Anda di halaman 1dari 15

JURNAL HUKUM KAIDAH 38

Media Komunikasi dan Informasi Hukum dan Masyarakat


Volume : 21, Nomor : 1 Abstrak
ISSN Online : 2613-9340
ISSN Offline : 1412-1255 Perkawinan bertujuan untuk membentuk
keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah,
Tinjauan Yuridis Perlindungan Hukum serta menciptakan ketertiban dalam masyarakat
Terhadap Anak Akibat Perkawinan Siri dan kepastian hukum bagi suami, istri dan
(Studi Putusan Nomor: 129/Pdt.G/2018/PN. keturunan. Putusan Pengadilan Negeri Kelas I-
Lbp) A Lubuk Pakam, Nomor:129/Pdt.G/2018/PN
Lbp, telah memeriksa dan memutus gugatan
perceraian yang tidak dicatatkan ke pejabat
Oleh:
berwenang, bahkan menjadikan KHI sebagai
Syarifuddin
bagian pertimbangan hukum dalam hal hak
syarifali1983@gmail.com asuh anak, hal ini sangat ketentuan perundang-
undangan, berdasarkan hal tersebut penulis
Abstract membahas tentang pengaturan hukum
Marriage aims to form a sakinah, perkawinan siri, akibat hukum, serta
mawaddah, warahmah family, and to create perlindungan terhadap perempuan dan anak
order in the society and the legal certainty for berdasarkan Putusan
husbands, wives and descendants. The decision Nomor:129/Pdt.G/2018/PN Lbp.
of the Class IA Lubuk Pakam District Court, Pengaturan hukum tentang
Number: 129/Pdt.G/2018/PN Lbp, has examined perlindungan anak dari perkawinan siri diatur
and decided on divorce claims that were not pada Pasal 21 dan 27 Jo Pasal 39 UU PA, anak
registered with the competent authorities, even harus mendapatkan perlindungan hukum dari
making KHI as part of the legal considerations in orangtua dan pemerintah. Akibat hukum oleh
terms of child custody, this is strictly a statutory perkawinan siri membawa dampak buruk bagi
provision, based on this the author discusses perempuan dan anak, karena hak dan status
the legal arrangements for unregistered hukumnya menjadi tidak diakui oleh negara, hal
marriages, legal consequences, and the ini menunjukkan perempuan dan anak yang
protection of women and children based on the paling dirugikan karena perkawinan siri.
Decision Number: 129/Pdt.G/2018/PN Lbp. Pertimbangan hukum hakim sangat keliru dan
The legal arrangements regarding the tidak relevan, sebab perkawinan siri sah
protection of children from unregistered menurut hukum meskipun tidak dicatatkan
marriages are regulated in the Articles 21 and kepada pejabat berwenang, sehingga dasar
27 in conjunction with the Article 39 of the PA gugatan diajukan tanpa buku nikah dan akta
Law; children must get legal protection from lahir anak. Selanjutnya pertimbangan hakim
parents and the government. The legal dalam hak asuh anak menggunakan KHI dalam
consequences of unregistered marriages have a pertimbangan hak asuh anak bagi perkara cerai
negative impact on women and children, masyarakat non muslim.
because their rights and legal status are not Kata Kunci: Perlindungan Hukum, Perempuan
recognized by the state, this shows that women dan Anak, Perkawinan Siri.
and children are the most disadvantaged due to
unregistered marriages. The judge's legal I. Pendahuluan
considerations are very wrong and irrelevant, A. Latar Belakang
because unregistered marriages are legal even
though they are not registered with the Peraturan Perundang-undangan
authorized official, so that the basis for the merupakan kesepakatan seluruh masyarakat
lawsuit is filed without a marriage book and
Indonesia yang diwakili oleh DPR, untuk
child's birth certificate. Furthermore, the judge's
consideration in child custody uses KHI in the menetapkan hukum apa yang berlaku dalam
consideration of child custody for the divorce seluruh kegiatan masyarakat, termasuk masalah
cases for non-Muslim communities.
perkawinan. Undang-undang menetapkan
Keywords: Legal Protection, Women and bahwa perkawinan yang sah dan berlaku untuk
Children, Unregistered Marriage.
seluruh masyarakat di Indonesia apabila

Jurnal Hukum KAIDAH


JURNAL HUKUM KAIDAH 39
Media Komunikasi dan Informasi Hukum dan Masyarakat
dillakukan menurut hukum masing-masing cara pandangnya bersifat abstrak dan formal
agamanya dan kepercayaannya. Hukum agama legalistis, paradigma yuridis sosiologis seperti
adalah hukum yang hidup di alam pikiran dan mazhab sejarah yang dipelopori Von Savigny
kesadaran masyarakat beragama, yang berlaku telah mulai menarik perhatian banyak orang dari
atas dasar kepatuhan kepada kepada ajaran suatu analisis hukum yang bersifat abstrak dan
agama, oleh sebab itu sumbernya adalah ajaran ideologis kepada suatu analisis hukum yang
agama masing-masing. sedangkan hukum difokuskan pada lingkungan sosial yang
negara adalah segala ketentuan peraturan membentuknya. Jadi, berdasarkan pandangan
perundang-undangan yang dibuat oleh DPR Savigny tersebut, hukum itu timbul bukan
sebagai perwakilan rakyat, serta dibahas dan karena perintah penguasa atau kekuasaan,
disahkan bersama-sama dengan pemerintah, tetapi karena perasaan keadilan yang terletak
sehingga ketentuan sahnya suatu perkawinan dalam jiwa bangsa itu sendiri yang menjadi
menurut negara apabila dilaksanakan sesuai sumber hukum3.
dengan ajaran agama masing-masing dan Selain sebatas mensahkan perkawinan
didaftarkan kepada negara. Menurut Yusril, menurut hukum positif, negara harus
Hukum Islam adalah the living law atau hukum bertanggungjawab pula atas akibat yang
yang hidup dalam masyarakat, bukan ius ditimbulkan oleh perkawinan tersebut apabila
constitutum dan bukan pula ius constituendum. tidak dicatatkan ke pemerintah melalui Dinas
Hukum positif adalah hukum yang Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Kasus
diformulasikan oleh institusi negara serta tegas sederhana yang paling banyak sekali terjadi
kapan dinyatakan berlaku dan kapan tidak adalah anak yang lahir akibat dari perkawinan
berlaku lagi. The living law tidak diformulasikan siri, sehingga negara tetap bertanggungjawab
oleh negara, tetapi hukum itu hidup dalam alam dalam hal memberikan perlindungan serta
pikiran dan kesadaran hukum masyarakat, serta pemenuhan hak anak melalui akta kelahiran,
berpengaruh dalam kehidupan masyarakat dan meskipun perlindungan dan hak anak yang lahir
kadang-kadang daya pengaruhnya bahkan dari perkawinan siri hanya dianggap sebagai
mengalahkan hukum positif yang diformulasikan anak ibu, dan tidak memiliki hubungan
oleh negara1. keperdataan dengan ayahnya, kecuali dapat
Aliran legal positivisme mengajarkan dibuktikan melalui tes DNA dan proses hukum,
bahwa hukum positif yang merupakan hukum agar anak tersebut memperoleh serta diakui
yang berlaku. Hukum positif disini adalah secara sah untuk hak sipilnya dalam akta
norma-norma yudisial yang telah dibangun oleh kelahiran sebagai anak ayah dan ibunya.
otoritas negara. Hukum negara ditaati secara Hal diatas memperlihatkan peran dan
absolut serta disimpulkan dalam suatu fungsi undang-undang di Indonesia sebagai
statement gezetz ist gezetz atau the law is the hukum posiitif sekaligus dalam kedudukannya
law2, berbeda dengan legal positivisme yang membawa living law sebagai hukum positif yang
berlaku di Indonesia
1https://www.republika.co.id/berita/jurnalisme-
warga/wacana/16/12/25/oiosi5385-hukum-islam-adalah the-
living-law, diakses pada tanggal 16 Mei 2021, pukul 20.30 Hukum Islam, Cet. 2, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006,
Wib. hal.37.
2Ade Maman Suherman, Pengantar 3R. Otje Salman, Beberapa Aspek Sosiologi
Perbandingan Sistem Hukum, Civil Law, Common Law, Hukum, Cet. 1, Bandung, Alumni, 1993, hal. 1.

Jurnal Hukum KAIDAH


JURNAL HUKUM KAIDAH 40
Media Komunikasi dan Informasi Hukum dan Masyarakat
Pencatatan nikah menyebabkan dan teknologi biasanya dengan melakukan tes
berubahnya status hukum perkawinan, dari golongan darah atau DNA (Deoksiribo Nuklead
perkawinan bawah tangan atau Siri menjadi Acid). Tes DNA berguna untuk mengetahui
perkawinan yang legal menurut undang-undang. apakah ada kesamaan golongan darah anak
Dalam hal ini perlu dipahami bahwa perkawinan dengan ayah dan keluarga ayahnya atau tidak.
siri tetap sah karena sesuai dengan hukum Tes DNA berlaku sacara umum, baik untuk anak
agama, tetapi merupakan perkawinan yang luar kawin yang dilahirkan dari pernikahan tidak
tidak legal (tidak diakui oleh hukum yang dicatatkan, anak luar kawin dari hasil
berlaku) dalam negara sebelum perkawinan itu perzinahan, anak yang tidak diakui oleh
dicatatan. Akibat hukum dari status legal ayahnya (li’an), anak yang tertukar, ataupun
tersebut adalah adanya perlindungan hukum anak yang tidak diketahui asal-usul orang
terhadap perkawinan tersebut, dan terhadap tuanya, hal ini berlaku sejak adanya Putusan
anak-anak yang dilahirkan dalam perkawinan Mahkamah Konstitusi Nomor: 46/PUU-VIII/2010,
tersebut, disamping terhadap harta dalam tanggal 17 Februari 2012.
perkawinan. Yang menjadi fokus dalam Hukum Islam mengatur berbagai
penelitian ini adalah mengenai perlindungan perlindungan hukum dalam hubungan
hukum terhadap anak yang lahir dari perkawinan dan kekeluargaan secara lengkap
perkawinan siri. dan jelas, tetapi pengaturan tersebut menjadi
Anak yang lahir dari perkawinan siri tidak didukung oleh kekuasaan negara, apabila
tidak mendapatkan perlindungan hukum perkawinan tersebut tidak dicatatkan.
perkawinan disebabkan perkawinan orang tua Landasan teori yang digunakan dalam
mereka tidak dakui oleh negara, artinya bahwa penelitian ini berkaitan dengan hak anak berupa
hubungan hukum antara orang tua dan anak perlindungan hukum terhadap anak akibat
tidak diakui oleh hukum, serta tidak memperoleh perkawinan siri, teori yang digunakan dalam
hak perlindungan yang optimal dari negara penelitian ini adalah teori hak dan teori
sekalipun dilahirkan dari perkawinan yang sah perlindungan anak.
secara agama, akhirnya statusnya menjadi anak
1. Teori Hak
luar kawin yang hanya mempunyai hubungan
hukum dengan ibunya. Sehingga apabila Hak menurut Kamus Besar Bahasa
bapaknya melalaikan kewajibannya sebagai Indonesia memiliki makna kewenangan,
seorang ayah untuk memberi nafkah, kekuasaan untuk berbuat sesuatu. Menurut
memelihara, memberi biaya pendidikan serta kamus Hukum hak memiliki arti yaitu
biaya kesehatan, maka hukum tidak dapat kekuasaan, kewenangan yang diberikan oleh
memberikan perlindungan, termasuk juga hukum kepada subyek hukum. Teori hak
apabila bapaknya meninggal dunia, maka anak merupakan suatu aspek dari teori deontologi,
tersebut tidak mendapat hak untuk mewarisi karena hak berkaitan dengan kewajiban. Hak
sebagaimana yang ditetapkan oleh hukum dan kewajiban bagaikan dua sisi dari uang
agama, kecuali dapat dibuktikan melalui ilmu logam yang sama4. Hak manusia selalu harus
pengetahuan dan teknologi sebagai anak dari
ayahnya. Pembuktian melalui ilmu pengetahuan 4https://kbbi.web.id/hak, diakses pada tanggal 17
Mei 2020, pukul 16.00 Wib.

Jurnal Hukum KAIDAH


JURNAL HUKUM KAIDAH 41
Media Komunikasi dan Informasi Hukum dan Masyarakat
dihormati. Kepentingan yang dimaksudkan dengan kesejahteraan anak6. Selanjutnya Pasal
adalah tuntutan perorangan atau kelompok yang 1 Angka 2 UU PA, menyebutkan “Perlindungan
diharapkan untuk dipenuhi. Kepentingan pada Anak adalah segala kegiatan untuk menjamin
hakikatnya mengandung kekuasaan yang dan melindungi Anak dan hak-haknya agar
dijamin dan dilindungi oleh hukum dalam dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan
melaksanakannya. Dalam setiap hak terdapat berpartisipasisecara optimal sesuai dengan
empat unsur yaitu subyek hukum, obyek hukum, harkat dan martabat kemanusiaan, serta
hubungan hukum yang mengikat pihak lain mendapat perlindungandari kekerasan dan
dengan kewajiban dan perlindungan hukum. diskriminasi”
Hak pada hakikatnya merupakan hubungan Uraian diatas menegaskan bahwa
antara subyek hukum dengan subyek hukum semua pihak yang melangsungkan perkawinan
lain yang dilindungi oleh hukum dan secara agama haruslah mencatatkan kepada
menimbulkan kewajiban5. Hak untuk negara, agar perkawinan tersebut menjadi
mendapatkan identitas diri merupakan salah sah/legal dimata hukum positif. Berdasarkan
satu hak yang mutlak diberikan kepada setiap pemikiran diatas, penulis menganggap perlu
anak sejak kelahirannya namun dalam melakukan penelitian yang berjudul “Tinjauan
kenyataannya Anak yang dilahirkan dalam Yuridis Perlindungan Hukum Terhadap Anak
perkawinan siri tidak memperoleh hak identitas Akibat Perkawinan Siri (Studi Putusan
yang sama dengan anak yang lahir dari Nomor: 129/Pdt.G/2018/PN.Lbp)”.
perkawinan yang dicatatkan ke negara, B. Rumusan Masalah
sehingga perlindungan dan penegakan hak Berdasarkan latar belakang yang telah
setiap anak yang merupakan tanggung jawab diuraikan diatas, maka rumusan masalah yang
negara yang dilakukan melalui pemerintah dapat dikaji dalam penelitian ini adalah :
Pusat dan Pemerintah Daerah justru terkesan 1. Pengaturan Perlindungan Hukum Terhadap
diskriminasi. Meskipun demikian, negara Anak Akibat Perkawinan Siri ?
berkewajiban menghormati dan menjunjung 2. Akibat Hukum Perkawinan Siri Terhadap
tinggi hak setiap anak yang lahir di negara Perempuan dan Anak Berdasarkan Putusan
Indonesia. Nomor: 129/Pdt.G/2018/PN. Lbp?
3. Pertimbangan Hukum Hakim Dalam
2. Teori Perlindungan Anak
Memutus Gugatan Cerai Atas Perkawinan
Perlindungan Hukum bagi anak Siri Berdasarkan Putusan Nomor:
menitikberatkan kepada perlindungan hukum di 129/Pdt.G/2018/PN. Lbp ?
bidang hak asasi anak. Menurut Barda Nawawi C. Metode Penelitian
Arief, teori perlindungan anak dapat diartikan Jenis Penelitian yang digunakan dalam
sebagai upaya perlindungan hukum terhadap penelitian ini adalah yuridis normatif, yaitu
berbagai kebebasan dan hak asasi anak penelitian hukum yang dilakukan dengan
(fundamental rights and freedoms of children) mengutamakan meneliti bahan pustaka atau
serta berbagai kepentingan yang berhubungan dokumen yang disebut data sekunder, berupa

5Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum, 6Barda Nawawi Arief, Beberapa Aspek Kebijakan
Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Yogyakarta, 2010, hal. Penegakan dan Pengembangan Hukum Pidana, Citra Aditya
161. Bakti, Bandung, 1996, hal. 155.

Jurnal Hukum KAIDAH


JURNAL HUKUM KAIDAH 42
Media Komunikasi dan Informasi Hukum dan Masyarakat
bahan-bahan hukum primer, sekunder, dan Ketiga, menurut cara pembagian yang sudah
tersier.7 Penelitian ini dilakukan dan ditujukan sangat populer dibuat berdasarkan cakupan hal
hanya pada peraturan-peraturan yang terulis yang terkandung dalam Konvensi Hak Anak,
atau bahan hukum lain seperti putusan. yakni : hak atas kelangsungan hidup (survival),
hak untuk berkembang (development), hak atas
Disamping itu juga disebut dengan
perlindungan (protection) dan hak untuk
penelitian kepustakaan atau studi dokumen
berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat
disebabkan penelitian ini lebih banyak dilakukan
(participation). Keempat, menurut cara
terhadap data yang bersifat sekunder yang ada
pembagian yang dirumuskan oleh Komite Hak
di perpustakaan seperti perundang-undangan
Anak PBB yang mengelompokkan Konvensi
dan bahan-bahan yang relevan dengan
Hak Anak menjadi delapan Kategori.
permasalahan. Pendekatan ini digunakan juga
dengan maksud untuk mengadakan pendekatan b) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
terhadap masalah dengan cara melihat segi 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas
peraturan perundang-undangan yang berlaku Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
dan berhubungan dengan Perlindungan Hukum Tentang Perlindungan Anak
Terhadap Anak Akibat Perkawinan Siri. Perlindungan hukum terhadap anak
diberikan sejak anak berada dalam kandungan
II. Pembahasan
seorang perempuan, tidak dikecualikan
A. Pengaturan Perlindungan Hukum
terhadap anak yang lahir dari perkawinan yang
Terhadap Anak Akibat Perkawinan
sah atau perkawinan siri, karena hak menjamin
Siri
dan melindungi anak sejak dalam kandungan
Pengaturan perlindungan hukum
bertujuan agar anak dapat hidup, tumbuh dan
terhadap anak akibat perkawinan siri meliputi:
berkembang secara optimal serta dilindungi dari
a) Konvensi Hak Anak segala bentuk kekerasan dan diskriminasi, hal
Konvensi Hak Anak (KHA) merupakan ini sebagaimana ditegaskan pada Pasal 1
instrumen Internasional di bidang Hak Asasi Angka 2 UU PA, sehingga tidak dikecualikan
Manusia dengan cakupan hak yang paling berdasarkan status hukum dari anak tersebut.
komprehenshif, terdiri dari 54 pasal.
Selanjutnya pada Pasal 1 Angka 12 UU
Berdasarkan isinya, ada empat cara
PA dijelaskan bahwa “Hak anak adalah bagian
mengkategorikan Konvensi Hak Anak, yakni :
dari hak asasi manusia yang wajib dijamin,
Pertama, kategorisasi berdasarkan Konvensi
dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua,
Induk Hak Asasi Manusia, dikatakan bahwa
keluarga, masyarakat, negara pemerintah, dan
Konvensi Hak Anak mengandung hak-hak sipil
pemerintah daerah”.
politik dan hakhak ekonomi sosial budaya.
Kedua, ditinjau dari sisi yang berkewajiban Salah satu tujuan akta kelahiran anak
melaksanakan Konvensi Hak Anak, yaitu negara adalah sebagai bukti identitas anak dan status
dan yang bertanggung jawab untuk memenuhi kewarganegaraan anak, dimana hal ini wajib
hak anak, yakni orang dewasa pada umumnya. dimiliki oleh setiap anak (sebagaimana diatur
Pasal 5 UU PA).
7 Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian
Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1982, hal. 43.

Jurnal Hukum KAIDAH


JURNAL HUKUM KAIDAH 43
Media Komunikasi dan Informasi Hukum dan Masyarakat
Selain mendapatkan identitas diri, anak Dasar perkawinan berdasarkan Pasal 1
juga berhak untuk diasuh orang tuanya sendiri, UU Perkawinan adalah ikatan lahir batin, laki
kecuali jika ada alasan dan/atau aturan hukum dengan perempuan sebagai suami istri dengan
yang sah bahwa pemisahan demi kepentingan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan
terbaik bagi anak dan merupakan pertimbangan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
terakhir, selanjutnya anak tetap berhak
Selanjutnya berdasarkan Pasal 2 Ayat
berinteraksi dengan kedua orang tuanya,
(1) dan (2) UU Perkawinan tentang sahnya
mendapatkan pemeliharaan, pendidikan sesuai
perkawinan disebutkan: (1) Perkawinan adalah
minat bakatnya, memperoleh biaya hidup serta
sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-
hak lainnya (hal ini sebagaimana diatur pada
masing agamanya dan kepercayaannya itu;, (2)
Pasal 14 Jo Pasal 26 UU PA).
Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan
Anak sebagai pihak pemegang hak dan perundang-undangan.
negara sebagai pihak yang berkewajiban untuk
Pasal 2 UU Perkawinan memang
pemenuhan hak anak dalam memberikan
menyatakan perkawinan yang dilakukan
identitas anak yang dituangkan dalam akta
berdasarkan hukum masing-masing agama
kelahiran berdasarkan surat keterangan dari
adalah sah, namun harus dicatatkan ke pejabat
orang yang menyaksikan dan/atau membantu
pencatatan perkawinan, tujuannya agar negara
proses kelahiran anak, bahkan negara juga
dapat memberikan perlindungan dan kepastian
menjamin hak identitas anak yang tidak
hukum tentang status warganegaranya yang
diketahui keberadaannya, sehingga terhadap
mengikatkan diri dalam suatu perkawinan, serta
anak yang tidak jelas asal usulnya juga dipenuhi
menjamin segala sesuatu yang timbul akibat
haknya, dan ini merupakan kewajiban
perkawinan tersebut, seperti hak dan kewajiban
pemerintah (sebagaimana amanah Pasal 27 Jo
suami istri, harta bersama dari hasil perkawinan,
Pasal 39 UU PA).
serta pemenuhan dan perlindungan anak dari
Kewajiban dan tanggungjawan negara, perkawinan tersebut.
pemerintah dan pemerintah daerah untuk
Kedudukan Anak Luar Kawin diatur
pemenuhan hak anak tanpa membedakan suku,
dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Republik
ras, agama, jenis kelamin, status hukum, urutan
Indonesia Nomor: 46/PUU-VIII/2010, tanggal 17
kelahiran, dan kondisi fisik dan/atau psikis, hal
Februari 2012 dalam perkara permohonan
ini sebagaimana Amanat Pasal 21 sampai
Pengujian Undang-Undang Nomor 1 Tahun
dengan Pasal 25 UU PA, agar setiap anak
1974 Tentang Perkawinan terhadap Undang-
mendapatkan hak nya dari negara tanpa
Undang Dasar Negara Republik Indonesia
pengecualian atau nondiskriminasi.
Tahun 1945, sehingga putusan tersebut
c) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor berbunyi: “Anak yang dilahirkan di luar
1 Tahun 1974 Jo Undang-Undang Nomor perkawinan mempunyai hubungan perdata
16 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas dengan ibunya dan keluarga ibunya serta
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dengan laki-laki
Tentang Perkawinan sebagai ayahnya yang dapat dibuktikan
berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi

Jurnal Hukum KAIDAH


JURNAL HUKUM KAIDAH 44
Media Komunikasi dan Informasi Hukum dan Masyarakat
dan/atau alat bukti lain menurut hukum meliputi hak mengetahui asal usulnya, hak
mempunyai hubungan darah, termasuk mendapat pemeliharaan dan pendidikan dari
hubungan perdata dengan keluarga ayahnya”. orang tua, hak diwakili dalam segala perbuatan
hukum dalam segala perbuatan hukum didalam
Anak luar kawin yang dapat diakui
dan diluar pengadilan dan hak mengurus harta
adalah anak yang dilahirkan oleh seorang ibu,
benda anak, serta hak mendapatkan waris 9.
tetapi tidak dibenihkan oleh seorang pria yang
telah terikat dengan perkawinan yang sah dan d) Kompilasi Hukum Islam
tidak termasuk anak zinah atau anak sambung8. Tujuan perkawinan pada Pasal 3 KHI
Akibat pengakuan anak luar kawin yaitu untuk mewujudkan rumah tangga sakinah,
timbulnya hubungan perdata antara anak mawaddah, warahmah. Maka perkawinan
dengan bapak atau ibu yang mengakui. Dengan merupakan hal yang sangat sacral dan harus
timbulya hubungan perdata tersebut, maka anak sesuai dengan ketentuan agama maupun
luar kawin statusnya berubah menjadi anak luar hukum positif negara (Pasal 4 KHI). Agar
kawin yang telah diakui, kedudukannya jauh terjamin ketertiban perkawinan bagi Muslim,
kebih baik dari pada anak luar kawin yang tidak maka setiap perkawinan harus dicatat, karena
diakui. Pengesahan seorang anak luar kawin adanya suatu perkawinan hanya dapat
adalah alat hukum atau (recht middle) untuk dibuktikan dengan akta nikah oleh pegawai
memberi anak itu kedudukan (status) sebagai pencatat nikah.
anak sah. Pengesahan itu terjadi dengan
Anak yang sah menurut Pasal 99 KHI
dilangsungkannya perkawinan orang tua anak
adalah:
atau dengan “Surat Pengesahan”, setelah anak
diakui lebih dulu oleh orang tuanya. Dengan a. Anak yang dilahirkan dalam atau akibat
demikian, anak yang diakui oleh orang tuanya perkawinan yang sah;
sebelum mereka kawin, apabila orang tuanya b. Hasil perbuatan suami istri yang sah diluar
kemudian kawin, begitu juga anak luar kawin Rahim dan dilahirkan oleh istri tersebut.
yang diakui dalam akta perkawinan, maka Selain itu juga, Pasal 100 KHI
secara hukum menjadi anak sah. Hak-hak menyebutkan, “anak yang lahir diluar
keperdataan anak luar kawin dalam peraturan perkawinan hanya mempunyai hubungan nasab
perundang-undangan diatur secara khusus dengan ibunya dan keluarga ibunya”.
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Berdasarkan hal tersebut jelas, bahwa
yang diperlakukan bagi warga non muslim dan
perkawinan yang hanya dilaksanakan secara
dalam
hukum agama dan tidak dicatat ke pejabat yang
Kompilasi Hukum Islam yang diberlakukan bagi
berwenang, maka negara tidak mengakui
warga muslim. Hak keperdataan anak
adanya perkawinan tersebut serta akibat hukum
merupakan hak yang melekat pada setiap anak
yang timbul dari perkawinan tersebut, termasuk
yang diakui oleh hukum dalam hubungan hukum
dengan orang tua dan keluarga orang tuanya, 9Abnan Pancasilawati, Perlindungan Hukum Bagi
Hak-Hak Keperdataan Anak Luar Kawin, Fenomena, Vol. 6,
No 2, (Online),
https://www.researchgate.net/publication/307523364_Perlin
8Surini Ahlan Sjarif, dan Nurul Elmiyah, Hukum dungan_Hukum_Bagi_Hak-
Kawarisan Perdata Barat, Prenoda Media group, Jakarta, Hak_Keperdataan_Anak_Luar_Kawin, diakses Desember
2006, hal. 86. 2014), 2014.

Jurnal Hukum KAIDAH


JURNAL HUKUM KAIDAH 45
Media Komunikasi dan Informasi Hukum dan Masyarakat
nasab anak yang dilahirkan, hanya memiliki Berdasarkan ketentuan yang berlaku,
nasab dengan ibunya dan keluarga ibunya. apabila dalam perkawinan telah lahir anak-anak,
maka dapat diikuti dengan pengakuan anak,
Dengan demikian mencatatkan
yakni pengakuan yang dilakukan oleh bapak
perkawinan mengandung manfaat atau
atas anak yang lahir diluar perkawinan yang sah
kemaslahatan, kebaikan yang besar dalam
menurut hukum. Pada dasarnya, pengakuan
kehidupan masyarakat. Sebaliknya apabila
anak dapat dilakukan baik oleh ibu maupun
perkawinan tidak diatur secara jelas melalui
bapak.
peraturan perundangan dan tidak dicatatkan
Berdasarkan Pasal 43 UU Perkawinan
akan digunakan oleh pihak-pihak yang
Jo. Pasal 100 KHI yang pada intinya
melakukan perkawinan hanya untuk
menyatakan bahwa anak yang lahir diluar
kepentingan pribadi dan merugikan pihak lain
perkawinan tidak mempunyai hubungan perdata
terutama istri dan anak-anak. Sedangkan dasar
dengan ayahnya, maka untuk mendapatkan
hukum menurut hukum positif adalah Pasal 2
hubungan perdata yang baru, seorang ayah
Ayat (2) UU Perkawinan dan Pasal 7 KHI.
dapat melakukan pengakuan anak. Namun
B. Akibat Hukum Perkawinan Siri bagaimanapun, pengakuan anak hanya dapat
Terhadap Perempuan dan Anak dilakukan dengan persetujuan ibu, sebagaimana
Berdasarkan Putusan Nomor: diatur dalam Pasal 284 KUH Perdata. Akan
129/Pdt.G/2018/PN. Lbp tetapi, pelaksanaan ketentuan Pasal 284 KUH
Menurut hukum positif, kawin siri ini Perdata tergantung apakah ayah kandung anak
tidak sah karena tidak memenuhi salah satu tersebut tunduk pada ketentuan Hukum Perdata.
syarat sah perkawinan yaitu pencatatan Ketentuan Pasal 27 Undang-Undang
perkawinan kepada pejabat pencatat nikah. Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2013
Tanpa adanya pencatatan, maka pernikahan itu Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
tidak mempunyai akta autentik yang berupa Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi
buku nikah. Kependudukan (selanjutnya disebut UU
Perkawinan sebagaimana ditentukan Administrasi Kependudukan), dinyatakan
Pasal 8, 9 dan 10 UU Perkawinan Jo Pasal 39, bahwa: (1) Setiap kelahiran wajib dilaporkan
40 sampai dengan 44 KHI. Selanjutnya oleh Penduduk kepada Instansi Pelaksana
menimbang perkawinan yang dilangsungkan setempat paling lambat 60 (enam puluh) hari
para pemohon tersebut dilakukan menurut sejak kelahiran;, (2) Berdasarkan laporan
syari'at Islam, sehingga kawinnya sesuai sebagaimana dimaksud pada Ayat (1), Pejabat
dengan Pasal 7 Ayat (3) huruf (c) KHI, Pencatatan Sipil mencatat pada Register Akta
permohonan pengesahan nikah dimaksud telah Kelahiran dan menerbitkan
berdasarkan hukum dan beralasan. Dalam Kutipan Akta Kelahiran.
mengabulkan permohonan ini, menurut penulis Apabila telah memiliki Akta Nikah, harus
peran hakim pengadilan agama sangatlah segera mengurus Akta Kelahiran anak ke Kantor
menentukan karena dalam hal ini hakim Catatan Sipil setempat agar status anak pun sah
melakukan atas dasar contra legem. dimata hukum. Selanjutnya apabila pelaporan
kelahiran sebagaimana dimaksud dalam Pasal

Jurnal Hukum KAIDAH


JURNAL HUKUM KAIDAH 46
Media Komunikasi dan Informasi Hukum dan Masyarakat
27 Ayat (1) UU Administrasi Kependudukan Hutabarat, perempuan, 33 tahun)10 yang
yang melampaui batas waktu 60 (enam puluh) merupakan Putusan verstek karena Tergugat
hari sampai dengan 1 (satu) tahun sejak tanggal telah dipanggil secara patut dan sah tidak hadir,
kelahiran, pencatatan dilaksanakan setelah sehingga mengakibatkan semakin besarnya
mendapatkan persetujuan Kepala Instansi kerugian yang dialami oleh seorang perempuan
Pelaksana setempat (Pasal 32 Ayat (1) UU untuk memperjuangkan haknya dan hak anak
Administrasi Kependudukan). Status anak-anak yang lahir dari perkawinan siri/perkawinan
dalam akta kelahirannya bukan lagi anak luar dibawah tangan.
kawin, tetapi perkawinan yang dilakukan Berdasarkan Putusan Nomor:
dibawah tangan tidak akan bisa membuat akta 129/Pdt.G/2018/PN Lbp, sudah jelas
kelahiran karena syarat pembuatan akta memberikan akibat hukum yang tidak perspektif
kelahiran yang sah adalah akta nikah. gender, karena perempuan dan anak dijadikan
Sedangkan untuk anak luar kawin atau yang korban kedua kalinya akibat putusan yang tidak
dilahirkan tidak dalam suatu perkawinan yang dihadiri korban sendiri, meskipun seharusnya
sah secara hukum (orang tuanya hidup bersama pengadilan menolak gugatan yang diajukan oleh
dan bukan nikah dibawah tangan), maka tetap Penggugat karena tidak memenuhi persyaratan
bisa mendapat akta kelahiran dengan ketentuan formiil dalam mengajukan gugatan yang salah
hanya tercantum nama ibu kandungnya saja, satunya adalah buku nikah yang dikeluarkan
kecuali adanya Pengakuan Anak oleh ayah dan oleh pejabat berwenang Dinas Catatan Sipil dan
disetujui oleh ibu dari anak yang bersangkutan, Kependudukan, hal ini akan menjadi
namun demikian, hal tersebut juga dikecualikan permasalahan baru bagi negara dan pengadilan,
bagi orang tua yang agamanya tidak karena ketika gugatan yang diajukan ke
membenarkan pengakuan anak yang lahir diluar pengadilan cukup hanya dengan surat
hubungan perkawinan yang sah (sebagaimana keterangan/akta nikah yang dikeluarkan oleh
diatur pada Pasal 49 UU Administrasi pemuka agama saja, maka hal ini akan diikuti
Kependudukan). Perubahan yang terjadi pada oleh masyarakat lain kedepannya, sehingga
UU Administrasi Kependudukan, memberikan mengakibatkan terganggunya ketertiban dalam
dampak positif terhadap pemenuhan hak anak masyarakat dan berdampak pada ketidakpastian
untuk mendapatkan identitas, namun hukum atas peraturan yang dibuat oleh
berdasarkan adanya pengakuan dari ayah pemerintah sendiri dan dilanggar oleh badan
biologis atau berdasarkan Pasal 43 UU penyelenggara peraturan tersebut melalui
Perkawinan setelah Putusan Mahkamah lembaga yudikatif.
Konstitusi Nomor: 46/PUU-VIII/2010. Akhirnya banyak akibat hukum terhadap
Bahwa selanjutnya akibat hukum perempuan dan anak dari perkawinan siri,
perkawinan berdasarkan Putusan Nomor : dalam hal ini peneliti menyimpulkan beberapa
129/Pdt.G/2018/PN Lbp, tanggal 13 Agustus akibat hukum terhadap perempuan dan anak
2018, yang diajukan Penggugat (Soeyono, laki- dari perkawinan siri berdasarkan Putusan
laki, 43 tahun) terhadap Tergugat (Agustina

10Salinan Putusan Pengadilan Negeri Kelas I-A


Lubuk Pakam Nomor:129/Pdt.G/2018/PN. Lbp, tanggal 13
Agustus 2018, hal.1.

Jurnal Hukum KAIDAH


JURNAL HUKUM KAIDAH 47
Media Komunikasi dan Informasi Hukum dan Masyarakat
Pengadilan Negeri Nomor: 129/Pdt.G/2018/PN. sisi menjadi bukti autentik tertulis yang
Lbp, tanggal 13 Agustus 2018, adalah: memperkuat dan diakui negara. Walaupun
1) Suami istri tersebut tidak mempunyai akta memperkuat komitmen tidak terbatas pada
nikah sebagai bukti mereka telah menikah aktanya, karena akta sendiri bisa dibatalkan
yang diakui negara. melalui gugatan perceraian.
2) Anak tidak dapat memiliki akta kelahiran,
C. Pertimbangan Hukum Hakim Dalam
meskipun akta kelahiran sebagai anak ibu
Memutus Gugatan Cerai Atas
dapat diperoleh berdasarkan permohonan
Perkawinan Siri Berdasarkan
Ibu dan pengakuan ayah biologis.
Putusan Nomor: 129/Pdt.G/2018/PN.
3) Anak tidak mewarisi harta orang tuanya,
Lbp
terutama ayah kandungnya, meskipun ayah
1. Kasus Posisi
kandungnya mengakui anak yang lahir dari
Bahwa berdasarkan kasus posisi pada
perkawinan siri tersebut, namun karena
Putusan Nomor: 129/Pdt.G/2018/PN Lbp, telah
tidak ada bukti autentik yang menyatakan
membuktikan perkawinan antara Penggugat dan
anak tersebut adalah anak Penggugat dan
Tergugat adalah sah menurut hukum agama
Tergugat.
dan kepercayaannya masing-masing, namun
4) Anak dan istri tidak memperoleh hak-hak
tidak dicatatkan kepada pejabat yang
lainnya dalam pelaksanaan administrasi
berwenang sesuai ketentuan peraturan
negara yang mesti harus dipenuhi sebagai
perundang-undangan, sebagaimana diatur pada
bukti diri.
Pasal 2 Ayat (1) dan (2) UU PA, sehingga luput
5) Perkawinan siri berdampak sangat
dari perlindungan hukum perkawinan, maka
merugikan bagi perempuan dan anak baik
mengantisipasi dampak buruk perkawinan
secara hukum maupun sosial. Secara
dibawah tangan, khususnya perlindungan
hukum istri tidak dianggap sebagai istri sah,
terhadap perempuan dan anak, sebaiknya
tidak berhak atas nafkah dan warisan dari
perkawinan yang dilangsungkan secara agama
suami jika ia meninggal dunia, tidak berhak
dan kepercayaan segera didaftarkan pada
atas harta gono-gini jika terjadi perpisahan,
pejabat berwenang11.
karena secara hukum perkawinan tersebut
dianggap tidak pernah ada. 2. Fakta Hukum
Berdasarkan uraian diatas, maka Fakta hukum yang diajukan Penggugat
perkawinan siri/dibawah tangan hanya di persidangan berdasarkan Putusan Nomor:
menguntungkan suami/laki-laki dan akan 129/Pdt.G/2018/PN Lbp, menunjukkan benar
merugikan perempuan dan anak. Pencatatan telah berlangsung perkawinan secara agama
pernikahan atau pembuatan akta pernikahan dan kepercayaan Penggugat dan Tergugat.
secara agama dan kepercayaan, hanya akan Berkaitan dengan fakta hukum tersebut, sesuai
dianggap sah apabila Pasal 2 Ayat (1) dan (2) dengan Pasal 2 Ayat (1) UU Perkawinan, yang
dipenuhi, artinya, Pasal 2 Ayat (1) dan (2) menyatakan “Perkawinan adalah sah apabila
merupakan bagian yang tidak terpisahkan untuk dilakukan menurut hukum masing-masing
pelaksanaan perkawinan, karena satu sisi
11Hukum Online, Pencatatan Nikah Akan
mensahkan perkawinan secara agama dan satu Memperjelas Status Hukum Nikah Dibawah Tangan, diakses
tanggal 17 Mei 2020, pukul 15.20 Wib.

Jurnal Hukum KAIDAH


JURNAL HUKUM KAIDAH 48
Media Komunikasi dan Informasi Hukum dan Masyarakat
agama dan kepercayaannya itu”. Hal ini sudah agama dan kepercayaan masing-masing orang
sesuai dengan ketentuan Pasal 2 Ayat (1) UU yang melangsungkan perkawinan, atau dengan
Perkawinan, namun tidak dilanjutkan dengan perkataan lain suatu perkawinan adalah sah
Pasal 2 Ayat (2), sehingga seharusnya apabila dilakukan dengan memenuhi semua
mengakibatkan perkawinan tersebut sah syarat dan rukun hukum agamanya dan
menurut agama dan tidak pernah ada menurut kepercayaannya itu, serta sebagai warga
hukum positif/tidak diakui negara, terlebih lagi negara yang taat hukum sudah sepatutnya
Penggugat mengajukan tentang hak asuh anak tundauk dan taat kepada aturan/hukum positif
dalam petitum, namun tidak dapat dibuktikan suatu negara, sepanjang tidak bertentangan
dalam bentuk akta autentik/akta lahir anak dengan hukum agama dan kepercayaan
tentang identitas anak tersebut yang merupakan masing-masing, agar negara dapat hadir
anak Penggugat dan Tergugat, sehingga ada memberikan hak perlindungan warganya secara
ketidaksesuaian antara posita dengan petitum optimal.
serta Bukti surat yang diajukan Penggugat.
3. Putusan
Norma hukum yang mengharuskan Adapun putusan Pengadilan Negeri
sebuah perkawinan dicatat menurut peraturan Kelas I-A Lubuk Pakam Nomor:
perundang-undangan yang berlaku telah 129/Pdt.G/2018/PN Lbp, berdasarkan gugatan
mengakibatkan perkawinan yang sah dan Penggugat, Majelis Hakim Pengadilan Negeri
sesuai dengan aturan agama (norma agama) Kelas I-A Lubuk Pakam mengadili: Menyatakan
menjadi tidak sah menurut norma hukum. perkawinan Penggugat dan Tergugat yang
Kemudian hal ini berdampak ke status anak dilangsungkan dihadapan Pemuka Agama
yang dilahirkan Penggugat ikut tidak menjadi Kristen bernama Pdt. W. Sinaga Barutu, S. Th,
sah menurut norma hukum dalam UU di Gereja Kristen Protestan Indonesia (GKPI)
Perkawinan. Jadi, jelas telah terjadi pelanggaran Sei Semayang Resort Sunggal pada tanggal 24
oleh norma hukum dalam UU Perkawinan April 2012 sesuai dengan Akta
terhadap perkawinan Penggugat (norma Perkawinan/Surat Parbagason Nomor: 10/AP-
agama). Hal senada juga disampaikan oleh Van SS/RS/IV/2012 adalah Sah menurut hukum;,
Kan: “Kalau pelaksanaan norma-norma hukum dan Menyatakan perkawinan Penggugat dan
tersebut tidak mungkin dilakukan, maka tata Tergugat yang dilangsungkan dihadapan
hukum akan memaksakan hal lain, yang Pemuka Agama Kristen bernama Pdt. W.
sedapat mungkin mendekati apa yang dituju Sinaga Barutu, S. Th, di Gereja Kristen
norma-norma hukum yang bersangkutan atau Protestan Indonesia (GKPI) Sei Semayang
menghapus akibat-akibat dari pelanggaran Resort Sunggal pada tanggal 24 April 2012
norma-norma hukum itu12. sesuai dengan Akta Perkawinan/Surat
Parbagason Nomor: 10/AP-SS/RS/IV/201, putus
Berdasarkan penjelasan diatas, maka
karena perceraian dengan segala akibat
sah tidaknya suatu perkawinan menurut UU
hukumnya.
Perkawinan diukur dengan ketentuan hukum

12Van Kan, Pengantar Ilmu Hukum (terjemahan


dari Incleiding tot de Rechtswetenshap oleh Mr. Moh. O.
Masduki), Pembangunan, Jakarta, cet. III, 1960, h. 9.

Jurnal Hukum KAIDAH


JURNAL HUKUM KAIDAH 49
Media Komunikasi dan Informasi Hukum dan Masyarakat
4. Pertimbangan Hukum Hakim hubungan biologis dan/atau keperdataan
Adapun pertimbangan hukum hakim dengan Penggugat.
menurut peneliti terkait dengan status hukum
Bahkan yang lebih fatal dan sangat
perkawinan antara Penggugat dan Tergugat
keliru pertimbangan hukum majelis hakim
adalah sah menurut hukum yang hanya
adalah menolak hak asuh anak yang digugat
didasarkan pada ketentuan Pasal 2 Ayat (1) UU
Penggugat karena pertimbangan anak belum
Perkawinan adalah keliru, karena majelis hakim
mumayyiz berdasarkan Pasal 105 KHI, majelis
sebagai lembaga yudikatif tidak menjadi
hakim sangat keliru, disebabkan KHI hanya
perpanjangan tangan pemerintah untuk
berlaku bagi masyarakat pencari keadilan yang
melaksanakan ketentuan peraturan perundang-
beragam islam di pengadilan agama.
undangan secara sebagaimana diatur pada
Seharusnya recht vacuum/kekosongan hukum
Pasal 2 UU Perkawinan, dimana hal ini akan
tersebut menjadi tugas hakim untuk menggali
menimbulkan ketidakpastian hukum dan
hukum atau yurisprudensi yang lebih relevan
kesewenang-wenangan masyarakat untuk tertib
dalam pertimbangan hukumnya, sehingga tidak
dan taat terhadap aturan hukum yang hidup di
merugikan masyarakat pencari keadilan.
negara hukum. Seharusnya Majelis Hakim
dalam memutus gugatan yang diajukan Sesuai dengan Amanat Pasal 43 UU
Penggugat dengan memperhatikan lebih Perkawinan Pasca Putusan Mahkamah
seksama dan menolak gugatan yang diajukan Konstitusi Republik Indonesia Nomor: 46/PUU-
tersebut dengan pertimbangan perkawinan VIII/2010, seharusnya Pasal 43 UU Perkawinan
tersebut sah menurut agama dan kepercayaan dapat dibuktikan Penggugat dalam gugatannya
masing-masing, namun tidak didaftarkan pada sehingga menjadi pertimbangan hukum hakim
pejabat yang berwenang, sehingga menjadi untuk lebih meyakinkan status perkawinan
pertimbangan dan alasan majelis hakim untuk Penggugat dan Tergugat, meskipun belum
menolak gugatan tersebut, karena tercatat.
perkawinannya dianggap tidak pernah ada
Bahwa untuk menjamin hak-hak
berikut akibat hukum yang ditimbulkan dari
keperdataan dan kewajiban yang timbul akibat
perkawinan Penggugat. Selanjutnya mengenai
perkawinan yang sah maka setiap perkawinan
gugatan Penggugat terkait hak asuh anak yang
perlu dilakukan pencatatan. Meskipun
lahir dari perkawinan siri, terlebih lagi tidak
perkawinan termasuk dalam lingkup
dapat dibuktikan Penggugat tentang identitas
keperdataan, namun negara wajib memberikan
anak melalui akta kelahiran anak, maka sudah
jaminan kepastian hukum dan memberikan
seharusnya majelis memuat dalam
perlindungan hukum kepada pihak-pihak yang
pertimbangan hukum bahwa anak yang lahir
terkait dalam perkawinan (suami, istri dan anak)
dari perkawinan siri dan tidak dapat dibuktikan
terutama dalam hubungannya dengan
identitas anak, maka anak tersebut hanya
pencatatan administrasi kependudukan terkait
memiliki hubungan keperdataan dengan ibunya
dengan hak keperdataan dan kewajibannya.
dan keluarga ibunya, dikarenakan Penggugat
Oleh karena itu pencatatan tiap-tiap perkawinan
tidak dapat membuktikan anak tersebut memiliki
menjadi suatu kebutuhan formal untuk legalitas
atas suatu peristiwa yang dapat mengakibatkan

Jurnal Hukum KAIDAH


JURNAL HUKUM KAIDAH 50
Media Komunikasi dan Informasi Hukum dan Masyarakat
suatu konsekuensi yuridis dalam hak-hak sebagaimana gugatan yang diajukan
keperdataan dan kewajibannya seperti Penggugat, terlebih Penggugat tidak dapat
kewajiban memberi nafkah dan hak waris. membuktikan identitas dan status hukum anak
Pencatatan perkawinan dinyatakan dalam tersebut, dengan demikian, anak yang lahir dari
suatu akte resmi (akta autentik) dan dimuat perkawinan yang tidak dicatat tersebut, tentu
dalam daftar pencatatan yang dikeluarkan oleh hanya mempunyai hubungan keperdataan
lembaga yang memiliki kewenangan. Bahwa dengan ibu dan keluarga ibunya.
tujuan pencatatan perkawinan yaitu sebagai
Bahwa pokok permasalahan hukum
berikut:
mengenai anak yang dilahirkan diluar
a. Untuk tertib administrasi perkawinan; perkawinan adalah mengenai makna hukum
(legal meaning) untuk memperoleh jawaban
b. Jaminan memperoleh hak-hak tertentu
dalam perspektif yang lebih luas permasalahan
(memperoleh akta kelahiran, membuat
tentang sahnya anak.
Kartu Tanda Penduduk, membuat Kartu
Keluarga, dan lain-lain); Berdasarkan uraian diatas, hubungan

c. Memberikan perlindungan terhadap status anak dengan seorang laki-laki sebagai bapak

perkawinan; tidak semata-mata karena adanya ikatan


perkawinan, akan tetapi dapat juga didasarkan
d. Memberikan kepastian terhadap status
pada pembuktian adanya hubungan darah
hukum suami, istri maupun anak;
antara anak dengan laki-laki tersebut sebagai
e. Memberikan perlindungan terhadap hak- bapak. Dengan demikian, terlepas dari soal
hak sipil yang diakibatkan oleh adanya prosedur/administrasi perkawinannya, anak
perkawinan13. yang dilahirkan harus mendapatkan

Bahwa perkawinan yang tidak dicatat perlindungan hukum. Jika tidak demikian, maka

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- yang dirugikan adalah anak yang dilahirkan

undangan dapat diartikan sebagai peristiwa diluar perkawinan, padahal anak tersebut tidak

perkawinan yang tidak memenuhi syarat formil, berdosa karena kelahirannya diluar

sehingga hal ini berimplikasi terhadap hak-hak kehendaknya. Anak yang dilahirkan tanpa

keperdataan yang timbul dari akibat perkawinan memiliki kejelasan status ayah seringkali

termasuk anak yang lahir dari perkawinan yang mendapatkan perlakuan yang tidak adil dan

tidak dicatat sebagaimana ditentukan dalam stigma ditengah-tengah masyarakat. Hukum

ketentuan peraturan perundang-undangan. harus memberi perlindungan dan kepastian


hukum yang adil terhadap status seorang anak
Bahwa selain itu, anak yang lahir dari
yang dilahirkan dan hak-hak yang ada padanya,
perkawinan yang tidak dicatat sesuai dengan
termasuk terhadap anak yang dilahirkan
ketentuan peraturan perundang-undangan
meskipun keabsahan perkawinannya masih
dapat berimplikasi terhadap pembuktian
dipersengketakan.
hubungan keperdataan anak dengan ayahnya
Berdasarkan pertimbangan hukum diatas, maka
13Salinan Putusan Mahkamah Konstitusi Republik sudah seharusnya majelis hakim tidak lagi
Indonesia Nomor: 46/PUU-VIII/2010/tertanggal 17 Februari
2012, hal. 26. mempertimbangkan hal lain dalam gugatan

Jurnal Hukum KAIDAH


JURNAL HUKUM KAIDAH 51
Media Komunikasi dan Informasi Hukum dan Masyarakat
Penggugat, serta seharusnya menyatakan juga tidak dapat dibuktikan Penggugat sebagai
menolak seluruh gugatan penggugat. anak kandung dari perkawinan siri tersebut,
bahkan yang lebih fatal dan sangat keliru
III. Kesimpulan
majelis hakim dalam pertimbangan hukum
Perkawinan siri atau perkawinan yang
tentang Hak Asuh anak didasarkan pada KHI,
dilaksanakan tidak tercatat, merupakan
hal ini sangat keliru, karena KHI hanya berlaku
perkawinan yang tidak sah berdasarkan Pasal
bagi masyarakat pencari keadilan yang
2 UU Perkawinan, selanjutnya tentang status
beragama islam di pengadilan agama,
hukum anak yang lahir berdasarkan ketentuan
sehingga putusan tersebut tidak memberikan
Pasal 21, Pasal 27 Jo Pasal 39 UU PA,
kepastian hukum, serta dapat dinyatakan batal
seharusnya mendapatkan perlindungan hukum
demi hukum jika diuji dalam proses hukum
dari orangtua, keluarga, masyarakat,
banding.
pemerintah dan pemerintah daerah, termasuk
Demi kepastian hukum, segera
identitas diri anak yang harus diberikan sejak
dilakukan revisi terhadap UU Perkawinan
kelahirannya. Adapun akibat hukum terhadap
khususnya tentang kedudukan pencatatan
perempuan dan anak dari perkawinan siri
perkawinan sebagai syarat sahnya suatu
berdasarkan Putusan Nomor:
perkawinan, dan harus ada ketegasan
129/Pdt.G/2018/PN Lbp, adalah suami istri
larangan perkawinan siri atau perkawinan
tersebut tidak mempunyai akta nikah sebagai
dibawah tangan berikut sanksinya demi
bukti mereka telah menikah secara sah
perlindungan terhadap perempuan dan anak.
menurut hukum, Anak tidak dapat memperoleh
Upaya yang dilakukan agar ada aturan terkait
akta kelahiran dari ayah yang berwenang
perkawinan siri non muslim harus ditetapkan
karena untuk mendapatkan akta kelahiran itu
ke pengadilan negeri. Selain itu, perlu adanya
diperlukan akta nikah dari orang tuanya, Anak
suatu aturan yang memberikan jalan keluar
tidak dapat mewarisi harta orang tuanya
agar perkawinan siri yang telah terlanjur
karena tidak ada bukti autentik yang
dilaksanakan dapat diakui sah menurut hukum
menyatakan mereka sebagai ahli waris orang
perkawinan nasional, demi menghindari
tuanya, serta tidak memperoleh hak-hak
dampak hukum terhadap isteri maupun
lainnya dalam pelaksanaan administrasi
anaknya dikemudian hari. Agar majelis hakim
negara yang harus dipenuhi sebagai bukti diri.
dalam pertimbangan hukum dan putusannya
Pertimbangan hukum hakim dalam Putusan
benar-benar mencerminkan rasa keadilan,
Nomor: 129/Pdt.G/2018/PN Lbp, adalah tidak
kepastian hukum serta kemanfaatan terhadap
sesuai dan bertentangan dengan Pasal 28I
masyarakat pencari keadilan, terlebih lagi tidak
Ayat (4) dan Ayat (5) serta Pasal 28J Ayat (2)
mencoreng lembaga yudikatif karena
UUD NRI 1945, sehingga menimbulkan
memutuskan perkara/gugatan yang tidak
ketidaktaatan dan ketidaktertiban dalam
berdasar dan sesuai aturan hukum yang
masyarakat yang berdomisili dan mengakui
berlaku.
Indonesia sebagai negara hukum. Seharusnya
hakim menolak gugatan Penggugat karena
perkawinannya dianggap tidak pernah ada,
serta akibat hukum termasuk anak yang lahir

Jurnal Hukum KAIDAH


JURNAL HUKUM KAIDAH 52
Media Komunikasi dan Informasi Hukum dan Masyarakat
Daftar Bacaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
Tentang Perkawinan.

A. Buku Kompilasi Hukum Islam.

Ade Maman Suherman, Pengantar Peraturan Pemerintah Republik Indonesia


Perbandingan Sistem Hukum, Civil Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksana
Law, Common Law, Hukum Islam, Cet. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
2, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006. Tentang Perkawinan.

Barda Nawawi Arief, Beberapa Aspek


Kebijakan Penegakan dan D. Internet
Pengembangan Hukum Pidana, Citra
Aditya Bakti, Bandung, 1996. Abnan Pancasilawati, Perlindungan Hukum
Bagi Hak-Hak Keperdataan Anak Luar
R. Otje Salman, Beberapa Aspek Sosiologi Kawin, Fenomena, Vol. 6, No 2,
Hukum, Cet. 1, Bandung, Alumni, 1993. (Online),https://www.researchgate.net/publi
cation/307523364_Perlindungan_Hukum_
Surini Ahlan Sjarif, dan Nurul Elmiyah, Hukum Bagi_HakHak_Keperdataan_Anak_Luar_K
Kawarisan Perdata Barat, Prenoda awin, diakses Desember 2014), 2014.
Media group, Jakarta, 2006.
Putusan Mahkamah Konstitusi Republik
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum, Indonesia Nomor: 46/PUU-
Universitas Atma Jaya Yogyakarta, VIII/2010/tertanggal 17 Februari 2012.
Yogyakarta, 2010.
Putusan Pengadilan Negeri Lubuk Pakam
Van Kan, Pengantar Ilmu Hukum (terjemahan Nomor: 129/Pdt.G/2018/PN Lbp.
dari Incleiding tot de Rechtswetenshap
oleh Mr. Moh. O. Masduki), https://www.republika.co.id/berita/jurnalismewar
Pembangunan, Jakarta, cet. III, 1960. ga/wacana/16/12/25/oiosi5385-hukum-
islam-adalah the-living-law.

B. Makalah dan Jurnal

Hukum Online, Pencatatan Nikah Akan.


Memperjelas Status Hukum Nikah
Dibawah Tangan.

C. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945.

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1


Tahun 1974 Tentang Perkawinan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 48


Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004
Tentang Kekuasaan Kehakiman.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24


Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 .
Tentang Administrasi Kependudukan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16


Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas

Jurnal Hukum KAIDAH

Anda mungkin juga menyukai