Anda di halaman 1dari 18

ASPEK TEKNIK DAN MANAJEMEN SERTA

PENGGUNAAN PUPUK

I WAYAN TIRTA HANDIKA YASA 1806541088

NI MADE SAVITA RASJMAN 1806541092

NI MADE TRISNA ANGGARANI 1806541090

FEBIYOLA MELANNIA BOIMAU 1806541098


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................................
BAB I...............................................................................................................................
PENDAHULUAN.......................................................................................................
1.1 Latar Belakang...................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................
1.3 Tujuan ................................................................................................................
BAB II.............................................................................................................................
PEMBAHASAN..........................................................................................................
2.1 Sistem Pengolahan Tanah..................................................................................
2.2 Ekosistem Untuk Menjaga Kesuburan Tanah....................................................
2.3 Ekosistem Untuk Mengendalikan Hama Dan Penyakit.....................................
2.4 Variasi Jenis Tanaman Di Musim Hujan dan Kemarau.....................................
2.5 Pembibitan Tanaman..........................................................................................
2.6 Pengaturan Pascapanen......................................................................................
2.7 Penggunaan Pupuk.............................................................................................
BAB III............................................................................................................................
PENUTUP....................................................................................................................
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sistem pengolahan tanah?
2. Bagaimana ekosistem untuk menjaga kesuburan tanah?
3. Apa saja ekosistem untuk mengendalikan hama dan penyakit?
4. Bagaimana variasi jenis tanaman di musim hujan dan kemarau?
5. Bagaimana cara pembibitan tanaman?
6. Bagaimana pengaturan pascapanen?
7. Apa saja penggunaan pupuk?
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui sistem pengolahan tanah?
2. Mengetahui ekosistem untuk menjaga kesuburan tanah?
3. Mengetahui ekosistem untuk mengendalikan hama dan penyakit?
4. Mengetahui variasi jenis tanaman di musim hujan dan kemarau?
5. Mengetahui cara pembibitan tanaman?
6. Mengetahui pengaturan pascapanen?
7. Mengetahui penggunaan pupuk?
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 SISTEM PENGOLAHAN TANAH

Di daerah tropis seperti di Indonesia memang sistem pengolahan tanah tidak bisa
tanpa bantuan manusia, terutama akibat pertumbuhan gulma yan cenderung lebh kuat
dibandingkan dengan tanaman budidaya yang justru hanya bisa hidup dengan baik kalau
dirawat.

Pengolahan tanah adalah salah satu kegiatan persiapan (land preparation) yang
bertujuan untuk menciptakan kondisi lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman.
Pengolahan tanah dapat memperbaiki daerah pergerakan tanaman, kelembaban dan erasi
tanah, mempercepat infiltrasi, serta mengendalikan tumbuhan pengganggu (Suripin, 2004
dalam Khory, 2014).

Olah tanah konservasi (conservation tillage) menjadi alternatif persiapan lahan yang
dilaporkan dapat mempertahankan produktivitas tanah tetap tinggi (Brown et al, 1991;
Wagger and Denton, 1991). Olah tanah konservasi (OTK) adalah cara persiapan lahan yang
menyisakan sisa tanaman di atas permukaan tanah sebagai mulsa dengan tujuan untuk
mengurangi erosi dan penguapan air dari permukaan tanah.

Secara garis besar ada dua metode pengolahan tanah secara konservasi, yaitu metode
no tillage, tanahnya tanpa diolah sama sekali dan metode minimum tillage, tanahnya diolah
sekadarnya.

1) Metode no tillage (zero tillage)


Cara penanaman yang tidak memerlukan penyiapan lahan. Mula-mula vegetasi yang
menutupi lahan dibabat atau disemprot herbisida dan dibiarkan membusuk sebagai
mulsa. Empat minggu setelah itu, tanaman langsung ditanam. Tanah hanya dibuka
sedikit, sekadar untuk memasukan benih. Di indonesia umumnya masih menggunakan
tongkat kayu yang diruncing dibagian bawahnya (tugal) untuk membukan lubang
kecil dan meletakan biji. Metode ini biasanya dicirikan oleh sangat sedikitnya
gangguan terhadap permukaan tanah, kecuali lubang kecil untuk meletakan benih dan
adanya penggunaan sisa tanaman sebagai mulsa yang menutupi sebagian besar (60%-
80%) permukaan lahan.
2) Metode minimum tillage (reduced tillage)
Cara pengolahan tanah yang dilakukan dengan mengurangi frekuensi pengolahan.
Pengolahan tanah dilakukan sekalu dalam setahun atau sekali dalam dua tahun
tergantung pada tingkat kepadatan tanahnya dan sisa tanaman disebarkan seluruhnya
di atas permukaan tanah sebagai mulsa setelah pengolahan tanah. Pada tanah yang
cepat memadat seperti pada tanah yang bertekstur berat, pengolahan tanah dapat
dilakukan sekali dalam setahun, sedangkan pada tanah yang bertekstur sedang,
pengolahan tanah dapat dilakukan sekali dalam setahun.
Sistem budidaya tanaman dengan pengolahan tanah secara konservasi ini, selain
mencegah erosi juga memiliki beberapa kelebihan lainnya dalam penyiapan lahan adalah
sebagai berikut :

Menghemat tenaga dan waktu


Meningkatkan kandungan bahan organik tanah
Meningkatkan ketersediaan air di dalam tanah
Memperbaiki kegemburan tanah dan meningkatkan porositas tanah
Memperbaiki kualitas air
Meningkatkan kandungan fauna tanah
Mengurangi penggunaan alsintan seperti traktor
Menghemat penggunaan bahan bakar
Memperbaiki kualitas udara
Selain itu, cara untuk mempercepat tingkat kesuburan tanah, pada awal penggunaan
system pengolahan tanah konservasi dapat dilakukan dengan menambahkan pupuk kandang
atau kompos agar memperkaya bahan organic dan strukturnya dijaga agar tetap porous
(remah). Kondisi ini selain memungkinkan akan mendapat lebih banyak air juga lebih banyak
nutrisi. Penelitian-penelitian yang telah diperoleh melalui metode pengolahan tanah
konservasi pada tanaman padi, jagung, kedelai, kacang tanah, ternyata tidak jauh berbeda
dengan hasil produksi pada metode pengolahan tanah sempurna.

2.2 EKOSISTEM UNTUK MENJAGA KESUBURAN TANAH


Lahan yang sekian lama digunakan bercocok tanam kesuburannya akan semakin
berkurang. Untuk itu agar tetap bisa berproduksi secara optimal perlu dilakukan
pengembalian kesuburan lahan.Penggantinya dapat menggunakan pupuk organis, pupuk
kandang atau kompos yang ditaburkan beberapa cm dari permukaan tanah sebelum memulai
tanaman baru.

Kemerosotan tingkat kesuburan tanah juga bisa dicegah dengan bermacam-


macamcara. Misalnya rotasi tanaman menggunakan tanaman kacang-kacangan (leguminosa)
yang akan menghasilkan bintil-bintil akar yang diterbangi bakteri pengikat nitrogen bebas
dari udara yang berfungsi menyuburkan kembali tanah tempat bercocok tanam. Tindakan lain
yang dapat ditempuh adalah sebagai berikut :

1. Mengendalikan erosi dengan meminimalkan pengolahan tanah pengolahan


tanah yang dilakukan terus-menerus dapat menimbulkan dampak negative
terhadap produktivitas lahan. Pengolahan tanah secara berlebihan dan terus-
menerus juga dapat memacu emisi gas CO2 secara signifikan. LIPTAN (1994)
juga menyatakan bahwa pengolahan tanah dapat mempercepat kerusakan
sumber daya tanah, contohnya meningkatkan laju erosi dan kepadatan tanah.
Hal tersebut karena permukaan tanah yang bersih dan gembur tidak mampu
menahan laju aliran permukaan yang mengalir deras, sehingga banyak partikel
tanah yang mengandung humus dan hara tergerus dan terbawa air ke hilir
(Utomo, 2012 dalam Khory, 2014).
2. Menanam tanaman budidaya secara rapat, sehingga tidak ada ruang bagi
gulma untuk berkembang. Penataan bentuk berupa model segitiga atau hindari
penanaman model baris atau berbentuk bujur sangkar. Efisiensi jarak tanam
sesuai lebar tajuk, agar sirkulasi udara di sekitar dedaunan menjadi lancar.
Untuk jenis tanaman merambat (tomat, kacang-kacangan dan labu-labuan),
dibutuhkan turus atau pagar untuk membuat tumbuh vertikal.
3. Menanam tanaman budidaya secara tumpang sari
Pertanaman tumpang sari (mixed cropping) yakni dua tanaman atau lebih
ditanam secara serentak pada bidang lahan yang sama pada waktu yang sama.
Berdasarkan pengalaman, system tumpang sari lebih cocok daripada system
monokultur, misalnya jika menanam kol, kacang, dan selada bersama-sama,
kacang membantu dalam mengisi kembali nitrogen di tanah. Ketika selada dan
kubis sepenuhnya tumbuh, petani memanen daun dari setiap tanaman yang
akan nantinya member lebih banyak ruang bagi tanaman lain untuk tumbuh.
Ini memiliki beberapa manfaat tambahan sendiri daripada pertanian
monokultur, di mana hanya satu jenis tanaman yang ditanam.
4. Menanam tanaman budidaya secara tumpang-gilir atau rotasi. Sistem bercocok
tanam rotasi adalah suatu pola atau urutan penanaman jenis tanaman yang
sama atau berbeda sejalan dengan periode “istirahat dan pemulihan kembali”
lahan yang digunakan tempat bercocok tanam. Cara bercocok tanam dengan
rotasi dapat saja berupa seluruh kegiatan dari bercocok tanam yang meliputi
urutan-urutan penanaman ganda, lading berpindah-pindah, tebang dan bakar,
penanaman campuran, dan sebagainya. Tetapi dari berbagai macam tindakan
itu pada prinsipnya rotasi tanaman memiliki tujuan umum untuk
mempertahankan atau meningkatkan tingkat kesuburan tanah dan karenanya
produksi dapat ditingkatkan.
5. Mengulur masa produktif
Untuk memperpanjang masa produksi tanaman tertentu yang di musim
penghujan tidak dapat berproduksi dengan baik, maka dapat diatasi dengan
menggunakan berbagai bentuk plastic bening untuk melindungi tanaman.
Pelindung plastic berbentuk kerucut, dapat memacu tahap awal pertumbuhan.
6. Keanekaragaman tanaman budidaya
Pola ini akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan iklim mikro. Makin
beraneka kondisi lingkungan menjadi stabil. Banyaknya pohon-pohon yang
jenisnya atau vegetasinya sangat beragamakan mendukung suksesnya system
pertanian organic. Pohon-pohon yang tinggi membuat lebihnya mandan proses
fotosintesis makin efektif. Pohon-pohon tersebut berfungsi sebagai penyejuk
atau pengendali iklim mikro, juga sebagai penahan erosi, tanah longsor serta
pelindung dari terpaan angin kencang dan sengatan matahari.
2.3 EKOSISTEM UNTUK MENGENDALIKAN HAMA DAN TANAMAN

Tanaman budidaya, terutama sayur-sayuran sangat peka terhadap serangan hama dan
penyakit. Tetapi dengan menciptakan ekosistem tertentu, serangan hama penyakit dapat
dikendalikan tanpa harus memakai obat-obatan kimia.
1) System Kombinasi Tanaman
Untuk mencegah hama dan enyakit tanaman dapat dikombinasikan dengan :
Jenis tanaman penghalau serangga seperti bawang daun, tomat, kenikir, dan
jenis lain yang biasanya mengeluarkan bau busuk. Kombinasi tanaman kol
dengan tomat, mampu mencegah serangan ulat penggerek kol (plutella),
karena kupu tidak berani memasukkan telurnya ke dalam kol, akibat indra
mata kupu terhalang oleh tanaman tomat dan penciumannya terhalang oleh
bau tidak enak yang dikeluarkan oleh tanaman tomat. Jadi, tamanan tomat
selain sebagai kamuflase, juga sebagai penolak hama penggerek kol.
Jenis tamana terong jepang (nasuhi) ternyata dilengkapi dengan perangkap
berupa parasit bagi kutu putih (whitefly) atau bermisia sp, sehingga dengan
menanam terong jepang di sekitar areal kebun sayuran dan capai dapat
menangkap hama tersebut.
Menggunakan pagar keliling dari tanaman yang tidak disukai oleh serangga,
seperti beluntas, lantana dan kembang sepatu.
Cincangan batang tembakau dan batang pisang busuk yang menyengat, juga
tidak disukai serangga.
2) Penggunaan Predator
Untuk mencegah hama tanaman yang lebih permanen, dimanfaatkan jasa baik
serangga parasit atau binatang pemangsa hama yang disebut predator.
Hama ulat daun dan belalang dapat diberantas dengan membiarkan burung
penangkap ulat beranak pinak, bahkan bila memungkinkan dibuat kotak
sarang (gelatik batu, poksai, jalak, dan lain sebagainya). Dapat juga dengan
memelihara binatang ternak unggas (bebek, ayam, ayam mutiara) dan
memelihara ikan (sawah)
Serangga penyengat apanteles plutellae dan didegma cerophaga, mencari ulat
kubis untuk makanan larva dari telurnya yang menetas di dalam ulat tersebut
Hama tikus, dapat diberantas dengan memelihara burung hantu yang
dibuatkan kotak sarang secara tersebar, juga membiarkan berkembang biak
elang dan ular sawah.
Berbagai jenis laba-laba sangat efektif untuk membasmi hama tanaman,
karena selain memangsa serangga dan kupu-kupu juga mampu menangkap
dengan jaring perekatnya.

2.4 VARIASI JENIS TANAMAN DI MUSIN HUJAN DAN KEMARAU

Tiap jenis tanaman dapat dikombinasikan menjadi 17 variasi, setelah


memperhitungkan unsur-unsur yang dibutuhkan dari setiap janis tanaman agar bisa tumbuh
optimal, maka persyaratan yang jadi pertimbangan dalam mengembangkan variasi tanaman
antara lain dapat hidup berdampingan dan saling menguntungkan serta daya produksinya
tetap tinggi, kebutuhan sinar matahari cukup bagi tiap tanaman untu berfotosintesis, tidak
adanya persaingan dalam mendapatkan unsur hara, pengaruh kelembaban lingkungan selaras
dengan lancarnya sirkulasi udara, sehubungan dengan kemungkinan timbulnya ancaman
penyakit.

Kombinasi variasi tanaman tersebut masih harus dikaitkan dengan musim. Kombinasi
di musim kemarau, jelas harus dibedakan dengan kombinasi di musim penghujan. Terutama
dalam pemilihan jenis tanaman, jarak tanam dan perencanaan masa panen atau produksinya.
Hal tersebut juga perlu diperhatikan waktu peralihan musim yang sering tidak tepat atau
berubah-ubah. Musim tanam bulan November-Desember, untuk rencana panen bulan
Februari-Maret, yang mungkn akan turun hujan paling lebat dan dengan angin bertiup cukup
kencang memerlukan perhatian benar. Pada musim penghujan, selada keriting, tomat, dan
kentang, sebaiknya tidak ditanam secara out door. Sedangkan cabai merah besar atau
keriting, masih bisa diusahakan secara terbatas, kecuali ditanam secara in door.

2.5 PEMBIBITAN TANAMAN

Untuk keberhasilan beberapa jenis tanaman dan penerapan pola tanam tumpang gilir,
maka pembibitan terpisahlah yang harus dilakukan. Memang ada tanaman yang bisa langsung
ditanam, tetapi untuk mendapatkan tanaman yang pertumbuhannya baik, sebaiknya
disemaikan terlebih dahulu. Ada juga beberapa tanaman, terutama tanaman buah-buahan
perlu dipindahkan terlebih dahulu dari kantung plastic ke polibag sampai cukup kuat untuk
dipindahkan ke lapangan. Hal ini bukan hanya memudahkan dalam melakukan seleksi, tetapi
juga memudahkan pemeliharaan.

Teknik pembibitan yang baik adalah sebagai berikut :

benih dipilih yang mengkilap, berisi, dan tidak cacat atau berjamur
menyiapkan peralatan yang diperlukan untuk pembibitan, yaitu :
 kotak semai
 wadah sapih (kantong plastic ukuran 10-24 cm atau kantong daun pisang
ukuran 10-15 cm)
 polibag ukuran besar untuk tanaman buah-buahan
 alat-alat pertanian sederhana (skop, penyemprot hama, gembor, dll)
 media semai berupa campuran tanah dan pupuk kandang atau kompos, pasir
dan pupuk kandang, pupuk kandang dan tanah dengan perbandingan 1:1:1
tuangkan media semai yang telah diadukan rata ke dalam kotak semai dan ratakan
dengan ketebalan sekitar 7 cm, seminggu sebelum benih ditaburkan
rendamlah benih ke dalam air atau larutan perangsang tumbuh selama 10 menit,
setelah itu taburkan ke dalam media dan ditutup dengan media semai tipis di atasnya.
Sirami setiap hari hingga tumbuh kecambah (3-7 hari) san siap dipindahkan ke wadah
sapih (1-2 minggu)
pindahkan bibit ke persemaian secara hati-hati ke dalam wadah sapih. Pemindahan
dilakukan pada sore hari. Bibit dimasukan sampai setinggi 5 cm dari bibir wadah
sapih dan dipadatkan dengan tangan. Tambahkan sisa media hingga memenuhi wadah
sapih. Lakukan penyiraman bibit 2-3 kali sehari.
Pindahkan bibit di wadah sapih setelah tanaman cukup kuat (umur 2-3 minggu) ke
lapangan atau ke polibag. Tanggalkan wadah sapih dengan hati-hati jangan sampai
merusak akar. Tanam di lapangan atau polibag beserta tanah lamanya, tambahkan
media tanam sampai 1 cm di bawah bibit tanah lalu padatkan

2.6 PENGATURAN PASCA PANEN

Kerugian terbesar yang sering diderita para petani adalah saat panen raya. Harga
produksi pertaniannya selalu anjlok, belum lagi akibat ulah para spekulan yang memborong
semua produk dan mendapat ijin impor jenis produk pertanian yang serupa dari luar.
Contohnya , petani cabai sedih melihat tumpukan hasil panennya yang disebabkan turunnya
harga cabe ketika panen tiba. Padahal harga pupuk dan kebutuhan lainnya seperti biaya olah
tanah, beli bibit , perawatan, obat-obatan, ataupun upah tenaga kerja semakin meningkat.
Oleh karena itu, cara yang tepat mengatasi hal tersebut adalah dengan melakukan
keanekaragaman tanaman budidaya (tumpang sari), menanam tanaman secara tumpang gilir ,
dan meningkatkan produktifitas sertas kualitas.
Membatasi jumlah produksi atau penetapan kuota untuk mencegah anjloknya harga
produk pertanian akibat panen yang bersamaan. Hal ini dapat dilakukan dengan menetapkan
kuota bersam dengan para petani lainya, sehingga dapat mencegah kemungkinan produksi
yang berlebihan. Pembatasan jumlah produksi dapat dilakukan melalui koperasi ataupun
sistem yang mampu mengatur para petani, contohnya subak di bali.
Mendapat info pasar yang akurat. Ketidaktahuan para petani terhadap kebutuhan
konsumen ataupun kebutuhan pasar membuat para petani senantiasa menanam jenis komoditi
secara monokultur. Padalah tidak sedikit jenis produk pertanian yang dibutuhkan oleh
konsumen ataupun pasar. Untuk memudahkan petani mengetahui kebutuhan pasar dapat
dilakukan dengan memanfaatkan kelompok petani atau koperasi untuk kontrak mensuplai
komoditi tertentu dengan mitra usaha yang akan sama-sama diuntungkan. Dengan kerjasama
seperti ini mitra usaha akan mampu mempasok komoditi secara continue dan begitupula para
petani akan mampu mengatur masa tanam secara bergantian.
Sistem Resi Gudang. Untuk mencegah anjloknya harga komoditi pertanian
pemerintah juga telah menetapkan Undang-Undang No. 9 Tahun 2006 tentang Sistem Resi
Gudang. Menurut Sadaristuwati, resi gudang memiliki posisi yang penting dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan pelaku usaha di sektor pertanian, karena resi gudang merupakan
salah satu bentuk sistem tunda jual yang menjadi alternatif dalam meningkatkan nilai tukar
petani. Selain itu di era modern ini, dimana perdagangan yang bebas sudah dilakukan hampir
di seluruh wilayah Indonesia maka resi gudang sangat diperlukan untuk membentuk petani
menjadi seorang entrepreneur dan mandiri. Sistem Resi Gudang dapat mengatasi penurunan
harga pada perdagangan komoditas pertanian sehingga petani bisa mendapatkan peningkatan
harga jual komoditas.

2.7 PERNGGUNAAN PUPUK

Selama ini petani di Indonesia sudah mengalami kertergantungan terhadap


penggunaan pupuk kimia. Padahal pupuk kimia jelas-jelas merusak lingkungan tanah. Tanah
Indonesia yang dulunya subur, perlaha-lahan tandus akibat hilangnya unsur-unsur hara. Hal
ini terjadi dikarenakan pupuk kimia meninggalkan sisa-sisa bahan kimia sintetik yang
membuat tanah menjadi lengket dan keras, sehingga tanah kehilangan unsur organik dan
organisme pengembur tanah tidak dapat hidup di lingkungan tersebut. Dampaknya, tanah
menjadi gersang, tandus, dan lingkungan disekitarnya juga ikut tercemar. Demikian juga
penggunaan penggunaan obat-obatan hama penyakit yang terbuat dari bahan kimia.
Penggunaan bahan alami dari alam, contohnya pupuk organik merupakan solusi yang tepat
untuk masalah ini. Karena pupuk organik mampu mengembalikan kesuburan tanah secara
perlahan.
1) Pupuk Organik
Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas
bahan
organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melaluiproses rekayasa,
dapat berbentuk padat atau cair yang digunakanmensuplai bahan organik untuk
memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologitanah.
Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang, sisa
panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa), limbah
industri yang menggunakan bahan pertanian, dan limbah kota. Kompos merupakan
produk pembusukan dari limbah tanaman dan hewan hasil perombakan oleh fungi,
aktinomiset, dan cacing tanah. Pupuk hijau merupakan keseluruhan tanaman hijau
maupun hanya bagian dari tanaman seperti sisa batang dan tunggul akar setelah
bagian atas tanaman yang hijau digunakan sebagai pakan ternak. Sebagai contoh
pupuk hijau ini adalah sisa–sisa tanaman, kacang-kacangan, dan tanaman paku air
Azolla. Pupuk kandang merupakan kotoran ternak. Limbah industri yang
menggunakan bahan pertanian merupakan limbah berasal dari limbah pabrik gula,
limbah pengolahan kelapa sawit, penggilingan padi, limbah bumbu masak, dan
sebagainya
1. Pupuk kandang (pukan)
Pupuk kandang didefinisikan sebagai semua produk buangan dari binatang
peliharaan yang dapat digunakan untuk menambah hara, memperbaiki sifat fisik, dan
biologi tanah. Apabila dalam memelihara ternak tersebut diberi alas seperti sekam
pada ayam, jerami pada sapi, kerbau dan kuda, maka alas tersebut akan dicampur
menjadi satu kesatuan dan disebut sebagai pukan pula.
2. Kompos
Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-
bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam
mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembap, dan aerobik atau anaerobik
(Modifikasi dari J.H. Crawford, 2003).
Manfaat pupuk kompos :
a. Meningkatkan kesuburan tanah
b. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
c. Meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah
d. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
e. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen)
f. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
g. Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman
h. Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah
Cara pembuatanPupuk Kompos Dari Kotoran Sapi

Bahan yang di perlukan untuk membuat kompos dari kotoran sapi antara lain adalah:

a. Kotoran sapi minimal 80% dan akan lebih baik jika bercampur dengan
urin.
b. Serbuk gergaji, sekam/jerami.
c. Abu sekam/ Abu dapur 10% (jika ada).
d. Kapur pertanian2% (jika ada).
e. Bahan pemacu mikroorganisme (EM4) 0,25%.

EM4 merupakan salah satu merek dagang dari bahan pemacu


mikroorganisme yang merupakan stimulan untuk pertumbuhan mikroba.
EM4 bisa didapatkan ditoko-toko pertanian terdekat.

Setelah semua bahan terssedia, segera lakukan proses pengomposan.Caranya adalah


sebagai berikut :

a. Campur semua bahan yang diperlukan untuk pembuatan kompos, yaitu


kotoran sapi,serbuk gergaji, abu dan kapur secara merata. Lalu
tumpukkan ditempat yang ternaungi dari sinar matahari dan hujan secara
langsung. Akan lebih baik kalau ditumpuk ditempat pembuatan kompos
yang khusus. Biarkan kompos selama 1 hari.
b. Aduk tumpukan kompos lalu disirami dengan EM4 yang telah dicampur
dengan air, aduk hingga merata dan tumpuk lagi dengan ketinggian 80
cm.
c. Tumpukan dibiar terbuka selama 7 hari. Tetapi harus tetap dijaga agar
terhindar dari panas dan hujan. Pada hari ke 7, tumpukkan harus dibalik
agar suplay oksigen dapat masuk kedalam bahan secara merata. Oksigen
diperlukan untuk aktivitas mikroba. Selanjutnya pembalikan bahan
dilakukan 3 hari sekali.
d. Aktivitas mikroba dapat ditandai dengan adanya peningkatan suhu.
Biasanya, peningkatan suhu akan terjadi menjelang hari ke 8 hingga hari
ke 21 hari ke 28 suhu akan menurun kembali. Kenaikan suhu yang terjadi
dapat mencapai 300oC. Suhu yang tinggi ini akan membuat kompos
menjadi steril dari bibit gulma dan bakteri patogen.
e. Campuran kotoran sapi tersebut telah menjadi kompos jika suhu sudah
netral dan warnanya menjadi hitam kecoklatan.

3. Pupuk hijau
Sumber pupuk hijau dapat berupa sisa-sisa tanaman (sisa panen)atau tanaman
yang ditanam secara khusus sebagai penghasil pupuk hijauatau yang berasal dari
tanaman liar (misalnya dari areal di pinggir lahan,jalan atau saluran irigasi).
Jenis tanaman/tumbuhan yang dijadikan sumber pupuk hijau diutamakan dari
jenis legum, karena tanaman ini mempunyai kandungan hara (utamanya nitrogen)
yang relatif tinggi dibanding jenis tanaman lainnya. Namun demikian,
sesungguhnya dari jenis nonlegum pun misalnya sisa tanaman jagung, ubi-ubian,
jerami padi, dan lain-lain, dapat juga dimanfaatkan sebagai sumber pupuk hijau,
karena meskipun kandungan nitrogennya relatif rendah, namun beberapa unsur
lainnya seperti kalium relatif tinggi. Alasan lain dipilihnya jenis legum sebagai
pupuk hijau adalah karena tanaman atau sisa tanaman dari jenis legum relatif lebih
mudah terdekomposisi, sehingga penyediaan haranya menjadi lebih cepat

4. Bokasi ( Pupuk Organisme)


a. Membuat pupuk bokashi skala pertanian (1 ton)
Pupuk bokashi bisa dibuat dari hijauan sisa panen dan limbah
peternakan. Waktu yang diperlukan untuk membuat bokashi skala
besar dan skala kecil sama saja, yang membedakannya adalah volume
bahan bakunya. Berikut tahapan membuat bokashi untuk penggunaan
pertanian:
1. Siapkan bahan-bahan berikut: 200 kg jerami atau sisa hijauan, 600
kg kotoran ternak yang telah kering, 50 kg serbuk gergaji/dedak, 50
kg arang sekam, 100 kg humus (top soil, berasal dari tanah hutan
lebih baik), 1 liter larutan dekomposer (EM4) dan 1 kg gula pasir.
2. Pilih tempat fermentasi yang terlindung dari air hujan dan sengatan
matahari langsung. Buat lubang berbentuk persegi panjang di atas
tanah tersebut dengan lebar 1 meter, panjang 2 meter dan dalam
30-50 cm, atau sesuaikan ukuran lubang dengan banyaknya bahan
baku.
3. Cacah jerami atau hijauan kecil-kecil, campuran bahan-bahan
organik yang telah disiapkan, aduk hingga merata dengan cangkul
atau sekop. Bila perlu (misalnya tanah Anda asam), tambahkan abu
(Mg) dan kapur pertanian (Ca) untuk memperkaya kandungan hara
pupuk bokashi yang dihasilkan.
4. Encerkan larutan EM4, ambil 1 liter larutan campurkan dengan 200
liter air bersih dan 1 kg gula pasir. Kemudian siramkan pada
campuran bahan baku sambil diaduk. Atur kelembaban hingga
mencapai 30-40%. Untuk memperkirakan tingkat kelembaban,
kepalkan campuran hingga bisa menggumpal tapi tidak sampai
mengeluarkan air. Apabila kelembabannya kurang, tambahkan air
secukupnya.
5. Tutup rapat lubang fermentasi dengan plastik atau terpal, diamkan
hingga 7-14 hari. Perlu diingat, kontrol suhu fermentasi hingga
maksimal 45oC. Apabila melebihi suhu tersebut, aduk dengan
cangkul agar suhunya turun.
6. Setelah 14 hari, biasanya pupuk bokashi sudah terbentuk dan bisa
diaplikasikan langsung.

2) Penggunaan Predator

Untuk menjamin keseimbangan alam, maka tiap hama tanaman memiliki pemangsa
masing-masing (predator). Beberapa jenis parasit dan hama tanaman yang dapat diberantas
dengan menggunakan jasa predator diantaranya adalah :

a) Ulat daun, kupu-kupu, serangga dan belalang dapat di berantas dengan cara
membiarkan burung pemakan ulat, kupu-kupu, serangga dan belalang beranak pinak
dilingkungan kebun atau areal pertanian .
b) Keong dapat diberantas dengan memelihara bebek atau itik dan memelihara ikan
(terutama memangsa telor dan anak-anak keong yang baru menetas).
c) Tikus dapat diberantas dengan membiarkan ular sawah atau memelihara anjing yang
dilatih sebagai pemangsa tikus
d) Kepik penghisap buah diberantas dengan menggunakan semut hitam. Sarang semut
yang dibuat dari daun kakao kering atau daun kelapa yang diletakan diatas jorket dan
diolesi gula.
e) Wereng diberantas dengan menggunakan musush alami wereng. Misalnya laba-laba
predator Lycosa Pseudoannulata sangat efektif untuk membasmi wereng dan
serangga lainnya karena mampu menangkapnya dengan jaring perekat.
f) Walang sangit diberantas dengan melepaskan predator alami berupa laba-laba.
g) Pengorok daun atau hama putih diberantas dengan lalat Tabanidae dan semut
Solenopsis gemitata merupakan musuh alami hama putih.

3) Penggunaan Kombinasi Tanaman

Serangan hama penyakit tersebut sesungguhnya dapat dikendalikan tanpa harus


memakai obat-obatan kimia. Beberapa pola kombinasi tanaman yang diciptakan untuk
mecegah hama dan penyakit tanaman sayuran, anatara lain :
a) Menanam beberapa jenis tanaman penghalau serangga secara tersebar pada tanaman
lain, seperti bawang daun, tomat, kenikir, dan jenis lain yang biasanya mengeluarkan
bau bususk.
b) Menanam kombinasi tanaman kol atau kubis dengan tomat. Sehingga mamapu
mencegha serangan ulat penggerek (pilutella), karena kupu-kupu tidak berani
memasukkan telurnya ke dalam kol akibat indra mata kupu-kupu terhalang oleh
tanaman tomat dan penciumannya terhalang oleh bau tidak enak yang dikeluarkan
oleh tanaman tomat. Jadi tanaman tomat selain berfungsi sebagai komuflase juga
penolak hama ulat penggerek tanaman kol kubis
c) Jenis tanaman terong jepang (nasuhi) ternyata dilengkapai dengab perangkap berupa
parasit bagi kutu putih (whitefly atau bemisia sp) sehingga dengan menanam teronf
Jepang di sekitar areal kebun sayuran dan cabai akan terhindar dari serangan parasit
tanaman.
d) Penggunaan pagar keliling dari tanaman yang tidak disukai oleh serangga seperti
beluntas, lantana dan kembang sepatu.
e) Cincangan batang tembakau dan batang pisang bususk yang menyengat juga tidak
disukai serangga.
f) Menaman tanaman palawija dibiarkan selama 1-2 bulan untuk memutus siklus hidup
wereng.
g) Menaruh buah mengkudu di sekitar areal pertanian. karema buah mengkudu memiliki
yang sangat menyengat dan tidak disukai oleh tikus.

4) Pestisida Organik
a) Untuk hama sayuran
Siapakan bahan-bahan berupa cairan air cucian beras yang pertama sebanyak
100ml, 100 ml alkohol 30-35%, 100 ml gula tetes atau 0,5vons gula, 100 ml EM dan
100 ml cuka 40%, kunyit, temulawak dan bawang putih (dirajang halus). Proses
pembuatan :
 seluruh bahan dimasukan dalam satu wadah dan ditutup
 Setiap pagi dan sore dikocok, kemudian tutup dibuka (supaya oksigennya keluar)
setelah itu ditutup kembali (pengocokan berlangsung selama 15 dan diamkan
selama 6 hari)
 Siapkan lagi 1 liter air cucianberas yang diberi 30ccl air moalse, rajangan limbah
cengkeh, sereh, jahe, kunyit, temulawak dan bawang putih serta ditutup rapat-
rapat. Setiap pagi dan sore selama 21 hari dikocok (menjadi larutan kedua).
 Campur larutan pertama dan kedua dengan perbandingan yang seimbang dan
disemprotkan ketanaman
b) Untuk jamur plasmodiophora brassicae (penyebab penyakit akar kol dan kubis)
Siapakan kunyit, temulawak, kcl, kaso dan urea dengan prbandingan 2:1. Proses
pembuatan ekstrak:
 Ambil kunyit dan temulawak sebanyaj 15-20 gram yang sudah dicuci bersih lalau
diparut, kemudian dicampur 1 liter air bersih dan diaduk hingga rata kemudian
disaring.
 Cairan ekstrak tersebut siap dipakai setelah ditambahkan 2 gram KCL, 2 gram
KNO dan 1 grama urea
 Cara penggunaan: rendam benih kubis selama 30 menit ke dalam caiaran ekstrak
tersebut.
c) Untuk pembasmi ulat grayak dan keong mas (hama sayaruan dan padi)
Bahan-bahan berupa daun tanaman perdu yang disebut tephrosia vegolii (kacang
babi) dan sabun detergen. Cara membuat :
 Giling 10 gram daun tephrosia lalau masukkan gilingan daun tersebut dalam 1
liter air besih yang telah dicampur dengan 0,1% sabun detergen dan diamkan
larutan tersebut semalaman.
 Cara menggunakannya disemprotkan ketanaman apabila dimakan ulat atau
keong. Hindari penyemprotan dekat koalm ikan(ikan yang terkena akan
meloncat-meloncat mati, lantara insangnya tidak berfungsi atau kehabisan
oksigen)
d) Untuk hama crodolomia binotalis (ulat perusak daun kol,sawi dan petsai), belalang,
wereng coklat nilaparvata lugeus) dan trips parvispinus (hama kentang-kentangan).
Bahan-bahan berupa daun sirsak, biji sirsak, tembakau, daun jerinngan, bawang putih
dan sabun detergen.

Cara membuat pestisida organik untuk mengatasi serangan belalang dan ulat adalah:

 Tumbuk 50 helai daun sirsak dan segenggam tembakau


 Kemudian dimasukan kedalam 20 liter air yang di campur 20 gram detergen
 Setelah diendapkan semalam, saring ramuan tersebut dan siap disemprotkan
Cara membuat pestisida organik untuk mengatasi wereng coklat.

 Tumbuk segenggan daun sirsak, segenggam daun jeringan dan 20 siung bawang
putih.
 Kemudian camour dengan 20 gram detergen
 Setelah diendapkan semalam lalu disaring dan tiap 1 liternya dimasukkan ke
dalam 15 liter air bersih untuk kemudian disemprotkan.
e) Untuk mengatasi hama thrips
 Tumbuk daun sirsak 50-100 helai dan dimasukkan ke dalam 5 liter air
 Endapkan semalam lalu disaring dan setelah itu dapat disemprotkan dengan
dicampur 10 liter air terlebih dahulu
f) Untuk mengatsi serangan ulat perusak daun (crocidolomia binotalis)
 Tumbuk biji sirsak
 Setelah diampur dengan air, dapat disemprotkan sebagai insektisida nabati yang
aman bagi lingkungan, karena, mudah terurai di alam.
g) Untuk mengatasi cendawan yang menyerang batang tanaman (mengeluarkan lendir
busuk)
a. Bubur bordo
Bahan-bahan berupa terusi kira-kira 150 gram dan gamping kira-kira 150 gram.
Cara pembuatan :
 Tumbuk terusi sampai dan larutkan dengan diberi air secukupnya
 Kapur ( gamping yang diberi air sampai pecah atau hancur) ditumbuk
halus lalu diayak dan masukkan sedikit demi sedikit ke dalam cairan terusi
sambil diaduk hingga berwarna putih kehijauan.
 Encerkan larutan dalam 10 liter air jika akan digunakan dan ditest dengan
mencelupkan bunga sepatu berwarna merah (warnanya berubah hitam)
 Cara menggunakannya dengan mengoleskan pada luka batang, harus
dipakai abis (dibuat sesuai kebutuhan)
b. Bubur california
Bahan-bahan berupa 1 kg belerang dan 2kg gamping
Cara pembuatannya:
 Rebus serbuk belerang dengan air secukupnya hingga larut kemudian
disaring
 Tumbuk kapur sampai halus dan larutkan dengan air secukupnya setelah
diayak.
 Larutkan belerang dicampur dengan larutan kapur sedikit demi sedikit dan
diaduk sampai merata.
 Sebelum dipakai diencerkan dengan 5-10 liter air.
 Cara menggunakan sama dengan bubur burdo.
h) Untuk penyakit yang disebabkan bakteri
Bahan-bahan berupa daun sirih satu ikat, kunyit 2 ons, bawang putih 3 ons dan
ekstrak daun titonia 3 liter.
 Tumbuk bahan-bahan tersebut satu persatu atau secara bersamaan, rendam dalam
ekstrak daun titonia selama beberapa menit.
 Kemudian saring dengan kain halus. Pestisida pengusir bakteri siap digunakan.
 Cara penggunaanya dengan mengencerkan 500ml larutan dalam 10 liter air.
Frekuensi penggunaan 2 kali dalam seminggu.
i) Untuk serangga penghisap, kepik dan kutu-kutuan dari daun inggu
Siapkan daun inggu 1,5 kg, bunga tahi ayam 1,5 kg, gambir 0,5 ons, air kelapa
3 liter dan air bersih panas 500 ml.
Cara pembuatan :
 Daun ingu dan bunga tahi ayam ditumbuk hingga halus dan rendam dalam air
kelapa. Peras dan saring campuran tersebut.
 Lalu siapkan larutan gambir dengan air panas yang sudah disaring.
 Campurkan dua larutan tersebut, pestisida organik daun ingu siap digunakan.
 Cara penggunaan, 1 liter air pestisida organik diencerkan dengan 10 liter air
bersih. Aduk hingga rata dan masukkan dalam tangki penyemprot. Semprot
seluruh bagian tanaman, frekuensi penyemprotan seminggu dua kali.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Andrianto, TuhanaTaufiq. 2014. PengantarIlmuPertanian.Yogyakarta. Global PustakaUtama.

Rachman, Achmad., Al Dariah, dan Edi Husen. “Olah Tanah


Konservasi”,http://balittanah.litbang.pertanian.go.id/eng/dokumentasi/buku/lahankering/berle
reng8.pdf?secure=true, diaksespada 24 November 2018

Sugiarto. 2011. Macam-Macam Hama dan Penyakit Pada Tanaman Serta Cara
Pengendaliannya. <https://sugiartoagribisnis-wordpress-com/2011/01/20/macam-macam-
hama-dan-penyakit-pada-tanaman-serta-cara-pengendaliannnya/>

Kurniawan, Putro S. 2015. Cara Membuat Pestisida Organik. <https://alamtani-


com.cdn.ampproject.org/v/s/alamtani.com/pestisida-organik/>

Admin. 2017. Tujuan dan Manfaat Resi Gudang.


https://www.suduthukum.com/2017/04/tujuan-dan-manfaat-sistem-resi-gudang.html.
[diakses pada November 25, 2018]

Agung, jatmiko. 2017. Cara Membuat Pupuk Organik Padat Dari Kotoran Sapi.
https://flowerian.com/2410/cara-membuat-pupuk-organik-padat-dari-kotoran-sapi.html.
[diakses pada November 25, 2018]

Rachman, achmad. Dariah, ai. dan Santoso, djoko. 2006. PUPUK HIJAU.
http://balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/03pupuk%20hijau.pdf.
[diakses pada November25, 2018]

Kurniawan, s. 2018. Cara Membuat Pupuk Bokashi. https://alamtani.com/cara-membuat-


pupuk-bokashi/. [diakses pada November 25, 2018]

Anda mungkin juga menyukai