muhammad di Madinah ialah membuat landasan yang Kuat bagi kehidupan Islam.
Masjid sebagai pusat kegiatan ibadah dan pengajaran agama Islam didirikan. Di masjid inilah Nabi
mengajarkan dan mengemukakan prinsip-prinsip ajaran Islam. Artinya, pendidikan Islam di Madinah,
proses pembelajarannya pertama kali berlangsung di masjid.

2. Nabi mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Kaum Ansar. Nabi mendirikan satu persekutuan, yaitu
menggabungkan kaum kaya dengan kaum miskin atas dasar agama.

3. Membuat piagam persaudaraan dengan golongan-golongan penduduk Madinah non muslim yaitu
kaum Yahudi dan kaum Nasrani supaya tidak saling mengganggu, malah harus hidup rukun dan bekerja
sama mempertahankan kota Madinah. Inilah yang disebut perjanjian atau Piagam Madinah yang
kemudian menjadi modal dasar dicetuskannya “kerukunan hidup antar umat beragama atau toleransi
antara umat Islam dan non Islam.

2).Proses transformasi terkait erat dengan sistem pendidikan islam yang berlaku pada saat itu. Baik dari
segi kelembagaan, materi, maupun metodenya.

Kontak awal islam dengan peradaban klasik terjadi karena proses perluasan wilayah. Adanya keterkaitan
antara peradaban Barat dan peradaban Islam, dimana perkembangan islam mengambil manfaat dari
peradaban barat dan sebaliknya pada masa sesudahnya.

Penaklukan daerah-daerah dalam pemerintah islam, sejak masa Khulafaur Rasyidin Umar bin Khattab
sampai pada masa Daulah bani Umayyah dan Bani Abbasyiah, banyak berpengaruh pada peradaban dan
pendidikan islam. Dan yang paling berharga dari penaklukan negara-negara tersebut adalah
pengetahuan dari filsafat Yunani. Sejak itu dasar-dasar filsafat Yunani ikut memberikan pengaruh pada
kemajuan pendidikan islam.

Sejak terjadinya ekspansi islam ke beberapa wilayah diluar jazirah arab, seperti Bizantium hingga
Konstantinopel. Islam mulai berkenalan secara intensif dengan berbagai kultur yang ditemuinya.
Kenyataan bahwa daerah-daerah baru tersebut telah memiliki akar dan tradisi intelektual serta
kebudayaan yang tinggi telah mendorong perkembangan pengetahuan dalam ranah pemikiran islam.
Kebijakan untuk mempertahankan pusat-pusat pengetahuan dan budaya, yang umumnya memiliki
tradisi kefilsafatan yunani yang kuat menjadi jembatan terjadinya transformasi intelektual dari filsafat
yunani ke dalam tradisi intelektual islam.
Transformasi intelektual yunani ke dalam islam mengambil bentuknya sendiri yang disesuaikan dengan
ajaran islam. Karena itu, beberapa hal ditafsirkan kembali dalam pemahaman yang islami tanpa
mencabut nilai dasar dari pemikiran induknya. Tradisi intelektual islam adalah tradisi yang bersumber
pada Al-Qur’an dan Hadis sebagai pijakan epistomologisnya dan lebih bersifat naqly, dan bermuara pada
tujuan mengesakan Allah sebagai asas ajaran islam. Sementara tradisi yunani berpijak pada logika
rasional dan sangat dipengaruhi oleh mitologi dan politeisme.

Benih-benih proses transformasi dan perkembangan ini sebenarnya sudah mulai terlihat pada masa Bani
Umayah. Akan tetapi masa prosentasenya akan sangat kecil jika dibandingkan dengan masa puncaknya
yang terjadi pada masa Daulah Abbasyiah. Hal ini di tunjukan dengan berkembang pesatnya ilmu
pengetahuan. Berikut sebab-sebab perkembangan ilmu pengetahuan dan filsafat pada masa Dinasti
Abbasyiah, diantaranya:

kontak antara islam dan persia menjadi jembatan berkembangnya ilmu pengetahuan dan fisafat karena
secara kultural persia banyak berperan dalam pengembangan tradisi keilmuan yunani. Salah satu
lembaga yang berperan dalam penyebaran tradisi helenistik di persia adalah akademi jundishapur
warisan kekasiaran sassaniah. Selain Jundishapur, terdapat pusat-pusat ilmiah persia lainnya yaitu,
Salonika, Ctesiphon, dan Nishapur.

Etos keilmuan khalifah-khalifah di zaman Abbasyiah tampak menonjol, terutama dua khalifah
terkemuka, yaitu, Harun Ar-Rasyid dan Al- Ma’mun, yang amat mencintai ilmu pengetahuan.

Aktivitas penerjemahan literatur-literatur Yunani ke dalam bahasa Arab demikian besar dan ini didukung
oleh khaifah, yang memberi imbalan yang besar terhadap para penterjemah.

Relatif tidak adanya pembukaan daerah kekuasaan islam dan pemberontakan pemberontakan,
menyebabkan stabilitas negara terjamin. Hal ini membuat konsentrasi pemerintah dalam memajukan
aspek sosial dan intelektual menemukan peluangnya.

Adanya peradaban dan kebudayaan yang heterogen di Baghdad menimbulkan proses interaksi a satu
kebudayaan dengan kebudayaan yang lain.

Situasi kota Baghdad yang kosmopolit dimana berbagai macam ras, suku, dan etnis serta masing-masing
kulturnya yang berinteraksi satu sama lain, mendorong adanya pemecahan masalah dari pendekatan
intelektual.

Pada dasarnya peradaban serta keilmuan Yunanilah yang paling menonjol dari proses transformasi ini.
Melihat bagaimana penerjemahan besar-besaran yang terjadi pada masa Daulah Abbasyiah ini
diibaratkan air banjir sungai yang besar jika dibandingkan dengan proses penerjemahan pada masa bani
Umayah yang diibaratkan setetes air saja. Di sini hampir seluruh disiplin ilmu yang tidak dikenal dalam
tradisi islam, diterjemahkan secara masal dengan cara mengupah para penerjemah dengan gaji yang
sangat besar.

Jumlah karya Yunani yang diterjemahkan pada periode ini luar biasa. Pada bagian akhir abad kesembilan
hampir semua karya yang diketahui dari musium-musium helenistik telah tersedia bagi ilmuwan-
ilmuwan muslim.

Kekuatan moral spiritual religius yang lebih mendasar ditambah kekuatan saintifis intelektual yang lebih
tajam, pengorganisasian yang lebih efektif dan efesien, dibawah kepemimpinan yang lebih berwibawa
biasanya akan lebih unggul dalam proses salinh mempengaruhi tadi.

3)Madrasah Nizamiyah menjadi inspirasi madrasah-madrasah Islam zaman sekarang serta merupakan
prototype fakultas-fakultas yang sekarang banyak ditiru di lembaga pendidikan zaman sekarang.

4)Surau merupakan lembaga sosial budaya yang dikenal oleh masyarakat Minangkabau sebelum
datangnya Islam. Para penyebar Islam, khususnya dari kalangan sufistik, menyebarkan Islam dengan cara
fleksibel dengan melakukan adaptasi terhadap budaya lokal. Maka surau diadaptasi dan diislamisasikan
untuk dijadikan sebagai lembaga pendidikan Islam, baik dalam mengajarkan al-Qur'an sebagai pedoman
kehidupan umat, mempelajari ilmu-ilmu dasar Islam, termasuk sebagai lembaga pendidikan tarekat.

Metode nya adalah :Sistem Pendidikan Pada Surau

Dalam lembaga pendidikan surau tidak mengenal birokrasi formal,sebagaimana dijumpai pada
lembaga pendidikan modern. Aturan yang ada didalamnya sangat dipengaruhi oleh hubungan antar
individu yang terlibat.Secara kesat mata dapat dilihat di lembaga pendidikan surau
terciptakebebasan, jika murid melanggar suatu aturan yang telah disepakati bersama,murid tidak
mendapatkan hukuman tapi sekedar nasehat. Lembaga surau lebihmerupakan suatu proses belajar
untuk sosialisasi dan interaksi kultural daripada hanya sekedar mendapatkan ilmu pengetahuan saja.
Jadi, nampak jelasfungsi learning society di surau sangat menonjol.Sedikit gambaran di atas,
memperlihatkan kepada kita bahwa kegiatanpendidikan Islam masa awal di Nusantara berjalan secara
informal. Masa awalpertumbuhannya dilaksanakan dengan mengambil bentuk sistem pendidikanSurau.
Sebagai sebuah sistem, surau telah menjadi proses yang sangat panjangyang dijalani oleh para
pedagang Muslim untuk menyiarkan agama Islam,khususnya di Minangkabau.Sebagian besar para
penyiar agama Islam yang berada di desa-desatelah mendirikan surau atau masjid sebagai tempat
shalat sekaligus menjaditempat untuk mendidik baca tulis Alquran. Hampir di setiap kampung
dihiasisurau sebagai media atau sarana edukatif yang cukup efektif dalammenjalankan kegiatan
keagamaan dan pendidikan.Sistem pembelajaran yang berlangsung di surau, kala itu, masihbersifat
dasar (elementary), mereka diperkenalkan dengan abjad huruf Arab(hijaiyah) atau sekadar mengikuti
apa yang dibacakan oleh guru dari kitab

13suci Alquran. Julukan pengelola pendidikan surau di sebut `amil,modin ataulebai (sebutan dari
Sumatera Barat). Di samping sebagai seorang pengelolasurau (guru), ia juga mempunyai tugas lain,
yakni memberikan doa padawaktu upacara keluarga atau desa. Waktu kegiatan belajar-mengajar
biasanyadilaksanakan pada pagi atau petang hari antara satu sampai dua jam.Umumnya, proses
pembelajaran ini memakan waktu sampai sekitar satutahun.Basis utama ekonomi pendidikan di
surau adalah pemanfataan wakafyang menopang dan menghidupinya, juga berasal dari hadiah,
sumbangan,atau warisan dari orang-orang kaya. Akomodasi untuk para peserta didik, jugadiperoleh
dari dana-dana tersebut. Keberadaan surau waktu itu, tidakbergantung kepada pemerintah atau
kekuasaan politik, dan tidak pulabergantung pada yayasan keagamaan lain, sebab masa itu belum
nampak ada

5)Sebagai lembaga pendidikan pondok pesantren memiliki beberapa metode pembelajaran, antara lain:
sorogan, bandongan atau wetonan, halaqoh, metode hafalan / tahfiz, metode muazakaroh/bathsul
masa'il. Para santri yang mondok maupun santri kalongan sama-sama belajar pada tempat dan waktu
yang sama.

Anda mungkin juga menyukai