Polemik Dalam Karir Perem
Polemik Dalam Karir Perem
Abstract: Gender equality refers to equal circumstances between males and females
in fulfillment of rights and obligations, but discrimination based on "female" or
"male" still occurs in all aspects of life. The issue of a woman's career is that she
must choose to continue her steps in the workforce or take good care of her family
and become a mother. That's because there's a cultural factor that says a woman's
job revolves around taking care of the household. Even when women have pursued
a high level of education, it is still better to concentrate on family or housework
than to take advantage of the expertise of higher education. This study an to
eximpose the polysis faced by Indonesian women in the midst of a career. Although
women's duties are inherently responsible for their families, women are just as
entitled as the space and time to brood or career to achieve their goals as men
should be able to achieve their desires without having to pick a family or a career
and think about the point of view of the people around them.
Key words: equality, women, career, culture
Abstrak: Kesetaraan gender merujuk pada suatu keadaan setara antara laki-laki
dan perempuan dalam pemenuhan hak dan kewajiban, namun diskriminasi
berdasarkan “perempuan” atau “laki-laki” masih banyak terjadi pada seluruh
aspek kehidupan. Dalam meniti sebuah karir perempuan harus menghadapi polemik,
salah satunya adalah perempuan harus memilih untuk meneruskan kiprahnya dalam
dunia kerja atau mengurus keluarga dengan baik dan menjadi ibu rumah tangga.
Hal tersebut dikarenakan adanya faktor budaya yang mengatakan bahwa pekerjaan
seorang perempuan hanyalah berputar pada mengurus rumah tangga. Bahkan
ketika perempuan telah menempuh jenjang pendidikan yang tinggi tetap dinilai
lebih baik kalau berkonsentrasi pada keluarga atau kerja yang bersifat domestik
dibandingkan memanfaatkan keahlian dari hasil pendidikan tingginya. PPerempuan
juga berhak diberikan ruang dan waktu untuk berkiprah atau berkarir guna
mencapai cita-citanya sama seperti laki-laki yang berhak mencapai keinginannya
tanpa harus memilih keluarga atau karir dan memikirkan sudut pandang
masyarakat sekitar.
1
JURNAL KOMUNIKASI DAN KAJIAN MEDIA VOLUME 4, NOMOR 1, April 2020: 1-11
2
Ingesti Lady Rara Pratiwi dan Dida Rahmadanik, Polemik Dalam Karir Perempuan…
melahirkan dan mengurus anak, serta lewat proses sosialisasi yang berhubungan
memasak. Meskipun secara kodrati tugas dengan jenis kelamin perempuan dan laki-
perempuan adalah mengurus keluarga, laki. Ada perbedaan secara biologis antara
perempuan juga berhak diberikan ruang dan perempuan dan laki-laki, namun
waktu untuk berkiprah atau berkarir guna kebudayaan menafsirkan perbedaan biologis
mencapai cita-citanya sama seperti laki-laki ini menjadi seperangkat tuntutan sosial
yang berhak mencapai keinginannya tanpa tentang kepantasan dalam berperilaku, dan
harus memilih keluarga atau karir dan pada gilirannya hak-hak, sumber daya, dan
memikirkan sudut pandang masyarakat kuasa. Sebagaimana halnya ras, etnik, dan
sekitar. Oleh karean itu penting untuk kelas, gender adalah sebuah kategori sosial
memaparkan polemik yang dihadapi oleh yang sangat menentukan jalan hidup
perempuan dalam meniti sebuah karir. seseorang dan partisipasinya dalam
Istilah gender menurut Oakley (1972) masyarakat dan ekonomi.
berarti perbedaan atau jenis kelamin yang Tidak semua masyarakat mengalami
bukan biologis dan bukan kodrat Tuhan. diskriminasi berdasarkan ras atau etnis,
Sedangkan menurut Caplan (1987) namun semua masyarakat mengalami
menegaskan bahwa gender merupakan diskriminasi berdasarkan gender dalam
perbedaan perilaku antara laki-laki dan bentuk kesenjangan dan perbedaan dalam
perempuan selain dari struktur biologis, tingkatan yang berbeda-beda. Gender
sebagian besar justru terbentuk melalui kadang-kadang dianggap sebagai sesuatu
proses sosial dan kultural. Gender dalam yang kodrati. Misalnya peran laki-laki
ilmu sosial diartikan sebagai pola relasi sebagai kepala rumah tangga atau kepala
lelaki dan perempuan yang didasarkan pada keluarga dan peran perempuan sebagai ibu
ciri sosial masing- masing (Zainuddin, 2006: rumah tangga, yang menempatkan
1). Menurut Kementrian Pemberdayaan perempuan dalam kerja domestik dan laki-
Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen laki dalam kerja publik. Dampak adanya
PPPA), gender adalah pembedaan peran, pandangan tersebut menimbulkan bahkan
atribut, sifat, sikap dan perilaku yang menumbuhkan asumsi diskriminatif
tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. terhadap gender. Misalnya, bahwa
Dan peran gender terbagi menjadi peran perempuan (terutama di pedesaan) tidak
produktif, peran reproduksi serta peran perlu mendapat pendidikan yang tinggi atau
sosial kemasyarakatan. Kata gender dapat bahkan jika perempuan sudah memiliki
diartikan sebagai peran yang dibentuk oleh pendidikan tinggi pun, tetap dinilai lebih
masyarakat serta perilaku yang tertanam baik kalau berkonsentrasi pada keluarga
3
JURNAL KOMUNIKASI DAN KAJIAN MEDIA VOLUME 4, NOMOR 1, April 2020: 1-11
mempunyai kesempatan yang sama untuk Pengaruh Budaya Jawa Dalam Kesetaraan
bersekolah di semua jenjang pendidikan. Gender
2. Partisipasi ekonomi: berdasarkan Indeks Pengaruh budaya memegang peran
Pemberdayaan Gender Indonesia tahun penting terhadap pandangan tentang wanita
2010-2017, perempuan sebagai tenaga karir. Contohnya dalam budaya Jawa, ada
profesional, kepemimpinan, dan teknisi pepatah yang mengatakan bahwa prempuan
hanya mencapai 46,31% dan sumbangan hanya miliki tugas 3M. Pepatah tersebut
pendapatan perempuan hanya mentok di lambat laun membentuk opini bahwa tugas
36,62%. Pada tahun 2018, menurut Survei seorang perempuan hanyalah berdandan,
Angkatan Kerja Nasional yang dirilis oleh melahirkan dan mengurus anak, serta
Badan Pusat Statistik (BPS), Tingkat memasak. Berbicara tentang kedudukan
Partisipasi Angkatan Kerja atau TPAK perempuan dalam budaya Jawa berada
perempuan lebih rendah dibandingkan dalam posisi di bawah laki-laki, karena
TPAK laki-laki, yakni hanya di angka dalam Budaya Jawa peran laki-laki
55% dan proporsi laki-laki dalam sektor dikonsepkan pekerja publik (luar rumah),
tenaga kerja formal tercatat hampir dua sedangkan perempuan dikonsepkan pekerja
kali lipat disbanding perempuan. domestik (di dalam rumah tangga).
3. Keterwakilan dalam jabatan publik: Dalam masyarakat Jawa dikenal
berdasarkan Indeks Pemberdayaan istilah “konco wingking” (teman belakang)
Gender Indonesia tahun 2010-2017, yaitu seorang istri. Hal teresbut
keterwakilan perempuan dalam kursi menunjukkan bahwa perempuan tidak
parlemen adalah 17,32% dan komposisi sejajar dengan laki-laki, perempuan
anggota DPR RI tahun 2014-2019 melakukan pekerjaan di belakang (di
didominasi oleh laki-laki dengan jumlah dapur). Batasan wilayah kerja
463 orang, sedangkan perempuan hanya perempuan dalam masyarakat Jawa sangat
97 orang. sempit, sejak masih kecil, anak perempuan
Melihat dari pencapaian tersebut, kesetaraan telah ditancapkan dengan tugas-tugas
antara perempuan dan laki-laki belum domestik, meliputi sumur, dapur dan kasur.
sepenuhnya tercapai di Indonesia dan masih Sambil menanti jodoh, gadis Jawa biasanya
perlu adanya evaluasi kebijakan atau diajari berdandan, memasak dan kegiatan
program terkait kesetaraan gender. yang berhubungan dengan melayani suami.
Ada masa gadis Jawa di mana
dituntut untuk persiapan berumah tangga,
biasanya mereka yang sudah dirasa cukup
5
JURNAL KOMUNIKASI DAN KAJIAN MEDIA VOLUME 4, NOMOR 1, April 2020: 1-11
umur untuk itu kemudian di ”pingit”, yaitu Prioritas atas hak pendidikan tinggi akan
larangan untuk keluar rumah. Budaya ini diberikan kepada anak laki-laki jika dalam
pula yang menghambat pendidikan satu keluarga terdapat anak laki-laki dan
perempuan ke jenjang yang perempuan. Karena pendidikan tinggi
lebih tinggi. Dalam hal ini R.A. Kartini, merupakan sesuatu yang kondisional,
seorang pelopor emansipasi perempuan melihat bagaimana kondisi kemampuan
Indonesia, menyatakan bahwa faktor utama keluarga. Jika terlahir dari keluarga yang
yang mendorong perjuangan R.A. mampu, maka bisa meraih pendidikan yang
Kartini yaitu lingkungan Jawa. Hal sama. Namun, jika hal tersebut terjadi di
ini tergambarkan melalui surat Kartini yang kalangan keluarga yang tidak berkecukupan,
menyatakan bahwa Budaya masyarakat solusi utama adalah dengan memberi
Jawalah yang mengkungkung perempuan. pendidikan tinggi kepada anak laki-laki
Perempuan dalam Budaya masyarakat Jawa, sebagai pemimpin keluarga kelak. Karena
didudukkan dan diperankan sebagai mayoritas masyarakat mengatakan, “anak
keluarga dan masyarakat. Dalam rumah perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi,
tangga, perempuan Jawa biasanya dituntut toh ujung-ujungnya akan kembali ke dapur
untuk melakukan 3M. Budaya Jawa juga”.
memandang perempuan tidak jauh berbeda Menempatkan posisi perempuan di
dengan pendapat-pendapat yang beredar bawah laki-laki dan menganggapnya tidak
bahwa kaum perempuan tidak lain hanyalah berhak untuk berkecimpung dalam dunia
seorang pelayan yang kedudukannya di publik merupakan salah satu bentuk
bawah kaum laki-laki. Bagi masyarakat kungkungan terhadap perempuan.
Jawa, anak perempuan harus memahami konsep Pandangan-pandangan terkait perempuan
unggah-ungguh (sopan santun). Perempuan yang timpang saat ini masih banyak sekali
harus bisa menjadi lakon yang baik dan dijumpai, terutama dalam masyarakat Jawa
menuruti semua perintah dari orang tuanya. Budayaonal. Mereka sangat memegang
Budaya patriarkis inilah yang kemudian teguh keyakinan terhadap nenek moyang.
hidup dan berperan besar untuk terus Namun, sebagian dari mereka telah
menyudutkan perempuan dengan menerapkan teori kesetaraan gender dalam
peran gendernya. Selain mengenai sopan mendidik anak-anak mereka.
santun, anggapan bahwa anak perempuan
kurang layak untuk mendapatkan hak
pendidikan tinggi juga masih kental dalam
masyarakat Jawa.
6
Ingesti Lady Rara Pratiwi dan Dida Rahmadanik, Polemik Dalam Karir Perempuan…
7
JURNAL KOMUNIKASI DAN KAJIAN MEDIA VOLUME 4, NOMOR 1, April 2020: 1-11
terdiri dari akses, partisipasi, kontrol, dan kerja formal tercatat hampir dua kali
manfaat lipat disbanding perempuan.
Menurut Bappenas, salah satu cara 3) Keterwakilan dalam jabatan publik:
untuk mencapai kesetaraan gender adalah berdasarkan Indeks Pemberdayaan
dengan meningkatkan peran dan kualitas Gender Indonesia tahun 2010-2017,
hidup perempuan dalam pembangunan. Dari keterwakilan perempuan dalam kursi
aspek tersebut, Bappenas menetapkan parlemen adalah 17,32% dan komposisi
sasaran pengukuran Indeks Kesetaraan dan anggota DPR RI tahun 2014-2019
Keadilan Gender (IKKG) dalam didominasi oleh laki-laki dengan
mengevaluasi kesetaraan dan keadilan jumlah 463 orang, sedangkan
gender yaitu, pencapaian pendidikan, perempuan hanya 97 orang.
partisipasi ekonomi dan keterwakilan dalam Melihat dari hasil tersebut, tingkat
jabatan publik. perempuan yang bekerja memang lebih
1) Pencapaian pendidikan: angka rendah daripada laki-laki, hal tersebut juga
Partisipasi Murni (APM) di semua dipengaruhi oleh kaca mata budaya yang
jenjang pendidikan telah mencapai menganggap bahwa pekerjaan perempuan
100%, yang berarti bahwa perempuan hanyalah mengurus rumah dan keluarga.
dan laki-laki mempunyai kesempatan Budaya memegang peran penting terhadap
yang sama untuk bersekolah di semua pandangan tentang wanita karir. Pepatah 3M
jenjang pendidikan. membentuk opini bahwa tugas seorang
2) Partisipasi ekonomi: berdasarkan perempuan hanyalah berdandan, melahirkan
Indeks Pemberdayaan Gender Indonesia dan mengurus anak, serta memasak.
tahun 2010-2017, perempuan sebagai Meskipun telah dipaparkan dalam Undang-
tenaga profesional, kepemimpinan, dan Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang
teknisi hanya mencapai 46,31% dan Hak Asasi Manusia (HAM) Pasal 49 ayat 1
sumbangan pendapatan perempuan bahwa perempuan berhak untuk memilih,
hanya mentok di 36,62%. Pada tahun dipilih, diangkat dalam pekerjaan, jabatan,
2018, menurut Survei Angkatan Kerja dan profesi sesuai dengan persyaratan dan
Nasional yang dirilis oleh Badan Pusat peraturan perundang-undangan, hal tersebut
Statistik (BPS), Tingkat Partisipasi tidak merubah konsep bahwa pekerjaan
Angkatan Kerja atau TPAK perempuan perempuan hanya berputar pada urus
lebih rendah dibandingkan TPAK laki- mengurus rumah.
laki, yakni hanya di angka 55% dan Berbicara tentang kedudukan
proporsi laki-laki dalam sektor tenaga perempuan dalam budaya Jawa, dalam
8
Ingesti Lady Rara Pratiwi dan Dida Rahmadanik, Polemik Dalam Karir Perempuan…
menempuh karir pun, perempuan seringkali mencapai keinginannya tanpa harus memilih
dihadapkan oleh situasi yang keluarga atau karir dan memikirkan sudut
membingungkan antara memilih karir atau pandang masyarakat sekitar.
keluarga. Selain itu, prioritas atas hak Pelabelan perempuan yang bekerja
pendidikan tinggi dalam Budaya Jawa akan diluar rumah juga mendapat stereotype yang
diberikan kepada anak laki-laki jika dalam negatif, sehingga terjadinya diskriminasi
satu keluarga terdapat anak laki-laki dan serta ketidakadilan yang merugikan. Salah
perempuan. Karena pendidikan tinggi satu contoh yang biasa terjadi apabila laki-
merupakan sesuatu yang kondisional, laki marah di anggap hal yang wajar dan
melihat bagaimana kondisi kemampuan sebagai laki-laki yang tegas. Namun disaat
keluarga. Jika terlahir dari keluarga yang perempuan marah di anggap sebagai
mampu, maka bisa meraih pendidikan yang individu yang emosional dan tidak dapat
sama. Namun, jika hal tersebut terjadi di menahan diri. Perempuan sebagai “ibu
kalangan keluarga yang tidak berkecukupan, rumah tangga” merugikan bagi perempuan
solusi utama adalah dengan memberi yang ingin berkiprah di dunia politik, bisnis,
pendidikan tinggi kepada anak laki-laki dan birokrat. Laki-laki sebagai pencari
sebagai pemimpin keluarga kelak. nafkah utama sehingga nafkah yang
Bahkan jika perempuan sudah dihasilkan perempuan di anggap sebagai
memiliki pendidikan tinggi pun, tetap dinilai tambahan.
lebih baik kalau berkonsentrasi pada
keluarga atau kerja yang bersifat domestik Simpulan
dibandingkan memanfaatkan keahlian dari
Pengertian kesetaraan gender
hasil pendidikan tingginya. Steorotip
merujuk kepada suatu keadaan setara antara
masyarakat tentang perempuan yang
laki-laki dan perempuan dalam pemenuhan
memilih menjadi ibu rumah tangga (IRT)
hak dan kewajiban. Di mana adanya
lebih baik dari pada menjadi perempuan
kesamaan kondisi bagi laki-laki dan
yang karir dan stigma bahwa perempuan
perempuan untuk memperoleh kesempatan
yang bekerja tidak mengutamakan jodoh
serta hak-haknya sebagai manusia, agar
atau keluarga dapat menghilangkan motivasi
mampu berperan dan berpartisipasi dalam
para perempuan untuk terus meraih apa
kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial
yang mereka inginkan. Padahal perempuan
budaya, pendidikan dan pertahanan dan
berhak diberikan ruang dan waktu untuk
keamanan nasional (hankamnas) serta
berkiprah atau berkarir guna mencapai cita-
citanya sama seperti laki-laki yang berhak
9
JURNAL KOMUNIKASI DAN KAJIAN MEDIA VOLUME 4, NOMOR 1, April 2020: 1-11
kesamaan dalam menikmati hasil dan stigma bahwa wanita karir tidak
pembangunan. mengutamakan jodoh atau keluarga dapat
Budaya memegang peran penting menghilangkan motivasi perempuan untuk
terhadap pandangan tentang perempuan terus meraih apa yang mereka inginkan.
yang bekerja. Dalam budaya Jawa, ada Perempuan juga berhak diberikan
pepatah yang mengatakan bahwa ruang dan waktu untuk berkiprah atau
perempuan hanya miliki tugas 3M, Pepatah berkarir guna mencapai cita-citanya sama
tersebut lambat laun membentuk opini seperti laki-laki yang berhak mencapai
bahwa tugas seorang perempuan hanyalah keinginannya tanpa harus memilih keluarga
berdandan, melahirkan dan mengurus anak, atau karir dan memikirkan sudut pandang
serta memasak. Meskipun telah dipaparkan masyarakat sekitar. Seharusnya pemerintah
dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun membuka lebih banyak lowongan pekerjaan
1999 Tentang Hak Asasi Manusia (HAM) di sektor publik untuk perempuan.
Pasal 49 ayat 1 bahwa perempuan berhak
untuk memilih, dipilih, diangkat dalam
Daftar Pustaka
pekerjaan, jabatan, dan profesi sesuai
dengan persyaratan dan peraturan Sayyidah, Nadifah (2013). “Konsep Gender
perundang-undangan, hal tersebut tidak Terhadap Peran Perempuan dalam
merubah konsep bahwa pekerjaan Budaya Jawa”. Jawa Tengah: STAI AL-
perempuan hanya berputar pada urus ANWAR.
mengurus rumah. Kemenpppa., Mencapai Kesetaraan Gender
Selain itu, prioritas atas hak Dan Memberdayakan Kaum Perempuan,
pendidikan tinggi dalam budaya Jawa akan Jakarta: Kemen PPPA [Internet], 2017
diberikan kepada anak laki-laki jika dalam dalam www.kemenpppa.go.id
satu keluarga terdapat anak laki-laki dan Fiji., Kepala Bappenas Tegaskan Peran
perempuan. Bahkan jika perempuan sudah Perempuan Dalam Pembangunan
memiliki pendidikan tinggi pun, tetap dinilai Indonesia, Jakarta: Warta Ekonomi
lebih baik kalau berkonsentrasi pada [Internet], 2019 dalam
keluarga atau kerja yang bersifat domestik https://m.wartaekonomi.co.id
dibandingkan memanfaatkan keahlian dari Adrinof., Indeks Pembangunan Gender
hasil pendidikan tingginya. Steorotip (IPG) Terus Meningkat, Jakarta:
masyarakat tentang perempuan yang Bappenas [Internet], 2015 dalam
memilih menjadi ibu rumah tangga (IRT) www.bappenas.go.id
lebih baik dari pada menjadi wanita karir
10
Ingesti Lady Rara Pratiwi dan Dida Rahmadanik, Polemik Dalam Karir Perempuan…
11