Anda di halaman 1dari 6

TEKNIK KULTUR Spirulina sp.

Mizan Nur Utomo


C1K018082

Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Mataram

ABSTRAK
Spirulina sp. merupakan jenis sianobakteri yang banyak digunakan dalam berbagai industri
seperti akuakultur, kesehatan, dan makanan karena memiliki kandungan nutrisi seperti
protein, asam lemak, vitamin, dan antioksidan yang tinggi. Praktikum ini bertujuan untuk
memperlajari dan mengetahui bagaimana cara teknik kultur Spirulina sp. sebagaia pakan
alami dalam skala laboratorium. Tahapan metode pembuaatan Spirulina sp. ini yaitu dimulai
dari persiapan alat-alat dan bahan-bahan seperti wadah dan biakan Spirulina sp., pembuatan
kultur Spirulina sp. Hasil dari praktikum menunjukkan bahwa Spirulina sp. yang dibiarkan
selama 5 hari dengan tetap diberi aerasi dan diberi pupuk 2 kali sehari siap dan baik untuk
digunakan untuk berbagai macam kegiatan. Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil
praktikum ini adalah bahwa teknik kultur Spirulina sp. dapat berkembang biak hingga fase
eksponensial ke stasioner dalam waktu 5 hari dengan perlakuan diberi pupuk 2 kali sehari.

Kata kunci: Spirulina sp., kultur, wadah, metode, biakan Spirulina sp., pakan alami.

PENDAHULUAN
Spirulina sp merupakan makhluk hidup autotrof berwarna kehijauan, kebiruan,
dengan sel berkolom membentuk filamen terpilin menyerupai spiral (helix) sehingga disebut
juga alga biru hijau berfilamen (cyano bacterium). Bentuk tubuh spirulina sp yang
menyerupai benang merupakan rangkaian sel yang berbentuk silindris dengan dinding sel
yang tipis, berdiameter 1-12 mikrometer. Spirulina sp merupakan salah satu pakan alami
larva udang dan ikan yang mempunyai nilai gizi tinggi. Kandungan protein pada spirulina sp
berkisar antara 63-68 %, kabohidrat 18-20 %, dan lemak 2-3 %, dengan kandungan protein
yang tinggi ini maka spirulina sp mempunyai sumber protein yang potensial bagi makhluk
hidup baik manusia atau pun hewan ternak. Mikroalga mampu melakukan proses fotosintesis
karena memiliki klorofil yang dapat menghasilkan senyawa organik seperti karbohidrat dan
oksigen. Salah satu mikroalga yang berperan di perairan yaitu Spirulina sp. Mikroalga ini
tergolong dalam kelas chloropyta yang memiliki warna biru kehijauan. Bentuk tubuh
uniseluler, berfilamen terpilin dengan ukuran 0,1 mm (Saranraj and Sivasakthi, 2014).
Spirulina sp. memiliki kandungan nutrisi yang sangat kompleks antara lain protein 60-71%,
lemak 8%, karbohidrat 16%, klorofil a 1,6%, phycocyanin 18%, β-Carotene17%, γ-linoleaic
acid 20–30 % dari total asam lemak dan vitamin (Jongkon, et al., 2008). Tingginya nutrisi
pada alga ini menjadikan Spirulina sp. banyak dimanfaatkan dalam berbagai olahan.
Spirulina sp. sudah banyak dimanfaatkan sebagai pakan aditif dalam bidang perikanan,
pembuatan parfum, industri makanan, dan obat-obatan (Habib dan Parvin, 2008).
Secara umum, teknik kultur mikroalga termasuk Spirulina. terdiri dari tiga tahap
yaitu skala laboratorium, skala semi massal (intermediet) dan skala massal atau daerah
terbuka yang dilakukan secara berkelanjutan (Borowitzka and Borowitzka, 1998). Tahapan
yang penting pada teknik kultur Spirulina sp. yaitu penyediaan biakan murni melalui teknik
kultur skala laboratorium. Teknik kultur Spirulina sp. skala laboratorium memerlukan
ketelitian tinggi dan ketrampilan dalam pengelolaan karena tingkat resiko gagal mencapai
persentase yang lebih tinggi dibandingkan kultur pada skala lainnya. Kultur Spirulina sp
skala laboratorium dapat dilakukan dalam wadah kaca maupun wadah plastik yang hasilnya
digunakan sebagai stok awal pada kultur skala semi massal.
Spirulina sp adalah mikro algae yang tumbuh di alam dapat menjadi faktor pembatas
bagi kehidupan ikan dan udang karena jumlahnya yang tidak konstan, padahal untuk
memperoleh hasil yang optimal dibutuhkan pakan alami secara kontinu dan jumlah yang
memadai. Tujuan dari praktikum ini ialah untuk mengetahui teknik kultur Spirulina sp.
sebagai pakan alami ikan. Oleh karena itu, pentingnya dilakukan praktikum ini adalah dapat
mengatasi masalah tersebut dengan cara kultur alternatif mikro alga, karena dangan
pemberian pakan alami yang tersedia dalam jumlah banyak dan kontinu ini diharapkan dapat
mengoptimalkan hasil kultum budidaya.

BAHAN DAN METODE


Waktu dan tempat praktikum dilaksanan secara online pada hari Sabtu tanggal 28
November 2020 pukul 16:00 WITA – selesai di rumah masing-masing.
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini ialah topeles kaca yang digunakan
sebagai wadah Spirulina sp, gelas beaker sebagai wadah pertama biakan Spirulina sp, aerator
sebagai suplay oksigen untuk Spirulina sp, tabung reaksi dan batang pengaduk untuk
mencampur pupuk.
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah air, biakan Spirulina sp,
pupuk urea dan NPK, yang digunakan sebagai nutrisi untuk Spirulina sp.
Metode yang digunakan pada praktikum ini ialah pada tahap awal dimulai dari
persiapan alat-alat dan bahan-bahan seperti wadah dan biakan Spirulina sp., pembuatan
kultur Spirulina sp. Topeles kaca, gelas beaker yang sudah diisi biakan Spirulina sp.
disiapkan terlebih dahulu. Kemudian biakan Spirulina sp. dituangkan ke dalam toples kaca,
lalu ditambahkan air 1 liter, lalu dimasukkan aerasi yang sebelumnya sudah dinyalakan.
Selanjutnya dimasukkan pupuk urea dan NPK secara bertahap yang sudah dilarutkan dengan
air, lalu diaduk. Biakan didiamkan selama 5 hari dan tetap diberi pupuk 2 kali sehari agar
pertumbuhan Spirulina sp. tetap terjaga. Setelah 5 hari berlangsung, tahap selanjutnya ialah
aerator dikeluarkan terlebih dahulu, kemudian tuang hasil kultur Spirulina sp. dari toples
kaca ke wadah yang lebih kecil, lalu wadah kecil tadi dituang lagi ke wadah lainnya
menggunakan kertas saring yang ditempatkan di atas wadah baru dan dilakukan penyaringan
terus menerus hingga hasil kultur Spirulina sp. di toples kaca habis sampai Spirulina sp.
terlihat jelas. Kemudian Spirulina sp. siap dipakai.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan dari hasil praktikum yang dilaksanan, dapat diketahui manfaat dari
Spirulina sp. ialah berbagai macam, karena dapat digunakan pada berbagai industri seperti
akuakultur, kesehatan, dan makanan karena memiliki kandungan nutrisi seperti protein, asam
lemak, vitamin, dan antioksidan yang tinggi. Spirulina sp merupakan salah satu pakan
alami yang telah dtmanfaatkan sebagai pakan alami pada budidava organisme laut seperti
rotifer, larva oyster, kerang mutiara, abalone, udang, kakap dan kerapu. Seperti yang
dikatakan oleh Habib (2008) yang mengatakan bahwa Tingginya nutrisi pada alga ini
menjadikan Spirulina sp. banyak dimanfaatkan dalam berbagai olahan. Spirulina sp. sudah
banyak dimanfaatkan sebagai pakan aditif dalam bidang perikanan, pembuatan parfum,
industri makanan, dan obat-obatan.
Kegiatan kultur alga merupakan salah satu upaya pengembangan dan pemenuhan
kebutuhan dari Spirulina sp. sehingga pasokan Spirulina sp. tidak hanya bergantung pada
alam. Tujuan dari kultur Spirulina sp. ialah untuk mengetahui pertumbuhan populasi
Spirulina sp dengan mendapatkan kelimpahan sel terbanyak dengan kandungan nutrisi yang
optimal. Menurut Herawati dan Hutabarat (2014), salah satu tujuan kultur alga adalah untuk
mendapatkan kelimpahan sel yang tertinggi dengan kandungan nutrisi optimal.
Pertumbuhan Spirulina sp. ditunjang oleh nutrien dan kualitas air sebagai media
hidup harus sesuai dengan batas toleransi Spirulina sp.. Faktor nutrien dan kualitas air berada
pada batas optimal untuk pertumbuhan Spirulina sp. (Pelczar et al. 1986) mengatakan bahwa
fase adaptasi merupakan fase penyesuaian diri sel terhadap kondisi lingkungan yang baru.
Pembelahan sel pada fase ini belum terjadi atau berlangsung lambat. Pertumbuhan pada fase
adaptasi hanya berupa pertambahan massa dan ukuran sel. Selanjutnya terjadi fase
pertumbuhan yang sangat cepat (eksponensial) karena meningkatnya aktivitas fotosintetik
yang menghasilkan biomass yang tinggi (Madigan et al. 2011). Pertumbuhan terhenti pada
fase stasioner yang ditandai dengan keseimbangan antara laju pertumbuhan dan kematian sel
karena meningkatnya akumulasi hasil metabolisme dan keterbatasan nutrien dalam media
(Pelczar et al. 1986). Fase kematian merupakan fase akhir pada pertumbuhan mikroalga yang
ditandai dengan penurunan jumlah sel secara bertahap yang dikarenakan jumlah nutrien
berkurang, suplai oksigen dan karbondioksida berkurang, serta kerapatan sel yang semakin
tinggi (Madigan et al. 2011). Kepadatan Spirulina sp. mengalami fase kelambanan atau lag
fase pada hari ke-0 sampai hari ke-1 untuk kultur wadah kaca dan plastik, yaitu fase
Spirulina sp. mengalami proses penyesuaian terhadap lingkungan baru (Hariyati, 2008).
Tujuan dari penambahan pupuk saat kultur ialah untuk membantu penyuplaian nutrisi
si Spirulina. Beberapa penelitian mengenai rekayasa penggunaan pupuk untuk meningkatkan
pertumbuhan Spirulina sp. sudah banyak dilakukan, antara lain oleh Utomo dkk. (2005);
Khatun et al. (2006); Dineshkumar et al. (2016).
Nutrien merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada komposisi biokimia
alga. Kultur Spirulina yang sudah dilakukan menggunakan pupuk Walne yang harganya
mahal sehingga dicari alternatif pupuk lain. Salah satu nutrien yang bisa digunakan untuk
kultur Spirulina adalah pupuk komersil (Urea, TSP dan ZA) dan pupuk kotoran ayam.
Nitrogen yang terkandung dalam pupuk Urea dan ZA serta fosfat yang terkandung dalam
pupuk TSP mudah larut dalam air (Hakim et al., 1986).
Rata-rata pertumbuhan populasi maksimal perlakuan kotoran ayam 250 ppm
cukup tinggi yaitu 451,66 × 103 Sin/ml yang diduga karena kandungan unsur haranya
sudah mencukupi untuk pertumbuhan sel. Namun nilai tersebut semakin menurun
dengan semakin tingginya dosis kotoran ayam yang diberikan karena kelebihan
nutrien tersebut bisa menjadi racun bagi organisme perairan (Fay, 1983). Pemberian
dosis pupuk harus disesuaikan dengan skala kultur Spirulina sp. Kandungan pupuk
yang terlalu sedikit ataupun berlebih akan menghambat pertumbuhan Spirulina sp.
Menurut Hastuti dan Handajani (2001), pemberian nutrien pada media dalam jumlah
berlebih maka akan bersifat racun yang dapat menghambat pertumbuhan. Subarijanti
(2005) menambahkan semakin tinggi dosis pemberian pupuk pada media kultur
mikroalga maka tingkat kekeruhan juga semakin tinggi, dimungkinkan fosfat dalam
media tidak termanfaatkan. Tingkat kekeruhan yang tinggi dapat menyebabkan
rendahnya penetrasi cahaya dan menyebabkan terganggunya proses fotoautotrofik
dari mikroalga.

KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah bahwa teknik kultur
Spirulina sp. sebagai pakan alami ikan mudah dibuat tetapi harus memperhatikan waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai pertumbuhan yang cepat. Pada saat pemeberian dosis pupuk pun
harus diketahui agar pupuk tidak dibuang sia-sia.

DAFTAR PUSTAKA
Fay, P. 1983. The Blue Green (Cyanophyta – Cyanobacteria). Studies in Biology. Institut of
Biology; no. 160. London. 88p.
Habib, M. A dan M. Parvin. 2008. a Review on Culture, Production and Use of Spirulina as
Food for Humans and Feeds for Domestic Animals and Fish. FAO Fisheries and
Aquaculture Departemen. Rome. 33 p.
Hakim, N., Y. Nyakpa, A. M. Lubis, S. G. Nugroho, A. Dika B. H. Go dan H. H. Bailey.
1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. 212 hal.
Hariyati, R. 2008. Pertumbuhan dan Biomassa Spirulina sp. dalam Skala Laboratoris.
BIOMA, 10 (1): 19-22.
Hastuti, D. S., & Handajani, H. (2001). Budidaya Pakan Alami. Fakultas Peternakan-
Perikanan. Malang: UMM.
Herawati, V. E, & Hutabarat, J. (2014). Pengaruh pertumbuhan, lemak & profil asam amino
essensial Skeletonema cotatum dalam kultur massa menggunakan media kultur teknis
yang berbeda. Jurnal Aquasains. 2(3): 221- 226.
Madigan MT, Martinko JM, Stahl DA, Clark DP. 2011. Brock Biology of Microorganisms.
13th ed. San Francisco (USA): Pearson Education Inc.
Pelczar, Michael dan Chan, E.C.S. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid I.Diterjemahkan
oleh Ratna Siri Hadioetomo, Teja Imas, Sutarmi,Tjitrosomo, Sri Lestari A. Jakarta :
UI Press.
Saranraj, P. dan S. Sivasakthi. 2014. Spirulina platensis–Food for Future: a Review. Asian
Journal of Pharmaceutical Science & Technology, 4: 26-33.
Subarijanti. (2005). Pemupukan dan Kesuburan Perairan.Fakultas Perikanan. Malang:
Universitas Brawijaya.
Utomo, N.B.P., Winarti, A. Erlina. 2005. Pertumbuhan Spirulina platensis yang Dikultur
dengan Pupuk Inorganik (Urea, TSP, dan ZA) dan Kotoran Ayam. Jurnal Akuakultur
Indonesia 4(1): 41-48. 1111qqq

Anda mungkin juga menyukai