Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 latar belakang

Kegawatdaruratan dalam endodontik dan infeksi adalah kasus yang dirasakan


penderita berupa sakit (nyeri) dengan berbagai frekuensi nyeri atau
pembengkakan sebelum, selama, atau sesudah perawatan saluran dengan
penyebab berupa iritan yang menimbulkan inflamasi yang hebat di pulpa atau
jaringan periradikuler (Cohen et al., 1987 cit. Walton and Torabinejad, 1997;
Lemon, 1990 cit. Walton and Torabinejad, 1997).

Sekitar 90% pasien yang datang ke tempat praktik dokter gigi dan meminta
perawatan untuk menghilangkan rasa nyeri adalah pasien yang memiliki
penyakit pulpa dan atau penyakit periapikal. Perawatan kegawatdaruratan yang
dilakukan dokter gigi bertujuan untuk menghilangkan rasa sakit dan
mengkontrol inflamasi atau infeksi yang terjadi (Stock dkk., 2004). Perawatan
lanjutan dapat dilakukan setelah kondisi pasien memungkinkan (Weine, 2004).

Sebelum perawatan endodontik rutin maupun gawat darurat dilakukan, harus


dilakukan diagnosis yang tepat untuk mengetahui penyebab sakit pasien.
Sumber penyakit, pulpa maupun periapikal, harus dapat dibedakan karena
keduanya memiliki teknik perawatan yang berbeda. Pada umumnya, kondisi
yang memerlukan perawatan kegawatdaruratan endodontik dibagi menjadi
empat kategori dan masing-masing memerlukan penanganan yang berbeda
untuk menghilangkan rasa nyerinya. Keempat kategori tersebut adalah pulpitis
akut, pulpitis akut dengan periodontitis apikal, pulpa nekrosis, dan abses
periapikal akut. Beberapa kondisi akut dapat terjadi dari inflamasi kronis dan
lesi awal inflamasi. Menentukan patogenitas yang tepat tidak begitu penting
dalam perawatan kegawat daruratan karena yang terpenting adalah
menghilangkan rasa sakit pasien (Weine, 2004).

Pemeriksaan klinis yang diperlukan sebelum melakukan perawatan


kegawatdaruratan endodontik adalah menentukan vitalitas pulpa, menganalisis
reaksi gigi yang bersangkutan terhadap perkusi, dan evaluasi radiograf. Tes
vitalitas pulpa dapat dilakukan dengan menggunakan tes termal dan tes pulpa
elektrik. Tes perkusi merupakan tes yang penting karena berguna untuk
mengetahui perluasan inflamasi ke jaringan periapikal. Radiograf diperlukan
untuk menentukan perawatan yang tepat dalam perawatan endodontik jika
waktu yang tersedia untuk menangani rasa nyeri pasien sangat sedikit (Weine,
2004).

1.2 rumusan masalah

1. Apa yang dimadsud dengan kegawatdaruratan endodontik ?


2. Bagaimana sistem penegakan diagnosa kegawatdaruratan endodontik ?
3. Apa saja klasifikasi dari kegawatdaruratan endodontik ?
4. Bagaimana pentalaksanaan dari kegawatdaruratan endodontik ?

1.3 tujuan

1. Untuk mengetahui perngertian dari kegawatdaruratan endodontik


2. Untuk mengetahui sistem penegakan diagnosa dari kegawatdaruratan
endodontik
3. Untuk mengetahui klasifikasi dari kegawatdaruratan endodontik
4. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari kegawatdaruratan endodontik
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 pengertian kegawatdaruratan endodontik

Gawat = kritis = genting = berbahaya = dekat dengan kematian sedangkan


Darurat adalah Keadaan sulit(sukar) yg tidak disangka-sangka yang
memerlukan penanggulangan segera. Kedaruratan endodontik biasanya
dikaitkan dengan rasa nyeri atau pembengkakan dan memerlukan penegakan
diagnosis serta perawatan dengan segera. Kedaruratan ini disebabkan oleh
adanya kelainan dalam pulpa dan atau jaringan periradikuler. Kebanyakan
keadaan darurat gigi adalah adanya gangguan yang tidak direncanakan di dalam
praktek sehari-hari, namun dokter gigi harus memberikan pertolongan dengan
cepat dan efektif. Kedaruratan endodontik adalah suatu tantangan, baik dalam
penegakan diagnosis maupun penatalaksanaannya.

Dalam beberapa aspek diperlukan pengetahuan dan keterampilan yang baik,


ketidakmampuan menerapkan keterampilan dan kemampuan yang baik akan
menimbulkan akibat yang membahayakan. Diagnosis danperawatan yang tidak
tepat mungkin dapat meredakan nyeri yang diderita, bahkan dapat memperparah
keadaan. Para klinisi hendaknya memiliki pengetahuan mengenai mekanisme
nyeri, penatalaksanaan pasien, diagnosis, anastesi, cara-cara pengobatan
terapeutik dan perawatan yang tepat, baik untuk jaringan lunak maupun jaringan
keras (Grossman, 1988; Walton and Torabinejad, 2002).

Kedaruratan adalah masalah yang perlu diperhatikan pasien, dokter gigi dan
stafnya. Berbagai frekuensi nyeri atau pembengkakan terjadi pada pasien
sebelum, selama atau sebuah perawatan saluran akar. Penyebabnya adalah
adanya iritan yang menimbulkan inflamasi yang hebat di dalam jaringan pulpa
atau jaringan periradikuler.

Merupakan kepuasan dan kebahagian tersendiri apabila kita berhasil


menanggulangi dengan baik seorang pasien yang datang dalam keadaan
kesakitan. Sebaliknya, tidak ada yang lebih menyesakkan hati, baik bagi pasien
maupun dokternya, selain menerima pasien yang mengalami flare-up setelah
dirawat saluran akarnya padahal pada awalnya gigi tersebut asimptomatik
(Walton ang Torabinejad, 2002).
2.2 sistem penegakan diagnosa

Pasien yang dalam keadaan sakit akan memberikan informasi dan respons serba
berlebihan dan tidak tepat. Mereka cenderung bingung dan cemas. Oleh karena
itu, harus tetap berpegang pada prinsip-prinsip dasar dan pendekatan yang
sistematik agar diagnosis akurat. Agar sampai pada diagnosis yang tepat dan
dapat menentukan sumber nyerinya, maka klinisi harus mendapatkan informasi
yang tepat mengenai riwayat medis dan riwayat giginya; mengajukan
pertanyaan mengenai riwayat, lokasi, keparahan, durasi, karakter dan stimuli
yang menyebabkan timbulnya nyeri; melakukan pemeriksaan visual pada
wajah, jaringan keras dan lunak rongga mulut; melakukan pemeriksaan
intraoral; melakukan pengetesan pulpa; melakukan tes palpasi, tes perkusi dan
melakukan pemeriksaan radiograf.

1. Riwayat medis dan gigi


Sebelum memulai prosedur yang berkaitan dengan masalah yang harus
ditanggulangi segera, riwayat medis dan giginya harus ditinjau terlebih
dahulu. Jika pasien sudah pernah datang sebelumnya, riwayat medisnya
sudah ada dan hanya perlu diperbaharui saja. Jika pasien baru, buatlah
riwayat standarnya dengan lengkap. Riwayat gigi dapat dibuat lengkap
atau seperlunya dulu yang meliputi pengumpulan data prosedur gigi yang
telah dilakukan, kronologis gejala, dan menanyakan kepada pasien
bagaimana komentar dokter gigi terakhir yang dikunjunginya

2. Pemeriksaan subyektif
Pemeriksaan subyektif dilaksanakan dengan mengajukan pertanyaan yang
berkaitan dengan riwayat penyakit, lokasi, keparahan, durasi, karakter
dan stimulus yang menimbulkan nyeri. Nyeri yang timbul karena
stimulus suhu dan menyebar, besar kemungkinan berasal dari pulpa.
Nyeri yang terjadi pada waktu mastikasi atau ketika gigi berkontak dan
jelas batasnya mungkin berasal dari periaspeks.
Tiga faktor penting yang membentuk kualitas dan kuantitas nyeri adalah
spontanitas, intensitas dan durasinya. Jika pasien mengeluhkan salah satu
gejala ini, besar kemungkinan terdapat lelainan yang cukup signifikan.
Pertanyaan yang hati-hati dan tajam akan mengorek informasi seputar
sumber nyeri yang bisa berasal dari pulpa atau periradikuler. Seorang
klinisi yang pandai akan mampu menetapkan diagnosis sementara
melalui pemeriksaan subyektif yang teliti sedangkan pemeriksaan
obyektif dan radiograf digunakan untuk konfirmasi.

3. Pemeriksaan obyektif
Tes obyektif meliputi pemeriksaan wajah, jaringan keras dan lunak
rongga mulut. Pemeriksaan visual meliputi observasi pembengkakan,
pemeriksaan dengan kaca mulut dan sonde untuk melihat karies, ada
tidaknya kerusakan restorasi, mahkota yang berubah warna, karies
sekunder atau adanya fraktur.Tes periradikuler membantu
mengidentifikasi inflamasi periradikuler sebagai asal nyeri, meliputi
palpasi diatas apeks; tekanan dengan jari atau menggoyangkan gigi dan
perkusi ringan dengan ujung gagang kaca mulut. Tes vitalitas pulpa tidak
begitu bermanfaat pada pasien yang sedanh menderita sakit akut karena
dapat menimbulkan kembali rasa sakit yang dikeluhkan. Tes dingin,
panas, elektrik dilakukan untuk memeriksa apakah gigi masih vital atau
nekrosis

4. pemeriksaan periodonsium
Pemeriksaan jaringan periodontium perlu dilakukan dengan sonde
periodontium (periodontal probe) untuk membedakan kasus endodontik
atau periodontik. Abses periodontium dapat menstimuli gejala suatu abses
apikalis akut. Pada abses periodontium lokal, pulpa biasanya masih vital
dan terdapat poket yang terdeteksi. Sebaliknya, abses apikalis akut
disebabkan oleh pulpa nekrosis. Abses – abses ini kadang kadang
berhubungan dengan sulkus sehingga sulkus menjadi dalam. Jika
diagnosis bandingnya sukar ditentukan, tes kavitas mungkin dapat
membantu mengidentifikasi status pulpa

5. pemeriksaan radiografi
Pemeriksaan radiograf berguna dalam menentukan perawatan darurat
yang tepat, memberikan banyak informasi mengenai ukuran, bentuk dan
konfigurasi sistem saluran akar. Pemeriksaan radiograf mempunyai
keterbatasan, penting diperhatikan bahwa lesi periradikuler mungkin ada,
tetapi tidak terlihat pada gambar radiograf karena kepadatan tulang
kortikal, struktur jaringan sekitarnya atau angulasi film. Demikian pula,
lesi yang terlihat pada film, ukuran radiolusensinya hanya sebagian dari
ukuran kerusakan tulang sebenarnya
2.3 klasifikasi kegawatdaruratan endodontik
1. pulpitis reversible akut
Tanda dan Gejala :
 Nyeri yang berlangsung singkat dihasilkan oleh temperatur yang ekstrem
dan kadang-kadang dengan makanan manis.
 Rasa sakit biasanya berasal dari dentin
 Pada pemeriksaan radiologis : Tidak terdapat pelebaran ligament
periodontal space

2. pulpitis irreversible akut


TANDA DAN GEJALA :
 Gejala yang persistent dari Pulpitis Reversibel à Pulpitis Irreversibel
 Durasi dan intensitas nyeri meningkat, luar biasa responsif terhadap
panas atau dingin
 Rasa sakit yang sangat, spontan atau bila kena rangsangan termal, dan
biasanya rasa sakit menetap atau berlangsung terus meskipun rangsangan
termal telah berhenti.
 Rasa sakit bertambah bila pasien dalam posisi berbaring atau
membungkuk
 Pemeriksaan Radiologis : bisa terdapat tanda-tanda awal pelebaran
ligament periodontal space

3. periodontitis apikalis akut


TANDA DAN GEJALA :
 Rasa sakit yang sangat (cekot-cekot) terutama bila digunakan untuk
menggigit dan gigi terasa menonjol
 Perkusi : (+)
 Pada pemeriksaan radiography : Terdapat pelebaran ligament periodontal
space
Pemeriksaan klinis :
 Palpasi terasa nyeri
 Gigi non vital

4. abses periapikal akut


Adalah suatu pengumpulan pus yang terlokalisasi di dalam tulang
alveolar pada apeks akar setelah matinya pulpa, dengan perluasan infeksi
melalui foramen apikal masuk ke dalam jaringan periapikal.
TANDA DAN GEJALA :
 Gigi à sangat sakit terutama untuk menggigit
 Gigi à extruded
 Gigi non vital
 Tes perkusi à (+)
 Bisa tanpa pembengkakan atau terdapat pembengkakan (bisa setempat
(fistel) atau menyebar)
 Kadang-kadang disertai reaksi umum toksisitas sistemik seperti demam,
gangguan gastrointestinal, malaise, mual, pusing, dan kurang tidur
 Pemeriksaan radiologis : Terdapat gambaran radiolusen yang tak berbatas
jelas di sekitar apikal gigi

5, accute flare up
DEFINISI : kedaruratan antar kunjungan perawatan sal. Akar
ETIOLOGI :
 Over instrumentation/over filling
 Terdesaknya irrigants/medicament/debris keluar apical foramen
 Traumatik oklusi
 Debridement sal. akar yg tidak sempurna
 Terbukanya kavitas à rekontaminasi saluran akar
TANDA & GEJALA :
 Pasien merasakan nyeri (ringan-parah) yang berkelanjutan dan nyeri bila
disentuh

6. abses periodontal akut


TANDA & GEJALA :
 Rasa sakit dan bengkak
 Dapat timbul pada pulpa vital maupun pulpa non-vital
 Probing helps in differentiating endodontic from periodontal disease.
 These abscesses occasionally communicate with the sulcus and have a
deep probing defect.
 Gigi bisa vital atau non vital
ETIOLOGY :
Pembentukan pus di dalam infrabony poket yang dalam

7. fraktur mahkota
Fraktur mahkota adalah fraktur tanpa komplikasi dan tanpa pulpa terbuka
dan fraktur dengan komplikasi dan pulpa terbuka.

8. fraktur akar
Fraktur akar merupakan kombinasi kerusakan yag terjadi pada dentin,
sementum, pulpa, dan jaringan periodontium.fraktur yang terjadi diapikal
dan di sepertiga tengah biasanya arahnya miring.

9. nekrosis pulpa dengan pembengkakan menyebar


Pada lesi-lesi ini pembengkakan terjadi dengan progresif dan menyebar
cepat ke jaringan. Kadang-kadang timbul tanda-tanda sistemik, yaitu suhu
pasien naik. Penatalaksanaan pertama yang paling penting adalah
debridemen yaitu pembuangan iritan, pembersihan dan pembentukan
saluran akar.

2.4 penatalaksanaan kegawatdaruratan endodontik

Dalam bidang Endodontik, perawatan darurat meliputi satu atau beberapa


prinsip operasi dasar sebagai berikut:

1. Menghilangkan penyebab rasa sakit.

2. Buat drainase bila ada cairan eksudat.

3. Mengistirahatkan bagian yang terkena.


4. Memberikan analgesik bila diperlukan.

Jadi jelas bahwa perawatan darurat perlu diberikan untuk menolong mengurangi
rasa sakit bagi penderita dan juga untuk memberi kesempatan melakukan
perawatan selanjutnya (Harty, 1990).

Pada gigi yang dirasakan sakit penting untuk ditentukan apakah jaringan pulpa
masih vital. Adanya sebagian jaringan yang vital dan sebagian nekrose atau
sebagian akut dan sebagian kronis dengan tidak membedakan arah perawatan
darurat yang akan dilakukan. Umumnya bila gigi menjadi sakit tanpa faktor
penyebab, seperti makanan, panas, dingin, manis atau trauma, sakit yang
mengganggu pasien tidur di malam hari, maka tampaknya pulpa terbuka
(ireversibel) dan dilakukan perawatan ekstirpasi pulpa.

1. Penatalaksanaan Pulpitis Reversibel Akut

Yang termasuk dalam kategon ini adalah pulpanya vital dan tidak peka terhadap
perkusi. Gambaran radiografik umumnya menunjukkan jaringan periapek yang
normal dan karies yang dalam. Perawatan pada umumnya adalah :

a. Pada gigi yang berakar tunggal (anterior) = pulpektomi.

b. Pada gigi berakar banyak (molar) = pulpotomi = (Bila pengambilan


janngan pulpa hanya terbatas pada pul chamber).

2. penatalaksanaan pulpitis irreversible akut

Gigi dengan diagnosis pulpitis ireversibel akut sangat responsif terhadap


rangsang dingin, rasa sakit berlangsung bermenit-menit sampai berjam-jam,
kadang – kadang rasa sakit timbul spontan, mengganggu tidur atau timbul bila
membungkuk. Perawatan darurat yang lebih baik dikakukan adalah pulpektomi
daripada terapi paliatif untuk meringankan rasa sakit.

Teknik pulpektomi adalah sebagai berikut (Grossman, 1988; Bence, 1990;


Cohen and Burn, 1994; Walton and Torabinejad, 2002) :
1. Anestesi gigi yang terserang, pasang isolator karet.

2. Buat jalan masuk ke dalam kamar pulpa, keluarkan pulpa dari kamar
pulpa dengan ekskavator atau kuret.

3. Lakukan irigasi dan debridemen di dalam kamar pulpa, temukan orifis


saluran akar dan saluran akar dieksplorasi dengan jarum Miller.

4. Tentukan panjang kerja dan jaringan pulpa diekstirpasi, kemudian lakukan


instrumentasi dengan menggunakan jarum rimer dan kikir (file) sesuai panjang
kerja.

5. Lakukan irigasi dengan larutan salin steril, larutan anetesi atau larutan
natrium hipokhlorit, kemudian keringkan saluran akar dengan poin kertas isap
(absorbentpoint )steril.

6. Masukkan gulungan kapas kecil (cotton pellet) yang dibahasi bahan


pereda sakit, misalnya eugenol atau CMCP (camphorated monochloro
phenol) ke dalam kamar pulpa kemudian tutup kavitas dengan tambalan
sementara, misalnya cavit atau semen seng oksida eugenol, hindari trauma
oklusal.

7. Pasien diberi obat analgetik yang diminum apabila timbul rasa sakit.
Premedika atau medikasi pasca perawatan dengan antibiotik diindikasikan bila
kondisi pasien secara medis membahayakan atau bila toksisitas sistemik timbul
kemudian.

Pada beberapa kasus, terutama pada gigi saluran ganda, biasanya dokter gigi
tidak cukup waktu untuk menyelesaikan seluruh ekstirpasi jaringan pulpa dan
instrumentasi saluran akar, maka dilakukan pulpotomi darurat, mengangkat
jaringan pulpa dari korona dan saluran akar yang terbesar saja. Biasanya saluran
saluran akar terbesar merupakan penyebab rasa sakit yang hebat, saluran-akar
yang kecil tidak menyebabkan rasa sakit secara signifikan. Pada kasus dengan
saluran akar yang kecil sebagai penyebabnya, pasien akan merasa sakit setelah
efek anestesi hilang. Jika hal ini terjadi, harus direncanakan perawatan darurat
lagi dan seluruh saluran akar harus dibersihkan.

3. penatalaksanaan periodontitis apilkalis akut


 Membuka atap pulpa (open bur / trepanasi) bertujuan untuk membuat
drainase eksudat keradangan

 Membebaskan oklusi (occlusal grinding)

 Membuang sisa jaringan pulpa di dalam saluran akar

 Irigasi saluran akar dengan sodium hypochloride

 Mengeringkan saluran akar

 Mengisi saluran akar dengan antibacterial dressing

 Menutup kavitas.

 Pemberian antibiotik dan analgesik dilakukan setelah drainase/perawatan


saluran akar.

4. penatalaksanaan accute flare up

 Irigasi saluran akar dengan sodium hypoclorite

 Gantilah medicament & Tumpatan sementara

 Cek oklusi

 Analgesik diperlukan

5. penatalaksanaan abses periodontal akut

Pada Pulpa vital :

 Dilakukan kuretase, debridement, drainase melalui sulkus, dan insisi


jaringan lunak

 Bila gagal : Pulpektomi

Pada Pulpa non vital :

 Dirawat seperti pada abses alveolar akut à Perawatan sal.akar


6. penatalaksanaan fraktur mahkota

 Bila segmen mahkota terbelah dan pulpa tidak terbuka (rasa sakit
biasanya akan menghilang) à Menutup dresing sedatif / pulp capping à
Restorasi

 Bila pulpa terbuka à Pulpektomi (vital) / perawatan saluran akar non vital

 Occlusal grinding

7. penatalaksanaan abses peripikal akut

1. Tindakan untuk meredakan kondisi akutnya, meliputi drainase , occlusal


grinding, debridement pulpa

2. Bila pembengkakan luas, lunak, dan menunjukkan fluktuasi à diperlukan


suatu insisi melalui jaringan lunak

3. Antibiotik diberikan setelah dilakukan drainase

8. penatalaksanaan fraktur akar

1. Fraktur di bagian sepertiga apikal

Biasanya tidak ada tanda-tanda mobilitas pada akar dan gigi. Dalam
kebanyakan kasus, didapati segmen apikal tetap vital. Oleh karena itu,
tidak ada perawatan yang diperlukan dan gigi tersebut diobservasi. Jika
terdapat nekrosis pulpa pada fragmen apikal, pengeluaran fragmen apikal
menjadi indikasi.

2. Fraktur di bagian sepertiga tengah

Perawatan yang dianjurkan adalah reposisi segera fragmen yang telah


bergeser diikuti dengan perletakan splin pasif. Posisi segmen yang
direduksi harus diperiksa secara radiografi. Setelah dilakukan reduksi,
splin pasif diletakkan selama 4 minggu untuk menjamin konsolidasi
jaringan keras yang mencukupi.

3. Fraktur di bagian sepertiga servikal


Perawatan dipilih berdasarkan posisi garis fraktur, panjang segmen akar
yang tersisa dan kehadiran segmen koronal. Kemungkinan penyembuhan
dengan jaringan terkalsifikasi adalah paling rendah pada fraktur di lokasi
ini.

9. Penatalaksanaan Nekrosis Pulpa dengan Pembengkakan Menyebar

. Penatalaksanaan pertama yang paling penting adalah debridemen yaitu


pembuangan iritan, pembersihan dan pembentukan saluran akar. Foramen
apikalis dilebarkan sampai ukuran file no. 25 agar dapat meningkatkan
aliran aksudat.

Bila pembengkakan luas, lunak dan menunjukan fluktuasi, mungkin


diperlukan insisi malalui jaringan lunak pada tulang. Mukosa di atas
daerah yang terkena dikeringkan terlebih dahulu, kemudian jaringan
disemprot dengan anestetik lokal, misalnya khlor etil. Insisi intraoral
dibuat melalui pembengkakan lunak yang mengalami fluktuasi ke plat
tulang kortikal. Suatu isolator karet atau kain kasa yang digunakan untuk
drainase dimasukkan selama beberapa hari. Pasien disarankan berkumur
dengan larutan salin hangat selama 3 sampai 5 menit setiap jam. Pada
bengkak yang difus dan cepat berkembang, harus diberikan antibiotik dan
analgetik. Antibiotik pilihan pertamanya adalah penisilin mengingat
mikroorganisme penyebab biasanya streptokokus. Jika pasien alergi
terhadap penisilin, gunakan eritromisin atau klindamisin.

BAB III

PENUTUP

3.1 kesimpulan

Keadaan darurat adalah masalah yang perlu diperhatikan pasien, dokter


gigi dan stafnya. Biasanya dikaitkan dengan nyeri atau pembengkakan
dan memerlukan penegakan diagnosis serta perawatan segera. Keadaan
darurat ini disebabkan oleh kelainan dalarn pulpa dan atau jaringan
periradikuler. Keadaan darurat juga mencakup cidera traumatic parali
yang mengakibatkan luksasi, avulsi atau fraktur. Berbagai frekuensi nyeri
atau pembengkakan dapat terjadi pada pasien sebelum, selama, atau
sesudah perawatan saluran akar. Penyebabnya adalah iritan yang
menimbulkan inflamasi yang hebat di jaringan pulpa atau di jaringan
periradikuler.

Klasifikasi kegawardaruratan endodontik :

1. Pulpitis Reversibel Akut

2. Pulpitis Irreversibel Akut

3. Periodontitis Apikalis Akut

4. Abses Periapikal Akut

5. Acute flare-up during treatment

6. Abses Periodontal Akut

7. Fraktur Mahkota

8. Fraktur Akar

9. Nekrosis pulpa dengan pembengkakan meyebar

DAFTAR PUSTAKA

Grossman, L.I., Oliet, S., Rio, C.E.D. 1995. Ilmu Endodontik Dalam
Praktek. EGC. Jakarta

Bence, R. 1990. Buku Pedoman Endodontik Klinik, terjemahan Sundoro.


Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.
Tarigan, R. 1994. Perawatan Pulpa Gigi (endodoti). Cetakan I, Jakarta :
Widya Medika.

Beer,Rudolf dkk.2012.Atlas Saku Endodontik.Jakarta: EGC .

Anda mungkin juga menyukai