Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL

CPOB Sediaan Steril

Disusun Oleh:

Nama : Kelompok 3
Tk/Reguler : II/ C
Tanggal :
Dosen Pembimbing : Lely A.V Kapitan,S.Pd,S .Farm,Apt.,M.Kes

POLTEKKES KEMENKES KUPANG


PRODI FARMASI
2021
LEMBAR KERJA PRAKTIK MAHASISWA
I. Judul Praktikum

CPOB Sediaan Steril

II. Tujuan Praktikum

1. Mahasiswa mampu menjelaskan Protab penerimaan bahan awal dan bahan

pengemas
2. Mahasiswa mampu menjelaskan Protab Penimbangan dan penyerahan bahan

awal untuk produksi


3. Mahasiswa mampu menjelaskan protab pelabelan

4. Mahasiswa mampu menjelaskan Protab sistem penomoran batch/lot dan nomor

registrasi
5. Mahasiswa mampu menjelaskan Daftar personal yang diizinkan memasuki area

bersih dan steril


6. Mahasiswa mampu menjelaskan Protab higiene perorangan dan tingkah laku

higienis di kelas A dan B


7. Mahasiswa mampu menjelaskan Protab penggunaan pakian untuk pembuatan

produk steril
8. Mahasiswa mampu menjelaskan Protokol kualifikasi kinerja otoklaf

9. Mahasiswa mampu menjelaskan Protokol kualifikasi kinerja oven

10. Mahasiswa mampu menjelaskan Protab pembersihan dan sanitasi area steril

11. Mahasiswa mampu menjelaskan Protab pemeriksaan visual larutan steril

12. Mahasiswa mampu menjelaskan Ruang – ruang dalam produksi sediaan steril
III. Dasar Teori Singkat
Protap atau Prosedur Operasi Standar atau Standar Operasional Prosedur yang
dapat disingkat sebagai SOP adalah suatu alur/cara kerja yang sudah ter-standarisasi,
yang dapat digunakan sebagai petunjuk karena memiliki prosedur yang pasti. Seperti
yang kita ketahui bahwa, Obat adalah suatu zat yang dimaksudkan untuk dipakai dalam
diagnosis, mengurangi rasa sakit, serta mengobati atau mencegah penyakit. Salah satu
upaya yang dilakukan pemerintah untuk menjamin tersedianya obat yang bermutu,
aman dan berkhasiat yaitu dengan mengharuskan setiap industri untuk menerapkan
Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB). Industri farmasi saat ini sudah berkembang
pesat dalam rangka memenuhi obat-obatan secara nasional. Perusahaan farmasi
sebagai perusahaan pada umumnya melakukan kegiatan usaha yang meliputi proses
menghasilkan barang yaitu obat-obatan.
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) merupakan suatu konsep dalam industri
farmasi mengenai prosedur atau langkah-langkah yang dilakukan dalam suatu industri
farmasi untuk menjamin mutu obat jadi, yang diproduksi dengan menerapkan Good
Manufacturing Practices dalam seluruh aspek dan rangkaian kegiatan produksi sehingga
obat yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang ditentukan sesuai
dengan tujuan penggunaannya. CPOB bertujuan untuk menjamin obat dibuat secara
konsisten memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan
penggunaannya. CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu.Ruang
lingkup CPOB edisi 2018 meliputi Sistem Mutu Industri Farmasi,Personalia, Bangunan-
Fasilitas, Peralatan, Produksi, Cara Penyimpanan dan Pengiriman Obat yang Baik ,
Pengawasan Mutu, Inspeksi Diri, Keluhan dan Penarikan Produk, Dokumentasi, Kegiatan
Alih Daya,Kualifikasi dan Validasi.
( https://dokumen.tips/documents/makalah-cpob-kelompok-5.html )
IV. Pembahasan
Prinsip Umum Pembuatan Produk Steril Produk steril hendaklah dibuat
dengan persyaratan khusus dengan tujuan memperkecil risiko pencemaran
mikroba, partikulat dan pirogen, yang sangat tergantung dari ketrampilan,
pelatihan dan sikap dari personil yang terlibat. Pemastian Mutu sangatlah penting
dan cara pembuatan ini harus sepenuhnya mengikuti secara ketat metode
pembuatan dan prosedur yang ditetapkan dengan seksama dan tervalidasi.
Pelaksanaan proses akhir atau pengujian produk jadi tidak dapat dijadikan sebagai
satu- satunya andalan untuk menjamin sterilitas atau aspek mutu lain. Pembuatan
produk steril hendaklah dilakukan di area bersih, memasuki area ini hendaklah
melalui ruang penyangga untuk personil dan/atau peralatan dan bahan. Area bersih
hendaklah dijaga tingkat kebersihannya sesuai standar kebersihan yang ditetapkan
dan dipasok dengan udara yang telah melewati filter dengan efisiensi yang sesuai.
Berbagai kegiatan persiapan komponen, pembuatan produk dan pengisian
hendaklah dilakukan di ruang terpisah di dalam area bersih. Kegiatan pembuatan
produk steril dapat digolongkan dalam dua kategori yaitu; pertama produk yang
disterilkan dalam wadah akhir dan disebut juga sterilisasi akhir, kedua produk yang
diproses secara aseptik pada sebagian atau semua tahap. Area bersih untuk
pembuatan produk steril digolongkan berdasarkan karakteristik lingkungan yang
dipersyaratkan. Tiap kegiatan pembuatan membutuhkan tingkat kebersihan
ruangan yang sesuai dalam keadaan operasional untuk meminimalkan risiko
pencemaran oleh partikulat dan/atau mikroba pada produk dan/atau bahan yang
ditangani.
Pada pembuatan produk steril dibedakan 4 kelas kebersihan :
1) Kelas A: Zona untuk kegiatan yang berisiko tinggi, misalnya zona pengisian, wadah
tutup karet, ampul dan vial terbuka, penyambungan secara aseptik. Umumnya
kondisi ini dicapai dengan memasang unit aliran udara laminar (laminar air flow)
di tempat kerja. Sistem udara laminar hendaklah mengalirkan udara dengan
kecepatan merata berkisar 0,36 0,54 m/detik (nilai acuan) pada posisi kerja dalam
ruang bersih terbuka. Keadaan laminar yang selalu terjaga hendaklah dibuktikan
dan divalidasi. Aliran udara searah berkecepatan lebih rendah dapat digunakan
pada isolator tertutup dan kotak bersarung tangan.
2) Kelas B: Untuk pembuatan dan pengisian secara aseptik, kelas ini adalah
lingkungan latar belakang untuk zona kelas A.
3) Kelas C dan D: Area bersih untuk melakukan tahap pembuatan produk steril
dengan tingkat risiko lebih rendah.
Produk yang Disterilisasi Akhir Penyiapan komponen dan sebagian besar
produk, yang memungkinkan untuk disaring dan disterilisasi, hendaklah dilakukan
di lingkungan minimal kelas D untuk mengurangi risiko cemaran mikroba dan
partikulat. Bila ada risiko terhadap produk yang di luar kebiasaan yaitu karena
cemaran mikroba, misalnya, produk yang secara aktif mendukung pertumbuhan
mikroba atau harus didiamkan selama beberapa saat sebelum sterilisasi atau
terpaksa diproses dalam tangki tidak tertutup, maka penyiapan hendaklah
dilakukan di lingkungan kelas C. Pengisian produk yang akan disterilisasi akhir
hendaklah dilakukan di lingkungan minimal kelas C.
Pembuatan Secara Aseptis Tujuan dari proses aseptis adalah untuk
mempertahankan sterilitas produk yang dibuat dari komponen-komponen yang
masing-masing telah disterilisasi sebelumnya dengan menggunakan salah satu cara
dari metode yang ada. Kondisi operasional hendaklah dapat mencegah kontaminasi
mikroba.
Personalia, hanya personil dalam jumlah terbatas yang diperlukan boleh
berada di area bersih; hal ini penting khususnya pada proses aseptik. Inspeksi dan
pengawasan hendaklah dilaksanakan sedapat mungkin dari luar area bersih.
Personil yang bekerja di area bersih dan steril hendaklah dipilih secara seksama
untuk memastikan bahwa mereka dapat diandalkan untuk bekerja dengan penuh
disiplin dan tidak mengidap suatu penyakit atau dalam kondisi kesehatan yang
dapat menimbulkan bahaya pencemaran mikrobiologis terhadap produk. Semua
personil (termasuk bagian pembersihan dan perawatan) yang akan bekerja di area
tersebut hendaklah mendapat pelatihan teratur dalam bidang yang berkaitan
dengan pembuatan produk steril yang benar, termasuk mengenai higiene dan
pengetahuan dasar mikrobiologi. Bila personil dari luar yang tidak pernah
menerima pelatihan seperti di atas (misalnya kontraktor bangunan atau
perawatan), yang harus masuk ke dalam area bersih, perhatian khusus hendaklah
diberikan dengan instruksi dan pengawasan.
Standar higiene perorangan dan kebersihan yang tinggi adalah esensial. Personil
yang terlibat dalam pembuatan produk steril hendaklah diinstruksikan untuk
melaporkan semua kondisi kesehatan yang dapat menyebabkan penyebaran
cemaran yang tidak normal jumlah dan jenisnya; pemeriksaan kesehatan secara
berkala perlu dilakukan. Tindakan yang diambil terhadap personil yang dapat
menimbulkan bahaya pencemaran mikrobiologis hendaklah diputuskan oleh
personil kompeten yang ditunjuk
Bangunan Dan FasilitasSemua bangunan dan fasilitas hendaklah, sedapat
mungkin, didesain untuk mencegah masuknya personil yang melakukan
pengawasan dan pengendalian bila tidak diperlukan. Area kelas B hendaklah
didesain sehingga semua kegiatan dapat diamati dari luar. Di area bersih, semua
permukaan yang terpapar hendaklah halus, kedap air dan tidak retak untuk
mengurangi pelepasan atau akumulasi partikel atau mikroba dan untuk
memungkinkan penggunaan berulang bahan pembersih dan bahan disinfektan. Bak
cuci dan drainase hendaklah dilarang di area kelas C, B dan A. Di area lain, penyekat
udara hendaklah dipasang di antara mesin atau bak cuci dan drainase. Saluran
pembuangan untuk daerah yang lebih rendah tingkat kebersihannya, jika dipasang,
hendaklah dilengkapi dengan jebakan yang efektif atau penutup air untuk
mencegah aliran balik. Semua saluran air hendaklah terbuka dan mudah
dibersihkan serta dihubungkan dengan drainase luar dengan tepat untuk mencegah
masuknya cemaran mikrobiologis. Ruang ganti pakaian hendaklah didesain seperti
ruang penyangga dan digunakan sebagai pembatas fisik untuk berbagai tahap
penggantian pakaian dan memperkecil cemaran mikroba dan partikulat terhadap
pakaian pelindung.
Peralatan Ban berjalan tidak boleh menembus sekat yang membatasi area
kelas A atau B dengan ruang proses yang mempunyai standar kebersihan lebih
rendah, kecuali ban berjalan tersebut dapat secara terus- menerus disterilkan
(misalnya melalui terowongan sterilisasi). Sedapat mungkin peralatan yang
digunakan untuk memproses produk steril hendaklah dipilih supaya dapat
disterilisasi secara efektif dengan menggunakan uap, atau panas kering atau
metode lain.
Peralatan, fiting dan sarana lain, sejauh memungkinkan, hendaklah dirancang dan
dipasang sedemikian rupa sehingga kegiatan, perawatan dan perbaikan dapat
dilaksanakan dari luar area bersih. Jika proses sterilisasi diperlukan hendaklah
dilakukan setelah perakitan kembali selesai, bila memungkinkan. Bila standar
kebersihan tidak dapat dipertahankan saat dilakukan pekerjaan perawatan yang
diperlukan di dalam ruang bersih, ruang tersebut hendaklah dibersihkan,
didisinfeksi dan/atau disterilkan sebelum proses dimulai kembali. nstalasi
pengolahan dan sistem distribusi air hendaklah didesain, dikonstruksi dan dirawat
untuk menjamin agar air yang dihasilkan memenuhi persyaratan mutu yang sesuai.
Hendaklah dipertimbangkan agar perawatan sistem air mencakup program
pengujian yang diperlukan. Sistem hendaklah tidak dioperasikan melampaui
kapasitas yang dirancang. Hendaklah dilakukan validasi dan perawatan terencana
terhadap semua peralatan seperti sterilisator, sistem penanganan dan penyaringan
udara, ventilasi udara dan filter gas serta sistem pengolahan, penyimpanan dan
pendistribusian air; persetujuan untuk penggunaan kembali setelah dilakukan
perawatan harus dicatat. Peralatan kritis yang harus dikualifikasi antara lain
sterilisator misal otoklaf dan oven. Kualifikasikinerja otoklaf hendaklah mencakup:
Distribusi panas Pengukuran hendaklah menggunakan probe/ termokopel minimal
10 buah; 12 buah untuk 2 m3 dan tiap penambahan 1 m3 jumlah probe/
termokopel hendaklah ditambah 2, dengan perbedaan suhu antar probe/
termokopel tidak lebih dari 1C sedangkan titik tertinggi dan terendah hasil
pemeriksaan distribusi panas hendaklah maksimal 5C dalam keadaan kosong.
Kualifikasi hendaklah dilakukan terhadap otoklaf dalam keadaan baik kosong
maupun terisi untuk tiap jenis muatan, misal: wadah terisi, wadah kosong, pakaian
dan sebagainya. Untuk muatan yang berisi cairan lebih dari 100 ml (misalnya 250
ml, 500 ml dan 1000 ml) hendaklah dilakukan pemetaan suhu (container mapping).
Pemetaan suhu dapat dilakukan dengan bracketing methodbila mempunyai ketiga
jenis kemasan tersebut. Untuk proses sterilisasi wadah yang besar, filter yang sudah
dirakit dalam rumah filter dan obat jadi dalam kemasan yang besar, termokopel dan
bioindikator hendaklah dimasukkan kedalamnya.Kualifikasikinerja oven : Kualifikasi
hendaklah dilakukan terhadap oven dalam keadaan kosong maupun terisi untuk
tiap jenis muatan, misal: wadah kosong, nozzle dan sebagainya. Untuk produk yang
harus bebas pirogen, kualifikasi oven hendaklah mencakup validasi proses
depirogenisasi. Penetrasi panas dilakukan menggunakan mikroba standar antara
lain: * Bacillus subtilisKualifikasi hendaklah dilakukanpada: alat baru dipasang,
dimodifikasi, dipindahkan atau penggantian setiap komponen yang kritis dari
sterilisator; rekualifikasi periodik; tiap perubahan konfigurasi muatan (loading
pattern); dan masalah kontaminasi.Termokopel yang dipakai untuk melakukan
kualifikasi baik otoklaf maupun oven sterilisator hendaklah dikalibrasi sebelum dan
sesudah kualifikasi.
Sanitasi , Sanitasi area bersih sangatlah penting. Area tersebut hendaklah
dibersihkan secara menyeluruh sesuai program tertulis. Bila menggunakan
disinfektan hendaklah memakai lebih dari satu jenis. Pemantauan hendaklah
dilakukan secara berkala untuk mendeteksi perkembangan galur mikroba yang
resisten. Dengan mempertimbangkan efektivitasnya yang terbatas, lampu
ultraviolet hendaklah tidak digunakan untuk menggantikan disinfektan
kimiawi.Disinfektan dan detergen hendaklah dipantau terhadap cemaran mikroba;
hasil pengenceran hendaklah ditempatkan dalam wadah yang telah dicuci bersih
dan hanya boleh disimpan dalam jangka waktu yang telah ditentukan, kecuali bila
disterilkan. Disinfektan dan deterjen yang digunakan untuk area kelas A dan B
hendaklah disterilkan sebelum digunakan.Fumigasi dalam area bersih dapat
bermanfaat untuk mengurangi mengurangi kontaminasi mikrobiologis pada tempat
yang tidak terjangkau. Untuk mengendalikan kebersihan mikrobiologis dari
berbagai tingkat kebersihan pada saat kegiatan berlangsung, area bersih hendaklah
dipantau. Saat kegiatan aseptik berlangsung, pemantauan hendaklah dilakukan
sesering mungkin dengan metode cawan papar, pengambilan sampel udara secara
volumetris (volumetric air), dan pengambilan sampel permukaan (cara apus dan
cawan kontak). Area bersih hendaklah tidak terkontaminasi oleh kegiatan
pengambilan sampel saat melakukan pemantauan. Hasil pemantauan hendaklah
dipakai untuk bahan pertimbangan saat dilakukan peninjauan catatan bets untuk
pelulusan produk jadi. Hendaklah dilakukan pemantauan terhadap permukaan dan
personil setelah proses kritis.

Hendaklah ditentukan batas deteksi cemaran mikrobiologis untuk batas waspada


dan batas bertindak, dan untuk pemantauan tren mutu udara di dalam area bersih.
Cara pengambilan sampel dan angka pada tabel adalah untuk informasi dan tidak
untuk dipakai sebagai spesifikasi
Air untuk produk steril Air yang dipakai untuk membuat produk steril
termasuk penyimpanan dan sistem pemasokannya hendaklah selalu dikendalikan
untuk menjamin bahwa spesifikasi yang sesuai dicapai selama seluruh
pengoperasian. Air untuk Injeksi hendaklah diolah, disimpan dan didistribusikan
dengan cara yang dapat mencegah pertumbuhan mikroba, misalnya disirkulasi
dengan konstan pada suhu di atas 70C atau tidak lebih dari 4C. Bila Air untuk Injeksi
tidak disirkulasikan, hendaklah dibuang setelah 24 jam. Air untuk Injeksi hendaklah
disimpan dalam wadah yang bersih, steril, non-reaktif, non- absorptif, non-aditif
dan terlindung dari pencemaran. Air untuk Injeksi hendaklah diproduksi melalui
cara penyulingan atau cara lain yang akan menghasilkan mutu yang sama. Sumber
air, peralatan pengolahan air dan air hasil pengolahan hendaklah dipantau secara
teratur terhadap pencemaran kimiawi, biologis dan, bila perlu, terhadap cemaran
endotoksin untuk menjamin agar air memenuhi spesifikasi yang sesuai dengan
peruntukannya. Hasil pemantauan dan tindakan penanggulangan yang dilakukan
hendaklah didokumentasikan. Air untuk Injeksi yang digunakan untuk formulasi
diperlakukan sebagai bahan awal. Alat perekam hendaklah digunakan untuk
memantau suhu penyimpanan.
Pengolahan Produk Steril Pembuatan produk yang berasal dari sumber
mikrobiologis hendaklah tidak diproses atau diisi di area yang digunakan untuk
pembuatan obat lain; namun, vaksin yang mengandung organisme mati atau
ekstrak bakterial dapat diisikan ke dalam wadah-wadah, di dalam bangunan dan
fasilitas yang sama dengan obat steril lain, setelah proses inaktivasi yang tervalidasi
dan pembersihan menurut prosedur yang tervalidasi. Simulasi media (media fill)
Validasi proses aseptis dilakukan dalam kondisi produksi normal. Uji simulasi aseptis
hendaklah dilakukan semirip mungkin dengan proses aseptis pada produksi rutin
dan termasuk semua wadah dan peralatan yang digunakan. Perlu dilakukan pada
kombinasi yang diperlukan dari ukuran wadah (ampul, vial, dsb.) termasuk lebar
mulut wadah dan kecepatan pengisian (lebih dianjurkan kombinasi ekstrim).
Bila proses produksi aseptis dimulai pada saat pencampuran bahan sampai dengan
pengisian, maka proses simulasi hendaklah mencakup seluruh proses, tangki dan
wadah yang digunakan. Uji simulasi hendaklah menggambarkan semua kondisi
pada kasus terburuk (worst case) yang mungkin terjadi pada produksi normal,
misal: pergantian personil, frekuensi istirahat, lampu mati, mesin rusak dan teknisi
masuk ke dalam ruang aseptis, dan lain- lain.Volume yang terbesar sering dianggap
merupakan kondisi worst case karena mulut wadah produk paling lebar, pengisian
paling lambat sehingga produk makin lama terpapar di lingkungan. Tetapi ada
beberapa perkecualian dalam hal pengisian ke dalam wadah yang kecil misal ampul
1 ml, pada kasus ini proses pengisian membutuhkan waktu paling cepat
dibandingkan dengan ampul volume lain sehingga ada risiko wadah terguling atau
tersendat yang menyebabkan intervensi manual dilakukan lebih sering dari
biasanya, disini perlu dilakukan uji simulasi. Volume pengisian hendaklah cukup
untuk memungkinkan media membasahi seluruh permukaan wadah saat wadah
dibalik dan memungkinkan pendeteksian pertumbuhan mikroba dalam wadah.Bila
ukuran bets produksi lebih kecil dari atau sama dengan 3000 unit maka jumlah
minimal yang harus diisikan pada uji simulasi adalah sama dengan ukuran
bets.Simulasi proses dengan media pertumbuhan untuk validasi awal dan tiap kali
terjadi perubahan proses kritis (untuk proses produksi/ pencampuran aseptis),
ukuran wadah baru, perubahan shift, penambahan personil, alat baru atau
modifikasi alat yang langsung kontak dengan produk, dan atau modifikasi sistem
tata udara, hendaklah dilakukan 3 kali untuk tiap shift dan proses.Sedangkan untuk
revalidasi dapat dilakukan 1 kali untuk tiap shift dan proses tiap 6 bulan sekali.Bila
ada kegagalan atau pertumbuhan pada hasil media pertumbuhan, hendaklah
dilakukan identifikasi jenis cemaran dan dibandingkan cemaran yang mungkin
diperoleh dari pemantauan lingkungan dan personil. Inkubasi hendaklah dilakukan
pada 2 (dua) suhu yaitu:
a. 20C 25C selama 7 hari pertama
b. 30C 35C untuk 7 hari berikutnya
Suhu inkubasi lain hendaklah berdasarkan data pendukung yang tervalidasi.
Sebelum inkubasi diawali dan saat/ setelah pengamatan pada hari ke 7 wadah
dibolak- balik agar larutan media dapat membasahi seluruh permukaan wadah.
Pengamatan hendaklah dilakukan pada hari ke 8 (setelah inkubasi pada suhu
20C 25C sebelum inkubasi suhu 30C 35C), bila memungkinkan, dan setelah hari
ke 14. Hendaklah dilakukan kontrol negatif dan kontrol positif minimal
menggunakan 1 (satu) bakteri dan 1 (satu) kapang. Media pertumbuhan yang
dipakai hendaklah lulus Growth Promotion Test (GPT) dengan menggunakan 10
100 CFU mikroba gram positif, gram negatif, bakteri anaerob, kapang, dan ragi
seperti: Bacillus subtilis atau Clostridium sporogenes; Staphylococcus aureus;
Pseudomonas aeroginosa; Candida albicans; Aspergillus niger. Pemilihan media
hendaklah juga mempertimbangkan kemampuannya menumbuhkan
mikroorganisme lingkungan, apabila ada riwayat penemuan kontaminasi
lingkungan. Hendaklah dilakukan GPT pada media yang dipakai untuk uji
simulasi pada akhir masa inkubasi untuk membuktikan bahwa media akan dapat
menumbuhkan mikroba bila ada kontaminasi. Mikroba harus tumbuh dalam
waktu 5 hari pada suhu inkubasi yang dipakai.
Sediaan tetes mata atau telinga biasanya dikemas dalam wadah plastik. Wadah,
penetes, tutup dan overseal (bila dipakai) dicuci dan disterilkan sesuai pada
produksi rutin. Sebagai pengganti sterilisasi dengan panas, dipakai sterilisasi
dengan radiasi atau etilen oksida untuk wadah dan perangkatnya. Wadah plastik
yang buram akan menghambat pendeteksian pertumbuhan, dalam hal ini
seluruh isi wadah hendaklah dituang kedalam wadah jernih saat pengamatan.
Filtrasi Obat yang Tidak Dapat Disterilkan Dalam Wadah Akhirnya Filtrasi
saja dianggap tidak cukup apabila sterilisasi dalam wadah akhir dapat dilakukan.
Merujuk pada metode yang ada saat ini, sterilisasi dengan uap adalah cara yang
diutamakan. Bila produk tidak dapat disterilkan dalam wadah akhirnya, larutan
atau cairan dapat difiltrasi ke dalam wadah yang telah disterilkan sebelumnya
melalui filter steril dengan ukuran pori nominal 0,22 mikron (atau lebih kecil),
atau paling tidak melalui filter yang mempunyai kemampuan menahan mikroba
yang ekivalen. Indikator Biologis dan Kimiawi Penggunaan indikator biologis dan
kimiawi saja tidak dapat diterima sebagai bukti bahwa proses sterilisasi telah
efektif. Indikator tersebut hanya menunjukkan kegagalan proses sterilisasi tetapi
tidak membuktikan bahwa proses sterilisasi berhasil dengan sempurna.
Penggunaan indikator biologi kurang dapat diandalkan dibandingkan dengan
pamantauan cara fisik kecuali pada sterilisasi dengan gas etilen oksida.
Penyelesaian Produk Steril Penutupan wadah hendaklah divalidasi
dengan metode yang sesuai. Terhadap penutupan wadah dengan fusi, misalnya
ampul kaca atau plastik, hendaklah dilakukan uji integritas 100%. Uji integritas
wadah lain hendaklah dilakukan terhadap sampel dengan menggunakan
prosedur yang sesuai. Ketentuan ini tidak hanya berlaku untuk vial yang dibeku-
keringkan (diliofilisasi) tapi untuk semua vial yang diisi secara aseptis. Jika
pencengkeraman tutup aluminium dilakukan sebagai proses bersih (lihat Butir
149) ketentuan ini menetapkan persyaratan bagi lingkungan untuk vial dari saat
mereka meninggalkan area pengolahan aseptis sampai tutup aluminium telah
dicengkeramkan pada vial yang ditutup dengan stopper. Pasokan udara Kelas A
diperlukan untuk terowongan konveyor yang menghubungkan daerah
pengolahan aseptis dengan mesin pengcengkeram tutup aluminium untuk
sediaan cair dan serbuk, serta transportasi vial yang diliofilisasi dari mesin
liofilisasi ke mesin pencengkeram tutup aluminium dan mesin pencengkeram
tutup aluminium itu sendiri.Klasifikasi Kelas D dianggap sebagai persyaratan
minimal untuk ruang bersih di mana mesin pencengkeram tutup aluminium
berada.
Pengawasan Mutu Uji sterilitas yang dilakukan terhadap produk jadi
hendaklah dianggap hanya sebagai bagian akhir dari rangkaian tindakan
pengendalian untuk memastikan sterilitas dari produk. Uji sterilitas ini
hendaklah divalidasi untuk produk yang berkaitan. Sampel yang diambil untuk
pengujian sterilitas hendaklah mewakili keseluruhan bets, tetapi secara khusus
hendaklah mencakup sampel yang diambil dari bagian bets yang dianggap paling
berisiko terhadap kontaminasi
V. Kesimpulan
CPOB bertujuan untuk menjamin obat dibuat secara konsisten memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. CPOB
mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu. Produk steril hendaklah
dibuat dengan persyaratan khusus dengan tujuan memperkecil risiko pencemaran
mikroba, partikulat dan pirogen, yang sangat tergantung dari ketrampilan, pelatihan
dan sikap dari personil yang terlibat. Pemastian Mutu sangatlah penting dan cara
pembuatan ini harus sepenuhnya mengikuti secara ketat metode pembuatan dan
prosedur yang ditetapkan dengan seksama dan tervalidasi.

VI. Daft ar Pustaka

BPOM, 2018. Pedoman Cara pembuatan Obat yang Baik. Jakarta: Badan
Pengawasan Obat dan Makanan
BPOM, 2013. Petunjuk Operasional Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat
yang Baik. Jakarta: Badan Pengawasan Obat dan Makanan
( https://dokumen.tips/documents/makalah-cpob-kelompok-5.html ) Diakses pada
tanggal 30 Oktober 2021 pukul 21.00

Anda mungkin juga menyukai