BAB 1 Pendahuluan.............................................................................................................................. 2
1.1 Profil perusahaan..................................................................................................................... 2
1.2 Tujuan ..................................................................................................................................... 2
BAB 2 Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Perusahaan ....................................................... 2
2.1 Komitmen Perusahaan ............................................................................................................ 2
2.2 Kebijakan Perusahaan ............................................................................................................. 2
BAB 3 Bagan Organisasi Perusahaan dalam hal Kesehatan dan Keselamatan Kerja........................... 3
1|Page
BAB 1
Pendahuluan
1.1 Profil perusahaan
PT. Defianmuriyo merupakan perusahaan yang didirikan pada tanggal 17 September 2021 di Jl.
Parigi No.2, Tanjung Enim 31516 – Sumatera Selatan. PT. Defianmuriyo merupakan perusahaan yang
bergerak di bidang pertambangan batu bara, PT. Defianmuriyo merupakan perusahaan yang memiliki
sifat pekerjaan berupa eksplorasi, eksploitasi, pengolahan, dan pemurnian. Pada tahun ini tercatat
jumlah karyawan PT. Defianmuriyo adalah 2.200 karyawan.
1.2 Tujuan
PT. Defianmuriyo bertujuan agar terhindarnya dari kecelakaan dan tetap terjaganya kualitas
dalam ruang lingkup kesehatan dan keselamatan kerja secara konsisten. PT. Defianmuriyo
mengutamakan kesehatan dan keselematan setiap karyawan dengan menerapkan sistem kesehatan dan
keselamatan kerja yang bertujuan untuk menjaga keamanan dan kenyamanan keseluruhan pihak.
BAB 2
Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Perusahaan
2.1 Komitmen perusahaan
PT. Defianmuriyo memberikan dukungan sumber daya dan sumber dana, serta berinisiatif
menyediakan berbagai hal di bidang medis untuk mendorong kepatuhan aspek HSE.
Tidak semua pegawai menyadari aturan dan hak apa saja yang melekat kepada mereka. Salah
satnya ialah kebijakan K3 yang bermanfaat bagi keselamata mereka dengan yang biasanya
dimulai dari kegiatan sosialisasi. Sosialisasi sangat penting dilakukan untuk memastikan bahwa
setiap pegawai mampu menjalankan peraturan keselamatan kerja yang berlaku dan
mendapatkan hak sesuai dengan porsinya.
2. Standarisasi Perlengkapan dan Alat-alat Kerja
Selain mengedukasi para karyawan, komite ini juga bertanggung jawab untuk mengecek
apakah peralatan dan semua piranti yang digunakan. Hal untuk memastikan apakah peralatan
tersebut sudah memenuhi standar keselamatan atau belum. Biasanya Standar Nasional
Indonesia (SNI) adalah acuan minimum yang digunakan untuk indikator ini.
3. Pengadaan Prasarana yang Bersifat Darurat
Tidak hanya alat yang digunakan sehari-hari, namun komite ini juga memiliki tugas untuk
menyediakan peralatan yang sekiranya dapat digunakan dalam situasi yang tidak terduga.
Dengan demikian, kecelakaan kerja diakibatkan akibat kesalahan teknis dapat diminimalisir.
4. Pemantauan Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja yang kondusif dan sehat juga tak luput dari pemantauan, supaya kualitas para
karyawan di area tersebut terjaga dengan baik. Hal tersebut membuat produktivitas perusahaan
tambang pun juga tidak terhambat. Konsentrasi pemantauan biasanya dilakukan pada intensitas
cahaya, kebersihan dan sanitasi, polusi, dan lain sebagainya.
2|Page
5. Program Sertifikasi Karyawan
Kegiatan ini dilakukan untuk personil teknis ahli yang memiliki resiko tinggi ketika
mengoperasikan alat-alat berat yang membutuhkan keahlian khusus. Singkatnya, tenaga ahli ini
sudah dipastikan keahliannya sebelum diizinkan untuk menjalankan mekanisme berat tersebut.
6. Menjamin Keselamatan Tamu
7. Refresh Training K3
Referesh training K3 ini fungsinya agar pemahaman para karyawan akan K3 lebih meningkat
sehingga tumbuh kepedulian terhadap aspek K3 di workplace.
BAB 3
Organisasi Perusahaan dalam hal Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Penanganan K-3 adalah tanggung jawab seluruh individual yang terlibat di dalam perusahaan,
namun secara struktural perlu dibentuk Bagian K3 dan Lingkungan, dimana Kepala Bagian-nya
diposisikan sebagai Wakil Kepala Teknik Tambang yang langsung bertanggung jawab kepada
General Manager sebagai Kepala Teknik Tambang. Bagian tersebut selain melakukan inspeksi
juga sebagai evaluator dan bersifat administratif, dengan tugas :
a) M
engumpulkan data dan mencatat rincian dari setiap kejadian kecelakaan dan menganalisanya
3|Page
b) M
engumpulkan data kegiatan dan lokasi yang berpotensi bahaya dan membuat Standart Operation
Procedure (SOP) yang aman untuk bekerja pada kegiatan tersebut.
c) M
embuat peraturan dan petunjuk keselamatan dan kesehatan kerja terhadap seluruh pekerja.
d) M
engkoordinir pertemuan-pertemuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Melakukan evaluasi terhadap seluruh kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja.
Untuk mewujudkan pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K–3), perusahaan
membentuk organisasi dan menunjuk personil yang bertanggung jawab atas keberhasilan
pelaksanaan program K3 tersebut.
1. Manajer senior
Manajer senior memiliki tanggung jawab yang sangat besar yang berkaitan dengan kesehatan
dan keselamatan ditempat kerja dan bertanggung jawab atas pengambilan setiap tindakan
pencegahan yang wajar dalam situasi untuk perlindungan seorang pekerja.
2. Supervisor
Supervisor bertanggung jawab agar para pekerja menyadari bahaya yang mungkin terjadi
ditempat kerja dan memastikan agar para karyawan lainnya bekerja dengan aman dan para
karyawan dapat menyadari bahaya yang akan terjadi disetiap tindakan yang mereka ambil.
3. Karyawan
Para karyawan bertanggung jawab atas melaporkan bahaya ditempat kerja, bekerja dengan
aman dan mengikuti segala praktek kerja yang aman, menggunakan alat pelindung diri yang
diperlukan untuk pekerjaan serta berpartisipasi dalam program kesehatan dan keselamatan
yang ditetapkan tempat kerja. Keterlibatan karyawan sanagt penting.
4. Kontraktor
Para kontraktor menerapkan, mendefinisikan, mendokumentasikan, dan memelihara daftar
peran, tanggung jawab, dan akuntabilitas dari karyawan
Selain organisasi yang bersifat struktural terdapat organisasi yang bersifat fungsional atau
sering disebut Safety Committee yaitu tempat berkumpul dari beberapa department didalam
struktur organisasi. Komitee ini secara berkala melakukan inspeksi dan evaluasi.
BAB 4
Peran dan Tanggung Jawab K3 DI PERUSAHAAN
Untuk kesehatan kerja yang bersifat medis, Perusahaan memiliki unit rumah sakit yang
menangani kesehatan pegawai dengan melaksanakan hal-hal berikut:
1. Pemeriksaan kesehatan pegawai, meliputi: Pemeriksaan kesehatan prakarya, dilakukan
saat rekrutmen pegawai untuk menyeleksi calon pegawai yang mempunyai kesehatan
prima agar dapat ditempatkan sesuai kondisi kesehatannya, serta didapatkan data riwayat
kesehatan sebelum bekerja di Perusahaan.
4|Page
Pemeriksaan kesehatan berkala, dilakukan secara berkala minimal 1 tahun sekali untuk
menjaga tingkat kesehatan pegawai selama bekerja di Perusahaan . Dikarenakan adanya
pandemi COVID-19, pada periode April-Oktober perusahaan tidak mengadakan medical
check up, dan kembali dilanjutkan di November-Desember dengan protokol kesehatan
yang ketat. Sehingga selama tahun 2020 Perusahaan telah melakukan pemeriksaan
kesehatan berkala kepada 814 pegawai dan terealisasi 94,1%.
Pemeriksaan kesehatan khusus, dilakukan pada pegawai yang rotasi ke lingkungan kerja
yang mempunyai beban risiko lebih tinggi, pegawai yang baru pulih dari sakit yang lama
dan pegawai menjelang masa pensiun.
2. Promosi kesehatan pegawai untuk meningkatkan kesadaran akan kesehatan kerja dengan
cara memberikan pendidikan, pelatihan, penyuluhan untuk mencegah gangguan kesehatan
pegawai maupun PAK/ PAHK serta penyakit umum.
Faktor internal meliputi seluruh proses kegiatan yang dilakukan satuan kerja operasional, baik
kegiatan rutin dan tidak rutin, kondisi normal dan abnormal, ketidakpatuhan terhadap
aturan/prosedur internal, kompetensi personil, dan kelayakan sarana, prasarana, instalaiasi
serta peralatan pertambangan.
Faktor eksternal meliputi kegiatan yang dilakukan oleh pihak luar; kontraktor usaha jasa
pertambangan & tamu perusahaan, infrastruktur, peralatan dan bahan yang disediakan oleh
pihak lain, kewajiban hukum berkaitan dengan identifikasi bahaya, serta bahaya
teridentifikasi yang berasal dari luar lokasi kerja yang dapat membahayakan keselamatan dan
kesehatan kerja operasional perusahaan.
5|Page
Konteks manajemen risiko, meliputi ruang lingkup metodologi penilaian, cara evaluasi diatur
dalam prosesdur internal perusahaan yang terintegrasi dalam sistem manajemen.
Penetapan kriteria risiko, seuai dengan prosedur internal PT. Defianmuriyo risiko meliputi
finansial, manusia, lingkungan, reputasi & hukum. menetapkan matrik konsekuensi/keparahan
dengan tingkatan: kecil, sedang, besar, katastropik, matrik kemungkinan/probabilitas dengan
tingkatan: sangat kecil, jarang, kadang-kadang, sering dan jenis level risiko dengan tingkatan:
low, medium, high & extreme.
c) Identifikasi bahaya
Dilakukan pada seluruh kegiatan, proses, produk dan area kerja yang akan dinilai
risikonya. Bahaya ini dapat diketahui dengan melihat hal apa saja yang dapat mencelakai
pegawai / menimbulkan kecelakaan. Identifikasi bahaya dilakukan dengan cara observasi
suatu aktivitas atau wawancara dengan pegawai yang terkait dengan aktivitas tersebut.
Identifikasi disusun oleh tim internal satuan kerja setingkat manajer, diperiksa pimpinan
satker lapis I dan disetujui General Manager Unit.
Pengendalian Risiko menjadi tanggung jawab seluruh pemilik risiko satuan kerja
operasional, pengendalian sesuai dengan hirarki yang telah ditetapkan sebagai berikut:
1. Eliminasi (menghilangkan) bahaya
Menghilangkan bahaya dari suatu kegiatan, efektif menghilangkan risiko sampai
dengan 100 %, apabila pengendalian eliminasi tidak dapat dilaksanakan, maka
dilakukan pengendalian tahap berikutnya.
2. Substitusi (mengganti)
Mengendalikan risiko dengan cara mengurangi bahaya melalui modifikasi proses
(peralatan, bahan, dan metode kerja) dengan tingkat bahaya yang lebih rendah,
pengendalian substitusi ini efektif menurunkan risiko sampai dengan 75%. Apabila
pengendalian substitusi tidak efektif, maka dapat ditambahkan dengan pengendalian
berikutnya.
3. Rekayasa Teknik (reengineering)
Mengendalikan risiko dengan merekayasa ulang peralatan, sehingga menurunkan
tingkat bahaya yang lebih rendah, pengendalian ini efektif menurunkan risiko sampai
dengan 50%. Apabila pengendalian rekayasa tidak efektif, maka dapat ditambahkan
dengan pengendalian berikutnya.
4. Pengendalian administrasi
Mengendalikan risiko dengan kontrol administrasi, meliputi pemenuhan peraturan/
prosedur/ standar, pengawasan/ pemeriksaan inspeksi/ observasi, pemenuhan
kompetensi, pengendalian ini efektif menurunkan risiko sampai dengan 30%. Apabila
pengendalian secara administrasi tidak efektif, maka dapat ditambahkan dengan
pengendalian berikutnya.
5. Alat Pelindung Diri
Apabila masih ada sisa risiko dan belum dapat diterima, maka dilakukan
pengendalian dengan penyediaan alat pelindung diri sesuai risiko pekerjaan, sebagai
pilihan terakhir dalam pengendalian risiko, pengendalian ini efektif menurunkan
risiko sampai dengan 10%.
6|Page
BAB 5
Identifikasi Regulasi berlaku untuk perusahaan
Pengetahuan khusus tentang persyaratan hukum dan lainnya serta tugas terkait diperlukan
untuk menetapkan tujuan dan sasaran serta untuk mengembangkan rencana manajemen dan
pengendalian operasional yang memadai untuk mencapai tujuan dan sasaran. Regulasi saat ini yang
signifikan yang mengatur kesehatan dan keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
No Undang Undang Negara
1 Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
4 Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 1973 tentang Pengaturan dan Pengawasan Keselamatan
Kerja di Bidang Pertambangan
BAB 6
Tujuan dan Sasaran
7|Page
BAB 7
IDENTIFIKASI DAN PENGENDALIAN RISIKO
Identifikasi Bahaya, Penilaian Resiko dan Pengendalian Resiko merupakan salah satu
syarat elemen Sistem Manajemen Keselamatan Kerja OHSAS 18001:2007 Identifikasi
Bahaya dilaksanakan guna menentukan rencana penerapan K3 di lingkungan Perusahaan.
Identifikasi bahaya termasuk di dalamnya ialah identifikasi aspek dampak lingkungan
operasional Perusahaan terhadap alam dan penduduk sekitar di wilayah Perusahaan
menyangkut beberapa elemen seperti tanah, air, udara, sumber daya energi serta sumber daya
alam lainnya termasuk aspek flora dan fauna di lingkungan Perusahaan.
Identifikasi Bahaya dilakukan PT. DEFIANMURIYO terhadap seluruh aktivitas
operasional Perusahaan di tempat kerja meliputi :
1. Aktivitas kerja rutin maupun non-rutin di tempat kerja.
2. Aktivitas semua pihak yang memasuki termpat kerja termasuk kontraktor, pemasok,
pengunjung dan tamu.
3. Budaya manusia, kemampuan manusia dan faktor manusia lainnya.
4. Bahaya dari luar lingkungan tempat kerja yang dapat mengganggu keselamatan dan
kesehatan kerja tenaga kerja yang berada di tempat kerja.
5. Infrastruktur, perlengkapan dan bahan (material) di tempat kerja baik yang disediakan
Perusahaan maupun pihak lain yang berhubungan dengan Perusahaan.
6. Perubahan atau usulan perubahan yang berkaitan dengan aktivitas maupun
bahan/material yang digunakan.
7. Perubahan Sistem Manajemen K3 termasuk perubahan yang bersifat sementara dan
dampaknya terhadap operasi, proses dan aktivitas kerja.
8. Penerapan peraturan perundang-undangan dan persyaratan lain yang berlaku.
9. Desain tempat kerja, proses, instalasi mesin/peralatan, prosedur operasional, struktur
organisasi termasuk penerapannya terhadap kemampuan manusia.
Identifikasi bahaya yang dilaksanakan memperhatikan faktor-faktor bahaya sebagai berikut :
1. Biologi (jamur, virus, bakteri, mikroorganisme, tanaman, binatang).
2. Kimia (bahan/material/gas/uap/debu/cairan beracun, berbahaya, mudah
meledak/menyala/terbakar, korosif, iritan, bertekanan, reaktif, radioaktif, oksidator,
penyebab kanker, bahaya pernafasan, membahayakan lingkungan, dsb).
3. Fisik/Mekanik (infrastruktur, mesin/alat/perlengkapan/kendaraan/alat berat,
ketinggian, tekanan, suhu, ruang terbatas/terkurung, cahaya, listrik, radiasi,
kebisingan, getaran dan ventilasi).
4. Biomekanik (postur/posisi kerja, pengangkutan manual, gerakan berulang serta
ergonomi tempat kerja/alat/mesin).
5. Psikis/Sosial (berlebihnya beban kerja, komunikasi, pengendalian manajemen,
lingkungan sosial tempat kerja, kekerasan dan intimidasi).
Identifikasi bahaya meliputi sumber-sumber bahaya sebagai berikut :
1. Manusia.
2. Mesin/Peralatan.
3. Material/Bahan.
8|Page
4. Metode.
5. Lingkungan Kerja.
Identifikasi bahaya meliputi jenis-jenis bahaya sebagai berikut :
1. Tindakan Tidak Aman.
2. Kondisi Tidak Aman.
Penilaian resiko menggunakan pendekatan metode matriks resiko yang relatif sederhana serta
mudah digunakan, diterapkan dan menyajikan representasi visual di dalamnya.
Penilaian Resiko merupakan hasil kali antara nilai frekuensi dengan nilai keparahan
suatu resiko. Untuk menentukan kagori suatu resiko apakah itu rendah, sedang, tinggi
ataupun ekstrim dapat menggunakan metode matriks resiko seperti pada tabel matriks
resiko di bawah :
9|Page
NO Hierarki Pengendalian Resiko K3
1 Elimination Eliminasi Sumber Bahaya Tempat
2 Substitution Substitusi Alat/Mesin/Bahan Kerja/Pekerjaan
3 Enginering Controls Modifikasi/Perancangan Aman
Alat/Mesin/Tempat Kerja yang Mengurangi Bahaya
Lebih Aman
4 Administration Controls Modifikasi/Perancangan Tenaga Kerja Aman
Alat/Mesin/Tempat Kerja yang Mengurangi
Lebih Aman Paparan
5 PPE Alat Perlindungan Diri Tenaga
Kerja
10 | P a g e
pekerja sebelum melakukan langkah langkah / tahapan-tahapan kerjaan yang akan
dilakukan sesuai yang tercantum di lembar kerja Job Safety Analysis yang kemudian
diberikan kepada pengawas yang bertanggung jawab
11 | P a g e
2. Hazard Identification Card
Hazard Identification Card merupakan sebuah metode menemukan dan
mengidetifikasi bahaya dari pekerjan-pekerjaan yang ada di perusahaan sehingga
didapatkan prioritas urutan pekerjaan.
Sama halnya dengan Job Safety Analysis Lembar kerja Hazard Identificstion
Card pada perusahaan PT.DEFIANMURIYO dibuat oleh pengawas dan supervisor,
yang dirancang untuk digunakan oleh para pekerja sebelum melakukan pekerjaan
12 | P a g e
Bahaya harus ditinjau setidaknya setiap tahun, dan setelah setiap peristiwa
signifikan yang melibatkan risiko atau bahaya tersebut. Proses evaluasi adalah untuk
mempertimbangkan keadaan pengendalian risiko dan bahaya saat ini, keadaan industri
pengetahuan tentang pengendalian risiko dan bahaya, termasuk penelitian atau praktik
baru, dan analisis setiap peristiwa dan hasil audit yang terkait dengan risiko dan
bahaya yang ditinjau. Jika pengendalian risiko dan bahaya memerlukan perbaikan
atau modifikasi, daftar harus diperbarui dan semua pekerja dan siswa diberitahu
tentang perubahan yang diperlukan.
13 | P a g e
Penilaian riisiko harus menggunakan informasi terbaik yang tersedia, dilengkapi
dengan hasil pengamatan lebih lanjut sesuai dengan kebutuhan.
14 | P a g e
BAB 8
INVESTIGASI DAN PELAPORAN INSIDEN
Kecelakaan adalah suatau kejadian yang tidak diduga semula yang dapat
mengacaukan suatu proses setelah direncanakan oleh pihak yang bersangkutan.
Suatu kecelakaan kerja hanya akan terjadi apabila terdapat berbagai faktor penyebab
secara bersamaan pada suatu tempat kerja atau proses produksi.
Konsekuensi :
3. cedera serius : orang yang terkena dampak tidak layak untuk melaksanakannya
pekerjaan normal selama lebih dari tiga hari berturut-turut.
4. cedera besar : patah tulang(selain jari tangan atau kaki), amputasi, kehilangan
penglihatan, luka bakar atau tembuscedera pada mata, cedera atau penyakit akut yang
mengakibatkan ketidaksadaran, yang memerlukan resusitasi atau memerlukan rawat
inap di rumah sakit selama lebih dari 24 jam
16 | P a g e
1: Mengamankan posisi dan situasi kejadian agar tidak berubah.
mengumpulkan seluruh informasi yang berhubungan dengan kejadian atau kecelakaan yang
selanjutnya bisa dijadikan sebagai petunjuk awal untuk menjelaskan kejadian yang sudah
terjadi.
2 : Mengumpulkan seluruh fakta-fakta yg menjelaskan kejadian.
1) Penyebab langsung dari kecelakaan yaitu keadaan dan perilaku karyawan atau
manajemen yang mengakibatkan kecelakaan.
2) Kelemahan sistem yang mengakibatkan munculnya penyebab langsung dari kecelakaan
dan siapa yang harus diwawancarai.
3) Pekerja yang terlibat langsung pada saat kecelakaan
4) Penyelia atau supervisor yang bertanggung jawab
5) Saksi mata yang melihat langsung kejadian terjadinya kecelakaan.
3 : Melakukan reka ulang untuk menggambarkan kejadian
1) objektif, melihat kejadian sesuai dengan kenyataan.
2) Mempertimbangkan seluruh faktor yang berkontribusi dalam kejadian kecelakaan.
3) Memilah seluruh informasi yang diperoleh
4 : Menentukan seluruh penyebab kecelakaan baik secara langsung, tidak langsung
maupun penyebab dasar terjadinya suatu kecelakaan.
1) Individu atau objek terjadinya kecelakaan.
2) melakukan perubahan akibat tindakan atau kegagalan dalam
melakukan tindakan
3) menggambarkan dan berhubungan dengan kejadian.
5 : Memberikan rekomendasi untuk tindakan pencegahan
atau koreksi dan perbaikan
Melakukan perbaikan terhadap kebijakan program, rencana dan prosedur dari satu atau lebih
elemen safety and health management system:
1. Management Commitment.
2. Accounttability.
3. Employee Involvement.
4. Hazard Identification atau Control
5. Incident atau Accident Analysis.
6. Training
7. Evaluation
Langkah 6 : Menulis laporan investigasi kecelakaan
laporan yang disampaikan hanya mengidentifikasi tindakan perbaikan terhadap penyebab-
penyebab yang langsung saja. Akar permasalahan (root causes-penyebab tidak langsung,
penyebab dasar) sering terabaikan. Dan laporan investigasi kecelakaan belum bisa dinyatakan
selesai sampai seluruh tindakan perbaikan selesai dilaksanakan.
Team Investigasi
Investigasi dilakukan oleh orang yang memiliki pengetahuan mengenai aktifitas dan jenis
kegiatan dari pekerjaaan yang terlibat dalam kecelakaan seperti jajaran supervisor, manajer
atau ahli K3 perusahaan yang merupakan anggota P2K3.
17 | P a g e
Laporan investigasi kecelakaan harus didistribusikan segara kepada :
a. Pimpinan perusahaan.
b. P2K3( Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
c. Bagian atau wakil yang ditunjuk oleh perusahan misalnya HRM, OHS dan Fleet.
Sedangkan untuk penanganan kasus kecelakaan lalulintas yang dialami oleh tenaga kerja
sudah ada pengurus tersendiri. Susunan Pengurus Masalah Kecelakaan Lalulintas dapat
dilihat pada lampiran.
18 | P a g e
BAB 9
KOMUNIKASI, PASRTISIPASI, DAN KONSULTASI
1. Komunikasi Internal dan Eksternal
Terlepas dari jenis komunikasi, informasi harus:
Dijelaskan dengan jelas dan memadai sehingga PT. Defianmuriyo dapat secara
akurat mengungkapkan keefektifannya
Terlacak
Sebanding
19 | P a g e
1.2 Komunikasi Eksternal
S. No. Pihak yang Topik Mode Resp. Dari
Berkepentingan Penerimaan,
Komunikasi Komunikasi Perekaman,
dan
Komunikasi
1. Komunitas Lokal Kekhawatiran K3 Verbal/ Surat/ Sumber daya
apa pun yang Email manusia
diangkat
2. Pemasok Permintaan untuk Surat/ Email Pembelian
meningkatkan
Perlindungan
Lingkungan &
Keselamatan.
Masalah lain yang
diangkat
Dampak / Risiko
Signifikan dari
Operasi mereka
3. Pengunjung/ Permintaan untuk Verbal/ Surat/ Perhatian
Pengontrak meningkatkan Papan Hinder
Perlindungan Peringatan/ ordonnantie
Lingkungan & Email
Keselamatan.
Masalah lain yang
diangkat
Dampak / Risiko
Signifikan dari
Operasi mereka
4. Media Inisiatif yang Organisasi K3, Direktur
diambil oleh Siaran Pers,
Organisasi K3 Wawancara,
Presentasi di
Seminar/ situs
web
5. Regulator a) Tanggapan Surat/ Email Sumber daya
terhadap manusia
Penyebab
Pertunjukan
tentang K3
b) Persetujuan
20 | P a g e
BAB 10
KOMPETENSI DAN LATIHAN
1. Prosedur pelatihan
1. TANGGUNG JAWAB
1. Sekretaris P2K3 wajib mengidentifikasi kebutuhan pelatihan karyawan berdasarkan
struktur organisasi, bahaya dan resiko K3 serta kompetensi yang dibutuhkan yang
terkandung dalam suatu pekerjaan.
2. HRD wajib memfasilitasi pelaksanaan Pelatihan K3 sebagaimana mestinya.
2. PROSEDUR
1. Persiapan Data.
1.1. Struktur Organisasi Perusahaan.
1.2. Hasil Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko K3.
1.3. Hasil Identifikasi Peraturan Perundang-undangan dan Persyaratan K3 Lainnya.
1.4. Hasil Investigasi Insiden/Kecelakaan Kerja.
1.5. Hasil Partisipasi dan Konsultasi K3 tenaga kerja maupun pihak luar.
1.6. Data-data lain yang relevan (hasil audit, pengukuran, dsj).
21 | P a g e
h. Peserta.
i. Dana Anggaran.
j. Pelaksanaan Pelatihan K3.
k. Dokumentasi Pelatihan K3.
l. Kesimpulan.
m. Penutup.
2. Safety Induction
Lokasi yang tepat atau induksi keselamatan dapat membantu tempat kerja Anda mencapai hal
berikut:
1. Sisihkan waktu untuk melakukan induksi. Ini dapat dilakukan secara individu atau
dengan kelompok pekerja baru sebelum melapor ke tempat kerja.
2. Temukan lokasi yang baik jauh dari kebisingan dan gangguan.
3. Jangan terburu-buru atau mencoba memutarnya, tetapkan kecepatan yang seimbang.
4. Lakukan kontak mata dan pastikan semua orang dapat mendengar Anda.
5. Tarik perhatian sejak dini
6. Perhatikan literasi dan pastikan bahwa para pekerja memahami apa yang dibutuhkan.
7. Percaya diri tapi hindari konfrontasi
8. Tetap sederhana. Berhati-hatilah untuk memastikan pesan yang Anda kirim dipahami
oleh para peserta.
9. Jelaskan persyaratan kerja karyawan dan arahan keselamatan
10. Pencegahan stres dan berikan contoh sumber pengapian.
11. Catat konten dan peserta
22 | P a g e
12. Gunakan aplikasi inspeksi seluler untuk melacak langkah-langkah induksi dan
pencatatan
3. Matrik Pelatihan K3
23 | P a g e
BAB 5
INSENTIF KEAMANAN
2. Insentif
Merancang Program Kompensasi Insentif. Organisasi yang mempertimbangkan rencana
insentif harus menentukan siapa yang memenuhi syarat. Kriteria umum untuk kelayakan
meliputi yang berikut:
1. Kategori pekerjaan (seperti produksi atau penjualan).
2. Masa jabatan.
3. Klasifikasi pekerjaan (seperti eksekutif atau administratif).
4. Tujuan dari insentif. Terdiri dari apa pembayarannya (seperti bonus, saham, atau uang
tunai).
5. Lihat Metrik Insentif Tahunan: Mencapai Target.
24 | P a g e
untuk mendistribusikan dana yang terkumpul di bawah rencana tersebut. Beberapa
rencana, bagaimanapun, adalah pilihan.
Rencana pembagian keuntungan. Salah satu dari sejumlah program insentif yang
berbagi hasil peningkatan produktivitas dengan karyawan sebagai sebuah kelompok.
Insentif tim/kelompok kecil. Setiap program insentif yang berfokus pada kinerja
kelompok kecil, biasanya tim kerja. Program-program ini sering digunakan ketika
keluaran yang terukur adalah hasil dari usaha kelompok dan sulit untuk memisahkan
kontribusi individu.
Bonus retensi. Pembayaran atau imbalan di luar gaji reguler yang ditawarkan sebagai
insentif untuk mempertahankan orang kunci pada pekerjaan selama siklus bisnis yang
sangat penting.
Bonus proyek. Suatu bentuk kompensasi tambahan yang dibayarkan kepada karyawan
atau departemen karena berhasil menyelesaikan suatu proyek dalam jangka waktu
tertentu.
Rencana kompensasi insentif dapat bersifat informal atau formal. Misalnya, seorang
supervisor mungkin hanya memberi tahu perwakilan penjualan: "Jika Anda membawa akun
XYZ, saya akan meningkatkan komisi Anda yang biasa sebesar 3 persen." Mungkin tidak ada
dokumentasi. Melihat hasil dari pengaturan informal semacam ini mungkin hanya realistis
dalam organisasi kecildimana karyawan mengetahui dan mempercayai manajemen. Dalam
organisasi yang lebih besar, janji cenderung tidak dianggap serius jika tidak diformalkan
secara tertulis.
25 | P a g e