PENGGUNAAN PUPUK
DAFTAR ISI...................................................................................................................
BAB I...............................................................................................................................
PENDAHULUAN.......................................................................................................
1.1 Latar Belakang...................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................
1.3 Tujuan ................................................................................................................
BAB II.............................................................................................................................
PEMBAHASAN..........................................................................................................
2.1 Sistem Pengolahan Tanah..................................................................................
2.2 Ekosistem Untuk Menjaga Kesuburan Tanah....................................................
2.3 Ekosistem Untuk Mengendalikan Hama Dan Penyakit.....................................
2.4 Variasi Jenis Tanaman Di Musim Hujan dan Kemarau.....................................
2.5 Pembibitan Tanaman..........................................................................................
2.6 Pengaturan Pascapanen......................................................................................
2.7 Penggunaan Pupuk.............................................................................................
BAB III............................................................................................................................
PENUTUP....................................................................................................................
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sistem pengolahan tanah?
2. Bagaimana ekosistem untuk menjaga kesuburan tanah?
3. Apa saja ekosistem untuk mengendalikan hama dan penyakit?
4. Bagaimana variasi jenis tanaman di musim hujan dan kemarau?
5. Bagaimana cara pembibitan tanaman?
6. Bagaimana pengaturan pascapanen?
7. Apa saja penggunaan pupuk?
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui sistem pengolahan tanah?
2. Mengetahui ekosistem untuk menjaga kesuburan tanah?
3. Mengetahui ekosistem untuk mengendalikan hama dan penyakit?
4. Mengetahui variasi jenis tanaman di musim hujan dan kemarau?
5. Mengetahui cara pembibitan tanaman?
6. Mengetahui pengaturan pascapanen?
7. Mengetahui penggunaan pupuk?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 SISTEM PENGOLAHAN TANAH
Di daerah tropis seperti di Indonesia memang sistem pengolahan tanah tidak bisa
tanpa bantuan manusia, terutama akibat pertumbuhan gulma yan cenderung lebh kuat
dibandingkan dengan tanaman budidaya yang justru hanya bisa hidup dengan baik kalau
dirawat.
Pengolahan tanah adalah salah satu kegiatan persiapan (land preparation) yang
bertujuan untuk menciptakan kondisi lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman.
Pengolahan tanah dapat memperbaiki daerah pergerakan tanaman, kelembaban dan erasi
tanah, mempercepat infiltrasi, serta mengendalikan tumbuhan pengganggu (Suripin, 2004
dalam Khory, 2014).
Olah tanah konservasi (conservation tillage) menjadi alternatif persiapan lahan yang
dilaporkan dapat mempertahankan produktivitas tanah tetap tinggi (Brown et al, 1991;
Wagger and Denton, 1991). Olah tanah konservasi (OTK) adalah cara persiapan lahan yang
menyisakan sisa tanaman di atas permukaan tanah sebagai mulsa dengan tujuan untuk
mengurangi erosi dan penguapan air dari permukaan tanah.
Secara garis besar ada dua metode pengolahan tanah secara konservasi, yaitu metode
no tillage, tanahnya tanpa diolah sama sekali dan metode minimum tillage, tanahnya diolah
sekadarnya.
Tanaman budidaya, terutama sayur-sayuran sangat peka terhadap serangan hama dan
penyakit. Tetapi dengan menciptakan ekosistem tertentu, serangan hama penyakit dapat
dikendalikan tanpa harus memakai obat-obatan kimia.
1) System Kombinasi Tanaman
Untuk mencegah hama dan enyakit tanaman dapat dikombinasikan dengan :
Jenis tanaman penghalau serangga seperti bawang daun, tomat, kenikir, dan
jenis lain yang biasanya mengeluarkan bau busuk. Kombinasi tanaman kol
dengan tomat, mampu mencegah serangan ulat penggerek kol (plutella),
karena kupu tidak berani memasukkan telurnya ke dalam kol, akibat indra
mata kupu terhalang oleh tanaman tomat dan penciumannya terhalang oleh
bau tidak enak yang dikeluarkan oleh tanaman tomat. Jadi, tamanan tomat
selain sebagai kamuflase, juga sebagai penolak hama penggerek kol.
Jenis tamana terong jepang (nasuhi) ternyata dilengkapi dengan perangkap
berupa parasit bagi kutu putih (whitefly) atau bermisia sp, sehingga dengan
menanam terong jepang di sekitar areal kebun sayuran dan capai dapat
menangkap hama tersebut.
Menggunakan pagar keliling dari tanaman yang tidak disukai oleh serangga,
seperti beluntas, lantana dan kembang sepatu.
Cincangan batang tembakau dan batang pisang busuk yang menyengat, juga
tidak disukai serangga.
2) Penggunaan Predator
Untuk mencegah hama tanaman yang lebih permanen, dimanfaatkan jasa baik
serangga parasit atau binatang pemangsa hama yang disebut predator.
Hama ulat daun dan belalang dapat diberantas dengan membiarkan burung
penangkap ulat beranak pinak, bahkan bila memungkinkan dibuat kotak
sarang (gelatik batu, poksai, jalak, dan lain sebagainya). Dapat juga dengan
memelihara binatang ternak unggas (bebek, ayam, ayam mutiara) dan
memelihara ikan (sawah)
Serangga penyengat apanteles plutellae dan didegma cerophaga, mencari ulat
kubis untuk makanan larva dari telurnya yang menetas di dalam ulat tersebut
Hama tikus, dapat diberantas dengan memelihara burung hantu yang
dibuatkan kotak sarang secara tersebar, juga membiarkan berkembang biak
elang dan ular sawah.
Berbagai jenis laba-laba sangat efektif untuk membasmi hama tanaman,
karena selain memangsa serangga dan kupu-kupu juga mampu menangkap
dengan jaring perekatnya.
Kombinasi variasi tanaman tersebut masih harus dikaitkan dengan musim. Kombinasi
di musim kemarau, jelas harus dibedakan dengan kombinasi di musim penghujan. Terutama
dalam pemilihan jenis tanaman, jarak tanam dan perencanaan masa panen atau produksinya.
Hal tersebut juga perlu diperhatikan waktu peralihan musim yang sering tidak tepat atau
berubah-ubah. Musim tanam bulan November-Desember, untuk rencana panen bulan
Februari-Maret, yang mungkn akan turun hujan paling lebat dan dengan angin bertiup cukup
kencang memerlukan perhatian benar. Pada musim penghujan, selada keriting, tomat, dan
kentang, sebaiknya tidak ditanam secara out door. Sedangkan cabai merah besar atau
keriting, masih bisa diusahakan secara terbatas, kecuali ditanam secara in door.
Untuk keberhasilan beberapa jenis tanaman dan penerapan pola tanam tumpang gilir,
maka pembibitan terpisahlah yang harus dilakukan. Memang ada tanaman yang bisa langsung
ditanam, tetapi untuk mendapatkan tanaman yang pertumbuhannya baik, sebaiknya
disemaikan terlebih dahulu. Ada juga beberapa tanaman, terutama tanaman buah-buahan
perlu dipindahkan terlebih dahulu dari kantung plastic ke polibag sampai cukup kuat untuk
dipindahkan ke lapangan. Hal ini bukan hanya memudahkan dalam melakukan seleksi, tetapi
juga memudahkan pemeliharaan.
benih dipilih yang mengkilap, berisi, dan tidak cacat atau berjamur
menyiapkan peralatan yang diperlukan untuk pembibitan, yaitu :
kotak semai
wadah sapih (kantong plastic ukuran 10-24 cm atau kantong daun pisang
ukuran 10-15 cm)
polibag ukuran besar untuk tanaman buah-buahan
alat-alat pertanian sederhana (skop, penyemprot hama, gembor, dll)
media semai berupa campuran tanah dan pupuk kandang atau kompos, pasir
dan pupuk kandang, pupuk kandang dan tanah dengan perbandingan 1:1:1
tuangkan media semai yang telah diadukan rata ke dalam kotak semai dan ratakan
dengan ketebalan sekitar 7 cm, seminggu sebelum benih ditaburkan
rendamlah benih ke dalam air atau larutan perangsang tumbuh selama 10 menit,
setelah itu taburkan ke dalam media dan ditutup dengan media semai tipis di atasnya.
Sirami setiap hari hingga tumbuh kecambah (3-7 hari) san siap dipindahkan ke wadah
sapih (1-2 minggu)
pindahkan bibit ke persemaian secara hati-hati ke dalam wadah sapih. Pemindahan
dilakukan pada sore hari. Bibit dimasukan sampai setinggi 5 cm dari bibir wadah
sapih dan dipadatkan dengan tangan. Tambahkan sisa media hingga memenuhi wadah
sapih. Lakukan penyiraman bibit 2-3 kali sehari.
Pindahkan bibit di wadah sapih setelah tanaman cukup kuat (umur 2-3 minggu) ke
lapangan atau ke polibag. Tanggalkan wadah sapih dengan hati-hati jangan sampai
merusak akar. Tanam di lapangan atau polibag beserta tanah lamanya, tambahkan
media tanam sampai 1 cm di bawah bibit tanah lalu padatkan
Kerugian terbesar yang sering diderita para petani adalah saat panen raya. Harga
produksi pertaniannya selalu anjlok, belum lagi akibat ulah para spekulan yang memborong
semua produk dan mendapat ijin impor jenis produk pertanian yang serupa dari luar.
Contohnya , petani cabai sedih melihat tumpukan hasil panennya yang disebabkan turunnya
harga cabe ketika panen tiba. Padahal harga pupuk dan kebutuhan lainnya seperti biaya olah
tanah, beli bibit , perawatan, obat-obatan, ataupun upah tenaga kerja semakin meningkat.
Oleh karena itu, cara yang tepat mengatasi hal tersebut adalah dengan melakukan
keanekaragaman tanaman budidaya (tumpang sari), menanam tanaman secara tumpang gilir ,
dan meningkatkan produktifitas sertas kualitas.
Membatasi jumlah produksi atau penetapan kuota untuk mencegah anjloknya harga
produk pertanian akibat panen yang bersamaan. Hal ini dapat dilakukan dengan menetapkan
kuota bersam dengan para petani lainya, sehingga dapat mencegah kemungkinan produksi
yang berlebihan. Pembatasan jumlah produksi dapat dilakukan melalui koperasi ataupun
sistem yang mampu mengatur para petani, contohnya subak di bali.
Mendapat info pasar yang akurat. Ketidaktahuan para petani terhadap kebutuhan
konsumen ataupun kebutuhan pasar membuat para petani senantiasa menanam jenis komoditi
secara monokultur. Padalah tidak sedikit jenis produk pertanian yang dibutuhkan oleh
konsumen ataupun pasar. Untuk memudahkan petani mengetahui kebutuhan pasar dapat
dilakukan dengan memanfaatkan kelompok petani atau koperasi untuk kontrak mensuplai
komoditi tertentu dengan mitra usaha yang akan sama-sama diuntungkan. Dengan kerjasama
seperti ini mitra usaha akan mampu mempasok komoditi secara continue dan begitupula para
petani akan mampu mengatur masa tanam secara bergantian.
Sistem Resi Gudang. Untuk mencegah anjloknya harga komoditi pertanian
pemerintah juga telah menetapkan Undang-Undang No. 9 Tahun 2006 tentang Sistem Resi
Gudang. Menurut Sadaristuwati, resi gudang memiliki posisi yang penting dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan pelaku usaha di sektor pertanian, karena resi gudang merupakan
salah satu bentuk sistem tunda jual yang menjadi alternatif dalam meningkatkan nilai tukar
petani. Selain itu di era modern ini, dimana perdagangan yang bebas sudah dilakukan hampir
di seluruh wilayah Indonesia maka resi gudang sangat diperlukan untuk membentuk petani
menjadi seorang entrepreneur dan mandiri. Sistem Resi Gudang dapat mengatasi penurunan
harga pada perdagangan komoditas pertanian sehingga petani bisa mendapatkan peningkatan
harga jual komoditas.
Bahan yang di perlukan untuk membuat kompos dari kotoran sapi antara lain adalah:
a. Kotoran sapi minimal 80% dan akan lebih baik jika bercampur dengan
urin.
b. Serbuk gergaji, sekam/jerami.
c. Abu sekam/ Abu dapur 10% (jika ada).
d. Kapur pertanian2% (jika ada).
e. Bahan pemacu mikroorganisme (EM4) 0,25%.
3. Pupuk hijau
Sumber pupuk hijau dapat berupa sisa-sisa tanaman (sisa panen)atau tanaman
yang ditanam secara khusus sebagai penghasil pupuk hijauatau yang berasal dari
tanaman liar (misalnya dari areal di pinggir lahan,jalan atau saluran irigasi).
Jenis tanaman/tumbuhan yang dijadikan sumber pupuk hijau diutamakan dari
jenis legum, karena tanaman ini mempunyai kandungan hara (utamanya nitrogen)
yang relatif tinggi dibanding jenis tanaman lainnya. Namun demikian,
sesungguhnya dari jenis nonlegum pun misalnya sisa tanaman jagung, ubi-ubian,
jerami padi, dan lain-lain, dapat juga dimanfaatkan sebagai sumber pupuk hijau,
karena meskipun kandungan nitrogennya relatif rendah, namun beberapa unsur
lainnya seperti kalium relatif tinggi. Alasan lain dipilihnya jenis legum sebagai
pupuk hijau adalah karena tanaman atau sisa tanaman dari jenis legum relatif lebih
mudah terdekomposisi, sehingga penyediaan haranya menjadi lebih cepat
2) Penggunaan Predator
Untuk menjamin keseimbangan alam, maka tiap hama tanaman memiliki pemangsa
masing-masing (predator). Beberapa jenis parasit dan hama tanaman yang dapat diberantas
dengan menggunakan jasa predator diantaranya adalah :
a) Ulat daun, kupu-kupu, serangga dan belalang dapat di berantas dengan cara
membiarkan burung pemakan ulat, kupu-kupu, serangga dan belalang beranak pinak
dilingkungan kebun atau areal pertanian .
b) Keong dapat diberantas dengan memelihara bebek atau itik dan memelihara ikan
(terutama memangsa telor dan anak-anak keong yang baru menetas).
c) Tikus dapat diberantas dengan membiarkan ular sawah atau memelihara anjing yang
dilatih sebagai pemangsa tikus
d) Kepik penghisap buah diberantas dengan menggunakan semut hitam. Sarang semut
yang dibuat dari daun kakao kering atau daun kelapa yang diletakan diatas jorket dan
diolesi gula.
e) Wereng diberantas dengan menggunakan musush alami wereng. Misalnya laba-laba
predator Lycosa Pseudoannulata sangat efektif untuk membasmi wereng dan
serangga lainnya karena mampu menangkapnya dengan jaring perekat.
f) Walang sangit diberantas dengan melepaskan predator alami berupa laba-laba.
g) Pengorok daun atau hama putih diberantas dengan lalat Tabanidae dan semut
Solenopsis gemitata merupakan musuh alami hama putih.
4) Pestisida Organik
a) Untuk hama sayuran
Siapakan bahan-bahan berupa cairan air cucian beras yang pertama sebanyak
100ml, 100 ml alkohol 30-35%, 100 ml gula tetes atau 0,5vons gula, 100 ml EM dan
100 ml cuka 40%, kunyit, temulawak dan bawang putih (dirajang halus). Proses
pembuatan :
seluruh bahan dimasukan dalam satu wadah dan ditutup
Setiap pagi dan sore dikocok, kemudian tutup dibuka (supaya oksigennya keluar)
setelah itu ditutup kembali (pengocokan berlangsung selama 15 dan diamkan
selama 6 hari)
Siapkan lagi 1 liter air cucianberas yang diberi 30ccl air moalse, rajangan limbah
cengkeh, sereh, jahe, kunyit, temulawak dan bawang putih serta ditutup rapat-
rapat. Setiap pagi dan sore selama 21 hari dikocok (menjadi larutan kedua).
Campur larutan pertama dan kedua dengan perbandingan yang seimbang dan
disemprotkan ketanaman
b) Untuk jamur plasmodiophora brassicae (penyebab penyakit akar kol dan kubis)
Siapakan kunyit, temulawak, kcl, kaso dan urea dengan prbandingan 2:1. Proses
pembuatan ekstrak:
Ambil kunyit dan temulawak sebanyaj 15-20 gram yang sudah dicuci bersih lalau
diparut, kemudian dicampur 1 liter air bersih dan diaduk hingga rata kemudian
disaring.
Cairan ekstrak tersebut siap dipakai setelah ditambahkan 2 gram KCL, 2 gram
KNO dan 1 grama urea
Cara penggunaan: rendam benih kubis selama 30 menit ke dalam caiaran ekstrak
tersebut.
c) Untuk pembasmi ulat grayak dan keong mas (hama sayaruan dan padi)
Bahan-bahan berupa daun tanaman perdu yang disebut tephrosia vegolii (kacang
babi) dan sabun detergen. Cara membuat :
Giling 10 gram daun tephrosia lalau masukkan gilingan daun tersebut dalam 1
liter air besih yang telah dicampur dengan 0,1% sabun detergen dan diamkan
larutan tersebut semalaman.
Cara menggunakannya disemprotkan ketanaman apabila dimakan ulat atau
keong. Hindari penyemprotan dekat koalm ikan(ikan yang terkena akan
meloncat-meloncat mati, lantara insangnya tidak berfungsi atau kehabisan
oksigen)
d) Untuk hama crodolomia binotalis (ulat perusak daun kol,sawi dan petsai), belalang,
wereng coklat nilaparvata lugeus) dan trips parvispinus (hama kentang-kentangan).
Bahan-bahan berupa daun sirsak, biji sirsak, tembakau, daun jerinngan, bawang putih
dan sabun detergen.
Cara membuat pestisida organik untuk mengatasi serangan belalang dan ulat adalah:
Tumbuk segenggan daun sirsak, segenggam daun jeringan dan 20 siung bawang
putih.
Kemudian camour dengan 20 gram detergen
Setelah diendapkan semalam lalu disaring dan tiap 1 liternya dimasukkan ke
dalam 15 liter air bersih untuk kemudian disemprotkan.
e) Untuk mengatasi hama thrips
Tumbuk daun sirsak 50-100 helai dan dimasukkan ke dalam 5 liter air
Endapkan semalam lalu disaring dan setelah itu dapat disemprotkan dengan
dicampur 10 liter air terlebih dahulu
f) Untuk mengatsi serangan ulat perusak daun (crocidolomia binotalis)
Tumbuk biji sirsak
Setelah diampur dengan air, dapat disemprotkan sebagai insektisida nabati yang
aman bagi lingkungan, karena, mudah terurai di alam.
g) Untuk mengatasi cendawan yang menyerang batang tanaman (mengeluarkan lendir
busuk)
a. Bubur bordo
Bahan-bahan berupa terusi kira-kira 150 gram dan gamping kira-kira 150 gram.
Cara pembuatan :
Tumbuk terusi sampai dan larutkan dengan diberi air secukupnya
Kapur ( gamping yang diberi air sampai pecah atau hancur) ditumbuk
halus lalu diayak dan masukkan sedikit demi sedikit ke dalam cairan terusi
sambil diaduk hingga berwarna putih kehijauan.
Encerkan larutan dalam 10 liter air jika akan digunakan dan ditest dengan
mencelupkan bunga sepatu berwarna merah (warnanya berubah hitam)
Cara menggunakannya dengan mengoleskan pada luka batang, harus
dipakai abis (dibuat sesuai kebutuhan)
b. Bubur california
Bahan-bahan berupa 1 kg belerang dan 2kg gamping
Cara pembuatannya:
Rebus serbuk belerang dengan air secukupnya hingga larut kemudian
disaring
Tumbuk kapur sampai halus dan larutkan dengan air secukupnya setelah
diayak.
Larutkan belerang dicampur dengan larutan kapur sedikit demi sedikit dan
diaduk sampai merata.
Sebelum dipakai diencerkan dengan 5-10 liter air.
Cara menggunakan sama dengan bubur burdo.
h) Untuk penyakit yang disebabkan bakteri
Bahan-bahan berupa daun sirih satu ikat, kunyit 2 ons, bawang putih 3 ons dan
ekstrak daun titonia 3 liter.
Tumbuk bahan-bahan tersebut satu persatu atau secara bersamaan, rendam dalam
ekstrak daun titonia selama beberapa menit.
Kemudian saring dengan kain halus. Pestisida pengusir bakteri siap digunakan.
Cara penggunaanya dengan mengencerkan 500ml larutan dalam 10 liter air.
Frekuensi penggunaan 2 kali dalam seminggu.
i) Untuk serangga penghisap, kepik dan kutu-kutuan dari daun inggu
Siapkan daun inggu 1,5 kg, bunga tahi ayam 1,5 kg, gambir 0,5 ons, air kelapa
3 liter dan air bersih panas 500 ml.
Cara pembuatan :
Daun ingu dan bunga tahi ayam ditumbuk hingga halus dan rendam dalam air
kelapa. Peras dan saring campuran tersebut.
Lalu siapkan larutan gambir dengan air panas yang sudah disaring.
Campurkan dua larutan tersebut, pestisida organik daun ingu siap digunakan.
Cara penggunaan, 1 liter air pestisida organik diencerkan dengan 10 liter air
bersih. Aduk hingga rata dan masukkan dalam tangki penyemprot. Semprot
seluruh bagian tanaman, frekuensi penyemprotan seminggu dua kali.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Sugiarto. 2011. Macam-Macam Hama dan Penyakit Pada Tanaman Serta Cara
Pengendaliannya. <https://sugiartoagribisnis-wordpress-com/2011/01/20/macam-macam-
hama-dan-penyakit-pada-tanaman-serta-cara-pengendaliannnya/>
Agung, jatmiko. 2017. Cara Membuat Pupuk Organik Padat Dari Kotoran Sapi.
https://flowerian.com/2410/cara-membuat-pupuk-organik-padat-dari-kotoran-sapi.html.
[diakses pada November 25, 2018]
Rachman, achmad. Dariah, ai. dan Santoso, djoko. 2006. PUPUK HIJAU.
http://balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/03pupuk%20hijau.pdf.
[diakses pada November25, 2018]