1. PENGERTIAN HIKAYAT
Pengertian hikayat adalah suatu bentuk karya sastra prosa, terutama dalam Bahasa Melayu lama
yang berisikan tentang cerita, kisah, dan dongeng (Wikipedia).
Pada umumnya hikayat mengisahkan tentang kehebatan maupun kepahlawanan seseorang lengkap
dengan kesaktian, keanehan serta mukjizat tokoh utama. Sebuah hikayat dibacakan untuk hiburan,
untuk membangkitkan semangat juang ataupun untuk pelipur lara.
Kata hikayat berasal dari kata kerja bahasa Arab yang artinya "memberitahu" dan "menceritakan".
Hikayat menyampaikan kisah manusia (legendaris) dan seringkali juga tentang hewan yang bersifat
layaknya manusia, seperti kemampuan untuk berbicara. Hikayat jarang digambarkan sebagai laporan
yang bersifat sejarah (Mcglynn 1999:76).
Berdasarkan Isinya
Berdasarkan isinya, hikayat dapat digolongkan ke dalam 3 jenis, yaitu sebagai berikut:
Jenis Sejarah, misalnya Hikayat Hang Tuah, Hikayat Raja-Raja Pasai dan lain sebagainya.
Jenis Biografi, misalnya Hikayat Abdullah, Hikayat Sultan Ibrahim bin Adam dan lain sebagainya.
Berdasarkan Asalnya
Berdasarkan asalnya, hikayat dapat digolongkan ke dalam 4 jenis, yaitu sebagai berikut:
Pengaruh Melayu Asli, misalnya Hikayat Indera Bangsawan, Hikayat Si Miskin dan lain sebagainya.
Pengaruh Jawa, misalnya Hikayat Indera Jaya dan Hikayat Panji Semirang.
Pengaruh Hindia, misalnya Hikayat Sri Rama dan Hikayat Sang Boma
Pengaruh Arab-Persia, misalnya Hikayat Seribu Satu Malam dan lain sebagainya.
Hikayat berunsur Hindu, misalnya Hikayat Mahabharata dan Hikayat Sri Rama.
Hikayat berunsur Hindu-Islam, misalnya Hikayat Si Miskin dan Hikayat Jaya Lengkara.
Hikayat berunsur Islam, misalnya Hikayat jenis 1001 Malam (Abu Nawas).
Istana Sentris. Artinya menceritakan tokoh yang berkaitan dengan kehidupan kerajaan
atau istana atau pusat ceritanya berada didalam lingkungan istana.
Bersifat Didaktis. Artinya mendidik baik didaktis secara moral maupun didaktis secara
religi.
Pralogis. Artinya banyak cerita pada hikayat tidak dapat diterima oleh akal manusia.
Menggunakan Kata Arkhais. Artinya kata-kata yang saat ini sudah tidak lazim digunakan,
seperti syahdan.
Isi cerita mengenai kerajaan (istana sentris) yaitu kebesaran dan kegagalan keluarga
kerajaan.
Bersifat anonim.
Isi cerita yang berkisar pada tokoh-tokoh raja dan keluarganya (istana sentris).
Bersifat pralogis, yaitu mempunyai logika tersendiri yang tidak sama dengan logika umum,
ada juga yang menyebutnya fantastis.
Menggunakan banya bahasa kiasan (klise), misalnya hatta, syadan, sahibul hikayat,
menurut empunya cerita, konon, dan tersebutlah perkataan.
4.STRUKTUR HIKAYAT
Struktur hikayat terdiri dari empat unsur, yaitu:
Penokohan: Erat kaitannya dengan alur dan peristiwa-peristiwa. Hikayat tampaknya tidak jauh
berbeda dengan Roman (baca: Pengertian Roman ). Pertentangan antara tokoh utama yang baik dan
yang jahat. Biasanya yang baiklah yang mendapat kemenangan, sedangkan yang jahat dapat
dikalahkan.
Latar: Lingkungan atau menyangkut aspek yang lebih luas. Memahami latar hikayat tidak lepas
dari lingkungan pengarang pada saat itu.
Sudut pandang: Menceritakan suatu peristiwa, pengarang boleh memilih sudut pandang mana ia
akan menceritakan cerita itu. Pada umumnya, pengarang hikayat adalah pengarang pengamat.
Seorang penulis hikayat seolah-olah mengetahui apa saja yang akan terjadi dalam cerita yang
disampaikan.
5. KARAKTERISTIK HIKAYAT
Dibawah ini merupakan ciri-ciri hikayat, diantaranya sebagai berikut:
Bahasa
bahasa yang digunakan pada hikayat itu adalah bahasa Melayu lama
Istana sentries
Pusat ceritanya itu berada didalam lingkungan istana. Hikayat tersebut seringkali bertema dan
berlatar kerajaan. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan tokoh yang diceritakan ialah raja serta
Pangeran (anak raja). Selain dari itu, latar tempat dalam cerita ini adalah negeri yang dipimpin oleh
raja dalam suatu kerajaan.
Pralogis (kemustahilan)
banyak cerita yang terdapat pada hikayat tidak bisa untuk di terima oleh akal. kemustahilan dalam
teks, baik dari segi bahasa ataupun juga dari segi cerita. Kemustahilan ini berarti hal yang tidak logis
atau juga tidak bisa diterima nalar.Contoh Seperti : bayi lahir disertai pedang dan panah, seorang
putri keluar dari gendang
Statis
Dalam Hikayat ini memiliki sifat yang kaku dan juga tetap.
Kesaktian
seringkali kita dapat menemukan kesaktian pada para tokoh dalam hikayat.
Contohnya seperti : Syah Peri mengalahkan Garuda yang mampu untuk merusak sebuah kerajaan,
Raksasa memberi sarung kesaktian untuk dapat mengubah wujud serta kuda hijau.
Anonim
Anonim berarti tidak diketahui dengan secara jelas nama pencerita atau pengarang. Hal tersebut
disebabkan karena cerita yang disampaikan itu secara lisan. artinya tidak jelas siapa yang
membuat/mengarang hikayat tersebut
Arkais
Menggunakan kata arkhais, Bahasa yang digunakan pada masa lampau. Jarang dipakai/tidak lazim
digunakan dalam komunikasi pada masa kini.Contoh : hatta, maka, titah, upeti, bejana, syahdan
serta juga sebermula.
Dibawah ini merupakan unsur-unsur intrinsik yang membangun sebuah hikayat, diantaranya yaitu:
Latar, adalah tempat, waktu, serta situasi/suasana yang tergambar dalam suatu cerita.
Amanat, merupakan sebuah pesan yang disampaikan oleh pengarang dengan melalui sebuah
cerita.
Tokoh, merupakan pemeran pada cerita. Penokohan merupakan penggambaran watak dari sang
tokoh.
Sudut pandang, merupakan pusat pengisahan darimana sebuah cerita dikisahkan oleh pencerita.
Gaya, untuk gaya ini berhubungan dengan bagaimana cara penulis menyajikan sebuah cerita
dengan menggunakan bahasa serta juga unsur-unsur keindahan lainnya.
Unsur ekstrinsik pada hikayat ini biasanya berhubungan dengan latar belakang (background) cerita,
contohnya seperti latar belakang agama, adat, budaya serta lain sebagainya. Unsur ekstrinsik ini juga
berkaitan dengan nilai/norma kehidupan dalam cerita, contohnya ialah seperti nilai moral, nilai
agama, nilai budaya, nilai sosial, dan lain sebagainya.
7. TUJUAN HIKAYAT
Hikayat yang menjadi karya sastra dominan pada zamannya, dibuat tergantung dari tujuannya. Ada
hikayat yang dibuat bertujuan untuk menghibur pendengarnya, seperti Hikayat Hang Tuah yang
dapat membuat para pendengar terhanyut dengan cerita di dalamnya.
Prosa lama ini dapat juga dibuat dengan tujuan untuk mendokumentasikan sesuatu seperti silsilah
kerajaan tertentu.
Ada juga hikayat yang dibuat dengan jalan cerita tidak nyata atau dilebih-lebihkan dengan tujuan
membuat musuh takut dengan kerajaan dalam cerita tersebut. Karya cerita ini biasanya diminta oleh
sang raja sehingga seolah-olah kerajaannya lah yang paling perkasa. Hal ini dilakukan untuk menjaga
kerajaannya dari serangan musuh-musuh yang mengancam keberadaannya.
8. FUNGSI HIKAYAT
Seperti yang tertulis dalam pengertian Hikayat menurut KBBI, fungsi dari karya sastra ini adalah
sebagai pelipur hati gundah, pembangkit semangat untuk berjuang, atau sekadar hanya untuk
meramaikan suatu pesta.
Biasanya pada zaman dahulu, karya ini diceritakan pada pesta kerajaan sebagai penghibur dan
pembangkit semangat.
Ciri bahasa yang dominan dalam hikayat adalah banyak penggunaan konjungsi pada setiap awal
kalimat.
Maka berkeinginanlah istri Khojan Maimun untuk mendengarkan cerita tersebut. Maka Bayanpun
berceritalah kepada Bibi Zainab dengan maksud agar ia dapat memperlalaikan perempuan itu. Hatta
setiap malam,Bibi Zainab yang selalu ingin mendapatkan anak raja itu, dan setiap berpamitan
dengan bayan. Maka diberilah ia cerita-cerita hingga sampai 24 kisah dan 24 malam. Burung
tersebut bercerita, hingga akhirnyalah Bibi Zainab pun insaf terhadap perbuatannya dan menunggu
suaminya Khojan Maimum pulang dari rantauannya.
Selain banyak menggunakan konjungsi, hikayat menggunakan kata-kata arkais. Hikayat merupakan
karya sastra klasik. Artinya, usia hikayat jauh lebih tua dibandingkan usia Negara Indonesia.
Meskipun bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia (berasal dari bahasa Melayu), tidak
semua kata dalam hikayat kita jumpai dalam bahasa Indonesia sekarang. Kata-kata yang sudah
jarang digunakan atau bahkan sudah asing tersebut disebut sebagai kata-kata arkais.
Contoh
Beroleh mendapat
Majas atau gaya bahasa yang sering dijumpai dalam teks hikayat antara lain sebagai Berikut
1. Majas antonomasia
Majas antonomasia yaitu majas yang menyebut seseorang berdasarkan ciri atau sifatnya yang
menonjol.
Contoh
Si Miskin laki-bini dengan rupa kainnya seperti dimamah anjing itu berjalan mencari rezeki
berkeliling di negeri antah berantah di bawah pemerintahan Maharaja Indera Dewa. Ke mana
mereka pergi selalu diburu dan diusir oleh penduduk secara beramai-ramai dengan disertai
penganiayaan sehingga bengkak-bengkak dan berdarahdarah tubuhnya. Sepanjang perjalanan
menangislah Si Miskin berdua itu dengan sangat lapar dan dahaganya. Waktu malam tidur di hutan,
siangnya berjalan mencari rezeki.
2. Majas simile
Majas simile adalah majas yang membandingkan suatu hal dengan hal lainnya menggunakan kata
penghubung atau kata pembanding. Kata penghubung atau kata pembanding yang biasa digunakan
antara lain:
Contoh
Maka si Miskin itupun sampailah ke penghadapan itu. Setelah dilihat oleh orang banyak, Si Miskin
laki bini dengan rupa kainnya seperti dimamah anjing rupanya. Maka orang banyak itupun ramailah
ia tertawa seraya mengambil kayu dan batu (Hikayat Si Miskin).
2.Mencatat gagasan pokok atau menggaris bawahi gagasan utama yang terpenting.
3. Tulislah ringkasan yang sesuai dengan gagasan utama yang ditemukan sesuai dengan langkah
kedua.
4. Gunakan kalimat yang jelas, mudah dipahami, efektif, dan menarik untuk membuat rangkaian
cerita singkat yang bisa menggambarkan apa yang akan diceritakan dalam karangan aslinya.
5. Untuk menulis dialog atau monolog tokoh, cukup secara garis besarnya saja.
2. Pendahuluannya berisi perbandingan dengan karya sebelumnya, biografi pengarang, atau hal yang
berhubungan dengan tema atau isi.
Nilai religi adalah nilai yang dikaitkan dengan ajaran agama. Nilai religi biasanya ditandai
dengan penggunaan kata dan konsep Tuhan, mahluk ghaib, dosa-pahaa, serta surga-
neraka.
Nilai-nilai moral adalah nasihat-nasihat yang berkaitan dengan budi pekerti, perilaku, atau
tata susila yang dapat diperoleh pembaca dari cerita yang dibaca atau dinikmatinya.
Nilai sosial adalah nasihat-nasihat yang berkaitan dengan kemasyarakatan. Indikasi nilai
sosial dikaitkan dengan kepatuhan dan kepantasan bila diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
Nilai budaya adalah nilai yang diambil dari budaya yang berkembang secara turun
menurun di masyarakat. Ciri khas nilai-nilai bidaya dibandingkan nilai lainnya adalah
masyarakt takut meninggalkan atau menentang nilai tersebut karena ‘takut’ sesuatu yang
buruk akan menimpanya.
Berdasarkan uraian tersebut disimpulkan bahwa nilai-nilai pada hikayat yaitu nilai religi, nilai moral,
nilai sosial, nilai budaya, nilai estetika, dan nilai edukasi.
Hingga pada suatu hari, wilayah tersebut dilanda kekeringan sehingga kebun kopi yang dijadikan
tumpuan keluarga Juani mengalami gagal panen. Akibatnya, ayah Juani pun berhutang kepada
seorang rentenir kaya untuk memenuhi biaya hidup sehari-hari sampai musim panen selanjutnya
tiba. Lama kelamaan, hutang tersebut kian menumpuk, sang ayah pun tidak mampu untuk
membayar saat ditagih.
Rentenir itu kemudian berkata bahwa hutang keluarga tersebut akan dianggap lunas kalau ayah
Juani mau menikahkan anak gadisnya dengan putranya. Juani terpaksa setuju untuk menikah dengan
anak rentenir yang bernama Bujang Juandan demi membantu orangtuanya. Meskipun akan menikah
dengan anak orang kaya, tapi hal itu tidak membuatnya bahagia. Pasalnya, lelaki itu menderita
penyakit kulit yang tidak bisa disembuhkan di sekujur tubuhnya.
Di hari pernikahan, Juani merasa tidak sanggup jika harus meneruskannya. Apalagi, sudah
terbayang di kepalanya akan dicemooh banyak orang karena menolak lelaki tampan dan akhirnya
malah menikah dengan pria yang berpenyakitan. Dia merasa sangat putus asa dan memilih untuk
mengakhiri hidupnya dengan terjun ke sungai yang dalam.
Setelah beberapa saat, barulah keluarganya menyadari apa yang terjadi pada Juani. Sayang,
semuanya sudah terlambat. Selang beberapa hari, gadis itu ditemukan dalam keadaan sudah tidak
bernyawa. Konon, sejak kematian Juani, di sungai tersebut akan terdengar suara seorang gadis yang
menangis dan sering meminta korban, terutama anak laki-laki.
mengandung pelajaran
bebas