Anda di halaman 1dari 18

SATUAN ACARA PENYULUHAN

STUNTING
Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Keperawatan Maternitas

Dosen Pengampu : Siti Maulidah, S.Pd., S.Kep., Ns., M.Kes

Disusun Oleh:

Rahma Fajrin Novitasari

NIM. P1337420220033

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PURWOKERTO


POLITEKNIK KESEHATANKEMENTRIAN KESEHATAN
SEMARANG
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Materi Penyuluhan: Pencegahan Stunting


Pokok Bahasan: Pencegahan Stunting
Sasaran: Orang tua anak
Hari, tanggal: 11 September 2021
Tempat: Poltekkes Kemenkes Semarang Kampus VIII Purwokerto

1. Latar Belakang
Stunting merupakan istilah kondisi yang ditandai ketika panjang atau tinggi badan
anak kurang jika dibandingkan dengan umurnya. Mudahnya, stunting adalah kondisi di
mana anak mengalami gangguan pertumbuhan sehingga menyebabkan tubuhnya lebih
pendek ketimbang teman-teman seusianya.
Stuned adalah tinggi badan yang kurang menurut umur (<-2SD), ditandai dengan
terlambatnya pertumbuhan anak yang mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tinggi
badan yang normal dan sehat sesuai usia anak. Stunted merupakan kekurangan gizi
kronis atau kegagalan pertumbuhan dimasa lalu dan digunakan sebagai indicator jangka
panjang untuk gizi kurang pada anak.
Stunting dapat di diagnosis melalui indeks antropometrik tinggi badan menurut
umur yang mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pra dan pasca persalinan
dengan indikasi kekurangan gizi jangka panjang, akibat dari gizi yang tidak memadai dan
atau Kesehatan
Sekitar 8,8 juta anak Indonesia menderita stunting (tubuh pendek) karena kurang
gizi. Data Riset Kesehatan (Riskesdas) 2013 mencatat angka kejadian stunting nasional
mencapai 37,2%. Angka ini mengingat dari 2010 sebesar 35,6% (Rizma, 2016). Oleh
karena itu, dalam hal ini diperlukan upaya pencegahan stunting salah satunya dengan
penyuluhan bagaimana cara mencegah stunting diberikan pada orang tua anak.
2. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan orang tua anak dapat mengetahui dan
memahami bagaimana mencegah stunting
b. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan Kesehatan diharapkan pasien dan keluarga pasien
dapat mengetahui tentang:
1) Definisi Stunting
2) Penyebab Stunting
3) Dampak Stunting
4) Cara Mencegah Stunting
5) Zat Gizi Mikro yang Berperan untuk Menghindari Stunting (Pendek)

3. RENCANA KEGIATAN
1. Metode : Ceramah, diskusi, dan tanya jawab
2. Media dan Alat Bantu: Zoom, Pertunjukan Slides (PPT), Poster, Video
3. Tempat dan Waktu
a. Tempat Kegiatan : Rumah masing-masing
b. Hari/Tanggal : Sabtu, 11 September 2021
4. Materi dan Pemateri: Rahma Fajrin Novitasari
5. Peserta : Orang Tua Anak
6. Waktu: 30 Menit

4. KEGIATAN PENYULUHAN

Tahap Kegiatan Perawat Kegiatan Klien Media


Kegiatan
Pembukaan - Salam Pembuka - Menjawab - Ceramah
Salam
5 Menit - Memperkenalkan diri - Mendengarkan - Tanya jawab
pertama - Menjelaskan maksud Keterangan
dan tujuan Penyaji
penyuluhan - Menyampaikan
- Menggali pengetahuan
pengetahuan peserta tentang materi
tentang materi yang yang
akan disampaikan disampaikan
Penyajian - Definisi Stunting - Memperhatikan - Ceramah
dan diskusi - Penyebab Stunting - Mendengarkan - Tanya jawab
(20 Menit) - Dampak Stunting Keterangan - Video
- Cara Mencegah penyaji
Stunting
- Zat Gizi Mikro yang
Berperan untuk
menghindari Stunting
(Pendek)

Penutup (5 - Mengevaluasi atau Peserta menjawab Tanya jawab


Menit) menanyakan Kembali pertanyaan,
materi yang telah memperhatikan dan
disampaikan pada menjawab salam.
peserta
- Menyimpulkan
Kembali materi yang
telah disampaikan
- Memberi salam
penutup

5. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi terstruktur
a. Adanya koordinasi antara pemateri, peserta penyuluhan dan panitia
penyelenggara selama acara penyuluhan berlangsung
b. Persiapan acara penyuluhan dapat dilakukan dengan baik, misalnya dalam setting
zoom, dan absensi
c. Sebelum penyuluhan telah dilakukan perjanjian penyuluhan dengan pihak
Poltekkes Kemenkes Semarang
2. Evaluasi proses
a. Peserta aktif mendengarkan dan menyimak acara penyuluhan
b. Peserta aktif bertanya topik yang dibahas pada sesi tanya jawab
c. Peserta mampu merespon pertanyaan yang diberikan pemateri
3. Evaluasi hasil
Peserta mampu menjelaskan Kembali materi yang telah disampaikan dengan benar
melalui pertanyaan lisan meliputi pengertian stunting, cara mencegahnya, dan zat gizi
yang berperan menghindari stunting (75%).
6. MATERI PENYULUHAN (Lampiran 1)
7. DAFTAR PUSTAKA (LAMPIRAN 2)
Lampiran 1
MATERI PENYULUHAN

A. Definisi Stunting

Stunting merupakan istilah untuk penyebutan anak yang tumbuh tidak sesuai dengan
ukuran yang semestinya (bayi pendek). Stunting (bayi pendek) adalah keadaan tubuh
yang sangat pendek hingga melampaui defisit 2 SD dibawah median panjang atau tinggi
badan populasi yang menjadi referensi internasional. Stunting adalah keadaan dimana
tinggi badan berdasarkan rendah, atau keadaan dimana tubuh anak lebih pendek
dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya (MCN 2019). Stunted adalah tinggi badan
yang kurang menurut umur (<-2SD), ditandai dengan terlambatnya pertumbuhan anak
yang mengakibatkan kegagalan mencapai tinggi badan yang normal dan sehat sesuai usia
anak. Stunted merupakan kekurangan gizi kronis atau kegagalan pertumbuhan di masa
lalu dan digunakan sebagai indicator jangka Panjang untuk gizi kurang pada anak.
Stunting dapat di diagnosis melalui indeks antropometrik tinggi badan menurut
umur yang mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan pasca persalinan
dengan indikasi kekurangan gizi jangka Panjang, akibat dari gizi yang tidak memadahi
dan atau Kesehatan. Stunting merupakan pertumbuhan linier yang gagal untuk mencapai
potensi genetic sebagai akibat dari pola makan yang buruk dan penyakit
(ACC/SCN,2000).
Stunting didefinisikan sebagai indicator status gizi TB/U sama dengan atau (<-
2SD) dibawah standar atau keadaan dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan
dengan anak-anak lain seusianya (MCN, 2009) (WHO,2006). Ini adalah indicator
Kesehatan anak yang kekurangan gizi kronis yang memberikan gambaran gizi pada masa
lalu dan yang dipengaruhi lingkungan dan keadaan sosial ekonomi.

B. Penyebab Stunting

Menurut beberapa penelitian, kejadian stunted pada anak merupakan suatu proses
kumulatif yang terjadi sejak kehamilan, masa kanak-kanak, dan sepanjang siklus
kehidupan. Pada masa ini merupakan proses terjadinya stunted pada anak dan peluang
peningkatan stunted terjadi dalam2 tahun pertama kehidupan.
Fakor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab tidak
langsung yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin.
Ibu hamil dengan gizi kurang akan menyebabkan janin mengalami intrauterine growth
retardation (IUGR), sehingga bayi akan lahir dengan kurang gizi, dan mengalami
gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
Anak-anak yang mengalami hambatan dalam pertumbuhan disebabkan kurangnya
asupan makanan yang memadai dan penyakit infeksi yang berat dan meningkatnya
kebutuhan metabolic serta mengurangi nafsu makan sehingga meningkatnya kekurangan
gizi pada anak. Keadaan ini semakin mempersulit untuk mengatasi gangguan
pertumbuhan yang akhirnya berpeluang terjadinya stunted ( Allen and Gillespie, 2001)
Gizi buruk kronis (stunting) tidak hanya disebabkan oleh satu factor saja seperti
yang telah dijelaskan diatas, tetapi disebabkan oleh banyak faktor, dimana faktor-faktor
tersebut saling berhubungan satu sama lainnya. Terdapat 3 faktor utama penyebab
stunting yaitu sebagai berikut:
 Asupan makanan tidak seimbang (berkaitan dengan kandungan zat gizi dalam
makanan yaitu karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin, dan air)
 Riwayat berat badan lahir rendah (BBLR)
 Riwayat penyakit
Lancet “Maternal and Child Nutrition” Series tahun 2004 memuat satu konsep
model faktor-faktor yang menyebabkan kekurangan gizi, kecacatan, atau disability dan
kematian.

 Dalam diagram tersebut terlihat bahwa kekurangan gizi kronis atau pendek lebih
dipengaruhi oleh faktor gangguan pertumbuhan pada masa janin, kekurangan
asupan zat gizi mikro dan kekurangan asupan energy dan protein.
 Sementara itu gizi kurang akut yang sering disebut gizi kurang atau kurus lebih
banyak dipengaruhi oleh faktor tidak cukupnya asupan gizi terutama kalori dan
protein dan infeksi penyakit.
 Tidak optimalnya pemberian ASI merupakan salah satu penyebab tingginya
infeksi pada bayi yang mengakibatkan kekurangan gizi akut dan kematian
C. Dampak stunting
Anak yang tumbuh mengidap masalah stunting akan mengalami gangguan perkembangan
otak. Pengaruhnya terlihat pada kemampuan kognitif si kecil. Mereka cenderung sulit
mengingat, menyelesaikan masalah, dan tersendat dalam aktivitas yang melibatkan
kegiatan mental atau otak.

Pertumbuhan kognitif yang lambat di kemudian hari bisa menyebabkan anak mengalami
penurunan fungsi intelektual, kesulitan memproses informasi, serta susah berkomunikasi.
Ini tentu mempengaruhi proses belajar anak di sekolah dan di rumah, sekaligus membuat
mereka kesulitan bergaul serta bermain bersama rekan sebaya.

Perkembangan tubuh anak pun otomatis lebih lambat dari anak-anak seusianya. Tubuh
pendek adalah salah satu ciri umum anak pengidap masalah stunting. Kekurangan gizi
kronis akan menghambat pertumbuhan otot. Anak stunting terlihat juga lebih mudah lelah
dan selincah anak pada umumnya. Dampaknya, anak memiliki risiko besar obesitas dan
sulit mengerjakan kegiatan dasar sehari-hari.

Apabila buah hati Anda mengidap masalah stunting, sistem kekebalan tubuh anak
terbilang lebih rentan. Anak mudah terserang penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri atau virus. Karena daya tahan tubuh mereka rendah, proses penyembuhan anak
stunting menjadi lebih lama jika dibandingkan dengan anak pada umumnya.

Kondisi stunting tidak hanya dirasakan ketika kecil, tetapi dampaknya akan terus terasa
hingga dewasa. Hasil riset Paediatrics and International Child Health menyatakan bahwa
anak stunting meningkatkan risiko menjadi diabetesi saat sudah dewasa. Pasalnya,
kekurangan gizi pada masa pertumbuhan akan mengganggu sistem hormonal insulin dan
glukagon pada pankreas yang mengatur keseimbangan dan metabolisme glukosa.
Akibatnya keseimbangan gula darah akan lebih cepat terganggu dan tubuh lebih mudah
pula membentuk jaringan lemak saat anak mencapai usia dewasa.

Anak-anak stunting berisiko lebih tinggi mengidap penyakit degeneratif, seperti kanker,
diabetes, dan obesitas. Hal ini disebabkan karena kebutuhan zat gizi mikro dan makro
dalam tubuh tidak terpenuhi secara maksimal sehingga pembentukan fungsi sel tubuh dan
lainnya tidak sempurna.

Orang tua juga dapat memberikan susu pelengkap nutrisi anak, seperti Nutren Junior
dengan 50% protein whey yang tinggi sistein serta asam amino esensial. Nutren Junior
juga memiliki manfaat omega 3, 6, dan DHA untuk mendukung perkembangan otak
anak. Nutren Junior dapat diberikan pada anak usia 1-10 tahun untuk mencukupi
kebutuhan nutrisi harian mereka.

Stunting juga dapat dicegah dengan menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal dan
menerapkan gaya hidup sehat. Orang tua disarankan pula melakukan pemeriksaan anak
ke dokter secara berkala.

D. Cara Mencegah Stunting


Cara Mencegah Stunting pada Anak sejak Masa Kehamilan
Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko anak
mengalami stunting sejak masa kehamilan:

1. Penuhi kebutuhan nutrisi


Ini merupakan salah satu hal yang penting dilakukan guna mencegah stunting
pada anak. Agar proses tumbuh kembang anak bisa berjalan dengan optimal, ia perlu
mendapatkan asupan nutrisi yang cukup di 1000 hari pertama kehidupannya, yakni
sejak masih menjadi janin hingga usia sekitar 2 tahun.

Selama hamil, pastikan Bumil mengonsumsi cukup makronutrien, seperti


karbohidrat, lemak, dan protein. Selain itu, Bumil juga perlu mengonsumsi makanan
dan minuman yang kaya vitamin dan mineral, yakni zat besi, asam folat, kolin,
magnesium, yodium, zinc, vitamin A, vitamin B, dan vitamin D. Untuk mencukupi
asupan nutrisi di atas guna mencegah stunting pada anak, Bumil perlu mengonsumsi
beragam jenis makanan sehat bergizi seimbang, seperti ikan, telur, daging, seafood,
kacang, biji-bijian, susu, keju, yoghurt, serta aneka buah dan sayuran.

2. Lakukan pemeriksaan kandungan secara rutin


Rutin melakukan pemeriksaan kandungan adalah hal yang tidak kalah penting
dalam mencegah stunting pada anak. Pemeriksaan rutin selama kehamilan diperlukan
untuk memantau tumbuh kembang janin, dan mendeteksi apabila terdapat masalah
pada janin atau kesehatan Bumil.
Dengan demikian, dokter bisa melakukan penanganan lebih awal, agar anak tidak
mengalami stunting dan menjaga kondisi kesehatan Bumil tetap baik.
3. Terapkan perilaku hidup bersih dan sehat
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) juga penting untuk Bumil jalani guna
mencegah terjadinya infeksi selama kehamilan. Penting untuk diingat bahwa infeksi
bakteri, virus, atau parasit tertentu yang Bumil alami bisa meningkarkan risiko janin
mengalami stunting atau bahkan masalah kesehatan lain yang lebih serius, seperti
cacat bawaan lahir.
Oleh karena itu, ingatlah untuk mencuci tangan dengan air dan sabun secara
teratur, terutama saat sebelum makan, sebelum menyiapkan makanan, setelah
berpergian, dan setelah dari kamar mandi. Selain itu, bila Bumil memiliki binatang
peliharaan di rumah, terutama kucing, pastikan bahwa tempat kotorannya benar-benar
terjaga kebersihannya. Saat membersihkan kotoran binatang peliharaan, selalu
gunakan sarung tangan dan cuci tangan setelahnya.

4. Hindari paparan asap rokok


Untuk mendukung pertumbuhan janin yang sehat, Bumil juga harus berhenti
merokok dan menghindari paparan asap rokok. Pasalnya, paparan asap rokok dapat
meningkatkan risiko anak terlahir prematur, memiliki berat badan lahir rendah,
hingga mengalami stunting. Jika ada anggota keluarga yang merokok di rumah,
Bumil sebaiknya meminta mereka untuk tidak merokok di dalam rumah. Sementara
itu, saat berada di luar rumah, guna menghindari paparan polusi, debu, serta kuman
dan virus di udara, Bumil bisa mengenakan masker.

5. Berolahraga secara rutin


Berolahraga secara rutin saat hamil dapat mendukung kehamilan yang sehat
sekaligus meningkatkan stamina dan kebugaran Bumil. Olahraga saat hamil juga baik
untuk mendukung pertumbuhan janin dan mengurangi risikonya untuk mengalami
stunting.

E. Zat Gizi Mikro yang Berperan Mencegah Stunting


Kebutuhan beberapa nutrisi mikro sangat menonjol selama masa kehamilan, yaitu:
1. Kalsium sekitar 1000-1200 mg per hari. Untuk pembentukan tulang dan gigi
2. Asam folat sebanyak 600-800 mcg per hari
3. Zat besi sebanyak 27 mg per hari
4. Vitamin A sebanyak 770 mcg per hari
5. Vitamin C sebanyak 85 mg per hari
Lampiran 2.
Daftar Pustaka
Tim Redaksi Klikdokter, 2019. Nutrisi Makro dan Mikro Masa Kehamilan Cegah
Stunting. https://www.klikdokter.com/rubrik/read/3626674/nutrisi-makro-dan-mikro-masa-
kehamilan-cegah-stunting
Alodokter, Cara Mencegah Stunting pada Masa Kehamilan.
https://www.alodokter.com/cara-mencegah-stunting-pada-anak-sejak-masa-kehamilan
121dok, 2019. SAP Stunting. https://123dok.com/document/yr0vpkoy-sap-stunting.html
Lampiran 3.

Evaluasi Pre-Post Test Penyuluhan


1. Apakah pengertian stunting?
2. Bagaimana mencegah stunting?
3. Apa saja zat mikro yang berperan dalam pencegahan stunting?
Tugas 2. Askep Postpartum Socio Caesarea (SC).
(Tidak berfokus pada kasus)
a. Pengertian Postpartum dan SC

1. Pengertian Postpartum
Post partum adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya
kembali alat kandungan yang lamanya adalah 6 minggu. Partus dianggap normal atau
spontan jika wanita berada di masa aterm, tidak terjadi komplikasi terdapat satu janin
presentasi puncak kepala dan persalinan selesai dalam 24 jam (Bobak,2010).
2. Pengertian Sectio Caesarea
Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui
suatu insisi pada dinding perut dan dinding perut dengan syarat rahim dalam keadaan
utuh serta berat janin di atas 500gram.
Sectio caesarea merupakan tindakan pembedahan yang bertujuan melahirkan bayi
dengan membuka dinding perut dan rahim ibu. Resiko atau efek samping pada ibu
setelah dilakukan sectio caesarea yaitu peningkatan insiden infeksi dan kebutuhan
akan antibiotik, perdarahan yang lebih berat, nyeri pasca operasi akibat insisi yang
disebabkan oleh robeknya jaringan pada dinding perut dan dinding uterus ibu
(Simkin,dkk,2008).
Dari beberapa pengertian di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa sectio
caesarea adalah suatu persalinan buatan guna melahirkan janin lewat insisi pada
dinding abdomen dan uterus dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat bayi
diatas 500 gram.
b. Konsep Asuhan Dasar Keperawatan

A. Pengkajian Socio Caesarea


Pada pengkajian klien dengan sectio caesarea, data yang ditemukan meliputi distres
janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi janin, prolaps tali pusat,
abrupsio plasenta dan plasenta previa.
a. Identitas atau biodata klien
Meliputi : nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, pekerjaan,
pendidikan, tanggal masuk rumah sakit, nomor registrasi, dan diagnosa
keperawatan.
b. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan klien pada saat ini dikumpulkan untuk menentukan
prioritas intervensi keperawatan, keluhan utama pada post operasi SC biasanya
adalah nyeri dibagian abdomen, pusing dan sakit pinggang.
c. Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat pada saat sebelum inpartus di dapatkan cairan yang keluar
pervaginan secara spontan kemudian tidak di ikuti tanda-tanda persalinan.
2. Riwayat kesehatan dahulu
Didapatkan data klien pernah riwayat SC sebelumnya, panggul sempit, serta
letak bayi sungsang. Meliputi penyakit yang lain dapat juga mempengaruhi
penyakit sekarang.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah penyakit turunan dalam keluarga seperti jantung, HT, TBC, DM,
penyakit kelamin, abortus yang mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada
klien.
d. Pemeriksaan fisik
1. Kepala
a. Rambut
Bagaimana bentuk kepala, warna rambut, kebersihan rambut, dan apakah
ada benjolan.
b. Mata
Terkadang adanya pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva, dan
kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses
persalinan yang mengalami perdarahan, sclera kuning.
c. Telinga
Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana kebersihannya,
adakah cairan yang keluar dari telinga.
d. Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadangkadang
ditemukan pernapasan cuping hidung.
e. Mulut dan gigi Mulut bersih / kotor, mukosa bibir kering / lembab.
2. Leher
Saat dipalpasi ditemukan ada / tidak pembesaran kelenjar tiroid, karna adanya
proses penerangan yang salah.
3. Thorak
a. Payudara Simetris kiri dan kanan, tidak ada kelainan pada payudara,
areola hitam kecoklatan, putting susu menonjol, air susu lancer dan
banyak keluar.
b. Paru-paru
I : Simetris / tidak kiri dan kanan, ada / tidak terlihat pembengkakan.
P : Ada / tidak nyeri tekan, ada / tidak teraba massa
P : Redup / sonor
A : Suara nafas Vesikuler / ronkhi / wheezing
c. Jantung
I : Ictus cordis teraba / tidak
P : Ictus cordis teraba / tidak
P : Redup / tympani
A : Bunyi jantung lup dup
4. Abdomen
I : Terdapat luka jahitan post op ditutupi verban, adanya strie gravidarum
P : Nyeri tekan pada luka,konsistensi uterus lembek / keras
P : Redup A : Bising usus
5. Genetalia
Pengeluaran darah bercampur lender, pengeluaran air ketuban, bila terdapat
pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan
menandakan adanya kelainan letak anak.
6. Eksremitas
Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan karena membesarkan
uterus, karena pre eklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal.
7. Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada post partum tekana darah turun, nadi cepat,
pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada ibu dengan post partum sectio caesarea yang ditemukan dari
data-data hasil pengkajian adalah:
1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik dibuktikan dengan tampak meringis.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas kulit.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas dibuktikan dengan merasa lemah.
4. Deficit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik dibuktikan dengan tidak
mampu mandi/berpakaian secara mandiri.
5. Gangguan mobilitan fisik berhubungan dengan efek agen farmakologis (anestesi)
dibuktikan dengan fisik lemah.
6. Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan prosedur pembedahan
dibuktikan dengan perdarahan.

C. Intervensi Keperawatan/Rencana Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan


(SDKI) (SLKI) (SIKI)
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dikakukan tindakan Observasi :
dengan agen cedera fisik keperawatan 1x24 jam  Identifikasi lokasi,
dibuktikan dengan tampak diharapkan Tingkat nyeri karakteristik,
meringis menurun. frekuensi, intensitas
nyeri
Kriteria Hasil:  Identifikasi skala
 Keluhan nyeri menurun nyeri
(5)  Identifikasi factor
 Tampak meringis penyebab nyeri
menurun (5)  Monitor efek samping
 Sikap protektif penggunaan analgetik.
menurun (5) Terapeutik :
 Berikan teknik
nonfarmakologis
(tarik nafas dalam,
kompre hangat atau
dingin)
 Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (suhu,
pencahayaan,
kebisingan)
 Fasilitas istirahat dan
tidur
Edukasi :
 Jelaskan penyebab
dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi
pereda nyeri
 Anjurkan monitor
nyeri secara mandiri
 Anjurkan teknik
nonfarkamkologis
untuk mengurangi
nyeri
Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian
analgetik (jika perlu)
2. Resiko infeksi berhubungan Setelah melakukan tindakan Observasi :
dengan kerusakan integritas keperawatan 1x 8 jam  Monitor tanda dan
kulit. diharapkan Tingkat infeksi gejala infeksi local
menurun. dan sistemik
Kriteria Hasil : Terapeutik :
 Kebersihan tangan  Batasi jumlah
meningkat (5) pengunjung
 Kebersihan badan  Berikan perawatan
meningkat (5) kulit pada area edema
 Nyeri menurun (5)  Cuci tangan sebelum
dan sesudah kontak
dengan pasien dan
lingkungan pasien
 Pertahankan teknikn
aseptic pada pasein
beresiko tinggi
Edukasi :
 Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
 Ajarkan cuci tangan
dengan benar
 Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
 Anjurkan
meningkatkan asupan
cairan
Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian
antibiotok ataupun
imusisasi (jika perlu)
3. Intoleransi aktivitas Setelah melakukan tindakan Observasi :
berhubungan dengan imobilitas keperawaran 1x24 jam  Identifikasi
dibuktikan dengan klien diharapkan Toleransi aktivitas keterbatasan fungsi
merasa lemah. meningkat. dan gerak sendi
Kriteria Hasil :  Monitor lokasi dan
 Kemudahan dalam sifat ketidaknyamanan
melakukan aktivitas atau rasa sakit selama
sehari-hari meningkat bergerak atau
(5) beraktivitas
 Kecepatan berjalan Terapeutik :
meningkat (5)  Lakukan pengendalian
 Jarak berjalan nyeri sebelum
meningkat (5) memulai latihan
 Perasaan lemah  Berikan posisi tubuh
menurun (5) optimal untuk gerakan
sendimpasif atau aktif
 Fasilitasi menyusun
jadwal latihan rentang
gerak aktif atau pasif
 Berikan penguatan
positif untuk
melakukan latihan
bersama
Edukasi :
 Jelaskan kepada
pasien atau keluarga
tujuan dan rencanakan
latihan bersama
 Anjurkan pasien
duduk ditempat tidur,
disisi tempat tidur
(menjuntai) atau di
kursi
 Anjurkan melakukan
latihan rentang gerak
pasif dan aktif secara
sistematis
4. Deficit perawatan diri Setelah dikakukan tindakan Observasi :
berhubungan dengan keperawatan 1x24 jam  Monitor tingkat
kelemahan fisik dibuktikan diharapkan Perawatan diri kemandirian
dengan tidak mampu meningkat.  Identifikasi kebutuhan
mandi/berpakaian secara Kriteria Hasil : alat bantu dlam
mandiri.  Kemampuan mandi melakukan kebersihan
meningkat (5) diri, berpakaian,
 Kemampuan berhias, dan makan.
mengenakan pakaian  Monitor integritas
secara mandiri kulit pasien.
meningkat (5) Terapeutik :
 Mempertahankan  Dampingi dalam
kebersihan diri melakukan perawatan
meningkat (5) diri
 Fasilitasi kemandirian
klien
 Jadwalkan rutinitas
perawatan diri
Edukasi :
 Anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai
kemampuan
 Anjurkan ke toilet
secara mandiri
5. Gangguan mobilitan fisik Setelah dikakukan tindakan Observasi :
berhubungan dengan efek agen keperawatan 1x24 jam  Identifikasi adanya
farmakologis (anestesi) diharapkan Mobilitas fisik nyeri atau keluhan
dibuktikan dengan fisik lemah. meningkat. fisik lainnya
Kriterian Hasil :  Identifikasi toleransi
 Nyeri menurun (5) fisik melakukan
 Kelemahan fisik pergerakan
menurun (5) Terapeutik :
 Kekuatan otot  Fasilitas aktivitas
meningkat (5) mobilisasi dengan alat
 Gerakan terbatas bantu
menurun (5)  Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
pergerakan
Edukasi :
 Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
 Anjurkan mobilisasi
dini
 Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis. duduk
di tempat tidur,
pindah dari tempat
tidur ke kursi)
6. Resiko ketidakseimbangan Setelah dikakukan tindakan Observasi :
cairan berhubungan dengan keperawatan 1x24 jam  Monitor frekuensi dan
prosedur pembedahan diharapkan Keseimbangan kekuatan nadi
dibuktikan dengan perdarahan. cairan meningkat.  Monitor tekana darah
Kriteria Hasil :  Monitor jumlah dan
 Asupan cairan warna urin
meningkat (5)  Monitor inteka dan
 Kelembaban membrane output cairan
mukosa meningkat (5) Terapeutik :
 Membrane mukosa  Atur waktu
membaik (5) pemantauan sesuai
 Turgor kulit membaik dengan kondisi klien
(5)  Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi :
 Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
 Informasikan hasil
pemantauan

D. Implementasi Keperawatan
Setelah rencana keperawatan disusun langkah selanjutnya adalah dalam menetapkan
tindakan keperawatan. Tindakan ini dapat dilakukan secara mandiri atau kerjasama dengan
tim kesehatan lainnya (Hidayat, 2004).
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah untuk penilaian yang dilakukan untuk mengetahui keberhasilan tujuan.
Jika kriteria yang ditetapkan belum tercapai maka tugas perawat selanjutnya adalah
melakukan pengkajian kembali (Hidayat, 2004).

Anda mungkin juga menyukai