Anda di halaman 1dari 6

Seminar Nasional Ergonomi 2012 ISBN – 978-602-17085-0-7

ANALISIS SIKAP DAN POSISI KERJA PADA PERAJIN BATIK TULIS DI RUMAH
BATIK NAKULA SADEWA, SLEMAN
Titin Isna Oesman 1), Muhammad Yusuf1), Lilik Irawan1
1
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri,
Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta
Jl. Kalisahak No. 28 Kompleks Balapan Tromol Pos 45 Yogyakarta 55222
Email: ti_oesman@yahoo.com

ABSTRAKS
Salah satu upaya yang dilakukan untuk menghasilkan produk yang berkualitas diantaranya adalah dengan
memperhatikan bahaya dan resiko seperti lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja. Penerapan ergonomi perlu
mendapatkan perhatian yang cukup karena kurangnya perhatian terhadap penerapan ergonomi dapat menimbulkan
kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan pada tenaga kerja. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk
menganalisis sikap dan posisi kerja adalah metode Rapid Upper Limb Assessment (RULA), metode RULA
digunakan untuk mengestimasi terjadinya resiko gangguan otot skeletal, sedangkan untuk analisis keluhan
muskuloskeletal digunakan kuisioner Nordic Body Map (NBM), metode NBM digunakan untuk menilai tingkat
keparahan atas terjadinya gangguan pada otot-otot skeletal, pada analisis karakteristik responden digunakan
software SPSS dan pada analisis kebosanan kerja di gunakan analisis secara subjektif. Hasil yang diperoleh dari
penelitian ini adalah dengan menggunakan metode RULA di dapat bahwa 22 % pekerja mengalami keluhan tingkat
tinggi, 56% tingkat sedang dan 22% tingkat ringan, sedangkan analisis keluhan muskuloskeletal menggunakan
kuisioner NBM di dapatkan bahwa pekerja mengalami keluhan sakit pada bahu kanan, sakit pada siku kanan dan
lengan atas kiri adalah 77.78 % (7 pekerja) , sakit pada siku kiri dan tangan kiri 55.55% (5 pekerja) , sakit pada
lengan bawah kiri dan tangan kanan 66.66% (6 pekerja), sakit pada lengan bawah kanan 55.55% (5 pekerja) dan
sakit pada pergelangan tangan kiri adalah 22.22% (2 pekerja). Dalam kebosanan kerja 100% (9 pekerja)
mengatakan bahwa jam kerja yang dirasakan setiap hari terlalu lama hal ini membuat pekerja sering keberatan jika
diminta lembur dan rasa selalu ingin keluar dari ruangan kerja disaat bekerja dan jika ada pekerjaan lain maka
lebih memilih pekerjaan lain, ada 88.88% (8 pekerja) yang sering menemui kesulitan pada saat bekerja, dan 55.55
% lainya menyatakan bahwa sering berselisih dengan rekan kerja mengenai pekerjaan. Kesimpulan yang didapat
dari penelitian ini adalah adanya keluhan pada otot-otot skeletal mulai dari tingkat tinggi, tingkat sedang dan
tingkat rendah, mempengaruhi adanya keluhan muskuloskeletal khususnya ekstrimitas atas tubuh pekerja yang juga
berdampak pada timbulnya kebosanan kerja sehingga dapat mengurangi konsentrasi dan ketelitian pekerja pada
saat membatik.

Kata kunci : RULA, NBM, Kebosanan Kerja, Muskuloskeletal.

1. LATAR BELAKANG MASALAH


Salah satu upaya dilakukan untuk menghasilkan produk yang berkualitas diantaranya memperhatikan bahaya dan
resiko diantaranya lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja. Penerapan ergonomi perlu mendapatkan perhatian
yang cukup karena kurangnya perhatian terhadap penerapan ergonomi dapat menimbulkan kecelakaan kerja dan
gangguan kesehatan pada tenaga kerja. Permasalahan kecelakaan dan gangguan kesehatan pada pekerja dapat
diantisipasi dengan menerapkan ergonomi ditempat kerja sehingga resiko bahaya yang ada dapat dikurangi.
Rumah Batik Nakula Sadewa yang berlokasi di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), merupakan industri
batik (Home Industri. Batik merupakan hasil karya bangsa indonesia yang sampai saat ini masih dikagumi dunia dan
diakui oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO). Batik merupakan produk
budaya Indonesia yang unik dan harus dilestarikan. Selain itu, batik merupakan salah satu solusi potensial untuk
mendongkrak devisa negara melalui revitalisasi industri kecil dan menengah.
Busana batik digunakan sebagai pakaian yang sangat eksotis, khususnya karena model batik dan motifnya yang unik
dan beragam baik itu di mata masyarakat pribumi sendiri ataupun wisatawan asing. Keunikan seni batik sendiri
dapat dilihat dari motifnya yang beraneka ragam mulai dari motif yang bernuansa klasik hingga modern. Definisi
dari motif adalah corak-corak hiasan yang digunakan dalam proses melukis kain batik. Sedangkan jenis-jenis batik
terdiri dari batik printing, batik cap dan batik tulis. Di industri batik Nakula Sadewa sebelum penelitian diawali
dengan studi pendahuluan, hampir semua pekerjaan dikerjakan secara manual menggunakan tangan dan lengan atau
ekstremitas atas secara berkesinambungan yang dikombinasi dengan ketelitian kerja dan penggunakan alat-alat
tradisional. Pekerjaan ini dapat menimbulkan kelelahan dan ketegangan otot yang pada akhirnya dapat menimbulkan
kebosanan dan gangguan muskuloskeletal terutama ekstrimitas atas. Pekerja industri batik tulis pada umumnya
pekerjaan dilakukan dengan gerakan berulang terutama ekstremitas atas karena tuntutan pekerjaan dan standar
tempat kerja.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah maka dilakukan penelitian dengan judul ”Analisis Sikap Dan Posisi
Kerja Pada Pengerajin Batik Tulis Di Rumah Batik Nakula Sadewa, Sleman. Penelitian ini dilakukan untuk

A-98
Seminar Nasional Ergonomi 2012 ISBN – 978-602-17085-0-7

mencegah adanya gangguan muskuloskeletal dan kebosanan kerja dengan mengetahui tingkat keluhan
muskuloskeletal dan kebosanan kerja agar kesehatan dan keselamatan pekerja dapat diperbaiki dan diharapkan
meningkatkan produktivitas batik tulis di Rumah Batik Nakula Sadewa.

2. TINJAUAN PUSTAKA
Ergonomi dibutuhkan studi tentang sistem dimana manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling berinteraksi
dengan tujuan utama yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan manusia, ergonomi disebut juga sebagai human
factor (Wignjosoebroto, S, 1995). Ergonomi berkenaan pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan
kenyamanan manusia ditempat kerja, dirumah, dan tempat rekreasi. Inti dari ergonomi adalah suatu prinsip fitting
the task/the job to the man, yang artinya pekerjaan harus disesuaikan dengan kemampuan dan keterbatasan yang
dimiliki oleh manusia.
Tujuan penerapan ergonomi adalah (1) meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental; (2) meningkatkan
kesejahteraan sosial dengan jalan meningkatkan kualitas kontak sosial; (3) menciptakan/berkontribusi di dalam
meningkatkan keseimbangan rasional antara aspek-aspek teknik, ekonomi, antropologi, dan budaya dari sistem
kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi (Tarwaka, 2004).
Menurut Manuaba, 2003. manfaat penerapan ergonomi adalah (1) Pekerjaan bisa cepat selesai, (2) Risiko
kecelakaan kerja lebih kecil/berkurang, (3) Man-days/hours tidak banyak yang hilang, (4) Risiko penyakit akibat
kerja lebih kecil/berkurang, (5) Gairah/kepuasan kerja lebih tinggi/meningkat. (6) Biaya ekstra untuk
kecelakaan/penyakit akibat kerja bisa ditekan, (7) Absensi/tidak masuk kerja rendah, (8) Kelelahan berkurang, (9)
Rasa sakit lebih kecil/berkurang, (10) Produktivitas kerja meningkat.
Kondisi Kerja Rumah Batik Nakula Sadewa
Jumlah karyawan di Rumah Batik Nakula Sadewa sebanyak 130 orang yang terdiri dari karyawan tetap dan tidak
tetap atau borongan, jam kerja antara jam 08.00 WIB– 16.00 WIB. Karyawan tetap merupakan karyawan yang
bekerja setiap hari dan melakukan pekerjaan membatiknya di Rumah Batik Nakula Sadewa, sedangkan karyawan
tidak tetap atau borongan melakukan kegiatan membatiknya di rumah masing-masing di sekitar Rumah Batik
Nakula Sadewa. Produk yang dihasilkan antara lain fashion, interior dan handycraft. (Wawancara: Bambang, 20
Agustus 2011)
Indeks Massa Tubuh (IMT)
Indeks Massa Tubuh (IMT) cara yang sederhana untuk memantau status gizi. Berat badan kurang dapat
meningkatkan resiko terhadap anemia dan depresi, sedangkan berat badan lebih akan meningkatkan resiko cepat
lelah. Batas ambang normal untuk laki-laki adalah 20,1–25,0 dan untuk perempuan adalah 18,7-23,8 (Hartono, W.
2004).
Keluhan Muskuloskeletal
Keluhan pada sistem muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh
seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. (Grandjean, 1993). Keluhan muskuloskeletal
dikelompokan menjadi dua, (Tarwaka,dkk.2004) :
(a) Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima beban statis dan (b)
Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap.
Kebosanan Kerja
Grandjean, 1993. menjelaskan kebosanan secara singkat bahwa situasi dengan stimulus yang rendah, berulang-ulang
atau dengan tuntutan fisik dan mental yang rendah akan menimbulkan stimulus yang kecil pula pada daerah
kesadaran diotak manusia. Dalam dunia kerja, kebosanan kerja menjadi sangat penting untuk mendapat perhatian
mengingat bahwa hal tersebut akan dapat mempengaruhi produktivitas kerja. Alternatif yang dipilih secara
partisipatori berdasarkan kemudahan untuk dilakukan adalah dengan istirahat pendek aktif disela-sela waktu kerja
dan pengaturan musik selama bekerja. Dengan adanya istirahat aktif diupayakan kebosanan dalam melakukan atau
aktivitas dapat terpecahkan.
Rapid Upper Limb Assessment (RULA)
RULA diperuntukkan dan dipakai pada bidang ergonomi dengan bidang cakupan yang luas. Teknologi ergonomi
tersebut mengevaluasi postur atau sikap, kekuatan dan aktivitas otot yang menimbulkan cedera akibat aktivitas
berulang (repetitive strain injuries). Ergonomi diterapkan untuk mengevaluasi hasil pendekatan yang berupa skor
resiko antara satu sampai tujuh, yang mana skor tertinggi menandakan level yang mengakibatkan resiko yang besar
(berbahaya) untuk dilakukan dalam bekerja. Hal ini bukan berarti bahwa skor terendah akan menjamin pekerjaan
yang diteliti bebas dari ergonomic hazard. Oleh sebab itu metode RULA dikembangkan untuk mendeteksi postur
kerja yang berisiko dan dilakukan perbaikan sesegera mungkin (Lueder, 1996).
Penggunaan metode RULA maka akan digunakan ilustrasi gambar menggunakan piktogram pada masing-masing
anggota tubuh yang dinilai berdasarkan group segmen tubuh yaitu kelompok A memperlihatkan postur tubuh bagian
lengan atas, lengan bawah pergelangan tangan, kelompok B memperlihatkan postur tubuh bagian leher, badan dan
kaki dan dilanjutkan dengan perhitungan Grand Skor RULA. Grand Skor RULA merupakan perhitungan setelah
skor postur untuk setiap anggota tubuh group (A dan B) secara individu telah dicatat yang selanjutnya akan dihitung
skor kombinasi untuk kedua group.
Perhitungan skor gabungan merupakan skor penambahan yang harus ditanbahkan pada group A dan Group B
sehingga menghasilkan perhitungan untuk skor C dan D, selanjutnya kedua skor C dan D digabungkan dalam grand

A-99
Seminar Nasional Ergonomi 2012 ISBN – 978-602-17085-0-7

akumulasi skor tunggal dengan nilai antara 1 sampai 7 yang nantinya digunakan sebagai dasar estimasi terhadap
resiko pembebanan otot skeletal.
Dari nilai grand skor akan dapat diputuskan apakah perlu dilakukan perbaikan atau tidak untuk mencegah terjadinya
cidera pada otot skeletal. Dengan kata lain metode RULA dapat menyediakan informasi penting dari setiap
kemungkinan terjadinya resiko ergonomi yang berkaitan dengan sikap tubuh selama proses kerja.
Nordic Body Map (NBM). NBM merupakan metode yang digunakan untuk menilai tingkat keparahan (severity)
atas terjadinya gangguan atau cedera pada otot-otot skeletal. Metode NBM merupakan metode penilaian yang sangat
subjektif, artinya keberhasilan aplikasi metode ini sangat tergantung dari situasi dan kondisi yang dialami pekerja
pada saat dilakukan penilaian. Namun metode ini telah digunakan secara luas oleh para ahli ergonomi untuk menilai
tingkat keparahan gangguan pada sistim muskuloskeletal yang mempunyai validasi dan reabilitas yang baik.
(Tarwaka, 2010)

3. METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan di Perusahaan Rumah Batik Nakula Sadewa di Jl. Kapten Haryadi 9D Triharjo Sleman,
Yogyakarta dan data diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan pekerja, observasi di tempat kerja dengan
mengamati langsung pada proses batik di-canting antara lain data postur tubuh dan data dari kuesioner. Pengolahan
data dilakukan dengan menggunakan metode Rapid Upper Limb Assessment (RULA), Nordic Body Map (NBM)
dan analisis data menggunakan software SPSS.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


Objek penelitian ini adalah Rumah Batik Nakula Sadewa, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Dengan
subjek 9 orang pekerja perempuan pada bagian pembatikan.
Karakteristik Pekerja
Perfomansi kerja di pengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya karakteristik pekerja itu sendiri. Data karakteristik 9
orang pekerja bagian pembatikan ada pada di tabel di bawah ini.
Tabel 1 Data Karakteristik Pekerja
Jumlah Simpangan
Deskripsi Minimal Maksimal Rerata
(Orang) Baku
Umur (Tahun) 9 17 37 26 7.5
Tinggi Badan (cm) 9 148 160 154.3 4.2
Berat Badan (Kg) 9 44 67 53.7 7.6
Lama Kerja (Bulan) 9 12 96 33.3 31.6
IMT 9 19.1 27.5 22.6 2.6
Penghasilan (Rp) 9 700 000 900 000 788888.9 105409.25
Sumber : Pengolahan Data SPSS 16.
Di Rumah Batik Nakula Sadewa yang berlokasi di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dalam pembuatan
batiknya dilakukan secara manual masih tradisional. Karakteristik operator dalam penelitian ini yang dibahas adalah
umur, tinggi badan, berat badan, indeks massa tubuh (IMT) dan lama bekerja.
Pekerja pada penelitian ini mempunyai rerata umur 26 tahun, dengan rentangan umur antara 17 – 37 tahun dan
simpangan baku 7.52 tahun. Pada rentangan umur antara 17-37 tahun seseorang mempunyai kekuatan otot dan fisik
optimum untuk melakukan aktifitas kerja atau dalam kategori usia produktif dalam produktifitas membatik.
(Manuaba, 1998) menyatakan bahwa kapasitas fisik seseorang berbanding lurus dengan umur tertentu dan
puncaknya pada umur 25 tahun. Menurut Pulat (1992) dan Grandjean (1993) bahwa puncak kekuatan otot wanita
dicapai antara umur 25-35 tahun. Lebih lanjut Rodahl (1989) menyatakan bahwa pada usia 65 tahun kekuatan otot
tinggal 70-80 % dibanding orang yang berumur 20-30 tahun. Kekuatan otot akan menurun pada usia 39 tahun dan
pada usia 60 tahun kapasitas aerobik dan kekuatan otot hanya tinggal 70% dibandingkan pada usia 25 tahun
(Bridger,1995). Hal ini berarti 5 (lima) pekerja dalam usia dengan kemampuan fisiologis yang optimal (26, 28, 32,
35, 37 tahun) dan 4 (empat) lainya bisa dikategorikan usia produktif (17, 22, 18, 19 tahun) dalam sektor kerajinan
batik.
Hasil penelitian juga menunjukan bahwa tinggi badan operator berada pada rerata 153.33 cm dengan simpangan
baku 4.24 cm, sedangkan berat badan berada pada rerata 53.77 kg dan simpangan baku 7.61 kg. Tinggi badan dan
berat badan diukur untuk menghitung IMT (Indeks Massa Tubuh) yang berguna untuk mengetahui keseimbangan
energi yang masuk ke dalam tubuh melalui asupan makanan sama dengan energi yang dikeluarkan. Keadaan ini
akan menghasilkan berat badan ideal atau normal (Anzwar, 2004). Dari hasil perhitungan yang sudah dilakukan di
dapat bahwa rata-rata IMT para pekerja yaitu 22.6 yang masuk dalam kategori normal dengan status gizi bagus
walaupun ada 2 (dua) responden yang mengalami obese, yaitu responden 2 (dua) dengan IMT 25.3 yang masuk
kategori kelebihan berat badan tingkat rendah dan responden 9 (sembilan) mengalami kelebihan berat badan tingkat
berat dengan IMT 27.5. Kelebihan dan kekurangan berat badan akan mempengaruhi kinerja operator dan akan
mempercepat timbulnya kelelahan sehingga meningkatkan adanya kebosanan kerja.
Pengalaman kerja merupakan faktor yang berpengaruh terhadap keterampilan dan ketelitian kerja, hal inilah yang
dibutuhkan dalam pekerjaan membatik. Dari hasil penelitian yang di dapat, bahwa lama kerja responden antara 12
bulan – 96 bulan dengan rata-rata lama bekerja adalah 33 bulan. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa subjek

A-100
Seminar Nasional Ergonomi 2012 ISBN – 978-602-17085-0-7

sudah berpengalaman dalam pekerjaan membatik sehingga keterampilan dan ketelitian kerja tidak diragukan lagi.
Upah kerja yang sesuai, mempengaruhi motivasi dan gairah kerja pekerja dalam melaksanakan tugasnya. Dari
analisis yang didapat bahwa rerata upah kerja karyawan adalah Rp. 788.889, upah kerja ini masih berada di bawah
Upah Minimum Regional (UMR) Yogyakarta yang saat ini mencapai Rp. 808.000 (Budiarto, 2011).
Analisis Keluhan Muskuloskeletal
Aktivitas kerja pada proses pembatikan di Rumah Batik Nakula Sadewa dilakukan dengan cara manual
menggunakan alat-alat tradisional hal ini dapat menimbulkan keluhan muskuloskeletal pada setiap pekerjannya
Menurut Ayoub (1996) yang menyatakan bahwa keluhan sistem muskuloskeletal merupakan masalah dalam suatu
industri yang disebabkan oleh : (a)tempat kerja yang tidak memadai. (b) aktivitas yang bersifat repetitive. (c)
rancangan alat dan peralatan yang tidak sesuai dengan pemakai. (d) organisasi kerja yang tidak efisien. (e) jadwal
istirahat yang tidak teratur. (f) sikap kerja yang tidak alamiah.
Analisis keluhan muskuloskeletal menggunakan kuisioner Nodic Body Map (NBM) dilakukan untuk mendapatkan
penilaian persentase subjektif. Persentase bagian-bagian otot responden yang mengalami keluhan muskuloskeletal
pada bagian ekstrimitas atas yaitu sakit pada bahu kanan, sakit pada siku kanan dan lengan atas kiri adalah 77.78 %,
sakit pada siku kiri dan tangan kiri 55.55%, sakit pada lengan bawah kiri dan tangan kanan 66.66%, sakit pada
lengan bawah kanan 55.55% dan sakit pada pergelangan tangan kiri adalah 22.22%.

8
6
4
2
Gambar 1 Diagram NBM.
Keterangan : 0
A = Sakit pada bahu kanan, sakit pada siku kanan dan lengan atas kiri.
B = Sakit pada siku kiri dan tangan kiri.
C = Sakit pada lengan bawah kiri dan tangan kanan.
D = Sakit pada lengan bawah kanan.
E = Sakit pada pergelangan tangan kiri.
Timbulnya keluhan muskuloskeletal yang dialami oleh responden/pekerja disebabkan karena aktivitas berulang-
ulang yang dilakukan responden pada saat membatik/mencanting, sehingga otot menerima tekanan akibat beban
kerja secara terus menerus tanpa memperoleh kesempatan relaksasi, faktor penyebab lainya juga disebabkan oleh
sikap dan postur kerja yang tidak alamiah.
Analisis Kebosanan Kerja.
Rasa bosan merupakan manifestasi dari adanya suasana yang monoton (kurang bervariasi) dan kurang memberikan
motivasi kepada tenaga kerja. Tingkat yang dialami ditandai dengan (1) munculnya keinginan unuk menghindar dari
aktivitas, (2) selalu merasa tersiksa, (3) gelisah, (4) munculnya kelelahan lebih dini, (5) adanya rasa tidak puas, (6)
munculnya keinginan untuk berpaling ke aktifitas yang lain, (7) berkurangnya konsentrasi (Anoraga, 1998)
Dari hasil penelitian didapat bahwa 100% pekerja menyetujui bahwa jam kerja setiap hari terlalu lama, saat bekerja
selalu ingin keluar dari ruangan kerja, jika ada pekerjaan lain maka lebih memilih pekerjaan lain, pekerja sering
keberatan jika diminta lembur, setiap hari yang dihadapi ditempat kerja hanyalah mencanting maka merasa cepat
bosan, pekerja juga menyatakan bahwa mereka sering melakukan kegiatan yang sama setiap hari, pekerja
mengatakan bahwa pekerjaanya kurang bervariasi dan juga menyatakan bahwa pekerjaanya memerlukan pemusatan
pikiran dan perhatian terus menerus. Sedangkan ada 88.88% pekerja yang sering menemui kesulitan pada saat
bekerja dan merasa ruangan kerja terasa panas sehingga tidak nyaman pada saat bekerja dan 55.55 % lainya
menyatakan bahwa sering berselisih dengan rekan kerja mengenai pekerjaan.

10

5 Ya
0 Tidak
A B C

Gambar 2 Diagram Kebosanan Kerja

A-101
Seminar Nasional Ergonomi 2012 ISBN – 978-602-17085-0-7

Keterangan :
A = Jam kerja setiap hari terlalu lama, saat bekerja selalu ingin keluar dari ruangan kerja, jika ada pekerjaan
lain maka responden lebih memilih pekerjaan lain, responden sering keberatan jika diminta lembur, setiap
hari yang dihadapi responden ditempat kerja hanyalah mencanting maka responden merasa bosan, selalu
melakukan kegiatan yang sama setiap hari, merasa pekerjaanya kurang bervariasi dan pekerjaanya
memerlukan pemusatan pikiran dan perhatian terus menerus.
B = Sering menemui kesulitan pada saat bekerja dan merasa ruangan kerja terasa panas.
C = Sering berselisih dengan rekan kerja mengenai pekerjaan.

Penyebab terjadinya kebosanan kerja pada pekerja di Rumah Batik Nakula Sadewa dikarenakan kurangnya motivasi
yang diberikan terhadap pekerja sehingga pekerja sering keberatan jika diminta untuk lembur, adanya lingkungan
kerja tidak menarik atau suram membuat pekerja pada saat bekerja sering ingin keluar karena merasa tidak nyaman
saat berada didalam ruangan, penyebab lainya adalah karena jenis pekerjaan repetitif atau berulang-ulang hal ini
membuat pekerja cepat bosan dan menurunkan gairah kerja, penyebab lainya adalah tidak adanya penyejuk ruangan
seperti kipas maupun ventilasi udara yang kurang baik sehingga ruangan terasa panas dan dekatnya tempat kerja
dengan jalan raya sehingga ruangan kerja terasa bising membuat pekerja pada saat bekerja kurang bisa
berkonsentrasi dengan baik.
Sikap Dan Posisi Kerja
Untuk pengukuran postur dan posisi kerja akan digunakan metode Rapid Upper Limb Assessment (RULA).
Pengukuran ini menggunakan peralatan untuk mengambil gambar posisi kerja karyawan yaitu kamera digital, dari
gambar yang diambil akan di ukur sudut postur kerja pada bagian-bagian yang ingin diukur.

Gambar 3 Sudut Postur Tubuh Responden

Dalam penelitian ini analisis postur dan posisi kerja menggunakan metode Rapid Upper Limb Assessment (RULA).
Berdasarkan pengolahan data didapat bahwa responden 3 (tiga) dan responden 4 (empat) memiliki grand skor tinggi
yaitu 7 (tujuh) dengan level tindakan 4 (empat) dan tingkat aksi yang memerlukan adanya investigasi dan perbaikan
secepat mungkin, sedangkan responden 1 (satu), responden 5 (lima), responden 7 (tujuh), responden 8 (delapan) dan
responden 9 (sembilan) mempunyai grand skor 6 dengan level tindakan 3, sehingga dalam tingkat aksi diperlukan
adanya investigasi dan perbaikan segera mungkin, dan untuk responden 2 (dua) dan 6 (enam) mempunyai grand
skor 4, level tindakan 2 dan tingkat aksi yang diperlukan adalah investigasi lebih lanjut.
Dari uraian di atas dapat disederhanakan dalam bentuk diagram berikut ini :

Rendah Tinggi
22%
56% 22%

Gambar 4 Prosentase Level Tindakan

Berdasarkan diagram di atas dapat diketahui jumlah responden dengan status level tinggi adalah 22 %, level sedang
56% dan level ringan adalah 22% . Hal ini disebabkan karena sikap dan posisi kerja yang tidak alamiah dimana
bagian-bagian tubuh responden pada saat bekerja bergerak menjauhi posisi badan seperti pergerakan tangan
terangkat saat mencanting, punggung terlalu membungkuk dan memuntir dan leher menekuk atau memuntir.
Sedangkan faktor lainnya adalah desain kursi yang digunakan untuk duduk pada saat membatik/mencanting tidak
ergonomis.

A-102
Seminar Nasional Ergonomi 2012 ISBN – 978-602-17085-0-7

5. KESIMPULAN
Dari hasil analisis di atas ditarik kesimpulan bahwa :
1. Keluhan-keluhan yang dialami oleh pekerja diantaranya adalah sakit pada bahu kanan, sakit pada siku
kanan dan lengan atas kiri adalah 77.78 % (7 pekerja) , sakit pada siku kiri dan tangan kiri 55.55% (5
pekerja) , sakit pada lengan bawah kiri dan tangan kanan 66.66% (6 pekerja), sakit pada lengan bawah
kanan 55.55% (5 pekerja) dan sakit pada pergelangan tangan kiri adalah 22.22% (2 pekerja).
2. Kebosanan kerja 100% (9 pekerja) mengatakan bahwa jam kerja yang dirasakan setiap hari terlalu lama
hal ini membuat pekerja sering keberatan jika diminta lembur dan pekerjaan membatik yang dilakukan
memerlukan pemusatan pikiran dan perhatian terus menerus tanpa ada relaksasi disaat bekerja sehingga
cepat merasa bosan. Sedangkan ada 88.88% (8 pekerja) yang sering menemui kesulitan pada saat bekerja,
pekerja juga merasa ruangan kerja terasa panas sehingga merasa tidak nyaman pada saat bekerja dan 55.55
% lainya menyatakan bahwa sering berselisih dengan rekan kerja mengenai pekerjaan.
3. Postur dan posisi kerja pekerja menggunakan metode Rapid Upper Limb Assesment (RULA) di dapat
bahwa 22 % pekerja mengalami keluhan pada anggota badan ekstrimitas atas (lengan atas, lengan bawah,
pergelangan tangan) tingkat tinggi, sehingga memerlukan investigasi secepat mungkin, sedangkan 56%
pekerja mengalami keluhan pada anggota badan ekstrimitas atas tingkat sedang yang memerlukan
investigasi dan perbaikan segera, 22% responden lainya mengalami keluhan pada anggota badan
ekstrimitas atas tingkat ringan sehingga memerlukan investigasi lebih lanjut.

6. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian ini penulis disarankan kepada pihak perusahaan diantaranya adalah :
1. Perbaikan sikap dan posisi tubuh pada saat bekerja dengan kategori level tinggi dan sedang.
2. Standar Oprasional Procedure (SOP) cara kerja yang ergonomis dan ditempelkan pada tempat kerja.
3. Kontak sosial diawali dengan senam sebelum bekerja dan musik pada saat bekerja.

PUSTAKA
Anoraga, P. 1998. Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta.
Ayoub, M.M. 1996. Modelling in Manual Material Handling, Journal Human Ergol.
Azwar,A. 2004. Tubuh Sehat Ideal Dari Segi Kesehatan.(cited 2009 januari 21). Available from:
URL:Http://gizi.net/gayahidup/tubuh-ideal-sehat-.pdf/htm.
Bridger, R.S. 1995. Introduction To Ergonomic. Singapore: MC. Graw-Hill International Inc.
Budiarto, W. 2011. Informasi Upah Minimum Regional (UMR) .Available from: URL:
http://allows.wordpress.com/2009/01/12/informasi-upah-minimum-regional-umr/
Grandjean, E. 1993. Fitting the Task to The Man . London. Taylor & Francis.
Hartono, W. 2004. Hubungan Antara Sikap dan Posisi Kerja Anggota Tubuh Dengan UEWMSDs Pada Perajin
Rotan di Perusahaan “X”.Tesis. Jakarta: Universitas Indonesia.
Lueder,R. 1996. A Propoced RULA For Computer Users. Procceding Of The Ergonomics Summer Workshop. UC
Berkeley Center For Occuptional & Evironmental Health Continuing Education Program, San Francisco.
Manuaba, A. 1988.Pengetrapan Ergonomi Dalam Rangka Peningkatan Usaha Pendidikan Dan Pembangunan
Masyarakat. Bunga Rampai Ergonomi. Denpasar: Program Studi Ergonomi-Fisiologi Kerja Universitas
Udayana.
Manuaba, A. 2003. Penerapan Ergonomi Meningkatkan Produktivitas. Makalah. Denpasar: Bagian Ilmu Faal
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Pulat, B.M. 1992. Fundamental of Industrial Ergonomic. New Jersey, USA: Hall International, Englewoods Cliff.
Rodahl, K. 1989.The Physiology of Work. London. New York. Philadelphia: Taylor and Francis.
Tarwaka, Solichul .H.A, Bakri, Sudiajeng .L, 2004.Ergonomi Untuk Kesehatan Kerja Dan Produktivitas, Uniba
Press, Surakarta.
Tarwaka, P.G. 2010. Dasar-dasar Pengetahuan Ergonomi Dan Aplikasi Di Tempat Kerja. Harapan Press. Surakarta.
Wignjosoebroto, S, 1996 , “Ergonomi Study Gerak & Waktu, Teknik Aplikasi Untuk Peningkatan Produktifitas
Kerja,

A-103

Anda mungkin juga menyukai