Dosen pengampu :
Sunartip, M.Sy
Disusun oleh :
PAI J/KELOMPOK 1
2020
i
KATA PENGANTAR
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman
Kata pengantar........................................................................................................ iI
Daftar isi..................................................................................................................... iiI
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………………………………... 1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………….……. 1
C. Tujuan Penuliasan………………………………………………………………………. 1
BAB II : PEMBAHASAN
A. Aspek – aspek yang mempengaruhi akhlak …………………………………… 2
B. Menjelaskan akhlak tercela dan contohnya……………………………………... 4
C. Menjelaskan penanggulangan akhlak tercela…………………………………... 6
D. Menjelaskan penyembuhan dari akhlak tercela……………………………….. 8
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu tasawuf merupakan ilmu yang membahas tentang tata cara
menyucikan jiwa, menjernihkan batin, memperbaiki akhlak , dan membangun
yang dzahir maupun yang batin untuk lebih baik. Akhlak sangat erat kaitannya
dengan ilmu tasawuf. Akhlak sendiri merupakan tingkah laku atau perangai
seseorang. akhlak pun terbentuk karena beberapa aspek. Akhlak terbagi
menjadi akhlakul mahmudah atau akhlak yang mulia dan akhlakul mazmumah
atau akhlak tercela.
Dalam makalah ini pemakalah akan memaparkan aspek – aspek yang
memperngaruhi akhlak, pengertian akhlak tercela dan contohnya,
penanggulangan akhlak tercela, serta penyembuhan dari akhlak tercela.
B. Rumusan Masalah
Beberapa masalah yang berkaitan dengan judul makalah ini adalah sebagai
berikut.
1. Aspek apa saja yeng mempengaruhi akhlak?
2. Apa yang dimaksud akhlak tercela dan apa contohnya?
3. Bagaimana penanggulangan akhlak tercela?
4. Bagiaman penyembuhan akhlak tercela?
1
Zahruddin dan Hasanuddin Sinaga, Op.cit., h. 93-95.
2
Abu Bakar Dzikri, Tarikh An Nadhariyyat Al-Akhlakiyyah, h. 26.
3
Zahruddin AR. Op.cit., h.25
4
A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), cet. V, h. 91-92.
2
5. Kehendak.
Suatu perbuatan ada yang berdasarkan kehendak dan ada juga yang
tidak dengan kehendak. Menulis, membaca, berbicara adalah perbuatan
yang berkecenderungan dengan kehendak. Sedangkan detik hati, bernafas,
dan gerak mata merupakan perbuatan yang berdasarkan bukan atas dasar
kehendak. Keinginan yang kuat disebut roghbah, dan kehendak ini disebut
juga dengan azam yang kemudian diikuti dengan perbuatan/tindakan. 5
Perbuatan hasil dari kehendak mengandung perasaan, keinginan,
pertimbangan, dan azam yang disebut juga dengan kehendak.6
6. Pendidikan.
Dalam dunia pendidikan sangat mempengaruhi jiwa peserta didik
yang mengarahkannya pada perkembangan kepribadian. Oleh karenanya
tenaga pendidik profesional harus diadakan, demikian juga materi
pengajaran yang sesuai, bahkan metodologi pengajaran dan pendidikan
sangat perlu diperhatikan dalam proses pengajaran dan pendidikan. Dalam
kaitan ini, suasana lingkungan pendidikan pun sangat potensial dalam
membentuk kepribadian peserta didik.
7. Takdir.
Takdir merupakan ketentuan Allah yang pasti adanya untuk segala
yang ada dalam alam semesta (makhluk). Misalkan seseorang ada yang
ditakdirkan punya sifat pelupa, cerdas, watak keras, halus, dan sebagainya.
Sehingga hal-hal ini mempengaruhi terhadap akhlak dan kepribadian
seseorang.
3
Akhlak tercela merupakan nama lain dari akhlakul mazmumah. Akhlak
tercela adalah akhlak yang buruk dan mengerah pada kemaksiatan. Menurut
Imam Al Ghozali, akhlak yang tercela ini dikenal dengan sifat sifat muhlikat,
yakni segala tingkah lakumanusia yang dapat membawanyakepada
kebinasaan dan kehancuran diri yang tentu saja bertentangan dengan
fitrahnya untuk selalu mengarah pada kebaikan.
Contoh contoh akhlak tercela dapat dibagi menjadi beberapa, diantaranya :
1. Maksiat Lahir. Maksiat berasal dari bahasa Arab ma'siyah, artinya
pelanggaran oleh orang yang berakal balig (mukallaf), karena melakukan
perbuatan yang dilarang, dan meninggalkan pekerjaan yang diwajibkan
oleh syariat Islam.7 Maksiat lahir dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:
a) Maksiat lisan, seperti berkata-kata yang tidak memberikan manfaat,
berlebih-lebihan dalam percakapan, berbicara hal yang batil,
berdebat dan berbantah yang hanya mencari menangnya sendiri
tanpa menghormati orang lain, berkata kotor, mencacimaki atau
mengucapkan kata laknat baik kepada manusia, binatang maupun
kepada benda-bendalainnya, menghina, mentertawakan, atau
merendahkan orang lain, berkata dusta, dan lain
b) Maksiat telinga, seperti mendengarkan pembicaraan orang lain,
mendengarkan orang yang sedang mengumpat, mendengarkan
orang yang sedang namimah, mendengarkan nyanyian-nyanyian
atau bunyi-bunyian yang dapat melalaikan ibadah kepada Allah
Swt.
c) Maksiat mata, seperti melihat aurat wanita yang bukan muhrimnya,
melihat aurat laki-laki yang bukan muhrimnya, melihat orang lain
dengan gaya menghina, melihat kemungkaran tanpa beramar
makruf nahi mungkar.
7
Ibid., hal. 156-157
4
d) Maksiat tangan, seperti menggunakan tangan untuk mencuri,
menggunakan tangan untuk merampok, menggunakan tangan
untuk mencopet, menggunakan tangan untuk merampas,
menggunakan tangan untuk mengurangi timbangan. Maksiat lahir,
karena dilakukan dengan menggunakan alat-alat lahiriah, akan
mengakibatkan kekacauan dalam masyarakat, dan tentu saja amat
berbahaya bagi keamanan dan ketentraman masyarakat, seperti
pencurian dan perampokan, pembunuhan, perkelahian (akibat
fitnah, adu domba).8
8
Q.S. Al-Mu’min ayat 60
5
“Jauhilah olehmu akan dengki, karena sesungguhnya dengki dapat
memakan kebaikan seperti api memakan kayu bakar”
d) Sombong (takabur), perasaan yang terdapat di dalam hati
seseorang, bahwa dirinya hebat dan mempunyai kelebihan. 3 Allah
swt. Berfirman Artinya: “…….Sesungguhnya orang-orang yang
menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka
Jahanam dalam keadaan hina dina.” (QS. AlMu’min: 60)4
6
wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan
memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi
darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum
darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai
pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya
yang tak sedap.” (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628)
5. Senantiasa Memohon Petunjuk kepada Allah Swt.
Kita ketahui bahwa petunjuk dan hidayah adalah milih Allah. Oleh
karenanya, kita sebagai hambanya patutu untuk senantiasa berdoa agar
diberi hidayah dan petunjuk agar senantiasa berkelakuan baik
7
1. Perbaikan pergaulan, seperti pendirian pusat pendidikan anak nakal,
mencegah perzinahan, mabuk, dan peredaran obat-obat terlarang.
2. Memberikan hukuman. dengan adanya hukuman, akan muncul suatu
ketakutan pada diri seseorang karena perbuatannya akan dibalas
(dihukum). hukum ini pada akhirnya bertujuan untuk mencegah
melakukan yang berikutnya, serta berusaha keras memperbaiki akhlaknya.
3. Ruqiah syar’iyyah
Jin tidak bisa dilepaskan dari manusia. terkadang sikap dan perilaku
manusia secara tidak sadar dipengaruhi oleh jin yang bersarang dalam
tubuhnya. oleh karenanya, diperlukan ruqyah agar jin yang bersarang
dalam tubuh dapat keluar
BAB III
8
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat diuraikan bahwa akhlak terbentuk dari
banyak faktor internal maupun eksternal. Akhlak tercela merupakan akhlak
yang mengarah pada perbuatan maksiat atau dosa. Akhlak tercela dapat
dicegah dan diobati denga beberapa cara sperti disebutkan dalam
pembahasan di atas
B. Saran
Demikianlah tugas penyusunan makalah ini kami susun. Harapan kami
dengan adanya tulisan ini bisa menjadikan kita untuk lebih mengetahui
wawasan tentang akhlak maupun bahaya dari akhlak tercela beserta
pencegahannyakami sadar dalam penulisan makalah ini masih terdapat
banyak kekeliruan. Oleh karenanya Kritik dan saran sangat kami harapkan
dari para pembaca, khususnya dari dosen yang telah membimbing kami.
Apabila ada kekurangan dalam penyusunan karya tulis ini, kami mohon maaf
yang sebesar-besarnya.
DAFTAR PUSTAKA
9
Bahrudin. 2015. Akhlak Tasawuf. Serang. IAIB Press
Zahruddin AR dan Hasanuddin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2004)
Hidayatulloh Furqon Syarief.2011. kuliah akhlak. Bogor. IPB Press
http://digilib.uinsby.ac.id/2522/5/Bab%202.pdf
10
PETA KONSEP
AKHLAK
TERCELA
PENANGGULA
PENYEMBUHA
NGAN AKHLAK
N AKHLAK
TERCELA
TERCELA
11