Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PATOLOGI ORGANISASI

Disusun oleh:

KELOMPOK 1

Muhammad Yudhi Al-Qadri(43182061) Nurlaela (43182055)

Kevin Awaluddin (43182007)


Arjuna Saputra (43182062)

Nabilah (43182050)
Hastiti (43182004)

Elfina (43182027)
Wulan (43182018)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDENRENG RAPPANG

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

2021
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr. Wb
Bismillahirrohmanirrohim
Penulis memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan izin dan rahmat-Nya tepat waktu
dengan judul Patologi organisasi. Tak lupa junjungan Nabi Muhammad SAW
telah mengirimkan shalawat. Pada akhirnya, syafaatnya mudah-mudahan akan
mengalir kepada kita.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah teori
Organisasi. Tidak hanya itu, penulis juga berharap artikel ini dapat meningkatkan
pengetahuan pembaca tentang penyakit atau patologi suatu organisasi.
Sebagai dosen teori organisasi, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Ibu Hardianti. Tugas ini dapat menambah pengetahuan
dan pengetahuan bidang yang penulis geluti. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini.
Makalah ini jauh dari sempurna, penulis mengerti. Oleh karena itu penulis
ingin menerima kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
C. Tujuan Rumusan Masalah........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................3
A. Apa yang Dimaksud Dengan Patologi Organisasi.................................................3
B. Apa Saja Patologi Organisasi dan Cara Penyehatannya.........................................5
C. Apa Penyebab Munculnya Patologi Ogranisasi....................................................12
BAB III PENUTUP..........................................................................................................14
Kesimpulan.................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia tidak dapat berdiri sendiri untuk memenuhi kebutuhannya
dan manusia harus diorganisir untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Organisasi dimana terdapat sekelompok orang yang bekerja sama dan
memiliki tujuan bersama, perlu mengenal organisasi dalam masyarakat,
karena hampir setiap lapisan masyarakat memiliki satu organisasi,
sehingga tujuan yang disepakati bersama dapat dicapai bersama. Stoner
mengatakan organisasi adalah pola hubungan di mana atasan mengejar
tujuan bersama. (Ambarwati, 2018)
Dalam suatu organisasi harus digunakan suatu mekanisme untuk
membagi tugas, membagi kekuasaan atau membagi tugas sehingga setiap
Anggota dalam organisasi dapat bertindak sesuai dengan visi dan misinya
masing-masing.
Setiap orang memiliki dasar kepemimpinan, setidaknya orang
tersebut dapat menjalani kehidupan sehari-harinya. Kepemimpinan yang
baik diperlukan dalam suatu organisasi untuk mencapai suatu tujuan
organisasi. Namun, masalah sering terjadi dalam organisasi, dan akan sulit
untuk mencapai tujuan organisasi jika tidak dapat diatasi.
Sangat perlu bagi kita untuk memiliki pengetahuan tentang
organisasi, khususnya penyakit yang sering terjadi di organisasi atau
sering disebut patologi di zaman modern ini. Banyak kendala dan masalah
yang dihadapi oleh organisasi itu sendiri dan bagaimana organisasi dapat
diawasi dan direhabilitasi, agar dapat memecahkan masalah atau patologi
organisasi di masa depan baik sebagai anggota maupun sebagai pemimpin
organisasi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan patologi organisasi ?
2. Apa saja patologi organisasi dan cara penyehatannya ?

1
3. Apa penyebab munculnya patologi organisasi ?
C. Tujuan Rumusan Masalah
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan patologi organisasi.
2. Untuk mengetahui apa saja patologi organisasi dan cara
penyehatannya.
3. Untuk mengetahui penyebab munculnya patologi organisasi.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Patologi Organisasi
Patologi berasal dari kata pathos yang berarti penderitaan atau
penyakit, sedangkan kata logos berarti pengetahuan. Oleh karena itu,
patologi berarti ilmu yang mempelajari tentang penyakit. Istilah patologi
adalah bidang kedokteran yang mempelajari ciri-ciri dan perkembangan
penyakit dengan menganalisis perubahan fungsi atau kondisi tubuh.
Dalam dunia kedokteran atau ilmu kesehatan pada awalnya dikenal
dengan istilah patologi. Pengertian penyakit, atau kata patologi, berbeda
dengan pengertian penyakit yang umumnya diderita oleh sebagian besar
orang karena kuman atau virus lain, termasuk malaria, demam berdarah
dan virus lainnya. Patologi di sini adalah fenomena sosial yang
bertentangan dengan aturan, norma, moralitas, rasionalitas, dan
persyaratan organisasi. Tetapi patologi adalah penyakit yang ada dalam
organisasi.
Istilah "patologi birokrasi", sebagaimana Gerald E Caiden (1991)
dan Bary Bozeman (2000) dari Amerika Serikat dan Sondang P. Siagians
(1994) dari Indonesia, telah lama digunakan oleh para ahli atau sarjana
administrasi sipil dalam definisi yang berbeda. jenis penyakit birokrasi.
Berbagai teori juga telah dikemukakan untuk mendiagnosa sejumlah faktor
yang menyebabkan birokrasi dalam wabah penyakit. (Hasyem & Ferizaldi,
2020). Sebagai bahan pertimbangan, definisi patologi sosial dikutip,
patologi sosial adalah ilmu tentang tanda-tanda sosial yang "sakit" karena
aspek-aspek sosial atau ilmu tentang asal-usul dan ciri-ciri, penyakit-
penyakit kehidupan sosial yang terkait dengan hakikat keberadaan
manusia. Hamirul kemudian memfokuskan pembahasannya pada patologi
organisasi yang ditunjukkan dengan sikap disfungsional di antara
pemangku kepentingan organisasi. (Agus, 2019). Hal ini sesuai dengan

3
apa yang dikatakan Kartini Karton, "patologi sosial adalah perilaku yang
bertentangan dengan norma kesederhanaan, moral, hak milik, solidaritas
keluarga, koeksistensi, disiplin, kebaikan dan hukum pemerintah. (Burlian,
2016)
Sedangkan organisasi adalah wadah di mana terdapat sekumpulan
orang yang saling bekerja sama dan memiliki tujuan bersama. Organisasi
adalah unit sosial yang saling sadar dikoordi- nasikan, terdiri dari 2 (dua)
orang atau lebih yang berfungsi secara relatif berkelanjutan untuk
mencapai tujuan bersama atau serangkaiaan tujuan. Dikatakan pula bahwa
organisasi adalah suatu sistem yang dikoordinasikan secara sadar dari
aktifitas 2 orang atau lebih (Keitner dan Kinicki, 2010: 5). (Wijaya, 2017)
Jadi patologi organisasi adalah suatu fenomena sosial yang tingkah
lakunya bertentangan dengan norma-norma, kaidah-kaidah, rasionalitas
dan moralitas yang dipersyaratkan oleh organisasi itu sendiri.
Organisasi dikatakan sebagai fasilitas untuk mencapai suatu tujuan,
tetapi organisasi bukan hanya fasilitas untuk memasok barang dan jasa
tertentu. Mekanisme pembagian tugas, pembagian kekuasaan dan siapa
yang akan bertanggung jawab, khususnya untuk setiap lembaga atau
fasilitas dalam organisasi yang berpartisipasi dan menjalankan misi,
maksud dan tujuan organisasi harus dibuat untuk mengendalikan tujuan.
Itu harus dilaksanakan.
Tentu banyak kendala dan hambatan dalam menjalankan roda
organisasi. Organisasi yang matang dan berpengalaman, membekali
kadernya dengan cara menghindari, menemukan dan menyelesaikan kasus.
Organisasi yang sehat tentunya memiliki sistem (aturan main) yang
berguna untuk memandu program dan kegiatan serta resolusi konflik.
Dengan demikian, sistem atau peraturan itu tidak hanya dirancang untuk
mengikat anggota agar patuh tetapi juga, jika terjadi perselisihan,
menawarkan solusi.
Ada berbagai penyakit di perusahaan yang akan menjadi
penghambat organisasi jika penyakit ini berkembang dan menyebar.

4
Awalnya, gejala yang dapat ditemukan secara langsung atau tidak
menunjukkan penyakit. Namun, jika penyakit itu sudah ada di organisasi,
itu akan menyebabkan kelumpuhan organisasi, bahkan kematian. Penyakit
tersebut harus dicegah untuk meminimalkan biaya dan kerugian yang
sudah menular, yang harus ditanggung.
B. Jenis-Jenis Patologi Organisasi
Dalam sebuah organisasi banyak sekali penyakit-penyakit yang
biasa kita jumpai diantaranya:
1. Tujuan organisasi yang tidak jelas dan rinci tetapi sudah dilaksanakan
(tidak membumi)
2. Aturan dan tujuan yang ditetapkan, tetapi orang tersebut masih bodoh
atau tidak mematuhi aturan saat ini
3. Tidak ada pembagian tugas dan wewenang yang lengkap atau tidak
jelas arahnya
4. Pengambil keputusan yang tidak memahami aturan dan tujuan
organisasi
5. pengambilan keputusan belum matang, namun subjektif
6. Perasaan bahwa area atau divisi yang paling penting
7. jawab otoritas yang tidak seimbang
8. Semata-mata bekerja sesuai dengan tugasnya saja tanpa kerjasama
antar divisi atau di bidang
9. Merasa cerdas dan sok, hanya menjadi penonton
10. Menjadi penonton atau komentator daripada berpartisipasi dan
memberi contoh yang lebih baik.
11. Bawahan diberi satu tugas dengan perintah dari berbagai atasan
12. Terlalu banyak anggota atau bawahan hinnga sulit untuk diawasi
Adapun patologi di dalam buku Prof. Dr. H. Makmur, M.Si. yang
berjudul patologi serta terapinya dalam ilmu administrasi dan organisasi
yang lebih khusus membahas tentang patologi pelaku dalam organisasi
mengatakan bahwa ada lima penyakit atau patologi pelaku organisasi dan
terapinya diantaranya sebagai berikut:

5
1. Penyakit nepotisme dan terapinya
Idealisme dalam penerapan kegiatan organisasi memanglah telah
lama diimplementasikan dalam wujud seluruh hasil pada
kesimpulannya hendak diakibatkan ke segala unit kerja serta apalagi
hingga kepada individu- individu. Idealisme ini dapat mengubah
mentalitas dari atas ke bawah (trickle down effect) untuk menciptakan
kemakmuran di setiap level organisasi. Namun jika hasil yang dapat
dicapai dalam pelaksanaan organisasi terbatas, sebaliknya jumlah
peserta kerjasama siap memanfaatkan hasil yang dicapai sehingga
kepuasan yang diharapkan tidak terwujud. Berkenaan dengan dampak
kegiatan organisasi, salah satu aspek yang harus diperhatikan adalah
kemanfaatan suatu kegiatan organisasi. Baik atau tidaknya suatu
kegiatan bisnis ditentukan apakah banyak orang yang diuntungkan.
Akan tetapi, muncul kasus bahwa pemenuhan kebahagiaan dan
kehendak manusia dapat memunculkan ide atau kegiatan tersembunyi
dalam kerjasama ini, termasuk apa yang disebut nepotisme. Nepotisme
adalah suatu bentuk tindakan manusia dalam konteks kerjasama yang
mengutamakan hubungan, persahabatan dan sebagainya,
mempertaruhkan orang lain secara terbuka atau tersembunyi. Bentuk
dari penyakit nepotisme dalam organisasi merupakan perbuatan
seorang ataupun sebagian orang yang berperan secara sendiri- sendiri
ataukah secara berkelompok untuk memenuhi keinginan mereka
dengan jalur mempertaruhkan orang lain.
Penindasan terus menerus terhadap nepotisme dalam organisasi.
Aksi tersebut digagas atas dasar refleksi yang dilandasi ilmu
pengetahuan, ketangguhan akhlak dan keteguhan imam. Oleh karena
itu wajib bagi setiap orang untuk menjunjung tinggi nilai kebenaran,
agar virus nepotisme tidak mencela kehidupan kita. Juga, semua orang
yang bekerja sama untuk melakukan kegiatan organisasi untuk saling
mengendalikan dan menekankan bahaya laten virus nepotisme.
2. Penyakit kolusi serta terapinya

6
Organsasi dibesarkan buat bisa menjamin keberhasilan dalam
pencapaian sesuatu tujuan. Ilmu pengetahuan serta teknologi
organisasi sudah tumbuh dengan luar biasa sebab berperan
menghasilkan peraturan serta keteraturan dalam kehidupan berserikat
antara manusia. Bila sesuatu organisasi telah tidak dapat lagi
menghasilkan pengaturan serta keteraturan dalam kehidupan, hingga
fenomena ini memberikan data bahwa organisasi mengalami indikasi
penyakit kolusi serta butuh segera ditangani.
Kolusi adalah suatu tindakan oleh kedua belah pihak untuk
menghasilkan suatu Konvensi dalam bentuk kerjasama yang
sebenarnya bertentangan dengan etika, moralitas, rasionalitas,
keyakinan dan peraturan-peraturan terkait. Penyakit atau penyakit
organisasi adalah individu yang bersekutu dengan orang lain untuk
mencapai sesuatu yang memenuhi kebutuhannya. Kolusi telah jelas
dimaknai oleh orang-orang, yang bertindak dengan cara yang
menguntungkan orang dalam kenyataan atau dalam praktik yang
tindakannya tidak sesuai dengan etika, etika, rasionalitas, iman, dan
aturan dalam bentuk yang berlaku untuk kerja sama di bidang moral,
rasionalitas. , etika, dan rasionalitas..
Penindakan virus patologi kolusi dalam bermacam proses kegiatan
organisasi diharapkan bisa terbentuk suatu peraturan ikatan serta
keharmonisan kerja antar sesama manusia yang terpaut dalam wujud
kerja sama.
3. Penyakit korupsi dan terapinya
Penyakit korupsi atau patologi dalam organisasi adalah penyakit
yang sangat ditakuti oleh organisasi internasional, negara bagian,
pemerintah atau organisasi swasta, oleh semua bentuk kerja sama
manusia, dan ditakuti bahwa mereka akan memiliki virus atau patologi
korupsi yang dapat membunuh kegiatan administrasi. Penyakit korupsi
yang ditakuti setiap orang, dari anggota terendah hingga tertinggi,

7
hingga anggota masyarakat yang lebih rendah dan hingga anggota
masyarakat yang paling senior.
Korupsi merupakan masalah serius di Indonesia, karena korupsi
tersebar luas di Indonesia secara besar, sistematis dan terorganisir di
semua sektor dan bidang kehidupan masyarakat. Korupsi merupakan
pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat. Korupsi
merupakan penyebab rusaknya lembaga peradilan, infrastruktur
pemerintahan yang bersih dan demokratis serta mengakibatkan tidak
optimalnya pelayanan kepentingan umum oleh badan penyelenggara
negara (birokrasi). Dengan kata lain, sendi-sendi kehidupan berbangsa
dan bernegara telah digoyahkan oleh korupsi. Oleh karena itu, korupsi
tidak lagi digolongkan sebagai kejahatan biasa, tetapi sebagai
kejahatan luar biasa. (Setyawan, 1967)
Korupsi adalah perbuatan atau tindakan seseorang atau sebagian
orang yang melanggar hukum, norma moral, kepercayaan, dan
peraturan yang berlaku untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan
seseorang atau lebih, dengan memperoleh keuntungan yang dapat
merugikan. Dampak negatif terhadap orang lain atau negara. Tidak
dapat disangkal bahwa selalu ada anggota organisasi yang korup yang
berusaha menjadi kaya dengan menggunakan segala cara yang jelas-
jelas melanggar hukum. Teorinya yakni walaupun seluruh orang setuju
jika korupsi wajib diberantas, namun kerap terjalin kesusahan dalam
pemberantasannya sebab melaksanakannya dengan cara-cara yang“
mutahir”, sehingga aksi yang dicoba yang melanggar itu sukar dilacak.
(Junus, 2002)
Dalam penanganan penyakit korupsi untuk pengobatan atau
menerapi penyakit ini terhadap pelaksanaan aktivitas organisasi dapat
dialakukan sebagai berikut:
a. Penyadaran etika
Bahwa setiap komunitas manusia atau masyarakat pasti selalu
memiliki tata aturan yang mereka sepakati atau aturan yang tidak

8
tertulis sebagai warisan dari nenek moyang. Warisan tersebut tentu
bias dijadikan sebagai terapi terhadap penyakit atau patologi
organisasi.
b. Penyadaran moralitas
Manusia yang terikat dalam suatu bentuk kerjasama tidak lepas
dari nilai-nilai moralitas yang secara hati nuraninya senantiasa dia
akan tegakkan.
c. Peningkatan keimanan
Nilai-nilai keimanan diyakini oleh setiap anggota yang terikat
dalam bentuk kerjasama, sangt cepat dan menyadarkan setiap
penganutnya untuk kembali ke jalan yang dianjurkan oleh nilai-
nilai keimanan.
d. Kelayakan hidup
Dalam suatu ikatan bentuk kerjasama karena adanya peraturan.
Setiap manusia yang terikat dalam suatu bentuk kerjasama
senantiasa mengharapkan kelayakan hidup sesuai dengan tuntutan
lingkungan
e. Penegakan peraturan
Pelanggaran Pelanggaran peraturan yang berlaku salah satu bentuk
penyakit atau patologi korupsi.
f. Pemberian pemahaman
Pendidikan adalah salah satu usaha yang dilakukan secara sadar
untuk meningkatkan kualitas berfikir dan bertindak setiap manusia
yang terikat dalam bentuk kerjasama.
g. Pemberian sanksi
Pelangngaran suatu aturan baik yang bersifat terulis ataupun yang
tidak tertulis akan diberikan suatu sanksi sebesar dengan
pelanggarannya.
4. Penyakit keserakahan dan terapinya
Penyakit atau patologi keserakahan adalah metode dan taktik
seseorang yang terlibat dalam kerjasama dalam berpikir dan bertindak

9
sehingga dia dapat memahami beberapa atau faktor kesenangan
lainnya, terutama ketika mengambil bentuk bahan yang
membahayakan orang lain. Misalnya, organisasi dengan masalah mata
duitan sering mendapat manfaat dari pemahaman yang jelas tentang
tujuan dan kemampuan untuk memobilisasi sumber daya dengan cepat
untuk mencapai tujuan dalam aktor organisasi. Namun, ia memiliki
kelebihan, salah satunya jelas dalam bisnis organisasi yang beroperasi
dalam ekonomi pasar yang kompetitif. Tetapi penyakit keserahakan ini
memiliki banyak sisi gelap lainnya. Penyakit ini hanya didasarkan
pada kinerja yang terukur dan mengabaikan yang tidak terukur. Solusi
untuk penyakit tentara bayaran ini adalah dengan menciptakan peluang
untuk menghubungkan aktivitas, berbagi penghargaan secara terbuka,
menganalisis strategi masa depan, introspeksi, dan melatih karyawan
dalam resolusi konflik. Penyakit atau patologi keserakahan manusia
memang merupakan kondisi yang kejam karena dapat merusak bahkan
mematikan hubungan kerjasama. Penyakit atau patologi yang mudah
tertipu lebih mengarah pada pemenuhan keinginan daripada sekedar
menimbun harta yang melimpah untuk memenuhi kebutuhan.
Selain kewajiban mereka untuk diperlakukan atau dengan kata lain
untuk dispesialisasikan, ketegasan dan kejujuran individu diperlukan
untuk menegakkan virus keserakahan patologis dalam organisasi untuk
memahami, bahwa keserakahan juga memperoleh hukum yang berlaku
dengan menyangkal hak orang lain serta menemukan sanksi moral.
5. Penyakit egoisme serta terapinya
Penyakit atau patologi egoistik dalam implementasi organisasi
adalah sifat manusia dalam bentuk kerjasama yang ingin menang
dengan sendirinya ketika mendiskusikan pemikiran ilmiah atau
pemikiran tentang suatu kasus atau penyelesaian kegiatan. Dalam
penerapan organisasi, egoisme sebenarnya adalah virus penyakit atau
patologi. Sangat mungkin jika pengaruh orang-orang yang memiliki
sifat egoisme sangat kuat, maka kegiatan dalam organisasi yang diuji

10
dalam bentuk kerjasama dapat menjadi negatif dan kerjasama yang
dibutuhkan suatu organisasi tidak dapat dibubarkan.
Penyakit emosional misalnya, adalah kondisi yang merangsang
secara psikologis, ditandai dengan perubahan ekspresi wajah, gerakan
tubuh, dan sensasi subjektif. Kata 'emosi' berarti bergerak. Selama
kerja emosional, tubuh dirangsang secara fisik. Penyebab yang
mendasari kontrol emosi adalah bahwa emosi bergantian dengan
perilaku adaptif dasar, seperti membantu orang lain untuk mengisolasi
diri mereka sendiri, mencari tempat kerja yang aman dan rumor verbal
tentang orang lain. Namun, emosi memiliki efek negatif. Kebencian
dan perhatian dapat mengganggu sikap dalam ikatan korporasi.
Dalam organisasi kerja emosional bisa jadi menyertakan serta
meningkatkan, pendapatan, ataupun menekan ke emosi untuk
memodifikasi ekspresi emosional. Ketentuan ataupun norma
berkenaan dengan ekspektasi menimpa ekspresi emosional bisa
diperoleh dengan mengamati rekan kerja ataupun dinyatakan dalam
pilih ataupun pelatihan.
Mungkin ada lebih banyak pekerjaan emosional di dunia kerja atau
organisasi, di mana peristiwa buruk sering terjadi. Semakin banyak
aturan pekerjaan, semakin besar stres pikiran. Meskipun pekerjaan
emosional yang efisien secara organisasi dapat memiliki efek pada
karyawan. Beberapa peneliti beranggapan bahwa pengelolaan emosi
memerlukan usaha, waktu dan tenaga untuk menghadapi emosi.
Organisasi yang sangat individual dan ingin membuat karyawannya
tidak aman dan terkendali secara emosional.
Menerapi penyakit atau patologi egoisme dengan beberapa langkah
sebgai berikut:
a. Melalui interaksi sosial
Proses pembelajaran yang diterima dalam interaksi social ini akan
mempengaruhi dirinya untuk lebih meningkatkan kepedulian

11
dalam kehiduoan sosial karena menyadari dirinya bahwa hidupnya
karena manusia lain.
b. Melalui keterbukaan
Dengan keterbukaan kepada manusia yang terikat dalam bentuk
kerja sama maupun manusia lainnya sebagai anggota masyarakat
dimana dia hidup, lama kelamaan akan menyadari sifat egoisme itu
merupakan suatu hal tidak baik terhadap dirinya dan kepada orang
lain.
c. Melalui pendidikan dan peatihan
Pendidikan melahirkan moralitas dan etika dengan batasa-
batasannya. Selanjutnya pelatihan akan menciptakan pola perilaku
dan perbuatan yang dilakukan yang lebih mengarah kepada perilaku
dan perbuatan yang baik dan bena.
d. Melalui kelompok informal dan kelompok formal
Kelompok informal adalah suatu kelompok yang aktivitasnya
berbeda dengan kelompok formal tetapi saling memperkuat.
Kelompok informal seperti kelompok bercanda, berdiskudi,
bermaindan semacamnya yang dapat memunculkan hubungan yang
harmonis dan hubungan kekerabatan. Sedangkan kelompok formal
adalah kelompok secara resmi dalam suatu ikatan bentuk kerjasama,
misalnya kelompok kerja, kelompok penelitian dan semacamnya.
C. Penyebab Munculnya Patologi dalam Organisasi
Setidaknya dua faktor, internal dan eksternal yang mempengaruhi
munculnya patologi organisasi. Faktor internal memainkan peran yang
sangat penting dalam karakteristik moral semua orang. Kepemilikan moral
yang terintegrasi akan berdampak signifikan terhadap etos kerja. Kedua,
faktor eksternal yaitu dapat muncul patologi organisasi, antara lain unsur
budaya yang terdapat dalam organisasi, sistem atau prosedur, hukuman
atau sanksi, dan kepemimpinan. (Rosidah, 2005)
Patologi birokrasi diidentifikasi oleh Siagian (1999) dalam lima
kelompok yaitu, Patologi yang diakibatkan oleh persepsi dan gaya

12
manajemen pejabat birokrasi, patologi yang disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan dan keterampilan, patologi yang timbul dari tindakan pejabat
birokrasi yang melanggar norma hukum dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, patologi yang termanifestasi dalam perilakunya.
(Hamirul, 2017).
Alasan lain adalah kurangnya kesempatan untuk menggambarkan
kebijakan manajemen, berpuas diri, tindakan tanpa berpikir, pengganggu,
suap, rendahnya kualitas kerja, kedangkalan, ketidaktepatan, dll, di
Komunitas atau birokrat lainnya. tindakan, ketidakmampuan,
ketidakpedulian, pekerjaan, tidak produktif, stamping (2017:14-18).
(Agus, 2019)
Adapaun penyebab munculnya patologi dalam organisasi yang
secara umum dan sering kita jumpai dalam suatu organisasi diantaranya:
a. Ketiadaan struktur yang jelas dan pasti
b. Tidak adanya saling percaya
c. Kebiasaan mudah memecat anggota
d.  Kebiasaan suka menipu klien/supplier
e. Membohongi pelanggan dan suka ingkar janji
f. Kelesuan yang dirasakan oleh seluruh anggota
g. Banyaknya korupsi, membudayanya kolusi dan nepotisme
h. Maraknya SARA di dalam organisasi
i. Adanya perlakuan deskriminasi di antara karyawan
j. Adanya kebiasaan menunda keputusan atau pekerjaan
k. Sulitnya memperoleh komitmen atasan

13
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Patologi organisasi adalah fenomena sosial yang memiliki perilaku yang
bertentangan dengan standar, aturan, rasionalitas, dan standar moral
organisasi itu sendiri.
Roda organisasi pasti akan mengatasi rintangan dan rintangan. Sebuah
organisasi yang matang dan berpengalaman, membekali para eksekutifnya
dengan cara-cara untuk menghindari, menangani dan menyelesaikan kasus
mereka. Untuk itu, organisasi yang baik memerlukan sistem (aturan
permainan) yang berguna untuk memandu program dan kegiatan serta
resolusi konflik. Sistem atau peraturan tersebut tidak hanya dirancang untuk
mengikat anggota agar mematuhi persyaratan ini, tetapi juga untuk
memberikan solusi jika muncul konflik.
Ada berbagai penyakit di perusahaan yang akan menjadi penghambat
organisasi jika penyakit ini berkembang dan menyebar. Awalnya, gejala yang
dapat ditemukan secara langsung atau tidak menunjukkan penyakit. Namun,
jika penyakit itu sudah ada di organisasi, itu akan menyebabkan kelumpuhan
organisasi, bahkan kematian. Penyakit tersebut harus dicegah untuk
meminimalkan biaya dan kerugian yang sudah menular, yang harus
ditanggung.

14
DAFTAR PUSTAKA

Agus. (2019). Patologi Birokrasi dan Agenda Strategi: Kolaborasi Pendekatan


New Public Management dan New Public Service Melalui Model Citizen`s
Charter. Politea : Jurnal Politik Islam, 2(1), 77–90.
https://doi.org/10.20414/politea.v2i1.1344

Ambarwati, A. (2018). Perilaku dan Teori Organisasi. In Media Nusa Creative


(Issue April). https://doi.org/10.1111/j.1469-0691.2011.03558.x/pdf

Burlian, P. (2016). Patologi Sosial. http://eprints.radenfatah.ac.id/4126/1/17.


BUKU PATOLOGI SOSIAL.pdf

Hamirul, H. (2017). Patologi Birokrasi Yang Dimanifestasikan Dalam Perilaku


Birokrat Yang Bersifat Disfungsional. Otoritas : Jurnal Ilmu Pemerintahan,
7(1), 14. https://doi.org/10.26618/ojip.v7i1.330

Hasyem, M., & Ferizaldi, F. (2020). Fenomena Pungli dan Patologi Birokrasi.
Jurnal Sosiologi USK (Media Pemikiran & Aplikasi), 14(2), 147–162.
https://doi.org/10.24815/jsu.v14i2.19521

Junus, S. P. (2002). MASALAH PATOLOGI BIROKRASI (HIPOCRACy) DAN


TERAPINY A Siti Patimah Juous The principal prerequisite of. Jurnal
Hukum & Pembangunan, 144–154.

Rosidah, R. (2005). Patologi Birokrasi Dalam Organisasi Publik Dan Upaya


Pencegahannya. In Informasi (Vol. 31, Issue 1).
https://doi.org/10.21831/informasi.v1i1.6746

Setyawan, D. (1967). SIKAP APATISME MASYARAKAT DALAM


PEMBERANTASAN KORUPSI DAN PATOLOGI BIROKRASI MENUJU

15
PELAYANAN PUBLIK PRIMA. Angewandte Chemie International
Edition, 6(11), 951–952., 2, 83–88.

Wijaya, C. (2017). Perilaku individu organisasi. In Lembaga Pengembangan


Pendidikan Indonesia (LPPPI), Medan. www.lpppindonesia.com

16

Anda mungkin juga menyukai