PERTANIAN BERBASIS EKOLOGIS DAN UPAYA MENGATASI BERBAGAI MASALAH PERTANIAN
Dalam pemanfaatan hutan untuk kegiatan pertanian dikenal istilah agroforestry.
Agroforestry sebagai suatu system lahan dimana pada lahan yang sama ditanam secara bersama sama antara tegakan hutan dan tanaman pertanian sebagai upaya dalam pelaksanaan perhutanan sosial, yang berkonotasi luas dan berkelanjutan. Melihat banyaknya dampak dari pembukaan lahan khususnya pada daerah hutan seperti banjir, tanah longsor serta penurunan kualitas udara dan masih banyak lagi merupakan suatu factor yang mendorong cepatnya terjadi degradasi lingkungan, pertanian berkelanjutan merupakan suatu upaya yang digunakan untuk tetap menjaga kestabilan sumberdaya, sebagai upaya merawat lingkungan, menjaga kearifan local dan tentunya memberikan keuntungan moril dan material berupa produksi yang dapat dimanfaatkan sebagai mata pencaharian, dan pemenuhan kebutuhan sehari hari. menyatakan bahwa ketersediaan pohon-pohon di areal usaha tani di pedesaaan memiliki dua peran yaitu : (1) pohon berperan memelihara dan memperbaiki lingkungan fisik dalam rangka melestarikan tanaman pertanian dengan cara memperbaiki asupan nutrisi lahan dan energi, serta (2) pohon berfungsi melestarikan sumber-sumber ekonomi keluarga di pedesaan. Pada dasarnya konsep agroforestry merupakan suatu konsep pertanian berkelanjutan dengan memanfaatkan lahan lahan hutan maupun perkebunan untuk dimanfaatkan dalam kegiatan pertanian dengan memadukan tanaman hutan yang tentunya memberikan banyak manfaat seperti sebagai suatu tindakan konservasi terhadap sumber daya lahan. Banyaknya pemnafaatan lahan hutan untuk pertanian monokultur seperti pertanaman kelapa sawit yang ditanam pada beberapa wilayah di Indonesia yaitu Kalimantan, Sumatra, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat yang jika dilihat dari segi profit tentunya menguntungkan namun jika ditinjau dari aspek kelastarian lingkungan tentunya memberikan banyak masalah seperti penurunan tingkat kesuburan tanah, berkurangnya keragaman genetic atau makhluk hidup, meningkatnya laju erosi pada daerah perbukitan, mempengaruhi perubahan iklim, dapat menurunkan kualitas udara, dll. Data laju kerusakan hutan yang yang dirilis oleh Kementrian Kehutanan tahun 2004-2009 tercatan bahwa tingkat kerusakan hutan Indonesia dalam periode tersebut mencapai 1,7 Ha/Tahun dan tercatat menurut The Un Food and Agriculture Organization (FAO), justru menyebutkan bahwa kerusakan hutan untuk bulan Mei 2010 mencapai 500.000 hektare, hal ini disebabkan oleh konversi hutan kelahan pertanian dan hasil penebangan liar, jika melihat luasannya jelas merupakan jumlah yang cukup besar, dan tentunya dapat memberikan dampak dampak seperti banjir, erosi bahkan lonsor, berkurangnya flora dan fauna. Menurut Pranatasary (2013) Secara umum agroforestri berfungsi protektif yaitu lebih mengarah pada manfaat biofisik, serta produktif atau yang lebih mengarah kepada manfaat ekonomis. Manfaat agroforestri secara biofisik ini dibagi menjadi dua level yaitu level bentang lahan atau global dan level plot. Level global meliputi fungsi agroforestri dalam konservasi tanah dan air, cadangan karbon (C stock) di daratan, serta mempertahankan keanekaragaman hayati. Dalam penerapan system agroforestry terdapat beberapa bentuk hal ini disesuaikan dengan komponen tanaman yaitu 1. Agrisilvikultur (Agrisilvicultural systems) Agrisilvikultur adalah sistem agroforestri yang mengkombinasikan komponen kehutanan (atau tanaman berkayu/woody plants) dengan komponen pertanian (atau tanaman non-kayu). Tanaman berkayu dimaksudkan yang berdaur panjang (tree crops) dan tanaman non-kayu dari jenis tanaman semusim (annual crops). Contohnya tanaman karet dengan kacang tanah 2. Silvopastura (Silvopastural systems) Sistem agroforestri yang meliputi komponen kehutanan (atau tanaman berkayu) dengan komponen peternakan (atau binatang ternak/pasture) disebut sebagai sistem silvopastura. Contohnya paduan antara pohon mahoni dengan rerumputan dan ternak sapi 3. Agrosilvopastura (Agrosilvopastural systems) Telah dijelaskan bahwa sistem-sistem agrosilvopastura adalah pengkombinasian komponen berkayu (kehutanan) dengan pertanian (semusim) dan sekaligus peternakan/binatang pada unit manajemen lahan yang sama. Contoh kombinasi antara tanaman pagar (Pohon mahoni, Gamal, Jati) dengan tanaman jagung, dan setelah panen ternak kemudian dilepaskan.