DOSEN :
NUR HIZBULLAH
DISUSUN OLEH :
2021
KATA PENGANTAR
makalah kami yang berjudul Fonologi , guna untuk memenuhi tugas kami pada
Kami menyadari akan kekurangan yang ada dalam makalah kami. Namun
dalam makalah ini. Kami juga mengharapkan kritik dan saran dari kalian semua.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Atas
1
perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Fonologi .................................................................... 3
B. Ilmu Yang Tercakup Dalam Fonologi ........................................ 4
C. Jenis-jenis Fonem........................................................................ 6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari masih banyak masyarakat yang memakai
bahasa Indonesia tetapi tuturan atau ucapan daerahnya terbawa ke dalam
tuturan bahasa Indonesia. Tidak sedikit seseorang yang berbicara dalam
bahasa Indonesia, tetapi dengan lafal atau intonasi Jawa, Batak, Bugis, Sunda
dan lain-lain. Seperti di Sulawesi Selatan masih sangat banyak masyarakat
yang menggunakan bahasa Indonesia tapi masih dengan intonasi bahasa
bugis. Hal ini dimungkinkan karena sebagian besar bangsa Indonesia
memposisikan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua. Sedangkan bahasa
pertamanya adalah bahasa daerah masing-masing. Bahasa Indonesia hanya
digunakan dalam komunikasi tertentu, seperti dalam kegiatan-kegiatan resmi.
Selain itu, dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya di
Sekolah Dasar, istilah yang dikenal dan lazim digunakan guru adalah istilah
“huruf” walaupun yang dimaksud adalah “fonem”. Mengingat keduanya
merupakan istilah yang berbeda, untuk efektifnya pembelajaran, tentu perlu
2
diadakan penyesuaian dalam segi penerapannya. Oleh karena itu, untuk
mencapai suatu ukuran lafal atau fonem baku dalam bahasa Indonesia, sudah
seharusnya lafal-lafal atau intonasi khas daerah itu dikurangi jika mungkin diusahakan
dihilangkan.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan fonologi?
2. Apa saja ilmu yang tercakup dalam fonologi?
3. Apa saja jenis-jenis fonem?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian fonologi
2. Untuk mengetahui ilmu-ilmu yang tercakup dalam fonologi
3. Untuk mengetahui jenis-jenis fonem
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Fonologi
Secara etimologi kata fonologi berasal dari gabungan kata fon yang
berarti ”bunyi” dan logi yang berarti “ilmu”. Sebagai sebuah ilmu, fonologi
lazim diartikan sebagai bagian dari kajian linguistik yang mempelajari,
membahas, membicarakan, dan menganalisis bunyi-bunyi bahasa yang
diproduksi oleh alat-alat ucap manusia.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) dinyatakan bahwa
fonologi adalah bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi–bunyi
bahasa menurut fungsinya. Menurut Kridalaksana (2002) dalam kamus
linguistik, fonologi adalah bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyibunyi bahasa
menurut fungsinya. Dengan demikian, fonologi adalah sistem
bunyi dalam bahasa Indonesia atau dapat juga dikatakan bahwa fonologi
adalah ilmu tentang bunyi bahasa.
Fonologi adalah ilmu tentang perbendaharaan bunyi-bunyi (fonem)
bahasa dan distribusinya. Fonologi diartikan sebagai kajian bahasa yang
mempelajari tentang bunyi-bunyi bahasa yang diproduksi oleh alat ucap
manusia. Bidang kajian fonologi adalah bunyi bahasa sebagai satuan terkecil
dari ujaran dengan gabungan bunyi yang membentuk suku kata. Fonologi
3
sering disebut fonemik, ilmu yang mempelajari fonem- fonem.
b. Fonetik akustik
Fonetik akustik mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa
fisis atau fenomena alam. Objeknya adalah bunyi bahasa ketika
merambat di udara, antara lain membicarakan: gelombang bunyi
beserta frekuensi dan kecepatannya ketika merambat di udara,
spektrum, tekanan, dan intensitas bunyi. Juga mengenai skala desibel,
resonansi, akustik produksi bunyi, serta pengukuran akustik itu.
Kajian fonetik akustik lebih mengarah kepada kajian fisika daripada
kajian linguistik, meskipun linguistik memiliki kepentingan
didalamnya.
c. Fonetik auditoris
Fonetik auditoris mempelajari bagaimana bunyi-bunyi bahasa
itu diterima oleh telinga, sehingga bunyi-bunyi itu didengar dan dapat
dipahami. Dalam hal ini tentunya pambahasan mengenai struktur dan
fungsi alat dengar, yang disebut telinga itu bekerja. Bagaimana
4
mekanisme penerimaan bunyi bahasa itu, sehingga bisa dipahami.
Oleh karena itu, kajian fonetik auditoris lebih berkenaan dengan ilmu
kedokteran, termasuk kajian neurologi.
2. Fonemik
Fonemik adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi-bunyi bahasa
yang berfungsi sebagai pembeda makna. Terkait dengan pengertian
tersebut, fonemik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997)
diartikan: (1) Bidang linguistik tentang sistem fonem. (2) Sistem fonem
suatu bahasa. (3) Prosedur untuk menentukan fonem suatu bahasa.
Jika dalam fonetik mempelajari berbagai macam bunyi yang dapat
dihasilkan oleh alat-alat ucap serta bagaimana tiap-tiap bunyi itu
dilaksanakan, maka dalam fonemik mempelajari dan menyelidiki
kemungkinan-kemungkinan, bunyi ujaran yang manakah yang dapat
mempunyai fungsi untuk membedakan arti.
Chaer (2007) mengatakan bahwa fonemik mengkaji bunyi bahasa
yang dapat atau berfungsi membedakan makna kata. Misalnya bunyi [l],
[a], [b] dan [u] dan [r], [a], [b] dan [u]. Jika dibandingkan perbedaannya
hanya pada bunyi yang pertama, yaitu bunyi [l] dan bunyi [r]. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa kedua bunyi tersebut adalah fonem
yang berbeda dalam bahasa Indonesia, yaitu fonem /l/ dan fonem /r/.
C. Jenis-Jenis Fonem
Supriyadi (1992) berpendapat bahwa yang dimaksud fonem adalah
satuan kebahasaan yang terkecil. Santoso (2004) menyatakan bahwa fonem
adalah setiap bunyi ujaran dalam satu bahasa mempunyai fungsi membedakan
arti. Bunyi ujaran yang membedakan arti ini disebut fonem. Fonem tidak
dapat berdiri sendiri karena belum mengandung arti. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (1997) tertulis bahwa yang dimaksud fonem adalah satuan
bunyi terkecil yang mampu menunjukkan kontras makna. Misalnya /b/ dan /p/
adalah dua fonem yang berbeda karena bara dan para beda maknanya. Contoh lain: mari, lari,
dari, tari, sari jika satu unsur diganti dengan unsur lain, maka
akan membawa akibat yang besar yakni perubahan makna.
Jadi dapat disimpulkan bahwa fonem adalah satuan bunyi bahasa
terkecil yang bersifat fungsional, artinya satuan memiliki fungsi untuk
membedakan makna. Fonem tidak dapat berdiri sendiri karena belum
mengandung arti.
Adapun jenis-jenis fonem sebagai berikut :
1. Fonem vokal
Berdasarkan bentuk mulut sewaktu bunyi vokal itu diproduksi dapat
dibedakan:
5
a. Vokal bundar, yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk mulut
membundar. Dalam hal ini ada yang bundar terbuka seperti bunyi [ כ,[
dan yang bundar tertutup seperti bunyi [o] dan bunyi [u].
b. Vokal tak bundar, yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk mulut
tidak membundar, melainkan terbentang melebar, seperti bunyi [i],
bunyi [e], dan bunyi [ɛ].
c. Vokal netral, yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk mulut tidak
bundar dan tidak melebar, seperti bunyi [a]
2. Fonem Diftong
Fonem diftong yang ada dalam bahasa Indonesia adalah fonem diftong
/ay/, diftong /aw/, dan diftong /oy/. Ketiganya dapat dibuktikan dengan
pasangan minimal.
6
gigi atas (dentum), sehingga tempat artikulasinya disebut apikondental.
b. Cara artikulasi yaitu bagaimana tindakan atau perlakuan terhadap arus
udara yang baru keluar dari glotis dalam menghasilkan bunyi konsonan
itu. Misalnya, bunyi [p] dengan cara mula-mula arus udara dihambat
pada kedua belah bibir, lalu tiba-tiba diletupkan dengan keras. Maka
bunyi [p] itu disebut bunyi hambat atau bunyi letup. Contoh lain bunyi
[h] dihasilkan dengan cara arus udara digeserkn di laring (tempat
artikulasinya). Maka, bunyi [h] disebut bunyi geseran atau frikatif.
c. Bergetar tidaknya pita suara, yaitu jika pita suara dalam proses
pembunyian itu turut bergetar atau tidak. Bila pita suara itu turut
bergetar maka disebut bunyi bersuara. Jika pita suara tidak turut
bergetar, maka bunyi itu disebut bunyi tak bersuara. Bergetarnya pita
suara adalah karena glotis (celah pita suara) terbuka sedikit, dan tidak
bergetarnya pita suara karena glotis terbuka agak lebar.
d. Striktur, yaitu hubungan posisi antara artikulator aktif dan artikulator
pasif. Umpamanya dalam memproduksi bunyi [p] hubungan artikulator
aktif dan artikulator pasif, mula-mula rapat lalu secar tiba-tiba dilepas.
Dalam memproduksi bunyi [w] artikulator aktif dan artikulator pasif
hubungannya renggang dan melebar.
MORFOLOGI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
7
Morfologi adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar
bahasa sebagai satuan gramatikal. Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta
pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata Atau
dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata
serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi
semantik.
Kata Morfologi berasal dari kata morphologie. Kata morphologie berasal dari
bahasa Yunani morphe yang digabungkan dengan logos. Morphe berarti bentuk dan
logos berarti ilmu. Bunyi [o] yang terdapat diantara morphe dan logos ialah bunyi yang
biasa muncul diantara dua kata yang digabungkan. Jadi, berdasarkan makna unsur-
Dalam kaitannya dengan kebahasaan, yang dipelajari dalam morfologi ialah bentuk
kata. Selain itu, perubahan bentuk kata dan makna (arti) yang muncul serta perubahan
kelas kata yang disebabkan perubahan bentuk kata itu, juga menjadi
pembicaraan dalam morfologi adalah morfem pada tingkat terendah dan kata pada
tingkat tertinggi.
Morfologi juga mempelajari arti yang timbul sebagai akibat peristiwa gramatik, yang
biasa disebut arti gramatikal atau makna. Satuan yang paling kecil dipelajari oleh
morfologi adalah morfem, sedangkan yang paling besar berupa kata. morfologi hanya
Peristiwa perubahan bentuk misalnya pada perubahan kata dari jala menjadi jalan
pada kata berjalan, dan perubahan dari kata aku menjadi saya, serta perubahan kata
8
dari tahun menjadi tuhan boleh dikatakan hanya terjadi pada kata tersebut. Oleh karena
itu, peristiwa tersebut tidak bisa disebut sebagai peristiwa umum, tentu saja bukan
termasuk dalam bidang morfologi, melainkan termasuk dalam ilmu yang biasa disebut
etimologi, yaitu ilmu yang mempelajari seluk-beluk asal sesuatu kata secara khusus.
Dalam bahasa Indonesia mempunyai berbagai bentuk. Kata sedih, gembira, dan
merupakan dua morfem, yaitu morfem ber- sebagai afiks, dam morfem sedih
merupakan bentuk dasarnya begitu juga dengan morfem bergembira dan bersenang
terdiri dari dua morfem. Kata senang-senang terdiri dari dua morfem yaitu morfem
senang sebagai bentuk dasar dan diikuti oleh senang sebagai morfem ulang. Semua
yang berhubungan denngan bentuk kata tersebut yang menjadi objek dari suatu ilmu
dan arti kata. Golongan kata sedih tidak sama dengan golongan kata bersedih. Kata
sedih termasuk golongan kata adjektiva, sedangkan kata bersedih termasuk verba
mempunyai arti yang berbeda-beda. Demikian pula dengan kata sedih dan gembira.
Perbedaan atau perubahan golongan dan arti kata tersebut disebabkan oleh
perubahan bentuk kata. Karena itu, selain menyelidiki bidangnya yang utama dalam
golongan dan arti kata yang timbul sebagai akibat perubahan bentuk kata.
9
Di sini dikemukakan bahwa pembicaraan tentang satuan gramatik yang salah
satu dari unsurnya berupa afiks dibahas dalam bidang morfologi, dan pembicaraan
tentang kata majemuk juga dibicarakan dalam bidang morfologi mengingat bahwa kata
1. Morfologi adalah ilmu bahasa tentang seluk-beluk bentuk kata (struktur kata)
Sumber: Zaenal Arifin dan Juaiyah “Morfologi: Bentuk, Makna, dan Fungsi”
3. Morfologi adalah bidang linguistik yang mempelajari susunan bagian-bagian kata
secara gramatikal.
4. Menurut Ramlan (1978:2) Morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang
membicarakan atau mempelajari seluk beluk struktur kata serta pengaruh perubahan-
5. Menurut Nida (1974: 1) menyatakan bahwa morfologi adalah suatu kajian tentang
6. Menurut Cristal ( 198 : 232 – 233 ), morfologi adalah cabang tata bahasa yang
menelaah struktur atau bentuk kata, utamanya melalui pengguanaan morfem. Morfologi
pada umumnya dibagi ke dalam dua bidang : yakni telaah infleksi (inflectional
10
morfhology ). Dan telaah pembentukan kata (lexical or derivational morphology). Analisi
morfemik bagian dari telaah linguistik sikronis ; analisis morfologis diterapkan terhadap
telaah historis. Analisis morfologis dilakukan dalam berbagai bentuk. Satu pendekatan
membuat telaah distribusional morfem dan varian morfemis yang muncul dalam kata
antara kata – kata sebagai proses derivasi. Dalam linguistic generative, morfologi dan
sintaksis tidak dilihat sebagai dua tingkat terpisah ; kaidah – kaidah dari tata bahasa
berlaku bagi struktur kata, seperti halnya terhadap frasa dan kalimat, dan konsep –
konsep morfologis hanya muncul sebagai titik dimana output komponen sintaksis harus
7. Menurut Bauer ( 1983 : 33 ), morfologi membahas struktur internal bentuk kata.
Dalam morfologi, analisis membagi bentuk kata ke dalam formatif komponennya, dan
dalam dua cabang utama, yaitu morfologi infleksional dan pembentukan kata yang
disebut morfologis leksikal. Morfologi infleksional membahas leksem – leksem baru dari
baru dari dua atau lebih sistem potensial. Derivasi kadang – kadang juga dibagi ke
internal kata.
11
Teori morfologi umum yang berurusan dengan pembahasan secara tepat
mengenai jenis – jenis kaidah morfologi yang dapat ditemukan dalam bahasa – bahasa
ganda. Pertama, kaidah – kaidah ini berurusan dengan pembentukan kata baru. Kedua,
kaidah – kaidah ini mewakili pengetahuan penutur asli yang tidak disadari tentang
B. Fungsi Morfologi
C. Tujuan Morfologi
12
8. Membahas masalah kategori kata
Morfologi atau tata bentuk ada pula yang menyebutnya morphemics adalah bidang
1984 : 52). Dengan perkataan lain, morfologi mempelajari dan menganalisis struktur,
bentuk, dan klasifikasi kata-kata. Dalam linguistik bahasa Arab, morfologi ini disebut
tasrif, yaitu perubahan suatu bentuk (asal) kata menjadi bermacam-macam bentuk
untuk mendapatkan makna yang berbeda (baru). Tanpa perubahan bentuk ini, maka
A. Makan
Makanan
Dimakan
Termakan
Makan-makan
B. Main
Mainan
Bermain
13
Main-main
Bermain-main
14
Contoh-contoh yang terpampang di atas, semuanya disebut kata. Namun
demikian, struktur kata-kata tersebut berbeda-beda. Kata makan terdiri atas satu bentuk
bermakna. Kata makanan, dimakan, dan termakan masing-masing terdiri atas dua
bentuk bermakna yaitu –an, di-, ter- dengan makan. Kata makan-makan terdiri atas dua
bentuk bermakna makan dan makan. Rumah makan pun terdiri atas dua bentuk
bermakan rumah dan makan. Kata main, sama dengan kata makan terdiri atas satu
memainkan masing-masing terdiri atas dua buah bentuk bermakna yakni –an, ber-,
main, per-an, me-kan dengan main. Kata bermain-main terdiri atas tiga bentuk
tersebut dapat berubah karena terjadi suatu proses. Kata makan dapat berubah
an, di-, dan ter-, dapat pula menjadi makan-makan karena adanya pengulangan, dapat
pula menjadi rumah makan karena penggabungan dengan rumah. Perubahan bentuk
atau struktur kata tersebut dapat pula diikuti oleh perubahan jenis atau makna kata.
Kata makan termasuk jenis atau golongan kata kerja sedangkan makanan termasuk
jenis atau golongan kata benda. Dari segi makna kata makan maknanya ‘memasukan
sesuatu melalui mulut’, sedangkan makanan maknanya ‘semua benda yang dapat
dimakan’.
terhadap golongan dan arti atau makna kata seperti contoh di atas itulah yang dipelajari
15
BAB II
PEMBAHASAN
16
Deret morfologik merupakan sebuah daftar atau deretan yang memuat kata-kata
yang memiliki bentuk dan arti saling berhubungan (Ramlan, 2001: 34). Kata-kata yang
saling berhubungan bentuk dan artinya ini dijajarkan dalam sebuah deretan dan
dibandingkan dengan setiap anggota deret lainnya. Sehingga dari pembandingan itu
dapat ditemukan hasil identifikasi bentuk asal dan jumlah morfem yang membangun
mengidentifikasi bentuk asal suatu morfem (Ramlan, 2001: 35). Salah satu manfaat
identifikasi morfem dengan deret morfologi ini disamping untuk mengetahui bentuk asal
yang mendasari sebuah kata adalah menentukan jumlah morfem yang membangun
sebuah kata. Misal kata berteriakan terdiri dari tiga morfem yakni ber-, teriak, dan –an.
Kata terpaku terdiri dari dua morfem yakni ter- dan paku. Sedang kata terlantar terdiri
dari satu morfem saja yakni terlantar. Proses kerja deret morfologik selanjutnya akan
Deret morfologik merupakan sub bab dalam kajian linguistic yang terangkum
dalam bab morfologi. Deret ini mengidentifikasi susunan morfem dalam suatu bentuk
kata. Secara luas, bahasan yang ditelisik dalam kajian linguistik ada dua, yakni
intralingual dan ekstralingual. Intralingual adalah kajian bahasa yang meliputi aspek
bahasa itu sendiri yakni struktur bahasa dan makna sedangkan ekstralingual adalah
kajian bahasa yang mengkaji aspek luar bahasa dan mengacu pada referen (aspek
benda yang dimaksud). Jadi bahasa itu menjelaskan dirinya sendiri sebagai objek
kajian. Hal inilah yang disebut dengan tata bahasa atau gramatika bahasa. Deret
17
morfologik merupakan bagian dari gramatika sehingga deret morfologik termasuk dalam
kajian intralingual.
Bentuk asal adalah satuan kata yang paling kecil yang menjadi asal suatu kata
kompleks (Ramlan, 2001: 49). Bentuk asal merupakan bentuk kata paling awal yang
menjadi asal terbentuknya sebuah kata yang lebih kompleks. Kekompleksan itu adalah
kata pembacaan terbentuk dari bentuk asal baca lalu mendapatkan afiks –an menjadi
merupakan saudara kembar bentuk dasar. Bentuk dasar adalah satuan, baik tunggal
maupun kompleks, yang menjadi dasar bentukan satuan yang lebih besar (Ramlan,
2001: 49). Bentuk dasar berkutat pada area yang sama dengan bentuk asal. Keduanya
sama-sama mengurai bentukan kata, hanya saja menggunakan sisi pandang yang
berbeda. Misal kata pembacaan terbentuk dari bentuk dasar bacaan dengan afiks pe-,
lalu kata bacaan berasal dari bentuk dasar baca dengan afiks –an.
Dalam hal ini deret morfologik erat kaitannya dengan bentuk asal. Deret
melekat pada morfem bebas sehingga ditemukan jumlah morfem yang membentuk
sebuah kata. Misal kita mulai dengan kata kedekatan. Demi mengetahui kata ini
terbentuk dari satu, dua, atau tiga morfem. Di samping kata kedekatan, terdapat kata:
kedekatan
berdekatan
pendekatan
mendekatkan
18
didekatkan
terdekatkan
mendekat
terdekat
didekati
mendekati
------------ dekat.
Dari perbandingan kata-kata diatas dapat kita katakan bahwa pada deretan
tersebut terdapat morfem dekat sebagai unsur yang terdapat dalam setiap kata yang
menjadi anggota deret tersebut. Dengan demikian kesimpulannya adalah pada kata
kedekatan terdapat dua morfem yang membangunnya
kedekatan : terdiri dari morfem dekat dan morfem ke-an
berdekatan : terdiri dari morfem dekat dan morfem ber-an
pendekatan : terdiri dari morfem dekat dan morfem peN- an
mendekatkan : terdiri dari morfem- morfem meN-, dekat, dan –kan
didekatkan : terdiri dari morfem- morfem di-, dekat, dan –kan
terdekatkan : terdiri dari morfem-morfem ter-, dekat, dan –kan
mendekat : terdiri dari morfem meN-, dan dekat
terdekat : terdiri dari morfem ter-, dan dekat
didekati : terdiri dari morfem- morfem di-, dekat,-i
mendekati : terdiri dari morfem –morfem meN-, dekat, dan –i
---------dekat
kejauhan
menjauhkan
dijuhkan
terjauh
berjauhan
menjauhi
dijauhi
---------jauh
Dari perbandingan kata-kata diatas dapat kita katakan bahwa pada deretan
tersebut terdapat morfem jauh sebagai unsur yang terdapat dalam setiap kata yang
menjadi anggota deret tersebut. Dengan demikian kesimpulannya adalah pada kata
kejauhan terdapat dua morfem yang membangunnya
kejauhan :terdiri dari morfem jauh dan morfem ke-an
menjauhkan :terdiri dari morfem meN-, jauh, dan –kan
dijauhkan :terdiri dari morfem di- jauh, dank an
19
terjauh :terdiri dari morfem ter-, dan jauh
berjauhan :terdiri dari morfem jauh-, dan ber-an
menjauhi :terdiri dari morfem meN-, jauh, dan –i
dijauhi :terdiri dari morfem di-, jauh dan –i
berkurang
kekurangan
pengurangan
mengurangkan
dikurangkan
kurangi
kurangkan
--------kurang
Dari perbandingan kata-kata diatas dapat kita katakan bahwa pada deretan
tersebut terdapat morfem kurang sebagai unsur yang terdapat dalam setiap kata yang
menjadi anggota deret tersebut. Dengan demikian kesimpulannya adalah pada kata
kekurangan terdapat dua morfem yang membangunnya
Berkurang :terdiri dari morfem kurang dan ber-
berbagi
kebagian
pembagian
20
membagikan
dibagikan
bagii
bagikan
--------bagi
Dari perbandingan kata-kata diatas dapat kita katakan bahwa pada deretan
tersebut terdapat morfem bagi sebagai unsur yang terdapat dalam setiap kata yang
menjadi anggota deret tersebut. Dengan demikian kesimpulannya adalah pada kata
kebagian terdapat dua morfem yang membangunnya
bersamaan
kesamaan
penyamaan
menyamakan
disamakan
samai
samakan
--------sama
21
Dari perbandingan kata-kata diatas dapat kita katakan bahwa pada deretan
tersebut terdapat morfem sama sebagai unsur yang terdapat dalam setiap kata yang
menjadi anggota deret tersebut. Dengan demikian kesimpulannya adalah pada kata
bersamaan terdapat dua morfem yang membangunnya
berlarian
pelari
melarikan
dilarikan
larikan
----------- lari
Dari perbandingan kata-kata diatas dapat kita katakan bahwa pada deretan
tersebut terdapat morfem lari sebagai unsur yang terdapat dalam setiap kata yang
menjadi anggota deret tersebut. Dengan demikian kesimpulannya adalah pada kata
berlarian terdapat dua morfem yang membangunnya
22
larikan :terdiri dari morfem lari dan kan
----------- lari
berbaikan
kebaikan
membaikkan
dibaikkan
membaiki
baikkan
----------- baik
Dari perbandingan kata-kata diatas dapat kita katakan bahwa pada deretan
tersebut terdapat morfem baik sebagai unsur yang terdapat dalam setiap kata yang
menjadi anggota deret tersebut. Dengan demikian kesimpulannya adalah pada kata
kebaikkan terdapat dua morfem yang membangunnya
----------- baik
kepanasan
pemanasan
memanaskan
dipanaskan
23
panasi
panaskan
---------- panas
Dari perbandingan kata-kata diatas dapat kita katakan bahwa pada deretan
tersebut terdapat morfem panas sebagai unsur yang terdapat dalam setiap kata yang
menjadi anggota deret tersebut. Dengan demikian kesimpulannya adalah pada kata
kepanasan terdapat dua morfem yang membangunnya
---------- panas
PENUTUP
A. Kesimpulan
manusia. Bidang kajian fonologi adalah bunyi bahasa sebagai satuan terkecil
dari ujaran dengan gabungan bunyi yang membentuk suku kata. Fonologi
Ilmu yang tercakup dalam foologi yaitu fonetik dan fonemik. Fonetik
24
terbagi tiga yaitu artikulatoris, akustik dan auditoris. Adapun jenis-jenis
A.KESIMPULAN
Deretan morfologik ialah satuan daftar atau suatu deretan yang memuat atau
berisi kata kata yang berhubungan baik dalam bentuk maupun dalam maknanya.
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Cipta.
25
2. Kridalaksana, Harimurti. 2009. Pembentukan kata dalam Bahasa
Indonesia.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Media
3. Tarigan, Henry Guntur. 1985. Pengajaran Morfologi, Bandung: Angkasa
4. Yesin, sulchan. 1988. Tinjauan Deskriptif Seputar Morfologi. Surabaya:
Usaha Nasional.
26