STUNTING
Disusun untuk memenuhi tugas
Disusun Oleh:
NIM. P1337420220033
1. Latar Belakang
Stunting merupakan istilah kondisi yang ditandai ketika panjang atau tinggi badan
anak kurang jika dibandingkan dengan umurnya. Mudahnya, stunting adalah kondisi di
mana anak mengalami gangguan pertumbuhan sehingga menyebabkan tubuhnya lebih
pendek ketimbang teman-teman seusianya.
Stuned adalah tinggi badan yang kurang menurut umur (<-2SD), ditandai dengan
terlambatnya pertumbuhan anak yang mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tinggi
badan yang normal dan sehat sesuai usia anak. Stunted merupakan kekurangan gizi
kronis atau kegagalan pertumbuhan dimasa lalu dan digunakan sebagai indicator jangka
panjang untuk gizi kurang pada anak.
Stunting dapat di diagnosis melalui indeks antropometrik tinggi badan menurut
umur yang mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pra dan pasca persalinan
dengan indikasi kekurangan gizi jangka panjang, akibat dari gizi yang tidak memadai dan
atau Kesehatan
Sekitar 8,8 juta anak Indonesia menderita stunting (tubuh pendek) karena kurang
gizi. Data Riset Kesehatan (Riskesdas) 2013 mencatat angka kejadian stunting nasional
mencapai 37,2%. Angka ini mengingat dari 2010 sebesar 35,6% (Rizma, 2016). Oleh
karena itu, dalam hal ini diperlukan upaya pencegahan stunting salah satunya dengan
penyuluhan bagaimana cara mencegah stunting diberikan pada orang tua anak.
2. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan orang tua anak dapat mengetahui dan
memahami bagaimana mencegah stunting
b. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan Kesehatan diharapkan pasien dan keluarga pasien
dapat mengetahui tentang:
1) Definisi Stunting
2) Penyebab Stunting
3) Dampak Stunting
4) Cara Mencegah Stunting
5) Zat Gizi Mikro yang Berperan untuk Menghindari Stunting (Pendek)
3. RENCANA KEGIATAN
1. Metode : Ceramah, diskusi, dan tanya jawab
2. Media dan Alat Bantu: Zoom, Pertunjukan Slides (PPT), Poster, Video
3. Tempat dan Waktu
a. Tempat Kegiatan : Rumah masing-masing
b. Hari/Tanggal : Sabtu, 11 September 2021
4. Materi dan Pemateri: Rahma Fajrin Novitasari
5. Peserta : Orang Tua Anak
6. Waktu: 30 Menit
4. KEGIATAN PENYULUHAN
5. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi terstruktur
a. Adanya koordinasi antara pemateri, peserta penyuluhan dan panitia
penyelenggara selama acara penyuluhan berlangsung
b. Persiapan acara penyuluhan dapat dilakukan dengan baik, misalnya dalam setting
zoom, dan absensi
c. Sebelum penyuluhan telah dilakukan perjanjian penyuluhan dengan pihak
Poltekkes Kemenkes Semarang
2. Evaluasi proses
a. Peserta aktif mendengarkan dan menyimak acara penyuluhan
b. Peserta aktif bertanya topik yang dibahas pada sesi tanya jawab
c. Peserta mampu merespon pertanyaan yang diberikan pemateri
3. Evaluasi hasil
Peserta mampu menjelaskan Kembali materi yang telah disampaikan dengan benar
melalui pertanyaan lisan meliputi pengertian stunting, cara mencegahnya, dan zat gizi
yang berperan menghindari stunting (75%).
6. MATERI PENYULUHAN (Lampiran 1)
7. DAFTAR PUSTAKA (LAMPIRAN 2)
Lampiran 1
MATERI PENYULUHAN
A. Definisi Stunting
Stunting merupakan istilah untuk penyebutan anak yang tumbuh tidak sesuai dengan
ukuran yang semestinya (bayi pendek). Stunting (bayi pendek) adalah keadaan tubuh
yang sangat pendek hingga melampaui defisit 2 SD dibawah median panjang atau tinggi
badan populasi yang menjadi referensi internasional. Stunting adalah keadaan dimana
tinggi badan berdasarkan rendah, atau keadaan dimana tubuh anak lebih pendek
dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya (MCN 2019). Stunted adalah tinggi badan
yang kurang menurut umur (<-2SD), ditandai dengan terlambatnya pertumbuhan anak
yang mengakibatkan kegagalan mencapai tinggi badan yang normal dan sehat sesuai usia
anak. Stunted merupakan kekurangan gizi kronis atau kegagalan pertumbuhan di masa
lalu dan digunakan sebagai indicator jangka Panjang untuk gizi kurang pada anak.
Stunting dapat di diagnosis melalui indeks antropometrik tinggi badan menurut
umur yang mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan pasca persalinan
dengan indikasi kekurangan gizi jangka Panjang, akibat dari gizi yang tidak memadahi
dan atau Kesehatan. Stunting merupakan pertumbuhan linier yang gagal untuk mencapai
potensi genetic sebagai akibat dari pola makan yang buruk dan penyakit
(ACC/SCN,2000).
Stunting didefinisikan sebagai indicator status gizi TB/U sama dengan atau (<-
2SD) dibawah standar atau keadaan dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan
dengan anak-anak lain seusianya (MCN, 2009) (WHO,2006). Ini adalah indicator
Kesehatan anak yang kekurangan gizi kronis yang memberikan gambaran gizi pada masa
lalu dan yang dipengaruhi lingkungan dan keadaan sosial ekonomi.
B. Penyebab Stunting
Menurut beberapa penelitian, kejadian stunted pada anak merupakan suatu proses
kumulatif yang terjadi sejak kehamilan, masa kanak-kanak, dan sepanjang siklus
kehidupan. Pada masa ini merupakan proses terjadinya stunted pada anak dan peluang
peningkatan stunted terjadi dalam2 tahun pertama kehidupan.
Fakor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab tidak
langsung yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin.
Ibu hamil dengan gizi kurang akan menyebabkan janin mengalami intrauterine growth
retardation (IUGR), sehingga bayi akan lahir dengan kurang gizi, dan mengalami
gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
Anak-anak yang mengalami hambatan dalam pertumbuhan disebabkan kurangnya
asupan makanan yang memadai dan penyakit infeksi yang berat dan meningkatnya
kebutuhan metabolic serta mengurangi nafsu makan sehingga meningkatnya kekurangan
gizi pada anak. Keadaan ini semakin mempersulit untuk mengatasi gangguan
pertumbuhan yang akhirnya berpeluang terjadinya stunted ( Allen and Gillespie, 2001)
Gizi buruk kronis (stunting) tidak hanya disebabkan oleh satu factor saja seperti
yang telah dijelaskan diatas, tetapi disebabkan oleh banyak faktor, dimana faktor-faktor
tersebut saling berhubungan satu sama lainnya. Terdapat 3 faktor utama penyebab
stunting yaitu sebagai berikut:
Asupan makanan tidak seimbang (berkaitan dengan kandungan zat gizi dalam
makanan yaitu karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin, dan air)
Riwayat berat badan lahir rendah (BBLR)
Riwayat penyakit
Lancet “Maternal and Child Nutrition” Series tahun 2004 memuat satu konsep
model faktor-faktor yang menyebabkan kekurangan gizi, kecacatan, atau disability dan
kematian.
Dalam diagram tersebut terlihat bahwa kekurangan gizi kronis atau pendek lebih
dipengaruhi oleh faktor gangguan pertumbuhan pada masa janin, kekurangan
asupan zat gizi mikro dan kekurangan asupan energy dan protein.
Sementara itu gizi kurang akut yang sering disebut gizi kurang atau kurus lebih
banyak dipengaruhi oleh faktor tidak cukupnya asupan gizi terutama kalori dan
protein dan infeksi penyakit.
Tidak optimalnya pemberian ASI merupakan salah satu penyebab tingginya
infeksi pada bayi yang mengakibatkan kekurangan gizi akut dan kematian
C. Dampak stunting
Anak yang tumbuh mengidap masalah stunting akan mengalami gangguan perkembangan
otak. Pengaruhnya terlihat pada kemampuan kognitif si kecil. Mereka cenderung sulit
mengingat, menyelesaikan masalah, dan tersendat dalam aktivitas yang melibatkan
kegiatan mental atau otak.
Pertumbuhan kognitif yang lambat di kemudian hari bisa menyebabkan anak mengalami
penurunan fungsi intelektual, kesulitan memproses informasi, serta susah berkomunikasi.
Ini tentu mempengaruhi proses belajar anak di sekolah dan di rumah, sekaligus membuat
mereka kesulitan bergaul serta bermain bersama rekan sebaya.
Perkembangan tubuh anak pun otomatis lebih lambat dari anak-anak seusianya. Tubuh
pendek adalah salah satu ciri umum anak pengidap masalah stunting. Kekurangan gizi
kronis akan menghambat pertumbuhan otot. Anak stunting terlihat juga lebih mudah lelah
dan selincah anak pada umumnya. Dampaknya, anak memiliki risiko besar obesitas dan
sulit mengerjakan kegiatan dasar sehari-hari.
Apabila buah hati Anda mengidap masalah stunting, sistem kekebalan tubuh anak
terbilang lebih rentan. Anak mudah terserang penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri atau virus. Karena daya tahan tubuh mereka rendah, proses penyembuhan anak
stunting menjadi lebih lama jika dibandingkan dengan anak pada umumnya.
Kondisi stunting tidak hanya dirasakan ketika kecil, tetapi dampaknya akan terus terasa
hingga dewasa. Hasil riset Paediatrics and International Child Health menyatakan bahwa
anak stunting meningkatkan risiko menjadi diabetesi saat sudah dewasa. Pasalnya,
kekurangan gizi pada masa pertumbuhan akan mengganggu sistem hormonal insulin dan
glukagon pada pankreas yang mengatur keseimbangan dan metabolisme glukosa.
Akibatnya keseimbangan gula darah akan lebih cepat terganggu dan tubuh lebih mudah
pula membentuk jaringan lemak saat anak mencapai usia dewasa.
Anak-anak stunting berisiko lebih tinggi mengidap penyakit degeneratif, seperti kanker,
diabetes, dan obesitas. Hal ini disebabkan karena kebutuhan zat gizi mikro dan makro
dalam tubuh tidak terpenuhi secara maksimal sehingga pembentukan fungsi sel tubuh dan
lainnya tidak sempurna.
Orang tua juga dapat memberikan susu pelengkap nutrisi anak, seperti Nutren Junior
dengan 50% protein whey yang tinggi sistein serta asam amino esensial. Nutren Junior
juga memiliki manfaat omega 3, 6, dan DHA untuk mendukung perkembangan otak
anak. Nutren Junior dapat diberikan pada anak usia 1-10 tahun untuk mencukupi
kebutuhan nutrisi harian mereka.
Stunting juga dapat dicegah dengan menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal dan
menerapkan gaya hidup sehat. Orang tua disarankan pula melakukan pemeriksaan anak
ke dokter secara berkala.
1. Pengertian Postpartum
Post partum adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya
kembali alat kandungan yang lamanya adalah 6 minggu. Partus dianggap normal atau
spontan jika wanita berada di masa aterm, tidak terjadi komplikasi terdapat satu janin
presentasi puncak kepala dan persalinan selesai dalam 24 jam (Bobak,2010).
2. Pengertian Sectio Caesarea
Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui
suatu insisi pada dinding perut dan dinding perut dengan syarat rahim dalam keadaan
utuh serta berat janin di atas 500gram.
Sectio caesarea merupakan tindakan pembedahan yang bertujuan melahirkan bayi
dengan membuka dinding perut dan rahim ibu. Resiko atau efek samping pada ibu
setelah dilakukan sectio caesarea yaitu peningkatan insiden infeksi dan kebutuhan
akan antibiotik, perdarahan yang lebih berat, nyeri pasca operasi akibat insisi yang
disebabkan oleh robeknya jaringan pada dinding perut dan dinding uterus ibu
(Simkin,dkk,2008).
Dari beberapa pengertian di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa sectio
caesarea adalah suatu persalinan buatan guna melahirkan janin lewat insisi pada
dinding abdomen dan uterus dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat bayi
diatas 500 gram.
b. Konsep Asuhan Dasar Keperawatan
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada ibu dengan post partum sectio caesarea yang ditemukan dari
data-data hasil pengkajian adalah:
1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik dibuktikan dengan tampak meringis.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas kulit.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas dibuktikan dengan merasa lemah.
4. Deficit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik dibuktikan dengan tidak
mampu mandi/berpakaian secara mandiri.
5. Gangguan mobilitan fisik berhubungan dengan efek agen farmakologis (anestesi)
dibuktikan dengan fisik lemah.
6. Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan prosedur pembedahan
dibuktikan dengan perdarahan.
D. Implementasi Keperawatan
Setelah rencana keperawatan disusun langkah selanjutnya adalah dalam menetapkan
tindakan keperawatan. Tindakan ini dapat dilakukan secara mandiri atau kerjasama dengan
tim kesehatan lainnya (Hidayat, 2004).
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah untuk penilaian yang dilakukan untuk mengetahui keberhasilan tujuan.
Jika kriteria yang ditetapkan belum tercapai maka tugas perawat selanjutnya adalah
melakukan pengkajian kembali (Hidayat, 2004).