Anda di halaman 1dari 14

NEGARA DAN WARGA NEGARA

Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah PPKN
Yang diampu oleh BAPAK Achmad Faidi, MA., LL.M

DISUSUN OLEH:

MOH. ROFQI (2182071064)

MUHAMAD SYAMSUL ARIFIN (21382071067)

DEVI PUTRI WULANDARI (21382072053)

IRADATUL MUALLIFAH (21382072059)

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA (HTN)


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA
(2021)

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta hidayah kepada kami, sehingga berkat karunia-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah “Negara dan Warga Negara”.

Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas Mata Kuliah “PPKN” di Institute Agama Islam Negeri Madura..

Dalam penulisan makalah ini, kami tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak khususnya para anggota kelompok I yang telah membantu dalam
menyelesaikan tugas makalah ini sehingga selesai tepat waktu. Dan tidak lupa juga
kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Achmad Faidi Selaku dosen pembimbing
yang telah membimbing kami.

Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri
maupun kepada pembaca umumnya.

Waalaikumsalam Wr.Wb

Pamekasan 09 Oktober 2021

Penyusun (Kelompok I)

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................2
C. Tujuan Penulisan......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................

A. Pengertian Negara.................................................................................3
B. Tujuan Negara......................................................................................6
C. Fungsi Negara.......................................................................................8

BAB III PENUTUP.......................................................................................

A. Kesimpulan.......................................................................................10
B. Saran.................................................................................................10
C. Daftar Pustaka..................................................................................11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara dan warga negara memiliki Hubungan timbal balik dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Dimana, negara memiliki tanggungjawab terhadap warga
negaranya begitu juga sebaliknya. Menurut Miriam Budiardjo (Suryo, 2008:49)
“Negara adalah suatu daerah teritorial yang rakyatnya di perintah oleh sejumlah pejabat
dan yang berhasilmenuntut dari warga negaranya ketaatan pada peraturan perundang-
undangan melalui penguasaan monopolistis terhadap kekuasaan yang sah”.

Dalam Pembukaan Undang – Undang Dasar 1945 yang menjadi tujuan negara
adalah “Memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaiaan abadi dan
keadilan sosial”. Dalam hal ini, dapat dilihat bahwa hubungan antara negara dan warga
negaranya memiliki relevansi dalam aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.

Namun demikian, negara yang berkewajiban dalam memenuhi hak-hak warga


negaranya tidak dapat berlangsung dengan baik tanpa dukungan warganya. Dukungan
yang dimaksud adalah adanya bentuk pelaksanaan kewajiban sebagai warga negara.
Dalam pemenuhan hak warga negaranya haruslah sejalan dengan pelaksanaan
kewajibannya, salah satunya warga negara harus menunjukkan sikap patuh terhadap
peraturan yang diberlakukan.

Menjadi warga negara yang baik (be a good citizen) merupakan suatu hasil yang
diharapkan dari hubungan antara negara dengan warga negara. Warga negara yang baik
adalah warga negara yang sadar akan hak dan kewajibannya mampu mengkritisi, serta
partisipatif, dan bertanggungjawab dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dari hal
tersebut, maka warga negaranya mampu melaksanakan serta memahami keseimbangan
antara hak dan kewajibannya maka terbentuklah masyarakat yang mandiri sering
disebut madani (civil society).

1
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam
makalah ini Yaitu:

1. Apa yang dimaksud dengan Negara ?


2. Apa saja Tujuan Negara ?
3. Apa Saja Fungsi dari Negara ?

C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah di atas kelompok kami merumuskan beberapa tujuan
yaitu :
1. Untuk Mengetahui Apa yang dimaksud dengan Negara
2. Mengetahui Apa saja tujuan Negara
3. Dan, Mengetahui apa saja fungsi dari Negara

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
1. Negara

Istilah negara di terjemahkan dari kata-kata asing staat (bahasa Belanda dan
Jerman); State (bahasa Inggris); Etat (bahasa Prancis). Istilah Staat mempunyai sejarah
sendiri. Istilah itu mula-mula di pergunakan dalam abad ke-15 di Eropa Barat.
Anggapan umum yang di terima bahwa kata staat (state, etat) itu di alihkan dari kata
bahasa Latin status atau statum.1

Secara etimologis kata status itu dalam bahasa Latinklasik adalah suatu istilah
abstrak yamg menunjukan keadaan yamg tegak dan tetap, atau ssesuatu yang memiliki
sifat-sifat yang tegak dan tetap itu.

Kata “negara” mempunyai dua arti. Pertama, negara adalah masyarakat atau
wilayah yang merupakan satu kesatuan politis. Dalam arti ini India, Korea selatan, atau
Brazilia merupakan negara. Kedua, negara adalah lembaga pusat yang menjamin
kesatuan politis itu, yang menata dan dengan demikian menguasai wilayah itu2.
Sementara itu dalalm ilmu politik, istilah “negara” adalah agency (alat) dari masyarakat
yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan-hubungan manusia dalam
masyrakat dan menerbitkan gejala-gejalakekuasaan dalm masyarakat.3

Istilah “Ilmu Negara” diambbil dari itilah bahasa Belanda staatsleer yanng di
ambilnya dari istilah bahasa jerman, Staatslehre. Di dalam bahasa inggris di sebut
Theory of State atau The General Theory of State atau Political Theory, sedangkan
dalam bahasa Prancis dinamakan Theorie d’etat.4

1
F. Isjwara , Pengantar ilmu politik (Jakarta: Binacipta, 1992), hlm. 90.
2
Franz Magnis Suseno, Etika Politik prinsip-prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 1990}, hlm. 3.
3
Miriam Budiarjo, Dasar-dasar ilmu politik (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1991), hlm. 38.
4
Sjahran Basah, Ilmu Negara Pengantar, Metode dan Sejarah Perkembangan (Bandung: Citra Aditya
Bakti, 1994), hlm. 3 .
Timbulnya istilah Ilmu Negara atau Staatsleer sebagai istilah teknis, adalah
sebagai akibat penyelidikan dari seorang sarjana Jerman bernama George Jellinek. Ia
terkenal di sebut sebagai Bapak Ilmu Negara. Ilmu negara adalah ilmu pengetahuan
yang menyelidiki asas-asas pokok dan pengertian-pengertian pokok tentang Negara dan
Hukum Tata Negara.

2. Warga Negara

Warga negara di artikan dengan orang-orang yang sebagian dari suatu


penduduk yang menjadi unsur negara. Istilah ini dahulu biasanya di sebut hamba atau
kaula negara. Tetapi kenyataannya istilah warga negara lebih sesuai dengan
kedudukannya sebagai orang yang merdeka dibandingkan dengan istilah hamba atau
kaula negara, karena warga negara mengandung arti peserta, anggota atau warga dari
suatu negara, yaitu dari peserta persekutuan yang didirikan dengan kekuatan bersama,
atas dasar tanggung jawab bersama dan untuk kepentingan bersama5

Menurut AS Hikam, mendefinisikan warga negara sebagai terjemahan dari


citizenship, yaitu anggota dari sebuah komunitas yang membentuk negara itu sendiri.
Istilah ini menurutnya lebih baik dari pada istilah kawula negara, karena kawula negara
betul-betul berarti objek yang dalam bahasa iggris (object) berarti orang yang dimiliki
dan mengabdi kepada pemiliknya.

Secara singkat, Koerniatmanto S., mendefinisikan warga negara dengan


anggota negara. Sebagai anggota negara, seorang warga negara mempunyai kedudukan
yanghusus terhadap negaranya, ia mempunyai hubungan hak dan kwajiban yang bersifat
timbal balik terhadap negaranya6. Namun secara yuridis, berdasarkan pasal 26 ayat (1)
UUD 1945, istilah warga negara di bedakan menjadi 2 golongan : Pertama, warga
negara asli (pribumi), yaitu penduduk asli negara tersebut.

5
Titik Triwulan Tutik, Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca-Amandemen,... ...,h. 303
6
Dede Rosyada, dkk., (ed) pendidikan kewarganegaraan (civil education): Demokrasi, Hak Asasi
Manusia dan Masyarakat Madani, (Ciputat Jakarta Selatan: ICCE UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003),
h. 74.
Misalkan suku jawa, suku madura, suku dayak dan etnis keturunan yang sejak
kelahirannya menjadi WNI, merupakan warga negara asli inonesia. Dan kedua, warga
negara asing (vreemdeling) misalnya, bangsa Tionghoa, Timur Tengah, India USA dan
sebagainya, yang telah disahka berdasarkan peraturan perundang-undangan menjadi
warga negara Indonesia.

Pernyataan ini ditetakan kembali dalam pasal 1 UU No.12 Tahun 2006 tentang
Kewarga negaraan RI [UU Kewarganegaraan], bahwa Warga Negara Indonesia adalah
orang-orang bangsa indonesia asli dan orang-orang bangsa lain ang di sahkan dengan
undang-undang sebagai warga negara indonesia.

Kewarganegaraan memiliki keanggotaan yang menunjukan hubungan atau


ikatan antar negara dan warga negara. Kewarga negaraan adalah segala yang
berhubungn dengan negara. Pengertian kewarganegaraan di bedakan menjadi dua
yaitu:7

a. Kewarganegaraan dalam arti yuridis


Kewarganegaraan dalam arti yuridis di tandai dengan adanya ikatan
hukum antara orng-orang dan negara. Adanya ikatan hukum itu
menimbulkan akibat-akibat tertentu, yaitu orng tersebut berada di bawah
kekuasaan negara yang bersangkutan. Tanda dari adanya ikatan hukum
misalnya akta kelahiran, surat pernyataan, bukti kewarganegaraan, dan
sebagainya.
b. Kewarganegaraaan dalam arti sosiologi
Kewarganegaraaan dalam arti sosiologi tidak di tandai dengan ikatan
hukum, tetapi ikatan emosional, seperti ikatan perasaan, ikatan
keturunan, ikatan nasib, ikatan sejarah, dan ikatan tanah air. Dengan kata
lain ikatan ini lahir dari penghayatan warga negara bersangkutan.

7
Jazim Hamidi dan Mustafa Lutfi, Civic Education Antara Realitas Politik dan Implementasi
Hukumnya,... ..., h.97.
B. TUJUAN NEGARA

Setiap pembahasan dan tujuan dam fungsi negara sesungguhnya sudah secara
implisit mengadakan pemisahan warga negara kedalam dua golongan, pertama,
golongan yang menetapkan tujuan dan yang melaksanakan fungsi negara itu dan kedua,
golongan untuk siapa yujuan dan fungsi itu diadakan. Dengan pembahasan ini, negara
sudah secara tegas dipandang sebagai alat dan bukan sebagai tujuan tersendiri.

Negara sebagai alat lazim dipersamakan dengan bahtera. Negara adalah


bahtera yang mengangkut para penumpangnya (seluruh lapisan masyarakat) ke
pelabuhan kesejahteraan. Arti negara sebagai bahtera sudah terkandung dalam kata
“pemerintah”. Pemerintah adalah terjemahan dari kata Government (bahasa Inggris),
Gouvernement (bahasa Perancis). Kata-kata asing itusemuanya berasal dari kata
Kubernan (bahasa Yunani), yang berarti mengemudikan kapal (to steer a ship).1 Jadi,
negara dan pemerintah dapat di persamakan dengan kapal yang di kemudikan oleh
nahkoda beserta awak kapalnya (pemerintah) yang mengantarkan semua penumpangnya
(rakyat) menuju ke pelabuhan yang sejahtera.8

Menurut Plato dalam bukunya Republic, menulis bahwa negara timbul karna
adanya kebutuhan-kebutuhan umat manusia. Tiada manusia yang dapat memenuhi
semua kebutuhannya sendiri-sendiri, sedangkan masing-masing manusia mempunyai
banyak kebutuhan. Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang banyak dan tidak dapat
di penuhi sendiri oleh manusia secara individual, maka di bentuk negara. 9 Demikian
pula pendapat aristoteles, bahwa negara di bentuk dan di pertahankan karna negara
bertujuan menyelenggarakan hidup yang baik bagi semua warga negaranya.

Menurut Roger H. Soltautujuan negara adalah memungkinkan rakyatnya


berkembang serta menyelenggarakan daya ciptamya sebebas mungkin. Menurut Harold
J. Laski tujuan negara ialah menciptakankeadaan di mana rakyatnya dapat mencapai
terkabulnya keinginan-keinginan secara maksimal10

8
Ernest Weekly, An Etymonolgical Dictionary of Modern English, London, 1921. Lihat dalam F.
Isjwara, Pengantar ilmu Politik (Jakarta: Binacipta, 1992), hlm. 163
9
Plato, The Republic, buku II, terjemahan A.D. Lindsay, Lihat dalam F.Isjwara ibid., hlm. 164,
10
Harold J. Laski, The state in Theory and Practice (New York: The Viking press 1947), hlm. 253.
Tujuan negara menurut Shang Yang ialah membentuk kekuasaan. Untuk
pembentukan kekuasaan ini ia mengadakan perbedaan tajam antara negara dengan
rakyat. Perbedaan ini di artikan sebagai perlawanan atau kebalikan satu terhadap yang
lainnya. Shang Yang mengtakan kalau orang ingin membuat negara kuat dan berkuasa
mutlak, maka ia harus membuat rakyat nya lemah dan miskint, dan sebaliknya jika
orang hendak membuat rakyatnya kuat dan makmur, maka ia harus menjadikan
negaranya lemah.

Negara Indonesia sebagai warga negara menganut prinsip demokrasi


konstitusional menegaskan tujuan negaranya ialah: (1) melindungi segenap bangsa
indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia; (2) memajukan kesejahteraan umum; (3)
mencerdaskan kehidupan bangsa ; dan (4) mewujudkan ketertiban dunia berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Agar tujuan negara ersebutdapat
terlaksana, maka menurut Ahmad Azhar Basyir ada beberapa asas ajaran islam
mengenai kehidupan bernegara yang dapat di jadikan pedoman.12

1. Musyawarah
Hidup bernegara merupakan penyelenggaraan kepentingan bersama
bukan perseorangan. Oleh karna itu, pengelolaan negara pun menjadi
kepentingan dalam kehidupan bernegara.
2. Keadilan
Dasar kedua yang merupakan tumpuan bangunan negara ialah
keadilan. Hal ini dapat di ketahui dari surah An Nisa’ ayat 58 sebagai
berikut.
‘Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar
penegak keadilan, menjadi saksi karna allah, biarpun terhadap dirimu
sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu...’
3. Persamaan
Semua kaum muslimin berhak memiliki persamaan dalam hak-hak
dengan sempurna, tanpa memandang warna, suku, bahasa atau tanah air

7
4. Tanggung Jawab Pemerintah
Pemerintah dan kekuasaannya serta kekayaanya adalah amanat Allah
dan kaum muslimin, yang harus diserahkan penanganannya kepada
orang-orang yang takut kepada Allah, bersifat adil, dan benar-benar
beriman
5. Kebebasan
Asas persamaan akan mempunyai makna dan di samping itu terdapat
asas kebebasan yang meliputi kebebasan pribadi, kebebasan
mengemukakan pikiran, dan kebebasan beragama

C. Fungsi Negara

Fungsi negara di artikan sebagai tugas daripada organisasi negara untuk mana
negara itu diadakan. Fungsi negara yang perama kali dikenal pada abad XVI di Prancis.
Fungsi negara ada lima yaitu; a) Diplomacie; b) Defencie; c) Financie; d) Justicie; e)
Policie. Fungsi-fungsi negara tersebut diadakan hanyalah sekedar untuk memenuhi
kebutuhan pemerintah, yang waktu itu masih bersifat diktator, jadi belom mempunyai
arti seperti sekarang ini.11

Menurut John Locke, fungsi negara dapat dibagi menjadi tiga, yaitu a) fungsi
legislatif; b) fungsi eksekutif; dan c) fungsi federatif. Dalam pandangan John Locke,
funsi mengadili termasuk tugas dari eksekutuif.

Menurut Hans Kelsen,29 merupakan suatu kekeliruan untukmedeskripsikan


prinsip fundamental monarki konstitusional sebagai ‘pemisahan kekuasaan’. Fungsi-
funsi yang semula menyatu dalam pribadi raja tidak ‘dipisahh’ melainkan masing-
masing darinya dibagi di antara raja, parlemen, dan pengadilan. ‘Kekuasaan-kekuasaan’
legislatif’ eksekutif. 12

11
Moh. Kusnardi dan Bintan R Saragih, Op,Cit., hlm. 207
12
Hans Kelsen, General Theory of law and State, dialih bahasa oleh Drs. Somardi, Teori Hukum Murni
(Bandung: Rimdi press, 1995), hlm. 281.
Dan yudikatif, yang di anggap sebaga iberbeda secasip pemisahan, bukanlah
tiga fungsi negara yang berbeda secara logis melainkan merupakan kompotensi-
kompotensi yang didapat secara historis oleh parlemen, raja, dan pengadilan didalam
monarki konstitusional.

Hal berbeda tentang fungsi negara dikemukakan oleh Goodnow. Menurutnya


fungsi negara itu ada dua yaitu: a) policy making; dan b) policy executing. Ajaran
Goodnow itu terkenal sebagai dwipraja (dichotomy).37 policy making adalah
kebijasanaan negara untuk waktu tertentu, untuk seluruh masyarakat. Policy executing
adalah kebijaksanaan yang harus dilaksanakan untuk tercapainya policy making.13

BAB III
13
Moh. Kusnardi dan Bintan R. Saragih, Op. Cit., hlm. 209.
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kata ‘negara’ mempunyai dua ari, pertama, negara adalah msyarakat
atau wilayah yang merupakan satu kesatuan politis. Dalam arti ini India, Korea,
atau Brazilia meruakan negara. Kedua, negar adalah lembaga pusat yang
menjamin kesatuan politis itu, yang menata dan dengan demikian menguasai
wilayah itu. Sementara itu dalam ilmu politik, istilah ‘negara’ adalah agency
(alat) dari masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan-
hubungan manusia dalam masyarakat dan menerbitkan gejala-gejala kekuasaan
dalam masyarakat.
Bebebrapa asa ajaran islam mengenai kkehidupan bernegara yang dapat di
jadikan pedoman yaitu: a) Musyawarah; b) Keadilan; c) Persamaan; d)
Tanggung Jawab Pemerintah; e) Kebebasan.
B. Saran
Pada penulisan makalah kali ini diharapkan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan apabila ada kesalahan dalam penulisan mohon
dimaklumi karena kelompok kami sebagai penulis masih dalam tahap
pembelajaran dan diharapkan kritik dan juga saran dari pembaca yang bersifat
membangun

10

DAFTAR PUSTAKA
F. Isjwara , Pengantar ilmu politik (Jakarta: Binacipta, 1992), hlm. 90.

Franz Magnis Suseno, Etika Politik prinsip-prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1990}, hlm. 3.

Miriam Budiarjo, Dasar-dasar ilmu politik (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1991),
hlm. 38.

Sjahran Basah, Ilmu Negara Pengantar, Metode dan Sejarah Perkembangan (Bandung:
Citra Aditya Bakti, 1994), hlm. 3 .

Titik Triwulan Tutik, Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca-


Amandemen,... ...,h. 303

Dede Rosyada, dkk., (ed) pendidikan kewarganegaraan (civil education): Demokrasi,


Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, (Ciputat Jakarta Selatan: ICCE UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2003), h. 74.

Jazim Hamidi dan Mustafa Lutfi, Civic Education Antara Realitas Politik dan
Implementasi Hukumnya,... ..., h.97.

Ernest Weekly, An Etymonolgical Dictionary of Modern English, London, 1921. Lihat


dalam F. Isjwara, Pengantar ilmu Politik (Jakarta: Binacipta, 1992), hlm. 163

Plato, The Republic, buku II, terjemahan A.D. Lindsay, Lihat dalam F.Isjwara ibid.,
hlm. 164,

Harold J. Laski, The state in Theory and Practice (New York: The Viking press 1947),
hlm. 253.

Moh. Kusnardi dan Bintan R Saragih, Op,Cit., hlm. 207

Hans Kelsen, General Theory of law and State, dialih bahasa oleh Drs. Somardi, Teori
Hukum Murni (Bandung: Rimdi press, 1995), hlm. 281.

Moh. Kusnardi dan Bintan R. Saragih, Op. Cit., hlm. 209.

11

Anda mungkin juga menyukai