Anda di halaman 1dari 2

KEGIATAN MAGANG II – PANITERA PENGGANTI

RESUME BUKU MAGANG II

1 PERKAWINAN BAWAH UMUR DI INDONESIA


2 DR. SONNY DEWI JUDIASIH,S.H.,M.H.,CN,dkk
3 PT REFIKA ADITAMA, 2018, BANDUNG, CETAKAN KE-1.
Deskripsi Fisik Buku: 21 cm; ±112 hlm
Bibliografi Jumlah halaman lampiran : -
4
Bibliografi: hal. 109-112
ISBN: 978-602-6322-70-8
5 Isi Resume : Terlampir (500 kata)
Resume 6 NADYA PRIDA SURI, S.H.
7 Anak, umur, perkawinan, dispensasi,

Di Indonesia telah mengatur mengenai batas usia perkawinan, yaitu Undang –


Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Didalam Bab II Pasal 7 Ayat (1)
disebutkan bahwa perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria mencapai umur 19 tahun dan
perempuan sudah mencapai umur 16 tahun. Kemudian didalam Pasal 7 Ayat (2), disebutkan
bahwa dalam hal penyimpangan dalam Ayat (1) pasal ini dapat minta dispensasi kepada
pengadilan atau pejabat lain yang diminta oleh kedua orang tua pihak pria atau pihak wanita.
Dispensasi ini berupa izin sebagai dasar bagi Kantor Urusan Agama (KUA) atau Catatan
Sipil untuk menikahkan calon pasangan suami dan istri. Ketentuan tersebut mengakibatkan
banyaknya praktik perkawinan bawah umur atau disebut juga sebagai perkawinan anak di
Indonesia. Perkawinan anak di Indonesia tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan kondisi
social, ekonomi, budaya, dan agama yang berkembang dalam masyarakat. Penyebab utama
pernikahan anak diantaranya kemiskinan, keterbatasan pendidikan dan pilihan ekonomi,
ketidakamanan karena konflik dan perang, tradisi dan agama.

Praktik perkawinan anak ini telah menimbulkan permasalahan terutama bagi anak –
anak perempuan karena berdampak pada kehamilan pada usia dini. Undang – Undang Nomor
35 Tahun 2014 sebagaimana diubah dari UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak sebagai instrument HAM juga tidak menyebutkan secara eksplisit tentang usia
minimum menikah selain menegaskan, anak adalah mereka yang berusia dibawah 18 tahun.
Disebutkan pula, penyelenggaraan perlindungan anak berasaskan Pancasila dan berlandaskan
UUD RI Tahun 1945 serta prinsip – prinsip dasar Konvensi Hak – Hak Anak meliputi : non
diskriminasi, kepentingan yang terbaik bagi anak, hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan
perkembangan serta penghargaan terhadap pendapat anak. Perkawinan anak disebut sebagai
tindakan diskriminatif terhadap anak – anak.

Tingginya angka perkawinan bawah umur di Indonesia mengakibatkan Indonesia


menempati urutan ke-37 didunia dan urutan ke-2 diwilayah Negara ASEAN. Hal ini
menimbulkan ironi masyarakat pada umumnya sehingga menganggap perlu dilakukan
perubahan terhadap batas usia minimal perkawinan yang terdapat dalam UU Perkawinan
melalui permohonan uji materiil ke Mahkamah Konstitusi supaya batas minimal usia
perkawinan menjadi 18 tahun baik bagi laki – laki maupun perempuan. Permohonan uji
materiil ditolak oleh MK karena mahkamah berpendapat bahwa masalah perubahan usia
perkawinan merupakan kewenangan legislative, sehingga dengan demikian usia perkawinan
tetap 19 tahun untuk laki – laki dan 16 tahun untuk perempuan. Beberapa hal yang dapat
dilakukan untuk mempercepat penurunan angka perkawinan usia anak antara lain perlunya
penguatan pendidikan kesehatan reproduksi dan seksual untuk remaja, perlunya sinergi
masyarakat, organisasi masyarakat, dan lembaga pemerintah, meninjau ulang ketentuan
mengenai batas usia perkawinan yang terdapat dalam UU Perkawinan, serta memberikan
pemahaman mengenai legalitas perkawinan untuk jangka panjang.

Indonesia sebagai salah satu Negara anggota PBB untuk melaksanakan program
Suistainable Development Goals (SDG’S) antara lain untuk mengakhiri kemiskinan,
kelaparan, ,meningkatkan kesehatan dan pendidikan, serta untuk menghapus praktik
perkawinan bawah umur. Untuk mewujudkan peran serta Negara Indonesia dalam
mewujudkan SDG’S tersebut, maka pada tanggal 4 Juli 2017, telah dikeluarkan Perpres
Nomor 59 Tahun 2017 mengenai pelaksanaan tujuan pembangunan berkelanjutan. Salah satu
yang menjadi poin utama dalam perpres tersebut adalah untuk menjamin kesetaraan gender
serta pemberdayaan seluruh perempuan, dengan harapan pada tahun 2030 di Indonesia tidak
ada lagi praktik perkawinan bawah umur.

Anda mungkin juga menyukai