PENDAHULUAN
Sekitar 90% pasien yang datang ke tempat praktik dokter gigi dan meminta
perawatan untuk menghilangkan rasa nyeri adalah pasien yang memiliki
penyakit pulpa dan atau penyakit periapikal. Perawatan kegawatdaruratan yang
dilakukan dokter gigi bertujuan untuk menghilangkan rasa sakit dan
mengkontrol inflamasi atau infeksi yang terjadi (Stock dkk., 2004). Perawatan
lanjutan dapat dilakukan setelah kondisi pasien memungkinkan (Weine, 2004).
1.3 tujuan
PEMBAHASAN
Kedaruratan adalah masalah yang perlu diperhatikan pasien, dokter gigi dan
stafnya. Berbagai frekuensi nyeri atau pembengkakan terjadi pada pasien
sebelum, selama atau sebuah perawatan saluran akar. Penyebabnya adalah
adanya iritan yang menimbulkan inflamasi yang hebat di dalam jaringan pulpa
atau jaringan periradikuler.
Pasien yang dalam keadaan sakit akan memberikan informasi dan respons serba
berlebihan dan tidak tepat. Mereka cenderung bingung dan cemas. Oleh karena
itu, harus tetap berpegang pada prinsip-prinsip dasar dan pendekatan yang
sistematik agar diagnosis akurat. Agar sampai pada diagnosis yang tepat dan
dapat menentukan sumber nyerinya, maka klinisi harus mendapatkan informasi
yang tepat mengenai riwayat medis dan riwayat giginya; mengajukan
pertanyaan mengenai riwayat, lokasi, keparahan, durasi, karakter dan stimuli
yang menyebabkan timbulnya nyeri; melakukan pemeriksaan visual pada
wajah, jaringan keras dan lunak rongga mulut; melakukan pemeriksaan
intraoral; melakukan pengetesan pulpa; melakukan tes palpasi, tes perkusi dan
melakukan pemeriksaan radiograf.
2. Pemeriksaan subyektif
Pemeriksaan subyektif dilaksanakan dengan mengajukan pertanyaan yang
berkaitan dengan riwayat penyakit, lokasi, keparahan, durasi, karakter
dan stimulus yang menimbulkan nyeri. Nyeri yang timbul karena
stimulus suhu dan menyebar, besar kemungkinan berasal dari pulpa.
Nyeri yang terjadi pada waktu mastikasi atau ketika gigi berkontak dan
jelas batasnya mungkin berasal dari periaspeks.
Tiga faktor penting yang membentuk kualitas dan kuantitas nyeri adalah
spontanitas, intensitas dan durasinya. Jika pasien mengeluhkan salah satu
gejala ini, besar kemungkinan terdapat lelainan yang cukup signifikan.
Pertanyaan yang hati-hati dan tajam akan mengorek informasi seputar
sumber nyeri yang bisa berasal dari pulpa atau periradikuler. Seorang
klinisi yang pandai akan mampu menetapkan diagnosis sementara
melalui pemeriksaan subyektif yang teliti sedangkan pemeriksaan
obyektif dan radiograf digunakan untuk konfirmasi.
3. Pemeriksaan obyektif
Tes obyektif meliputi pemeriksaan wajah, jaringan keras dan lunak
rongga mulut. Pemeriksaan visual meliputi observasi pembengkakan,
pemeriksaan dengan kaca mulut dan sonde untuk melihat karies, ada
tidaknya kerusakan restorasi, mahkota yang berubah warna, karies
sekunder atau adanya fraktur.Tes periradikuler membantu
mengidentifikasi inflamasi periradikuler sebagai asal nyeri, meliputi
palpasi diatas apeks; tekanan dengan jari atau menggoyangkan gigi dan
perkusi ringan dengan ujung gagang kaca mulut. Tes vitalitas pulpa tidak
begitu bermanfaat pada pasien yang sedanh menderita sakit akut karena
dapat menimbulkan kembali rasa sakit yang dikeluhkan. Tes dingin,
panas, elektrik dilakukan untuk memeriksa apakah gigi masih vital atau
nekrosis
4. pemeriksaan periodonsium
Pemeriksaan jaringan periodontium perlu dilakukan dengan sonde
periodontium (periodontal probe) untuk membedakan kasus endodontik
atau periodontik. Abses periodontium dapat menstimuli gejala suatu abses
apikalis akut. Pada abses periodontium lokal, pulpa biasanya masih vital
dan terdapat poket yang terdeteksi. Sebaliknya, abses apikalis akut
disebabkan oleh pulpa nekrosis. Abses – abses ini kadang kadang
berhubungan dengan sulkus sehingga sulkus menjadi dalam. Jika
diagnosis bandingnya sukar ditentukan, tes kavitas mungkin dapat
membantu mengidentifikasi status pulpa
5. pemeriksaan radiografi
Pemeriksaan radiograf berguna dalam menentukan perawatan darurat
yang tepat, memberikan banyak informasi mengenai ukuran, bentuk dan
konfigurasi sistem saluran akar. Pemeriksaan radiograf mempunyai
keterbatasan, penting diperhatikan bahwa lesi periradikuler mungkin ada,
tetapi tidak terlihat pada gambar radiograf karena kepadatan tulang
kortikal, struktur jaringan sekitarnya atau angulasi film. Demikian pula,
lesi yang terlihat pada film, ukuran radiolusensinya hanya sebagian dari
ukuran kerusakan tulang sebenarnya
2.3 klasifikasi kegawatdaruratan endodontik
1. pulpitis reversible akut
Tanda dan Gejala :
Nyeri yang berlangsung singkat dihasilkan oleh temperatur yang ekstrem
dan kadang-kadang dengan makanan manis.
Rasa sakit biasanya berasal dari dentin
Pada pemeriksaan radiologis : Tidak terdapat pelebaran ligament
periodontal space
5, accute flare up
DEFINISI : kedaruratan antar kunjungan perawatan sal. Akar
ETIOLOGI :
Over instrumentation/over filling
Terdesaknya irrigants/medicament/debris keluar apical foramen
Traumatik oklusi
Debridement sal. akar yg tidak sempurna
Terbukanya kavitas à rekontaminasi saluran akar
TANDA & GEJALA :
Pasien merasakan nyeri (ringan-parah) yang berkelanjutan dan nyeri bila
disentuh
7. fraktur mahkota
Fraktur mahkota adalah fraktur tanpa komplikasi dan tanpa pulpa terbuka
dan fraktur dengan komplikasi dan pulpa terbuka.
8. fraktur akar
Fraktur akar merupakan kombinasi kerusakan yag terjadi pada dentin,
sementum, pulpa, dan jaringan periodontium.fraktur yang terjadi diapikal
dan di sepertiga tengah biasanya arahnya miring.
Jadi jelas bahwa perawatan darurat perlu diberikan untuk menolong mengurangi
rasa sakit bagi penderita dan juga untuk memberi kesempatan melakukan
perawatan selanjutnya (Harty, 1990).
Pada gigi yang dirasakan sakit penting untuk ditentukan apakah jaringan pulpa
masih vital. Adanya sebagian jaringan yang vital dan sebagian nekrose atau
sebagian akut dan sebagian kronis dengan tidak membedakan arah perawatan
darurat yang akan dilakukan. Umumnya bila gigi menjadi sakit tanpa faktor
penyebab, seperti makanan, panas, dingin, manis atau trauma, sakit yang
mengganggu pasien tidur di malam hari, maka tampaknya pulpa terbuka
(ireversibel) dan dilakukan perawatan ekstirpasi pulpa.
Yang termasuk dalam kategon ini adalah pulpanya vital dan tidak peka terhadap
perkusi. Gambaran radiografik umumnya menunjukkan jaringan periapek yang
normal dan karies yang dalam. Perawatan pada umumnya adalah :
2. Buat jalan masuk ke dalam kamar pulpa, keluarkan pulpa dari kamar
pulpa dengan ekskavator atau kuret.
5. Lakukan irigasi dengan larutan salin steril, larutan anetesi atau larutan
natrium hipokhlorit, kemudian keringkan saluran akar dengan poin kertas isap
(absorbentpoint )steril.
7. Pasien diberi obat analgetik yang diminum apabila timbul rasa sakit.
Premedika atau medikasi pasca perawatan dengan antibiotik diindikasikan bila
kondisi pasien secara medis membahayakan atau bila toksisitas sistemik timbul
kemudian.
Pada beberapa kasus, terutama pada gigi saluran ganda, biasanya dokter gigi
tidak cukup waktu untuk menyelesaikan seluruh ekstirpasi jaringan pulpa dan
instrumentasi saluran akar, maka dilakukan pulpotomi darurat, mengangkat
jaringan pulpa dari korona dan saluran akar yang terbesar saja. Biasanya saluran
saluran akar terbesar merupakan penyebab rasa sakit yang hebat, saluran-akar
yang kecil tidak menyebabkan rasa sakit secara signifikan. Pada kasus dengan
saluran akar yang kecil sebagai penyebabnya, pasien akan merasa sakit setelah
efek anestesi hilang. Jika hal ini terjadi, harus direncanakan perawatan darurat
lagi dan seluruh saluran akar harus dibersihkan.
Menutup kavitas.
Cek oklusi
Analgesik diperlukan
Bila segmen mahkota terbelah dan pulpa tidak terbuka (rasa sakit
biasanya akan menghilang) à Menutup dresing sedatif / pulp capping à
Restorasi
Bila pulpa terbuka à Pulpektomi (vital) / perawatan saluran akar non vital
Occlusal grinding
Biasanya tidak ada tanda-tanda mobilitas pada akar dan gigi. Dalam
kebanyakan kasus, didapati segmen apikal tetap vital. Oleh karena itu,
tidak ada perawatan yang diperlukan dan gigi tersebut diobservasi. Jika
terdapat nekrosis pulpa pada fragmen apikal, pengeluaran fragmen apikal
menjadi indikasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 kesimpulan
7. Fraktur Mahkota
8. Fraktur Akar
DAFTAR PUSTAKA
Grossman, L.I., Oliet, S., Rio, C.E.D. 1995. Ilmu Endodontik Dalam
Praktek. EGC. Jakarta