Anda di halaman 1dari 17

34

MUSYARAKAH MUTANAQISHAH
‘Ainul Imronah
STAI Sufyan Tsauri Majenang Cilacap
Email: aizuhdi7@gmail.com
Abstract: The expense and finance are products which are issued by sharia financial
institutions,includingmusharakamutanaqishah. Musharakamutanaqishah is a form of cooperation
between two or more parties for the ownership of goods or assets. This cooperation will reduce the
ownership rights of one party while the other party increases its ownership rights. This article is
purposed to give knowledge to whom do not understand well about Musyarakahmutanaqishah. The
nature of the research is descriptive which used literature study in collecting the data. The technique of
Data analysis is used qualitative analysis. The results of the study are the definition, the history and the
root of musyarakahmutanaqishah, the provision of musyarakahmutanaqishah law, the terms of the
contract, the provisions of the related parties, the criteria of the customer, the financing scheme, the
advantages and the weaknesses of Musyarakahmutanaqishah, the ownership of syirkah modality and the
ending of syirkah.
Keyword:Musyarakahmutanaqishah, financing, sharia bank

Abstrak: Pendanaan dan pembiayaan adalah produk yang dikeluarkan lembaga keuangan syariah. Termasuk
musyarakah mutanaqishah. Musyarakah mutanaqishah adalah bentuk kerjasama antara dua pihak atau
lebih untuk kepemilikan barang atau asset. Dimana kerjasama ini akan mengurangi hak kepemilikan
salah satu pihak sementara pihak yang lain bertambah hak kepemilikannya.Tujuannya penulisan ini
adalah untuk menambah edukasi kepada masyarakat yang belum paham betul musyarakah
mutanaqishah. Sifat penelitian adalah deskriptif, dengan teknik pengumpulan data studi pustaka. Teknik
analisis data menggunakan analisis kualitatif. Hasil kajian yang diperoleh adalah definisi, sejarah dan
akar akad musyarakah mutanaqishah, ketentuan hukum musyarakah mutanaqishah, ketentuan akad,
ketentuan pihak terkait, kriteria nasabah, skema pembiayaan, kelebihan dan kelemahan pembiayaan
musyarakah mutanaqishah, status kepemilikan modal usaha syirkah dan berakhirnya syirkah.
Kata kunci:Musyarakah Mutanaqishah, Pembiayaan, Lembaga Keuangan Syariah

A. PENDAHULUAN berakad bagi hasil. Oleh karena itu, untuk


Dewasa ini perkembangan produk- meningkat
produk perbankan syariah semakin kan pembiayaan bagi hasil sejumlah
banyak dan berkembang. Dari mulai akad terus dieksplorasi, salah satunya
produk pengumpulan dana sampai pada adalah musyarakah mutanaqisah (MMq).
pembiayaan usaha mikro ataupun makro. Kajian terhadap produk MMq
Semakin banyak yang dikaji maka sebagai varian produk bagi hasil dan
semakin banyak pula pemikiran- alternatif yang mempunyai daya saing
pemikiran yang muncul tentang telah dilakukan sejak 2008. Akad tersebut
pembiayaan perbankan syariah. juga sudah masuk dalam Kodifikasi
Dibanding pembiayaan berbasis bagi Produk Perbankan Syariah Internasional
hasil, pembiayaan akad jual beli juga Direktorat Perbankan Syariah Tahun
dinilai berisiko lebih rendah. Aspek 2008 dan memperoleh fatwa DSN MUI
risiko itulah yang menjadi salah satu di tahun yang sama. Berikut penulis akan
penyebab kurang berkembangnya produk membahas tentang produk pembiayaan
musyarakah mutanaqishah.

AL-INTAJ Vol. 4, No. 1, Maret 2018


Fakultas Ekoomi dan Bisnis Islam
P-ISSN : 2476-8774/E-ISS : 2621-668X
‘Ainul Imronah 35
Musyarakah Mutanaqishah

B. PEMBAHASAN Dalam istilah fiqh terdapat tiga


1. Definisi Musyarakah Mutanaqishah istilah tentang pengertian
Al Musyarakah merupakan salah percampuran, kemitraan, persekutuan,
satu instrumen yang dipergunakan dan perkongsian yaitu al musyarakat,
oleh perbankan syariah untuk syirkah, dan syarikat. Dalam bukunya
menyediakan pembiayaan. Dalam Atang Abdul Hakim yang lebih tepat
bahasa indonesia, ia diterjemahkan dari ketiga istilah itu ialah syirkat, oleh
dengan kemitraan atau persekutuan karena itu, literatur ilmu fiqh lebih
atau perkongsian, dan dalam ranah banyak menggunakan istilah ini
ilmu ekonomi, ia terkait dengan teori sedangkan peraturan perbankan
percampuran. Teori ini menyangkut syariah mempergunakan istilah
dua pilar: objek percampuran dan musyarakah.2
waktu percampuran. Sama seperti Musyarakah Mutanaqishah
yang terdapat dalam teori merupakan bagian atau bisa juga
percampuran, ilmu fiqh membedakan kelanjutan dari
dua jenis objek percampuran. musyarakah. 3 Musyarakah merupakan
Pertama, objek campuran ‘ain (real istilah yang sering dipakai dalam
asset) berupa barang dan jasa yang konteks skim pembiayaan Syariah.
meliputi: a) percampuran antara ‘ain Istilah ini berkonotasi lebih terbatas
dan ‘ain atau real asset dengan real daripada istilah syirkah yang lebih
asset; dan b) percampuran antara real umum digunakan dalam fikih Islam.
asset dan finacial asset. Kedua, Syirkah berarti sharing ‘berbagi’, dan
percampuran antara financial asset dan dalam terminologi Fikih Islam dibagi
financial asset. Dari sisi waktu dalam dua jenisyaitu Syirkah al-milk
terjadinya percampuran, ilmu fiqh atau syirkah amlak atau syirkah
mengelompokan waktu percampuran kepemilikan, yaitu kepemilikan
atas dua waktu, penyerahan saat itu bersama dua pihak atau lebih dari
juga atau naqdan dan penyerahan yang suatu properti; danSyirkah al-‘aqad
ditangguhkan atau muajjal.1 atau syirkah ‘ukud atau syirkah akad,
yang berarti kemitraan yang terjadi

1 2
Atang Abdul Hakim, Fiqh Perbankan Ibid.
3
Syariah: Transformasi Fiqh Muamalah ke dalam Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah,
Peraturan Perundang-undangan, (Bandung: Refika (Jakarta:Raja Grafindo Persada, cetakan ke III 2011),
Aditama, cetakan kesatu September 2011), hal. 244. hal. 49.

AL-INTAJ Vol. 4, No. 1, Maret 2018


Fakultas Ekoomi dan Bisnis Islam
P-ISSN : 2476-8774/E-ISS : 2621-668X
‘Ainul Imronah 36
Musyarakah Mutanaqishah

karena adanya kontrak bersama, atau Dalam fatwa DSN No: 73/DSN-
usaha komersial bersama. MUI/XI/2008 yang dimaksud
Sementara mutanaqishah berasal Musyarakah Mutanaqishah adalah
dari kata yatanaqishu-tanaqish- Musyarakah atau Syirkah yang
tanaqishan-mutanaqishun yang berarti kepemilikan asset (barang) atau modal
mengurangi secara bertahap. Firman salah satu pihak (syarik 5 ) berkurang
Allah SWT :4 disebabkan pembelian secara bertahap
‫ﻚ إِﻟ َٰﻰ ﻧِﻌَﺎ ِﺟ ِﮫ ۖ َوإِنﱠ َﻛﺜِﯿ ًﺮا‬
َ ِ‫ﻚ ﺑِ ُﺴ َﺆا ِل ﻧَ ْﻌ َﺠﺘ‬
َ ‫ﻗَﺎ َل ﻟَﻘَ ْﺪ ظَﻠَ َﻤ‬ oleh pihak lainnya.
َ‫ﺾ إ ﱠِﻻ اﻟﱠﺬِﯾﻦ‬
ٍ ‫ﻀﮭُ ْﻢ َﻋﻠ َٰﻰ ﺑَ ْﻌ‬ ُ ‫ﻣِﻦَ ا ْﻟ ُﺨﻠَﻄَﺎ ِء ﻟَﯿَ ْﺒﻐِﻲ ﺑَ ْﻌ‬ Implementasi dalam operasional
‫ت َوﻗَﻠِﯿ ٌﻞ ﻣَﺎ ھُ ْﻢ ۗ َوظَﻦﱠ دَاوُو ُد‬ ِ ‫آ َﻣﻨُﻮا َو َﻋ ِﻤﻠُﻮا اﻟﺼﱠﺎﻟِ َﺤﺎ‬
perbankan syariah adalah merupakan
َ‫أَﻧﱠﻤَﺎ ﻓَﺘَﻨﱠﺎهُ ﻓَﺎ ْﺳﺘَ ْﻐﻔَ َﺮ َرﺑﱠﮫُ َو َﺧ ﱠﺮ َرا ِﻛﻌًﺎ َوأَﻧَﺎب‬
kerjasama antara bank syariah dengan
“.......dan Sesungguhnya kebanyakan
dari orang-orang yang berserikat itu nasabah untuk pengadaan atau
sebahagian mereka berbuat zalim pembelian suatu barang (benda).
kepada sebahagian yang lain, kecuali
orang-orang yang beriman dan Dimana asset barang tersebut jadi
mengerjakan amal yang saleh; dan milik bersama. Adapun besaran
Amat sedikitlah mereka ini". (QS:
Shaad : 24) kepemilikan dapat ditentukan sesuai
dengan sejumlah modal atau dana
Musyarakah mutanaqishah
yang disertakan dalam kontrak
(diminishing partnership) adalah
kerjasama tersebut. Selanjutnya
bentuk kerjasama antara dua pihak
nasabah akan membayar (mengangsur)
atau lebih untuk kepemilikan suatu
sejumlah modal/dana yang dimiliki
barang atau asset. Dimana kerjasama
oleh bank syariah. Perpindahan
ini akan mengurangi hak kepemilikan
kepemilikan dari porsi bank syariah
salah satu pihak sementara pihak yang
kepada nasabah seiring dengan
lain bertambah hak kepemilikannya.
bertambahnya jumlah modal nasabah
Perpindahan kepemilikan ini melalui
dari pertambahan angsuran yang
mekanisme pembayaran atas hak
dilakukan nasabah. Hingga angsuran
kepemilikan yang lain. Bentuk
berakhir berarti kepemilikan suatu
kerjasama ini berakhir dengan
barang atau benda tersebut
pengalihan hak salah satu pihak
sepenuhnya menjadi milik nasabah.
kepada pihak lain.
Penurunan porsi kepemilikan bank

4 5
Lihat fatwa DSN-MUI No.73/DSN- Syarik adalah mitra, yakni pihak yang
MUI/XI/2008 tentang Musyarakah Mutanaqishah melakukan akad syirkah (musyarakah).

AL-INTAJ Vol. 4, No. 1, Maret 2018


Fakultas Ekoomi dan Bisnis Islam
P-ISSN : 2476-8774/E-ISS : 2621-668X
‘Ainul Imronah 37
Musyarakah Mutanaqishah

syariah terhadap barang atau benda bank karena dibayar oleh nasabah
berkurang secara proporsional sesuai dengan cara diangsur.
dengan besarnya angsuran. Gambaran tersebut apabila dilihat dari
Dalam pengertian lain juga segi nasabah jumlah barang modal
disebutkan, ada beberapa istilah yang yang dimiliki oleh nasabah semakin
berbeda yang diperkenalkan oleh lama semakin bertambah karena
6
ulama yaitu Syirkah-mutanaqishah membeli barang modal milik bank
yaitu kerja sama antara para syarik secara berangsur, oleh karena itu,
(dalam hal ini bank dengan nasabah) syirkah tersebut dari segi nasabah
guna membeli suatu barang, kemudian bukan musyarakah mutanaqishah,
barang tersebut dijadikan “modal tetapi musyarakah ziyadah.8
usaha”oleh nasabah untuk Al-Musyarakah al-Muntahiyyah bit
mendapatkan keuntungan yang akan tamlik9. Secara bahasa, al-Musyarakah
dibagi bersama di antara bank dengan al-Muntahiyyah bit tamlik bearti kerja
nasabah disertai dengan pembelian sama antara sejumlah syarik (dalam
barang modal milik bank yang hal ini nasabah dengan bank) dengan
dilakukan secara berangsur sehingga menyertakan harta untuk dijadikan
kepemilikan bank terhadap barang modal usaha, dan modal usaha syirkah
modal semakin lama semakin tersebut kemudian dibeli oleh nasabah
berkurang7, dengan demikian akad ini secara berangsur, sehingga sampai
dinamai musyarakah mutanaqishah waktu yang dijanjikan, kepemilikan
karena memerhatikan kepemilikan modal bank habis (karena dibeli
bank dalam syirkah, yakni penyusutan dengan cara angsuran), seluruh modal
barang modal syirkah yang dimiliki usaha syirkah menjadi milik nasabah.
oleh bank karena dibeli oleh nasabah Kemudian, musyarakah muqayyadah10
secara berangsur. Mutanaqishah dalam yaitu kerjasama terikat, karena dalam
hal ini berarti penyusutan modal milik

8
Maulana Hasanudin dan Jaih Mubarok,
Perkembangan Akad Musyarakah, Kencana: 2012.
6
Maulana Hasanudin dan Jaih Mubarok, Jakarta. Hal. 60-61
9
Perkembangan Akad Musyarakah, Kencana: 2012. Lihat Muhammad ‘Abd al-Mun’im Afar. Al-
Jakarta. Hal. 60 Iqtishad al-Islami: Dirasat Tathbiqiyyah (Jeddah:
7
Lihat Muhammad Mushthafa Abruh al- Dar al-Bayan al-‘Arabi. 1985),vol. II. Hal. 17.
Syinqithi, Dirasah Syar’iyyah li Ahammi al-‘Uqud 10
Muhammad Ayub, Understanding Islamic
al-Maliyah al-Mustahdatsah (Madinah: Maktabat al- Finance (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Ulum wa al-Hikkam. 2001), vol 1. Hal. 389 2007), hal. 516

AL-INTAJ Vol. 4, No. 1, Maret 2018


Fakultas Ekoomi dan Bisnis Islam
P-ISSN : 2476-8774/E-ISS : 2621-668X
‘Ainul Imronah 38
Musyarakah Mutanaqishah

akad ini terdapat keterikatan yang Muhammad Ali al-Qari (1997)


disepakati oleh bank dan nasabah. berpendapat bahwa musayarakah
Jadi definisi yang kompleks dari mutanaqishah bersumber pada
Akad Musyarakah Mutanaqisah syrikah-milik yang diikuti secara
(MMq) adalah akad yang terbentuk paralel dengan akad jual beli (al-
karena adanya kerjasama antara bank bai’).12
dan pembeli rumah, yang berbagi hak 3. Ketentuan Hukum Musyarakah
kepemilikan akan sebuah rumah, yang Mutanaqishah
diikuti dengan pembayaran Fatwa DSN juga disebutkan
kepemilikan setiap bulannya dan bahwa hukum Musyarakah
perpindahan kepemilikan sesuai Mutanaqishah adalah boleh. Sandaran
dengan proporsi yang sudah hukum Islam pada pembiayaan
dibayarkan. musyarakah mutanaqishah pada saat
2. Sejarah dan Akar Akad ini dapat disandarkan pada akad
Musyarakah Mutanaqishah musyarakah (kemitraan) dan ijarah
Akad Musyarakah Mutanaqishah (sewa). Karena didalam akad
merupakan akad hasil kreasi ulama musyarakah mutanaqishah terdapat
dan pengusaha yang memadukan nilai unsur syirkah dan unsur ijarah.
musyarakah yang terdapat dalam Dalam musyarakah mutanaqishah
syariah dan kebutuhan instrumen berlaku hukum sebagaimana yang
bisnis yang berkembang demikian diatur dalam Fatwa DSN No. 08/DSN-
13
cepat. Akad ini mulai dirumuskan dan MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan
diperkenalkan oleh ulama abad XX M Musyarakah, yang para mitranya
(tepatnya tahun 1997) yang dibahas memiliki hak dan kewajiban,
oleh Majma’ al-Fiqhi.11 diantaranya adalah memberikan modal
Ulama telah mengidentifikasi dan kerja berdasarkan kesepakatan
Musyarakah Mutanaqishah guna pada saat akad, memperoleh
mengetahui asal usulnya secara pasti. keuntungan berdasarkan nisbah yang
Najih Muhammad (1997) dan disepakati pada saat akad,

11
Kamal Taufiq Muhammad Hathab, “al-
musyarakah al-Mutanaqishah ka Adah min Adawat
12
al-Tamwil al-Islami”, dalam Dirasat Iqtishadiyah al- Hathab, “al-musyarakah al-mutanaqishah”,
Islamiyah (Jedah: al-Bunuk al-Islami litanmiyah al- hal. 19.
13
Ma’had al-Islami li al-Buhuts wa al-Tadrib. 2003), Lihat Fatwa DSN No. 08/DSN-
vol. X, hal 19 MUI/IV/2000 hal. 1-6.

AL-INTAJ Vol. 4, No. 1, Maret 2018


Fakultas Ekoomi dan Bisnis Islam
P-ISSN : 2476-8774/E-ISS : 2621-668X
‘Ainul Imronah 39
Musyarakah Mutanaqishah

menanggung kerugian sesuai proporsi (loss) akan ditanggung bersama.


modal. Keuntungan dibagi berdasarkan
Berbeda dengan Fatwa DSN No: kesepakatan atau porsi modal
73/DSN-MUI/XI/2008, ketentuan sementara kerugian ditanggung hanya
akad musyarakah mutanaqishah sebesar porsi modal masing-masing.
didalam Fatwa DSN disebutkan terdiri Perjanjian dengan akad
dari akad musyarakah/syirkah dan ba’i Musyarakah harus memenuhi rukun
(jual beli). adalah Pihak yang berakad; Bank dan
Ketentuan pokoknya dalam Nasabah dimana keduanya sebagai
Musyarakah Mutanaqishah terdapat pemilik modal (Shahibul Maal)
unsur kerjasama (syirkah) dan unsur sedangkan Nasabah selain sebagai
sewa (ujrah). Yakni kerjasama pemilik modal juga sebagai pelaksana
dilakukan dalam hal penyertaan modal (Musyarik), Modal; masing-masing
atau dana dan kerjasama kepemilikan. pihak menyertakan modal dengan
Sementara sewa merupakan tujuan untuk membeli suatu aset atau
kompensasi yang diberikan salah satu melaksanakan usaha/proyek tertentu,
pihak kepada pihak lain. Obyek akad; obyek akad dapat berupa
4. Ketentuan Akad14 aset, proyek atau usaha yang akan
Pembiayaan Musyarakah adalah menghasilkan keuntungan bagi para
pembiayaan berupa akad kerjasama pihak, Ijab Qabul; pernyataan
antara pihak BUS/UUS/BPRS dengan penawaran (ijab) dan penerimaan
pihak Nasabah berupa penyatuan (qabul) yang dinyatakan oleh para
modal oleh masing-masing pihak pihak terkait untuk menunjukkan
untuk melaksanakan usaha atau kehendak masing-masing dalam
proyek tertentu dan/atau upaya untuk mengadakan perjanjian (akad),
memiliki aset tertentu yang bertujuan Nisbah Bagi Hasil; pembagian porsi
untuk memperoleh sejumlah keuntungan yang akan diperoleh para
keuntungan dengan ketentuan bahwa pihak dalam bentuk persentase bukan
keuntungan (profit) dan kerugian jumlah uang yang tetap.
Pengikatan Perjanjian
14
Divisi Pengembangan Produk dan Edukasi Pembiayaan Musyarakah antara
Departemen Perbankan Syariah Otoritas Jasa
Keuangan, Standar Produk Perbankan Syariah BUS/UUS/BPRS dan Nasabah harus
“Musyarakah dan Musyarakah Mutanaqishah”, hal.
dituangkan secara tertulis yang dapat
21-23

AL-INTAJ Vol. 4, No. 1, Maret 2018


Fakultas Ekoomi dan Bisnis Islam
P-ISSN : 2476-8774/E-ISS : 2621-668X
‘Ainul Imronah 40
Musyarakah Mutanaqishah

dilakukan secara di bawah tangan atau menjual keseluruhan modalnya


di bawah legalilasi secara notariil. sekaligus kepada Nasabah dan
Dalam Perjanjian Pembiayaan Nasabah berjanji untuk membeli
Musyarakah antara BUS/UUS/BPRS keseluruhan modal BUS/UUS/BPRS
dan Nasabah harus dinyatakan secara tersebut. Dalam Pembiayaan
jelas bahwa kerjasama diantara para Musyarakah jumlah menurun, bagian
pemilik modal dilaksanakan dengan modal BUS/UUS/BPRS akan dijual
tujuan mencari keuntungan. Dalam secara bertahap (diangsur) kepada
Perjanjian Pembiayaan Musyarakah, Nasabah (atau pihak lain) sehingga
Nasabah dan BUS/UUS/ BPRS sama- bagian modal BUS/UUS/BPRS akan
sama menyediakan modal dan harus menurun dari masa ke masa dan pada
dinyatakan dengan tegas perbandingan akhir masa akad, BUS/UUS/BPRS
antara modal BUS/UUS/BPRS dan tidak lagi memiliki modal (menjadi
modal Nasabah. pemilik) dalam usaha/proyek/aset
Pembiayaan Musyarakah yang tersebut.
diberikan BUS/UUS/BPRS dan Pengembalian modal dan bagi
Nasabah adalah untuk membiayai hasil hak BUS/UUS/BPRS dihitung
usaha/proyek/aset tertentu, baik yang dan disepakati berdasarkan perjanjian
sudah berjalan maupun yang baru, yang dibuat oleh para pihak terkait.
yang akan dikelola oleh Nasabah Nisbah bagi hasil tidak harus selalu
menurut ketentuan yang disepakati sama setiap bulannya selama masa
oleh BUS/UUS/BPRS. Pembiayaan pembiayaan, walaupun kontribusi
Musyarakah yang diberikan modal tetap ataupun juga kontribusi
BUS/UUS/BPRS dapat bersifat modal menurun, selama hal ini
kerjasama modal baik dalam jumlah disepakati dari awal dan sudah jelas
tetap (modal tidak diangsur) maupun tertulis pada pembuatan akad. Hal ini
jumlah menurun (modal diangsur). tergantung dari perhitungan cash flow
Dalam Pembiayaan Musyarakah atas proyek/usaha yang akan dibiayai.
jumlah tetap, bagian modal setiap Jika selama masa kegiatan proyek
mitra ditentukan sesuai akad dan atau kegiatan usaha dari Pembiayaan
jumlahnya tetap hingga akhir masa Musyarakah terjadi perubahan
akad, dimana pada akhir masa akad kontribusi modal sehingga
BUS/UUS/BPRS berjanji akan menyebabkan juga perubahan nisbah

AL-INTAJ Vol. 4, No. 1, Maret 2018


Fakultas Ekoomi dan Bisnis Islam
P-ISSN : 2476-8774/E-ISS : 2621-668X
‘Ainul Imronah 41
Musyarakah Mutanaqishah

bagi hasil, maka harus dibuatkan diperbolehkan yang termasuk ke


addendum (perubahan) atas perjanjian dalam orang-perorangan dan/atau
sebelumnya yang disepakati dan Perusahaan/Badan Usaha. calon
ditanda tangani oleh para pihak terkait. Nasabah perorangan harus cakap
5. Ketentuan Pihak-pihak Terkait15 hukum dengan memenuhi ketentuan
Para pihak dalam kontrak yang telah diatur dalam pasal 330
Musyarakah adalah pihak yang KUHPerdata serta bukan pihak yang
diperbolehkan yang termasuk ke dikecualikan dalam Pasal 433
dalam orang-perorangan dan/atau KUHPerdata.Calon Nasabah telah
Perusahaan/Badan Usaha. Para pihak melewati proses penilaian dan
dalam kontrak Musyarakah harus dikategorikan sebagai Nasabah yang
mempunyai kapasitas hukum untuk layak dibiayai sesuai kriteria analisa
melaksanakan kontrak. Kontrak pembiayaan yang sehat.Nasabah yang
Musyarakah harus disertai dengan terikat dalam suatu perkawinan
penawaran (ijab) dan penerimaan diperlakukan sebagai 1 (satu) Nasabah
(qabul) dari kedua belah pihak. kecuali terdapat perjanjian pemisahan
Salah satu atau kedua belah pihak harta yang dibuat oleh Notaris dan
diperbolehkan melaksanakan kontrak sesuai dengan ketentuan hukum yang
melalui perantara yang sah, dibuktikan berlaku.Perusahaan/Badan Usaha yang
dengan surat pernyataan perwakilan akan menjadi Nasabah
yang ditandatangani oleh pihak yang BUS/UUS/BPRS dapat berbentuk
bersangkutan. Para pihak harus terikat Perusahaan Terbatas, BUMN, BUMD,
oleh ketentuan yang telah disepakati PMDN, PMA, CV, Koperasi atau
kedua belah pihak dalam kontrak yang Yayasan.Perusahaan/Badan Usaha
mana seluruh ketentuan tersebut tidak yang menjadi Nasabah
ada satu pun yang melanggar BUS/UUS/BPRS harus telah sah
kepatuhan prinsip syariah di berdiri sebagai badan hukum sesuai
dalamnya. dengan standar perundang-undangan
6. Kriteria Nasabah16 yang berlaku yaitu Undang-Undang
Ketentuan kriteria nasabah adalah No. 40 Tahun 2007 untuk Perseroan
calon Nasabah adalah pihak yang Terbatas, Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2012 untuk Koperasi, Undang-
15
Ibid., hal. 23
16 Undang Nomor 16 Tahun 2011
Ibid., hal. 24-25

AL-INTAJ Vol. 4, No. 1, Maret 2018


Fakultas Ekoomi dan Bisnis Islam
P-ISSN : 2476-8774/E-ISS : 2621-668X
‘Ainul Imronah 42
Musyarakah Mutanaqishah

sebagaimana yang telah diubah dari pihak Bank berkurang dan beralih
Undang-Undang No. 28 Tahun 2004 secara bertahap kepada pihak Nasabah
untuk Yayasan.Usaha yang dijalankan melalui mekanisme pembelian
oleh Perusahaan/Badan Usaha yang angsuran atau pengalihan secara
akan mengajukan pembiayaan komersial (bai'). Bagi hasil antara
Musyarakah merupakan usaha yang pihak Bank dan pihak Nasabah
legal serta memenuhi prinsip dan didasarkan pada hasil penggunaan
ketentuan syariah.Usaha yang manfaat atas aset bersama tersebut
dijalankan oleh Perusahaan/Badan secara komersial berupa pendapatan
Usaha telah memenuhi syarat terkait ujrohdari penyewaan aset dengan akad
dokumen perijinan yang diperlukan ijarah(sewa) sesuai nisbah bagi hasil
seperti Akta Perusahaan yang telah dan biaya sewa yang disepakati.
disahkan oleh Institusi Berwenang, Perjanjian dengan akad MMQ
NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) harus memenuhi rukun adalah (1)
serta kelengkapan dokumen-dokumen Pihak yang berakad; (2) Bank dan
perijinan usaha dari Institusi Nasabah keduanya merupakan
Berwenang.Nasabah perorangan penyedia dan penyerta modal
maupun Perusahaan/Badan Usaha (Shahibul Maal) dan pemilik properti
tidak tercantum dalam daftar hitam yang akan disewakan (Mu'jir)
dan daftar kredit macet BI. sedangkan Nasabah selain sebagai
7. Ketentuan Akad Musayarakah pemilik modal juga bisa sebagai
Mutanasiqhah17
penyewa properti bersama tersebut
Pembiayaan MMQ merupakan
(Musta'jir). (3) Modal; masing-masing
bentuk pembiayaan kemitraan berbasis
pihak Bank dan Nasabah menyertakan
bagi hasil antara pihak
modal dengan tujuan untuk membeli
BUS/UUS/BPRS dan pihak Nasabah
suatu properti tertentu yang akan
dalam rangka kepemilikan suatu aset
disewakan kepada Nasabah (atau
properti tertentu yang dimiliki
pihak lain). (4) Obyek akad; obyek
bersama berdasarkan prinsip syirkah
akad berupa aset properti yang akan
'inandimana hishshah(porsi modal)
dimiliki bersama, disewakan dan
17
Divisi Pengembangan Produk dan Edukasi menghasilkan keuntungan bagi para
Departemen Perbankan Syariah Otoritas Jasa
Keuangan, Standar Produk Perbankan Syariah
pihak.Ijab Qabul; (5) pernyataan
“Musyarakah dan Musyarakah Mutanaqishah”, hal. penawaran (ijab) dan penerimaan
123-126

AL-INTAJ Vol. 4, No. 1, Maret 2018


Fakultas Ekoomi dan Bisnis Islam
P-ISSN : 2476-8774/E-ISS : 2621-668X
‘Ainul Imronah 43
Musyarakah Mutanaqishah

(qabul) yang dinyatakan oleh para harus dinyatakan dengan tegas


pihak terkait untuk menunjukkan perbandingan antara modal
kehendak masing-masing dalam BUS/UUS/BPRS dan modal
mengadakan perjanjian (akad). (6) Nasabah.Pembiayaan MMQ yang
Nisbah Bagi Hasil; pembagian porsi diberikan BUS/UUS/BPRS bersifat
keuntungan yang akan diperoleh para kerjasama dalam bentuk jumlah modal
pihak dalam bentuk persentase bukan menurun (diminishing musharakah).
jumlah uang yang tetap. Dalam akad MMQ ini bagian modal
Pengikatan Perjanjian BUS/UUS/BPRS akan dijual secara
Pembiayaan MMQ antara pihak bertahap kepada Nasabah (atau pihak
BUS/UUS/BPRS dan pihak Nasabah lain) sehingga bagian modal
harus dituangkan secara tertulis. BUS/UUS/BPRS akan menurun dari
Perjanjian Pembiayaan MMQ harus masa ke masa dan pada akhir masa
menyatakan secara jelas tujuan akad, BUS/UUS/BPRS tidak lagi
dilaksanakannya akad diantara para memiliki modal dan Nasabah akan
pemilik modal, baik dalam hal berjanji membeli seluruh
kepemilikan aset properti maupun hishshah(porsi) BUS/UUS/BPRS
penyewaannya yang bertujuan mencari sehingga Nasabah menjadi pemilik
keuntungan. atas keseluruhan aset tersebut.
Pembiayaan dengan akad MMQ Pembelian atau pengalihan
ini diperuntukkan bagi nasabah yang komersial hishshah(porsi)
ingin memiliki aset berupa properti BUS/UUS/BPRS kepada Nasabah
dengan berbagai pilihan baik berupa harus dihitung dan dilakukan secara
Properti Baru (Ready Stock), Properti jelas dengan mekanisme yang
Lama (Second) maupun Properti Baru disepakati dalam kontrak. Dalam
Indent. Jenis properti yang bisa Pembiayaan MMQ, Nasabah
dibiayai adalah rumah tinggal, rumah mengembalikan modal disertai bagi
susun (rusun), rumah toko (ruko), hasil yang telah disepakati secara
rumah kantor (rukan), apartemendan bertahap sesuai kontrak yang telah
kondominium. disepakati.
Dalam Perjanjian Pembiayaan Nasabah dapat menggunakan bagi
MMQ, Nasabah dan BUS/UUS/BPRS hasil yang menjadi haknya untuk
sama-sama menyediakan modal dan digunakan sebagai pembayaran kepada

AL-INTAJ Vol. 4, No. 1, Maret 2018


Fakultas Ekoomi dan Bisnis Islam
P-ISSN : 2476-8774/E-ISS : 2621-668X
‘Ainul Imronah 44
Musyarakah Mutanaqishah

BUS/UUS/BPRS sebagai pembelian perbandingan antara jumlah


atau pengalihan komersial hishshah pembiayaan (F) dengan harga jual
(porsi) atas aset yang dimiliki bersama atau hasil penilaian, mana yang lebih
sehingga secara bertahap hishshah rendah (V).Keempat, Rasio
(porsi) Nasabah meningkat. penghitungan Financing To Value
Nisbah bagi hasil, harga unit (FTV) dapat digunakan sebagai salah
hishshah, maupun harga sewa obyek satu alat untuk memberikan keputusan
MMQ tidak harus selalu sama setiap pembiayaan.Kelima, Penetapan
bulannya selama masa pembiayaan, Financing To Value (FTV) bertujuan
selama hal ini disepakati dari awal dan untuk meyakinkan bahwa properti
sudah tertulis jelas pada kontrak. yang dibiayai memiliki nilai agunan
Perubahan ini tergantung pada yang memadai yang dapat menutup
perhitungan nilai aset yang berlaku sisa pembiayaan jika terjadi eksekusi
(market real price). di kemudian hari dan melindungi
8. Plafond Pembiayaan dan FTV18 konsumen atas kewajaran harga
Plafond pembiayaandan FTV jual.Jika Perjanjian Pembiayaan yang
adalah pertama, BUS/UUS/BPRS dilakukan para pihak mengikat lebih
berhak menentukan batasan plafond dari 1 (satu) unit properti pada saat
pembiayaan yang akan diberikan bersamaan dan/atau mengikat
kepada Nasabah menurut kebijakan beberapa perjanjian terhadap beberapa
BUS/UUS/BPRS masing- properti pada tanggal yang sama,
masing.Kedua, Maksimum plafond maka perhitungan FTV diberlakukan
pembiayaan adalah sesuai kebutuhan dengan ketentuan berikut: (1)
namun tidak melebihi collateral BUS/UUS/BPRS wajib menetapkan
coverage jaminan saat pengajuan urutan fasilitas pembiayaan
pembiayaan serta sesuai standar berdasarkan urutan nilai agunan
perhitungan Financing to Value (FTV) dimulai dari nilai agunan yang paling
dan ketentuan yang berlaku.Ketiga, rendah; (2) Penentuan urutan
Financing to Value (FTV) adalah pembiayaan harus memperhitungkan
seluruh fasilitas pembiayaan properti
18
DivisiPengembangan Produk dan Edukasi atau KPR yang telah atau sedang
Departemen Perbankan Syariah Otoritas Jasa
Keuangan, Standar Produk Perbankan Syariah
diterima Nasabah di BUS/UUS/BPRS
“Musyarakah dan Musyarakah Mutanaqishah”, hal. yang sama maupun BUS/UUS/BPRS
132-135

AL-INTAJ Vol. 4, No. 1, Maret 2018


Fakultas Ekoomi dan Bisnis Islam
P-ISSN : 2476-8774/E-ISS : 2621-668X
‘Ainul Imronah 45
Musyarakah Mutanaqishah

lainnya; (3) BUS/UUS/BPRS 9. Skema Pembiayaan Musyarakah


Mutanaqishah
memberitahukan penentuan urutan
Kita lihat bagan alur pembiayaan
fasilitas pembiayaan kepada Calon
musyarakah mutanaqishah dibawah ini
Nasabah secara tertulis.Keenam, Jika
Skema 1
BUS/UUS/BPRS memberikan fasilitas
pembiayaan tambahan dari fasilitas
pembiayaan yang masih berjalan atau
fasilitas pembiayaan baru berdasarkan
properti yang masih menjadi agunan
dari fasilitas pembiayaan properti atau
KPR iB sebelumnya maka berlaku
ketentuan sebagai berikut
(1)Pemberian fasilitas pembiayaan
tersebut diperlakukan sebagai
pemberian pembiayaan baru; Keterangan:
(2)Perhitungan FTV diperlakukan a. Negoisasi angsuran dan sewa
sebagai urutan fasilitas pembiayaan b. Akad kerjasama
berikutnya; dan (3) Jumlah fasilitas c. Beli barang, bisa bank atau nasabah
pembiayaan tambahan atau d. Mendapat berkas dan dokumen
pembiayaan baru berdasarkan properti e. Nasabah membayar angsuran sewa
yang menjadi agunan dari fasilitas f. Lembaga keuangan syariah
pembiayaan properti atau KPR iB menyerahkan hak kepemilikannya.
sebelumnya yang diberikan oleh Ada beberapa tahapan dalam
BUS/UUS/BPRS paling banyak pembiayaan musyarakah
sebesar selisih antara hasil perhitungan mutanaqishah untuk pengadaan suatu
19
FTV berdasarkan nilai properti yang barang, yakni: tahap pertama,
menjadi agunan dengan baki debet Nasabah mengajukan permohonan
dari fasilitas pembiayaan sebelumnya kepada bank untuk menjadi mitra
yang menggunakan agunan yang dalam pembiayaan/pembelian suatu
sama.
19
Makalah diskusi, Musyarakah
Mutanaqishah, M. Nadratuzzaman Hosen, seorang
Doktor lulusan Australia dosen tetap di Fakultas
Syariah dan Hukum dengan Jabatan Akademik
Lektor, pangkat pembina/iva di KPP IPB Bogor

AL-INTAJ Vol. 4, No. 1, Maret 2018


Fakultas Ekoomi dan Bisnis Islam
P-ISSN : 2476-8774/E-ISS : 2621-668X
‘Ainul Imronah 46
Musyarakah Mutanaqishah

barang yang dibutuhkan nasabah tersebut, maka pihak LKS dan/atau


dengan menjelaskan data nasabah, nasabah dapat menghubungi
diantaranya berkaitan dengan distributor agen untuk ketersediaan
pendapatan perbulan nasabah, sumber barang tersebut sesuai dengan
pengembalian dana untuk pelunasan spesifikasinya.
kewajiban nasabah, serta manfaat dan Tahap Ketiga, Kemudian yang
tingkat kebutuhan nasabah atas brang terakhir dilakukan akad musyarakah
tersebut. Pengajuan permohonan mutanaqishah anatara LKS dan
dilengkapi dengan persyaratan nasabah yang memuat persyaratan
administratif pengajuan pembiayaan penyertaan modal (kemitraan),
yang berlaku pada masing-masing persyaratan sewa menyewa dan
bank dan telah ditentukan dalam sekaligus pengikatan jaminan berupa
pembiayaan syariah.Tahap kedua, barang yang diperjualbelikan tersebut
Petugas lembaga keuangan syariah serta jaminan tambahan lainnya.
biasa disingkat LKS akan menganalisa Penyerahan barang dilakukan oleh
kelayakan nasabah untuk mendapatkan distributor/agen kepada LKS dan
barang tersebut secara kualitatif atau nasabah, setelah LKS dan nasabah,
kuantitatif.Tahap ketiga,Apabila melunasi harga pembelian barang
permohonan nasabah layak disetujui kepada distributor/agen. Setelah
oleh komite pembiayaan, maka LKS barang diterima LKS dan nasabah,
menerbitkan surat persetujuan pihak LKS akan melanjutkan
pembiayaan (offering letter) yang menyerahkan barang tersebut kepada
didalamnya adalah (a) Spesifikasi pihak nasabah dengan menerbitkan
barang yang disepakati, (b) Harga surat tanda terima barang dengan
barang, (c) Jumlah dana bank dan dana penjelasan spesifikasi barang yang
nasabah yang disertakan, (d) Jangka telah disepakati.
waktu pelunasan pembiayaan, (e) Cara
pelunasan (model angsuran), (f)
Besarnya angsuran dan biaya sewa
yang dibebankan nasabah.
Tahap kedua, Apabila nasabah
menyetujui persyaratan yang
dicantumkan dalam offering letter

AL-INTAJ Vol. 4, No. 1, Maret 2018


Fakultas Ekoomi dan Bisnis Islam
P-ISSN : 2476-8774/E-ISS : 2621-668X
‘Ainul Imronah 47
Musyarakah Mutanaqishah

Skema 2 kepemilikan dari Bank A sebesar


Rp.500,000.
Kontrak yang berikutnya adalah kontrak
Ijarah diantara Bank A dengan pembeli B,
dimana pembeli
G B melakukan pembayaran
sewa kepada
a Bank A setiap bulannya,
misalkan
m pada harga Rp.500,000. Dari
Rp.500,000
b ini, akan dibagi berdasarkan
proporsi kepemilikan. Jika proporsi Bank A
80%, maka dari uang sewa yang pertama,
Misal Perhitungan dari skema bank akan mendapat upah sewa sebesar Rp.
diatas dapat digambarkan didalam 400,000. Dan konsumen akan mendapat Rp.
contoh berikut. Misalkan penjual 100,000, dengan proporsi kepemilikan
rumah hendak menjual rumahnya di hanya 20%.
harga Rp.100,000,000. Dan ada Gambar 1
seorang pembeli B yang ingin
membeli rumah tersebut dengan
mengajak Bank A untuk bermitra
melalui akad MM.
Maka kontrak pertama yang
dilakukan adalah dimana Bank A
harus mengadakan perjanjian
kemitraan (Musyarakah) dengan
pembeli B untuk membeli rumah.
Misalkan Bank A membeli rumah 10. Kelebihan dan Kelemahan
dengan harga Rp.80,000,000 dan Pembiayaan Musyarakah
pembeli B membayar rumah tersebut Mutanaqishah20
pada harga Rp.20,000,000. Maka Ada beberapa kelebihan
proporsi kepemilikan rumah tersebut pembiayanmusyarakah mutanaqishah
adalah 80% Bank A, dan 20% adalah adalah (a) LKS dan nasabah sama-
konsumen. Dan setiap bulannya, sama memiliki atas suatu aset yang
pembeli B akan melakukan pembelian menjadi objek perjanjian. Karena
20
Ibid.

AL-INTAJ Vol. 4, No. 1, Maret 2018


Fakultas Ekoomi dan Bisnis Islam
P-ISSN : 2476-8774/E-ISS : 2621-668X
‘Ainul Imronah 48
Musyarakah Mutanaqishah

merupakan aset bersama maka antara 11. Status Kepemilikan Modal Usaha
LKS dan nasabah akan saling menjaga Syirkah
atas aset tersebut. (b) Adanya bagi Ulama Malikiyah, antara lain Ibn
hasil yang diterima antara kedu belah Rusyd berpendapat bahwa akad
pihak atas margin sewa yang telah syirkah termasuk akad yang
ditetapkan atas aset tersebut. (c) dibolehkan dan termasuk akad gair
Kedua belah pihak dapat menyepakati lazim (akad yang tidak menyebabkan
adanya perubahan harga sewa sesuai beralihnya kepemilikan benda. Oleh
dengan waktu yang telah ditentukan karena itu, dalam pandangan jumhur
dengan mengikuti harga pasar. (d) ulama bahwa dana yang disertakan
Dapat meminimalisir risiko financial oleh syarik sebagai modal usaha
cost jika terjadi inflasi dan kenaikan bersama tetap berkedudukan sebagai
suku bunga pasar pada perbankan milik syarik (tidak berpindah kepada
konvensional. (e) Tidak terpengaruh pihak lain). Dampak hukumnya antara
pada terjadinya fluktuasi bunga pasar lain adalah bahwa setiap syarik berhak
pada bank konvensional, dan atau membatalkan akad syirkah dengan
fluktuasi harga saat terjadinya inflasi. syarat pembatalan akad oleh salah satu
Kemudian ada beberapa syarik diketahui syarik dan/atau para
kelemahan yang muncul dalam akad syarik lainnya.21
musyarakah mutanaqishahketika 12. Berakhirnya Syirkah
diterapkan sebagai bentuk pembiayaan Meskipun pakar hukum
syariah adalah risiko terjadinya diantaranya R. Setiawan menegaskan
pelimpahan atas beban biaya transaksi bahwa perikatan tidak sepenuhnya
dan pembayaran pajak, baik pajak atas sama dengan perjanjian, 22 akan tetapi
hak tanggungan atau pajak atas yang dibahas dalam penelitian ini
bangunan, serta biaya-biaya lain yang adalah syirkah sebagai perikatan, yaitu
mungkin akan menjadi beban atas aset perjanjian para syarik untuk
tersebut, dan berkurangnya melakukan syirkah dan disepakati
pendapatan LKS atas margin sewa
yang dibebankan pada aset yang
21
Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa
menjadi objek akad. Adillatuh, (Damaskus: Dar al-Fikr, 2006), vol. V, hal
394.
22
Handri Raharjo, Hukum Perjanjian di
Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Yustisia. 2009), hal.
95.

AL-INTAJ Vol. 4, No. 1, Maret 2018


Fakultas Ekoomi dan Bisnis Islam
P-ISSN : 2476-8774/E-ISS : 2621-668X
‘Ainul Imronah 49
Musyarakah Mutanaqishah

bersama sehingga mengikat para Dengan penerapan skema


syarik yang ber-syirkah.23 musyarakah mutanaqishah cocok untuk
Dalam hal ini penting untuk waktu yang panjang melebihi 10 tahun
diketahui penjelasan pakar hukum pelunasan. Bagi bank, keuntungan
Islam, antara lain Fatcurrahman didapat bukan dari nilai cicilan tapi nilai
Djamil, yang menyatakan bahwa sewanya. Dengan waktu yang panjang
berakhirnya akad/intiha’ al-‘aqd nilai cicilan akan rendah sedangkan sewa
karena tiga hal: 1) berakhirnya masa bisa disesuaikan untuk kurun waktu
berlaku akad, 2) dibatalkannya akad tertentu.
oleh pihak-pihak yang berakad, dan 3)
DAFTAR PUSTAKA
salah satu pihak yang berakad
meninggal dunia.24 Atang Abdul Hakim, Fiqh Perbankan
Syariah: Transformasi Fiqh
C. KESIMPULAN Muamalah ke dalam Peraturan
Pada skema konvensional dan Perundang-undangan, (Bandung:
Refika Aditama, cetakan kesatu
murabahah, sering kita temui tingkat September 2011).
harga cicilan barang yang menentukan Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah,
(Jakarta:Raja Grafindo Persada,
tingkat keuntungan suatu bank. Cicilan
cetakan ke III 2011)
ini dipengaruhi oleh harga pokok barang,
Divisi Pengembangan Produk dan Edukasi
harga barang yang dibeli nasabah, Departemen Perbankan Syariah
Otoritas Jasa Keuangan, Standar
lamanya cicilan dan besarnya Down-
Produk Perbankan Syariah
Payment (DP). “Musyarakah dan Musyarakah
Mutanaqishah”
Dalam kaitannya misalnya dengan
Fatchurrahman Djamil, “Hukum Perjanjian
harga sebuah rumah, ada survey dari Syariah”, dalam Badrulzaman dkk,
suatu lembaga bahwa masyarakat, Kompilasi Hukum.
menginginkan cicilan bersifat flat (tetap), Fatwa DSN. Musyarakah Mutanaqishah
DP sebesar 15% dari harga rumah/barang Hathab, “al-musyarakah al-mutanaqishah”
dan cicilan tidak lebih besar dari 20% Henry Pandapotan Panggabean, Peranan
Mahkamah Agung Melalui Putusan-
pendapatan. Putusan Hukum Perikatan (Bandung:
PT Alumni. 2008).
23
Lihat Henry Pandapotan Panggabean, Kamal Taufiq Muhammad Hathab, “al-
Peranan Mahkamah Agung Melalui Putusan-Putusan musyarakah al-Mutanaqishah ka Adah
Hukum Perikatan (Bandung: PT Alumni. 2008), hal. min Adawat al-Tamwil al-Islami”,
74. dalam Dirasat Iqtishadiyah al-
24
Fatchurrahman Djamil, “Hukum Perjanjian Islamiyah (Jedah: al-Bunuk al-Islami
Syariah”, dalam Badrulzaman dkk, Kompilasi
Hukum, hal. 259

AL-INTAJ Vol. 4, No. 1, Maret 2018


Fakultas Ekoomi dan Bisnis Islam
P-ISSN : 2476-8774/E-ISS : 2621-668X
‘Ainul Imronah 50
Musyarakah Mutanaqishah

litanmiyah al-Ma’had al-Islami li al-


Buhuts wa al-Tadrib. 2003), vol. X.
Maulana Hasanudin dan Jaih Mubarok,
Perkembangan Akad Musyarakah,
Kencana: 2012. Jakarta.
Muhammad Mushthafa Abruh al-Syinqithi,
Dirasah Syar’iyyah li Ahammi al-
‘Uqud al-Maliyah al-Mustahdatsah
(Madinah: Maktabat al-Ulum wa al-
Hikkam. 2001), vol I.
Muhammad ‘Abd al-Mun’im Afar. Al-
Iqtishad al-Islami: Dirasat
Tathbiqiyyah (Jeddah: Dar al-Bayan
al-‘Arabi. 1985),vol. II.
Muhammad Ayub, Understanding Islamic
Finance (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama. 2007).
Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa
Adillatuh, (Damaskus: Dar al-Fikr,
2006), vol. V.
http://keuangansyariah.mysharing.co/ini-
keunggulan-akad-musyarakah-
mutanaqisah/
(13 April 2016 pukul 11.20 wib)
http://keuangansyariah.mysharing.co/ini-
keunggulan-akad-musyarakah-
mutanaqisah/ (13 April 2016 pukul
11.30 wib)

AL-INTAJ Vol. 4, No. 1, Maret 2018


Fakultas Ekoomi dan Bisnis Islam
P-ISSN : 2476-8774/E-ISS : 2621-668X

Anda mungkin juga menyukai