Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK

YANG BERJUDUL
“ANAK RANTAU”
AHMAD FUADI

Tahun pelajaran 2021/2022

Kelas XII MIPA 2


Kelompok 6
1. DELA ALVIRA
2. FEBRIAN WILLI
3. NURDIANA
4. SELFIA PUTRI
5. WIJIATI WULANDARI (29)

PEMERINTAHAN PROVINSI JAWA TIMUR DINAS PENDIDIKAN

SMA NEGERI CANDIPURO


Jl. Jend. Soedirman. No. 61 Candipuro Telp. (0334) 572646 Lumajang 67373
I. Sinopsis

Novel ini menceritakan kisah seorang anak yang bernama


Hepi yang tinggal diperantauan ayahnya yang bernama
Martias laki laki kelahiran tanah Minang yang merantau ke
kota Jakarta. Cerita ini berawal dari pembagian rapor di
sekolah Hepi yang mana pada saat itu ayah hepi tengah
megambil rapor ujian semester anaknya dan ia menemukan
bahwa rapor itu kosong tanpa nilai segorespun melihat hal
itu ayahnya geram sekali melihat Hepi yang awalnya ia mengetahui anaknya
adalah anak yang pintar dan cukup berprestasi di sekolahnya namun kali ini apa
yang ia dapatkan hanya rapor kosong yang tak terlulis di dalamya nilai
segorespun. Karena ulah anaknya ini ia berencana untuk mengirim anaknya ke
kampungnya di Sumatra Barat, dengan cara mengajak anaknya liburan ke sana
Hepi pun menyetujui ajakan ayahnya untuk berlibur ke sana. Sesampainya ia
dan ayahnya di sebuah kampung yang bernama kampung Durian di salah satu
daerah di Sumatra Barat ia menikmati liburanya di sana dengan menikmati
suasana pekampungan yang terletak di tepi danau Talago sambil ayahnya
menceitakan kenangan masa kecilnya di kampung itu.

Namun liburan tu bukan hanya sekedar liburan bagi Hepi namun ia harus
menerima paksaan ayahnya untuk tinggal disana dan melanjutkan sekoalahnya
disana, setelah dua minggu liburan dikampungnya Hepi ditinggalkan ayahnya
untuk tinggal bersama Kakek dan Neneknya dengan cara yang menyakitkan hati
Hepi ayahnya meniggalkan nya tanpa memberitahukan kepadanya dari
peristiwa inilah ia mulai membenci ayahnya dan bertekad untuk mengupulkan
uang sendiri dan akan membeli tiket pesawat untuk balik ke Jakarta sendiri.

Mulai saat itulah Hepi menjalani hidunya sebagai seorang anak rantau
yang hidup di kampung yang mana susana nya sangat beda dengan di
Jakarta ia menjalani kehidupanya itu dengan perasaan yang kcewa dengan
apa yang sudah dilakukan ayahnya kepada nya. Hingga Hepi bertemu dua
kawan yang menjadi sahabatnya disana yang bernama Attar dan Zen yang
akan selalu menemani hidup Hepi di kampung itu dengan bermain
bersama dan sekolah bersama. Dari dua orang temanya inilah Hepi
mendapatkan pengetahuan tentang kehidupan di kampung yang belum
pernah ia rasakan Attar dan Zen memanggilnya anak Kota. Kehidupan
hepi juga dipenuhi dengan ibadah ibadah yang selalu ia lakukan karena
Kakeknya adalah seorang pengurus mesjid yang berada di dekat rumah
Kakeknya dan dari Kakeknya jugalah Hepi belajar banyak tentang agama
dn juga belajar azan dan mengaji.

Seperti anak anak kampung biasanya Hepi mulai terbiasa dengan suasana
barunya disana dengan bermain dengan anak anak disana setiap sorenya,
namun dibalik kesengannya itu ia masih menyimpan dendam dengan
ayahnya yang bakan dibalaskanya dengan membuktikan kepada ayahnya
bahwa ia mampu untuk pulang ke Jakarta sendiri dengan uangnya sendiri.
Kerena ambisi itu ia gait mengumpulkan uang dengan bekerja dan
menolong Kakekya mengurusi masjid. Hepi juga bekerja di warung sudara
ayahnya yang bernama Mak tuo Ros, setiap pulang sekolah dan hari pekan
Hepi selalu menolong Mak Tuo Ros melayani pengunjung warungnya.
Namun hasil yang ia dapatkan dari bekerja di warung Mak Tuo Ros
sangat kecil sekali ia meras akan lama sekali jika menunggu tabunganya
penuh untuk membeli tiket pulang ke Jakarta, kemudian ia mendengar
bahwa ada perantau dari Jakarta juga yang juga merupakan teman
ayahnya yang bernama Bang Lenon yang membuka bisnis kerajianan
tangan di Kampung Tanjung Duria. Hepipun tertarik untuk ikut bekerja
dengan Bang Lenon.

Iapun datang ke tempat Banng Lenon dan mengatakan kepadanya


bahwasanya ia ingin mencari uang untuk pulang ke Jakarta, Bang Lenon
pun menerimanya untuk bekerja disana dengan tugas mengantarkan
pesanan orang ke rumah nya namun pekerjaan inilah yang kelak akan
membuat dirinya merasa sangat berdosa dengan apa yang telah ia
lakukan. Penghasilanya selama bekerja dengan Bang Lenon lebih besar
dari pada ia bekerja di Warung Mak Tuo Ros. Selain harus bekerja ia juga
harus melanjutkan sekolahnya disana dengan harus menjadi anak Surau
yang dikelola Kakeknya.
Pada suatu hari kampung Tanjung Durian digegerkan dengan pencurian
yang dilakukan oleh sekelompok orang yang misterius mereka mecuri
kambing, perhiasan, dan hewan ternak lainya milik warga hingga mereka
juga mencuri barang barang di surau milik Kakeknya Hepi. Melihat hal
ini Hepi dan kawan kawanya geram sekali dan berencana untuk menjebak
mereka dengan memancing mereka dengan dua ekor kambing milik orang
tua Zen. Malamnya pun mereka melancarkan aksinya mereka meletakan
kambing itu di batang mangga di dekat surau Gadang. Mereka mengintai
pencuri itu dari rumah Kakek Hepi yang tak jauh dari lokasi kambing
tersebut. Hingga tengah malam pencuri tersebut tak kunjung juga datang,
setelah lama menunggu akhirnya Hepi mendengar ada suara langkah kaki
orang yang mendekati kambing umpan itu. Ketika ia melihat kesana
kambing itu sudah lenyap dengan cekatan Hepi mengejar kambing itu.
Tiba di simpang kanpung Tanjung Durian Hepi berhasil menangkap
pencuri itu dan melawanya dengan jurus silat yang ia pernah pelajari.
Ketika ditanyai ternyata pencuri itu adalah Bang Noppen yang mana
bekas pembantu Kakek Hepi di Surau Gadang, dan ia mengaku kehabisan
uang untuk membeli narkoba karena ia sudah ketergantungan. Hepipun
berpikir bahwa di kampungnya sudah terjaring narkoba dan dia juga
berniat untuk menyelidikinya.

Setelah beberapa hari Hepi dan teman temanya menyelidiki kasus narkoba
di kampungnya ini ia pun mengetahui bahwasanya narkoba itu dijual oleh
seseorang yang seelalu menggunakan perahu dan menjualnya ke para
nelayan yang sedang beristirahat di keramba ikan mereka. Hepi dan
teman temanya mengikuti kemana perahu itu bermuara dan ia pun
mendapatkan bahwa orang itu tinggal di sebuah bangunan di tengah hutan
yanga sangat terpencil. Saat ingin memesuki bangunan itu ia ditangkap
oleh seseorang dan disekap di sebuah ruangan, dan ia mengetahui bahwa
yang memiliki usaha haram itu adalah bang Lenon dan ia dan teman
temanya akan dibunuh namun saat itu juga Kakeknya dan Pandeka Luko
datang menyelamatkanya Hepi dan temanya pun selamat.
Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik dari novel yang berjudul Bumi adalah

I.1 Tema
Tema dari novel yang berjudul Bumi adalah petualangan menemukan jati diri.

I.2 Penokohan
Penokohan dari novel yang berjudul Bumi adalah

I.2.1 Tokoh Utama


Tokoh utama dari novel yang berjudul Bumi adalah
 Raib
 Seli
 Ali
I.2.2 Tokoh Pembantu
Tokoh pembantu dari novel yang berjudul Bumi adalah
 Mama Raib dan Papa Raib
 Miss Selena/Miss Keriting
 Ily
 Ilo
 Vey
 Ou
 Av
 Tamus

I.3 Perwatakan
Perwatakan dari novel yang berjudul Bumi adalah
1. Raib
Raib berwatak pemalu
 “Sebenarnya sejak kecil aku terbilang anak pemalu.” (Halaman:5)
 “Nomal-normal saja, tapi sungguh urusan pemalu inilah yang membuatku
berbeda dari remaja kebanyakan.” (Halaman:5)

Raib berwatak pemberani

 “Miss Selena tidak akan kuat menerima pukulan bertubi-tubi. Dia butuh
bantuan. Aku refleks melompat, mengangkat tangan, jemariku mengpal
membentuk tinju,berteriak marah. Hentikan!” (Halaman:179)
 “Hush! Pergi! Aku mengangkat tangan, balas mengancam. Kucing liar itu
justru meloncat, mengerang cepat-lebih mirip harimau lompat. Tanganku
yang mengepal sejak tadi juga bergerak cepat, memukul kedepan.
(Halaman:270-271)
 “Aku tahu itu ide gila,” Aku menjawab datar, aku tidak meminta
pendapatmu. Aku hanya ingin bilang, malam ini aku akan pergi
menyelamatkan Miss Selena. Terserah kalian mau ikut atau tidak.”
(Halaman:387)
 “Aku memutuskan menyerang lebih dulu. Sarung tanganku langsung
berupah hitam pekat, dalam radius dua puluh meter cahaya segera
menghilang. Aku lomcat, memukul orang paling dekat denganku,angin
kencang mengalir di tinjuku.” (Halaman:407)
 “Yang tidak mengerjakan PR, sukarela maju ke depan, sebelum ibu
periksa.” (Halaman:23)

2. Ali
Ali berwatak Genius
 “Aku memang pemalas tapi aku tidak bodoh. Bahkan sebenarnya, kamu
tahu, sebagian kecil para para pemalas di dunia ini adalah orang-orang
genius” (Halaman:29)
 “Dia peserta seleksi olimpiade paling muda sepenjang sejarah, Ra.Waktu
itu dia masih kelas delapan. Dia nyaris masuk dalam tim yang dikirim ke
entah apa nama negaranya, Uzbekistan kalau tidak salah” (Halaman:36)
 “Kata papaku, profesor pembimbing tim olimpiade pulang membawa tetep
ngotot membawa Ali, bilang bahwa anak itu yang paling pintar” (Halaman
36)
 “Guru-guru kita saja sering grogi di kelas kalau dia memulai bertanya
yang aneh-aneh.Kalau kamu dalam posisi harus mengajari anak sepintar
dia, pasti kamu salah tingkah” (Halaman 37)
 “Ali memang genius, serbatahu, banyak akal, tapi dia lupa satu hal:
kegeniusan dan rasa ingin tahunya itulah yang menjadi kelemahannya.”
(Halaman 68)

Ali berwatak suka mencari masalah

 “Kami tidak akan merusak mood pagi yang menyenangkan dengan


bertengkar dengan Ali-teman satu kelas yang terkenal sekali suka mencari
masalah.” (Halaman 22)
 “Dia selalu saja menabrak orang lain, mengajak bertengkar. Jangan-jangan
matanya ditaruh di dengkul,” (Halaman 22)
 “Diiringi sorakan ramai teman sekelas, Ali juga dikeluarkan Miss Keriting.
Ali bertahan beberapa menit, mengaku sudah mengerjakan PR padahal
belum selesai.” (Halaman 25)
 “Sial, Aku tidak akan menghabiskan waktu dengan si biang kerok itu.”
(Halaman 25)
 “Aku memang pemalas, tapi aku tidak bodoh.” (Halaman 29)
 “Siapa yang bertengkar? Dia saja yang menyeblakan. Mencari masalah.”
(Halaman 35)
 “Lihatlah, Ali lagi-lagi tidak mengerjakan PR.” (Halaman 69)

3. Seli
Seli berwatak pesimis
 “Dia tidak bicara sesuatu,kan? Maksudku, kamu tidak kenapa-kenapa kan?
Seharusnya kan guru BP yang datang kalau kamu kenapa napa, kan ya?
eh? (halaman:88)
 “Bagaimana kalau ada binatang buas di dalam sungai? “ (Halaman:323)

Seli berwatak pemalu


 “Eh, selamat siang, Tante. Seli menoleh, buru-buru mengangguk, lupa
belum menyapa tuan rumah, padahal sudah sejak tadi rusuh masuk ke
ruang tamu.”(Halaman:89)

Seli berwatak pemberani

 “Jangan pernah memukul temanku! Seli berteriak suaranya


serak.”(Halaman:166)
 “Jangan mendekat! Seli mengacungkan jemarinya, ada aliran listrik di
sana.” (Halaman:166)
 “Aku tidak akan melepaskan Miss Selena! Seli meraum.” (Halaman:429)

4. Miss Selena
Miss Selena berwatak tegas
 “ Yang tidak mengerjakan PR, sukarela maju ke depan, sebelum ibu
periksa.” (Halaman:23)
 “Itu sama saja dengan tidak mengerjakan PR. Dengan amat menysal,kamu
terpaksa ibu keluarkan dari kelas. Kamu menunggu di lorong selama
pelajaran berlangsung. Paham?” (Halaman:24)
 “Aku tidak tertarik membahas imajinasi kosong yang tidak penting
sementara murid-muridku butuh bantuan” (Halaman:173)
 “Aku akan buka lubang hitam agar kalian bisa melarikan diri ke tempat
yang tidak bisa didatangi Tamus dan pasukannya. Sementara kalian lari,
aku akan menahan Tamus sekuat mungkin. Dia tidak akan suka melihat
kalian pergi.” (Halaman:182)
 “Jangan lakukan, Ra! Biarkan aku yang pergi,” (Halaman:427)

5. Tamus
Tamus berwatak jahat
 “Sosok tinggi itu bergerak lebih cepat.Tangannya menderu menghantam
perut Ali. Aku berseri ngeri.” (Halaman:165)
 “Seharusnya kamu mulai terbiasa, Nak,” sosok tinggi kurus itu berkata
datar” (Halaman:127)
 “Kamu tahu, kamu seharusnya sudah biasa menghilangkan novel itu!”
sosok tinggi membentak.”(Halaman:127-128)
 “Itu karena kamu tidak sungguh-sungguh! Kamu pikir ini semua
lelucon?”Sosok tinggi kurus tidak mengurangi volume
bicaranya.”(Halaman:128)
 “Kamu siap atau belum, hitungannya akan kita mulai.”Suara sosok tinggi
kurus itu terdengar mengancam” (Halaman:130)
 “Habisi kucing lemah itu. “ (Halaman:133)
 “Selamat tinggal, Selena!” Tangan itu ganas menghunjam ke arah tubuh
Miss Selena.” (Halaman:177)
6. Ily
Ily berwatak bertanggung jawab
 “ Dengarkan baik-baik, Papa. Seluruh sistem akan restart. Itu berarti
seluruh lorong akan terbuka. Semua kapsul dengan kendali otomatis akan
berhenti.” (Halaman:310)

7. Mama dan Papa Raib


Mama Raib berwatak pekerja keras
 “Celemeknya terlihat miring, ada satu-dua noda yang tidak hilang setelah
dicuci berkali-kali. Rambut di dahinya berantakan, menutupi pelipis.
Mama gesit sekali bekerja” (Halaman:8)
 “Dulu, sambil menunggu Papa turun bergabung ke meja makan, aku suka
memperhatikan Mama bekerja di dapur.” (Halaman:9)
 “Tangannya cekatan memindahkan omlet ke atas piring” (Halaman:10)
 “Mama memang selalu bisa diandalakan tadi waktu bilang sudah dioak-
atik, itu bahkan berarti Mama sudah berprofesi setengah montir amatir.
 “Mama harus menyiapkan makan malam, papamu pulang lebih awal
malam ini.” (Halaman:41)

Papa Raib berawatak humoris


 “Papa ber-oh sebentar, tertawa, mengedipkan mata, pura-pura menyeryit
tidak bersalah” (Halaman:11)
 “Roti panggang penuh cinta,” Papa nyengir, meniru teladan-ku”
(Halaman:11)
 “Siapa yang gombal? Sekalian jus jeruk penuh kasih sayang.”
(Halaman:11)
 “Tentu saja. Bila perlu, Papa akan sarapan sambil rapat dengan Tuan
Diruktur. Itu pasti akan menarik.” (Halaman:13)
 Kamu tahu, kalau setiap hari mesin cuci itu mencuci pakaian sebanyak dua
puluh potong, maka selama lima tahun, itu berarti lebih dari 36.000 potong
pernah dicucinya, hingga akhirnya rusak, minta diganti. Hebat, bukan?”
(Halaman:17)
 “Konsisten. Eh, bukan, persisten maksud Papa. Ya itu kata paling tepat.”
(Halaman:17)

8. Ilo
Ilo berwatak ramah
 “Ayo kalian ikuti aku”Ayah si kecil sudah menepuk pundakku berkata
ramah. (Halaman:197)
 “Silahkan duduk. Anggap saja rumah sendiri. Jangan sungkan. Kalian
haus? Akan kuambilkan minuman. Kondisi kalian terlihat buruk. Berdebu,
kotor dan astaga, pakaian kalian aneh sekali. Kalian pasti datang dari
tempat jauh. Tidak akan ada anak remaja kota ini yang mau berpakaian
seperti ini, seperti modal seratus tahun lalu. Sebentar, akan kuambilkan air
minum dan handuk basah.” (Halaman:199)
 “Silahkan diminum.” Ayah si kecil mengaangguk ramah kepada kami.”
(Halaman:201)

9. Vey
Vey berwatak ramah
 “Apakah kalian sudah bangun?” terdengar suara ramah. (Halaman:219)
 “Kalau kalian sudah siap, jangan sungkan, ayo bergabung. Si kecil past
senang meja makan raai setelah hampir setahun kakaknya tidak ada di
rumah.” (Halaman:220)
 “Ayo anak-anak, jangan ragu-ragu, silahkan dinikmati makanannya” Vey
tersenyum. (Halaman:223)
 “Ayo dimakan, anak-anak, jangan malu-malu. Semua masakan dibuat
spesial untuk kalian.” Vey duduk kembali, tersenyum lebar.
(Halaman:332)
 “Kamu tidak perlu minta maaf. Kalian tidak merepotkan kami.” Vey ikut
menggeleng. (Halaman:336)

10. Av
Av berwatak tegas
 “Av, demikian nama orang tua berpakaian abu-abu itu, berkata tegas
kepada dua petugas perpustakaan. Padamkan sistem keamanan bagian
terlarang beberapa saat. Aku akan mengajak Ilo dan tiga anak ini masuk ke
dalamnya.” (Halaman:243)
 “Dunia yang kita tinggali memang tidak sesederhana yang kita kira.
Perhatikan peta baik-baik.” (Halaman:246)
 “Ini pertanyaan penting, Gadis kecil. Jawaban yang kamu berikan
mungkin bisa menjelaskan apa yang sebenarnya sedang terjadi. Baik, akan
kubantu aga kamu bisa lebih fokus dan tenang.” (Halaman:253)
 “Aku kenal nama itu. Salah satu pemilik kekuatan Klan Bulan. Panglima
perang saat negeri ini masih diperintah kerajaan. Dia masih hidup?
Berkelana di Dunia Tanah? Ini benar-benar kabar buruk.” (Halaman:254)
 “Untuk mnguasai dunia lain, Tamus harus mengirimkan puluhan bahkan
ratusan ribu pasukan. Kamu tidak bisa datang sendirian menaklukkan
Dunia Tanah.” (Halaman:255)

I.4 Latar
Latar dari novel yang berjudul Bumi adalah

I.4.1 Tempat
Latar tempat dari novel yang berjudul bumi adalah
Dunia bumi
1. Rumah Raib
 “Kebanyakan mereka hanya hanya berdiri di pojok kamar , atau di
samping sofa , atau di belakang meja, lantas menutupi wajah dengan
kedua telapak tangan.” (Halaman:6)
 “Papa yang tergesa-gesa menuruni anak tangga, bergabung di meja
makan, tertawa melihat Mama yang sedang mengelus dada dan
menghembuskan napas.” (Halaman:8)
 “Mama sibuk memulai hari, meniapkan sarapan, dan membereskan
kamar.” (Halaman:9)
 “Seperti pagi ini, aku sebenarnya sudah sejak tadi turun dari lantai dua
rumah kami” (Halaman:10)
 “Aku naik ke lantai dua, menuju kamarku, melempar tas sekolah
sembarangan ke atas kasur.” (Halaman:40)

2. Lorong Sekolah
 “Kami sudah tiba di bangunan sekolah, melangkah ke lorong,
menuju anak tangga. “ (Halaman:21)
 “Aku melangkah malas, mencari lokasi menunggu yang baik di
lorong.” (Halaman:24)
 “Kenapa pula aku harus menghabiskan dua jam bersamanya di
lorong?” (Halaman:25)
 “Tempias air mengenai lorong lantai dua terpecik ke wajahku yang
setengah pucat” (Halaman:27)
 “Aku menuju meja, meletakkan tas, melihat sekitar yang kosong,
dan melangkah ke lorong deapan kelas.” (Halaman:64)

3. Aula Sekolah
 “Ali memimpin kami ke aula sekolah. Dia gesit mendorong pintu
aula, dan segera menutupnya saat kami sudah di dalam.”
(Halaman:155)
 “Aku ikut memeriksa aula. Selain untuk rapat, pertemuan guru wali
murid, dan pertunjukkan seni, aula itu sekaligus merangkap
lapangan olahraga indoor.” (Halaman:156)
 “Aku menoleh ke pintu aula. Di luar memangan ramai suara orang.
Halaman sekolah juga sudah dipenuhi sirene mobil pemadam
kebakaran.” (Halaman:159)
 “Aula tiba-tiba meremang, seperti ada yang melapisi seluruh
dinding aula denagn plastik hitam.” (Halaman:160)
 “Aku, Seli dan Ali refleks hendak melangkah mundur, tapi
percuma, kami sejak tadi tertahan dinding aula, tidak bisa kemana-
mana.” (Halaman:163)

4. Kelas
 “Suara sepatu Miss Keriting terdengar bahkan sebelum dia tiba di
pintu kelas” (Halaman:23)
 “Kelas bising sejenak, teman-teman sibuk mengambil buku PR.”
(Halaman:23)
 “Aku menaiki anak tangga, berjalan di lorong lantai dua, masuk ke
kelas.” (Halaman:64)
 Aku langsung mejuju kelasku, kelas X 9.” (Halaman:114)
 “Aku melempar tatapan ke luar jendela kelas, lengang.”
(Halaman:155)

5. Kantin Sekolah
 “Seli mengajakku ke kantin, menghabiskan semangkuk bakso dan
segelas air jeruk hangat, pilihan yang baik dalam suasana seperti
ini.” (Halaman:34-35)
 “Semangkuk bakso kantin ini lumayan lezat, apalagi saat udara
dingin, tapi topik pembicaraan ini memengaruhi lidahku.”
(Halaman:35)
 “Kamu cari masalah Ra, cewek itu ketua geng cheerleader.” Seli
berlari-lari kecil menarikku, berbisik sebal.” (Halaman:38)
 “Wajah Seli langsung terlipat kecewa melihat kantin yang kosong.”
(Halaman:148)

6. Tokoh Elektronik
 “Aku sering ke tokoh ini, menemani Mama, tapi belum pernah ke
bagian mesin cuci.” (Halaman:51)
 “Tergantung kebutuhannya Bu,” petugas sales tokoh elektronik
sudah melesat menyambut kami, tersenyum sesai SOP, memulai
strategi menjualnya.” (Halaman:51)
 “Setelah memasikan mesin cuci itu akan diantar sore ini juga ke
rumah, paling telat tiba nanti malam, kami meninggalkan toko
elektronik, pindah ke supermarket.” (Halaman:52)

7. Angkot
 “Sisa hujan sepanjang pagi sudah menguap di jalanan saat angkot
yang kutumpangi merapat di depan rumah.” (Halaman:40)
 “Seli bilang dia saja yang traktir bayar ongkos. Aku menggeleng,
tapi Seli duluan berseru ke sopir. “Nanti saya yang bayar, Pak.”
Aku tersenyum, turun dari angkot tanpa bayar.” (Halaman:77)
 “Pagi, Ra.” Seli mengagetkanku saat turun dari angkot. “Kamu
naik angkot? Papamu kemana?” (Halaman:145)

Dunia Bulan

1. Rumah Peristirahatan
 “Setelah menjemput Ou dan Vey, kita akan segera mengungsi
keluar kota. Kami punya rumah peristirahatan di teluk kota.”
(Halaman:283)
 “Hingga ada perkembangan lebih lanjut, kalian bertiga akan tinggal
dirumah peristirahatan ini.” (Halaman:336-337)
 “Rumah peristirahan Ilo, cucu dari cucu cucuku.” (Halaman:375)

2. Hutan
 “Kita berada di tengah hutan lembah,” (Halaman:268)
 “Meski halaman rumah kami adalah hutan, tidak ada penduduk
kota yang mau menghabiskan waktu turun ke dasar hutan, kecuali
lokasi wisata tertentu.” (Halaman:269)

3. Perpustakaan Sentral
 “Ini perpustakaan Sentral. Tempat semua catatan dan buku
disimpan, semua ilmu dikumpulkan.” (Halaman:237)
 “Seribu Pasukan Bayang mendatangi Perpustakaan Sentral, jelas
tidak sedang ingin meminjam buku.” (Halaman:260)
 “Tapi sebagai langkah pertama, tinggalkan perpustakaan.”
(Halaman:261)
 “Gedung perpustakaan ini pastilah ratusan meter di perut Bumi.”
(Halaman:267)
 “Ini ruangan dengan koleksi buku paling berharga milik
Perpustakaan Sentral.” (Halaman:398)

4. Stasiun kereta
 “Selamat datang di Stasiun Sentral.” (Halaman:229)
 “Hamparan lantai stasiun dipadati kesibukan di pagi hari.”
(Halaman:229)
 “Kalian sepertinya tidak pernah melihat setasiun kereta.”
(Halaman:229)
 “Syukurlah, stasiun ini masih berfungsi.” (Halaman:278)
 “Di luar lebih banyak lagi kapsul kereta yang merapa di peron.
Orang-orang protes kenapa jalur mereka diubah.” (Halaman:291)
I.4.2 Waktu
Latar waktu dari novel yang berjudul bumi adalah
1. Pagi hari
 “Bukannya kamu tadi masih di kamar? Berkali-kali Mama teriaki
kamu agar turun, sarapan. Sampai serak suara Mama.Ini sudah
hampir setengah enam.” (Halaman:8)
 “Seperti pagi ini, Mama berteriak membangunkan Papa dan
meneriakiku agar bergegas.” (Halaman:9)
 “Papaaa! turun, sudah jam enam lewat. Bukankah ada rapa penting
di kantor?” (Halaman:10)
 “Seperti pagi ini, aku sebenarnya sudah sejak tadi turun dari lantai
dua rumah kami, rapi mengenakan seragam sekolah, bergabung di
meja makan.” (Halaman:10)
 “Papa yang mulai membuka koran pagi mengangkat wajah.”
(Halaman:11)
 “Pagi sekali, jam beker alami rumah kami, Mama, sudah berteriak-
riak membangunkan.” (Halaman:61)

2. Siang hari
 “Cepat ganti baju, lalu makan siang.” (Halaman:48)
 “Saatnya berganti seragam, makan siang dengan cepat.”
(Halaman:49)

3. Sore hari
 “Tidak usah. Nanti sore Mama bisa pergi sendiri.” (Halaman:12)
 “Setelah memastikan mesin cuci itu akan diantar sore ini juga
kerumah.” (Halaman:52)
 “Persis jam tangan menunjukkan pukul lima sore, aku dan Mama
membawa kantong plastik belanjaan keparkiran motor.”
(Halaman:53)
 “Langit sore ini terlihat bersih, awan tipis tampak jingga oleh
matahari senja.” (Halaman:53)
 “Selamat sore, Bu.” (Halaman:86)
4. Malam hari
 “Kami sedang berkumpul di ruang keluarga, habis makan malam
ulang tahunku. (Halaman:45)
 “Malam itu, aku telanjur senang dengan hadiah kucing di dalam
kotak berwarna pink itu.” (Halaman:46)
 “Bergegas turun makan malam.” (Halaman:55)
 “Sudah pukul tujuh malam, setengah jam lewat dari jadwal
biasanya Papa pulang.” (Halaman:55)
 “Pukul delapan malam, Papa belum pulang juga.” (Halaman:55)

I.4.3 Suasana
Latar suasana dari novel yang berjudul Bumi adalah

I.5 Sudut Pandang


Sudut pandang dari novel yang berjudul bumi menggunakan sudut pandang
orang pertama pelaku utama “Namaku Raib. Aku murid baru di sekolah.”

I.6 Alur
Alur dari novel yang berjudul bumi menggunakan alur campuran (alur maju dan
alur mundur)
 BUKTI DARI SINOPSISSS

I.7 Amanat
Amanat dari novel yang berjudul bumi adalah
Ada banyak sisi dari setiap masalah, tidak semua yang kita lihat itu adalah
sebenarnya. Dalam situasi bagaimanapun, kita tidak boleh meninggalkan teman
yang benar-benar teman.

II. UNSUR EKSTRINSIK


Unsur ekstrinsik dari novel yang berjudul Bumi adalah

II.1Nilai Agama
Nilai agama dari novel yang berjudul Bumi adalah
 “
II.2Nilai Sosial
Nilai sosial dari novel yang berjudul Bumi Adalah
 “Ali! Ra! Suara Miss Keriting menyelamatkanku.” (Halaman:29)
 “Aku tidak akan pergi!” aku berseru panik. Aku tidak akan pernah
meninggalkan Miss Selena sendirian menghadapi sosik kurus tinggi
menyebalkan itu. (Halaman:182)

II.3Nilai Budaya
Nilai budaya dari novel yang berjudul Bumi adalah
 “
II.4Nilai Moral
Nilai moral dari novel yang berjudul Bumi adalah
 “Tubuhnya masih lemah, tapi dia jelas petarung yang pantang menyerah.”
(Halaman:375)
 “
II.5Nilai Pendidikan
Nilai pendidikan dari novel yang berjudul Bumi adalah
 “

Anda mungkin juga menyukai