Anda di halaman 1dari 9

TUGAS INDIVIDU

MORTALITAS KODING
“Resume MMDS ”

Dosen :
Dony Setiawan Hendyca Putra, S.Kep, NS, M.Kes
Nama :
Dewi Candra Agustin
NIM / Golongan – No. Absen :
G41181346/B-15

GOLONGAN B
SEMESTER 7

PROGRAM STUDI REKAM MEDIK


JURUSAN KESEHATAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2021
Resume Aturan Modifikasi Koding Mortalitas

1. Menerapkan aturan koding mortalitas (mulai dari prinsip Umum, Rule 1-3)
2. Menentukan apakah terdapat satu atau lebih dari rule modifikasi A sampai dengan F,
yang berhubungan dengan situasi sebelumnya
3. Sebagai hasil modifikasi akan diperoleh nomer kode ICD resultan (UCOD baru) yang
digunakan untuk tabulasi.

Kegunaan aturan modifikasi :


1. Penerapan rule untuk seleksi penyebab dasar kematian adalah berdasarkan
pengetahuan medis tentang hubungan kausal antar penyakit; yakni penyakit mana
yang bisa dan tidak bisa menyebabkan penyakit lainnya
2. Proses seleksi penyebab dasar kematian lebih lanjut dapat menjadi lebih ruwet
3. Bahkan bagi orang yang mempunyai pengetahuan medis yg lebih rinci, penyebab
dasar kematian ‘klinis’ yg sebenarnya bukan menjadi sebab yang paling informatif
untuk tujuan tabulasi dan pelaporan
4. Sebab kematian yang terpilih tidak selalu merupakan kondisi yang paling bermanfaat
dan paling informatif untuk tabulasi.
5. WHO telah mengembangkan rule modifikasi yang diterapkan bila kita perlu
menyesuaikan penyebab dasar kematian yang telah ditentukan menurut Aturan
Koding Mortalitas (Prinsip Umum s/d Rule 3)

Aturan Modifikasi A :
1. Bilamana sebab kematian terpilih adalah senilitas dan kondisi yang tidak jelas
(illdefined) sedangkan terdapat kondisi yang terklasifikasi di tempat lain juga
dilaporkan dalam sertifikat, reseleksi sebab kematian seolah kondisi ill-defined tadi
tak pernah dilaporkan, kecuali jika diyakini bahwa kondisi tersebut akan merubah
kodingnya.
2. Kondisi-kondisi yang dianggap sebagai kondisi ill-defined adalah sbb :
 I46.1 (Sudden Cardiac Death, so described);
 I46.9 (Cardiac Arrest, unspecified);
 I95.9 (Hypotension, unspecified) ;
 I99 (Other and Unspecified Disorders of Circulatory System);
 J96.0 (Acute Respiratory Failure);
 J96.9 (Respiratory Failure, Unspecified);
 P28.5 (Respiratory Failure of Newborn);
 R00-R94 dan R96-R99 (Symptoms, Signs and Abnormal Clinical and
Laboratory Findings, Not Elsewhere Classified).
 Catat bahwa R95 (Sudden Infant Death Syndrome) tidak dianggap sebagai ill-
defined.
3. Sedapat mungkin UCOD ≠ Kode R, dan beberapa kode lain dan senilitas tidak
menjadi sebab kematian

Aturan Modifikasi B :
1. Bilamana sebab terpilih merupakan kondisi sepele (trivial) yang tidak pantas menjadi
sebab kematian sedangkan kondisi yang lebih serius juga dilaporkan, reseleksi sebab
yang mendasari seakan kondisi sepele tersebut tidak pernah dilaporkan
2. Bila kematian diakibatkan oleh efek samping dari pengobatan kondisi sepele tersebut,
pilih efek samping sebagai sebab kematian.
3. Bilamana suatu kondisi trivial dilaporkan sebagai kausa dari kondisi lain, kondisi tsb
tak perlu dibuang, sehingga Rule B tidak digunakan

Aturan Modifikasi C :
1. Bilamana sebab terpilih berkaitan dengan satu atau lebih kondisi lain dalam sertifikat
berdasarkan persyaratan dalam klasifikasi atau dalam catatan penggunaan dalam
koding underlying cause mortalitas, maka berilah kode kombinasi
2. Kode kombinasi tersebut hanya digunakan bila hubungan kausatif yang benar
dinyatakan dengan jelas atau dapat disimpulkan melalui aplikasi aturan seleksi.

Aturan Modifikasi D :
1. Bilamana sebab terpilih menggambarkan suatu kondisi secara umum, sedangkan suatu
terminologi yang memberikan informasi lebih presisi tentang letak atau keadaan
kondisi tersebut juga dilaporkan dalam sertifikat, lebih baik memilih terminologi yang
lebih informatif.
2. Aturan ini akan sering digunakan bila terminologi umum merupakan adjective yang
menerangkan terminologi yang lebih presisi.
Aturan Modifikasi E :
1. Bilamana sebab terpilih merupakan stadium dini dari suatu penyakit, sedangkan
stadium lebih lanjut dari penyakit yang sama juga dilaporkan dalam sertifikat, beri
kode sesuai tahapan yang lebih lanjut
2. Aturan ini tidak berlaku untuk kondisi ‘kronik’ yang dilaporkan sebagai akibat dari
kondisi ‘akut’ kecuali ada instruksi khusus dalam klasifikasi.

Aturan Modifikasi F :
1. Bilamana sebab terpilih merupakan bentuk awal dari suatu kondisi yang oleh
klasifikasi diberikan kategori terpisah berupa “gejala sisa dari ...”, dan terdapat bukti
bahwa kematian terjadi akibat efek residual dari kondisi ini dan bukan fase aktif
penyakitnya, maka pilih kode sesuai kategori “gejala sisa dari ...”
2. Kategori “Sequelae of ...” adalah sbb : B90-B94, E64.-, E68, G09, I69, O97 dan Y85-
Y89

Resume Pengenalan MMDS

MMDS (Medical Mortality Data System) merupakan tabel yang dipakai untuk membantu
penetapan penyebab dasar yang benar. Isi MMDS juga merupakan panduan dan arah
penerapan rule seleksi dan rule modifikasi yang dipublikasikan dalam ICD-10 Volume 2.
Dalam MMDS ada beberapa tabel yaitu Tabel A,B,C,D,E,F,G,H.
Tabel dalam penentuan UCOD yang diatur dalam ICD-10 adalah :
1. Kode terlebih dahulu tiap diagnose yang tertulis dalam SMPK
2. Buka tabel MMDS agar mempermudah dalam menentukan UCOD
3. Pilih bagian a sebagai address code dalam tabel MMDS, kode yang ada pada bagian b
dan c terdapat di dalam address code tersebut.
4. Selanjutnya pilih bagian b sebagai address code dalam tabel MMDS
5. Kode yang ada pada bagian c terdapat didalam address code tersebut.
Berikut penjelasan setiap tabel :
a. Tabel A  daftar kode ICD-10 yang benar untuk penggunaan dalam pengkodean
penyebab dasar dan multiple (antara dan langsung)
b. Tabel B  daftar kode ICD-10 yang benar untuk penggunaan dalam pengkodean
penyebab multiple, tapi tidak untuk penyebab dasar
c. Tabel C  daftar kode ICD-10 yang tidak benar untuk pengkodean penyebab dasar
dan multiple
d. Tabel D
- Menetukan hubungan kausal kondisi yang tertulis
- Address code di bagian atas, didahului --…….—subaddress dibagian bawah
- Address adalah kode yang dirinci pada baris Ia, Ib, Ic
- Kondisi yang kodenya tidak tercantum pada subaddress, tidak bisa menyebabkan
kondisi yang ada pada address code, maka kode ini bukan merupakan urutan yang
bisa diterima
- Dipakai untuk menentukan hubungan kausal ketika menerapkan prinsip umum,
rule seleksi 1 dan 2
- Tabel D ambivalen : subaddress memiliki hubungan kausal yang
meragukan(mungkin atau tidak ada hubungan kausal)
- Ada tanda M (“meragukan”)
- Diteruskan dengan memeriksa pada Tabel F
- Untuk memilih penyebab dasar kematian maka kondisi yang tercantum pada tabel
F harus terpenuhi
- Langkah-langkah penggunaan tabel D
Sebagai contohnya akan dilakukan proses cek hubungan kausal antara hipertensi
(I10) dengan arteroskleorsis Generalisata (I70.9), maka yang harus dilakukan
adalah :
a) Pastikan telah dilakukan pengkodean diagnosi dengan tepat dan benar
b) Mencari kode 170.9 di dalam tabel D sebagai address code
c) Mencari kode I10 di bawah kode I70.9
d) Apabila dibawah I70.9 terdapat kode I10 maka dapat diketahui bahwa
terdapat hubungan kausal antara hipertensi dengan arteroskleorsis
generalisata
e. Tabel E
- Tabel modifikasi
- Dipakai untuk aplikasi rule 3, rule modifikasi A, rule modifikasi C dan Rule
modifikasi D, rule modifikasi E dan rule modifikasi F
- Kode address pada tabel E adalah kode T (tentative) UCOD
- Prinsip umum, rules 1 dan 2 harus dijalankan sebelum mendapat TUCOD
- Langkah-langkah penggunaan tabel E
Sebagai contoh ingin diketahui adalah modifikasi antara diagnosis penyebab
kematian Edema Cerebri (G93.6) sebagai UCOD Tentatif dengan Hemorhage
Batang Otak Intracrani (I61.3), maka angkah yang dilakukan adalah
a) Melakukan pencarian pada tabel E untuk kode G93.6 sebagai address code
b) Mencari kode I61.3 sebagai sub address dibawah G93.6
c) Apabila kode tersebut ditemukan maka akan terlihat keterangan disamping
kode tersebut
d) Dalam kasus ini, kode ditemukan dan terdapat keterangan DS pada
samping kiri
e) DS menunjukan keterangan direct sequaleyang berarti rule yang digunakan
adalah rule 3
f) UCOD yang dipilih adalah I61.3 tersebut
g) Akronim Tabel E :
1) DS : Direct Sequel (rule seleksi 3)
2) DSC : Direct sequel combine (rule seleksi 3)
3) IDDC : III Defined direct combine (rule modifikasi A)
4) SENMC : senility mention combine (rule modifikasi A)
5) SENDC : senility due to combine (rule modifikasi A)
6) LMP : underlying with mention preferred (rule modifikasi C)
7) LMC : Underlying with mention of combine (rule mondifikasi C)
8) SMP : selected modification preferred (rule modifikasi D)
9) SMC : selected modification combine (rule modifikasi D)
10) SDC : selected in the due to position combine (rule modifikasi D)

f. Tabel F  menerangkan ambivalen (M) yang ditemukan pada tabel D dan tabel E
g. Tabel G merupakan daftar konversi untuk menciptakan kategori ICD-10 (contoh :
A1690 A169)
h. Tabel H terdiri dari daftar kode yang dianggap remeh/tidak berarti sebagai UCOD
Resume Menerapkan Aturan Mortalitas Menggunakan MMDS

Note : Penerapan MMDS DT membolehkan utk menentukan hub kausal yg sebenarnya.


Tabel D menolong kita untuk menerapkan Prinsip Umum, Rule Seleksi 1, Rule Seleksi 2
untuk kmd mdptkan tentative ucod (penyebab dasar kematian sementara) kemudian lebih
lanjut menggunakan Rule Seleksi 3, atau Rule Modifikasi A-F.

Langkah-langkah :
1. Menggunakan tabel D untuk prinsip umum
2. Menggunakan MMDS DT untuk menerapkan rule seleksi 1
3. Menggunakan MMDS untuk menerapkan rule seleksi 2
- Jika kita tidak dapat menerapkan Rule 1, maka kita bisa gunakan Rule 2 yg
menyatakan : bila tidak ada urutan yg dilaporkan yg berakhir dgn kondisi yg
pertama diisikan pd sertifikat, pilihlah kondisi yg pertama disebutkan. Oleh
karenanya, setelah kita uji dengan tabel MMDS DT, kita hanya memilih kondisi
pertama yg diisikan pd sertifikat (baris teratas) sebagai TUCOD
4. Menggunakan MMDS Tabel E untuk menerapkan rule 3
- Tabel E dari MMDS Decision Tables digunakan untuk menerapkan Rule Seleksi
3, dan juga beberapa Rule Modifikasi
- Rule 3 menyatakan : jika kondisi yg terpilih menggunakan PU, R 1 atau R 2 jelas
merupakan akibat langsung dari kondisi lain yg dilaporkan, baik dalam bag I atau
II, pilihlah kondisi primernya.
- Jd Rule 3 membolehkan kita membawa penyakit/kondisi dalam bag II dan pada
bag I baris yg sama/dibawah TUCOD, ke dlm persamaan.
- Perbedaan pokok tabel E dan D adalah pada tabel E tiap sub address memiliki 2
atau 3 karakter kode alfabet (tabel E akronim) di sebelah kiri dan bbrp sub address
memiliki kode ICD-10 lainnya di sebelah kanan sub address. Kedua elemen ini
penting dlm menerapkan Rule 3 dan Rule Modifikasi
- Tabel E akronim memberitahukan kita Rule yg akan dipakai, kondisi yg harus
dipenuhi agar rule dpt diterapkan, dan langkah yg diambil dalam menerapkan
modifikasi.
- Dalam menerapkan Rule 3, tabel E akronim DS (Direct sequel) dan DSC (Direct
Sequel Combination) penting diperhatikan. Akronim lain spt IDDC, SENDC,
LMP SMC, dll digunakan ketika menerapkan berbagai Rule Modifikasi; kita akan
membahas tiap akronim dalam seksi yg relevan dg Rule Modifikasi Khusu
5. Menggunakan tabel F untuk hubungan ambivalen
- Rules modifikasi kadang hanya diterapkan jika dokumentasi spesifik tertentu
dan/atau kondisi lain dipenuhi oleh dokumentasi di dlm SMPK.
- Tabel F digunakan pada data yg meragukan dalam tabel E (lihat kode yg
mencantumkan huruf M).
- M ini berarti bhw perubahan hanya diterapkan pd kasus2 di mana keadaan2 yg
dijabarkan dlm tabel F dapat terpenuhi. Koder perlu merujuk tabel F untuk
menentukan apakah akan menerapkan Rule modifikasi atau tidak.

Resume Penerapan Modification Rules Menggunakan Tabel MMDS

Note : Dalam beberapa kasus, penyebab dasar yang telah dipilih menggunakan rule-rule di
atas tidak begitu bermanfaat atau tdk informatif bagi tujuan pencegahan di bidang kesehatan
masyarakat. Dalam hal semacam ini, rule modifikasi mungkin perlu diterapkan setelah
penggunaan aturan mortalitas (PU, R 1, 2, 3).

A. Decision Tables Dan Rule Modifikasi A


- MMDS Decision Tables mencerminkan logika yang digunakan dalam Medical
Mortality Data System, perangkat lunak koding otomatis, dan buku yg kita
gunakan dalam koding manual tidak berisi semua alur dan keputusan yg akan
dibuat oleh perangkat lunak tersebut
- Penting untuk mengetahui bahwa MMDS DT harus digunakan bersama dan harus
mematuhi Mortality Coding Rules
- Terutama saat menerapkan Rule Modifikasi A, mengingat rentang yg lebar dari
kode-kode terkait
B. Rule Modifikasi B. Kondisi Trivial
- Jika sebab kematian terpilih merupakan kondisi sepele yang tidak mungkin
menyebabkan kematian, sedangkan kondisi lain yang lebih serius dilaporkan,
maka reseleksi sebab dasar kematian, seolah-olah kondisi sepele tsb tdk pernah
dilaporkan
- Jika kematian merupakan akibat dari reaksi merugikan (adverse effect) terhadap
pengobatan kondisi trivial, pilihlah reaksi yang merugikan tersebut
Note : untuk kasus-2 “adverse reaction” atau reaksi yg merugikan terhadap
perawatan medis sebaiknya mengacu pada aturan koding mortalitas, jika DT tdk
menyediakan solusi-nya
- Jika kondisi sepele ini menyebabkan kondisi lain, maka kondisi sepele ini tdk
dibuang, tetapi berarti Rule Modifikasi B tdk dapat diaplikasikan.
C. Rule Modifikasi C. Linkage
- Jika sebab dasar kematian terpilih dipertautkan (oleh ketentuan dalam klasifikasi
atau dalam catatan penggunaan koding sebab kematian) dengan satu atau lebih
kondisi lain pada sertifikat, kode-lah kombinasi tersebut
- Dalam ketentuan pertautan  beri kode kombinasi jika terbukti ada hub kausal
D. Rule Modifikasi D Specifity
- Jika sebab kematian terpilih merupakan istilah kondisi yang bersifat umum,
sedangkan istilah yg lebih spesifik (memberikan informasi yg lebih teliti/rinci ttg
letak/sifat) juga tercantum dalam sertifikat maka pilihlah kondisi yang lebih
spesifik tersebut

Note : MMDS DT secara spesifik tidak digunakan ketika menerapkan Rule Modifikasi E dan
F. Sehingga utk aplikasi Rule Modifikasi E dan F cukup mengacu pada Manual Instruksi
pada buku ICD-10 Volume 2

Anda mungkin juga menyukai