Anda di halaman 1dari 21

Memahami Hadits dari Segi Kualitas, Kuantitas, Sifat Sanad, Tempat

Penyandarannya, dan Diterima dan Ditolaknya

Rizky Akbar Julianto1 Yayat Prihadi2

Sekolah Tinggi Agama Islam Syamsul Ulum Kota sukabumi

Jl. Bhayangkara no.27

Email : rizkyakbaranimasi6@gmail.com

ABSTRAK

Tulisan ini akan menjelaskan mengenai ilmu hadits dari segi kualitas dan
kuantitas sanad. Hadits dilihat dari segi kuantitas sanad ada hadits mutawatir
yang perawinya banyak dan juga hadits ahad, hadits ahad dibagi menjadi 3 yaitu
hadits masyhur, aziz, dan gharib. Kemudian hadits dilihat dari segi kualitasnnya
ada 3 yaitu hadits shahih, hasan dan dhaif, hadits ini mungkin sudah tidak asing
lagi ditelinga kita dan penulis akan menjelaskannya lebih detail lagi di
pembahasan. Kemudian ada hadits dilihat dari segi sifat sanad diantaranya hadits
muttasil, muannan. Musnad, musalsal hadits ali dll. Apa hadits-hadits itu ? maka
nanti akan dijelaskan insyaallah, lalu ada hadits dilihat dari segi penyandarannya
diantaranya hadits qudsi, nah kita mungkin pernah mendengar hadits qudsi dan
apa bedanya dengan hadits nabawi nanti akan kita bahas, kemudian ada hadits
marfu’. mauquf, maqthu. Kemudian yang terakhir yang akan dibahas didalam
tulisan ini adalah hadits maqbul dan hadits mardhud. Semoga kita diberikan
kepahaman oleh Allah melalui tulisan ini mengenai sedikit gambaran tentang
ilmu-ilmu hadits, sehingga kita bisa paham apa itu hadits shahih, hadits dhaif,
hadits hasan dan lain-lain.

Kata kunci : memahami hadits, derajat hadits, macam-macam hadits.

1
PENDAHULUAN Dari makalah ini diharapkan pembaca
Latar Belakang bisa mengerti dan memahami hadis

Hadis merupakan sumber hukum dari segi kualitas dan kuantitas sanad.

islam yang kedua setelah Al-Qur’an. Jadi tidak akan terjadi keragu-raguan

Sebelum menerapkan sesuatau yang dalam mengikuti amalan yang di

baru dalam hidup ada kalanya kita perbuat dari hadis.

harus tau asal muasal kualitas dari Pembagian Hadits Dari Segi

sesuatu perkataan juga perbuatan dari Kualitas dan Kuantitas Sanad

Nabi Muhammad ditulis dalam hadis. Sebelum kita masuk pada


Hadis atau al-hadits menurut bahasa al pembagian hadis maka sebelumnya
jadid yang artinya sesuatu yang baru. kita harus mengetahui apa yang
Hadis sering disebut dengan al khabar dimaksud dengan sanad. Untuk
yang berarti berita, yaitu sesuatu yang memahami tentang sanad hadis, perlu
dipercakapkan dan dipindahkan dari lebih dahulu memahami riwayah al
seseorang kepada orang lain. hadits. Dalam istilah ilmu hadis, yang

Seiring perkembangan ilmu dimaksud dengan riwayah al haditss

pengetahuan banyak bermunculan atau al riwayah adalah kegiatan

penelitian tentang kajian keilmuan penerimaan dan penyampaian hadis,

islam, terutama dalam hadis banyak serta penyandaran hadis itu kepada

sekali bahasan dalam ilmu hadis yang matarantai para periwayatnya dengan

sangat menarik dan sangat penting bentuk bentuk tertentu. Ada tiga unsur

untuk dibahas dan dipelajari, terutama yang harus dipenuhi dalam

masalah ilmu hadis. Maka sebelum periwayahan hadis, yaitu:

memakai hadis adakalanya kita harus 1. Kegiatan menerima hadis dari


mengetahui kualitas dan kuantitasnya. periwayat hadis,

Didalam makalah ini, akan di 2. Kegiatan mnyampaikan hadis itu


sajikan tentang pembagian hadis dari kepada orang lain, dan
segi kualitas dan kuntitas sanad. Dari 3. Ketika hadis itu disampaikan
segi kuantitas sanad mencakup: maka susunan mata rantai
mutawatir, ahad, dan gharib. periwayatan disebut1
Sedangkan dari segi kualitas sanad
1
mencakup : shahih, hasan dan dhaif. Sa’dullah Assa’id,hadits hadits
sekte,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996) hal.12

2
Dengan mengikuti penjelasan di Kuantitas hadis disini yaitu dari
atas, maka dengan jelas bahwa orang segi jumlah orang yang meriwayatkan
yang melakukan periwayatan hadis suatu hadis atau dari segi jumlah
disebut al rawi; apa yang sanadnya. Jumhur ulama membagi
diriwayatkan disebut al rawiyah ; hadis secara garis besar menjadi dua
susunan mata rantai periwayatnya macam, yaitu hadis mutawatir dan
disebut sanad atau lazim disebut isnad hadis ahad, di sampingpembagian lain
dan kalimat yang disebutkan setelah yang diikuti oleh sebagian para ulama
sanad disebut matan. Jadi jelaslah yaitu pembagian menjadi tiga macam
bahwa sanad hadis sama dengan yaitu: hadis mutawatir, hadis masyhur
susunan mata rantai periwayat hadis, dan hadis ahad3.
dan diikutsertakan dengan hadis yang 1. Hadis Mutawatir
hendak disampaikan kepada seseorang Hadis mutawatir secara bahasa
atau murid. merupakan isim fail dari kata al
Sanad berarti sandaran, yaitu tawatur yang bermakna al tatabu
jalan matan dari Nabi Muhammad (berturut-turut)) atau datangnya
SAW sampai kepada orang yang sesuatu secara berturutturut dan
mengeluarkan (mukhrij) hadis itu atau bergantian tanpa ada yang menyela.
mudawwin (orang yang menghimpun Secara istilah, dikalangan ulama hadis,
atau membukukan) hadis. Sanad biasa hadis mutawatir didefinisikan dengan
disebut juga dengan isnad yang redaksi yang beragam meskipun
artinya penyandaran. Pada dasarnya esensinya sama, yaitu hadis yang
orang atau ulama yang menjadi sanad diriwayatkan oleh banyak periwayat
hadis itu adalah perawi juga. Atau pada tiaptiap tingkatan sanadnya
dengan redaksi lain sanad sehingga dapat dipercaya
adalahperiwayatan yang dapat kebenarannya mustahil mereka
menghubungkan matan hadis kepada sepakat berdusta tentang hadis yang
Nabi Muhammad SAW2. mereka riwayatkan4.
A. Pembagian Hadits Berdasarkan a. Syarat Syarat Hadis Mutawatir
Kuantitas Sanad
3
Rozali, Ilmu Hadis, (Medan: Azhar Centre, 2019)
hal. 60
2
Mardani, Hadis Ahkam, (Jakarta: PT 4
Nawir Yuslem, Ulumul Hadis, (Jakarta: Batavia
Rajagrafindo Persada, 2012) hal.14 dvertisin, 2001 ) hal.200

3
Hadis mutawatir dinyatakan hadis diriwayatkan oleh 20
valid ke mutawatirannya orang sahabat, kemudian di
apabila memenuhi persyaratan terima oleh 10 tabi’in tidak
berikut: dapat digolongkan sebagai
1.Diriwaayatkan Oleh Perawi hadis mutawatir sebabjumlah
Yang Banyak Hadist perawinya tidak seimbang
mutawatir harus diriwayatkan antara thabaqat pertama dan
oleh sejumlah besar perawi thabaqat seterusnya.
yang membawa keyakinan 3. Berdasarkan Penglihatan
bahwa mereka tidak Langsung ( Indrawi ) Atau
bersepakat untuk berdusta. Empiris Berita yang
Para ulama berbeda pendapat disampaikan oleh perawi harus
ada yang menetapkan jumlah berdasarkan tanggapan
tertentu dan ada yang tidak pancaindra, artinya berita yang
menetapkannya. Adapun disampaikan harus merupakan
ulama yang menetapkan hasil pendengaran dan
jumlah tertentu masih penglihatannya sendiri.
berselisih mengenai jumlahnya. Pembagian Hadis Mutawatir
Al-qadi Al-baqillani 1.Hadis Mutawatir Lafdzi
menetapkan bahwa jumlah Hadis mutawatir lafdzi adalah
perawi hadis mutawatir hadis mutawatir dengan susuna
sekurang kurangnya lima redaksi yang sama persis. Contoh
orang.selain itu Astikhary hadis mutawatir lafdzi yaitu:
menetapkan bahwa yang Artinya : “Barang siapa yang dengan
paling baik minimal 10 orang, sengaja berbuat dusta atas namaku,
sebab jumlah itu merupakan niscaya ia menempati tempat
awal bilangan banyak.5 duduknya dari api neraka”
2. Keseimbangan Antar Perawi Hadis tersebut menurut keterangan
Thabaqat ( Lapisan ) Pertama Abu Bakar al-Bazzar, diriwayatkan
dan Thabaqat Berikutnya Jika oleh empat puluh orang sahabat,
bahkan menurut keterangan ulama
5
Teori Hadis, ( Jakarta: cv pustaka setia, 2016 ) hl.
296 lain, ada enam puluh orang sahabat,

4
rasul yang meriwayatkan hadis itu dalam doadoa beliau, selain dalam doa
dengaan redaksi yang sama. istisqa, dan beliau mengangkat
2.Hadis Mutawatir Ma’nawi tangannya hingga nampak putih-putih
Hadis mutawatir ma’nawi adalah kedua ketiaknya.” (Riwayat bukhari
hadis yang hanya mutawatir dan muslim)
maknanya, lafazhnya tidak mutawatir. 3.Hadis Mutawatir Amali
Contoh mutawatir ma’nawi sangat Mutawatir amali adalah sesuatu
banyak di antaranya tentang ar-ruy’at, yang diketahui dengan mudah bahwa
bilangan rakat dalam shalat dan dia termasuk urusan agama dan telah
lainnya. Contoh lainnya yaitu Hadis mutawatir antara umat Islam bahwa
yang menetapkan jumlah rakaat bagi Nabi SAW mengerjakannya,
shalat magrib 3 rakaat, karena seluruh menyuruhnya dan selain dari itu.
periwayatan dalam hal ini menetapkan Macam jumlah hadits mutawatir amali
bahwa shalat magrib 3 rakaat, baik ini banyak jumlahnya, seperti shalat
yang diriwayatkan saat Nabi saw janazah, shalat ied, pelaksanaan haji,
shalat magrib di Madinah atau di kadar zakat dan lain-lain.
Makkah, ataupun safar (dalam 2. Hadis Ahad
perjalanan) dan bermukim, lain lagi Secara bahasa kata ahad atau
ada riwayat bahwa para sahabat wahid berarti satu. Maka hadis ahad
melakukan shalat magrib 3 rakaat atau hadis wahid adalah suatu berita
yang diketahui Nabi saw. Tegasnya yang disampaikan oleh satu
semua riwayat tersebut berlainan orang.6Sedangkan hadis ahad menurut
ceritanya, tetapi maksudnya satu atau definisi singkat : hndRϤԩn o Ϥ ԩ
sama, yaitu menetapkan bahwa shalat “Hadis yang tidak memenuhi
magrib itu jumlahnya 3 rakaat. syarat-syarat mutawatir” Ulama lain
Hadits tentang mengangkat tangan di mendefinisikan dengan hadis yang
kala mendoa; sanadnya shahih dan bersambung
en en e Ro Ro hingga sampai kepada sumbernya

no Ro Ro Ro : eRR Ϥ e RRήRԩn (Nabi Muhammad SAW) tetapi


kandungannya memberikan
haRo nn e
Artinya : “Konon Nabi saw tidak 6
Munzier Suparta, Ilmu Hadis, (Jakarta:
Rajagrafindo, 2010) hal. 107
mengangkat kedua tangan beliau

5
pengertian zhanni dan tidak sampai yang dhaif, artinya Hadits Masyhur
kepada qath’i atau yakin. Dari dua yang tidak memiliki syarat-syarat atau
definisi di atas ada dua hal yang harus kurang salah satu syaratnya dari syarat
digaris bawahi, yaitu: 1. Dari sudut hadits shahih. Dan tidak dapat
kuantitas perawinya, hadis ahad dijadikan hujjah. Contohnya: “Siapa
berada di bawah kuantitas hadis yang mengetahui dirinya, niscaya ia
mutawatir. 2. Dari sudut isinya, hadits mengetahui Tuhan-nya”
ahad memberi faedah zhanni bukan 2. Hadits Aziz
qath’i Pembagian Hadis Ahad Dalam menurut bahasa berarti mulia,
hadits ahad terbagi dalam tiga kuat, atau sedikit. Secara terminologis,
kelompok, yaitu: aziz didefinisikan sebagai Hadis yang
1. Hadis Masyhur diriwayatkan oleh sedikitnya dua
Hadits masyhur menurut bahasa orang perawi diterima dari dua orang
ialah al-intisyar wa az-zuyu artinya pula. Sebagaimana hadits Masyhur,
sesuatu yang tersebar dan populer. hadits aziz terbagi kepada shahih,
Sedangkan menurut istilah : “Hadis hasan dan da’if. Pembagian ini
yang diriwayatkan dua orang atau tergantung kepada terpenuhi atau
lebih tetapi tidak sampai batasan tidaknya ketentuanketentuan atau
mutawatir” Dari sudut kualitasnya, syarat-syarat yang berkaitan dengan
dapat dibagi menjadi dua, yaitu yang kualitas ketiga kategori tersebut.
pertama Hadis Masyhur Shahih, Hadis Contohnya :
Masyhur yang memenuhi syaratsyarat eԩo Rom dom RRo o om o
keshahihannya. Maka Hadis Masyhur ԩn ԩ ԩn a䁞m
Shahih dapat dijadikan hujjah.
e Ϥem
Contohnya : “Barang siapa yang
Artinya: “Tidaklah beriman seseorang
hendak pergi melaksanakan shalat
di antara kamu, hingga aku lebih
jumat, hendaklah ia mandi.” Dan yang
dicintai dari pada dirinya, orang
kedua Hadits Masyhur Hasan, hadits
tuanya, anaknya dan semua manusia”
masyhur yang kualitas perawinya di
(H.R. al-Bukhari dan Muslim)
bawah hadits masyhur yang shahih.
3. Hadits Gharib
Contohnya: “Menuntut ilmu wajib
menurut bahasa berarti
bagi setiap muslim” Hadits Masyhur
al-Munfarid artinya menyendiri atau

6
alBa’id an Aqaribihi artinya jauh dari diriwayatkan oleh banyak sahabat,
kerabatnya. Sedangkan Secara tetapi ada seorang rawi yang
terminologis, gharib didefinisikan : meriwayatkan dari salah seorang
“Hadits yang diriwayatkan oleh sahabat lain yang lain yang tidak
seorang perawi yang menyendiri populer.
dalam meriwayatkannya” Ada dua
macam pembagian Hadits Gharib, B. Pembagian hadis berdasarkan
yaitu : kualitas sanad
1. Dilihat dari sudut bentuk 1. Hadist Shahih
penyendirian perawi Pengertian Hadist Shahih Dari
a. Hadits Gharib Muthlaq artinya segi bahasa Shahih berarti dhiddus
penyendirian itu terjadi berkaitan saqim, yaitu lawan kata dari sakit.
dengan keadaan jumlah Sedangkan dari segi istilahnya, hadis
personalianya, yakni tidak ada shahih adalah hadis yang sanadnya
orang lain yang meriwayatkan bersambung, diriwayatkan oleh
Hadits tersebut, kecuali dirinya perawi yang adil dan dhabit dari sejak
sendiri. awalhingga akhir sanad, tanpa adanya
b. Hadits Gharib Nisbi artinya syadz dan illat.
penyendirian itu bukan pada Contoh lain dari hadis shahih :
perawi atau sanadnya, melainkan Artinya : "Telah menceritakan kepada
mengenai sifat atau keadaan kami Abdullah bin yusuf ia berkata:
tertentu, yang berbeda dengan telah mengkhabarkan kepada kami
dengan perawi lainnya. malik dari ibnu syihab dari
2. Dilihat dari sudut kaitannya antara Muhammad bin jubair bin math'ami
penyendirian pada sanad dan matan. dari ayahnya ia berkata: aku pernah
c. Gharib pada sanad dan matan mendengar rasulullah saw membaca
secara bersama-sama, yaitu hadits dalam shalat maghrib surat at-thur"
Gharib yang hanya diriwayatkan (HR. Bukhari, Kitab Adzan). Analissi
oleh salah satu silsilah sanad, dari hadis tersebut adalah :
dengan satu matan haditsnya. 1. Sanadnya bersambung karena
d. Gharib pada sanad saja, yaitu semua rawi dari hadits tersebut
hadits yang telah populer dan mendengar dari gurunya.

7
2. Semua rawi pada hadits tersebut dari Yazid ibn Abi Ziyad, dari
dhobit Abdurrahim ibn Abi Laila, dari Al
3. Tidak syadz karena tidak ada Bara’i ibn Ngazib berkata: Rasulullah
pertentangan dengan hadits yang SAW bersabda: “Adalah hak bagi
lebih kuat serta tidak cacat. orang-orang Muslim mandi di hari
2. Hadist Hasan Jum’at. Hendaklah mengusap salah
Hadis hasan adalah hadis yang seorang mereka dari wangi-wangian
bersambung sanadnya, diriwayatkan keluarganya. Jika ia tidak memperoleh,
oleh rawi yang adil, yang rendah airpun cukup menjadi
tingkat kekuatan daya hafalnya, tidak wangi-wangian.”
rancu dan tidak bercacat”. Dari 3. Hadist Dhaif
definisi-definisi tersebut di atas dapat kata dhaif menurut bahasa bararti
dikatakan bahwa hadist hasan hampir lemah, sebagai lawan dari kata dhaif
sama dengan hadist shahih, hanya saja adalah kuat. Maka sebutan hadist
terdapat perbedaan dalam soal ingatan dhaif dari segi bahasa berarti hadist
perawi. Pada hadist shahih, ingatan yang lemah atau hadist yang tidak
atau daya hafalannya harus sempurna, kuat. Secara istilah, diantara para
sedangkan pada hadist hasan, ingatan ulama terdapat perbedaan rumusan
atau daya hafalannya kurang dalam mendefinisikan hadist dhaif ini.
sempurna. Dengan kata lain bahwa Akan tetapi, pada dasarnya, ini isi dan
syarat-syarat hadist hasan dapat maksudnya adalah sama. hadist yang
dirinci sebagai berikut : didalamya tidak terdapat syarat-syarat
˗ Sanadnya bersambung hadist shahih dan syarat-syarat hadist
˗ Perawinya adil hasan”.
˗ Perawinya dhabit, tetapi ke Contoh hadist dhaif ; Artinya :
dhabit-tanyaa di bawah ke “Barangsiapa tidur sesudah ashar
dhabitan perawi hadist hasan kemudian akalnya terganngu maka
˗ tidak terdapat kejanggalan (syadz) jamgan menyalakan siapa-siapa
˗ tidak ada illat (cacat) kecuali dirinya sendiri”. Hadis ini
Contoh hadist hasan Artinya: “Berkata merupakan hadis dha’if. Karena
Ali ibnu Hasan Al Kufiy, berkata Abu perawinya tidak adil, tidak dhabit, dan
Yahya Isma’il ibn Ibrahim At Taimiy,

8
ada kejanggalan dalam matan. sahabat yang menerima hadis itu dari
Macam-macam hadis dhaif: Nabi.8
Pembagian Hadis Dhaif Ditinjau 2. Hadis Munqathi
Dari Segi Terputusnya Sanad Keterputusan di tengah sanad
1.Hadis Muallaq dapat terjadi pada satu sanad atau
Hadis muallaq secara bahasa lebih, secara berturut-turut atau tidak,
adalah isim maf”ul dari kata ‘allaqa, jika keterputusan terjadi di tengah
yang berarti “menggantungkan sanad pada satu tempat atau dua
sesuatu pada sesuatu yang yang lain tempat dalam keadaan yang tidak
hingga ia menjadtergantung”.7 Secara berturut-turut, hadis yang
istilah hadis muallaq adalahhadis yang bersangkutan dinamakan hadis
dihapus dari awal sanadnya seorang munqathi’. Kata munqathi’ berasal
perawi atau lebih secara berturut turut. dari bentuk inqatha’a yang berarti
Contoh hadis muallaq: Hadis yang berhenti, kering, patah, pecah, atau
diriwayatkan oleh bukhari pada putus. Beberapa definisi tentang hadis
mukaddimah bab mengenai “menutup munqathi’ para ulama berbeda
paha”, ‘berkata abu musa,’”rasulullah pendapat sebagai berikut:
saw menutupi kedua kedua lutut a. Hadis munqati’ adalah hadis yang
beliau ketika utsman masuk.” sanadnya terputus di bagian mana
1. Hadis Mursal saja, baik sanad terakhir atau
Hadis mursal adalah hadis yang periwayat pertama (sahabat)
gugur dari akhir sanadnya, seorang maupun bukan sahabat (selain
perawi sesudah thabi’i. Kata mursal periwayat pertama).
secara bahasa beerarti terlepas atau b. Hadis munqathi’ adalah hadis
terceraikan dengan cepat atau tanpa yang bagian sanadnya sebelum
ada halangan. Kata ini kemudian sahabat (periwayat sesudahnya)
digunakan hadis tertentu yang hilang atau tidak jelas orangnya.
periwayatnya melepaskan hadis tanpa c. Hadis munqathi’ adalah hadis
terlebih dahulu mengaitkannya kepada yang sanadnya dan periwayat

8
Nawir Yuslem, Ulumul Hadis, (Jakarta:
7
Nawir Yuslem, Ulumul Hadis, (Jakarta: Batavia Batavia dvertisin, 2001 ) hal.240
dvertisin, 2001 )hal.238

9
yang gugur seorang atau dua hadis mu’dhal. Kata mu’dhal berasal
orang tidak secara berurutan. dari kata kerja ‘adhala yang berarti
d. Hadis munqathi’ adalah hadis melemahkan, melelahkan, menutup
yang dlam sanadnya ada seorang rapat. Atau menjadi bercacat. Kata
periwayat yang terputus atau mu’dhal digunakan untuk jenis hadis
tidak jelas. tertentu karena pada hadis itu ada
e. Hadis munqathi’ adalah yang bagian sanadnya yang lemah, tertutup,
sanadnya dii bagian sebelum atau cacat. Secara terminologi,
sahabat (periwayat sesudahnya) menurut Muhammad ‘Ajjaj al-khathib,
terputus seorang atau lebih tidak hadis mu’dhal adalah hadis yang
secra berurut, dan tidak terjadi di gugur dua orang sanadny atau lebih
awal sanad. secra berturut-turut.
3. Hadis mu’an’na dan muannan. Kriteria hadis mu’dhal adalah:
Di samping hadis itu, hadis yang sanad yang gugur, lebih dari satu
termasuk kategori hadis dhaif karena orang, keterputusan secra
sanadnya diduga mengalami berturut-turut. Sebagian ulama
keterputusan adalah hadis al mu’an’an menambahkan kriteria tempat
dan almuannan. Kata al-mu’an’na keterputusan sanad di tengah sanad,
merupakan bentuk maful dari kata bukan siawal atau diakhir. Jadi hadis
‘an’ana yang berarti periwayat berkata mu’dhal adalah hadis yang gugur dua
(dari....dari....) secara bahasa berarti orang periwayatnya atau lebih secara
pernyataan periwayat:si anu dari si berturut-turut baik gugurnya itu di
anu. Kata al-muannan berasal dari antara sahabat dngan tabiin, antara
kata annana yang berarti periwayat tabiin dengan tabi’ al-tabi’in atau dua
berkata (bahwa...bahwa...) yang orang sesudah mereka. Contoh hadis
menunjukkan bahwa periwayat mu’dhal dilihyat dlam kitab
meriwayatkan hadis dari periwayat al-muwaththa’ karya imam
lain dengan menggunakan metode. maliksebagai berikut: “malik bercerita
4. Hadis mu’dhal. padaku bahwa sebuah cerita sampai
Jika keterputusan secara kepadanya, abu hurayrah berkata,
bertutut-turut dan terjadi di tengah Rosulluloh Saw. Bersabda, ‘seorang
sanad, maka hadisnya dinamakan budak berhak mendapatkan makanan

10
dan pakaian serta ia tidak dibebeni Hadits matruk adalah hadits yang
pekerjaan kecuali yang ia mampu”. diriwayatkan oleh periwayat yang
Pembagian Hadis Dhaif Karena tertuduh sebagai pendusta. Menurut
Periwayatnya Tidak Adil mahmud al-Thahhan, sebab periwayat
a. Hadits mawdhu tertuduh dusta adalah:
Hadits mawdhu adalah hadits ˗ Hadits yang diriwayatkan tidak
dusta yang dibuat-buat dan diriwayatka kecuali dari
dinisbahkan kepada rasulullah. Secara periwayat itu dan bertentangan
bahasa, mawdhu berarti sesuatu yang denga kaidah-kaidah yang telah
digugurkan (almasqath), yang diketahui.
ditinggalkan (al-matruk), dan ˗ Diketahui periwayat berdusta
diada-adakan (al-muftara). Menurut dalam pembicaraan kesehariaan,
istilah, hadits mawdhu adalah tetapi belum terbukti pernah
pernyataan yang dibuat seseorang berdusta tentang hadits nabi.
pada nabi saw. Hadits mawdhu c. Hadits munkar
diciptakan oleh pendusta disandarkan Hadits munkar berasal dari kata
kepada rasulullah untuk memperdayai. al-inkar (mengingkari) lawan dari
Kriteria hadits mawdhu cukup banyak aliqrar (menetapkan). Kata munkar
berbeda dengan kriteria hadits yang digunakan untuk hadits yang seakan
lain yang relatif lebih sedikit dan mengingkari atau berlawanan dengan
dikalangan ulama tidak ditentukan hadits lain yang lebih kuat.
secara teperinci. Kriteria hadits palsu Dikalangan ulama hadits, hadits
dapat dipaparkan sebagai berikut: munkar didefinisikan dengan: Hadits
Kriteria sanad: pengakuan yang dalam sanatnya terdapat
periwayat (pemalsu) hadits, periwayat yang mengalami
bertentangan dengan realita historis kekeliruan,kesalahan dan pernah
periwayat, periwayat pendusta, dan berbuat fasik., Hadits yang
keadaan periwayat dan dorongan diriwayatkan oleh periwayat yang
psikologisnya. dha’if bertentangan dengan riwayat
Kriteria matan: buruk lafal atau periwayat yang tsiqoh.
redaksinya, rusak maknanya.
b. Hadits matruk

11
C. Hadits Dari Segi Sifat Sanad a. Perawinya adil
1. Isnad Ali b. Perawinya bukan termasuk
suatu hadis yang rawi dalam mudallis
sanadnya sedikit dibandingkan dengan c. Antara keduanya harus pernah
sanad hadis yang lain. Kebalikannya, bertemu
yaitu sanad yang panjang dinamakan 4. Hadits Muannan
Isnad Nazil. secara umum hadis hadis yang perawinya menggunakan
dengan Isnad ‘Ali lebih utama dari kata “anna” hukumnya sama dengan
pada Isnad Nazil karena kemungkinan hadis mu’an’an.
adanya kelemahan atau cacat lebih
5. Hadits Musnad
sedikit . kecuali jika isnad nazil
sesuatu yang bersambung
mempunyai faedah tertentu.
sanadnya dan marfu disandarkan
2. Hadits Musalsal
kepada Nabi Saw ada yang shohih,
Hadis yang berantai perawinya
hasan dan dhaif.
sehingga sampai pada Rasullulah Saw
ketika meriwayatkannya, dalam
D. Hadits Dari Segi
keadaan serupa atau bersifat serupa,
Penyandarannya
atau memakai perkataan serupa. Jika
1. Hadits Qudsi
memenuhi syarat-syarat hadis shahih,
Yang disebut Hadits-Qudsi atau
hadis musalsal ini mempunyai
Hadits-Rabbany atau Hadits Ilahi,
keunggulan tersendiri karena
ialah :“Sesuatu yang dikhabarkan
menunjukkan adanya kedhabitan yang
Allah taa’ala kepada NabiNya dengan
lebih baik9.
melalui ilham atau impian, yang
3. Hadits Mu’an’an
kemudian Nabi menyampaikan ma’na
Hadis yang perawinya
dari ilham atau impian tersebut
menggunakan kata ‘An dalam
dengan ungkapan kata beliau sendiri”.
sanadnyadihukumi muttasil dalam
Hadits qudsi itu tidak banyak, hanya
sanad jika memenuhi 3 syarat:
berjumlah kurang lebih seratus Hadits,
yang oleh sebagian Ulama dihimpun
9
Mahmud Thahan, Taysĭr Musthalah al-Hadits,
dalam sebuah kitab.
(Surabaya, al-Hidayah, tt), hal. 62.

12
Perbedaan Hadits-Qudsi dengan perkataan, perbuatan, maupun
Hadits Nabawi :Hadits-Qudsi taqrir.Hadits itu disebut Marfu’ karena
biasanya diberi ciri-ciri dengan mempunyai derajat yang luhur sebagai
dibubuhi kalimat-kalimat :Qala akibat dihubungkannya dengan Nabi
(yaqulu) Allahu, Fima yarwihi SAW., baik dengan menggunakan
‘anillahi Tabaraka wa Ta’ala dan sanad yang muttasil (bersambung)
Lafadz-lafadz lain yang semakna apa atau tidak.Apabila sahabat berkata,
yang tersebut diatas, setelah selesai “bahwa Rasulullah SAW.
penyebutan rawi yang menjadi sumber Bersabda,” begini begitu
(pertama)nya, yakni shahabat. Sedang dst.” Maka Hadits itu disebut Hadits
untuk Hadits-Nabawi (biasa), tidak Marfu’. Demikina pula apabila
ada tanda-tanda yang demikian itu. seorang tabi’in, atau tabi’ut
Misalnya : tabi’in,atau orang yang sesudahnya,
: do : R ο n R menyebutkan seperti yang dikatakan
Re aδԩ e ) : e ϭR dh : R oleh sahabat tersebut, maka itu disebut
nϭ e Όeaԩ e o ϭϳdϳ ϫԩ n R Hadits Marfu’.11
( Ra n ). δԩn 䁞䁮n n ϫR Όeo Όeo Berdasarkan definisi diatas
“Dari Abu Dzar r.a. ujarnya: Hadits Marfu’ ada yang yang
Rasulullah s.a.w bersabda : Firman sanadnya bersambung, adapula yang
Allah ‘Azza wa jalla: Siapa yang terputus. Dalam Hadits Marfu’ ini
menjalankan kebaikan, ia berhak tidak dipersoalkan apakah ia memiliki
menerima sepuluh kali lipat atau lebih, sanad dan matan yang baik atau
sedang siapa yang berbuat kehajatan, sebaliknya. Bila sanadnya
maka balasannya satu kejahatan yang bersambung maka dapat disifati
sepadan atau bahkan Aku ampuni, dan Hadits shahih atau Hadits hasan,
seterusnya.” (Riwayat Muslim)10 berdasarkan derajat kedhabitan dan
2. Hadits Marfu’ keadilan perawi.Bila sanadnya

Hadits Marfu’ ialah hadits yang terputus hadits tersebut disifati dengan

dihubungkan kepada Nabi


Muhammad SAW., baik berupa
11
Muhammad Alawi Al-Maliki, Ilmu Ushul
Hadits (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2006),
10
Drs. Fatchur Rahman, Musthalahu’lHadits hlm.67
(Bandung : Alma‘arif, 1991),hlm.50-51

13
Hadits dhaif mengikuti tentang suatu masalah yang tidak
macam-macam putusnya rawi. dicapai dengan ijtihad, seperti
Hadits yang bisa dikategorikan perkataan yang berkaitan dengan
kedalam Hadits Marfu’ ialah Hadits berita ghaib, atau menerangkan pahala
Mauquf, yaitu Hadits yang sesuatu amal,seperti perkataan Ibnu
dihubungkan kepada sahabat, dan Mas’ud: Barang siapa yang
Hadits Maqthu’, yaitu Hadits yang mendatangi tukang sihir, atau dukun
dhubungkan kepada tabi’in atau maka sesungguhnya ia telah kafir
orang-orag yang datang sesudahnya. kepada apa yang telah diturunkan
Sedangkan Hadits yang sanadnya kepada Muhammad SAW..
tidak memenuhi syarat harus muttasil, Apabila seorang sahabat
seperti Hadits mursal, Hadits membuat suatu pekerjaan yang tidak
munqathi’, Hadits mu’dhal, dan dapat diperoleh dengan jalan ijtihad,
Hadits muallaq, kadang bisa maka maka perbuatannya itu di
dikategorikan kedalam Hadits Marfu’, pandang Hadits Marfu’, karena
dan memang Hadits-Hadits tersebut dipersepsikan bahwa para sahabat
adakalanya Marfu’. tidak melakukan suatu perbuatan,
Macam- macam Hadits Marfu : tanpa ada tuntunan dari Nabi
a. Marfu’ Tashrihi SAW.pada suatu tuntunan yang tidak
yaitu hadits yang diketahui mungkin diperoleh dari selain Nabi
secara jelas dihubungkan kepada Nabi SAW. Demikian pula apabila seorang
SAW., baik berupa perkataan, sahabat yang meng-khabar-kan suatu
perbuatan, maupun taqrir, misalnya berita dengan menggunakan ungkapan
perkataan seorang sahabat dengan bahwa diantara mereka (para sahabat)
kata: aku mendengar Rsulullah ada yang mengajarkan begini dimasa
bersabda, Rasulullah Saw bersabda hidup Rasulullah. Pemberitaan itu
dll. dipandng Hadits Marfu’ karena
b. Marfu’ Hukmi, dipersepsikan bahwa Nabi SAW.
yaitu hadits yang secara jelas Melihat pekerjaan itu pada saat terjadi
oleh sahabat tidak dihubungkan dan beliau tidak mencegah atau
kepada Nabi SAW. Melalui kata-kata, melarang. Proses Hadits ini disebut
misalnya Perkataan seorang sahabat persetujuan (taqrir) Nabi SAW.

14
3. Hadits Mauquf diatas dapat disimpulkan bahwa
Mauquf menurut bahasa waqaf, Hadits Mauquf adalah sesuatu yang
yang artinya berhenti atau stop. Di disandarkan kepada seorang sahabat
dalam Alquran terdapat tanda-tanda atau segolongan sahabat, baik berupa
waqof yang harus dipatuhi oleh perkataan, perbuatan, persetujuan,
sipembacanya.barang waqof terhenti baik bersambung sanadnyaatau
tidak boleh diperjualbelikan kepada terputus.Jadi, sandaran Hadits ini
orang lain karena amal lillah ta’ala hanya sampai kepada sahabat12.
sampai hari kiamat tiba. Wauquf Ibnu shalah dan ulama’ lain
adalah barang yang dihentikan atau berkata, “Hadits Mauquf yang
barang yang di-waqof-kan. Menurut sanadnya bersambung sampai kepada
pengertian istilah ulamaHadits adalah: seorang sahabat yang bersangkutan
Sesuatu yang disandarkan kepada termasuk Hadits Mauquf maushul;
sahabat, baik dari pekerjaan perkataan, dan sebagian Hadits Mauquf yang
dan persetujuan, baik bersambung tidak bersambung sanadnya termasuk
sanadnyabmaupun terputus. Kata Ibnu Hadits Mauquf yang tidak mashul
Al-Atsir dalam Al-Jami’: sesuai dengan ketentuan-ketentuan
Hadits yang dihentikan pada Hadits Marfu’.
(sandarannya) pada seseorang sahabat Kekhususan Hadits Mauquf bagi
tidak tersembunyi bagi seorang ahli seorang sahabat itu apabila kata
Hadits, yaitu Hadits yang disandarkan Mauquf disebutkan secara mutlak,
kepada seorangsahabat. Apabila telah yakni apabila dikatakan waqafhu fala.
sampai kepada seorang sahabat, ia Namun kadang-kadang kata Mauquf
(seorang perawi) berkata:bahwasanya digunakan untuk Hadits yang terhenti
sahabat berkata begini, atau berbuat pada selain sahabat, seperti dikatakan,
begini, atau menyuruh “Hadits tentang anu dan anu dinilai
begini.Sebagian ulama’ Mauquf oleh fulan pada ‘Atha’, anu
mendefinisikan Hadits Mauquf pada Thawus, dan
adalah: sebagainya.Sebagian ulama menyebut
Hadits yang disandarkan kepada
seorang sahabat, tidak sampai kepada
12
Abdul Majid Khon,Ulumul Hadits, (Jakarta :
Nabi SAW. Dari berbagai definisi
Amzah, 2012), hlm.257

15
Hadits Mauquf secara mutlak sebagai atau perbuatan. Dari pengertian diatas
atsar. dapat disimpulkan bahwa Hadits
Ibnu Shalih juga membagi Hadits Maqthu’adalahsisat matan yang
Mauquf kepada dua bagian, yaitu disandarkan kepada seorang tabi’in
Mauqufal-maushul dan Mauquf ghair atau seorang generasi setelahnya ,
al-maushul.Mauquf al-maushul berarti baik berupa perkataan, perbuatan, dan
Hadits Mauquf yang sanadnya yang persetujuan. Hadits Maqthu’, sifat
bersambung sampai kepada sahabat matan bukan sifat sanad.jika sifat
sebagai sumber Hadits.SedangMauquf sanad yang terputus atau tidak
ghair al-maushul berarti Hadits bersambung namanya bukan Maqthu’,
Mauquf yang sanadnya tidak tetapi disebut munqati’.
bersambung.Dilihat dari segi Sebagian ulama Hadits seperti
persambungan ini, maka Hadits Asy-Sayfi’i dan Ath-Thabrani
Mauquf ghair al-maushul dinilai menyebutkan, Maqthu’ dimaksudkan
sebagai Hadits dha’if yang lebih munqathi’, yaitu Hadits yang
rendah daripada Hadits Mauquf sanad-nya tidak muttasil, tetapi istilah
al-maushul.13 ini tidak benar. Karena ungkapan
4. Hadits Maqthu’ Asy-Syafi’i tersebutsebelum
Menurut bahasa, kata Maqthu’ terbentuknya istilah mushthalah
berasal dari akar kata n nh n al-Haditst, sedangkan Ath-Thabrani,
dnh yang artinya terpotong atau dianggap menyimpang dari istilah
terputus,lawan kata dari mausul yang yang disepakati oleh ulama.Contoh
berarti bersambung. Kata terputus ini Hadits Maqthu’ qauli (dalam bentuk
dimaksudkan tidak sampai kepada perkataan) sepeti Kata Al-Hasan
Nabi SAW..Ia hanya sampai kepada Al-Bashri tentang sholat dibelakang
tabi’in saja. ahli bid’ah: Shalatlah dan bid’ahnya

Menurut istilah Hadits Maqthu’ atasnya. (HR. Al-Bukhari) Kehujjahan

adalah sesuatu yang Haditst Maqthu’ Hukum Hadits

disandarkankepada seorang tabi’in Maqthu’ialah tidak boleh dijadikan

atau orang setelahnya, baik perkataan

13
Munzier Suparta,Ilmu Hadits,(Jakarta : Raja
Grafindo Persada,2003),hlm.171

16
hujjah apabila tidak ada tanda-tanda a. Keadilan Rawi
yang khusus tentang adanya Marfu14’. b. Sifat ini, dalam ilmu hadits,
adalah sifat mulia yang sekiranya
E. Hadits Maqbul dan Hadits dapat mengantarkan seseorang
Mardud untuk selalu berkata jujur, dan
1. Hadits Maqbul meraih keteguhan dalam menukil

Para ulama hadits menyebut hadits.16

beberapa syarat diterimanya (maqbul) Karenanya, hal pokok yang


suatu hadits. Diantara mereka, ada menjadikan seseorang rawi dianggap
yang menelaah kredibilitas dan adil yaitu bila ia telah mencapai hâl
keagaamaan rawi, meneliti realitas al-ada’.17 Hâl al-ada’ yaitu keadan
sanad, akhlak dan prilaku periwayat dimana seseorang diperkenankan
hadits, dan lain sebagainya.Agar menerima sekaligus meriwayatkan
hadits yang mereka peroleh diduga kembali.
kuat datang dari Rasul, ditetapkanlah c. Mundhabit
syarat-syarat yang terangkum dalam Syarat lain yang juga sangat
tiga hal berikut: keadilan rawi, penting adalah mundhabit. Untuk
sanadnya bersambung, dan mampu lebih jelasnya, mundhabit diartikan
menjaga hadits.15 sebagai realitas rawi yang menguasai
Syarat-syarat tersebut menurut dengan baik apa yang dia
mereka masih tidak cukup, sebab riwayatkan.Karenanya, dia disebut
masih perlu dilakukan perbandingan mundhabit bila dapat menyebutkan
dengan ketentuan yang ada dalam kemabali dengan benar terhadap
al-Qur’an dan hadits lain.Serta masih hadits yang diperolehnya. Tidak hanya
membutuhkan proses telaah lebih itu, dia juga harus benar-benar
lanjut apakah terdapat pertentangan memahami makna riwayat yang dia
dengan nash lainnya.

14
M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar
Ilmu Hadits, (Jakarta: Bulan Bintang, 1991), hlm. 16
Muhammad Sulaiman Abdullah, al-Wadih fi
196 Ushûl al-Fiqh, (Kairo: Dâru al-Salam, 2007), hal.
15
Abdul Mahdi, al-Madkhal Ila al-Sunnah 112.
al-Nabawiyah, (Kairo: Dâru al-I’tisham, 2000), hal. 17
Muhammad ‘Azaz Khatib, Ushûl al-Hadits,
300. (Bairut: Dāru al-Fiqr, 1979), hal. 227-232.

17
dapat, terhindar dari kekeliruan baik Ketiga, adalah posisi tengah,
dari segi hapalan maupun tulisan.18 dimana daya ingat rawi tergolong
Ada tiga kategori terkait dengan cukup, akan tetapi kadang-kadang
dhabit tidaknya seorang rawi. mengalami kekeliruan, atau lupa
Pertama, orang yang kuat terhadap apa yang dia riwayatkan.
hapalannya, jelas/benar catatan Oleh sebab itu, haditsnya disebut
haditsnya, serta sangat memahami sebagai hadidts hasan. Namun bila
riwayat yang dia terima, haditsnya haditsnya didukung oleh banyak
tidak tercemar atau tidak berubah riwayat lain yang satu makna, maka
meski dia terima dalam tempo waktu haditsnya disebut sebagai shahih li
yang cukup lama, ataupun dibarengi gairihi.
dengan hapalan yang banyak. Seperti 2. Hadits Mardhud
Imam Bukhari, Malik, dan al-Zuhri. Mengenai hadits mardud, para
Karena itu mereka disebut sebagai ahli ulama hadits secara umum
al-dhabthi atau ahli al-itqan. Riwayat menyebutnya dengan hadits
mereka tergolong shahih. dha’if.Menanggapi kehujjahan hadits
Kedua, rawi yang banyak ini, ternyata pendapat mereka terpecah
mengalami kekeliruan terhadap apa menjadi tiga.
yang dia riwayatkan, pelupa, lemah a. Pertama, hadits dha’if tidak boleh
ingatannya atau tidak yakin terhadap diamalakan secara muthlak, baik
riwayatnya.Karena itu, hadits yang ia dalam fadha’il al-amal maupun
riwayatkan tergolong dha’if yang dalam masalah hukum.
tertolak (mardud).Berbeda bila daya b. Kedua, menganggapnya bisa
ingatnya lemah, akan tetapi haditsnya diamalkan secara muthlaq.
memiliki kesamaan makna dengan c. Ketiga, hadits tersebut bisa
hadits-hadits lain yang maqbul. Dalam digunakan hanya dalam aspek
hal ini, haditsnya disebut sebagai fadha’il al-amal dan
hadits hasan lighairihi. nasihat-nasihat, hanya saja harus
memenuhi persyaratan.
18
Muhammad Sulaiman Abdullah, al-Wadih fi Persyaratan tersebut diantaranya
Ushûl al-Fiqh, (Kairo: Dâru al-Salam, 2007), hal.
113. adalah:
˗ Tidak terlalu dha’if.

18
˗ Telah banyak diamalkan oleh yang dimaksud dengan riwayah
umat Islam. al-hadis atau al riawayah adalah
˗ Ketika mengamalkan, seseorang kegiatan penerimaan dan
tidak boleh menganggap penyampaian hadis, serta penyandaran
haditsnya pasti datang dari rasul. hadis itu kepada mata-rantai para
Melainkan diamalkan atas dasar periwayatnya dengan bentuk bentuk
ikhtiyat atau kehati-hatian.19 tertentu. Ada tiga unsur yang harus
˗ Senada dengan pandangan yang dipenuhi dalam periwayahan hadis,
ketiga, Mahmud Thahan yaitu:
menandaskan bahwa pendapat 1. Kegiatan menerima hadis dari
terakhir dipegang oleh jumhur periwayat hadis,
ulama. 2. Kegiatan mnyampaikan hadis itu
kepada orang lain, dan
3. Ketika hadis itu disampaikan maka
PENUTUP
susunan mata rantai periwayatan
Hadis merupakan sumber hukum
disebutkan.
islam yang kedua setelah Al-Qur’an.
Hadis dapat dibagi berdasarkan
Sebelum menerapkan sesuatau yang
kualitas dan kuantitas sanadnya.
baru dalam hidup ada kalanya kita
Pembagian hadis berdasarkan
harus tau asal muasal kualitas dari
kuantitas sanadnya yaitu hadis
sesuatu perkataan juga perbuatan dari
muttawatir, dan hadis ahad, di
Nabi Muhammad ditulis dalam hadis.
samping pembagian lain yang diikuti
Hadis atau al-hadits menurut bahasa
oleh sebagian para ulama yaitu
al-Jadid yang artinya sesuatu yang
pembagian menjadi tiga macam yaitu:
baru. Hadis sering disebut dengan
hadis mutawatir, hadis masyhur dan
al-Khabar yang berarti berita, yaitu
hadis ahad. Sedangkan berdasarkan
sesuatu yang dipercakapkan dan
kualitas sanadnya, hadis dibagi
dipindahkan dari seseorang kepada
menjadi tiga yaitu hadis sahih, hadis
orang lain. Dalam istilah ilmu hadis,
hasan dan hadis dhaif.
19
Muhammad Jamaluddin al-Qasimi, Qawaidu
al-Tahdits, (Kairo: Dâru al-Aqidah, 2004), hal.
114.

19
DAFTAR PUSTAKA
Rozali, Muhammad. 2019. Ilmu Hadis.Medan: Azhar Center
Abdurrahman, Muhammad. 2000. Pergeseran Pemikiran hadis. Jakarta:
Pramadana
Sutarmadi, Ahmad. 1998. Al-Imam Al-Tirmidzi. Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu
Assa’idi, Sa’dullah. 1996. Hadis-hadis Sekte. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Yuslem, Nawir. 2001. Ulumul Hadis. Batavia: Mutiara Sumber Widya
Mardani. 2012. Hadis Ahkam. Jakarta: Rajagrafindo Persada
Hasbi. Pokok-pokok Ilmu Dirayah Hadis Sintia Paramita,
Ash-Shalih, Subhi. 1977. Ilmu-ilmu Hadis. Jakarta: Pustaka Firdaus
Abdurrahman, Maman. 2015. Teori Hadis. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Suparta, Munzier. 1993. Ilmu Hadis. Jakarta: Rajagrafindo Persada
Hassan, qadir. Ilmu Musthala. Jakarta: Cv. Diponegoro
Idri. 2017. Hadis dan Orientalis. Depok: PT. Balebat Dedikasi
Drs. Fatchur Rahman, Musthalahu’lHadits (Bandung : Alma‘arif,
1991),hlm.50-51
Muhammad Alawi Al-Maliki, Ilmu Ushul Hadits (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
2006), hlm.67
Dr. Nuruddin ‘Itr, ‘ulumul Hadits(Bandung : Remaja Roada karya,
2012),hlm.339
Abdul Majid Khon,Ulumul Hadits, (Jakarta : Amzah, 2012), hlm.257
Munzier Suparta,Ilmu Hadits,(Jakarta : Raja Grafindo Persada,2003),hlm.171
M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1991), hlm. 196
Muhammad Jamaluddin al-Qasimi, Qawaidu al-Tahdits, (Kairo: Dâru al-Aqidah,
2004), hal. 114.

20
21

Anda mungkin juga menyukai