Anda di halaman 1dari 5

beberapa hari sebelumnya

Train suruh aku buka email.”

Talks; “AKU BENERAN LEMES


BANGET KAYAK—“ amara
kereta begitu sesak dan menurunkan intonasi
penuh di sore hari tanggal suaranya yang makin
merah. acara bazaar buku meninggi seiring cerita.
yang digelar hari ini mungkin
“tau gak sih, kayak jantung
jadi salah satu penyebab
kamu bunyi yang kenceng
ramainya kereta sore ini. dari
BANGET sampe kamu bisa
jendela kereta, pemandangan
denger dengan jelas!”
matahari terbenam—yang
tertutup gedung tinggi—jadi abel mengangguk paham, ia
tontonan menarik. satu sedikit merunduk untuk
setengah jam perjalanan mengambil kantung belanja
pulang dan mereka harus berisi buku-buku dari bazar
berdiri karena kehabisan tadi dari tangan amara karena
tempat duduk. suara mesin terlihat berat. pembahasan
kereta yang melaju dengan sore ini dimulai ketika abel
cepat memenuhi seluruh bilang terakhir kali ia naik
gerbong. kaki-kaki mereka kereta adalah tanggal 1 mei
yang terasa pegal setelah dua tahun lalu, tanggal jadian,
berjalan seharian sudah lebih tepatnya.
terlupakan karena terhanyut “aku waktu itu pengen kabur
percakapan seru sore ini. ke kamar mandi tapi aku inget
“gatau, sumpah aku juga ga banget kamar mandinya tuh
ngerti kenapa waktu itu aku jauuuh banget dari tempat kita
tiba-tiba buka email, terus duduk.”
email kamu tuh ada di paling “di.. lobby kan ya..” abel
atas! aku keinget kamu mengangguk, ia masih ingat
denah teater waktu itu.
“i was so happy at first? terus “apa?”
pas aku liat ternyata kamu “mau aku jauhin.”
udah kirim dari lima hari yang
lalu TERUS KAMU ADA DI “ih!”
SAMPING AKU duduk abel tertawa, tadinya, hari itu
dengan dengan damai dan ia sudah merancanakan akan
tentram, aku panik bgt kayak bicara langsung sepulang dari
ADUH UDAH EXPIRED NIH teater, tapi ternyata tuhan
KAYAKNYA.” menyelamatkannya karena
“expired apanya?” tuhan tau abel kalau bicara
suka terbalik-balik dan
“feelings!” sepotong-potong.
“in five days? roti aja basinya “aku nyentil jidatku—“
seminggu.”
“i saw that.”
“tiga hari nggak sih?”
“yah.. kayak.. WHAT IF THIS
“bukan seminggu?” ALL JUST A DREAAAM?”
“kelamaan deh kayaknya.” abel terkekeh, “why..”
abel membuka handphonenya “ya.. gimana ya.. aku nggak
untuk mencari tau di internet berharap apa-apa soalnya,
berapa hari roti bisa basi, EH BUKAN, MAKSUDNYA
“oiya deh, tiga hari.” BUKAN AKU NGGAK MAU
“wow, congrats, your feelings SAMA ABEL KHAIZURE YA
last longer than bread.” MAU DONG, yah sorry ya
jujur banget, tapi kayak,
“sumpah the way kamu duduk
GITUUU, kamu nggak tau ya..
santai di samping aku kayak
kayaknya semua orang naksir
ngga terjadi apa-apa? kalau
kamu deh. i like you, since
aku jadi kamu, udah aku
day one, and i expect..
jauhin si amara.”
nothing. kayak, aku seneng
“tadinya gitu sih.” sama kamu, dan urusanku itu
aja. kamu suka balik atau nggak nunggu jawabanku
nggak, itu di luar urusanku, lagi. tapi walaupun kamu
tapi kalau kamu suka balik mungkin aja nggak nunggu
HEHEHEHEHEHEHHE thank jawabanku lagi, aku mau tau
you HHEHHEHEHE aku juga jawaban kamu. aduh aku bijak
suka kamu HEHEHEHEHEHE ya? tolong apresiasi.” kata
aduh sentil jidatku dong aku amara bangga, meskipun dia
ngga bisa berhenti ngomong.” bicara tanpa arah yang jelas.
abel tertawa, dia selalu lebih abel tertawa, lagi. “yes, thank
banyak tertawa daripada you, ra.”
berbicara tiap kali bersama “TERUS HAHAHAHHAH pas
amara. amara banyak HEHEHEHEHEH eh
berbicara, tugas abel hanya ngomong apasi, our first time..
tertawa. meskipun tertawa ADUH APA AKU MALU..
tanpa suara. holding hands, SUMPAH aku
“well, i like you too, thank belum pernah pegangan
you.” tangan sama cowo kan,
abangku pernah sih, tapi dia
she fell first, but he fell harder,
nggak usah dihitung, i was
then.
trembling HAHHAHAAHAH
amara menahan tawa nya YA ALLAH KENAPA YA i
karena menyadari seorang can’t feel anything, aku liatin
anak kecil di bawah sejak tadi teater tapi sebenernya aku
menonton pembicaraan nggak perhatiin sama sekali,
mereka. jadi sorry ya waktu itu tiket
“TERUS KAN nih TERUS... teater kamu terbuang sia-sia
masih lama ya kita —“
sampenya? aku tadinya pikir “tangan kamu dingin.” abel
aku nggak perlu jawab, memotong, ia ingat betul
karena udah lewat lama waktu itu tangan amara
banget, dan kukira kamu benar-benar dingin sampai ia
terus menoleh berkali-kali “dih kan kamu yang narik
memastikan amara benar tanganku masa tiba-tiba aku
masih hidup. lepas.”
“ya, dingin karena AC itu amara hanya tertawa kali ini,
mah.” dia sudah kehabisan suara
karena terus berbicara
“oh ya?” abel tersenyum
sepanjang jalan. dia selalu
menyeringai.
lupa bernafas kalau bicara.
“iya.. OH IYA HAHAHAHHAH amara tiba-tiba berjongkok
aduh aku ketawa mulu sumpa karena ia ingin minum.
sumpel mulutku deh, tangannya mencengkram
TANGANKU DINGIN ujung kursi kereta agar tidak
BANGET KAN waktu itu nah terguncang seiring
BENERAN ITU GARA GARA berjalannya kereta.
AC! kan gara gara
“sini.”
kedinginan, aku jadi pengen
ke kamar mandi, yaudah aku abel tiba-tiba menyodorkan
bangun tuh TAPI AKU LUPA tangannya. ia bahkan masih
MASIH PEGANG TANGAN mengenakan cincin dan
KAMU, aku berdiri aja kan gelang yang sama dengan
dari kursi terus kamu hari itu.
kayak ????????” amara mendongak, “apaan?”
“iya.. i was like????? where “holding hands.”
are we going??”
“tapi kalau mau ke kamar
“YA KAMUNYA JUGA mandi lepasin dulu tanganku.”
NGIKUT AJA LAGIAN AKU
JALAN SAMPE DEPAN amara tertawa, ia meraih
KAMAR MANDI TERUS KITA tangan abel dan kembali
KAYAK???????? INI MAU berdiri lagi.
MASUK BARENG APA
GIMANA???”

Anda mungkin juga menyukai