Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
S1 Fisika
Disusun oleh :
NIM : 200801043
KELOMPOK : VI
GELOMBANG : A
BAB I
Pendahuluan
I.I Latar Belakang
Walter H. bratain dan John Barden pada akhir desember 1947 di bell
telephone laboratories berhasil menciptakan suatu komponen yang memepunyai
sifat menguatkan yaitu yang disebut dengan transistor. Dimana transistor
merupakan komponen elektronika yang befungsi sebagai pengut arus, stabilisaai,
penyaklaran dan lain-lain. Dalam adaptor transistor berfungsi sebagai stabilizer,
untuk penyetabil arus yang keluar dari blok filter. Keuntungan komponen
transistor ini dibanding dengan pendahulunya yakni tabung hampa, adalah ukuran
fisiknya yang sangat kecil dan ringan. Bahkan dengan tekonologi sekarang ini
ratusan ribu transistor dapat dibuat dalam satu keeping silikon (Arafh dan Ikhfan,
2012).
Kita belum mengetahui bagaimana cara kerja rangkaian bias transistor
common emitter, bagaimana cara membuat grafik cirri keluaran transistor serta
bagaimana cara menetukan besar penguatan transistor pada rangkaian common
emitter. Common emitter (CE) atau emitor bersama merupakan hubungan
transistor yang paling sering digunakan, terutama pada penguat yang
membutuhkan penguatan tegangan dan arus secara bersamaan. Hal ini
dikarenakan hubungan transistor dengan common emitter ini menghasilkan
penguatan tegangan dan arus antara sinyal input dan sinyal output. Common
emitter adalah hubungan transistor dimana kaki emitor transistor di-ground-kan
dan dipergunakan bersama untuk input dan output. Pada hubungan common
emitter ini, sinyal input dimasukan ke basis dan sinyal output-nya diperoleh dari
kaki kolektor.
BAB II
Pembahasan
Spektrum penguatan optik dari penguat TW cukup luas dan sesuai dengan
media penguatan semikonduktor, Kebanyakan penguat TW yang praktis
menunjukkan beberapa riak kecil dalam spektrum penguatan yang muncul dari
reflektifitas segi sisa. Amplifier TW lebih cocok untuk aplikasi sistem.
Sumur daerah gain adalah 80 A tebal INGAASP (celah pita 0,75 € V) dan
lapisan penghalang adalah InGaAsP tebal 130 A (celah pita 1,08 eV). Ada empat
sumur wilayah penguatan dan tiga lapisan penghalang. Panjang SOA adalah 800
μm dan reflektifitas faset adalah 0,3% (28 ). Terdiri dari banyak sumur kuantum
(daerah dengan tebal kurang dari 10 nm) yang dipisahkan oleh lapisan penghalang
dan seluruh rangkaian lapisan ini berpasir di antara lapisan semikonduktor dengan
celah yang lebih tinggi Skema struktur pita dari daerah aktif. Wafer laser diplot
menggunakan teknik pertumbuhan operasi MOCVD. Penguatan optik jalur
tunggal TЕ dan TM dan gambar noise Dari perangkat ini telah diukur fungsi
panjang gelombangnya. Arus injeksi adalah 225 mA. Gain mode TM pada kisi
yang cocok dengan struktur MQW lebih kecil daripada mode TE karena faktor
fundamentalnya.
di mana Pmeas adalah daya emisi spontan yang diukur untuk satu
polarisasi dalam bandwidth filter optik tertentu A A, G, adalah p tunggal ass gain,
n adalah efisiensi kopling total dari penguat ke meteran daya optik, R reflektifitas
modal, A adalah panjang gelombang. Penguatan terukur dan gambar noise dari
MQW SOA. Angka derau didefinisikan sebagai rasio sinyal terhadap derau dari
LABORATORIUM ELEKTRONIKA
sinyal keluaran (diperkuat) dan sinyal masukan. dalam ruang hampa, co adalah
kecepatan cahaya dalam ruang hampa, dan, h adalah Konstanta Planck, Angka
derau yang diukur adalah - 5 dB. Amplifier semikonduktor dengan wilayah aktif
sumur multiquantum (MQW) memiliki penguatan tinggi dalam polarisasi TE.
Jika proses diatas dapat tercapai maka struktur yang telah terjadi sebagai
sambungan transistor PN tersebut menjadi sebuah diode PN (anoda katoda).
Proses seperti ini membuat thyristor dalam kondisi ON sehingga dapat
mengalirkan arus di anoda menuju katoda seperti layaknya sebuah diode.
Bagaimana jika thyristor dalam kondisi OFF?. Hal ini dapat kita buktikan dengan
melakukan sebuah percobaan, Sebuah thyristor diberikan beban lampu DC dan
diberi suplai tegangan sampai pada tegangan tertentu. Telah dijelaskan di atas
bahwasanya sebuah thyristor merupakan transistor empat layer atau diodo empat
LABORATORIUM ELEKTRONIKA
lapis. Berasal dari penggabungan dua transistor yang komplemen yaitu antara
diode PNP dan NPN mempunyai karakteristik sama.
Kaki Gate juga berpolaritas positip Melalui kaki (pin) gate tersebut
memungkinkan komponen ini di trigger atau dipicu menjadi ON, yaitu dengan
memberi arus gate. Ternyata dengan memberi arus gatel yang semakin besar dapat
menurunkan tegangan breakover (Ve) sebuah SCR. Tegangan ini merupakan
tegangan minimum yang diperlukan SCR untuk menjadi ON. Sampai pada suatu
besar arus gate tertentu, ternyata akan sangat mudah membuat SCR menjadi ON.
Bahkan dengan tegangan forward yang kecil sekalipun. Misalnya 1 volt saja atau
lebih kecil lagi Sejauh ini yang dikemukakan adalah bagaimana membuat SCR
menjadi ON. Pada kenyataannya, sekali SCR mencapai keadaan. Transistor
merupakan dioda dengan dua sambungan (junction). Sambungan itu membentuk
transistor PNP maupun NPN. Ujung-ujung terminalnya berturut-turut disebut
emitor, base dan kolektor. Base selalu berada di tengah, di antara emitor dan
kolektor.
LABORATORIUM ELEKTRONIKA
Transistor seperti gambar diatas dapat disebut juga transistor bipolar atau
transistor BJT (Bipolar Junction Transistor). Transistor bipolar adalah inovasi
yang menggantikan transistor tabung (vacum tube). Selain dimensi transistor
bipolar yang relatif lebih kecil, disipasi dayanya juga lebih kecil sehingga dapat
bekerja pada suhu yang lebih dingin. Dalam beberapa aplikasi, transistor tabung
masih digunakan terutama pada aplikasi audio, untuk mendapatkan kualitas suara
yang baik, namun konsumsi dayanya sangat besar. Sebab untuk dapat melepaskan
elektron, teknik yang digunakan adalah pemanasan filamen seperti pada lampu
pijar.
tentang rangkaian penguat mana yang parameternya harus dipilih dalam kondisi
teknis yang diberikan.
Secara umum, kondisi yang diberikan hanya menentukan karakteristik
penguat superfisial, dan tidak mempengaruhi struktur rangkaian dan parameter
komponennya, dan oleh karena itu penyelesaian masalah biasanya sulit.
Dianjurkan untuk mengerjakan beberapa variasi sirkuit terlebih dahulu, sehingga
setelah membandingkannya, sirkuit yang paling sesuai dapat dipilih dengan
sukses. Sebelum melanjutkan untuk memilih atau merancang rangkaian,
persyaratan yang harus dipenuhi oleh penguat harus dirumuskan secara tepat.
Untuk tujuan ini, parameter utama dan karakteristik kompensator otomatis, yang
secara langsung menentukan prop penguat erties, harus dipastikan. Parameter dan
karakteristik tersebut adalah: (a) jenis tegangan pada keluaran sistem pengukuran
(pada masukan penguat) dan nilai tegangan pengangkat (Un), yaitu tegangan di
mana sistem yang dapat digerakkan dari instrumen digerakkan; (b) tegangan
maksimum pada output sistem pengukuran, sesuai dengan seluruh skala instrumen
, (c) nilai minimum dan maksimum dari resistansi internal (keluaran) sistem
pengukuran (Rt. mu dan Riat. mia) pada berbagai posisi elemen kompensasi
(misalnya, kursor pengukur aliran). (Rita R. Inston, 1965)
menyentuh masalah kompleks dari hubungan antara power amplifier dan sistem
secara keseluruhan. Kadang-kadang, hubungan itu begitu erat sehingga satu-
satunya kemungkinan praktis adalah merancang keduanya pada saat yang sama,
tetapi lebih sering hubungan dua arah berkembang. Kadang-kadang pabrikan
amplifier yang menanggapi permintaan sistem tertentu dengan memodifikasi
beberapa karakteristik atau menambahkan fitur baru, dan di lain waktu itu adalah
pengembangan amplifier baru yang membuat sistem yang berbeda atau
ditingkatkan menjadi layak. Dengan mempertimbangkan efek dari beberapa
properti penguat pada sistem, kami bermaksud untuk menekankan pentingnya
kesesuaian yang optimal antara spesifikasi dan aplikasi.
Pada saat yang sama, kami berharap dapat memperjelas pilihan topik kami
untuk bab-bab berikut dan penekanan relatifnya. Mari kita lihat beberapa masalah
khusus. Salah satu aspek terpenting dari desain sistem yang secara drastis
dipengaruhi oleh penguat daya adalah manajemen panas. Ini terutama benar saat
menggunakan perangkat solid-state. Pertama, transistor jauh lebih tidak efisien
daripada tabung. Selain itu, dalam SSPA, output daya tinggi tercapai
menggabungkan beberapa perangkat solid-state secara paralel, dan setiap level
kombinasi memberikan kerugian tambahan.
Di sisi lain, baik keandalan dan keluaran daya menurun secara substansial
jika suhu operasi dinaikkan. Pertimbangkan kasus penguat 100W tipikal untuk
stasiun pemancar di tautan radio GHz yang popular. Semua konsumsi daya DC
kecuali 100W, yang mungkin mendekati 2 kW, harus dilepaskan dari perangkat
aktif, tempat sebagian besar panas dihasilkan. Pada saat yang sama, perangkat
harus tetap sekeren mungkin. Memang, untuk setiap kenaikan hanya 10°C pada
suhu perangkat, keluaran daya RF biasanya menurun sebanyak 5%, dan harapan
masa pakai hampir satu factor.
merupakan bagian yang sangat penting dari spesifikasi penguat dan desain sistem.
Tetapi bahkan menggunakan heat sink yang cukup canggih, ini dapat
berkontribusi lebih dari setengah dari berat dan volume ke keseluruhan amplifier.
Masalah perpindahan panas diperbesar oleh kebutuhan untuk menjaga penurunan
suhu antara sumber panas dan heat sink serendah mungkin bisa jadi;
Memperkenalkan perangkat baru yang mampu beroperasi secara efisien pada suhu
yang lebih tinggi akan mengatasi masalah tersebut. Ini adalah salah satu faktor
utama di balik pengembangan semikonduktor dengan celah energi yang lebih
besar, seperti GaN dan Sic. Terakhir, contoh ini juga menggambarkan peran
kerugian yang signifikan, tidak hanya di perangkat aktif, tetapi juga di semua
elemen lainnya, yang sering diperlakukan sebagai "ideal" dalam aplikasi daya
rendah, tetapi tidak dapat dianggap demikian pada level daya tinggi.
Tidak semua aplikasi membutuhkan pita lebar, tetapi bagi mereka yang
melakukannya, pertukaran antara daya dan bandwidth sering menjadi masalah
yang dominan. Sosok itu dibagi dengan celah teduh di tiga wilayah, masing-
LABORATORIUM ELEKTRONIKA
masing sesuai dengan arsitektur yang berbeda, tata letak khas untuk SSPA terdiri
dari tingkat penguatan, yang pada dasarnya adalah penguat daya rendah yang
menyediakan sebagian besar penguatan, diikuti oleh tahap driver dan keluaran.
Keduanya umumnya disusun sebagai kombinasi modul penguatan sederhana,
yang dapat berupa sirkuit terintegrasi monolitik gelombang mikro (MMICS) atau
sirkuit keramik ekuivalen.
Penguat Common Emitor mempunyai karakteristik sebagai berikut :
1. Sinyal outputnya berbalik fasa 180 derajat terhadap sinyal input.
2. Sangat mungkin terjadi osilasi karena adanya umpan balik positif,
sehingga sering dipasang umpan balik negatif untuk mencegahnya.
3. Sering dipakai pada penguat frekuensi rendah (terutama pada sinyal
audio).
4. Mempunyai stabilitas penguatan yang rendah karena bergantung pada
kestabilan suhu dan bias transistor
Pada penguat emitor bersama sinyal masukan dikenakan pada basis-emitor
dan sinyal keluaran dikenakan pada kolektor-emitor. Untuk membuat rangkaian
transistor menggunakan sinyal AC, maka sambungan basis-emitor harus dibiaskan
(dipanjar maju) atau forward bias dan sambungan basis-kolektor dikenai bias
mundur (reverse bias). Tujuan dari membiaskan rangkaian adalah untuk
membangun dan mempertahankan transistor dalam keadaan kerja (keadaan DC
yang cocok). Ada beberapa cara untuk mengenakan bias DC. Cara yang paling
sederhana disebut bias basis atau bias tetap. Tetapi sering tidak memuaskan
karena kestabilan dan sensitivitas transistor berubah terhadap temperatur. Bias
basis diwujudkan dengan resistor tunggal yang dipasang antara Vcc dan basis.
Rangkaian pembias yang paling banyak digunakan adalah bias pembagi tegangan.
Pembias ini tidak sensitive terhadap perubahan temperatur.
Supaya semakin mengerti sifat transistor, akan diselidiki sifat dari satu
rangkaian penguat yang sederhana dalam pasal ini. Masukan untuk rangkaian
penguat didapatkan dari sumber voltase di sebelah kiri dalam skema rangkaian.
Sumber voltase ini. Ketika arus basis berubah sejauh ∆I B, arus kolektor akan
berubah sejauh. Dengan arus kolektor yang naik dan turun, maka voltase pada
resistor kolektor juga akan ikut naik dan turun sesuai dengan hukum Ohm. Ketika
voltase pada resistor kolektor naik, maka voltase antara kolektor dan emitor akan
turun sesuai dengan hukum Kirchhoff mengenai voltase, dan sebaliknya. Berarti
voltase output akan ikut turun dan naik sejauh AV ketika voltase pada input naik
dan turun sejauh AV. Voltase input berosilasi terhadap voltase DC yang sebesar
0.7V dan voltase output akan berosilasi terhadap voltase DC yang sebesar VCEo.
Situasi yang terdapat tanpa sinyal AC disebut titik kerja. Berarti titik kerja adalah
voltase dan arus kolektor DC ketika sinyal AC nol. Titik ini (merupakan satu titik
dalam grafik Ic terhadap Vce) disebut titik kerja, karena rangkaian yang
menguatkan sinyal AC bekerja dengan bervariasi terhadap titik ini. Dengan kata
lain titik kerja ini merupakan standar yang disetel ketika tidak ada sinyal input.
Apa yang terjadi bisa dimengerti dari grafik dalam gambar 8.8. Pada
bagian kiri bawah dalam grafik ini terlihat hubungan antara voltase basis-emitor
dan arus basis. Dengan voltase DC sebesar = 770mV terdapat arus basis sebesar
0.14 mA. Pada bagian kiri atas terlihat hubungan antara arus basis dan arus
kolektor. Pada arus basis sebesar 0.14mA terdapat arus kolektor sebesar 40mA.
Pada bagian output, rangkaian seri dengan resistor kolektor dan sambungan dari
kolektor ke emitor menentukan sifat rangkaian.
Untuk mencari titik kerja dari rangkaian seri ini, pada gambar 8.8 sebelah
kanan atas grafik output dari transistor digambarkan bersama dengan garis beban
dari resistor kolektor dengan resistivitas sebesar Re-30092. Garis beban digambar
seperti dalam pasal 3 di mana rangkaian seri dengan dua komponen dibicarakan.
LABORATORIUM ELEKTRONIKA
Garis karakteristik dari transistor adalah grafik output dari transistor yang berubah
dengan arus/voltase basis. Garis beban Titik perpotongan antara garis karakteristik
dan garis beban menunjuk. kan arus yang mengalir dalam rangkaian ini dan
voltase kolektor-emitor yang didapatkan. Tetapi dalam rangkaian ini perlu
diperhatikan bahwa garis karakteristik dari transistor berubah menurut perubahan
voltase basis-emitor. Besar dari arus kolektor ditentukan oleh voltase basis-emitor
seperti yang didapatkan dari bagian kiri dalam grafik mengenai sifat transistor .
Dalam contoh ini telah dijelaskan bahwa terdapat arus kolektor sebesar 40mA
sesuai dengan voltase basis-emitor DC yang dipakai.
Dari pasal 8.2.4 Daerah Kerja dari Rangkaian Penguat" sudah jelas bahwa
titik kerja harus diatur sehingga voltase output DC pada titik kerja memungkinkan
rangkaian menghasilkan output AC dengan amplitude yang cukup besar. Berarti
kalau mengatur titik kerja, voltase Vac pada resistor kolektor harus diatur, berarti
arus kolektor harus diatur sehingga memiliki besar arus tertentu. Pada rangkaian
dalam yang sudah dibicarakan di atas, titik kerja diatur dengan mengatur voltase
DC tambahan antara basis dan emitor. Rangkaian seperti ini tidak bisa dipakai
dalam rangkaian praktis. Pada bagian kiri dari masing-masing grafik dalam
gambar 8.4 di sebelah bawah terdapat hubungan antara voltase basis-emitor dan di
sebelah atas terdapat hubungan antara arus basis dan arus kolektor sehingga secara
keseluruhan terdapat hubungan antara voltase basis-emitor dan arus kolektor.
Penguatan arus untuk emitor bersama ditunjukkan dengan inisial β (beta) adalah
arus output IC berbanding arus input IB Untuk penguatan arus DC β Penguatas
arus AC merupakan perbandingan antara perubahan arus output (ΔIC) terhadap
pengaruh perubahan arus input (ΔIB) untuk tegangan output (VCE) tetap.
LABORATORIUM ELEKTRONIKA
disubstitusikan ke
BAB III
METODOLOGI DAN PERCOBAAN
3.1 Peralatan
1. CPE-EO2200
2. Kabel Jumper
3. Multimeter
4. Diatur arus basis (lb) hingga bernilai 10μA. lakukan dengan memutar
potensiometer secara perlahan sampai tegangan yang melalui R2 sama
dengan 0.1V. berdasarkan hukum ohm, arus yang melalui R2 akan sama
dengan nilai 0.1V dibagi dengan 10KΩ yaitu 0.1μA. setelah itu arus akan
melewati basis transistor. Ib harus bernilai 10μA.
7. Lengkapi tabel berikut dengan mengatur nilai Vce dan tentukan nilai arus
colektor nya (Ic) seperti pada langkah 5
LABORATORIUM ELEKTRONIKA
Ib = 10 μA
Vce (Volt) 1 2 3 4 5 6
Ic (mA)
DAFTAR PUSTAKA