Anda di halaman 1dari 106

JUNI

2012

Study Kelayakan
USAHA INTEGRASI SAWIT SAPI
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VI (PERSERO)

OLEH:
Dr. Ardi Novra

PUSTAKA ARDI
YAHNDADUOABIE
BARCELONA REGENCY F-16 MAYANG KOTA JAMBI
JUNI 2012
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

Executive Summary
Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit-Sapi PTP. Nusantara VI
Oleh: Dr. Ardi Novra
Email: ardnov@yahoo.com

I. PE NDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ketahanan pangan dan energi merupakan pilar utama stabilitas nasional dan ketergantungan
terhadap pangan impor tidak hanya menyebabkan pemborosan devisa tetapi juga dapat
menyebabkan in-stabilitas sosial politik. Tujuan penyediaan pangan menurut UU No. 68
Tahun 2002 harus sesuai dengan porsi pengeluaran yaitu penyediaan pangan untuk
memenuhi konsumsi seluruh rumah tangga yang terus berkembang dari waktu ke waktu
serta tersedianya cadangan pangan untuk antisipasi kekurangan dan kelebihan pangan,
gejolak harga dan atau keadaan darurat. Komoditas daging sapi menjadi salah satu dari 5
komoditas strategis dalam program Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (RPPK)
yang menegaskan kesadaran untuk menempatkan kembali arti penting pertanian secara
proposional dan kontekstual.
Pengembangan usaha integrasi sawit dan ternak sapi didasarkan pada pemikiran
pemanfaatan sumberdaya pada suatu komoditas bagi pengembangan komoditas lain guna
mendorong terciptanya interaksi saling menguntungkan (simbiosis mutualism). Industri
persawitan baik perkebunan maupun industri pengolahan (CPO) menyediakan sumber pakan
yang sangat potensial dalam pengembangan usaha peternakan sapi potong, dan sebaliknya
limbah peternakan berupa feses bercampur sisa pakan akan menjadi sumber pupuk organik
untuk perkebunan kelapa sawit. Lokasi pengembangan usaha integrasi sawit sapi PTPN VI
di Desa Muhajirin memiliki aksesibilitas sangat baik dengan jalan masuk sekitar 2 km dari
jalan raya Ness (jalan pengerasan) dengan jarak dari pasar sasaran potensial (konsumen)
relatif dekat yaitu Kota Jambi (±40 km), Sengeti (±18 km) dan Muaro Bulian ± 9 km. Pada
sisi lain areal pengembangan juga dekat dengan sumber input pakan utama (pelepah sawit)
yaitu areal perkebunan PTPN VI di Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi.
Usaha integrasi merupakan upaya tindak lanjut himbauan Menteri Negara BUMN (Dahlan
Iskan) kepada BUMN Perkebunan agar dapat menjadi pelopor pengembangan usaha
integrasi sawit sapi. Sebagai bentuk implementasi maka telah dibentuk suatu unit usaha
tersendiri (coorporate) yang langsung berada di bawah komando Direktur Perencanaan dan
Pengembangan (Renbang). Pembentukan struktur manajemen usaha integrasi sawit sapi
berdasarkan pada SK. No. 08/06.D1/III/2012 tanggal 27 Maret 2012 tentang
Penyempurnaan Struktur Organisasi (SO) PTP Nusantara VI (Persero).
1.2. Tujuan Pengembangan Usaha Integrasi Sawit Sapi
Usaha pengembangan integrasi sawit sapi potong memiliki tujuan ganda yaitu menyediakan
ternak sapi siap potong melalui unit usaha penggemukan (fattening) dan ternak sapi bibit
sebar melalui unit usaha pembibitan (breeding) serta beberapa tujuan lain, yaitu a)

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) ………........................... ii
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

memanfaatkan limbah perkebunan kelapa sawit terutama pelepah sawit sebagai sumber
pakan ternak sapi potong, b) menyediakan pupuk organik padat berupa limbah usaha ternak
sapi potong guna memenuhi kebutuhan pupuk tanaman kelapa sawit, c) memanfaatkan areal
dan bangunan eks pabrik crumb rubber milik PTPN VI untuk pengembangan usaha produktif,
d) menyediakan kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar lokasi pengembangan usaha
integrasi sawit sapi, dan e) membantu pemerintah daerah setempat dalam penyediaan
daging ternak sapi potong.
II. ANALISIS POTENSI PASAR DAN STRATEGI PEMASARAN
2.1. Potensi Pasar Output (Produk) Usaha Integrasi Sawit Sapi
Pangsa produk usaha peternakan sapi potong dapat berupa pasar produk primer, sekunder
dan tertier baik untuk produk utama (ternak sapi siap potong, ternak bibit dan daging), produk
ikutan usaha peternakan (olahan limbah kandang seperti feses dan urine) maupun produk
ikutan hasil pemotongan ternak sapi (jeroan, kulit, tanduk dan lain-lain). Pada konteks usaha
integrasi sawit sapi yang dikelola unit usaha PTPN VI maka pangsa pasar sasaran produk
terbatas pada pasar primer dengan jenis produk sebagai berikut a) ternak sapi siap potong
yaitu ternak sapi yang memenuhi syarat sebagai ternak potong terdiri dari ternak jantan hasil
penggemukan dan ternak afkir (pejantan dan induk) serta ternak betina muda teridentifikasi
majir (tidak produktif) dan b) ternak betina bibit sebar yaitu ternak betina muda yang melalui
proses seleksi bibit tidak digunakan sebagai ternak bibit pengganti (replacement) dan
peningkatan skala usaha. Beberapa alternatif jalur pemasaran produk yang dapat ditempuh
oleh manajemen usaha integrasi ternak sawit sapi adalah:
a. Pemasaran langsung ternak sapi siap potong kepada pedagang baik pengumpul
maupun pengecer untuk dipasarkan ke wilayah lain baik dalam maupun luar Provinsi
Jambi.
b. Pemasaran langsung sapi siap potong kerjasama dengan RPH terdekat untuk
selanjutnya hasil pemotongan dipasarkan oleh para pedagang pengecer pasar
tradisional dan modern.
c. Khusus pemasaran sapi potong betina bibit disamping langsung kepada pedagang juga
dapat dilakukan kerjasama pemasaran dengan pihak internal dan eksternal seperti:
- Manajemen PTPN VI (internal) dan perusahaan lain (eksternal) guna memenuhi
kebutuhan bantuan ternak sapi bibit program CSR (kemitraan atau bina lingkungan).
- Pemerintah daerah (Kota/Kabupaten/Provinsi) melalui berbagai instansi terkait guna
memenuhi kebutuhan distribusi ternak sapi bibit bantuan bergulir pemerintah.
- Pihak-pihak internal lain yang membutuhkan sapi betina bibit seperti kelompok tani
dan pemilik modal individual yang membutuhkan ternak sapi potong betina bibit.
Populasi ternak sapi potong menjadi salah satu indikator perkembangan produksi daging sapi
di Provinsi Jambi dengan laju peningkatan populasi selama periode 2007 – 2011 rata-rata
mencapai 6,72% pertahun. Kebutuhan daging sapi setiap tahun rata-rata mencapai 3,86 juta
kg atau setara dengan 24.846 ekor ternak sapi siap potong yang dipenuhi melalui
pemotongan ternak sapi domestik dan impor dari wilayah provinsi lainnya. Impor untuk
memenuhi kebutuhan daging sapi tidak akan tergambar secara jelas jika melihat dari

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) ………........................... iii
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

produksi dan konsumsi daging sapi Provinsi Jambi karena umumnya impor tidak langsung
dalam bentuk komoditas daging tetapi dilakukan dalam bentuk impor sapi bakalan atau
ternak sapi bibit. Kapasitas produksi sapi siap potong yang mampu disediakan oleh usaha
peternakan sapi potong domestik baru mencapai rata-rata 16.167 ekor/tahun dan masih jauh
(65,07%) dari kebutuhan yang mencapai 24.486 ekor/tahun. Kapasitas produksi usaha
peternakan domestik yang masih dibawah kebutuhan sapi potong juga akan tergambarkan
dari neraca perdagangan ternak sapi Provinsi Jambi yaitu perbandingan antara jumlah ternak
sapi masuk dan keluar dari dan ke Provinsi Jambi. Defisit neraca perdagangan rata-rata
mencapai 11.607 ekor/tahun atau setara Rp 71,005 milyar jika diasumsikan harga ternak sapi
Rp. 5 jt.ekor. Nilai defisit perdagangan komoditas ini akan mengalami peningkatan sepanjang
tahun jika tidak ada investasi baru yang signifikan dalam mendorong perkembangan sektor
peternakan sapi termasuk investasi pemerintah, dunia usaha dan masyarakat. Pada konteks
ini maka pengembangan usaha integrasi sawit sapi PTPN VI tidak hanya sekedar bisnis
murni tetapi juga potensial mendukung penyediaan atau mengurangi ketergantungan daging
sapi daerah.
Komoditas daging sapi tergolong sebagai barang normal (normal goods) dimana permintaan
akan komoditas ini akan mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan pendapatan
masyarakat. Pada sisi lain permintaan juga akan mengalami peningkatan seiring dengan
meningkatnya jumlah penduduk dan kesadaran akan pentingnya protein hewani. Selama ini
peningkatan laju pertumbuhan permintaan daging sapi belum mampu diikuti oleh laju
pertumbuhan produksi sehingga defisit produksi terhadap konsumsi semakin meningkat dari
tahun ke tahun. Guna memenuhi kebutuhan konsumsi daging sapi Provinsi Jambi sebagian
masih tergantung pada wilayah lain seperti Lampung, Bengkulu dan bahkan Nusa Tenggara
Barat (NTB). Pengadaan kebutuhan tidak langsung dalam bentuk impor daging sapi tetapi
dalam bentuk ternak sapi bakalan dan sapi siap potong. Produksi domestik diperkirakan
hanya mampu memenuhi 50 – 60% dari kebutuhan ternak sapi potong sehingga pangsa
pasar ternak sapi siap potong dan bibit masih sangat terbuka terutam pangsa pasar ternak
sapi siap potong yang berasal dari pasar impor (non-domestik). Produksi sapi siap potong
usaha integrasi termasuk ternak sapi pejantan dan induk afkir dapat menggantikan antara 10
– 15% pangsa pasar sapi siap potong yang bersumber dari impor (wilayah provinsi lain).
2.2. Strategi Pemasaran Usaha Integrasi Sawit Sapi
Salah satu karakteristik dari pasar ternak sapi potong adalah harga jual yang berfluktuasi
sepanjang tahun karena sangat tergantung pada permintaan pasar. Trend harga sapi siap
potong diindikasikan dari perkembangan harga daging di pasar dan cenderung meningkat
dari tahun ke tahun tetapi faktor penting yang perlu diamati adalah fluktuasi harga daging
sepanjang tahun. Harga daging ternak sapi mengalami peningkatan pada saat-saat
menjelang hari besar keagamaan seperti menyambut bulan puasa, lebaran idul fitri dan idul
adha serta memasuki pergantian tahun seiring dengan perayaan hari besar keagamaan lain
seperti natal dan tahun baru. Pada periode-periode ini akan terjadi peningkatan signifikan
permintaan daging sapi yang akan mendorong kenaikan harga sapi siap potong di pasar
domestik. Gambaran umum perubahan harga produk daging dan ternak sapi siap potong
disajikan pada Gambar 1.

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) ………........................... iv
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

Keuntungan usaha integrasi


akan sangat terkait dengan Trend Fluktuasi
Harga
kondisi harga dan permintaan Harga
Tahunan
pasar sehingga dibutuhkan
suatu strategi penjualan yang
mencakup dimensi waktu dan
skala penjualan ternak sapi Period

Idul Fitri
Awl Puasa

Idul Adha

Natal dan
Tahun Baru
potong hasil penggemukan. e
Pengadaan sapi bakalan
sebaiknya dilakukan
beberapa bulan (minimal 6 Gambar 1
Fluktuasi dan Trend Harga Daging dan Sapi Siap Potong
bulan) sebelum memasuki
puasa sehingga penjualan
ternak sapi tepat waktu dimana permintaan sedang tinggi yaitu sebelum dan awal puasa
(Ramadhan), seminggu sebelum lebaran Idul Fitri (1 Syawal) dan Idul Adha (Lebaran Haji).
Strategi pemasaran ini akan memberikan 2 (dua) keuntungan bagi usaha integrasi sawit sapi
yaitu dari pertambahan bobot badan dan selisih harga jual persatuan.
PTP Nusantara sebagai salah satu BUMN juga memiliki tanggung jawab sosial dalam
membantu pemerintah daerah setempat dalam penyediaan kebutuhan masyarakat sehingga
tidak selalu hanya berorientasi pada keuntungan. Salah satu cara yang dapat dilakukan unit
usaha integrasi sawit sapi adalah melalui pengendalian pemasaran sapi siap potong yang
disesuaikan dengan kebutuhan pasar (permintaan pasar daging sapi). Untuk itu akan
dikembangkan suatu sistem pemasaran yang teralokasi baik dengan memperhatikan
pencapaian profit dan pelaksanaan fungsi sosial melalui penjualan harian dan khusus yang
berimbang, yaitu:
a. Untuk memenuhi kebutuhan harian (311 hari kalender) akan disediakan 45% dari jumlah
stock ternak sapi siap potong tahunan usaha integrasi sawit sapi. Jenis produk yang
dijual diutamakan ternak sapi afkir (pejantan dan induk serta betina non-produktif) serta
sisa penjualan periode sebelumnya pada tahun yang sama.
b. Untuk memenuhi kebutuhan pada hari-hari tertentu dimana permintaan pasar mengalami
peningkatan akan disediakan 55% dari jumlah stock ternak sapi siap potong tahunan
usaha integrasi sawit sapi. Jenis produk yang dijual diutamakan adalah ternak sapi siap
potong hasil unit usaha penggemukan.
Jika diasumsikan stock ternak siap potong yang tersedia sepanjang tahun adalah 2.000 ekor,
maka pada hari biasa dilepas 3 ekor ternak siap potong. Guna membantu pemerintah dalam
mengatasi peningkatan permintaan masyarakat selama puasa dan lebaran akan disediakan
masing-masing 350 ekor untuk kebutuhan puasa (menjelang dan selama puasa), 400 ekor
dalam menyambut lebaran Idul Fitri dan 300 ekor menyambut lebaran haji (Idul Adha).
Melalui sistem alokasi pemasaran ini, disamping membantu pemerintah dalam pengadaan
kebutuhan ternak sapi siap potong juga untuk menghindari terjadinya over supply yang dapat
menganggu stabilitas harga pasar daging yang merugikan para peternak sapi potong rakyat.
Produk lain yang dihasilkan dalam usaha integrasi sawit sapi adalah ternak sapi betina bibit
yaitu ternak sapi remaja yang tidak digunakan sebagai ternak bibit pengganti (replacement)
induk dan pengembangan usaha. Kelompok ternak betina muda usaha pembibitan meskipun

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) ………........................... v
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

tidak lolos seleksi sebagai calon induk tetapi masih tergolong ternak produktif sehingga dapat
dijual sebagai ternak betina bibit sebar. Pangsa atau pasar sasaran ternak sapi bibit yang
dihasilkan usaha integrasi akan dijual dengan beberapa alternatif yaitu penjualan internal
PTPN VI untuk program PKBL, dan penjualan eksternal baik langsung kepada para
pedagang atau peternak sapi potong maupun melalui lembaga lain yang membutuhkan
seperti pemerintah daerah (SKPD) sebagai ternak sapi bantuan (distribusi) dan perusahaan
lain yang membutuhkan ternak bibit program PKBL atau CSR.
III. ASPEK MANAJEMEN DAN ORGANISASI
3.1. Manajemen Penggemukan dan Pembibitan
Usaha integrasi sawit sapimemiliki struktur manajemen yang dikelola oleh organisasi
tersendiri karena menjadi salah satu unit usaha di bawah koordinasi PTPN VI. Secara umum
manajemen fattening terdiri dari 3 PEMASUKAN PEMELIHARAAN PENGELUARAN
(tiga) aktivitas yaitu pengadaan
Tahun 1 - 4
(pemasukan) sapi bakalan, Suplly RPH
pemeliharaan (penggemukan) dan Pembelian

Rutin
penjualan (pengeluaran) ternak
sapi potong siap jual (Gambar 2). Sapi Penggemukan Sapi Siap Pedagang
Pelaksanaan fungsi manajemen Bakalan Potong Sapi
mencakup upaya pengawasan Khusus
ternak sapi masuk (bakalan), Pembibitan
Tahun 3 dst
pemeliharaan (budidaya) dan Sendiri Hari Besar
Keagamaan
keluar (sapi siap potong atau jual) Gambar 2.
melalui proses pencatatan Aktivitas dalam Manajemen Fattening
(recording) yang mencakup;
a. Recording ternak bakalan masuk baik melalui proses pembeliaan (lingkungan eksternal)
maupun dari unit usaha pembibitan yang mencakup waktu (tanggal, bulan dan tahun),
jumlah ternak, jenis atau bangsa ternak sapi, serta status kesehatan dan umur ternak
bakalan. Setiap ternak bakalan yang masuk akan ditandai dengan pemberian nomor
telinga (eartag) atau kalung leher Kaidah pemberian nomor mulai angka 0001 sampai
dengan tak terhingga dan berurutan dari terendah berdasarkan sapi tersebut terdata.
b. Recording ternak bakalan selama proses pemeliharaan (budidaya) untuk proses
penggemukan mencakup jumlah ternak untuk setiap unit kandang, ternak sakit dan mati.
Penempatan ternak sapi untuk setiap unit kandang diupayakan seragam baik dari sisi
umur maupun bobot badan guna menghindari ternak sapi yang tidak memperoleh pakan
cukup akibat kalah bersaing dengan ternak sapi lainnya dalam kandang koloni yang
sama. Pengamatan ternak sapi bakalan penggemukan dilakukan secara berkala dan
untuk ternak yang terlihat mengalami gejala serangan penyakit akan dipindahkan ke
kandang isolasi, sedang ternak yang kalah bersaing dipindahkan ke unit kandang lain
yang memiliki bobot tubuh yang relatif seragam.
c. Recording ternak sapi siap potong keluar areal usaha integrasi sawit sapibaik untuk
tujuan dijual atau dipotong disesuaikan dengan capaian bobot badan akhir (siap jual) dan
jangka waktu penggemukan serta situasi permintaan pasar. Informasi yang dicatat

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) ………........................... vi
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

mencakup jumlah dan jenis ternak sapi siap potong yang akan dijual serta bobot badan
dan kondisi kesehatan ternak.
Manajemen pembibitan adalah kegiatan yang mencakup kegiatan-kegiatan dari pemasukan
dan penangganan bibit dasar sampai pada pemanfaatan bibit hasil produksi. Gambaran
umum proses produksi bibit
Ternak Sapi
sapi potong dalam suatu Bibit
Pengadaan (Beli)
model manajemen yang
Calon Calon
berkelanjutan disajikan pada Pejantan Induk
Gambar 3. Tujuan unit usaha
Karantina
pembibitan adalah untuk Perkawinan
Alami
menghasilkan bibit ternak baik
betina calon induk maupun Kandang Koloni Deteksi Birahi Perkawinan
(Umbaran) (IB)
bakalan dengan pertimbangan
daya adaptasi ternak baik
PKB (Pemeriksaan
terhadap iklim mikro maupun Tidak Bunting
Relplacement

Kebntingan)
kondisi sosial ekonomi
Bunting
masyarakat. Pemasukan
ternak bibit dilakukan melalui
Relplacement

Kandang Induk Kandang Induk


Bibit Sebar (Jual)

2 (dua) cara yaitu ternak bibit Menyusui Melahirkan Bunting > 7 bulan
stock awal (tahun 1 - 4) dan Anak Kandang Pedet
ternak pengganti (1 bln – 1 tahun)
Lolos

(replacement) sesuai
kebutuhan dan ketersediaan
Seleksi Calon Betina Jantan
ternak bibit pada unit usaha Bibit Muda Muda
pembibitan. Untuk
Tidak Lolos Seleksi Calon Pejantan
menentukan bibit calon induk
Bakalan Program
yang dipelihara digunakan Jual Sebagai Ternak Potong Penggemukan
kriteria umum dan khusus bibit Gambar 3.
Sapi Potong berdasarkan Prosedur Tetap atau Tahapan Usaha Pembibitan Sapi Potong
Good Breeding Practice
(GBP). dengan kriteria umum sebagai berikut a) sapi bibit sehat dan bebas dari segala cacat
fisik seperti kebutaan, tanduk patah, pincang, lumpuh, kaki dan kuku abnormal, serta tidak
terdapat kelainan tulang punggung atau cacat tubuh lainnya, b) semua sapi bibit betina harus
bebas dari cacat alat reproduksi, abnormal ambing serta tidak menunjukkan gejala
kemandulan, c) sapi bibit jantan harus siap sebagai pejantan serta tidak menderita cacat
pada alat kelaminnya, d) sistem perkawinan ternak sapi terdiri dari perkawinan alami dan IB
(Inseminasi Buatan).
3.2. Aspek Organisasi
Pada saat ini struktur pimpinan organisasi usaha integrasi sawit sapidipimpin oleh seorang
manager yang dibantu oleh seorang kepala operasional seperti disajikan pada Gambar 4.
Kepala operasional dibantu oleh 2 (dua) orang asisten yaitu asisten kesehatan ternak dan
asisten pemeliharaan ternak yang selanjutnya melakukan koordinasi dengan asisten
administrasi dan keuangan serta perwira keamanan yang langsung berada pada garis
komando manajer. Asisten administrasi dan keuangan dibantu oleh seorang krani yang
mengkoordinir kegiatan para petugas administrasi. Sedangkan asisten pemeliharaan ternak

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) ………........................... vii
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

dibantu oleh seorang mandor dan petugas administrasi pemeliharaan ternak. Mandor
bertugas sebagai pengawas kegiatan para operator chopper dan mixer yang dipimpin oleh
seorang kepala kerja proses pakan, dan mengawasi petugas anak kandang yang dipimpin
oleh seorang kepala kerja perawatan ternak. Organisasi bidang teknik, transaksi dan CD
yang juga dibawah koordinasi
kepala operasional terdiri dari MANAJER
Krani teknik, transkasi dan CD
yang dibantu beberapa petugas
KEPALA OPERASIONAL
teknis transaksi dan CD serta
Mandor Operasional yang dibantu
beberapa petugas mekanik ASISTEN KESEHATAN ASISTEN
ASISTEN ADM DAN PERWIRA
PEMELIHARAAN
pemeliharaan mesin, listrik, TERNAK
TERNAK
KEUANGAN PENGAMANAN
lingkungan dan CD serta operator
mesin rumput. Garis komando
Garis koordinasi
Gambar 4.
Secara umum struktur organisasi Bagan Organisasi Karyawan Pimpinan
dalam manajemen usaha integrasi
sawit sapi ini masih mengacu pada
struktur organisasi yang biasa digunakan dalam usaha perkebunan. Hal ini menyebabkan
terjadinya beberapa tugas dan tanggung jawab yang saling tumpang tindih dan
menyebabkan kurangnya efisiensi usaha. Untuk itu pada masa akan perlu adanya perubahan
dalam struktur organisasi
manajemen dengan bentuk sesuai Direktur Utama PTPN VI
dengan jenis usaha yaitu Pelindung
peternakan sapi potong tujuan
TOP MANAGER
ganda (fattening dan breeding)
Manajer Usaha Integrasi
sehingga pembagian tugas dan
tanggung jawab dapat menjadi MIDDLE MANAGER
lebih jelas. Mengacu pada Asisten Manager
karakteristik usaha dan struktur
organisasi yang diterapkan pada Ass Manager I Ass Manager II Ass Manager III Asmen Umum
Balai Pembibitan Ternak Unggul Penggemukan Pembibitan Pengolahan Administrasi
Sapi Potong Sapi Potong Pakan Ternak dan Keuangan
(BPTU) Sembawa, Sumatera
Selatan, maka disarankan struktur
organisasi manajemen usaha Staf/Karyawan Tetap Tenaga Kerja Harian Lepas (TKL)
integrasi sapi sawit seperti pada Gambar 5.
Gambar 5. Seorang top manager Struktur Dasar Manajemen Usaha Integrasi Sawit Sapi
yaitu manager usaha integrasi
sawit sapi dibantu oleh 4 orang
asisten manager yang terdiri dari 3 orang asisten manager khusus (I, II dan III) yang secara
terspesialisasi membidangi 3 kegiatan utama usaha integrasi sawit sapi yaitu unit usaha
penggemukan, unit usaha pembibitan dan pengolahan pakan ternak sapi potong serta
asisten manager umum yang membidangi kegiatan umum dalam bidang administrasi dan
keuangan.

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) ………........................... viii
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

IV. ASPEK TEKNIS DAN PRODUKSI


4.1. Aspek Teknis
Ternak sapi yang dipelihara terdiri dari 2 (dua) jenis bangsa sapi yaitu Sapi Bali dan
Peranakan Ongol (PO) yang berasal dari Provinsi Lampung. Sesuai dengan tujuan
pengembangan usaha maka kelompok ternak sapi bibit terdiri dari betina muda (calon induk)
untuk tujuan usaha pembibitan (breeding) dan ternak bakalan (jantan muda) untuk tujuan
penggemukan (fattening). Pengadaan ternak bibit dilakukan secara bertahap selama 4
(empat) tahun dengan jumlah total 8.000 ekor dengan komposisi bervariasi sepanjang tahun.
Pengadaan ternak bakalan kedua jenis bangsa setiap tahun komposinya semakin kecil
karena setelah tahun ke-3 (2014) sebagian akan diperoleh dari hasil pembibitan sendiri dan
setelah tahun ke 4 (2015) seluruh bakalan merupakan hasil pembibitan sendiri. Hal yang
sama juga dilakukan pada ternak sapi untuk tujuan pembibitan (betina muda calon induk)
setelah tahun ke-4 dihentikan dengan asumsi bahwa seluruh ternak sapi induk telah mampu
memenuhi kebutuhan baik untuk penyediaan ternak sapi bakalan maupun pengganti
(replacement) induk yang sudah tidak produktif dan dijual dalam bentuk ternak afkir.
Sumber utama pakan ternak sapi potong yang dibudidayakan adalah limbah perkebunan
berupa pelepah sawit dan limbah pabrik kelapa sawit (PKS) berupa bungkil kelapa sawit.
Sumber utama limbah sebagai bahan pakan ternak sapi potong berasal dari perkebunan
sawit terutama yang terdapat pada wilayah Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi serta
PKS milik PTPN VI yang tersebar pada beberapa wilayah kerja perusahaan. Berdasarkan
indikator asumsi dari 9.521 Ha areal perkebunan sawit setiap tahun akan mampu
menghasilkan 59.906 ton pelepah sawit segar dan dengan penggunaan 80% sebagai bahan
pakan penyusuan ransum dan rataan konsumsi ternak sapi 10 kg/ekor/hari maka pelepah
sawit yang dihasilkan mampu memenuhi kebutuhan 20.516 ekor ternak sapi potong.
Pemberian pelepah sawit kepada ternak sapi potong dilakukan setelah dilakukan perajangan
dengan menggunakan beberapa unit mesin perajang (chopper). Setiap unit chopper
dioperasikan oleh 4 orang, dan selanjutnya akan dicampur dengan bahan baku pakan lain
dengan menggunakan mixer (mesin pengaduk). Bungkil kelapa sawit dengan kandungan
protein mencapai 15% digunakan sebagai sumber protein yang dicampur langsung dengan
hasil rajangan pelepah sawit dan bahan pakan lainnya. Bungkil kelapa sawit dibawa langsung
dari sejumlah PKS yang sampai tahun 2011 tercatat ada 5 unit PKS milik PTPN VI dengan
kapasitas produksi mencapai 230 ton TBS/jam. Perolehan sumber bahan pakan utama
berupa pelepah dan bungkil kelapa sawit adalah dari unit usaha lain (perkebunan dan PKS
PTPN VI) sedangkan bahan penyusun pakan lain diperoleh melalui pembelian. Penggunaan
bahan penyusun pakan olahan sendiri sebagai bahan pakan utama diharapkan dapat
meningkatkan efisiensi usaha integrasi dan memberikan keuntungan yang lebih besar pada
perusahaan.
Sarana utama berupa kandang pemeliharaan dipisah antara sapi potong untuk tujuan usaha
pembibitan dan penggemukan. Pemeliharaan ternak untuk penggemukan dilakukan secara
intensif pada kandang koloni dengan kapasitas sesuai ukuran kandang koloni. Pemeliharaan
ternak sapi bibit akan dilakukan secara semi-intesif dengan menyediakan umbaran (tempat
bermain) bagi ternak betina pada areal sekitar kandang. Kandang penggemukan merupakan
eks-pabrik crumb rubber PTPN VI yang ditata ulang untuk pemeliharaan ternak sapi potong
yang terdiri dari 35 unit kandang koloni. Kandang kelompok atau dikenal dengan

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) ………........................... ix
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

koloni/komunal merupakan model kandang dalam suatu ruangan kandang ditempatkan


sejumlah ternak, secara bebas tanpa diikat. Keunggulan model kandang koloni dibanding
kandang individu adalah efisiensi dalam penggunaan tenaga kerja rutin terutama
pembersihan kotoran kandang, Tipe lantai yang digunakan adalah alas litter, dan
pembongkaran litter lantai kandang di lakukan apabila tinggi litter mencapai setinggi 20 cm,
atau dilakukan pembersihan sekitar 3 – 4 kali dalam setahun.
Pemanfaatan bangunan eks-pabrik crumb rubber sebagai kandang penggemukan didasarkan
pada pertimbangan bahwa kandang untuk penggemukan tidak butuh banyak variasi sehingga
rekonstruksi atau modifikasi dapat dengan mudah dilakukan. Kandang kelompok atau dikenal
dengan koloni/komunal merupakan model kandang dalam suatu ruangan kandang
ditempatkan sejumlah ternak, secara bebas tanpa diikat. Variasi kandang koloni hanya pada
ukuran kandang yang selanjutnya akan mempengaruhi kapasitas tampung dari masing-
masing kandang. Luas kandang untuk penggemukan seluruhnya mencapai 4.148 m2 yang
terbagi dalam 41 unit kandang koloni dengan 13 variasi ukuran dengan daya tampung total
mencapai 1.381 ekor. Penentuan kapasitas kandang berdasarkan pada standar ideal yang
telah ditetapkan bahwa setiap ekor ternak sapi dewasa membutuhkan ruang kandang
dengan luas rata-rata 3 m2.
Kandang untuk ternak sapi tujuan pembibitan lebih bervariasi tergantung pada umur dan
kondisi ternak sapi yang dipelihara yang secara umum dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Kandang induk dan/atau calon induk (betina remaja) dibangun berbentuk kandang koloni
beratap sebagian pada bagian depan kandang (terutama tempat lungan) dan model
kandang kelompok ini identik disebut juga dengan kandang umbaran terbatas. Lantai
kandang model ini menggunakan lantai semen atau beton berpori (model wavin)
terutama pada bagian lantai yang tidak beratap. Pada bagian belakang kandang
dilengkapi selokan pembuangan terutama untuk menjaga kebersihan lantai kandang
pada musim hujan. Alas lantai pada model kandang ini tidak menggunakan alas dasar
litter, namun bahan alas litter hanya disebarkan pada lantai (terutama lantai yang
beratap) yang becek.
b. Kandang induk bunting dan melahirkan dikembangkan dalam bentuk kandang individu
dengan dua baris dengan penempatan sapi pada posisi ekor berlawanan (tail to tail)
sehingga tempat pakan terletak masing-masing sisi kandang.
Pada tahun selanjutnya juga akan dikembangkan kandang khusus untuk sapi bunting lebih
dari 6 bulan sampai melahirkan dan kandang anak (pedet) sampai umur 1 tahun serta
berbagai sarana pendukung lainnya termasuk kandang isolasi dan karantina, kandang jepit
(penimbangan, pemeriksaan kebuntingan, deteksi penyakit dan inseminasi buatan) serta
sarana bongkar muat ternak (modifikasi lokasi bongkar muat eks-pabrik CRF).
4.2. Aspek Produksi
Sesuai dengan tujuan usaha yaitu penggemukan (fattening) dan pembibitan (breeding) maka
produk utama usaha adalah ternak sapi siap potong (hasil penggemukan) dan ternak betina
muda calon induk atau bibit sebar (umur > 1 tahun). Volume produksi yang dihasilkan setiap
tahun dalam usaha integrasi sawit sapi tergantung pada proses pengadaan dan
perkembangan populasi ternak dipelihara. Produk utama usaha integrasi adalah
penggemukan dan pembibitan tetapi sumber penerimaan usaha tidak hanya ternak sapi

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) ………........................... x
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

bakalan siap jual (hasil penggemukan) dan bibit sebar (betina muda > 1 tahun) tetapi juga
bersumber dari:
a. Penjualan ternak sapi afkiran yaitu induk dan pejantan yang dianggap atau hasil
pengamatan sudah tidak produktif dan untuk memenuhi kebutuhan dilakukan
replacement dengan ternak sapi jantan dan betina muda hasil seleksi (layak bibit).
b. Penjualan betina majir yaitu ternak betina muda yang awalnya disiapkan sebagai calon
induk tetapi dalam perjalanannya ternyata tidak memiliki kemampuan reproduksi (tidak
mengalami kebuntingan dan melahirkan anak).
Pada tahun awal kegiatan (4 tahun pertama), sumber utama penjualan adalah ternak sapi
siap potong hasil penggemukan yang disupplay dari luar usaha peternakan (eksternal).
Peningkatan pada tahun ke-4 karena sumber bakalan disamping dari luar usaha sendiri juga
berasal dari ternak bakalan hasil pembibitan sendiri dan setelah tahun-tahun tersebut
pengadaan bakalan mulai dikurangi dan beralih pada bakalan yang berasal dari usaha
pembibitan sendiri (mandiri). Seluruh pedet setelah dikurangi hasil seleksi jantan muda
sebagai calon ternak sapi pejantan akan digunakan untuk penggemukan. Jantan muda hasil
seleksi akan digunakan untuk replacement (pengganti) pejantan akhir dan menyesuaikan
dengan perkembangan populasi induk sehingga imbangan ideal 1 : 10 dapat dipertahankan.
Komponen jenis output yang dijual setiap tahun tetap sapi siap potong hasil penggemukan
dan diikuti dengan sapi betina bibit sebar. Penjualan pejantan dan induk hanya dilakukan
setelah masa afkir dan digantikan dengan ternak hasil pembibitan sendiri. Pemeliharaan
pejantan tetap menjadi sesuatu yang penting meskipun nantinya dalam perjalanan usaha
integrasi untuk perkembangan biakan tidak mengandalkan kawin alami tetapi lebih pada
Inseminasi Buatan (IB). Setelah tahun ke 8 proyek atau tahun 2020 pertumbuhan volume
penjualan ternak sapi masing-masing kelompok produk ternak akan menjadi stabil dengan
skala usaha antara 12.000 – 13.000 ekor dengan volume penjualan mencapai sekitar 3.500
ekor/tahun yang terdiri dari 5 jenis produk.
V. ASPEK FINANSIAL DAN EKONOMI
5.1. Aspek Finansial
Penerimaan usaha integrasi sawit sapi terdiri dari nilai penjualan produk utama yaitu ternak
sapi siap potong hasil penggemukan dan ternak sapi betina bibit sebar hasil pembibitan.
Seluruh kelompok ternak yang dijual kecuali ternak sapi betina bibit sebar yang digunakan
untuk pengembangbiakan adalah untuk tujuan dipotong. Harga dapat mengalami perubahan
karena tidak hanya tergantung pada performance (bobot) ternak sapi, bagsa dan jenis
kelamin ternak, tujuan pembelian oleh konsumen tetapi juga sangat tergantung pada waktu
penjualan (permintaan pasar). Harga jual ternak sapi potong pada saat menjelang hari besar
keagamaan (puasa, idul fitri dan idul adha) relatif lebih tinggi dibanding hari biasa. Untuk
memudahkan analisis maka digunakan standar harga yang diperoleh dari harga jual rata-rata
tahun 2012. Penerimaan tahun 1 dan 2 proyek relatif sama dan seluruhnya berasal dari
penggemukan ternak sapi bakalan yang dipasok dari luar. Penerimaan sedikit mengalami
penurunan pada tahun ke-3 seiring dengan berkurangnya pasokan eksternal sapi bakalan
program penggemukan dan tahun ke-4 penerimaan akan mulai di dominasi dari ternak usaha
pembibitan sendiri. Setelah tahun ke-5 semua seluruh penerimaan usaha merupakan hasil
pembibitan sendiri baik bakalan maupun ternak sapi bibit. Secara umum penerimaan

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) ………........................... xi
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

mengalami peningkatan dari tahun ke tahun sesuai dengan perkembangan skala usaha
integrasi sawit sapi tetapi tetap didominasi oleh penjualan ternak hasil penggemukan sapi
bakalan sendiri. Sumber penerimaan lain usaha integrasi sawit sapi adalah hasil penjualan
ternak sapi yang sudah tidak produktif baik berupa pejantan dan induk afkir maupun ternak
sapi betina muda yang tidak lolos seleksi karena memiliki kemampuan reproduksi rendah
(majir). Harga jual kelompok ternak sapi ini dengan umur yang sama relatif lebih rendah dan
digunakan sebagai ternak sapi potong.
Penerimaan dari kelompok sapi non-produktif baru diperoleh pada tahun ke-3 (2014)
kegiatan proyek untuk ternak sapi betina muda majir dan tahun ke-5 (2018) untuk ternak sapi
induk dan pejantan afkir. Pejantan dan induk afkir selanjutnya dilakukan penggantian
(replacement) dengan cara seleksi betina dan jantan muda hasil pembibitan sendiri sehingga
tidak dibutuhkan penambahan bibit dari luar. Hal ini berarti bahwa pemeliharaan ternak sapi
betina muda hasil pembibitan disamping untuk pengembangan usaha juga sebagai ternak
pengganti induk afkir. Proses afkir pejantan dan induk dilakukan secara bertahap dan diambil
dari 25% hasil seleksi ternak sapi remaja umur 1 – 2 tahun. Secara umum trend penerimaan
dari kelompok produk ini mengalami peningkatan dari tahun ketahun dengan sedikit lonjakan
pada tahun ke 5 dan 6 (2016 – 2017). Sumber penerimaan lain adalah pupuk organik padat
yang berasal dari limbah kandang litter yang nilainya diprediksi dengan menggunakan asumsi
bahwa setiap ekor ternak sapi yang dipelihara dengan kandang sistem litter menghasilkan
paling sedikit 10 kg feses setiap hari. Untuk estimasi produk limbah kandang dalam satu
tahun, maka untuk ternak bibit menggunakan jumlah hari 360 sedangkan untuk
penggemukan dan bibit sebar menggunakan jumlah hari 180. Penerimaan dari limbah
kandang disebut sebagai penerimaan tersamar karena ada kemungkinan digunakan untuk
pupuk tanaman sawit milik PTPN VI sendiri (tidak ada proses transaksi tunai).
Investasi usaha integrasi sawit sapi dilakukan secara bertahap selama beberapa tahun
sampai tercapai suatu kondisi dimana populasi dan produksi menjadi stabil yaitu sampai
tahun 2019 (tahun ke-7). Biaya investasi mencakup pengadaan ternak sapi bibit, kandang
dan sarana pendukung, mesin dan peralatan pengolahan pakan serta kendaraan untuk
operasional. Untuk pengembangan usaha integrasi sawit sapi maka dibutuhkan investasi
sebesar Rp. 75 Milyar yang bersumber dari 20% dana sendiri atau PTPN VI (Rp. 15 Milyar)
dan 80% kredit investasi atau pinjaman (Rp. 60 Milyar). Proses pencairan dana investasi
tidak dilakukan secara langsung tetapi dilakukan secara bertahap selama 3 tahun (tahun
2013 – 2015). Penggunaan dana investasi tidak hanya untuk menutupi biaya investasi tetapi
untuk biaya operasional. Khusus untuk dana investasi yang bersumber dari pinjaman akan
dikembalikan dalam bentuk angsuran (anuitas) bulanan dengan besaran sesuai dengan
jumlah dan jangka waktu pinjaman. Menggunakan pendekatan anuitas biasa (ordinary
annuity) maka cicilan tahunan yang harus dibayarkan usaha integrasi sawit sapi pada tingkat
suku bunga 12% pa. Menggunakan tahapan pencairan kredit di atas, maka diharapkan pada
tahun 2026 (umur proyek mencapai 15 tahun) seluruh kredit dana investasi yang dipinjam
telah lunas dikembalikan.
Ternak sapi bakalan yang dibeli tergolong dalam input tidak tetap (input variabel) sehingga
tergolong pada biaya operasional karena siklus produksi tidak sampai pada satu periode
proyek dan dapat berubah sesuai dengan kebutuhan produksi. Komponen biaya operasional
lain adalah biaya pakan yang terbagi dua kelompok yaitu biaya pembelian dan pengolahan

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) ………........................... xii
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

pakan. Pengadaan bahan pakan berupa bungkil kelapa sawit, sludge, mineral dan garam
termasuk obat-obatan ditentukan berdasarkan harga pembelian sedangkan untuk pakan
utama berupa rajangan pelepah sawit ditentukan berdasarkan biaya operasional untuk
pembuatan pakan yang mencakup biaya bahan bakar mesin choper dan mixer serta upah
tenaga kerja (KHL). Seluruh komponen biaya sesuai dengan kebutuhan termasuk biaya
tenaga kerja yang terdiri dari tenaga kerja tetap (KHT) dan tidak tetap (KHL) serta biaya
adminsitrasi untuk kelancaran operasional usaha integrasi sawit sapi. Pada periode 2012 –
2014 biaya pengadaan sapi bakalan mendominasi biaya operasional dan setelah tahun 2015
seiring dengan tersedianya sapi bakalan hasil pembibitan sendiri maka biaya operasional
akan didominasi oleh biaya pakan baik pembelian pakan maupun biaya pengolahan pelepah
sawit. Mulai pada tahun 2018 seluruh ternak sapi bakalan bersumber dari hasil pembibitan
sendiri sehingga tidak ada lagi komponen biaya pengadaan sapi bakalan untuk tujuan
penggemukan.
Berdasarkan pada penerimaan (benefit) dan pengeluaran (cost) tahunan selama 15 tahun
proyek maka dapat ditentukan kelayakan usaha integrasi sawit sapi dengan rincian seperti
pada Tabel 5.12. Pada tingkat suku bunga 12% usaha integrasi masih layak dibiayai yang
ditandai dengan Net Present Value (NPV) positif (> 0) dan Net Benefit Cost Ratio (Net BCR)
> 1. Sebaliknya pada tingkat suku bunga 18% usaha integrasi tidak layak untuk dibiayai
karena NPV negatif (< 0) dan Net BCR < 1. Hal ini berarti bahwa tingkat suku bunga yang
layak dalam pembiayaan investasi usaha integrasi sawit sapi berkisar antara 12% – 18% dan
berdasarkan perhitungan dengan menggunakan pendekatan interpolasi diperoleh tingkat
pengembalian modal (IRR) 17,28%. Berdasarkan kepada hasil analisis finansial maka
pembiayaan investasi dengan tingkat suku kredit perbankan di bawah 17,28% layak untuk
dilakukan dan sebaliknya pada tingkat suku bunga kredit perbankan di atas 17,28% maka
investasi tidak layak untuk dilakukan.
5.2. Aspek Finansial
Usaha integrasi sawit sapi memiliki dampak ekonomi baik bagi masyarakat sekitar lokasi
proyek maupun perekonomian daerah, antara lain:
a. Menyediakan kesempatan kerja dan membuka peluang usaha bagi masyarakat sekitar
lokasi usaha integrasi sawit sapi. Potensi terbesar kesempatan kerja yang dapat diisi
oleh tenaga kerja lokal adalah sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) dan beberapa
posisi sebagai karyawan bulan atau tetap (KT). Pengisian jabatan pada level rendah
(low) dan menengah (middle) manajemen pada tahun-tahun selanjutnya juga potensial
untuk tenaga kerja lokal dengan spesifikasi pendidikan dan pengalaman yang memadai.
b. Menyediakan kebutuhan akan daging sapi serta mengurangi tingkat ketergantungan
terhadap daerah lain. Usaha integrasi sawit sapi yang dikembangkan setelah tahun ke 5
mampu menyediakan sekitar 4 - 5% dari kebutuhan ternak sapi siap potong atau
menggantikan 10 – 15% impor ternak sapi siap potong Provinsi Jambi.

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) ………........................... xiii
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

c. Memberikan kontribusi bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan mengurangi aliran
belanja masyarakat keluar daerah. Pajak pertambahan nilai dan keuntungan perusahaan
dapat menjadi salah satu sumber penerimaan negara, sedangkan sumber pendapatan
daerah akan diperoleh dari restribusi ternak selama proses tataniaga dan pemotongan.
Potensi terbesar bagi ekonomi daerah adalah penghematan belanja daerah untuk
pemenuhan kebutuhan ternak sapi siap potong melalui penurunan impor bakalan dan
sapi betina bibit. Penghematan belanja daerah ini terutama setelah tahun ke-3 yaitu saat
unit usaha pembibitan telah menghasilkan bakalan dan ternak sapi betina bibit sebar.
d. Produk ikutan berupa limbah kandang yang digunakan sebagai pupuk organik dapat
menghemat penggunaan pupuk komersial terutama bagi usaha perkebunan atau
tanaman lainnya. Harga pupuk komersial yang semakin meningkat dan posisi Provinsi
Jambi sebagai wilayah konsumen (tidak memiliki pabrik pupuk) juga akan menghemat
belanja daerah, sedangkan pada aspek lingkungan dapat mengurangi pencemaran
lingkungan akibat penggunaan pupuk kimia.
VI. KESIMPULAN DAN RENCANA TINDAK LANJUT
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan analisis pada berbagai aspek, maka dapat disimpulkan bahwa secara umum
usaha integrasi sawit sapi PTP. Nusantara layak untuk dilaksanakan dengan rincian sebagai
berikut:
- Pada aspek komersial output utama yang dihasilkan yaitu sapi siap potong, dan sapi
betina bibit memiliki potensi pasar yang masih sangat terbuka terutama untuk memenuhi
kebutuhan pasar domestik Provinsi Jambi.
- Pada aspek manajemen dan kelembagaan usaha integrasi sawit sapi cukup layak
meskipun masih membutuhkan penataan terutama terkait dengan struktur organisasi
agar lebih sesuai karakteristik usaha peternakan dan spesifikasi unit usaha integrasi
sawit sapi.
- Pada aspek teknis dan produksi usaha integrasi sawit sapi layak dilaksanakan karena
didukung oleh ketersediaan pelepah sawit sebagai bahan penyusun pakan utama.
- Kebutuhan investasi untuk pengembangan usaha integrasi sawit sapi mencapai Rp. 75
Milyar yang bersumber dari dana sendiri sebesar Rp 15 Milyar (20%) dan pinjaman
kredit investasi Rp. 60 Milyar (80%).
- Pinjaman kredit investasi dilakukan secara bertahap selama 3 (tiga) tahun proyek (2013
– 2015) dengan jangka waktu pengembalian sesuai dengan target pelunasan pada tahun
2026.
- Pada aspek finansial dengan tingkat pengembalian modal (IRR) mencapai 17,25% maka
usaha integrasi sawit sapi layak untuk dibiayai melalui kredit modal investasi dengan
suku bunga rata-rata kredit investasi sekitar 12 - 14%.

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) ………........................... xiv
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

- Pada aspek ekonomi usaha integrasi sawit sapi mampu memberikan manfaat berupa
penyediaan lapangan kerja dan berusaha bagi masyarakat sekitar, mendukung upaya
pemerintah daerah dalam penyediaan sapi siap potong dan mengurangi ketergantungan
sapi potong terhadap daerah lain dan bahkan mampu memberikan sumbangan terhadap
penerimaan daerah (pajak dan restribusi) serta menghemat belanja daerah untuk
memenuhi kebutuhan daging sapi.
- Pada aspek lingkungan, pemanfaatan limbah kandang sebagai sumber pupuk organik
pengganti pupuk komersial untuk tanaman perkebunan dapat meminimalisir resiko
pencemaran lingkungan akibat penggunaan pupuk kimia.
6.2. Rencana Tindak Lanjut
Berdasarkan tingkat kelayakan usaha integrasi sawit sapi pada masing-masing aspek maka
rencana kerja tindak lanjut yang akan dilakukan, antara lain:
- Unit usaha integrasi sawit sapi akan segera melakukan penyusunan Prosedur Tetap
(Protap) terkait dengan penataan struktur organsiasi (kelembagaan) agar divisi tugas
dan tanggung jawab masing-masing pihak dalam manajemen usaha integrasi sawit sapi
lebih jelas.
- PTP Nusantara VI (Persero) sebagai pemrakarsa usaha integrasi sawit sapi akan segera
melakukan penyusunan dokumen lingkungan dalam bentuk Upaya Pengelolaan dan
Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup atau dokumen UKL-UPL sesuai dengan
Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup bagi Usaha dan/atau kegiatan yang tidak diwajibkan menyusun
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Wajib melakukan Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL).

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) ………........................... xv
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

DAFTAR ISI
Halaman
EXECUTIVE SUMMARY ……………………………………………………………… i
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………….. xv i
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………………….......... xviii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………………......... xx
I. PENDAHULUAN …………………………………………………………………......... I– 1
1.1. Latar Belakang ………………………………………………………………......... I– 1
1.2. Tujuan Pengembangan Usaha Integrasi Sawit Sapi ……………………....... I– 4
1.3. Metode Analisis ………………………………………………………………....... I– 5
II. ANALISIS POTENSI PASAR OUTPUT ………………………………………........... II – 1 `
2.1. Pasar Output (Produk) Usaha Integrasi Sawit Sapi …………………….......... II – 1
2.2. Analisis Kebutuhan Ternak Sapi Potong dan Bibit ………………………....... II – 3
2.2.1. Kondisi Eksisting Permintaan dan Penawaran Daging Sapi Provinsi
Jambi ………………………………………………………........................ II – 3
2.2.2. Estimasi Kebutuhan Ternak Sapi Potong Provinsi Jambi 10 Tahun
Kedepan ………………………………………………………................... II – 5
2.3. Analisis Strategi Pemasaran Usaha Integrasi Sawit Sapi ………………....... II – 6
2.3.1. Strategi Pelepasan Ternak Sapi Siap Potong ……………………....... II – 6
2.3.2. Alternatif Strategi Pemasaran Usaha Integrasi Sawit Sapi …….......... II – 7
2.3.3. Strategi Pemasaran Ternak Sapi Betina Bibit Usaha Integrasi Sawit
Sapi ……………………………………………………………................... II – 9
III. ASPEK MANAJEMEN DAN ORGANISASI ……………………………………........ III – 1
3.1. Aspek Manajemen ………………………………………………………….......... III – 1
3.1.1. Manajemen Penggemukan (Fattening) ………………………….......... III – 1
3.1.2. Manajemen Pembibitan (Breeding) ……………………………….......... III – 5
3.1.3. Manajemen Kesehatan Ternak Sapi ………………………………........ III –15
3.2. Aspek Organisasi ……………………………………………………………........ III –17
IV. ASPEK TEKNIS DAN PRODUKSI ………………………………………………........ IV – 1
4.1. Aspek Teknis ………………………………………………………………........... IV – 1
4.1.1. Bibit (Breeding) ………………………………………………………......... IV – 1
4.1.2. Pakan (Feeding) …………………………………………………….......... IV – 2
4.1.3. Tatalaksana ………………………………………………………….......... IV – 4
4.1.3.1. Tatalaksana Penggemukan ……………………………........... IV – 4
4.1.3.2. Tatalaksana Pembibitan …………………………………......... IV – 7
4.2. Aspek Produksi ………………………………………………………………........ IV – 9
4.2.1. Jenis Output dan Volume Produksi ………………………………......... IV – 9
4.2.2. Kebutuhan Sarana dan Prasarana Produksi ……………………......... IV–19
4.2.3. Kebutuhan Input Proses Produksi …………………………………........ IV–23
V. ASPEK FINANSIAL DAN EKONOMI ………………………………………….......... V–1
5.1. Aspek Fiansial ………………………………………………………………......... V–1
5.1.1. Penerimaan Usaha Integrasi Sawit Sapi …………………………........ V–1
5.1.2. Biaya Investasi Usaha Integrasi Sawit Sapi ………………………....... V–5
5.1.3. Biaya Operasional Usaha Integrasi Sawit Sapi …………………........ V–9
5.1.4. Cash-Flow Usaha Integrasi Sawit Sapi ……………………………....... V –12

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) ………........................... xvi
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

5.1.5. Kelayakan Finansial Usaha Integrasi Sawit Sapi ………………......... V –15


5.2. Aspek Ekonomi ………………………………………………………………........ V –16
VI. KESIMPULAN DAN RENCANA TINDAK LANJUT ……………………………....... VI – 1
6.1. Kesimpulan ………………………………………………………………….......... VI – 1
6.2. Rencana Tindak Lanjut ……………………………………………………......... VI – 2

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) ………........................... xvii
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
2.1. Perkembangan Populasi Ternak Sapi dan Permintaan Komoditas Sapi Potong
Provinsi Jambi Periode 2007 – 2011 …………………………………...................... II – 3
2.2. Estimasi Kapasitas Produksi Ternak Sapi Potong Domestik Provinsi Jambi
dalam Penyediaan Daging Selama Periode 2007 – 2011 …………………......... . II – 4
2.3. Neraca Perdagangan Komoditas Sapi Potong Provinsi Jambi Selama Periode
2007 – 2011 ……………………………………………………………........................ II – 4
2.4. Estimasi Kebutuhan Daging Sapi dan Ternak Sapi Potong Provinsi Jambi
Selama Periode 2011 – 2020 ……………………………………………………...... II – 5
2.5. Pangsa Pasar Impor yang Dapat DImanfaatkan Usaha Integrasi Sawit Sapi...... II – 6
2.6. Alokasi Pelepasan Ternak Sapi Siap Potong Unit Usaha Integrasi Sawit Sapi
PTP. Nusantara VI ………………………………………………………….................. II – 8
3.1. Tanda-Tanda Kebuntingan Pada Ternak Sapi Induk ………………………......... III–10
4.1. Tahapan Rencana Pengadaan Ternak Sapi Bibit Selama 4 (empat) Tahun
Proyek (ekor) ………………………………………………………………………....... IV – 2
4.2. Estimasi Potensi Pelepah Sawit dari Perkebunan PTPN VI Wilayah Kabupaten
Batanghari dan Muaro Jambi ………………………………………........................... IV – 3
4.3. Komposisi Bahan Pakan Penyusun Pakan Ternak Usaha Integrasi Sawit Sapi
PTPN VI ………………………………………………………..................................... IV – 4
4.4. Variasi Kandang Usaha Penggemukan Ternak Sapi Potong PTPN VI …............. IV – 7
4.5. Dinamika Populasi Ternak Sapi Potong Bangsa Bali Selama 15 tahun (2012 –
2026) Kegiatan Proyek …………………………………………………...................... IV –11
4.6. Dinamika Populasi Ternak Sapi Potong Bangsa PO Selama 15 tahun (2012 –
2026) Kegiatan Proyek …………………………………………………...................... IV –13
4.7. Dinamika Populasi Ternak Usaha Integrasi Sawit Sapi Selama 15 tahun (2012 –
2026) Kegiatan Proyek …………………………………………………...................... IV –15
4.8. Kebutuhan Kandang Ternak Sapi Berdasarkan Jenis dan Tahun Pembangunan
…………………………………………………………………….................................. IV –19
4.9. Kebutuhan Mesin Chopper, Mixer dan Tenaga Operator dan Tahapan
Pengadaan ………………………………………………………………………........... IV –21
4.10. Kebutuhan dan Tahapan Pengadaan Dump Truck, Gerobak Motor dan
Kendaran Operasional Manajer dan Pimpinan Lain …………………………. ...... IV –22
4.11. Kebutuhan Tenaga Kerja Supir, Kernet dan Operator Gerobak Motor ……....... IV –22

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) ………........................... xviii
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

5.1. Standar Harga Jual Ternak Sapi Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI……......... V–1
5.2. Penerimaan Usaha Integrasi Sawit Sapi dari Program Penggemukan dan
Pembibitan (juta rupiah) …………………………………………………………......... V – 2
5.3. Penerimaan Usaha Integrasi Sawit Sapi dari Hasil Penjualan Ternak Sapi Non-
Produktif (juta rupiah) ………………………………………………………................. V – 3
5.4. Penerimaan Usaha Integrasi Sawit Sapi dari Hasil Penjualan Limbah Kandang
(juta rupiah) ……………………………………………………………......................... V – 4
5.5. Total Penerimaan Usaha Integrasi Sawit Sapi dari Seluruh Jenik Kelompok
Produk (juta rupiah) ………………………………………………………………....... V – 5
5.6. Tahapan Pencairan Dana Investasi Usaha Integrasi Sawit Sapi …………........ V–6
5.7. Besaran Cicilan Dana Investasi Usaha Integrasi Sawit Sapi untuk Masing-
masing Periode Pinjaman ………………………………………………………........ V–6
5.8. Penggunaan Dana Investasi untuk Sarana dan Prasarana Produksi (Biaya
Tetap) Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI Selama 7 Tahun Proyek (Juta
Rupiah) …………………………………………………………………………….......... V – 7
5.9. Penggunaan Dana Investasi untuk Operasional (Biaya Variabel) Usaha Integrasi
Sawit Sapi PTPN VI Selama 15 tahun Proyek (Juta Rupiah) ……......................... V –10
5.10. Besaran Cicilan Kredit Investasi yang Harus Dibayarkan Usaha Integrasi Sawit
Sapi Selama 15 Tahun Proyek (Juta Rupiah) …………………………................... V –12
5.11. Cash-Flow Usaha Integrasi Sawit Sapi Selama 15 Tahun Proyek (Juta Rupiah) V –13
5.12. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI ………......... V –16
5.13. Peluang Kerja Tenaga Kerja Lokal dalam Usaha Integrasi Sawit Sapi (orang) V –17
5.14. Perkiraan Nilai Penghematan Belanja Daerah (Devisa) dengan Adanya Usaha
Integrasi Sawit Sapi ………………………………………………………................... V –18

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) ………........................... xix
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1.1. Pemanfaatan Pelepah Sawit dan Bungkil Kelapa Sawit …………………. I– 3
1.2. Hijauan Antar Tanaman ……………………………………………………… I– 3
1.3. Limbah Kandang Sistem Litter Sumber Pupuk Organik Padat ………….. I– 4
2.1. Skema Pasar Agribisnis Sapi Potong ………………………………………. II – 1
2.2. Fluktuasi dan Trend Harga Daging dan Sapi Siap Potong ……………… II – 7
2.3. Pemasaran Sapi Betina Bibit Sebar ………………………………………… II – 9
3.1. Aktivitas dalam Manajemen Fattening ……………………………………… III – 1
3.2. Berita Acara Pemasukan Ternak Bakalan …………………………………. III – 3
3.3. Berita Acara Pengeluaran Ternak Sapi Penggemukan ………………….. III – 4
3.4. Prosedur Tetap atau Tahapan Usaha Pembibitan Sapi Potong ………… III – 5
3.5. Bagan Organisasi Karyawan Pimpinan …………………………………….. III – 17
3.6. Bagan Organisasi Bagian Administrasi dan Keuangan ………………….. III – 18
3.7. Bagan Organisasi Bidang Pemeliharaan Ternak …………………………. III – 19
3.8. Bagan Organisasi Bidang Teknik dan Transaksi serta CD ………………. III – 20
3.9. Struktur Dasar Organisasi Manajemen Usaha Integrasi Sawit Sapi ……. III – 21
4.1. Pelepah Sawit Bahan Baku Pakan Ternak ………………………………… IV – 2
4.2. Proses Peracahan Pelepah Sawit ………………………………………….. IV – 3
4.3. Bungkil Kelapa Sawit …………………………………………………………. IV – 3
4.4. Kompos Limbah Kandang …………………………………………………… IV – 5
4.5. Lay Out Kandang Usaha Penggemukan ………………………………….. IV – 5
4.6. Struktur Kandang Penggemukan Sapi Potong…………………………….. IV – 6
4.7. Lay Out Kandang Usaha Pembibitan………………………………………. IV – 8
4.8. Konstruksi Kandang Usaha Pembibitan …………………………………… IV – 9
4.9. Estimasi Volume Produksi Usaha Integrasi Sawit Sapi ………………….. IV –17
4.10. Komposisi Volume Penjualan Usaha Integrasi Sawit Sapi ……………… IV –18
4.11. Sarana Pendukung Usaha Integrasi Sawit Sapi ………………………….. IV –20
4.12. Komposisi Pakan Ternak Sapi ……………………………………………… IV –23
4.13. Kebutuhan Bahan Pakan Ternak Sapi Potong …………………………… IV –23

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) ………........................... xx
1.3. Latar Belakang
Ketahanan pangan dan energi merupakan pilar utama stabilitas
nasional dan ketergantungan terhadap pangan impor tidak hanya
menyebabkan pemborosan devisa tetapi juga dapat menyebabkan
in-stabilitas sosial politik. Tujuan penyediaan pangan menurut UU
No. 68 Tahun 2002 harus sesuai dengan porsi pengeluaran yaitu
penyediaan pangan untuk memenuhi konsumsi seluruh rumah
tangga yang terus berkembang dari waktu ke waktu serta
tersedianya cadangan pangan untuk antisipasi kekurangan dan
kelebihan pangan, gejolak harga dan atau keadaan darurat.
Komoditas daging sapi menjadi salah satu dari 5 komoditas strategis
dalam program Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
(RPPK) yang menegaskan kesadaran untuk menempatkan kembali
arti penting pertanian secara proposional dan kontekstual.
Pengembangan usaha integrasi sawit dan ternak sapi didasarkan
pada pemikiran pemanfaatan sumberdaya pada suatu komoditas
bagi pengembangan komoditas lain guna mendorong terciptanya
interaksi saling menguntungkan (simbiosis mutualism). Industri
persawitan baik perkebunan maupun industri pengolahan (CPO)
menyediakan sumber pakan yang sangat potensial dalam
pengembangan usaha peternakan sapi potong, dan sebaliknya
limbah peternakan berupa feses bercampur sisa pakan akan
menjadi sumber pupuk organik untuk perkebunan kelapa sawit.
Pada aspek teknis rencana investasi usaha integrasi sawit sapi oleh
PTPN VI didukung oleh kondisi sebagai berikut;
a. Lokasi pembangunan usaha peternakan memiliki aksesibilitas
yang sangat baik ditinjau dari beberapa aspek, yaitu;
 Lokasi areal pengembangan peternakan sapi potong dari jalan
raya (jalan Ness) sekitar 2 km dengan kondisi jalan meskipun
belum diaspal merupakan jalan dengan pengerasan.
Usaha Integrasi Sawit-Sapi PTPN VI

 Aksesibilitas lokasi terhadap pasar input dan output


(konsumen) relatif dekat dengan kondisi jalan beraspal
dengan jarak dari Kota Jambi ± 40 km), Kota Sengeti (± 18
km) dan Kota Muaro Bulian (± 9 km).
 Areal pengembangan peternakan sapi potong relatif dekat
dengan sumber input bahan pakan utama yaitu areal
perkebunan sebagai sumber pelepah sawit unit usaha Batang
Hari dan pabrik PKS Plasma Sungai Bahar (PSB) sebagai
sumber bungkil kelapa sawit.
b. Perkebunan Kelapa Sawit menyediakan pakan sumber serat bagi
ternak sapi potong, antara lain:
- Limbah perkebunan sawit terdiri dari pelepah sawit (pelepah,
daun dan lidi) serta tandan buah kosong (TBK) yang sebelum
di konsumsi oleh ternak sapi sebaiknya melalui proses
pengolahan lebih lanjut. Perkebunan sawit PTPN VI sebagai
sumber utama pelepah sawit terdekat adalah pada wilayah
kerja perkebunan (WKP) Kabupaten Batanghari dan Muaro
Jambi. Menggunakan asumsi jumlah tanaman/Ha ±130
batang, produksi pelepah sawit ± 22 pelepah/batang/tahun
dengan berat ± 2.2 kg/pelepah, maka produksi pelepah ±
6.292 kg/Ha/tahun, maka potensi produksi pelepah seperti
disajikan pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1. Estimasi Potensi Bahan Pakan Pelepah Sawit dari
Areal Perkebunan Sawit Milik PTPN VI
Lokasi Kebun
No Uraian Jumlah
Batanghari M. Jambi
1 Luas perkebunan (Ha) 2,225 7,459 9,684
2 Luas TM (Ha) 2,103 7,418 9,521
Produksi pelepah
3 6.29
(ton/Ha/th)
4 Produksi pelepah (ton/th) 13,232.08 46,674.06 59,906
Sumber: Olahan Data Sekunder (2012)
Jika penggunaan pelepah mencapai 40% dalam pakan ternak
sapi potong maka dari luasan areal perkebunan dapat
memenuhi kebutuhan ± 9.605 ekor ternak dewasa. Sebagai
pendukung sumber pakan lain adalah limbah pabrik CPO
berupa bungkil kelapa sawit yang potensial untuk dijadikan
sebagai sumber pakan ternak sapi. Pada usaha integrasi

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit-Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero)…………… BAB I Hal 2
Usaha Integrasi Sawit-Sapi PTPN VI

sawit sapi PTPN VI kedua jenis limbah merupakan sumber


utama bahan penyusun pakan ternak sapi (Gambar 1.1).

Campur + Suplemen

Gambar 1.1.
Pemanfaatan Pelepah Sawit dan Bungkil Kelapa Sawit

 Hijauan antar tanaman (HAT) berupa rumput dan legume


(eks-tanaman sela) yang tumbuh dan berkembang diantara
tanaman sawit. Dominasi ketersediaan sumber HAT dalam
perkebunan kelapa sawit sangat bervariasi tergantung pada
jenis tanah dan umur tanaman kelapa sawit. Pada tanaman
belum menghasilkan (TBM) didominasi oleh leguminosa yang
merupakan tanaman penutup tanah saat penanaman kelapa
sawit. Dominasi hijauan rumput akan terjadi pada tanaman
menghasilkan (TM) dengan kanopi kelapa sawit belum penuh,
sedangkan pada areal dengan kanopi kelapa sawit hampir
atau sudah penuh akan didominasi jenis tanaman paku-
pakuan yang kurang disukai ternak sapi.

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit-Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero)…………… BAB I Hal 3
Usaha Integrasi Sawit-Sapi PTPN VI

c. Usaha Ternak Sapi Mampu Mendukung Penyediaan Sumber


Pupuk Organik Bagi Perkebunan Kelapa Sawit
Limbah kandang yang dihasilkan oleh usaha peternakan
memiliki potensi untuk diolah menjadi sumber pupuk organik
padat yang selanjutnya dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan tanaman sawit milik perusahaan. Menggunakan
sistem alas litter dan dipanen (pembersihan kandang) setiap
bulan, maka feses ternak sapi yang bercampur dengan sisa
pakan dan alas litter tanpa adanya pengolahan lebih lanjut dapat
dimanfaatkan langsung sebagai pupuk tanaman sawit.

Gambar 1.3.
Limbah Kandang Sistem Litter Sumber Pupuk Organik Padat

Berdasarkan kepada potensi nilai manfaat usaha integrasi dan


dengan adanya himbauan dari Menteri Negara BUMN (Dahlan Iskan)
kepada BUMN Perkebunan maka manajemen PTPN VI menyepakati
dan telah menjadi pelopor pengembangan usaha integrasi sawit sapi.
Sebagai bentuk implementasi maka telah dibentuk suatu unit usaha
tersendiri (coorporate) yang langsung berada di bawah komando
Direktur Perencanaan dan Pengembangan (Renbang). Pembentukan

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit-Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero)…………… BAB I Hal 4
Usaha Integrasi Sawit-Sapi PTPN VI

struktur manajemen usaha integrasi sawit sapi berdasarkan pada


SK. No. 08/06.D1/III/2012 tanggal 27 Maret 2012 tentang
Penyempurnaan Struktur Organisasi (SO) PTP Nusantara VI
(Persero).
1.4. Tujuan Pengembangan Usaha Integrasi Sawit Sapi
Usaha pengembangan integrasi sawit sapi potong memiliki tujuan
ganda yaitu menyediakan ternak sapi siap potong melalui kegiatan
unit usaha penggemukan (fattening) dan ternak sapi bibit sebar
melalui unit usaha kegiatan pembibitan (breeding). Disamping kedua
tujuan utama tersebut, maka tujuan lain dari usaha pengembangan
integrasi sawit sapi potong adalah:
a. Memanfaatkan limbah perkebunan kelapa sawit terutama
pelepah sawit sebagai sumber pakan ternak sapi potong.
b. Menyediakan pupuk organik padat berupa limbah usaha ternak
sapi potong guna memenuhi kebutuhan pupuk tanaman kelapa
sawit.
c. Memanfaatkan areal dan bangunan eks pabrik crumb rubber
milik PTPN VI untuk pengembangan usaha produktif.
d. Menyediakan kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar lokasi
pengembangan usaha integrasi sawit sapi.
e. Membantu pemerintah daerah setempat dalam penyediaan
daging ternak sapi potong.
1.5. Metode Analisis
Kajian kelayakan usaha integrasi sawit sapi menggunakan
pendekatan analisis deskriptif hasil pengolahan data secara
matematis sederhana. Khusus untuk uji kelayakan usaha
digunakan pendkatan analisis finansial yang terdiri dari;
a. Analisis Nilai Sekarang (NPV)
Formula perhitungan:
(B1  C1 ) (B 2  C 2 ) (B15  C15 )
NPV  (B 0  C 0 )    .......... .. 
1 2
(1  i) (1  i) (1  i)15

dimana: NPV = Nilai sekarang proyek


i = Tingkat suku bunga investasi
Bn = Nilai benefit proyek pada tahun ke-n.

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit-Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero)…………… BAB I Hal 5
Usaha Integrasi Sawit-Sapi PTPN VI

Cn = Nilai biaya proyek pada tahun ke-n.


Bn-Cn = Selisih benefit dan biaya proyek pada tahun ke-n.
1–15 = Tahun atau periode proyek

Kriteria Pengambilan Keputusan Investasi


Jika: NPV > 0 (positif) maka pengembangan usaha integrasi
sawit sapi layak untuk dibiayai.
NPV < 0 (negatif) maka pengembangan usaha integrasi
sawit sapi tidak layak dibiayai.
b. Analisis Biaya dan Manfaat (Net BCR)
Formula Perhitungan:

 NPV ()
Net BCR  n
 NPV ()
n

dimana: 𝑛 𝑁𝑃𝑉(+)= Jumlah NPV tahun proyek positif


𝑛 𝑁𝑃𝑉(+)= Jumlah NPV tahun proyek negatif
Kriteria Pengambilan Keputusan Investasi
Jika: Net BCR > 1,2 maka pengembangan usaha integrasi
sawit sapi layak untuk dibiayai
Net BCR < 1,2 maka pengembangan usaha integrasi
sawit sapi tidak layak untuk dibiayai.
c. Analisis Tingkat Pengembalian Modal (IRR)
Formula perhitungan
(NPV  )
IRR  i1  i2  i1 
(NPV  )  (NPV  )
dimana: IRR = Internal Rate of Return (Tingkat pengembalian)
i1 = suku bunga yang memberikan total NPV positif
i2 = suku bunga yang memberikan total NPV negatif
NPV+ = Nilai NPV pada saat tingkat suku bunga i1.
NPV- = Nilai NPV pada saat tingkat suku bunga i2.
Kriteria Pengambilan Keputusan Investasi
Jika: IRR > suku bunga kredit komersial maka pengembangan
usaha integrasi sawit sapi layak dilaksanakan.
IRR < suku bunga kredit komersial maka pengembangan
usaha integrasi sawit sapi dilaksanakan.

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit-Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero)…………… BAB I Hal 6
2.3. Pasar Output (Produk) Usaha Integrasi Sawit Sapi

Pangsa produk usaha peternakan sapi potong dapat berupa pasar


produk primer, sekunder dan tertier (Gambar 2.1) baik untuk
produk utama (ternak sapi siap potong, ternak bibit dan daging),
produk ikutan usaha peternakan (olahan limbah kandang seperti
feses dan urine) maupun produk ikutan hasil pemotongan ternak
sapi (jeroan, kulit, tanduk dan lain-lain).

Gambar 2.1
Skema Pasar Agribisnis Sapi Potong
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

Pada konteks usaha integrasi sawit sapi yang dikelola oleh unit
usaha PTPN VI maka pangsa pasar sasaran produk terbatas pada
pasar primer dengan jenis produk sebagai berikut:
a. Ternak sapi siap potong yaitu ternak sapi yang memenuhi syarat
sebagai ternak sapi potong yang terdiri dari ternak sapi jantan
hasil penggemukan dan ternak sapi afkir (pejantan dan induk)
serta ternak betina muda yang teridentifikasi majir (tidak
produktif).
b. Ternak sapi betina bibit sebar yaitu ternak sapi betina muda
yang melalui proses seleksi ternak bibit tidak digunakan sebagai
ternak bibit pengganti (replacement) induk afkir dan peningkatan
skala.
Beberapa alternatif jalur pemasaran produk yang dapat ditempuh
oleh manajemen usaha integrasi ternak sawit sapi adalah:
d. Pemasaran langsung ternak sapi siap potong kepada pedagang
baik pengumpul maupun pengecer untuk dipasarkan ke wilayah
lain baik dalam maupun luar Provinsi Jambi.
e. Pemasaran langsung ternak sapi siap potong melalui kerjasama
dengan Rumah Potong Hewan (RPH) terdekat untuk selanjutnya
hasil pemotongan ternak sapi dipasarkan oleh para pedagang
pengecer di pasar tradisional dan modern.
f. Khusus untuk pemasaran ternak sapi potong betina bibit
disamping langsung kepada para pedagang pengumpul dan
pengecer juga dapat dilakukan kerjasama pemasaran internal
dan eksternal dengan berbagai pihak seperti:

- Manajemen PTPN VI (internal) dan perusahaan lain (eksternal)


guna memenuhi kebutuhan bantuan ternak sapi bibit
program CSR (tanggung jawab sosial) baik bantuan bergulir
(program kemitraan) atau hibah (program bina lingkungan).

- Pemerintah daerah (Kota/Kabupaten/Provinsi) melalui


berbagai instansi terkait guna memenuhi kebutuhan
distribusi ternak sapi bibit bantuan bergulir pemerintah.

- Pihak-pihak internal lain yang membutuhkan ternak sapi


betina bibit seperti kelompok tani dan ternak sapi potong

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI ..….…………….....… BAB II Hal 2
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

serta pemilik modal individual yang membutuhkan ternak


sapi potong betina bibit.

2.4. Analisis Kebutuhan Ternak Sapi Potong dan Bibit

2.4.1. Kondisi Eksisting Permintaan dan Penawaran Daging Sapi


Provinsi Jambi
Populasi ternak sapi potong menjadi salah satu indikator
perkembangan produksi daging sapi di Provinsi Jambi dengan laju
peningkatan populasi selama periode 2007 – 2011 rata-rata
mencapai 6,72% pertahun seperti disajikan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Perkembangan Populasi Ternak Sapi dan Permintaan
Komoditas Sapi Potong Provinsi Jambi Periode 2007 –
2011.
Permintaan (Konsumsi)
Populasi Penduduk
Tahun Sapi Siap Daging Sapi
(ekor) (Juta jiwa)
Potong (ekor) (kg)
2007 116.185 2,80 22.555 3.472.132
2008 126.421 2,84 23.646 3.657.196
2009 137.501 2,89 24.790 3.852.125
2010 149.562 2,94 25.989 4.057.443
2011 162.681 2,99 27.247 4.273.705
Rataan 24.846 3.862.520
r (%) 6,72 1,36 3.78 4,15
Sumber : Olahan data tim study (2012).
Kebutuhan daging sapi setiap tahun rata-rata mencapai 3,86 juta kg
atau setara dengan 24.846 ekor ternak sapi siap potong yang
dipenuhi melalui pemotongan ternak sapi domestik dan impor dari
wilayah provinsi lainnya. Impor untuk memenuhi kebutuhan daging
sapi tidak akan tergambar secara jelas jika melihat dari produksi
dan konsumsi daging sapi Provinsi Jambi karena umumnya impor
tidak langsung dalam bentuk komoditas daging tetapi dilakukan
dalam bentuk impor sapi bakalan atau ternak sapi bibit. Perkiraan
kapasitas ternak sapi lokal dalam penyediaan daging sapi
menggunakan asumsi sebagai berikut:
a. Angka kelahiran mencapai 70% dari jumlah induk yang tersedia
dan imbangan kelahiran anak jantan betina 50 : 50.

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI ..….…………….....… BAB II Hal 3
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

b. Angka kematian ternak jantan dan betina untuk masing-masing


kelompok umur adalah 3,62% untuk anak sapi dan 1,81% untuk
ternak sapi remaja 1,81%.
c. Ternak jantan remaja yang telah dibudidayakan tidak seluruhnya
atau hanya 80% digunakan untuk ternak sapi siap potong
karena 20% digunakan sebagai pengganti ternak pejantan.
Menggunakan asumsi tersebut maka dapat diprediksi kemampuan
penyediaan ternak sapi domestik dalam penyediaan daging sapi
seperti pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Estimasi Kapasitas Produksi Ternak Sapi Potong
Domestik Provinsi Jambi dalam Penyediaan Daging
Selama Periode 2007 – 2011
Jumlah Anak Kematian (ekor) Replacement
Jumlah Sapi Siap
Jantan
Tahun Induk Jantan Betina Anak Bakalan Potong
Dewasa
(ekor) (ekor) (ekor) (3.62%) (1.81%) (ekor)
(ekor)
2007 47.234 16.532 16.532 598 288 3.129 12.516
2008 53.818 18.836 18.836 682 329 3.565 14.261
2009 60.334 21.117 21.117 764 368 3.997 15.987
2010 67.873 23.756 23.756 860 414 4.496 17.985
2011 75.807 26.532 26.532 960 463 5.022 20.087
Rataan 61.013 21.355 21.355 773 373 4.042 16.167
Sumber : Olahan data tim study (2012).

Kapasitas produksi sapi siap potong yang mampu disediakan oleh


usaha peternakan sapi potong domestik baru mencapai rata-rata
16.167 ekor/tahun dan masih jauh (65,07%) dari kebutuhan yang
mencapai 24.486 ekor/tahun (Tabel 2.1). Kapasitas produksi usaha
peternakan domestik yang masih dibawah kebutuhan sapi potong
juga akan tergambarkan dari neraca perdagangan ternak sapi
Provinsi Jambi yaitu perbandingan antara jumlah ternak sapi
masuk dan keluar dari dan ke Provinsi Jambi seperti pada Tabel 2.3.

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI ..….…………….....… BAB II Hal 4
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

Tabel 2.3. Neraca Perdagangan Komoditas Sapi Potong Provinsi


Jambi Selama Periode 2007 – 2011
Neraca Perdagangan Nilai Perdagangan
Defisit Defisit
Tahun Masuk Keluar Penerimaan Pengeluaran
(ekor) (Rp. juta)
(ekor) (ekor) (Rp Juta) (Rp Juta)
2007 22.555 13.774 8.781 68.870 129.469 60.599
2008 25.894 14.680 11.214 73.399 137.982 64.583
2009 27.596 15.973 11.623 79.865 150.138 70.273
2010 30.028 17.373 12.655 86.865 163.297 76.432
2011 32.659 18.897 13.763 94.485 177.621 83.137
Rataan 27.746 16.139 11.607 80.697 151.701 71.005
Sumber : Olahan data tim study (2012).

Defisit neraca perdagangan rata-rata mencapai 11.607 ekor/tahun


atau setara dengan Rp 71,005 milyar jika diasumsikan harga ternak
sapi mencapai Rp. 5 juta.ekor. Nilai defisit perdagangan komoditas
daging ini akan mengalami peningkatan sepanjang tahun jika tidak
ada investasi baru yang signifikan dalam mendorong perkembangan
sektor peternakan sapi termasuk investasi oleh pemerintah, dunia
usaha dan masyarakat. Pada konteks ini maka pengembangan
usaha integrasi sawit sapi oleh PTPN VI tidak hanya sekedar usaha
bisnis murni tetapi juga untuk mendukung penyediaan dan
mengurangi ketergantungan daging sapi bagi kebutuhan konsumsi
daerah.

2.4.2. Estimasi Kebutuhan Ternak Sapi Potong Provinsi Jambi


10 Tahun Kedepan

Komoditas daging sapi tergolong sebagai barang normal (normal


goods) dimana permintaan akan komoditas ini akan mengalami
peningkatan seiring dengan peningkatan pendapatan masyarakat.
Pada sisi lain permintaan juga akan mengalami peningkatan seiring
dengan meningkatnya jumlah penduduk dan kesadaran akan
pentingnya protein hewani. Selama ini peningkatan laju
pertumbuhan permintaan daging sapi belum mampu diikuti oleh
laju pertumbuhan produksi sehingga defisit produksi terhadap
konsumsi semakin meningkat dari tahun ke tahun. Estimasi
peningkatan permintaan daging sapi dan ternak sapi potong khusus

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI ..….…………….....… BAB II Hal 5
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

untuk wilayah Provinsi Jambi selama periode 2012 – 2020 disajikan


pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4. Estimasi Kebutuhan Daging Sapi dan Ternak Sapi
Potong Provinsi Jambi Selama Periode 2011 - 2020
Jumlah Kebutuhan
Konsumsi/Kapita
Tahun Penduduk Daging Sapi Sapi Siap Potong
(kg/kapita)
(Juta Jiwa) (kg) (ekor)
2011 3,20 137,91 4.413.373 28.269
2012 3,31 142,82 4.730.410 30.158
2013 3,43 147,90 5.070.222 32.173
2014 3,55 153,16 5.434.445 34.323
2015 3,67 158,61 5.824.832 36.617
2016 3,80 164,26 6.243.262 39.064
2017 3,93 170,11 6.691.751 41.674
2018 4,07 176,16 7.172.458 44.459
2019 4,21 182,43 7.687.696 47.429
2020 4,36 188,92 8.239.946 50.599
Sumber: Hasil Estimasi Tim Study Kelayakan (2012)
Selama ini guna memenuhi kebutuhan konsumsi daging sapi
Provinsi Jambi sebagian masih tergantung pada wilayah lain seperti
Lampung, Bengkulu dan bahkan Nusa Tenggara Barat (NTB).
Pengadaan kebutuhan tidak langsung dalam bentuk impor daging
sapi tetapi dalam bentuk ternak sapi bakalan dan sapi siap potong.
Produksi domestik diperkirakan hanya mampu memenuhi 50 – 60%
dari kebutuhan ternak sapi potong sehingga pangsa pasar ternak
sapi siap potong dan bibit masih sangat terbuka terutam pangsa
pasar ternak sapi siap potong yang berasal dari pasar impor (non-
domestik). Berdasarkan pada komposisi ternak impor maka pangsa
pasar yang dapat dimanfaatkan oleh usaha integrasi sawit sapi
seperti disajikan pada Tabel 2.5.

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI ..….…………….....… BAB II Hal 6
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

Tabel 2.5. Pangsa Pasar Impor yang Dapat DImanfaatkan Usaha


Integrasi Sawit Sapi
Sumber Pasokan (ekor) Pangsa Pasar
Sapi Siap Potong
Tahun Produksi Proporsi
(ekor) Domestik Luar/Impor
(ekor) (%)
2012 30.158 18.095 12.063 1.286 10,66
2013 32.173 19.304 12.869 1.296 10,07
2014 34.323 20.594 13.729 1.379 10,04
2015 36.617 21.970 14.647 1.514 10,34
2016 39.064 23.438 15.625 1.690 10,82
2017 41.674 25.004 16.670 2.013 12,07
2018 44.459 26.675 17.783 2.307 12,97
2019 47.429 28.458 18.972 2.648 13,96
2020 50.599 30.359 20.240 2.779 13,73

Produksi sapi siap potong usaha integrasi termasuk ternak sapi


pejantan dan induk afkir dapat menggantikan antara 10 – 15%
pangsa pasar sapi siap potong yang bersumber dari impor (wilayah
provinsi lain). Hal ini mengindikasikan bahwa secara umum produk
utama yang dihasilkan akan mampu diserap pasar Provinsi Jambi.

2.5. Analisis Strategi Pemasaran Usaha Integrasi Sawit Sapi

2.5.1. Strategi Pelepasan Ternak Sapi Siap Potong

Salah satu karakteristik dari pasar ternak sapi potong adalah harga
jual yang berfluktuasi sepanjang tahun karena sangat tergantung
pada permintaan pasar. Trend harga sapi siap potong diindikasikan
dari perkembangan harga daging di pasar dan cenderung meningkat
dari tahun ke tahun tetapi faktor penting yang perlu diamati adalah
fluktuasi harga daging sepanjang tahun. Harga daging ternak sapi
mengalami peningkatan pada saat-saat menjelang hari besar
keagamaan seperti menyambut bulan puasa, lebaran idul fitri dan
idul adha serta memasuki pergantian tahun seiring dengan
perayaan hari besar keagamaan lain seperti natal dan tahun baru.
Pada periode-periode ini akan terjadi peningkatan signifikan
permintaan daging sapi yang akan mendorong kenaikan harga sapi

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI ..….…………….....… BAB II Hal 7
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

siap potong di pasar domestik. Gambaran umum perubahan harga


produk daging dan ternak sapi siap potong disajikan pada Gambar
2.2.

Fluktuasi Harga Tahunan


Trend Harga

Periode

Idul Fitri
Awl Puasa

Idul Adha

Natal dan Tahun Baru


Gambar 2.2.
Fluktuasi dan Trend Harga Daging dan Sapi Siap Potong

Keuntungan usaha integrasi akan sangat terkait dengan kondisi


harga dan permintaan pasar sehingga dibutuhkan suatu strategi
penjualan yang mencakup dimensi waktu dan skala penjualan
ternak sapi potong hasil penggemukan. Pengadaan sapi bakalan
sebaiknya dilakukan beberapa bulan (minimal 6 bulan) sebelum
memasuki puasa sehingga penjualan ternak sapi tepat waktu
dimana permintaan sedang tinggi yaitu sebelum dan awal puasa
(Ramadhan), seminggu sebelum lebaran Idul Fitri (1 Syawal) dan
Idul Adha (Lebaran Haji). Strategi pemasaran ini akan memberikan 2
(dua) keuntungan bagi usaha integrasi sawit sapi yaitu keuntungan
dari pertambahan bobot badan dan selisih tingkat harga jual
persatuan.

2.5.2. Alternatif Strategi Pemasaran Usaha Integrasi Sawit Sapi

PTP Nusantara sebagai salah satu BUMN juga memiliki tanggung


jawab sosial dalam membantu pemerintah daerah setempat dalam
penyediaan kebutuhan masyarakat sehingga tidak selalu hanya
berorientasi pada keuntungan. Salah satu cara yang dapat
dilakukan unit usaha integrasi sawit sapi adalah melalui
pengendalian pemasaran sapi siap potong yang disesuaikan dengan

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI ..….…………….....… BAB II Hal 8
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

kebutuhan pasar (permintaan pasar daging sapi). Untuk itu akan


dikembangkan suatu sistem pemasaran yang teralokasi dengan baik
dengan memperhatikan pencapaian profit dan pelaksanaan fungsi
sosial usaha integrasi sawit dan sapi. Rencana alokasi pemasaran
ternak sapi siap potong dengan asumsi skala penjualan 2.000
ekor/tahun seperti disajikan pada Tabel 2.6.
Tabel 2.6. Alokasi Pelepasan Ternak Sapi Siap Potong Unit Usaha
Integrasi Sawit Sapi PTP. Nusantara VI
Juml Alokasi Jumlah
N
Pelepasan Ternak Sapi Siap Potong ah (%) (ekor per….)
o
hari Total Harian periode hari
A Harian 311 45.0% 0.14% 900 3
B Khusus
a. Menjelang dan awal puasa (H-7dan H+3 10 10.0% 1.00% 200 20
b. Selama Ramadahan (H+3 sampai H+23) 20 7.5% 0.38% 150 8
c. Menjelang Idul Fitri (H-7) 7 20.0% 2.86% 400 57
d. Menjelang Idul Adha (H-10) 10 15.0% 1.50% 300 30
e. Menjelang Natal dan Tahun Baru 7 2.5% 0.36% 50 7
Jumlah 365 100.0% 6.23% 2.000 125

Pelepasan ternak sapi siap potong direncanakan dilakukan untuk


penjualan harian dan periode tertentu (khusus) dengan alokasi yang
berimbang, yaitu:
c. Untuk memenuhi kebutuhan harian (311 hari kalender) akan
disediakan 45% dari jumlah stock ternak sapi siap potong
tahunan usaha integrasi sawit sapi. Jenis produk yang dijual
diutamakan ternak sapi afkir (pejantan dan induk serta betina
non-produktif) serta sisa penjualan periode sebelumnya pada
tahun yang sama.
d. Untuk memenuhi kebutuhan pada hari-hari tertentu dimana
permintaan pasar mengalami peningkatan akan disediakan 55%
dari jumlah stock ternak sapi siap potong tahunan usaha
integrasi sawit sapi. Jenis produk yang dijual diutamakan adalah
ternak sapi siap potong hasil unit usaha penggemukan.
Jika diasumsikan stock ternak sapi siap potong yang tersedian
sepanjang tahun adalah 2.000 ekor pada hari-hari biasa rata-rata
akan dilepas 3 ekor ternak sapi siap potong. Guna membantu
pemerintah dalam mengatasi peningkatan permintaan daging
masyarakat selama puasa dan lebaran akan disediakan masing-

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI ..….…………….....… BAB II Hal 9
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

masing 350 ekor untuk kebutuhan puasa (menjelang dan selama


puasa), 400 ekor dalam menyambut lebaran Idul Fitri dan 300 ekor
menyambut lebaran haji (Idul Adha). Melalui sistem alokasi
pemasaran ini, disamping membantu pemerintah dalam pengadaan
kebutuhan ternak sapi siap potong juga untuk menghindari
terjadinya over supply yang dapat menganggu stabilitas harga pasar
daging yang merugikan para peternak sapi potong rakyat.

2.5.3. Strategi Pemasaran Ternak Sapi Betina Bibit Usaha


Integrasi Sawit Sapi

Produk lain yang dihasilakan dalam usaha integrasi sawit sapi


adalah ternak sapi betina bibit yaitu ternak sapi remaja yang tidak
digunakan sebagai ternak bibit pengganti (replacement) induk dan
pengembangan usaha. Kelompok ternak sapi betina muda (remaja)
dari unit usaha pembibitan meskipun tidak termasuk lolos seleksi
sebagai calon induk tetapi pada dasarnya masih tergolong pada
ternak produktif sehingga dapat dijual sebagai ternak sapi betina
bibit sebar. Proses produksi dan alternatif pilihan pemasaran ternak
sapi betina bibit disajikan pada Gambar 2.3.

BIbit
Pedagang/Peternak
Lolos Seleksi Sapi
Sebar
UNIT USAHA PERBIBITAN

Pemerintah Daerah
INDUK

BETINA REMAJA (SKPD)

PKBL PKBL/CSR
PTPN VI Perusahaan Lain
Pedet

ANAK Non-Produktif
PEJANTAN

JANTAN REMAJA
Sapi Siap
Potong

UNIT USAHA PENGGEMUKAN

BAKALAN Fattening

Gambar 2.3.
Pemasaran Sapi Betina Bibit Sebar

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI ..….…………….....… BAB II Hal 10
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

Pangsa atau pasar sasaran ternak sapi bibit yang dihasilkan usaha
integrasi akan dijual dengan beberapa alternatif yaitu penjualan
internal PTPN VI untuk program PKBL, dan penjualan eksternal baik
langsung kepada para pedagang atau peternak sapi potong maupun
melalui lembaga lain yang membutuhkan seperti pemerintah daerah
(SKPD) sebagai ternak sapi bantuan (distribusi) dan perusahaan lain
yang membutuhkan ternak sapi bibit untuk program PKBL atau
CSR perusahaan yang bersangkutan.

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI ..….…………….....… BAB II Hal 11
3.1. Aspek Manajemen
Usaha integrasi sawit sapimemiliki struktur manajemen yang
dikelola oleh organisasi tersendiri karena menjadi salah satu unit
usaha di bawah koordinasi PTPN VI. Usaha yang dikembangkan oleh
unit usaha integrasi sawit sapi adalah

3.1.1. Manajemen Penggemukan (Fattening)


Secara umum manajemen fattening terdiri dari 3 (tiga) aktivitas yaitu
pengadaan (pemasukan) sapi bakalan, pemeliharaan (penggemukan)
dan penjualan (pengeluaran) ternak sapi potong siap jual (Gambar
3.1).

PEMASUKAN PEMELIHARAAN PENGELUARAN

Tahun 1 - 4 Suplly RPH


Rutin
Pembelian

Sapi Penggemukan Sapi Siap


Pedagang Sapi
Bakalan Potong
Khusus
Pembibitan
Tahun 3 dst
Sendiri Hari Besar
Keagamaan
Gambar 3.1.
Aktivitas dalam Manajemen Fattening

Pelaksanaan fungsi manajemen mencakup upaya pengawasan


ternak sapi masuk (bakalan), pemeliharaan (budidaya) dan keluar
(sapi siap potong atau jual) melalui proses pencatatan (recording)
yang mencakup;
d. Recording ternak bakalan masuk baik melalui proses pembeliaan
(lingkungan eksternal) maupun dari unit usaha pembibitan yang
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

mencakup waktu (tanggal, bulan dan tahun), jumlah ternak,


jenis atau bangsa ternak sapi, serta status kesehatan dan umur
ternak bakalan. Setiap ternak bakalan yang masuk akan ditandai
dengan pemberian nomor telinga (eartag) atau kalung leher
Kaidah pemberian nomor mulai angka 0001 sampai dengan tak
terhingga dan berurutan dari terendah berdasarkan sapi tersebut
terdata. Persyaratan umum yang harus dipenuhi ternak sapi
muda yang dipilih untuk digemukkan adalah;
- Tubuh dalam, besar, berbentuk persegi empat.
- Kulit kendor, turgor elastik, dan tidak kusam yang
dimungkinkan untuk penimbunan lemak pada saat
penggemukan.
- Bentuk tubuh kompak (tidak cacat), penampilan enerjik atau
agresif dan punggung rata.
- Paha besar dan jarak antara kedua paha lebar.
e. Recording ternak bakalan selama proses pemeliharaan (budidaya)
untuk proses penggemukan mencakup jumlah ternak untuk
setiap unit kandang, ternak sakit dan mati. Penempatan ternak
sapi untuk setiap unit kandang diupayakan seragam baik dari
sisi umur maupun bobot badan guna menghindari ternak sapi
yang tidak memperoleh pakan cukup akibat kalah bersaing
dengan ternak sapi lainnya dalam kandang koloni yang sama.
Pengamatan ternak sapi bakalan penggemukan dilakukan
secara berkala dan untuk ternak yang terlihat mengalami gejala
serangan penyakit akan dipindahkan ke kandang isolasi, sedang
ternak yang kalah bersaing dipindahkan ke unit kandang lain
yang memiliki bobot tubuh yang relatif seragam.
f. Recording ternak sapi siap potong keluar areal usaha integrasi
sawit sapibaik untuk tujuan dijual atau dipotong disesuaikan
dengan capaian bobot badan akhir (siap jual) dan jangka waktu
penggemukan serta situasi permintaan pasar. Informasi yang
dicatat mencakup jumlah dan jenis ternak sapi siap potong yang
akan dijual serta bobot badan dan kondisi kesehatan ternak.
Proses pencatatan dilakukan pada blanko Berita Acara khusus dan
ditandatangani oleh asisten manajer pemeliharaan dan dokter
hewan serta diketahui oleh kepala operasional dan manajer seperti
disajikan pada Gambar 3.2 dan 3.3 berikut.

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit dan Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI ……………… BAB III Hal 2
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

Gambar 3.2.
Gambar 3.2
Berita Acara Pemasukan Ternak Bakalan

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit dan Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI ……………… BAB III Hal 3
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

Gambar 3.3.
Berita Acara Pengeluaran Ternak Sapi Penggemukan

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit dan Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI ……………… BAB III Hal 4
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

3.1.2. Manajemen Pembibitan (Breeding)


Manajemen pembibitan adalah kegiatan yang mencakup kegiatan-
kegiatan dari pemasukan dan penangganan bibit dasar sampai pada
pemanfaatan bibit hasil produksi. Gambaran umum proses produksi
bibit sapi potong dalam suatu model manajemen yang berkelanjutan
disajikan pada Gambar 3.4.

Pengadaan (Beli)

Ternak Sapi Bibit

Calon Calon
Pejantan Induk

Karantina Perkawinan
Alami

Kandang Koloni Deteksi Birahi Perkawinan


(Umbaran) (IB)

Tidak Bunting PKB (Pemeriksaan Kebntingan)

Bunting
Relplacement

Kandang Induk Melahirkan Kandang Induk


Menyusui Bunting > 7 bulan

Bibit Sebar
(Jual)
Anak Kandang Pedet
Lolos (1 bln – 1 tahun)
Relplacement

Seleksi Calon Bibit Betina Muda Jantan Muda

Tidak Lolos Seleksi Calon Pejantan

Bakalan Program
Jual Sebagai Ternak
Penggemukan
Potong

Gambar 3.4.
Prosedur Tetap atau Tahapan Usaha Pembibitan Sapi Potong

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit dan Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI ……………… BAB III Hal 5
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

A. Pemasukan Ternak Bibit


Tujuan unit usaha pembibitan adalah untuk menghasilkan bibit
ternak baik betina calon induk maupun bakalan dengan
pertimbangan daya adaptasi ternak baik terhadap iklim mikro
maupun kondisi sosial ekonomi masyarakat. Pemasukan ternak
bibit dilakukan melalui 2 (dua) cara yaitu ternak bibit stock awal
(tahun 1 - 4) dan ternak pengganti (replacement) sesuai kebutuhan
dan ketersediaan ternak bibit pada unit usaha pembibitan. Untuk
menentukan bibit calon induk yang dipelihara digunakan kriteria
umum dan khusus bibit Sapi Potong berdasarkan Good Breeding
Practice (GBP) dengan kriteria umum sebagai berikut:
a. Sapi bibit sehat dan bebas dari segala cacat fisik seperti
kebutaan, tanduk patah, pincang, lumpuh, kaki dan kuku
abnormal, serta tidak terdapat kelainan tulang punggung atau
cacat tubuh lainnya;
b. Semua sapi bibit betina harus bebas dari cacat alat reproduksi,
abnormal ambing serta tidak menunjukkan gejala kemandulan;
c. Sapi bibit jantan harus siap sebagai pejantan serta tidak
menderita cacat pada alat kelaminnya.
B. Perkawinan Ternak Sapi
Sistem perkawinan ternak sapi terdiri dari perkawinan alami dan IB
(Inseminasi Buatan). Untuk mencapai target produksi usaha
pembibitan ternak sapi, maka perlu dipaham siklus reproduksi. Saat
beranak dapat digunakan sebagai titik awal siklus reproduksi,
sehingga setelah melahirkan induk sapi harus bebas dari infeksi
rahim agar dapat menampilkan siklus birahi tepat waktu dan
teratur. Proses pengamatan birahi harus terlaksana dengan baik
agar IB bisa dilakukan pada waktu yang tepat. Siklus birahi dibagi
dalam 4 (empat) tahap dengan lama setiap tahapan sebagai berikut;

a. Tahap Proestrus atau sebelum estrus selama 3 (tiga) hari


ditandai dengan sapi terlihat gelisah dan kadang-kadang sapi
betina tersebut menaiki sapi betina yang lain.

b. Tahap Estrus dengan lama 12 – 24 jam dan sapi betina siap


untuk dikawinkan (alami atau IB) dimana ovulasi terjadi 15 jam
setelah estrus selesai.

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit dan Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI ……………… BAB III Hal 6
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

c. Tahap Metaestrus (setelah estrus berakhir) selama 3 – 5 hari


dengan ciri folikel masak, kemudian terjadi ovulasi diikuti
dengan pertumbuhan/ pembentukan corpus luteum (badan
kuning).

d. Tahap Diestrus selama 13 hari, corpus luteum meningkat dan


produksi hormon progesteron.
Interval atau jarak waktu antara satu periode birahi ke periode
birahi berikutnya adalah 21 hari dengan lama birahi 10 - 24 jam
dan observasi birahi dilakukan 2 (dua) kali sehari (pagi dan sore).
Tanda-tanda sapi birahi antara lain keluar lendir transparan agak
tebal menggantung pada vulva atau pangkal ekor, tampak tidak
tenang, vulva bengkak dan kemerahan, vulva hangat (palpasi), nafsu
makan hilang, menguak-nguak mencari pejantan, serta suka
menaiki dan diam bila dinaiki. IB adalah suatu cara atau teknik
untuk memasukkan mani (sperma atau semen) yang telah dicairkan
dan telah diproses terlebih dahulu yang berasal dari ternak jantan
ke dalam saluran alat kelamin betina dengan menggunakan metode
dan alat khusus yang disebut 'insemination gun (Gun IB), plastik
sheet, pinset, gunting straw, plastik glove, tisue, air bersih yang
hangat (37ºC). Tahapan dalam pelaksanaan IB adalah;

a. Thawing dengan langkah-langkah sebagai berikut;


- Tangkai canister diangkat dari kontainer hingga posisi ujung
straw pada leher container, ambil straw dengan pinset dalam
hitungan 3 detik, straw sudah terendam dalam air hangat
(thawing udara)
- Biarkan straw terendah dalam air hangat 15 detik (thawing di
air)
- Ambil straw dari tempat thawing dengan pinset/jari tangan
pada bagian ujung straw dan selanjutnya keringkan straw
dengan tisue secara perlahan

b. Memasukkan straw ke dalam pistolet


- Tarik piston pistolet sepanjang ±15 cm dan tahanlah dengan
jari manis tangan kiri
- Pegang ujung straw bagian factory plug dengan ibu jari dan
jari telunjuk

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit dan Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI ……………… BAB III Hal 7
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

- Tahan ujung pistolet dengan jari manis dan masukkan straw


ke dalam lubang pistolet
- Tekan ujung straw ke bagian laboratory plug sampai straw
duduk pada tempatnya di dalam pistolet
- Gunting ujung straw dibagian rongga udara dibawah
laboratory plug dan sisakan bagian straw diluar pistolet
sepanjang ±15 mm.
- Pasanglah sheet menyelubungi straw, kemudian eratkan
cincin kuncinya, piston tidak boleh disentuh oleh jari tangan
- Usahakan agar sheet menyelubungi secara sempurna ujung
straw pada bagian bekas pengguntingan
- Tekanlah piston ke dalam pistolet secara perlahan sampai
terasa gerakan factory plug mendesak semen atau terlihat
gerakan cairan semen dibagian ujung straw.

c. Inseminasi dengan langkah-langkah sebagai berikut;


- Pasang plastik glove melingkupi tangan yang akan masuk ke
rektum
- Angkat ekor sapi ke bagian kiri bahu petugas inseminator
- Tangan membentuk kerucut lalu masukkan tangan dengan
plastik glove yang sudah diberi sabun ke dalam rektum
- Bila banyak feses harus dikeluarkan dengan posisi tangan tetap
berada di dalam rektum, lakukan berulang-ulang hingga
rektum bersih, dan selanjutnya bersihkan bibir vulva dari
kotoran dengan tissue
- Pergelangan tangan dalam rektum menekan ke bawah agar
bibir vulva mudah dimasuki ujung gun saat memasuki vagina.
- Masukkan gun ke dalam vagina dengan posisi ke atas dan
kemiringan 45º dan dengan jari tangan yang di dalam sebagai
penunjuk arah, masukkan gun lebih ke dalam hingga posisi
ujung gun mencapai lubang servix
- Genggam bagian pangkal servix dengan lembut. Dengan jari-
jari tangan yang di dalam sebagai penunjuk arah, masukkan
ujung gun ke dalam lubang servix

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit dan Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI ……………… BAB III Hal 8
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

- Goyangkan bagian servix ke kiri/ke kanan/ke atas agar ujung


gun mudah masuk ke dalam cincin servix hingga cincin
terakhir servix dan ujung gun berada 0.5-1.0 Cm dari akhir
batas servix atau berada dibadan uterus (posisi 4)
- Semprotkan semen dengan cara menekan piston secara
perlahan-lahan dengan hitungan ke-6 atau ke-8 semen telah
disemprotkan seluruhnya
- Gun ditarik secara pelan-pelan dari servix dan vagina dan
tangan dikeluarkan dari rektum
Keuntungan dari IB antara lain menghemat biaya pemeliharaan
ternak jantan, dapat mengatur jarak kelahiran ternak dengan baik,
mencegah terjadinya kawin sedarah pada sapi betina (inbreeding),
peralatan dan teknologi yang baik sperma dapat simpan dalam
jangka waktu yang lama, semen beku masih dapat dipakai untuk
beberapa tahun kemudian walaupun pejantan telah mati,
menghindari ternak dari penularan penyakit terutama penyakit yang
ditularkan dengan hubungan kelamin, pejantan yang digunakan
adalah pejantan bibit unggul dan memungkinkan perkawinan
antara ternak-ternak yang sangat berbeda ukuran besarnya tanpa
menimbulkan cidera atau kerugian pada ternak betina maupun
pejantan.
Setelah IB diharapkan terjadi ovulasi dan pembuahan sehingga
berlanjut dengan kebuntingan. Interval birahi pada sapi secara
normal sekitar 20 - 21 hari, jika tidak terjadi kebuntingan, maka
proses perkawinan harus menunggu pada birahi berikutnya. Secara
umum, setiap pelaksanaan IB hanya berhasil menghasilkan
kebuntingan maksimal 55% (100 ekor sapi betina di IB satu kali
mampu menghasilkan 55 sapi betina yang akan melahirkan seekor
anak sapi sehat, akibat;
- Beberapa ovum (sel telur) tidak keluar dari ovarium (indung
telur), atau bahkan tidak ada ovulasi sama sekali;
- Beberapa ovum yang dibuahi mati sebelum hari ke-13, hari ke-
14 sampai hari ke-42 atau setelah 42 jam, tetapi sapi akan
mampu birahi lagi dan dapat di IB kembali pada estrus
berikutnya.

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit dan Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI ……………… BAB III Hal 9
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

Setelah iniseminasi inipun harapan keberhasilannya tetap 55%


sehingga minimal 6% dari populasi induk memerlukan lebih dari 3
(tiga) kali IB sampai berhasil bunting, meskipun mereka sehat.
Induk yang tidak bunting setelah 2 kali dilakukan sistem
perkawinan teknik IB, maka akan diupayakan bunting secara
alamiah (kawin alami) dengan pejantan yang disediakan.
Perkawinan alamiah dilaksanakan pada areal pastura baik dengan
ditentukan pejantannya maupun secara alamiah ketika
digembalakan. Perlu diperhatikan dalam perkawinan alami adalah
menghindari in-breeding melalui pencegahan pencampuran pejantan
dengan keturunan terdahulu sehingga catatan reproduksi menjadi
penting. Pencatatan diperlukan untuk menentukan kemajuan
program IB yang tidak dapat dipisahkan dari usaha peningkatan
mutu ternak dengan menggunakan sistim sebagi berikut:
a. Sistim pencatatan dan laporan yang mencakup penampilan
ternak peserta IB, yaitu identitas ternak, tanggal birahi, tanggal
perkawinan dan tanggal melahirkan serta kesehatan.

b. Sistim pencatatan dan laporan operasional IB yang mencakup


jumlah dosis IB dan jumlah kelahiran pedet.
C. Pemeriksaan Kebuntingan
Untuk mengingat tanggal birahi atau tanggal IB sebelumnya serta
memperkirakan tanggal birahi berikutnya dianjurkan menggunakan
kalender reproduksi untuk masing-masing ternak sapi. Pemeriksaan
kebuntingan sangat perlu dilakukan agar dalam proses penanganan
ternak sapi dapat mengikuti prosedur standar dalam PROTAP
dengan tanda-tanda kebuntingan seperti disajikan pada Tabel 3.1.

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit dan Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI ……………… BAB III Hal 10
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

Tabel 3.1. Tanda-Tanda Kebuntingan Pada Ternak Sapi Induk


UMUR
TANDA-TANDA UTAMA
(Bulan)
Saluran reproduksi terletak antara rektum dan pelvis, cornua
0 uteri simetris pada sapi dara, bifurcatio jelas, lendir vagina
tipis, agak lengket dan terang selama estrus.
Satu cornua uteri lebih besar daripada yang lain; vagina
1 kering dan lengket; mucus tebal sekitar servix; corpus luteum
pada ovarium di sisi yang sama dengan cornua bunting.
Uterus bunting membesar, mengembang dan terang; dinding
ganda yterus dan placenta; selip membran foetal; sekresi
2 gelatinous dari servix; amnion berkembang sebesar kelereng
(2 Cm) pada umur 5 minggu, sampai sebesar telur ayam (5
Cm) pada umur 7 minggu.
Uterus yang membesar mulai menggantung ke abdomen;
fluktuasi; foetus di dalam cairan membentur telapak tangan
atau ujung jari membentur telapak tangan atau ujung jari
3
bila ditekan; fremitus pada arteri uterina media; selip
membran foetal; placentoma yang masih sangat kecil teraba
pada dinding uterus.
Fremitus pada arteri uterina media; teraba foetus dan
4
caruncula.
Os cervicalis externa terletak pada tepian pelvis; kaki-kaki
5 foetus dapat teraba di depan dan di bawah tepian pelvis;
foetus dapat teraba, tetapi menurun terus diluar jangkauan.
7 Hypertrophy kelenjar mammae.
8 Foetus teraba.
Labiae vulva membengkak; kelenjar mammae membesar dan
9
oedematous; pengeluaran lendir mucoid dari vulva.
Ligamemtum sacroischiadicum melunak, apex sacrum
Sesudah
beralih mengarah ke atas karena pengendoran ligamentum
9 dekat
tersebut; bagian belakang hewan menurun; pangkal ekor
partus
naik; sumbatan servix mencair; servix mengendor.

Bahan dan alat yang digunakan dalam pemeriksaan kebuntingan


terdiri dari plastik glove, dan sabun. Waktu pelaksanaan PKB
adalah 90 hari (3 bulan umur kebuntingan) setelah IB terakhir yang
tidak menunjukkan birahi ulang, dan apabila diagnosa PKB adalah
dubius (keraguan), maka dilakukan PKB dalam jarak 1 bulan,
dengan langkah-langkah sebagai berikut;

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit dan Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI ……………… BAB III Hal 11
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

a. Ternak sapi direstrain di kandang jepit, dan plastik glove


dipasangkan dalam tangan dan dibasahi dengan air sabun

b. Tangan dikerucutkan dan dimasukkan dalam rektum dan


apabila banyak feses, maka feses dikeluarkan dahulu dengan
posisi tangan tetap di dalam rektum.

c. Apabila hewan merejan, tunggu dahulu sehingga relaksasi dan


selanjutnya masukkan tangan sejauh mungkin, kemudian tarik
ke belakang dengan telapak tangan terbuka lebar-lebar sehingga
lipatan rektum akan terbawa

d. Arahkan tangan ke bagian bawah dari rektum untuk


mendapatkan saluran reproduksi

e. Cari dan kemudian emban servix dengan jari-jari tangan


kemudian dari servix, tangan maju ke depan berturut-turut
meraba corpus uteri, bifurcatio dan kedua cornua uteri.
Perabaan dilanjutkan pada dinding pelvis untuk mengetahui
fremitus uteri arterina media.

f. Rasakan perubahan yang terjadi di saluran reproduksi, dengan


acuan seperti disajikan pada Tabel 3.1.
D. Penanganan Induk Bunting
Seminggu sebelum jadwal ternak sapi beranak berdasarkan cacatan
IB atau perkawianan, ternak sapi dimasukkan ke dalam kandang
beranak dengan memperhatikan tanda-tanda beranak sebagai
berikut;

a. Ternak sapi cenderung memisahkan diri dari kelompoknya, dan


beberapa jam sebelum beranak ternak sapi menjadi tidak tenang
dan nafsu makannya menurun,

b. Keluar lendir putih, kental dan lengket dari vagina, ambing


membesar jika diperah keluar kolostrum,

c. Vulva sangat oedematus, melonggar dan besarnya mencapai 2 –


6 kali ukuran normal.

d. Proses meluasnya cervik berlangsung selama 1 – 4 jam, proses


keluarnya janin secara umum berlangsung selama 0.5 – 1 jam
dan keluarnya plasenta berlangsung selama 6 – 12 jam. Jika
secara umum ternak sapi tidak mengalami kelainan dalam

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit dan Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI ……………… BAB III Hal 12
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

proses beranak maka petugas tidak perlu membantu, tetapi


apabila sapi mengalami kesulitan dalam proses beranak
misalnya dalam waktu 30 – 50 menit kepala pedet tidak keluar
lancar atau darah keluar terlalu banyak, maka petugas harus
membantu ternak dalam proses beranak Dengan cara pedet
ditarik keluar seirama dengan perejanan induk.
E. Pemeliharaan Induk Menyusui
Ternak sapi induk pasca melahirkan dan setelah anak ditempatkan
pada kandang yang terpisah dengan anak. Pada saat-saat waktu
tertentu anak di bawa ke kandang induk untuk menyusu pada
induknya. Pemeliharaan induk dan anak dilakukan dalam kandang
individual dan proses menyusui dilakukan secara serempak sesuai
dan pasca menyusui anak kembali dibawa kekandang pemeliharaan
pedet. Siklus ini dilakukan sampai anak lepas sapi (berhenti
menyusui) dan induk akan dipindahkan ketempat pemeliharaan
ekstensif atau digembalakan pada lokasi pastura. Jarak antar
kelahiran (calving interval) yang baik adalah kurang dari 12 bulan,
sebaiknya 10 sampai 11 bulan. Pada jarak ini, waktu istirahat bagi
rahim setelah kebuntingan cukup panjang, dan sapi telah siap lagi
untuk bunting sehingga memaksimalkan keuntungan bagi
pemiliknya.
F. Pemeliharaan Pedet
Pedet memerlukan penanganan dan perhatian lebih cermat dan
teliti, terutama pada saat baru lahir sampai lepas sapih, karena
kematian yang paling besar terjadi pada saat sebelum sapih karena
defisiensi nutrisi (susu, colostrum dan pakan). Setelah pedet lahir
petugas membantu membersihkan lendir terutama pada bagian
rongga mulut dan hidung agar pedet bisa bernapas dengan baik,
kemudian keluarkan lendir yang terdapat di dalam rongga mulut
dan membersihkan lendir yang terdapat pada padet. Pedet
sebaikinya dibiarkan menyusu pada induknya untuk mendapatkan
susu pertama yang mengandung kolestrum. Kolestrum merupakan
zat makanan penting yang akan mempengaruhi daya tahan anak
sapi terhadap penyakit ternak.
G. Pemeliharaan Sapi Lepas Sapih dan Seleksi
Umur lepas sapih ternak sapi biasanya pada umur 6 (enam) bulan
dan dipelihara secara intensif sampai mencapai umur 1 (satu) tahun

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit dan Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI ……………… BAB III Hal 13
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

atau remaja. Pada periode ini dilakukan seleksi ternak sapi betina
calon induk untuk dijadikan bibit pada umur 205 hari dan sisanya
dijual. Selanjutnya dari ternak sapi terpilih ini akan diseleksi pada
umur 365 hari untuk dijadikan replacement. Seleksi bibit dibedakan
berdasarkan tujuan pemeliharaan, yaitu tujuan penggemukan dan
tujuan pengembang biakan dengan keuntungan diharapkan adalah
seleksi individual (Mass Selection) adalah seleksi ternak bibit yang
didasarkan pada catatan produktifitas masing-masing ternak.
Seleksi individual pada ternak sapi adalah cara seleksi yang paling
sederhana dan mudah dilakukan berdasarkan bobot lahir, bobot
205 hari dan bobot umur satu tahun (365) hari dan bobot final
umur 550 hari. Hal-hal umum yang perlu diperhatikan dalam
seleksi antara lain mempunyai tanda telinga, artinya pedet tersebut
telah terdaftar dan lengkap silsilahnya, matanya tampak cerah dan
bersih, tidak terdapat tanda-tanda sering batuk, terganggu
pernafasannya serta dari hidung tidak keluar lendir, kukunya tidak
terasa panas bila diraba, tidak terlihat adanya eksternal parasit
pada kulit dan bulunya, tidak terdapat tanda-tanda mencret pada
bagian ekor dan dubur, dan tidak ada tanda-tanda kerusakan kulit
dan kerontokan bulu serta pusarnya bersih dan kering, bila masih
lunak dan tidak berbulu menandakan bahwa pedet masih berumur
kurang lebih dua hari.
H. Pengukuran Ternak Sapi
Prosedur tetap dalam pengukuran ternak mencakup parameter dan
alat ukur yang digunakan sebagai berikut;
- Penimbangan Berat Badan (BB) dilakukan pagi hari sebelum sapi
diberi makan dengan menggunakan timbangan kapasitas 100 Kg
untuk berat badan sampai dengan 50 Kg dan timbangan
kapasitas 1.500 Kg untuk berat badan lebih dari 50 kg.
- Pengukuran Tinggi Gumba (TG) dilakukan dengan tongkat
ukur/pita ukur 200 cm dengan cara mengukur jarak tegak lurus
dari tanah sampai dengan puncak gumba di belakang punuk.
- Pengukuran Lingkar Dada (LD) mengunakan pita ukur 200 cm
dengan cara melingkari dada melewati rusuk ke-8 belakang
bahu.

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit dan Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI ……………… BAB III Hal 14
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

- Pengukuran Panjang Badan (PB) menggunakan pita ukur 200 cm


dengan cara mengukur jarak tulang bahu dan tulang paha
terjauh.
- Pengukuran Lingkar Testis (LT) menggunakan pita ukur testis
dengan cara melingkarkan pita pada bagian terlebar testis.
I. Seleksi dan Sertifikasi Ternak Sapi
Tim seleksi atau selektor minimal 5 (lima) orang dengan sifat yang
dinilai terdiri dari sifat kualitatif dan kuantitatif.
- Sifat Kualitatif dengan ciri-ciri antara lain tidak ada cacat
anatomis, temperamen baik, tidak ganas kecuali pada saat
melahirkan, konformasi tubuh normal, kaki tidak O atau X, dan
punggung normal, tidak melengkung serta testis simetris untuk
pejantan.
- Sifat Kualitatif dengan parameter Berat Badan 105 hari x Faktor
Koreksi Umur Induk dan Berat Badan 365 hari
Seleksi dilakukan bertingkat dan berdasar pada umur dari kelompok
ternak sapi yang diseleksi, yaitu;
- Sapih (105 hari) dengan indikator 90% berat badan terbaik
disebut ternak terseleksi dan 10% berat badan terjelek disebut
ternak terculling
- 365 hari dengan indikator berat badan diatas rerata kelompok
disebut ternak bibit dan berat badan dibawah rerata kelompok
disebut ternak non bibit
J. Recording Ternak Sapi dan Berita Acara
Kegiatan pencatatan (recording) ditujukan untuk memudahkan
administrasi dan pelaksanaan penanganan ternak sapi potong.
Kegiatan recording terdiri dari pemasangan nomor telinga (eartag),
nomor badan, penentuan nomor registrasi, dan pemotretan.

a. Pemasangan Nomor Telingga dengan menggunakan eartag


ukuran medium atau small, aplikator, dan yodium tinctur.
Waktu pemasangan eartag selama kurun waktu 24 jam setelah
sapi lahir atau datang ke BPT Sapi Potong. Kaidah penomoran
menggunakan 4 digit dari 0001 s/d 9999 dengan sistem urut
penomoran mulai dari terendah berdasarkan sapi tersebut
terdata, baik kelahiran maupun penambahan. Pemasangan

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit dan Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI ……………… BAB III Hal 15
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

eartag untuk sapi jantan di sebelah kanan dan betina di sebelah


kiri.

b. Pemberian Nomor Badan menggunakan bahan dan peralatan


berupa alat penomor terbuat dari besi dengan tangkainya, salep
luka, sumber api (cap bakar) dan soda api dicampur timah (cap
kimia). Pengecapan dilakukan pada umur 7 (tujuh) bulan sampai
1 (satu) tahun dengan kaidah pemberian nomor mulai angka 1
sampai dengan tak terhingga dan berurutan dari terendah
berdasarkan sapi tersebut terdata, baik kelahiran maupun
penambahan dari luar yang disesuaikan dengan nomor telinga
dan letak nomor di pinggul bagian kanan.
Pembuatan Berita Acara terdiri dari berita acara kelahiran, seleksi
dan opname ternak sapi.

a. Berita Acara Kelahiran untuk sapi yang lahir dalam keadaan


hidup baik kondisi lemah maupun sehat, dilakukan maksimal
dalam waktu 2 x 24 jam setelah sapi lahir

b. Berita Acara Seleksi Ternak Sapi untuk ternak sapi yang telah
diseleksi pada umur 105 dan 365 hari, dilakukan maksimal
dalam waktu 2 x 24 jam setelah proses seleksi selesai dan
ditandatangani oleh selektor ternak.

c. Berita Acara Ternak Sapi Afkir untuk ternak sapi berumur lebih
dari 365 hari (1 tahun) dengan pertimbangan kesehatan ternak
atau tidak produktif secara irreversible, dilakukan maksimal
dalam waktu 2 x 24 jam setelah proses pemeriksaan keadaan
ternak selesai dilakukan, ditandatangani oleh petugas pemeriksa
kesehatan ternak (Dokter Hewan) atau petugas pemeriksa
reproduksi atau petugas selektor.

d. Berita Acara Stock Opname Ternak dilakukan setiap bulan


sekali, paling lambat tanggal 10 bulan bersangkutan, dan
pengecekan dilakukan secara individu ternak dengan
mencantumkan nomor eartag ternak. Pembuatan dilakukan
maksimal dalam waktu 2 x 24 jam setelah proses pemeriksaan
individu ternak selesai dilakukan dan ditandatangani minimal
oleh seksi terkait dan pejabat fungsional.

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit dan Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI ……………… BAB III Hal 16
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

3.1.3. Manajemen Kesehatan Ternak Sapi


Program kesehatan pada ternak sapi bertujuan untuk menjaga
kesehatan ternak sapi secara individu dan kelompok dengan skala
prioritas melakukan pencegahan terhdap penyakit atau kontrol
terhadap infeksi cacing (endoparasit) dan infensi caplak (ektoparasit)
secara berkala dan berkesinambungan. Sedangkan untuk penyakit-
penyakit yang khusus penangannya dilakukan secara khusus juga
sesuai dengan kondisi dan situasi yang ada. Untuk mempercepat
proses diangnosa terhadap penyakit yang terjadi pada ternak sapi,
maka Balai Pembibitan Ternak Sapi Potong akan dilengkapi dengan
laboratorium Kesehatan Hewan (Keswan). Sedangkan untuk
mengantisipasi merebaknya kasus penyakit menular, maka secara
rutin dilakukan pemeriksaan/uji laboratorium.
Salah satu aktivitas penting dalam manajemen kesehatan ternak
sapi bibit adalah kesehatan reproduksi ternak betina. Untuk itu
secara rutin akan dilakukan pemerikasaan klinis reproduksi (ATR)
dengan menggunakan bahan dan alat sederhana berupa plastik
glove, dan sabun dengan waktu pemeriksaan disesuaikan dengan
kondisi a) sapi dengan leleran vagina abnormal. b) sapi dengan
gejala Nimfomania, c) sapi yang anestrus lebih dari 42 hari setelah
beranak, d) sapi yang belum diinseminasi lebih 63 hari setelah
beranak, dan e) sapi yang kembali estrus setelah IB 3 kali atau lebih
(repeat breeding) serta f) sapi yang sudah dinyatakan bunting,
namun estrus kembali, dengan tahapan sebagai berikut:

a. Sapi Direstrain di kandang jepit dan plastik glove dipasangkan


dalam tangan dan dibasahi dengan air sabun.

b. Tangan dikerucutkan dan dimasukkan dalam rektum dan


apabila banyak feses, feses dikeluarkan dahulu dengan posisi
tangan tetap di dalam rektum.

c. Apabila hewan merejan, tunggu dahulu sehingga relaksasi dan


kemudian masukkan tangan sejauh mungkin, kemudian tarik ke
belakang dengan telapak tangan terbuka lebar-lebar sehingga
lipatan rektum akan terbawa.

d. Arahkan tangan ke bagian bawah dari rektum untuk


mendapatkan saluran reproduksi dan cari dan emban servix.

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit dan Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI ……………… BAB III Hal 17
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

e. Dari servix, tangan maju ke depan berturut-turut corpus uteri,


bifurcatio dan cornua uteri, oviduk dan akhirnya ovarium kanan
dan kiri amati perubahan yang mungkin terjadi di saluran
reproduksi. Ciri-ciri abnormalitas hasil pemeriksaaan ATR
adalah;
- Cervix mengalami radang, pembesaran, bengkok,
putus/patah dan terdapat tumor.
- Uterus berisi cairan/nanah, tipis, tebal, aplasia, krepitasi,
maserasi foetus, mummifikasi dan tumor serta adhesi.
- Ovarium mengalami hypofungsi, hypoplasia, atropi, aplasia,
folikel cyst CLP, tumor dan adhesi.
Meskipun di IB beberapa kali, sapi tetap tidak bunting dan birahi
lagi yang disebabkan oleh tidak ada pembuahan, antara lain akibat;
a. Pejantan tidak subur atau terdapat masalah dengan
penyimpanan atau perlakuan semen. Kalau ini terjadi, maka sapi
yang lain yang di IB dengan semen sama juga tidak akan
bunting. Bila semen baik, maka kesuburan sapi betina harus
diperiksa oleh Dokter Hewan, terjadi perlukaan dalam indung
telur atau terjadi perlekatan, bila hal ini terjadi maka tidak dapat
diobati.
b. Tidak terjadi ovulasi dalam jangka waktu yang lama setelah
melahirkan. Pengobatan dapat dicoba dengan HCG (Dokter
Hewan) pada induk yang terlambat ovulasi lebih dari 15 jam
setelah birahi. Pengobatan dengan HCG karena infeksi atau
kelainan hormon uterus (rahim) tetapi infeksi dalam rahim
kadang-kadang sembuh sendiri setelah 2 siklus birahi. Embryo
(janin) mati segera setelah pembuahan akibat ketidak sesuaian
genetis antara induk dengan pejantan, dapat dicoba dengan IB
menggunakan semen pejantan lain, ternak stres atau demam
(suhu badan tinggi) (infeksi umum), yang menandakan adanya
serangan penyakit menular, penyakit pada hati dan infeksi rahim
dan pakan kurang atau terlalu banyak
c. Siklus birahi singkat. Yang normal biasanya 18-24 hari,
abnormal apabila siklus berjalan kurang dari 18 hari,
kemungkinan penyebabnya adalah sista pada follikel
nimfomania, sapi birahi secara berulang dengan jarak yang

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit dan Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI ……………… BAB III Hal 18
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

sering (tidak sesuai dengan siklus), selalu menaiki sapi betina


lain, dan kadang banyak keluar cairan (lendir) dari vulva.
Pengobatan dapat dilakukan dengan HCG (hanya oleh Dokter
Hewan) Salah mengidentifikasi atau monitoring birahi.
d. Siklus birahi yang panjang (lebih dari 24 hari) akibat kesalahan
mengidentifikasi birahi (siklus birahi yang ke dua atau
selanjutnya).

3.2. Aspek Organisasi


Pada saat ini struktur pimpinan organisasi usaha integrasi sawit
sapidipimpin oleh seorang manager yang dibantu oleh seorang
kepala operasional seperti disajikan pada Gambar 3.5.

MANAJER

KEPALA
OPERASIONAL

ASISTEN ASISTEN ASISTEN ADM


PERWIRA
KESEHATAN PEMELIHARAAN DAN
PENGAMANAN
TERNAK TERNAK KEUANGAN

Garis komando
Garis koordinasi
Gambar 3.5.
Bagan Organisasi Karyawan Pimpinan

Kepala operasional dibantu oleh 2 (dua) orang asisten yaitu asisten


kesehatan ternak dan asisten pemeliharaan ternak yang selanjutnya
melakukan koordinasi dengan asisten administrasi dan keuangan
serta perwira keamanan yang langsung berada pada garis komando
manajer. Asisten administrasi dan keuangan dibantu oleh seorang
krani yang mengkoordinir kegiatan para petugas administrasi seperti
disajikan pada Gambar 3.6.

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit dan Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI ……………… BAB III Hal 19
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

MANAJER

KEPALA
OPERASIONAL

ASISTEN ASISTEN ASISTEN ADM


PERWIRA
KESEHATAN PEMELIHARAAN DAN
PENGAMANAN
TERNAK TERNAK KEUANGAN

KRANI I

Arsip dan Sekretaris Petugas ADM Gudang

ADM Upah/Umum ADM Finansial

ADM Kas/Bank &Pajak ADM RKAP/LM/Aktiva

Kebersihan/Pelayan

ADM PEME/AK
Garis komando Operator Komputer
Garis koordinasi

Gambar 3.5.
Bagan Organisasi Bagian Administrasi dan Keuangan

Sedangkan asisten pemeliharaan ternak dibantu oleh seorang


mandor dan petugas administrasi pemeliharaan ternak. Mandor
bertugas sebagai pengawas kegiatan para operator chopper dan
mixer yang dipimpin oleh seorang kepala kerja proses pakan, dan
mengawasi petugas anak kandang yang dipimpin oleh seorang
kepala kerja perawatan ternak seperti disajikan pada Gambar 3.7.

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit dan Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI ……………… BAB III Hal 20
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

MANAJER

KEPALA
OPERASIONAL

ASISTEN ASISTEN ASISTEN ADM


PERWIRA
KESEHATAN PEMELIHARAAN DAN
PENGAMANAN
TERNAK TERNAK KEUANGAN

Petugas Adminstrasi
MANDOR
Pemeliharaan Ternak

Kepala Kerja Proses Kepala Kerja


Pakan Perawatan Ternak

Garis komando
Garis koordinasi
Petugas/Anak
Operator Mesin Operator Mesin Kandang
Chopper Mixer

10 Unit 1 Unit

Gambar 3.7.
Bagan Organisasi Bidang Pemeliharaan Ternak

Untuk organisasi bidang teknik, transaksi dan CD juga berada


dibawah koordinasi kepala perasional (Gambar 3.8) yang terdiri dari
Krani teknik, transkasi dan CD yang dibantu oleh beberapa orang
petugas teknis transaksi dan CD serta Mandor operasional yang
dibantu oleh beberapa orang petugas mekanik pemeliharaan mesin,
listrik, lingkungan dan CD serta operator mesin rumput.

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit dan Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI ……………… BAB III Hal 21
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

MANAJER

KEPALA
OPERASIONAL

ASISTEN ASISTEN ASISTEN ADM


PERWIRA
KESEHATAN PEMELIHARAAN DAN
PENGAMANAN
TERNAK TERNAK KEUANGAN

KRANI MANDOR
TEKNIK/TRAKSI/CD OPERASIONAL

Petugas
Petugas Peme Mekanik Listrik Peme Lingkungan/CD
TEKNIK/TRAKSI/CD

Peme Mekanik Mesin Operator Mesin Rumput

Supir WH Manajer
Supir Ka. Operasional
Supir dan Kernet
 Dump Truck
Garis komando  Mobil Molen
Garis koordinasi Supir Gerobak Motor

Gambar 3.8.
Bagan Organisasi Bidang Teknik dan Transaksi serta CD

Secara umum struktur organisasi dalam manajemen usaha integrasi


sawit sapi ini masih mengacu pada struktur organisasi yang biasa
digunakan dalam usaha perkebunan. Hal ini menyebabkan
terjadinya beberapa tugas dan tanggung jawab yang saling tumpang
tindih dan menyebabkan kurangnya efisiensi usaha. Untuk itu pada
masa akan perlu adanya perubahan dalam struktur organisasi
manajemen dengan bentuk sesuai dengan jenis usaha yaitu
peternakan sapi potong tujuan ganda (fattening dan breeding)
sehingga pembagian tugas dan tanggung jawab dapat menjadi lebih
jelas. Mengacu pada karakteristik usaha dan struktur organisasi
yang diterapkan pada Balai Pembibitan Ternak Unggul (BPTU)
Sembawa, Sumatera Selatan, maka disarankan struktur organisasi

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit dan Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI ……………… BAB III Hal 22
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

manajemen usaha integrasi sapi sawit seperti pada Gambar 3.9


berikut.

Direktur Utama PTPN VI


Pelindung

TOP MANAGER
Manajer Usaha
Integrasi

MIDDLE MANAGER
Asisten Manager

Asisten Manager I Asisten Manager II Asisten Manager III Asmen Umum


Usaha Penggemukan Usaha Pembibitan Pengolahan Pakan Administrasi dan
Sapi Potong Sapi Potong Sapi Potong Keuangan

Staf/Karyawan Tetap

Tenaga Kerja Harian Lepas (TKL)

Gambar 3.9.
Struktur Dasar Organisasi Manajemen Usaha Integrasi Sawit Sapi

Pada Gambar 3.9 seorang top manager yaitu manager usaha


integrasi sawit sapi dibantu oleh 4 orang asisten manager yang
terdiri dari 3 orang asisten manager khusus (I, II dan III) yang secara
terspesialisasi membidangi 3 kegiatan utama usaha integrasi sawit
sapi yaitu unit usaha penggemukan, unit usaha pembibitan dan
pengolahan pakan ternak sapi potong serta asisten manager umum
yang membidangi kegiatan umum dalam bidang administrasi dan
keuangan.

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit dan Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI ……………… BAB III Hal 23
4.3. Aspek Teknis
Secara umum pengembangan usaha integrasi sawit sapi PTPN VI
memiliki tujuan ganda (multy objective) yaitu;
a. Tujuan pembibitan (breeding) yaitu memperoleh pendapatan dari
hasil peningkatan populasi ternak (kelahiran) dengan
pemeliharaan ternak bersifat multi tahun (jangka panjang).
b. Tujuan penggemukan (fattening) yaitu memperoleh pendapatan
dari hasil peningkatan bobot badan atau selisih antara harga jual
dan harga bakalan. Pemeliharaan ternak sapi bakalan bersifat
tahunan (jangka pendek) dengan lama pemeliharaan selama 7
bukan setiap periode.
Tujuan usaha sangat mempengaruhi manajemen pemeliharaan
ternak sapi potong yang secara teknis terdiri dari 3 (tiga) komponen
yaitu bibit (breeding), pakan (feeding),dan tatalaksana (management).
4.3.1. Bibit (Breeding)
Ternak sapi yang dipelihara terdiri dari 2 (dua) jenis bangsa sapi
yaitu Sapi Bali dan Peranakan Ongol (PO) yang berasal dari Provinsi
Lampung. Sesuai dengan tujuan pengembangan usaha maka
kelompok ternak sapi bibit terdiri dari betina muda (calon induk)
untuk tujuan usaha pembibitan (breeding) dan ternak bakalan
(jantan muda) untuk tujuan penggemukan (fattening). Pengadaan
ternak bibit dilakukan secara bertahap selama 4 (empat) tahun
dengan jumlah total 8.000 ekor dengan komposisi bervariasi
sepanjang tahun. Tahapan pengadaan dan komposisi bangsa sapi
dan tujuan pemeliharaan selama 4 tahun berjalan dapat dilihat
pada Tabel 4.1.
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

Tabel 4.1. Tahapan Rencana Pengadaan Ternak Sapi Bibit Selama


4 (empat) Tahun Proyek (ekor)
Bali PO
No Tahun
Betina Bakalan Jumlah Betina Bakalan Jumlah
1 2012 700 300 1.000 700 300 1.000
2 2013 750 750 1.500 750 750 1.500
3 2014 700 800 1.500 700 800 1.500
4 2015 450 550 1.000 450 550 1.000
Jumlah 2.800 2.200 5.000 2.800 2.200 5.000

Komposisi pengadaan ini merupakan bagian dari strategi


perusahaan guna menjaga kesimbangan antara penerimaan dan
pengeluaran. Pengadaan ternak bakalan kedua jenis bangsa sapi
setiap tahun komposinya akan semakin kecil karena setelah tahun
ke-3 (2014) sebagian akan diperoleh dari hasil pembibitan sendiri
sampai pada tahun ke 4 (2015) seluruh bakalan merupakan hasil
pembibitan sendiri. Hal yang sama juga dilakukan pada ternak sapi
untuk tujuan pembibitan (betina muda calon induk) setelah tahun
ke-4 dihentikan dengan asumsi bahwa seluruh ternak sapi induk
telah mampu memenuhi kebutuhan baik untuk penyediaan ternak
sapi bakalan maupun pengganti (replacement) induk yang sudah
tidak produktif dan dijual dalam bentuk ternak afkir untuk tujuan
pemotongan.
4.3.2. Pakan (Feeding)
Sumber utama pakan ternak sapi potong yang dibudidayakan
adalah limbah perkebunan berupa pelepah sawit dan limbah pabrik
kelapa sawit (PKS) berupa bungkil kelapa sawit. Sumber utama
limbah sebagai bahan pakan ternak sapi potong berasal dari
perkebunan sawit terutama yang
terdapat pada wilayah Kabupaten
Batanghari dan Muaro Jambi serta PKS
milik PTPN VI yang tersebar pada
beberapa wilayah kerja perusahaan.
Gambar 4.1.
Pelepah Sawit Bahan Baku Pakan
Ternak

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI ………………… BAB IV Hal 2
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

Perkiraan potensi pelepah sawit dari unit usaha perkebunan sendiri


disajikan pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Estimasi Potensi Pelepah Sawit dari Perkebunan PTPN VI
Wilayah Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi

Sumberbahan Baku
No Uraian Jumlah
Batanghari M. Jambi
1 Luas Kebun (Ha) 2,225 7,459 9,684
2 Luas TM (Ha) 2,103 7,418 9,521
3 Indikator Asumsi
a. Produksi Pelepah/Ha (ton) 6.292 kg/tahn
b. Bahan Kering (%) 26.07%
c. Kebutuhan pakan (kg/thn) 12 kg/hari
d. Penggunaan 70%
e. Kebutuhan pelepah (kg/thn) 3.066 kg/ekor
4 Produksi Pelepah (Ton/Tahun)
a. Bahan segar) 13,232.08 46,674.06 59,906
b. Bahan kering 3,449.60 12,167.93 15,618
5 Kapasitas Tampung (ekor) 4,316 15,223 19,539
Berdasarkan indikator asumsi dari 9.521 Ha areal perkebunan sawit
setiap tahun akan mampu menghasilkan 59.906 ton pelepah sawit
segar dan dengan penggunaan 80% sebagai bahan pakan
penyusuan ransum dan rataan konsumsi ternak sapi 10
kg/ekor/hari maka pelepah sawit yang dihasilkan mampu
memenuhi kebutuhan 20.516 ekor ternak sapi potong. Pemberian
pelepah sawit kepada ternak sapi
potong dilakukan setelah dilakukan
perajangan dengan menggunakan
beberapa unit mesin perajang
(chopper).
Gambar 4,2.
Proses Peracahan Pelepah Sawit
Setiap unit chopper dioperasikan oleh
4 orang, dan selanjutnya akan dicampur dengan bahan baku pakan
lain dengan menggunakan mixer (mesin pengaduk).
Potensi unit usaha lain yang dimanfaatkan sebagai sumber bahan
pakan adalah bungkil kelapa sawit yang merupakan produk limbah
hasil olahan pabrik CPO.

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI ………………… BAB IV Hal 3
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

Gambar 4,3.
Bungkil Kelapa Sawit
Bungkil kelapa sawit dengan
kandungan protein mencapai 15%
digunakan sebagai sumber protein
yang dicampur langsung dengan hasil
rajangan pelepah sawit dan bahan
pakan lainnya. Bungkil kelapa sawit
dibawa langsung dari sejumlah PKS yang sampai tahun 2011
tercatat ada 5 unit PKS milik PTPN VI dengan kapasitas produksi
mencapai 230 ton TBS/jam. Sumber bahan penyusun pakan lain
dan komposisi penggunaanya disajikan pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Komposisi Bahan Pakan Penyusun Pakan Ternak
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI
Komposisi
No Jenis Bahan Pakan Sumber Bahan
(%)
1 Pelepah Sawit 70 Pengolahan sendiri
2 Bungkil Kelapa Sawit 20 Pabrik Kelapa Sawit
3 Sludge 8 Pembelian
4 Mineral 1 Pembelian
5 Garam 1 Pembelian
Jumlah 100

Perolehan sumber bahan pakan utama berupa pelepah dan bungkil


kelapa sawit adalah dari unit usaha lain (perkebunan dan PKS PTPN
VI) sedangkan bahan penyusun pakan lain diperoleh melalui
pembelian. Penggunaan bahan penyusun pakan olahan sendiri
sebagai bahan pakan utama diharapkan dapat meningkatkan
efisiensi usaha integrasi dan memberikan keuntungan yang lebih
besar pada perusahaan.
4.3.3. Tatalaksana
Sarana utama berupa kandang pemeliharaan dipisah antara sapi
potong untuk tujuan usaha pembibitan dan penggemukan.
Pemeliharaan ternak untuk penggemukan dilakukan secara intensif
pada kandang koloni dengan kapasitas sesuai ukuran kandang
koloni. Pemeliharaan ternak sapi bibit akan dilakukan secara semi-

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI ………………… BAB IV Hal 4
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

intesif dengan menyediakan umbaran (tempat bermain) bagi ternak


betina pada areal sekitar kandang.
4.3.3.1. Tatalaksana Penggemukan
Kandang penggemukan merupakan eks-pabrik crumb rubber PTPN
VI yang ditata ulang untuk pemeliharaan ternak sapi potong yang
terdiri dari 35 unit kandang koloni. Kandang kelompok atau dikenal
dengan koloni/komunal merupakan model kandang dalam suatu
ruangan kandang ditempatkan sejumlah ternak, secara bebas tanpa
diikat. Keunggulan model kandang koloni dibanding kandang
individu adalah efisiensi dalam penggunaan tenaga kerja rutin
terutama pembersihan kotoran kandang, Tipe lantai yang digunakan
adalah alas litter, dan pembongkaran litter lantai kandang di
lakukan apabila tinggi litter mencapai setinggi 20 cm, atau
dilakukan pembersihan sekitar 3 – 4 kali dalam setahun. Alas litter
dari kandang kelompok selanjutnya
dikumpulkan dan dikeringkan di
tempat penampungan untuk digiling
sebagai kompos yang baik.
Gambar 4.4.
Kompos Limbah Kandang
Susunan kandang koloni seperti pada
lay out kandang (Gambar 4.5).

38 39
27 28
Drop Mixer 36 37
Pelepah Chopper
29 30 40 41 42 43

3 4 26 25 24 23 22 21 20 19 18 17
2 5
9 10 11 12 13 14 15 16
1 6 7 8
35

Karantina Kandang Bibit


Kantor
Keswan

Gambar 4.5. Lay Out Kandang Penggemukan

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI ………………… BAB IV Hal 5
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

Struktur kandang (Gambar 6) untuk program penggemukan ternak


sapi relatif baik dengan konstruksi kandang utama dan koloni
secara ringkas sebagai berikut;
a. Kerangka kandang induk (bangunan utama) terbuat dari besi
dengan atap kandang terbuat dari komponen seng yang cukup
tebal dengan ketinggian mencapai > 5 meter dan untuk
penerangan sebagian atap telah diganti dengan atap plastik yang
tembus cahaya pada beberapa bagian.
b. Batas antar kandang koloni terbuat dari 3 lapis kayu dengan
tinggi sekitar 1 meter dan dilengkapi tempat pakan yang disusun
sepanjang lorong jalan dan terbuat dari semen dan tempat
minum dari belahan drum plastik.
c. Pada bagian tengah bangunan utama dilengkapi jalan dengan
lebar antara 2 – 3 meter sehingga dapat dilewati kendaraan
(gerobak motor) untuk dropping pakan dari lokasi penggadukan
(mixer).
d. Lantai kandang terbuat dari coran semen tetapi dalam
pemeliharaan akan dilapisi dengan bahan organik yang mampu
menyerap air dan dibersihkan setiap bulan (panen pupuk
organik limbah kandang).

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI ………………… BAB IV Hal 6
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

Kandang Penggemukan Kandang Koloni

Jalan Lorong Gerobak Motor

Tempat Pakan dan Minum Tempat Pengolahan Pakan

Gambar 4.6.
Struktur Kandang Penggemukan Sapi Potong

Pemanfaatan bangunan eks-pabrik crumb rubber sebagai kandang


penggemukan didasarkan pada pertimbangan bahwa kandang
untuk penggemukan tidak butuh banyak variasi sehingga
rekonstruksi atau modifikasi dapat dengan mudah dilakukan.
Kandang kelompok atau dikenal dengan koloni/komunal merupakan
model kandang dalam suatu ruangan kandang ditempatkan
sejumlah ternak, secara bebas tanpa diikat. Variasi kandang koloni
hanya pada ukuran kandang yang selanjutnya akan mempengaruhi

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI ………………… BAB IV Hal 7
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

kapasitas tampung dari masing-masing kandang, seperti disajikan


pada Tabel 4.3.
Tabel 4.4. Variasi Kandang Usaha Penggemukan Ternak Sapi
Potong PTPN VI
Ukuran kandang
Panjang x Jumlah Kapasitas Total Kapasitas
No Luas
Lebar (Unit) (ekor) (ekor)
(m2)
(meter)
1 108 18 x 6 6 36 216
2 112 16 x 7 6 37 222
3 60 12 x 5 4 20 80
4 56 8 x 7 2 19 38
5 144 18 x 8 4 48 192
6 42 6 x 7 2 14 28
7 120 12 x10 4 40 160
8 90 15 x 6 6 30 180
9 132 22 x 6 2 44 88
10 160 16 x10 1 53 53
11 96 12 x 8 2 32 64
12 96 16 x 6 1 32 32
13 84 14 x 6 1 28 28
Jumlah 1.381
Sumber: Manajemen Usaha Ternak Sapi PTPN VI (2012)
Luas kandang untuk penggemukan seluruhnya mencapai 4.148 m2
yang terbagi dalam 41 unit kandang koloni dengan 13 variasi
ukuran dengan daya tampung total mencapai 1.381 ekor. Penentuan
kapasitas kandang berdasarkan pada standar ideal yang telah
ditetapkan bahwa setiap ekor ternak sapi dewasa membutuhkan
ruang kandang dengan luas rata-rata 3 m2.
4.3.3.2. Tatalaksana Pembibitan
Kandang untuk ternak sapi tujuan pembibitan lebih bervariasi
tergantung pada umur dan kondisi ternak sapi yang dipelihara yang
secara umum dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
c. Kandang induk dan/atau calon induk (betina remaja) dibangun
berbentuk kandang koloni beratap sebagian pada bagian depan
kandang (terutama tempat lungan) dan model kandang kelompok
ini identik disebut juga dengan kandang umbaran terbatas.
Lantai kandang model ini menggunakan lantai semen atau beton

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI ………………… BAB IV Hal 8
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

berpori (model wavin) terutama pada bagian lantai yang tidak


beratap. Pada bagian belakang kandang dilengkapi selokan
pembuangan terutama untuk menjaga kebersihan lantai
kandang pada musim hujan. Alas lantai pada model kandang ini
tidak menggunakan alas dasar litter, namun bahan alas litter
hanya disebarkan pada lantai (terutama lantai yang beratap)
yang becek.
d. Kandang induk bunting dan melahirkan dikembangkan dalam
bentuk kandang individu dengan dua baris dengan penempatan
sapi pada posisi ekor berlawanan (tail to tail) sehingga tempat
pakan terletak masing-masing sisi kandang.
Pada saat ini pembangunan kandang untuk sapi bibit sedang dalam
proses penyelesaian dan terletak pada bagian lebih ke belakang dari
kandang penggemukan seperti pada Gambar 4.7.

Kandang Eks-Pabrik CR

(Penggemukan)

Jalan

Kandang
Jalan

Karantina
UNIT III

UNIT III
UNIT I

Kantor

Jalan

Lokasi Pembibitan

Gambar 4.7. Lay Out Kandang Usaha Pembibitan

Konstruksi 3 unit kandang koloni untuk usaha pembibitan (Gambar


8) dibangun menggunakan bahan-bahan sebagai berikut:
a. Lantai kandang terbuat dari semen dengan kemiringan lantai
kandang sekitar 5 cm (agar mudah dalam pembersihan tetapi

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI ………………… BAB IV Hal 9
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

tidak terlalu miring karena dapat menganggu aktivitas ternak


sapi)
b. Kerangka kandang terbuat dari kayu berbagai ukuran dengan
empat tiang pada sisi lebar luar dan jarak 4 meter antar tiang
pada sisi panjang kandang.
c. Atap kandang terbuat dari asbes dengan model atap monitor
dengan ventilasi pada bagian atas untuk kelancaran keluar
masuk udara dan cahaya matahari.
d. Tempat pakan terbuat dari susunan batu merah yang dilapisi
semen dan lebih rendah pada bagian ke dalam untuk
memudahkan sapi makan dan mengurangi tumpahnya pakan
yang disediakan. Tempat makan disusun memanjang pada sisi
panjang bagian luar dari kandang untuk memudahkan supplay
pakan.

Atap Asbes

Kerangka Kayu

Lantai Semen

Tempat Pakan Bata Lapis Semen

Gambar 4.8.
Konstruksi Kandang Usaha Pembibitan

Pada tahun selanjutnya juga akan dikembangkan kandang khusus


untuk sapi bunting lebih dari 6 bulan sampai melahirkan dan
kandang anak (pedet) sampai umur 1 tahun serta berbagai sarana
pendukung lainnya termasuk kandang isolasi dan karantina,
kandang jepit (penimbangan, pemeriksaan kebuntingan, deteksi

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI ………………… BAB IV Hal 10
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

penyakit dan inseminasi buatan) serta sarana bongkar muat ternak


(modifikasi lokasi bongkar muat eks-pabrik CRF).
4.4. Aspek Produksi
4.4.1. Jenis Output dan Volume Produksi
Sesuai dengan tujuan usaha yaitu penggemukan (fattening) dan
pembibitan (breeding) maka produk utama usaha adalah ternak sapi
siap potong (hasil penggemukan) dan ternak betina muda calon
induk atau bibit sebar (umur > 1 tahun). Volume produksi yang
dihasilkan setiap tahun dalam usaha integrasi sawit sapi tergantung
pada proses pengadaan dan perkembangan populasi ternak
dipelihara. Untuk menentukan perkembangan populasi digunakan
asumsi sebagai berikut:
a. Angka kematian untuk ternak masuk yaitu calon induk dan
pejantan serta bakalan adalah 2%.
b. Angka kematian untuk masing-masing jenis ternak yang
dipelihara adalah induk betina dan pejantan (1%), betina muda,
calon pejantan dan bakalan (2%) dan anak jantan dan betina
(5%).
c. Angka kelahiran untuk sapi Bali adalah 70% dan sapi PO 60%
dengan imbangan jenis kelamin anak 50:50.
d. Rasio antara pejantan dan induk adalah 1 berbanding 10 atau
setiap 10 ekor betina produktif disediakan 1 ekor pejantan.
e. Angka seleksi untuk betina muda yang diperkirakan majir atau
tidak produktif adalah 10% dari populasi betina muda dan akan
dijual untuk tujuan pemotongan.
f. Angka seleksi untuk betina muda untuk dijadikan calon induk
adalah 25% dari populasi ternak sapi betina muda.
g. Surplus atau kelebihan betina muda produktif tetapi tidak
digunakan sebagai calon induk usaha perbibitan akan dijual
sebagai ternak sapi betina bibit sebar.
Berdasarkan asumsi diatas maka dinamika dan perkembangan
populasi untuk masing-masing bangsa ternak (Bali dan PO) serta
total populasi disajikan pada Tabel 4.5 sampai 4.7.

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI ………………… BAB IV Hal 11
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

Tabel 4.5. Dinamika Populasi Ternak Sapi Potong Bangsa Bali Selama 15 tahun (2012 – 2026) Kegiatan Proyek

Satuan/ Tahun
No Variabel
asumsi 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026
A PENGADAAN TERNAK SAPI
1. Jantan Muda (Calon Pejantan) 30 75 80 - - -
2. Jantan Muda (Bakalan) 670 675 620 450 200 - - -
3. Betina Muda (Calon Induk) 300 750 800 550 - -
Jumlah 1,000 1,500 1,500 1,000 -
B KEMATIAN TERNAK STOCK BARU
1. Jantan Muda (Calon Pejantan) 5% 1 3 3 - - - - - - - - - - - -
2. Jantan Muda (Bakalan) 5% 27 27 25 18 8 - - - - - - - - - -
3. Betina Muda (Calon Induk) 5% 12 30 32 22 - - - - - - - - - - -
C POPULASI TERNAK SAPI
1. Induk Betina ekor - 293 1,010 1,808 2,475 2,694 2,916 3,051 3,120 3,177 3,211 3,234 3,252 3,265 3,275
2. Pejantan ekor - 29 101 181 247 269 292 305 312 318 321 323 325 326 328
3. Betina Remaja (Calon Induk) ekor 299 747 781 707 288 400 435 471 492 503 513 518 522 525 527
4. Jantan Muda
a. Calon Pejantan ekor 29 72 77 63 60 29 40 43 47 49 50 51 52 52 52
b. Bakalan (Penggemukan) ekor - - 92 318 570 780 849 919 961 983 1,001 1,011 1,019 1,024 1,028
5. Anak Betina ekor 97 336 601 823 896 970 1,014 1,037 1,056 1,068 1,075 1,081 1,085 1,089
6. Anak Jantan ekor 97 336 601 823 896 970 1,014 1,037 1,056 1,068 1,075 1,081 1,085 1,089
ekor 964 328 1,336 2,733 4,279 5,286 5,964 6,470 6,817 7,007 7,142 7,231 7,289 7,332 7,363
JUMLAH
UT 482 164 780 1,754 2,834 3,593 4,016 4,354 4,579 4,700 4,790 4,848 4,885 4,914 4,934
D KEMATIAN TERNAK
1. Induk Betina 1% - 3 10 18 25 27 29 31 31 32 32 32 33 33 33
2. Pejantan 1% - 1 1 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
3. Betina Remaja (Calon Induk) 2% 6 15 16 14 6 8 9 9 10 10 10 10 10 10 11
4. Jantan Muda

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI ………………… BAB IV Hal 12
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

Satuan/ Tahun
No Variabel
asumsi 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026
a. Calon Pejantan 2% 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
b. Bakalan (Penggemukan) 2% - 2 6 11 16 17 18 19 20 20 20 20 20 21 21
5. Anak Betina 5% - 5 18 32 43 47 51 53 55 56 56 57 57 57 57
6. Anak Jantan 5% - 5 18 32 43 47 51 53 55 56 56 57 57 57 57
E KELAHIRAN TERNAK
1. Anak Betina 35% 102 353 633 866 943 1,021 1,068 1,092 1,112 1,124 1,132 1,138 1,143 1,146
2. Anak Jantan 35% 102 353 633 866 943 1,021 1,068 1,092 1,112 1,124 1,132 1,138 1,143 1,146
F PENJUALAN TERNAK
1. Induk Afkir ekor 44 151 271 371 404 437 458 468 477 482 485
2. Pejantan Afkir ekor 4 15 27 37 40 44 46 47 48 48 49
3. Betina Majir (Culling) 10% 9 32 57 78 85 92 96 98 100 101 102 102 103
4. Penggemukan ekor 643 648 687 750 762 780 849 919 961 983 1,001 1,011 1,019 1,024 1,028
5. Bibit Sebar (Betina Muda) ekor 56 176 308 414 452 489 512 524 533 539 543 546 548
G TRANSFER UMUR TERNAK Ke….
1. Induk Betina
a. Stock Awal 293 290 1,000 1,790 2,406 2,516 2,616 2,649 2,684 2,708 2,721 2,734 2,743 2,750 2,757
b. Pembibitan Sendiri - 40 157 288 400 435 471 492 503 513 518 522 525 527
2. Pejantan
a. Stock Awal 28 28 100 179 241 252 262 265 268 271 272 273 274 275 276
b. Pembibitan Sendiri - 73 81 68 29 40 43 47 49 50 51 52 52 52 53
3. Betina Remaja (Calon Induk) - 41 160 294 409 444 480 502 514 523 529 532 535 537 539
4. Jantan Muda (Bakalan) - 92 318 570 780 849 919 961 983 1,001 1,011 1,019 1,024 1,028 1,032

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI ………………… BAB IV Hal 13
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

Tabel 4.6. Dinamika Populasi Ternak Sapi Potong Bangsa PO Selama 15 tahun (2012 – 2026) Kegiatan Proyek

Satuan/ Tahun
No Variabel
asumsi 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026
A PENGADAAN TERNAK SAPI
1. Jantan Muda (Calon Pejantan) 30 75 80 - - - -
2. Jantan Muda (Bakalan) 670 675 620 450 250 100 - -
3. Betina Muda (Calon Induk) 300 750 800 550 - - -
Jumlah 1,000 1,500 1,500 1,000 - - -
B KEMATIAN TERNAK STOCK BARU
1. Jantan Muda (Calon Pejantan) 5% 1 3 3 - - - - - - - - - - - -
2. Jantan Muda (Bakalan) 5% 27 27 25 18 10 4 - - - - - - - - -
3. Betina Muda (Calon Induk) 5% 12 30 32 22 - - - - - - - - - - -
C POPULASI TERNAK SAPI
1. Induk Betina ekor - 293 1,010 1,801 2,444 2,621 2,782 2,847 2,836 2,809 2,756 2,689 2,618 2,542 2,466
2. Pejantan ekor - 29 101 180 244 262 278 285 284 281 276 269 262 254 247
3. Betina Remaja (Calon Induk) ekor 299 747 830 683 245 339 363 385 394 392 388 381 372 362 352
4. Jantan Muda
a. Calon Pejantan ekor 29 72 77 62 56 20 34 36 38 39 39 39 38 37 36
b. Bakalan (Penggemukan) ekor - - 79 273 486 660 708 751 769 766 758 744 726 707 686
5. Anak Betina ekor 83 288 513 697 747 793 811 808 801 785 767 746 725 703
6. Anak Jantan ekor 83 288 513 697 747 793 811 808 801 785 767 746 725 703
ekor 964 328 1,308 2,673 4,026 4,869 5,396 5,750 5,926 5,938 5,888 5,788 5,655 5,508 5,352
JUMLAH
UT 482 164 773 1,748 2,747 3,431 3,766 4,009 4,123 4,125 4,089 4,017 3,924 3,821 3,712
D KEMATIAN TERNAK
1. Induk Betina 1% - 3 10 18 24 26 28 28 28 28 28 27 26 25 25
2. Pejantan 1% - 1 1 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2
3. Betina Remaja (Calon Induk) 2% 6 15 17 14 5 7 7 8 8 8 8 8 7 7 7

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI ………………… BAB IV Hal 14
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

Satuan/ Tahun
No Variabel
asumsi 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026
4. Jantan Muda
a. Calon Pejantan 2% 1 1 2 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
b. Bakalan (Penggemukan) 2% - 2 5 10 13 14 15 15 15 15 15 15 14 14 13
5. Anak Betina 5% - 4 15 27 37 39 42 43 43 42 41 40 39 38 37
6. Anak Jantan 5% - 4 15 27 37 39 42 43 43 42 41 40 39 38 37
E KELAHIRAN TERNAK
1. Anak Betina 35% 88 303 540 733 786 835 854 851 843 827 807 785 763 740
2. Anak Jantan 35% 88 303 540 733 786 835 854 851 843 827 807 785 763 740
F PENJUALAN TERNAK
1. Induk Afkir ekor 44 151 270 367 393 417 427 425 421 413 403
2. Pejantan Afkir ekor 4 15 27 37 39 42 43 43 42 41 40
3. Betina Majir (Culling) 10% 8 27 49 66 71 75 77 77 76 74 73 71 69
4. Penggemukan ekor 643 648 674 705 726 756 708 751 769 766 758 744 726 707 686
5. Betina Bibit ekor 49 152 264 351 377 400 409 408 404 397 387 377 366
G TRANSFER UMUR TERNAK Ke….
1. Induk Betina
a. Stock Awal 293 290 1,000 1,783 2,376 2,443 2,484 2,452 2,415 2,363 2,301 2,237 2,171 2,104 2,038
b. Pembibitan Sendiri - 34 133 245 339 363 385 394 392 388 381 372 362 352
2. Pejantan
a. Stock Awal 28 28 100 178 238 244 248 245 242 236 230 224 217 210 204
b. Pembibitan Sendiri - 73 80 66 24 34 36 38 39 39 39 38 37 36 35
3. Betina Remaja (Calon Induk) - 34 136 250 346 370 393 402 400 396 389 379 369 359 348
4. Jantan Muda (Bakalan) - 79 273 486 660 708 751 769 766 758 744 726 707 686 666

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI ………………… BAB IV Hal 15
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

Tabel 4.7. Dinamika Populasi Ternak Usaha Integrasi Sawit Sapi Selama 15 tahun (2012 – 2026) Kegiatan Proyek
Satuan/ Tahun
No Variabel
asumsi 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026
A PENGADAAN TERNAK SAPI
1. Jantan Muda (Calon Pejantan) 60 150 160 - -
2. Jantan Muda (Bakalan) 1,340 1,350 1,240 900 450
3. Betina Muda (Calon Induk) 600 1,500 1,600 1,100 -
Jumlah 2,000 3,000 3,000 2,000 -
B KEMATIAN TERNAK STOCK BARU
1. Jantan Muda (Calon Pejantan) 5% 2 6 6 - - - - - - - - - - - -
2. Jantan Muda (Bakalan) 5% 54 54 50 36 18 - - - - - - - - - -
3. Betina Muda (Calon Induk) 5% 24 60 64 44 - - - - - - - - - - -
C POPULASI TERNAK SAPI
1. Induk Betina ekor - 586 2,020 3,610 4,919 5,315 5,698 5,897 5,956 5,986 5,967 5,923 5,870 5,807 5,741
2. Pejantan ekor - 59 202 361 492 531 570 590 596 599 597 592 587 581 574
3. Betina Remaja (Calon Induk) ekor 598 1,494 1,611 1,390 533 739 798 856 886 896 901 899 894 887 878
4. Jantan Muda - - - - - - - - - - - - - - -
a. Calon Pejantan ekor 58 144 154 125 117 49 74 80 86 89 90 90 90 89 89
b. Bakalan (Penggemukan) ekor - - 171 591 1,056 1,440 1,556 1,670 1,730 1,749 1,759 1,756 1,745 1,731 1,715
5. Anak Betina ekor - 181 624 1,115 1,520 1,643 1,762 1,826 1,846 1,857 1,853 1,842 1,827 1,810 1,792
6. Anak Jantan ekor - 181 624 1,115 1,520 1,643 1,762 1,826 1,846 1,857 1,853 1,842 1,827 1,810 1,792
ekor 964 655 2,644 5,405 8,305 10,155 11,360 12,220 12,743 12,944 13,030 13,019 12,944 12,840 12,715
JUMLAH
UT 482 328 1,554 3,502 5,581 7,023 7,782 8,363 8,702 8,825 8,879 8,865 8,809 8,735 8,647
D KEMATIAN TERNAK
1. Induk Betina 1% - 6 20 36 49 53 57 59 60 60 60 59 59 58 57
2. Pejantan 1% - 2 2 4 5 5 6 6 6 6 6 6 6 6 6
3. Betina Remaja (Calon Induk) 2% 12 30 32 28 11 15 16 17 18 18 18 18 18 18 18

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI ………………… BAB IV Hal 16
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

Satuan/ Tahun
No Variabel
asumsi 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026
4. Jantan Muda - - - - - - - - - - - - - - -
a. Calon Pejantan 2% 1 3 3 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2
b. Bakalan (Penggemukan) 2% - 3 12 21 29 31 33 35 35 35 35 35 35 34 34
5. Anak Betina 5% - 10 33 59 80 86 93 96 97 98 98 97 96 95 94
6. Anak Jantan 5% - 10 33 59 80 86 93 96 97 98 98 97 96 95 94
E KELAHIRAN TERNAK - - - - - - - - - - - - - - -
1. Anak Betina 35% - 190 656 1,173 1,600 1,729 1,855 1,922 1,943 1,954 1,951 1,939 1,924 1,905 1,886
2. Anak Jantan 35% - 190 656 1,173 1,600 1,729 1,855 1,922 1,943 1,954 1,951 1,939 1,924 1,905 1,886
F PENJUALAN TERNAK - - - - - - - - - - - - - - -
1. Induk Afkir ekor - - - - 88 303 541 738 797 855 885 893 898 895 889
2. Pejantan Afkir ekor - - - - 9 30 54 74 80 85 88 89 90 90 89
3. Betina Majir (Culling) 10% - - 17 59 106 144 156 167 173 175 176 176 174 173 171
4. Penggemukan ekor 1,286 1,296 1,362 1,455 1,488 1,536 1,556 1,670 1,730 1,749 1,759 1,756 1,745 1,731 1,715
5. Betina Bibit ekor - - 105 328 571 765 829 889 921 932 937 936 930 923 914
G TRANSFER UMUR TERNAK Ke…. - - - - - - - - - - - - - - -
1. Induk Betina - - - - - - - - - - - - - - -
a. Stock Awal 586 580 2,000 3,573 4,782 4,959 5,100 5,100 5,099 5,071 5,022 4,971 4,913 4,854 4,795
b. Pembibitan Sendiri - - 74 290 533 739 798 856 886 896 901 899 894 887 878
2. Pejantan - - - - - - - - - - - - - - -
a. Stock Awal 56 57 200 357 478 496 510 510 510 507 502 497 491 485 479
b. Pembibitan Sendiri - 145 161 135 53 74 80 86 89 90 90 90 89 89 88
3. Betina Remaja (Calon Induk) - 75 296 543 754 814 873 904 914 919 918 912 905 896 887
4. Jantan Muda (Bakalan) - 171 591 1,056 1,440 1,556 1,670 1,730 1,749 1,759 1,756 1,745 1,731 1,715 1,697

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI ………………… BAB IV Hal 17
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

Pada Tabel 4.5 dan 4.7 terlihat meskipun produk utama usaha
integrasi adalah penggemukan dan pembibitan tetapi sumber
penerimaan usaha tidak hanya ternak sapi bakalan siap jual (hasil
penggemukan) dan bibit sebar (betina muda > 1 tahun) tetapi juga
bersumber dari:
c. Penjualan ternak sapi afkiran yaitu induk dan pejantan yang
dianggap atau hasil pengamatan sudah tidak produktif dan
untuk memenuhi kebutuhan dilakukan replacement dengan
ternak sapi jantan dan betina muda hasil seleksi (layak bibit).
d. Penjualan betina majir yaitu ternak betina muda yang awalnya
disiapkan sebagai calon induk tetapi dalam perjalanannya
ternyata tidak memiliki kemampuan reproduksi (tidak mengalami
kebuntingan dan melahirkan anak).
Perkembangan volume dan komposisi masing-masing kelompok
ternak yang dapat dijual oleh usaha peternakan disajikan pada
Gambar
4.500
Induk Afkir
4.000 Pejantan Afkir
Betina Majir
3.500 Penggemukan
Bibit Sebar
3.000 Total
Volume (ekor)

2.500

2.000

1.500

1.000

500

-
2012

2013

2014

2015

2016

2017

2018

2019

2020

2021

2022

2023

2024

2025

2026

(500)
Tahun

Gambar 4.9.
Estimasi Volume Produksi Usaha Integrasi Sawit Sapi
Pada tahun awal kegiatan (4 tahun pertama), sumber utama
penjualan adalah ternak sapi siap potong hasil penggemukan yang
disupplay dari luar usaha peternakan (eksternal). Peningkatan pada
tahun ke-4 karena sumber bakalan disamping dari luar usaha

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI ………………… BAB IV Hal 18
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

sendiri juga berasal dari ternak bakalan hasil pembibitan sendiri


dan setelah tahun-tahun tersebut pengadaan bakalan mulai
dikurangi dan beralih pada bakalan yang berasal dari usaha
pembibitan sendiri (mandiri). Seluruh pedet setelah dikurangi hasil
seleksi jantan muda sebagai calon ternak sapi pejantan akan
digunakan untuk penggemukan. Jantan muda hasil seleksi akan
digunakan untuk replacement (pengganti) pejantan akhir dan
menyesuaikan dengan perkembangan populasi induk sehingga
imbangan ideal 1 : 10 dapat dipertahankan. Komponen jenis output
yang dijual setiap tahun tetap sapi siap potong hasil penggemukan
dan diikuti dengan sapi betina bibit sebar. Penjualan pejantan dan
induk hanya dilakukan setelah masa afkir dan digantikan dengan
ternak hasil pembibitan sendiri. Pemeliharaan pejantan tetap
menjadi sesuatu yang penting meskipun nantinya dalam perjalanan
usaha integrasi untuk perkembangan biakan tidak mengandalkan
kawin alami tetapi lebih pada Inseminasi Buatan (IB).
Setelah tahun ke 8 proyek atau tahun 2020 pertumbuhan volume
penjualan ternak sapi masing-masing kelompok produk ternak akan
menjadi stabil dengan skala usaha antara 12.000 – 13.000 ekor
dengan volume penjualan mencapai sekitar 3.500 ekor/tahun yang
terdiri dari 5 jenis produk dengan komposisi seperti pada Gambar
4.10.

Induk Afkir
20,86%
Bibit Sebar
25,14% Pejantan Afkir
2,09%

Betina Majir
Penggemukan 4,72%
47,20%

Gambar 4.10.
Komposisi Volume Penjualan Usaha Integrasi Sawit Sapi

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI ………………… BAB IV Hal 19
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

4.4.2. Kebutuhan Sarana dan Prasarana Produksi


Kebutuhan sarana dan prasarana produksi sangat tergantung pada
perkembangan populasi ternak sapi yang dipelihara baik berupa
kandang dan perlengkapan, alat dan mesin pengolah pakan maupun
sarana penunjang lain seperti alat angkut berupa dump truck dan
gerobak dorong.
a. Kandang
Kebutuhan kandang ditentukan oleh jumlah dan variasi kelompok
ternak sapi yang dipelihara serta lama penempatan ternak dalam
kandang yang bersangkutan. Berdasarkan perkembangan populasi
dan tujuan pemeliharan, maka jumlah kebutuhan berdasarkan jenis
kandang disajikan pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8. Kebutuhan Kandang Ternak Sapi Berdasarkan Jenis dan
Tahun Pembangunan
Jenis Tahun Pembangunan (unit/tahun)
No Spesifikasi
Kandang 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Koloni
1 Fattening 41 4 2 3 3 3 3
(30 ekor/unit)
Koloni
2 Breeding 20 51 56 51 19 21 16 12
(30 ekor/unit)
Koloni
3 Pedet 5 13 15 12 4 4 3
(50 ekor/unit)
Individu
4 Bunting/Menyusui 95 233 258 213 64 62 47
(1 x 2 m)
Koloni
5 Isolasi 1
(50 ekor/unit)
Koloni
6 Karantina 1
(100 ekor/unit)
Jalan khusus
7 Jepit 1
terbuka
Kolam Ukuran
8 Kolan Dipping 1
1x5x2 meter
Bak Dangkal
9 Bio-Security 1
1x2x0,5 m
Modifikasi Eks
10 Bongkar Muat 1
Pabrik

Pembangunan kandang dilakukan secara bertahap sesuai dengan


kebutuhan ternak sapi yang dipelihara baik untuk tujuan
pembibitan maupun penggemukan kecuali untuk kandang isolasi,
karantina dan kandang jepit. Khusus untuk kandang jepit dibangun
untuk berbagai tujuan penggunaan yaitu penimbangan,
penyuntikan, pemeriksaan kesehatan dan kebuntingan serta

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI ………………… BAB IV Hal 20
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB). Kandang khusus lainnya


adalah kandang karantina untuk menampung ternak yang baru
datang guna mencegah penularan penyakit dari luar dan kandang
isolasi untuk ternak sapi yang sakit guna mencegah penularan
kepada ternak lain (internal). Kandang dan sarana pendukung
lainnya yang tercantum pada kolom tahun 2012 sudah tersedia baik
dalam bentuk bangunan baru maupun modifikasi areal eks-pabrik.

a. Sarana Bongkar Muat Ternak Sapi

b. Kandang Jepit

Gambar 4.11.
Sarana Pendukung Usaha Integrasi Sawit Sapi

b. Mesin Chopper dan Mixer


Kebutuhan mesin chopper dan mixer ditentukan berdasarkan
kebutuhan pakan ternak sapi yang dipelihara dan kapasitas
terpasang dari kedua jenis mesin tersebut.

- Kapasitas chopper yang digunakan adalah 500 kg/jam dengan


lama penggunaan 7 jam/hari sehingga dalam setahun mampu
menghasilkan 1.260 ton rajangan pelepah sawit.

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI ………………… BAB IV Hal 21
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

- Kapasitas mixer yang digunakan adalah 634 kg/jam dengan


lama operasional 7 jam/hari, sehingga dalam setahun mampu
digunakan untuk mencampur 5.110 ton bahan pakan ternak
sapi.
Kebutuhan dan tahapan pengadaan mesin chopper dan mixer
dengan mengacu pada kebutuhan pakan dan tingkat penggunaan
pelepah sawit 70% sebagai bahan pakan ternak sapi termasuk
kebutuhan tenaga kerja (operator) disajikan pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9. Kebutuhan Mesin Chopper, Mixer dan Tenaga Operator
dan Tahapan Pengadaan
Kebutuhan Total Pengadaan Baru Operator Mesin
Rekruitmen
Tahun (Unit) (unit) (Orang)
Baru
Chopper Mixer Chopper Mixer Chopper Mixer Jumlah
2012 6 1 6 1 12 3 15 15
2013 1 12 3 15 -
2014 10 2 4 1 20 6 26 11
2015 14 3 4 1 28 9 37 11
2016 17 4 3 1 34 12 46 9
2017 18 4 1 36 12 48 2
2018 20 5 2 1 40 18 58 10

Setiap unit mesin chopper dan mixer masing-masing membutuhkan


4 orang operator. Kebutuhan tenaga kerja disesuaikan dengan
jumlah chopper dan mixer sehingga seiring dengan proses
pengadaan kedua alat pengolah pakan. Untuk itu setiap tahun
dilakukan rekruitmen tenaga kerja baru agar rasio antara alat
pengolah pakan dan operator tetap sesuai dengan standar yang
digunakan. Pengadaan alat pengolah pakan dan rekruitmen tenaga
kerja baru dilakukan secara bertahap dari tahun ke tahun sesuai
dengan perkembangan skala usaha integrasi sawit sapi..
c. Dump Truck dan Gerobak Motor
Dump truck digunakan sebagai alat transportasi eksternal baik
untuk kegiatan rutin yaitu mengangkut pelepah sawit areal
perkebunan ke lokasi usaha peternakan maupun yang bersifat
insidentil yaitu pengangkutan ternak sapi dari dan menuju areal
usaha, mengangkut bahan penyusun pakan lain dan berbagai
kebutuhan lain. Sebaliknya gerobak motor digunakan sebagai alat
transportasi internal antara lain membawa pakan yang sudah
dicampur dari mixer ke areal kandang, membawa bahan penyusun

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI ………………… BAB IV Hal 22
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

pakan dari gudang atau areal bongkar muat menuju lokasi mixer.
Indikator utama untuk menentukan jumlah dump truck adalah
kebutuhan pakan terutama pelepah sawit sedangkan gerobak
dorong berdasarkan pada populasi ternak sapi potong yang
dipelihara. Asumsi yang digunakan untuk menentukan kebutuhan
dump truck dan gerobak motor adalah:
a. Setiap unit dump truck mampu memuat pelepah sawit sekitar
600 pelepah sawit/trip dengan jumlah trip dalam satu hari 4
kali.
b. Setiap unit gerobak motor dalam satu hari mampu melayani
1.500 ekor ternak sapi baik pembibitan maupun penggemukan.
Berdasarkan asumsi yang digunakan maka kebutuhan kendaraan
perasional termasuk untuk operasional manajer dan pimpinan lain
disajikan pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10. Kebutuhan dan Tahapan Pengadaan Dump Truck,
Gerobak Motor dan Kendaran Operasional Manajer dan
Pimpinan Lain
Dump Truck (unit) Gerobak Motor (unit) Kendaraan Lain (unit)
Tahun
Kebutuhan Pengadaan Kebutuhan Pengadaan Manager Lainnya
2012 3 3 2 2 1
2013 9 4 4 1 1
2014 16 7 5 2 2
2015 23 7 8 2
2016 27 4 9 1
2017 29 2 10 1
2018 31 2 10 -
2019 33 2 11 1

Implikasi dari pengadaan kendaraan dump truck, mobil


operasioanal pimpinan dan gerobak motor adalah kebutuhan tenaga
kerja baik sebagai sopir, kernet truck maupun operator gerobak
motor seperti disajikan pada Tabel 4.11..

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI ………………… BAB IV Hal 23
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

Tabel 4.11. Kebutuhan Tenaga Kerja Supir, Kernet dan Operator


Gerobak Motor
Sopir Kernet Operator Gemotor Jumlah (orang)
Tahun
Butuh Rekrut Butuh Rekrut Butuh Rekrut Butuh Rekrut
2012 5 5 4 4 2 2 7 7
2013 10 4 9 4 4 1 14 5
2014 18 8 16 7 5 2 23 10
2015 23 5 23 7 8 2 31 7
2016 27 4 27 4 9 1 36 5
2017 29 2 29 2 10 1 39 3
2018 31 2 31 2 10 - 41 2
2019 33 1 33 2 11 1 44 2

4.4.3. Kebutuhan Input Proses Produksi


Input utama dalam usaha integrasi sawit sapi adalah bahan pakan
dan menjadi faktor penentu biaya produksi rata-rata. Setiap hari
seekor ternak sapi akan diberikan pakan yang merupakan
campuran antara rajangan pelepah sawit, bungkil kelapa sawit,
sudge, mineral dan garam dengan komposisi seperti disajikan pada
Gambar 4.12.

Garam ; 1% Mineral; 1%
Sudge; 8%

Bungkil Sawit;
20%

Pelepah; 70%

Gambar 4.12
Komposisi Pakan Ternak Sapi Potong

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI ………………… BAB IV Hal 24
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

Berdasarkan kepada komposisi bahan pakan ternak sapi potong


yang disediakan dan rataan kebutuhan ± 11 kg/ekor/hari (ternak
dewasa) maka kebutuhan masing-masing bahan penyusun pakan
selama periode proyek seperti disajikan pada Gambar 4.13.

30.000 Pelepah Bungkil Sawit Sudge Garam Mineral

25.000
Kebutuhan (ton/tahun)

20.000

15.000

10.000

5.000

-
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026

Gambar 4.13.
Kebutuhan Bahan Pakan Ternak Sapi Potong

Pemenuhan kebutuhan bahan pakan dilakukan melalui beberapa


cara yaitu pengadaan melalui pembelian untuk sludge, mineral dan
garam, pengadaan dari unit usaha lain (bungkil kelapa sawit dari
PKS) dan pengolahan sendiri (pelepah sawit).

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI ………………… BAB IV Hal 25
5.1. Aspek Finansial

5.1.1. Penerimaan Usaha Integrasi Sawit Sapi

Penerimaan usaha integrasi sawit sapi terdiri dari nilai penjualan


produk utama yaitu ternak sapi siap potong hasil penggemukan dan
ternak sapi betina bibit sebar hasil pembibitan. Seluruh kelompok
ternak yang dijual kecuali ternak sapi betina bibit sebar yang
digunakan untuk pengembangbiakan adalah untuk tujuan dipotong.
Harga dapat mengalami perubahan karena tidak hanya tergantung
pada performance (bobot) ternak sapi, bagsa dan jenis kelamin
ternak, tujuan pembelian oleh konsumen tetapi juga sangat
tergantung pada waktu penjualan (permintaan pasar). Harga jual
ternak sapi potong pada saat menjelang hari besar keagamaan
(puasa, idul fitri dan idul adha) relatif lebih tinggi dibanding hari
biasa. Untuk memudahkan analisis maka digunakan standar harga
yang diperoleh dari harga jual rata-rata tahun 2012 seperti disajikan
pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1. Standar Harga Jual Ternak Sapi Usaha Integrasi Sawit
Sapi PTPN VI
Harga (Rp/ekor)
No Kelompok Ternak Sapi
Bali PO
1 Sapi Siap Potong (Penggemukan) 8.000.000 9.000.000
2 Betina Bibit Sebar 5.500.000 6.300.000
3 Induk Afkir 7.000.000 7.000.000
4 Pejantan Afkir 7.500.000 8.000.000
5 Betina Majir (Culling) 5.500.000 6.000.000

Menggunakan standar harga hidup ternak sapi maka penerimaan


usaha ternak untuk kelompok produk utama (ternak sapi siap
potong hasil penggemukan dan ternak sapi betina bibit sebar) serta
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

ternak sapi yang sudah tidak produktif (afkir dan majir) seperti pada
Tabel 5.2. dan 5.3.
Tabel 5.2. Penerimaan Usaha Integrasi Sawit Sapi dari Program
Penggemukan dan Pembibitan (juta rupiah)
Bali PO
Tahun Siap Siap Bibit Total
Bibit Sebar Jumlah Jumlah
Potong Potong Sebar
2012 5,146 - 5,146 5,789 - 5,789 10,934
2013 5,184 - 5,184 5,832 - 5,832 11,016
2014 5,500 309 5,808 6,068 310 6,378 12,187
2015 6,001 966 6,967 6,342 959 7,301 14,268
2016 6,093 1,692 7,785 6,537 1,660 8,198 15,982
2017 6,237 2,279 8,516 6,804 2,210 9,013 17,529
2018 6,789 2,485 9,274 6,368 2,374 8,743 18,017
2019 7,348 2,690 10,038 6,760 2,520 9,281 19,319
2020 7,687 2,815 10,503 6,917 2,580 9,497 20,000
2021 7,862 2,880 10,741 6,893 2,571 9,464 20,205
2022 8,005 2,932 10,938 6,825 2,546 9,372 20,309
2023 8,092 2,964 11,056 6,696 2,498 9,195 20,251
2024 8,150 2,986 11,135 6,535 2,438 8,974 20,109
2025 8,195 3,002 11,197 6,362 2,374 8,736 19,933
2026 8,227 3,014 11,241 6,178 2,305 8,484 19,724

Penerimaan tahun 1 dan 2 proyek relatif sama dan seluruhnya


berasal dari penggemukan ternak sapi bakalan yang dipasok dari
luar. Penerimaan sedikit mengalami penurunan pada tahun ke-3
seiring dengan berkurangnya pasokan eksternal sapi bakalan
program penggemukan dan tahun ke-4 penerimaan akan mulai di
dominasi dari ternak usaha pembibitan sendiri. Setelah tahun ke-5
semua seluruh penerimaan usaha merupakan hasil pembibitan
sendiri baik bakalan maupun ternak sapi bibit. Secara umum
penerimaan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun sesuai
dengan perkembangan skala usaha integrasi sawit sapi tetapi tetap
didominasi oleh penjualan ternak hasil penggemukan sapi bakalan
sendiri.

Sumber penerimaan lain usaha integrasi sawit sapi adalah hasil


penjualan ternak sapi yang sudah tidak produktif baik berupa

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) …............……… BAB V Hal 2
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

pejantan dan induk afkir maupun ternak sapi betina muda yang
tidak lolos seleksi karena memiliki kemampuan reproduksi rendah
(majir). Harga jual kelompok ternak sapi ini dengan umur yang sama
relatif lebih rendah dan digunakan sebagai ternak sapi potong.
Penerimaan usaha integrasi dari ketiga kelompok jenis ternak sapi
pada masing-masing bangsa sapi sepanjang umur proyek disajikan
pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3. Penerimaan Usaha Integrasi Sawit Sapi dari Hasil
Penjualan Ternak Sapi Non-Produktif (juta rupiah)
Bali PO
Tahun Afkir Afkir Total
Majir Jumlah Majir Jumlah
Induk Jantan Induk Jantan
2012 - - - - - - - - -
2013 - - - - - - - - -
2014 - - 51 51 - - 47 47 -
2015 - - 175 175 - - 164 164 -
2016 307 33 313 654 286 35 292 612 307
2017 1,060 114 429 1,603 985 121 396 1,502 1,060
2018 1,899 203 467 2,569 1,756 216 425 2,397 1,899
2019 2,599 278 505 3,382 2,383 293 451 3,127 2,599
2020 2,829 303 529 3,660 2,555 314 461 3,331 2,829
2021 3,062 328 540 3,930 2,712 334 460 3,506 3,062
2022 3,203 343 550 4,097 2,775 342 455 3,572 3,203
2023 3,276 351 556 4,183 2,766 340 446 3,552 3,276
2024 3,336 357 560 4,253 2,739 337 436 3,511 3,336
2025 3,372 361 563 4,296 2,687 331 424 3,442 3,372
2026 3,396 364 566 4,325 2,622 323 412 3,357 3,396

Penerimaan dari kelompok sapi non-produktif baru diperoleh pada


tahun ke-3 (2014) kegiatan proyek untuk ternak sapi betina muda
majir dan tahun ke-5 (2018) untuk ternak sapi induk dan pejantan
afkir. Pejantan dan induk afkir selanjutnya dilakukan penggantian
(replacement) dengan cara seleksi betina dan jantan muda hasil
pembibitan sendiri sehingga tidak dibutuhkan penambahan bibit
dari luar. Hal ini berarti bahwa pemeliharaan ternak sapi betina
muda hasil pembibitan disamping untuk pengembangan usaha juga
sebagai ternak pengganti induk afkir. Proses afkir pejantan dan
induk dilakukan secara bertahap dan diambil dari 25% hasil seleksi

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) …............……… BAB V Hal 3
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

ternak sapi remaja umur 1 – 2 tahun. Secara umum trend


penerimaan dari kelompok produk ini mengalami peningkatan dari
tahun ketahun dengan sedikit lonjakan pada tahun ke 5 dan 6
(2016 – 2017).
Sumber penerimaan lain adalah pupuk organik padat yang berasal
dari limbah kandang litter yang nilainya diprediksi dengan
menggunakan asumsi bahwa setiap ekor ternak sapi yang dipelihara
dengan kandang sistem litter menghasilkan paling sedikit 10 kg
feses setiap hari. Untuk estimasi produk limbah kandang dalam
satu tahun, maka untuk ternak bibit menggunakan jumlah hari 360
sedangkan untuk penggemukan dan bibit sebar menggunakan
jumlah hari 180. Penerimaan dari limbah kandang disebut sebagai
penerimaan tersamar karena ada kemungkinan digunakan untuk
pupuk tanaman sawit milik PTPN VI sendiri (tidak ada proses
transaksi tunai). Berdasarkan asumsi tersebut maka dapat
diperkirakan nilai penerimaan tersamar dari penjualan limbah
kandang dalam bentuk pupuk organik padat dengan harga minimal
Rp. 500/kg seperti pada Tabel 5.4.
Tabel 5.4. Penerimaan Usaha Integrasi Sawit Sapi dari Hasil
Penjualan Limbah Kandang (juta rupiah)
Volume Limbah Basah (ton) Volume Estimasi
Tahun Kandang Bibit Kandang Fattening Kering Nilai (Rp.
Jumlah (Ton) Juta)
Bali PO Bali PO
2012 269 323 1,158 1,274 3,023 1,814 907
2013 1,639 1,966 1,166 1,283 6,054 3,633 1,816
2014 4,036 4,896 1,237 1,335 11,504 6,902 3,451
2015 6,603 7,871 1,350 1,395 17,220 10,332 5,166
2016 8,426 9,944 1,371 1,438 21,179 12,707 6,354
2017 9,251 10,744 1,403 1,497 22,895 13,737 6,868
2018 10,014 11,408 1,527 1,401 24,351 14,611 7,305
2019 10,491 11,688 1,653 1,487 25,320 15,192 7,596
2020 10,738 11,658 1,730 1,522 25,647 15,388 7,694
2021 10,936 11,546 1,769 1,516 25,768 15,461 7,730
2022 11,058 11,332 1,801 1,502 25,692 15,415 7,708
2023 11,138 11,062 1,821 1,473 25,494 15,297 7,648
2024 11,201 10,769 1,834 1,438 25,242 15,145 7,572
2025 11,245 10,459 1,844 1,400 24,948 14,969 7,484
2026 11,282 10,144 1,851 1,359 24,636 14,781 7,391

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) …............……… BAB V Hal 4
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

Berdasarkan kepada ketiga sumber penerimaan tersebut maka


penerimaan usaha integrasi sawit sapi sebelum pajak (PPh dan
Pajak Keuntungan Perusahaan) disajikan pada Tabel 5.5. Komposisi
penerimaan pada Tabel 5.5 menunjukkan bahwa proporsi
penerimaan dari produk utama dan limbah kandang semakin kecil
sedangkan untuk penerimaan dari penjualan ternak non-produktif
semakian besar tetapi nilai penjualan tetap di dominasi oleh sumber
produk utama.
Tabel 5.5. Total Penerimaan Usaha Integrasi Sawit Sapi dari Seluruh
Jenik Kelompok Produk (juta rupiah)
Sumber Penerimaan Komposisi (%)
Tahun Jumlah
PU PNP POP PU PNP POP
2012 10,934 - 907 11,841 92.34 - 7.66
2013 11,016 - 1,816 12,832 85.85 - 14.15
2014 12,187 98 3,451 15,736 77.44 0.62 21.93
2015 14,268 339 5,166 19,773 72.16 1.71 26.13
2016 15,982 1,266 6,354 23,602 67.72 5.36 26.92
2017 17,529 3,105 6,868 27,502 63.74 11.29 24.97
2018 18,017 4,966 7,305 30,288 59.48 16.40 24.12
2019 19,319 6,510 7,596 33,425 57.80 19.48 22.73
2020 20,000 6,991 7,694 34,685 57.66 20.16 22.18
2021 20,205 7,436 7,730 35,372 57.12 21.02 21.85
2022 20,309 7,669 7,708 35,686 56.91 21.49 21.60
2023 20,251 7,735 7,648 35,634 56.83 21.71 21.46
2024 20,109 7,765 7,572 35,446 56.73 21.91 21.36
2025 19,933 7,738 7,484 35,155 56.70 22.01 21.29
2026 19,724 7,682 7,391 34,797 56.68 22.08 21.24
Keterangan: PU = Penjualan Produk Utama,
PNP = Penjualan Sapi Non-Produktif.
POP = Nilai Pupuk Organik Padat

5.1.2. Biaya Investasi Usaha Integrasi Sawit Sapi


Investasi usaha integrasi sawit sapi dilakukan secara bertahap
selama beberapa tahun sampai tercapai suatu kondisi dimana
populasi dan produksi menjadi stabil yaitu sampai tahun 2019
(tahun ke-7). Biaya investasi mencakup pengadaan ternak sapi bibit,
kandang dan sarana pendukung, mesin dan peralatan pengolahan

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) …............……… BAB V Hal 5
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

pakan serta kendaraan untuk operasional. Untuk pengembangan


usaha integrasi sawit sapi maka dibutuhkan investasi sebesar Rp.
75 Milyar yang bersumber dari 20% dana sendiri atau PTPN VI (Rp.
15 Milyar) dan 80% kredit investasi atau pinjaman (Rp. 60 Milyar).
Proses pencairan dana investasi tidak dilakukan secara langsung
tetapi dilakukan secara bertahap selama 3 tahun (tahun 2013 –
2015). Periode proyek adalah 15 tahun sehingga jangka waktu
pengembalian pinjaman kredit investasi akan bervariasi sesuai
dengan periode pencairan dana seperti disajikan pada Tabel 5.6.
Tabel 5.6. Tahapan Pencairan Dana Investasi Usaha Integrasi Sawit
Sapi

Total Investasi Sumber Pendanaan Jangka Waktu


Tahun
(Rp Milyar) PTPN VI Kredit Bank Kredit (tahun)
2013 30 6 24 14
2014 25 5 20 13
2015 20 4 16 12
Jumlah 75 15 60

Penggunaan dana investasi tidak hanya untuk menutupi biaya


investasi tetapi untuk biaya operasional. Khusus untuk dana
investasi yang bersumber dari pinjaman akan dikembalikan dalam
bentuk angsuran (anuitas) bulanan dengan besaran sesuai dengan
jumlah dan jangka waktu pinjaman. Menggunakan pendekatan
anuitas biasa (ordinary annuity) maka cicilan tahunan yang harus
dibayarkan usaha integrasi sawit sapi pada tingkat suku bunga 12%
pa (pertahun) disajikan pada Tabel 5.7.
Tabel 5.7. Besaran Cicilan Dana Investasi Usaha Integrasi Sawit
Sapi untuk Masing-masing Periode Pinjaman

Tahun Total Pinjaman Jangka Waktu Angsuran Pertahun


Pinjaman (Rp Milyar) Kredit (tahun) (Rp Milyar)

2013 24 14 3,621
2014 20 13 3,114
2015 16 12 2,695

Menggunakan tahapan pencairan kredit di atas, maka diharapkan


pada tahun 2026 (umur proyek mencapai 15 tahun) seluruh kredit
dana investasi yang dipinjam telah lunas dikembalikan.

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) …............……… BAB V Hal 6
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

Penggunaan dana untuk investasi berbagai jenis investasi mulai dari


pengadaan sapi induk dan pejantan, pembangunan kandang dan
perlengkapan serta sarana dan prasarana penunjang lainnya (biaya
tetap) pada setiap periode proyek dalam usaha integrasi sawit sapi
disajikan pada Tabel 5.8.

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) …............……… BAB V Hal 7
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

Tabel 5.8. Penggunaan Dana Investasi untuk Sarana dan Prasarana Produksi (Biaya Tetap) Usaha Integrasi Sawit
Sapi PTPN VI Selama 7 Tahun Proyek (Juta Rupiah)
TAHUN PROYEK
No Komponen Biaya
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
1 Pengadaan Ternak Bibit 3,498.00 8,745.00 9,328.00 5,830.00 - -
2 Kandang Fattening (Modifikasi eks Pabrik)
a. Rehab Ex-Sand Trap 78.76
b. Rehab Ex-Sisi Gudang Ball 142.23
c. Rehab Ex-Bangunan Garasi 35.60
d. Rehab Ex-Bangunan Work Shop 30.47
e. Penggantian atap Fiber Glass 199.67
3 Kandang Pembibitan
a. Kandang Ternak Bibit 990.00 2,542.01 2,796.69 2,519.73 962.63 1,059.08 791.78 457.52
b. Kandang Umbaran 195.28 195.28
c. Kandang Induk Bunting>9 bl/Melahirkan - 114.20 279.66 310.00 255.39 77.12 74.73 38.85
d. Kandang Pedet - 189.86 464.93 515.55 425.18 129.28 125.76 66.34
4 Sarana Pendukung
a. Kandang Isolasi - 180.00 - - - - - -
b. Kandang Karantina - 150.00 - - - - - -
c. Kandang Jepit - 75.00 - - - - - -
d. Poskeswan (Ruang kerja Dokter Hewan) 17.40 - - - - - - -
e. Kantor (Rehab dan Pengadaan) 76.80 -
f. Rumah Karyawan (Rehab) -
- Karyawan Pimpinan G II No. 1 162.18
- Karyawan Pimpinan G II No. 2 79.95
- Karyawan Pimpinan G II No. 3 142.54

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) …............……… BAB V Hal 8
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

TAHUN PROYEK
No Komponen Biaya
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
- Karyawan Pelaksana G II No. 4 137.70
- Karyawan Pelaksana G II No. 5 45.07
- Mess Karyawan (Ex-Labor CRF) 191.80
g. Gudang Material (Rehab Ex-Lumb) 103.00
h. Bio-Security dan Dipping 3.35
i. Bongkar Muat Ternak 12.50
5 Peralatan
a. Chopper 363.00 - 242.00 242.00 181.50 60.50 60.50 60.50
b. Mixer 140.18 - - - - - 140.18 -
c. Pemasangan (instalasi dan Bangunan) 150.00 - - - - - 150.00 -
d. Dump Truck 550.00 1,232.84 1,903.24 1,933.65 1,236.42 602.62 543.70 503.12
e. Mobil Manager Usaha 225.00 225.00 450.00 - - - - 225.00
f. Gerobak Motor (Viar) 27.19 27.19 27.19 27.19 27.19 27.19 27.19 -
g. Timbangan 50.72 - - - - - - -
6 Instalasi dan Sarana Lainnya
a. Instalasi Listrik
- Genset Yanmar dan Panel Listrik dll 55.18 55.18
- Pemasangan 7.50 7.50
b. Instalasi Air (Sumur Pompa) 30.66 7.67
c. Mesin rumput 4.94 4.94
d. Perbaikan saluran air, taman dan lingkungan 125.00 37.50
e. Alat dan perlengkapan bengkel 102.86
JUMLAH 7,766.76 13,688.88 15,687.00 11,378.12 3,088.31 1,955.79 2,026.63 1,351.34

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) …............……… BAB V Hal 9
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

5.1.3. Biaya Operasional Usaha Integrasi Sawit Sapi


Ternak sapi bakalan yang dibeli tergolong dalam input tidak tetap
(input variabel) sehingga tergolong pada biaya operasional karena
siklus produksi tidak sampai pada satu periode proyek dan dapat
berubah sesuai dengan kebutuhan produksi. Komponen biaya
operasional lain adalah biaya pakan yang terbagi dua kelompok
yaitu biaya pembelian dan pengolahan pakan. Pengadaan bahan
pakan berupa bungkil kelapa sawit, sludge, mineral dan garam
termasuk obat-obatan ditentukan berdasarkan harga pembelian
sedangkan untuk pakan utama berupa rajangan pelepah sawit
ditentukan berdasarkan biaya operasional untuk pembuatan pakan
yang mencakup biaya bahan bakar mesin choper dan mixer serta
upah tenaga kerja (KHL). Seluruh komponen biaya sesuai dengan
kebutuhan termasuk biaya tenaga kerja yang terdiri dari tenaga
kerja tetap (KHT) dan tidak tetap (KHL) serta biaya adminsitrasi
untuk kelancaran operasional usaha integrasi sawit sapi. Pada
periode 2012 – 2014 biaya pengadaan sapi bakalan mendominasi
biaya operasional dan setelah tahun 2015 seiring dengan
tersedianya sapi bakalan hasil pembibitan sendiri maka biaya
operasional akan didominasi oleh biaya pakan baik pembelian pakan
maupun biaya pengolahan pelepah sawit. Mulai pada tahun 2018
seluruh ternak sapi bakalan bersumber dari hasil pembibitan
sendiri sehingga tidak ada lagi komponen biaya pengadaan sapi
bakalan untuk tujuan penggemukan.
Perkiraan penggunaan dana untuk kebutuhan biaya operasional
selama 15 tahun proyek usaha integrasi sawit dan sapi disajikan
pada Tabel 5.9.

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) …............……… BAB V Hal 10
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

Tabel 5.9. Penggunaan Dana Investasi untuk Operasional (Biaya Variabel) Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI
Selama 15 tahun Proyek (Juta Rupiah)
TAHUN PROYEK
No Komponen Biaya
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026
1 Pengadaan Ternak Bakalan 7.102,00 7.155,00 6.572,00 4.770,00 2.385.00 530,00 - - - - - - - - -

2 Bahan Pakan Non-Pelepah Sawit

a. Bungkil Kelapa Sawit 865.84 1.806.19 3.257.89 4.732.79 5.675.88 6.135.53 6.550.24 6.827.01 6.934.00 6.984.67 6.982.94 6.948.39 6.898.96 6.838.32 6.772.25

b. Sludge 306.23 638.82 1.152.27 1.673.91 2.007.47 2.170.04 2.316.72 2.414.60 2.452.44 2.470.37 2.469.76 2.457.54 2.440.05 2.418.61 2.395.24

c. Garam 2.28 4.75 8.57 12.45 14.94 16.15 17.24 17.97 18.25 18.38 18.38 18.29 18.16 18.00 17.82

d. Mineral 3.83 7.99 14.40 20.92 25.09 27.13 28.96 30.18 30.66 30.88 30.87 30.72 30.50 30.23 29.94

e. Obat-obatan 22.32 22.49 23.57 25.04 25.45 25.29 26.46 28.38 29.40 29.73 29.90 29.84 29.66 29.43 29.15

3 Bahan Bakar Minyak

a. Operasional Chopper 189.00 189.00 300.07 435.91 522.78 565.11 603.31 628.80 638.66 643.33 643.17 639.98 635.43 629.85 623.76

b. Operasional Mixer 63.00 82.04 147.98 214.97 257.81 278.69 297.52 310.09 314.95 317.26 317.18 315.61 313.36 310.61 307.61

c. Dump Truck 564.68 1.177.96 2.124.74 3.086.64 3.701.71 4.001.48 4.271.95 4.452.45 4.522.23 4.555.28 4.554.15 4.531.62 4.499.38 4.459.84 4.416.75

d. Gerobak Motor 3.24 6.48 9.72 12.96 16.20 19.44 19.44 19.44 19.44 19.44 19.44 19.44 19.44 19.44 19.44

e. Mobil Operasional 61.56 61.56 92.34 92.34 92.34 92.34 92.34 92.34 92.34 92.34 92.34 92.34 92.34 92.34 92.34

4 Karyawan Harian Lepas (KHL)

a. Operator Chopper 172.80 172.80 288.00 403.20 489.60 518.40 576.00 576.00 576.00 576.00 576.00 576.00 576.00 576.00 576.00

b. Operator Mixer 43.20 43.20 86.40 129.60 172.80 172.80 259.20 259.20 259.20 259.20 259.20 259.20 259.20 259.20 259.20

c. Supir Dump Truck 90.00 180.00 315.57 406.14 487.07 526.51 562.10 585.85 585.85 585.85 585.85 585.85 585.85 585.85 585.85

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) …............……… BAB V Hal 11
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

TAHUN PROYEK
No Komponen Biaya
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026
d. Kernet Dump Truck 57.60 144.00 259.20 331.20 532.80 417.60 449.68 468.68 468.68 468.68 468.68 468.68 468.68 468.68 468.68

e. Operator Gerobak Motor 28.80 57.60 72.00 115.20 129.60 144.00 144.00 158.40 158.40 158.40 158.40 158.40 158.40 158.40 158.40

f. Anak Kandang 94.35 380.71 778.36 1.195.96 1.462.36 1.635.80 1.759.74 1.835.05 1.863.99 1.876.39 1.874.75 1.863.96 1.848.99 1.831.00 1.811.50

g. Security (Satpam) 36.00 36.00 72.00 72.00 72.00 108.00 108.00 108.00 108.00 108.00 108.00 108.00 108.00 108.00 108.00

5 Karyawan Tetap

a. Manajer 96.00 96.00 96.00 96.00 96.00 96.00 96.00 96.00 96.00 96.00 96.00 96.00 96.00 96.00 96.00

b. Kepala Operasional 78.00 78.00 78.00 78.00 78.00 78.00 78.00 78.00 78.00 78.00 78.00 78.00 78.00 78.00 78.00

c. Asisten Manager 132.00 132.00 132.00 132.00 132.00 132.00 132.00 132.00 132.00 132.00 132.00 132.00 132.00 132.00 132.00

d. Dokter hewan 48.00 48.00 48.00 48.00 48.00 48.00 48.00 48.00 48.00 48.00 48.00 48.00 48.00 48.00 48.00

e. Mantri Keswan - 36.00 36.00 36.00 72.00 72.00 72.00 72.00 72.00 72.00 72.00 72.00 72.00 72.00 72.00

f. Teknisi dan Laboratorium 108.00 108.00 108.00 216.00 216.00 216.00 216.00 216.00 216.00 288.00 288.00 288.00 288.00 288.00 288.00

g. Karyawan administrasi 120.00 120.00 144.00 144.00 192.00 192.00 192.00 192.00 192.00 192.00 192.00 192.00 192.00 192.00 192.00
Operasional Kantor
6
(Administrasi)
a. Alat Tulis dan Kantor 48.42 85.49 143.33 202.20 239.50 257.92 274.23 286.12 290.70 292.60 292.33 290.61 288.22 285.36 282.27

b. Lainnya 24.21 42.74 71.67 101.10 119.75 128.96 137.11 143.06 145.35 146.30 146.16 145.30 144.11 142.68 141.13

JUMLAH 10,361.37 12,912.83 16,432.09 18,784.55 19,264.14 18,605.18 19,328.24 20,075.62 20,342.54 20,539.08 20,533.49 20,445.77 20,320.73 20,167.83 20,001.33

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) …............……… BAB V Hal 12
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

5.1.4. Cash-Flow Usaha Integrasi Sawit Sapi


Aliran tunai (cash-flow) usaha integrasi tidak hanya mencakup biaya
tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost) tetapi juga
mencakup pengeluaran untuk pembayaran cicilan dana investasi
(arus keluar) dan bunga modal (kas) yang disimpan. Sesuai dengan
besaran kredit, jangka waktu pencairan dan pengembalian, maka
besaran cicilan kredit investasi yang harus dikeluarkan usaha
integrasi sawit sapi disajikan pada Tabel 5.10.
Tabel 5.10. Besaran Cicilan Kredit Investasi yang Harus Dibayarkan
Usaha Integrasi Sawit Sapi Selama 15 Tahun Proyek
(Juta Rupiah)
Angsuran Kredit Investasi Tahap ….
No Tahun Jumlah
1 2 3
1 2012 - - - -
2 2013 3.620,91 - - 3.620,91
3 2014 3.620,91 3.113,54 - 6.734,45
4 2015 3.620,91 3.113,54 2.694,65 9.429,10
5 2016 3.620,91 3.113,54 2.694,65 9.429,10
; ; ; ; ; ;
; ; ; ; ; ;
14 2025 3.620,91 3.113,54 2.694,65 9.429,10
15 2026 3.620,91 3.113,54 2.694,65 9.429,10

Cicilan kredit investasi dimulai pada tahun 2013 sesuai dengan


periode awal pencairan kredit tahap pertama dan mengalami
peningkatan setelah tahun kedua (2014) karena ada tambahan
pencairan kredit baru pada tahun bersangkutan. Selanjutnya
setelah tahun ketiga sampai berakhirnya periode proyek investasi
maka cicilan kredit yang harus dibayarkan merupakan akumulasi
dari ketiga tahap kredit investasi dengan besaran cicilan bersifat
tetap kecuali jika terjadi perubahan skema kredit investasi seperti
perubahan tingkat suku bunga, pelunasan di depan oleh usaha
integrasi sawit sapi dan refinancing akibat adanya perubahan target
produksi.
Menggunakan asumsi bahwa sisa kas yang diperoleh setiap tahun
disimpan dalam bentuk tabungan sehingga diperoleh sumber
penerimaan (uang masuk) berupa bunga modal. Berdasarkan

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) …............……… BAB V Hal 13
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

kepada uraian tersebut dan dengan tingkat suku bunga tabungan


seperti yang berlaku sekarang yaitu 6,5% maka gambaran cash-flow
usaha integrasi sawit sapi seperti disajikan pada Tabel 5.11.
Tabel 5.11. Cash-Flow Usaha Integrasi Sawit Sapi Selama 15 Tahun
Proyek (Juta Rupiah)
Tahun Masuk Jumlah Keluar Jumlah
a. Penjualan Ternak 10,934.40 a. Investasi Kandang dan Perlengkapan 4,268.76
b. Penjualan Kompos 906.88 b. Pengadaan Sapi Bibit 3,498.00
c. Pengadaan Bakalan 7,102.00
2012
d. Operasional Usaha Integrasi 3,259.37
e. Pajak Perusahaan 98.41
Jumlah 11,841.28 Jumlah 18,226.53
a. Sisa Kas Tahun Sebelumnya (6,385.26) a. Investasi Kandang dan Perlengkapan 4,943.88
b. Pencairan Kredit Tahap I 24,000.00 b. Pengadaan Sapi Bibit 8,745.00
c. Modal Sendiri 6,000.00 c. Pengadaan Bakalan 7,155.00
2013 d. Penjualan Ternak 11,016.00 d. Operasional Usaha Integrasi 5,757.83
e. Penjualan Kompos 1,816.32 e. Angsuran kredit 3,620.91
f. Pajak Perusahaan 99.14
Jumlah 36,447.06 Jumlah 30,321.77
a. Sisa Kas Tahun Sebelumnya 6,125.30 a. Investasi Kandang dan Perlengkapan 6,359.00
b. Bunga Kas Disimpan 398.14 b. Pengadaan Sapi Bibit 9,328.00
c. Pencairan Kredit Tahap II 20,000.00 c. Pengadaan Bakalan 6,572.00
2014 d. Modal Sendiri 5,000.00 d. Operasional Usaha Integrasi 6,340.83
e. Penjualan Ternak 12,284.83 e. Angsuran kredit 6,734.45
f. Penjualan Kompos 3,451.20 f. Pajak Perusahaan 104.17
Jumlah 47,259.47 35,438.45
a. Sisa Kas Tahun Sebelumnya 11,821.02 a. Investasi Kandang dan Perlengkapan 5,548.12
b. Bunga Kas Disimpan 768.37 b. Pengadaan Sapi Bibit 5,830.00
c. Pencairan Kredit Tahap III 16,000.00 c. Pengadaan Bakalan 4,770.00
2015 d. Modal Sendiri 4,000.00 d. Operasional Usaha Integrasi 14,014.55
c. Penjualan Ternak 14,606.88 e. Angsuran kredit 9,429.10
d. Penjualan Kompos 5,165.88 f. Pajak Perusahaan 111.29
Jumlah 52,362.15 39,703.06
a. Sisa Kas Tahun Sebelumnya 12,659.08 a. Investasi Kandang dan Perlengkapan 3,088.31
b. Bunga Kas Disimpan 822.84 b. Pengadaan Bakalan 4,770.00
c. Penjualan Ternak 17,248.53 c. Operasional Usaha Integrasi 16,879.14
2016
d. Penjualan Kompos 6,353.73 d. Angsuran kredit 9,429.10
e Pajak Perusahaan 113.83
Jumlah 37,084.18 34,280.38

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) …............……… BAB V Hal 14
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

Tahun Masuk Jumlah Keluar Jumlah


a. Sisa Kas Tahun Sebelumnya 2,803.80 a. Investasi Kandang dan Perlengkapan Nilai Buku
b. Bunga Kas Disimpan 182.25 b. Pengadaan Sapi Bibit -
c. Penjualan Ternak 20,633.73 c. Pengadaan Bakalan 530.00
2017 d. Penjualan Kompos 6,868.45 d. Operasional Usaha Integrasi 18,075.18
e. Angsuran kredit 9,429.10
f. Pajak Perusahaan 0.64
Jumlah 30,488.23 28,034.92
a. Sisa Kas Tahun Sebelumnya 2,453.31 a. Investasi Kandang dan Perlengkapan 2,026.63
b. Bunga Kas Disimpan 159.47 b. Pengadaan Sapi Bibit -
c. Penjualan Ternak 22,982.54 c. Pengadaan Bakalan -
2018 d. Penjualan Kompos 7,305.35 d. Operasional Usaha Integrasi 19,328.24
e. Angsuran kredit 9,429.10
f. Pajak Perusahaan 119.05
Jumlah 32,900.67 30,903.01
a. Sisa Kas Tahun Sebelumnya 1,997.66 a. Investasi Kandang dan Perlengkapan 1,351.34
b. Bunga Kas Disimpan 129.85 b. Pengadaan Sapi Bibit -
c. Penjualan Ternak 25,828.63 c. Pengadaan Bakalan -
2019 d. Penjualan Kompos 7,595.92 d. Operasional Usaha Integrasi 20,075.62
e. Angsuran kredit 9,429.10
f. Pajak Perusahaan 127.73
Jumlah 35,552.06 30,983.79
a. Sisa Kas Tahun Sebelumnya 4,568.26 a. Investasi Kandang dan Perlengkapan 189.64
b. Bunga Kas Disimpan 296.94 b. Pengadaan Sapi Bibit -
c. Penjualan Ternak 26,991.05 c. Pengadaan Bakalan -
2020 d. Penjualan Kompos 7,694.18 d. Operasional Usaha Integrasi 20,342.54
e. Angsuran kredit 9,429.10
f. Pajak Perusahaan 132.31
Jumlah 39,550.43 30,093.59
a. Sisa Kas Tahun Sebelumnya 9,456.85 a. Investasi Kandang dan Perlengkapan 141.25
b. Bunga Kas Disimpan 614.69 b. Operasional Usaha Integrasi 20,539.08
2021 c. Penjualan Ternak 27,641.18 c. Angsuran kredit 9,429.10
d. Penjualan Kompos 7,730.40 d Pajak Perusahaan 133.76
Jumlah 45,443.12 30,243.20
a. Sisa Kas Tahun Sebelumnya 15,199.92 a. Operasional Usaha Integrasi 20,533.49
b. Bunga Kas Disimpan 987.99 b. Angsuran kredit 9,429.10
2022 c. Penjualan Ternak 27,978.25 c Pajak Perusahaan 134.57
d. Penjualan Kompos 7,707.72
Jumlah 51,873.89 30,097.16

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) …............……… BAB V Hal 15
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

Tahun Masuk Jumlah Keluar Jumlah


a. Sisa Kas Tahun Sebelumnya 21,776.73 a. Operasional Usaha Integrasi 20,445.77
b. Bunga Kas Disimpan 1,415.49 b. Angsuran kredit 9,429.10
2023 c. Penjualan Ternak 27,985.94 c Pajak Perusahaan 134.30
d. Penjualan Kompos 7,648.25
Jumlah 58,826.41 30,009.17
a. Sisa Kas Tahun Sebelumnya 28,817.25 a. Operasional Usaha Integrasi 20,320.73
b. Bunga Kas Disimpan 1,873.12 b. Angsuran kredit 9,429.10
2024 c. Penjualan Ternak 27,873.73 c Pajak Perusahaan 133.48
d. Penjualan Kompos 7,572.47
Jumlah 66,136.58 29,883.31
a. Sisa Kas Tahun Sebelumnya 36,253.26 a. Operasional Usaha Integrasi 20,167.83
b. Bunga Kas Disimpan 2,356.46 b. Angsuran kredit 9,429.10
2025 c. Penjualan Ternak 27,670.42 c Pajak Perusahaan 132.44
d. Penjualan Kompos 7,484.44
Jumlah 73,764.59 29,729.37
a. Sisa Kas Tahun Sebelumnya 44,035.21 a. Operasional Usaha Integrasi 20,001.33
b. Bunga Kas Disimpan 2,862.29 b. Angsuran kredit 9,429.10
2026 c. Penjualan Ternak 27,406.34 c Pajak Perusahaan 131.18
d. Penjualan Kompos 7,390.70
Jumlah 81,694.55 29,561.61
SISA KAS SELAMA 15 PERIODE 52,132.93

Berdasarkan sisa kas akhir periode proyek sebesar Rp. 52,123


Milyar, maka secara umum dana investasi yang telah dikucurkan
oleh PTPN VI sebagai induk usaha sebesar Rp. 33,226 Milyar sudah
dapat dikembalikan.

5.1.5. Kelayakan Finansial Usaha Integrasi Sawit Sapi

Berdasarkan pada penerimaan (benefit) dan pengeluaran (cost)


tahunan selama 15 tahun proyek maka dapat ditentukan kelayakan
usaha integrasi sawit sapi dengan rincian seperti pada Tabel 5.12.
Pada tingkat suku bunga 12% usaha integrasi masih layak dibiayai
yang ditandai dengan Net Present Value (NPV) positif (> 0) dan Net
Benefit Cost Ratio (Net BCR) > 1. Sebaliknya pada tingkat suku
bunga 18% usaha integrasi tidak layak untuk dibiayai karena NPV
negatif (< 0) dan Net BCR < 1. Hal ini berarti bahwa tingkat suku
bunga yang layak dalam pembiayaan investasi usaha integrasi sawit
sapi berkisar antara 12% – 18% dan berdasarkan perhitungan

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) …............……… BAB V Hal 16
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

dengan menggunakan pendekatan interpolasi diperoleh tingkat


pengembalian modal (IRR) 17,28%. Berdasarkan kepada hasil
analisis finansial maka pembiayaan investasi dengan tingkat suku
kredit perbankan di bawah 17,28% layak untuk dilakukan dan
sebaliknya pada tingkat suku bunga kredit perbankan di atas
17,28% maka investasi tidak layak untuk dilakukan.
Tabel 5.12. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Integrasi Sawit Sapi
PTPN VI
Discount Factor Present Value
Tahun Benefit Cost
B-C (DF) (PV)
Proyek
B C 12% 18% 12% 18%
0 11.841,28 18.226,53 -6.385,26 1,00 1,00 -6.385,26 -6.385,26
1 12.832,32 26.700,86 -13.868,54 0,89 0,85 -12.382,62 -11.753,00
2 15.736,03 32.223,26 -16.487,23 0,80 0,72 -13.143,52 -11.840,87
3 19.772,76 30.273,96 -10.501,20 0,71 0,61 -7.474,55 -6.391,35
4 23.602,26 22.466,28 1.135,98 0,64 0,52 721,93 585,93
5 27.502,18 20.678,45 6.823,74 0,57 0,44 3.871,97 2.982,72
6 30.287,89 21.473,91 8.813,98 0,51 0,37 4.465,43 3.264,97
7 33.424,55 21.554,69 11.869,86 0,45 0,31 5.369,32 3.726,25
8 34.685,23 20.664,49 14.020,74 0,40 0,27 5.662,74 3.730,05
9 35.371,58 20.814,10 14.557,48 0,36 0,23 5.249,57 3.282,07
10 35.685,97 20.668,06 15.017,92 0,32 0,19 4.835,37 2.869,39
11 35.634,19 20.580,07 15.054,13 0,29 0,16 4.327,70 2.437,55
12 35.446,21 20.454,21 14.992,00 0,26 0,14 3.848,07 2.057,19
13 35.154,86 20.300,27 14.854,59 0,23 0,12 3.404,29 1.727,41
14 94.289,27 20.132,51 74.156,76 0,20 0,10 15.173,94 7.308,07
NPV 17.544,41 -2.398,88
Net BCR 1,45 0,93
IRR 17,28%

5.2. Aspek Ekonomi


Usaha integrasi sawit sapi memiliki dampak ekonomi baik bagi
masyarakat sekitar lokasi proyek maupun perekonomian daerah,
antara lain:

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) …............……… BAB V Hal 17
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

a. Menyediakan kesempatan kerja dan membuka peluang usaha


bagi masyarakat sekitar lokasi usaha integrasi sawit sapi. Potensi
terbesar kesempatan kerja yang dapat diisi oleh tenaga kerja
lokal adalah sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) dan beberapa
posisi sebagai karyawan bulan atau tetap (KT). Pengisian jabatan
pada level rendah (low) dan menengah (middle) manajemen pada
tahun-tahun selanjutnya juga potensial untuk tenaga kerja lokal
dengan spesifikasi pendidikan dan pengalaman yang memadai.
Tabel 5.13. Peluang Kerja Tenaga Kerja Lokal dalam Usaha
Integrasi Sawit Sapi (orang)

Kelompok Karyawan Tenaga Kerja Lokal


Tahun Jumlah
KHL KT KHL KT Jumlah
2012 35 10 45 28 5 33
2013 67 10 77 54 5 59
2014 125 12 137 100 6 106
2015 178 15 193 142 8 150
2016 225 18 243 180 9 189
2017 236 18 254 189 9 198
2018 259 18 277 207 9 216
2019 268 18 286 214 9 223
2020 270 20 290 216 10 226
2021 270 20 290 216 10 226
2022 270 20 290 216 10 226
2023 270 20 290 216 10 226
2024 270 20 290 216 10 226
2025 270 20 290 216 10 226
2026 270 20 290 216 10 226
b. Menyediakan kebutuhan akan daging sapi serta mengurangi
tingkat ketergantungan terhadap daerah lain. Usaha integrasi
sawit sapi yang dikembangkan setelah tahun ke 5 mampu
menyediakan sekitar 4 - 5% dari kebutuhan ternak sapi siap
potong atau menggantikan 10 – 15% impor ternak sapi siap
potong Provinsi Jambi.
c. Memberikan kontribusi bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan
mengurangi aliran belanja masyarakat keluar daerah. Pajak
pertambahan nilai dan keuntungan perusahaan dapat menjadi

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) …............……… BAB V Hal 18
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

salah satu sumber penerimaan negara, sedangkan sumber


pendapatan daerah akan diperoleh dari restribusi ternak selama
proses tataniaga dan pemotongan. Potensi terbesar bagi ekonomi
daerah adalah penghematan belanja daerah untuk pemenuhan
kebutuhan ternak sapi siap potong melalui penurunan impor
bakalan dan sapi betina bibit. Penghematan belanja daerah ini
terutama setelah tahun ke-3 yaitu saat unit usaha pembibitan
telah menghasilkan bakalan dan ternak sapi betina bibit sebar.
Tabel 5.14. Perkiraan Nilai Penghematan Belanja Daerah
(Devisa) dengan Adanya Usaha Integrasi Sawit Sapi

Bakalan Sapi Bibit


Jumlah
Tahun Jumlah Nilai Jumlah Nilai (Rp Juta)
(ekor) (Rp. Juta) (ekor) (Rp. Juta)
2012 - - - - -
2013 - - - - -
2014 171 736,60 105 526,75 1.263,35
2015 591 2.540,39 328 1.639,60 4.179,99
2016 1.056 4.540,58 571 2.856,02 7.396,59
2017 1.440 6.190,14 765 3.825,49 10.015,63
2018 1.556 6.691,69 829 4.143,63 10.835,32
2019 1.670 7.179,59 889 4.445,96 11.625,56
2020 1.730 7.436,96 921 4.606,82 12.043,78
2021 1.749 7.518,73 932 4.658,52 12.177,25
2022 1.759 7.563,91 937 4.686,72 12.250,62
2023 1.756 7.548,65 936 4.677,62 12.226,28
2024 1.745 7.502,93 930 4.649,47 12.152,39
2025 1.731 7.444,26 923 4.613,19 12.057,46
2026 1.715 7.373,76 914 4.569,57 11.943,33
Keterangan: Harga Bakalan Rp. 4.3 juta/ekor dan Harga Sapi Betina Bibit Rp, 5 juta/ekor
d. Produk ikutan berupa limbah kandang yang digunakan sebagai
pupuk organik dapat menghemat penggunaan pupuk komersial
terutama bagi usaha perkebunan atau tanaman lainnya. Harga
pupuk komersial yang semakin meningkat dan posisi Provinsi
Jambi sebagai wilayah konsumen (tidak memiliki pabrik pupuk)
juga akan menghemat belanja daerah, sedangkan pada aspek
lingkungan dapat mengurangi pencemaran lingkungan akibat
penggunaan pupuk kimia.

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) …............……… BAB V Hal 19
1.6. Kesimpulan

Berdasarkan analisis pada berbagai aspek, maka dapat disimpulkan


bahwa secara umum usaha integrasi sawit sapi PTP. Nusantara
layak untuk dilaksanakan dengan rincian sebagai berikut:
a. Pada aspek komersial output utama yang dihasilkan yaitu sapi
siap potong, dan sapi betina bibit memiliki potensi pasar yang
masih sangat terbuka terutama untuk memenuhi kebutuhan
pasar domestik Provinsi Jambi.
b. Pada aspek manajemen dan kelembagaan usaha integrasi sawit
sapi cukup layak meskipun masih membutuhkan penataan
terutama terkait dengan struktur organisasi agar lebih sesuai
karakteristik usaha peternakan dan spesifikasi unit usaha
integrasi sawit sapi.
c. Pada aspek teknis dan produksi usaha integrasi sawit sapi layak
dilaksanakan karena didukung oleh ketersediaan pelepah sawit
sebagai bahan penyusun pakan utama.
d. Kebutuhan investasi untuk pengembangan usaha integrasi sawit
sapi mencapai Rp. 75 Milyar yang bersumber dari dana sendiri
sebesar Rp 15 Milyar (20%) dan pinjaman kredit investasi Rp. 60
Milyar (80%).
e. Pinjaman kredit investasi akan dilakukan secara bertahap
selama 3 (tiga) tahun proyek (2013 – 2015) dengan jangka waktu
pengembalian sesuai dengan target pelunasan pada tahun 2026.
f. Pada aspek finansial dengan tingkat pengembalian modal (IRR)
mencapai 17,25% maka usaha integrasi sawit sapi layak untuk
dibiayai melalui kredit modal investasi dengan suku bunga rata-
rata kredit investasi sekitar 12 - 14%.
g. Pada aspek ekonomi usaha integrasi sawit sapi mampu
memberikan manfaat berupa penyediaan lapangan kerja dan
Usaha Integrasi Sawit Sapi PTPN VI

berusaha bagi masyarakat sekitar, mendukung upaya


pemerintah daerah dalam penyediaan sapi siap potong dan
mengurangi ketergantungan sapi potong terhadap daerah lain
dan bahkan mampu memberikan sumbangan terhadap
penerimaan daerah (pajak dan restribusi) serta menghemat
belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan daging sapi.
h. Pada aspek lingkungan, pemanfaatan limbah kandang sebagai
sumber pupuk organik pengganti pupuk komersial untuk
tanaman perkebunan dapat meminimalisir resiko pencemaran
lingkungan akibat penggunaan pupuk kimia.

1.7. Rencana Tindak Lanjut

Berdasarkan tingkat kelayakan usaha integrasi sawit sapi pada


masing-masing aspek maka rencana kerja tindak lanjut yang akan
dilakukan, antara lain:
a. Unit usaha integrasi sawit sapi akan segera melakukan
penyusunan Prosedur Tetap (Protap) terkait dengan penataan
struktur organsiasi (kelembagaan) agar divisi tugas dan tanggung
jawab masing-masing pihak dalam manajemen usaha integrasi
sawit sapi lebih jelas.
b. PTP Nusantara VI (Persero) sebagai pemrakarsa usaha integrasi
sawit sapi akan segera melakukan penyusunan dokumen
lingkungan dalam bentuk Upaya Pengelolaan dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup atau dokumen UKL-UPL sesuai
dengan Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup bagi Usaha
dan/atau kegiatan yang tidak diwajibkan menyusun Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Wajib melakukan Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup (UPL).

Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit Sapi PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) .……….............… BAB VI Hal 2

Anda mungkin juga menyukai