Anda di halaman 1dari 22

KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG

DALAM PENGEMBANGAN SEKTOR USAHA MIKRO

NASKAH PUBLIKASI

Oleh

ADE KURNIAWAN
NIM. 090565201001

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2015

1
KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG
DALAM PENGEMBANGAN SEKTOR USAHA MIKRO

ADE KURNIAWAN

Mahasiswa Ilmu Pemerintahan, FISIP UMRAH

Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah terdapat hambatan-hambatan yang


membuat laju pertumbuhan usaha mikro menurun, adapun hambatan-hambatan
yang dijumpai oleh pelaku Usaha Mikro tersebut lemahnya akses terhadap pasar,
modal, manajemen, teknologi, serta penguatan dan penataan kelembagaan
UMKM perlu dilakukan untuk memperkuat posisi transaksi dalam persaingan
pasar dan kemitraan antara ketiga pelaku ekonomi serta dengan dkungan dari
pemerintah daerah khususnya Pemerintah Kota Tanjungpinang melalui Dinas
Pasar, Koperasi dan UMKM Kota Tanjungpinang.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Kebijakan Pemerintah
Kota Tanjungpinang Melalui Dinas Pasar, Koperasi Dan UMKM dalam
Pengembangan Sektor Usaha Mikro.
Analisis dalam penelitian ini mengadopsi pada program kerja Dinas Pasar,
Koperasi dan UMKM Kota Tanjungpinang yaitu 1). Program pengembangan
industri kecil dan Menengah yaitu Peningkatan Kewirausahaan UMKM Kota
Tanjungpinang; 2). Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi
UMKM yang terdiri dari a). Fasilitasi Sarana dan Prasarana Pendukung Bagi
Pelaku UMKM; dan b). Fasilitasi Dukungan Informasi Penyediaan Permodalan.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
dengan data kualitatif dengan jenis data yang digunakan adalah data primer dan
data sekunder. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara serta studi
kepustakaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk Program pengembangan industri
Usaha Mikro, Dinas Pasar, Koperasi dan UMKM Kota Tanjungpinang telah
menyelenggarakan Pelatihan Kewirausahaan, yang bertujuan untuk meningkatkan
jiwa kewirausahaan di kalangan pelaku usaha mikro dan penyelenggaraan
promosi produk usaha mikro melalui pameran kuliner atau jajanan pasar, yang
bertujuan untuk meningkatkan pemasaran produk usaha mikro. Selanjutnya untuk
Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi Usaha Mikro, Dinas Pasar,
Koperasi dan UMKM Kota Tanjungpinang.

Kata Kunci: Kebijakan Pengembangan Usaha Mikro

2
Tanjungpinang city government policy in the development
of mikro Bussiness

ADE KURNIAWAN

Student of Science Of Government, FISIP, UMRAH

Sector Micro Small and Medium Enterprises are the obstacles that make
the rate of growth of micro enterprises decreased, while the obstacles
encountered by the perpetrators of Micro, the poor access to markets, capital,
management, technology, as well as strengthening and institutional arrangement
UMKM needs to be done to strengthen transaction position in market competition
and economic partnership between the three actors as well as with local
government particularly dkungan of Tanjungpinang City government through the
Department of markets, Cooperatives and UMKM Tanjungpinang city.
The purpose of this study was to determine the Tanjungpinang City
Government Policy Through the Office Markets, Cooperatives and UMKM Sector
in the Development of Micro. The analysis in this study adopts the work program
of the Office of Markets, Cooperatives and UMKM Tanjungpinang city 1).
Program development of small and medium industry, namely Improved Enterprise
Tanjungpinang UMKM 2). Business Support Systems Development Programme
For UMKM consisting of a). Facilitation Infrastructures Supporting Actor For
UMKM and b). Facilitation Support Provision of Information Capital.
This type of research used in this research is descriptive qualitative data with the
type of data used are primary data and secondary data. The technique of
collecting data using interviews and literature study.
The results showed that for the program of industrial development of
Micro, Office Market, Cooperatives and UMKM Tanjungpinang city have
organize Entrepreneurship Training, which aims to enhance the entrepreneurial
spirit among micro businesses and the implementation of product promotion of
micro enterprises through the exhibition, culinary or snacks, which aims to
improve product marketing for small businesses. Furthermore, for the
Development of Business Support Systems For Micro, Office Market,
Cooperatives and UMKM Tanjungpinang city.

Keywords: Policy Development Micro

3
KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG

DALAM PENGEMBANGAN SEKTOR USAHA MIKRO

A. Latar Belakang

Penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan amanat Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, menuntut pemerintah

daerah untuk dapat mengatur serta mengurus sendiri urusan pemerintahan masing-

masing menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Selain itu, pemerintah

daerah diarahkan untuk dapat mempercepat terwujudnya kesejahteraan

masyarakat melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan dan peran serta

masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah, dengan memperhatikan prinsip

demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan, dan kekhususan suatu daerah

dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Penyelenggaraan pemerintahan daerah ini dilaksanakan dengan lebih

memperhatikan aspek-aspek hubungan antar susunan pemerintahan dan antar

pemerintahan daerah, potensi dan keanekaragaman daerah, peluang dan tantangan

persaingan global dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya kepada

daerah disertai dengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi

daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara sesuai

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 dijelaskan bahwa pelaksanaan asas

tugas pembantuan dimungkinkan, tidak hanya dari Pemerintah kepada Daerah,

tetapi juga dari Pemerintah dan Daerah kepada Desa yang disertai dengan

4
pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia dengan kewajiban

melaporkan pelaksanaan dan mempertanggungjawabkan kepada yang

menugaskannya. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa

setiap daerah otonom berhak mengatur pemerintahannya sendiri. Dengan kata

lain, pemerintahan di Indonesia bukan hanya sekedar tanggung jawab pemerintah

pusat, akan tetapi juga merupakan tanggung jawab dari pemerintah daerah itu

sendiri.

Sesuai dengan pasal 33 ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945 bahwa

Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.

Hal ini lebih ditegaskan lagi dalam penjelasan pasal 33 tersebut bahwa

kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan, bukan kemakmuran orang seorang.

Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan

representasi rakyat Indonesia dalam kehidupan ekonomi nasional, sehingga perlu

diberikan prioritas yang tinggi dalam pembangunan nasional. Untuk itu, perlu

disusun strategi pengembangan koperasi dan UMKM di Indonesia yang

terintegrasi, sistematis, dan berkelanjutan.

Usaha Mikro Kecil dan Menengah dalam perekonomian nasional memiliki

peran yang penting dan strategis. Pertama, karena jumlah industrinya yang besar

dan terdapat dalam setiap sektor ekonomi. Kedua, potensinya yang besar dalam

penyerapan tenaga kerja. Setiap unit investasi pada sektor UMKM dapat

menciptakan lebih banyak tenaga kerja jika dibandingkan dengan investasi yang

sama pada usaha besar. Ketiga, kontribusi UMKM dalam pembentukan PDRB

(Produk Domestik Regional Bruto) cukup signifikan.

5
Peran penting lain sektor UMKM dalam perekonomian Indonesia telah

terbukti dengan, pengangguran akibat angkatan kerja yang tidak terserap dalam

dunia kerja menjadi berkurang. Sektor UMKM telah dipromosikan dan dijadikan

sebagai agenda utama pembangunan ekonomi Indonesia. Sektor UMKM telah

terbukti tangguh, ketika terjadi Krisis Ekonomi 1998, hanya sektor UKM yang

bertahan dari kolapsnya ekonomi, sementara sektor yang lebih besar justru

tumbang oleh krisis.

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang bergerak di sektor Usaha Mikro

mempunyai peran yang besar dalam pendapatan tidak dapat dipungkiri, sektor

Usaha Mikro merupakan sektor usaha yang paling tangguh dalam menghadapi

ketidakpastian keadaan ekonomi yang saat ini sering bergejolak. Selain dapat

menyerap tenaga kerja yang tidak sedikit, sektor ini juga sangat berperan besar

dalam perekonomian daerah.

Tugas Dinas Pasar, Koperasi, dan UMKM Kota Tanjungpinang dalam

pengembangan sektor Usaha Mikro ini tidak hanya difokuskan pada kuantitasnya

saja, akan tetapi pada segi kualitasnya juga. Dibalik banyaknya sektor Usaha

Mikro yang berkembang di Kota Tanjungpinang ini, masih banyak permasalahan

yang dihadapi oleh para pelaku usaha Usaha Mikro tersebut. Permasalahan-

permasalahan itu antara lain:

1. Lemahnya akses terhadap pasar

2. Lemahnya akses terhadap sumber permodalan

3. Lemahnya akses terhadap manajemen

4. Lemahnya akses terhadap teknologi

6
5. Lemahnya akses terhadap kemitraan usaha

(Sumber: Dinas Pasar, Koperasi dan UMKM Kota Tanjungpinang)

Berdasarkan hambatan-hambatan yang dijumpai oleh pelaku Usaha Mikro

tersebut serta dengan dukungan dari pemerintah daerah khususnya Pemerintah

Kota Tanjungpinang melalui Dinas Pasar, Koperasi dan UMKM Kota

Tanjungpinang telah merampungkan program khusus bagi Usaha Mikro antara

lain:

1. Program pengembangan industri kecil dan Menengah

a. Peningkatan Kewirausahaan UMKM Kota Tanjungpinang

2. Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi UMKM

a. Fasilitasi Sarana dan Prasarana Pendukung Bagi Pelaku UMKM

b. Fasilitasi Dukungan Informasi Penyediaan Permodalan

Bidang UMKM yang akan di bahas didalam penelitian ini adalah jenis

Usaha Mikro yang bergerak dibidang makanan dan minuman. Dinas Pasar,

Koperasi dan UMKM Kota Tanjungpinang menggolongkan usaha tersebut

kedalam jenis Pedagang Kaki Lima (PKL) dan Asongan, salah satu contohnya

yaitu usaha Es Jagung Hawai, Es Capuccino Cincau, Es Mie Jelly, Jamur Crispy,

Potato Twist dan lain sebagainya.

7
Tabel 1.2
Jumlah UMKM Se-Kota Tanjungpinang Tahun 2009 – 2013

No Tahun Jumlah Usaha Jumlah Usaha Jumlah Usaha


Mikro Kecil Menengah
1 2010 2.724 1.281 259
2 2011 2.841 1.292 262
3 2012 2.916 1.308 267
4 2013 2.948 1.338 271
5 2014 3.693 2.062 347

Sumber: Laporan Tahunan Dinas Pasar, Koperasi dan UMKM Kota


Tanjungpinang

Tabel diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah usaha baik mikro, kecil

maupun menengah dalam empat tahun terakhir terus mengalami peningkatan.

Dimana jumlah usaha mikro pada tahun 2010 hanya 2.724 usaha naik menjadi

2.931 usaha pada tahun 2011. Sedangkan pada tahun 2012 dan 2013 meningkat

menjadi 2.916 dan 2.948 serta 2014 jumlah usaha Mikro di Kota Tanjungpinang

sebanyak 3.693. Kemudian jumlah usaha kecil pada tahun 2010 sebanyak 1.281

usaha naik menjadi 1.302 usaha pada tahun 2011 dan pada tahun 2012 bertambah

menjadi 1.308 pada tahun 2013 dan 2014 meningkat sebanyak 1.338 dan 2.062.

Kemudian jumlah usaha menengah juga mengalami peningkatan yaitu pada tahun

2010 sebanyak 259 usaha, naik menjadi 262 usaha pada tahun 2011 dan pada

tahun 2012 meningkat menjadi 267 usaha serta terjadi peningkatan pada tahun

2013 dan 2014 sebanyak 271 dan 347 usaha menengah. Hal ini semua

menunjukkan bahwa Kota Tanjungpinang sangat kondusif untuk perkembangan

dunia usaha.

8
Pengembangan sektor UMKM di Kota Tanjungpinang sangat penting untuk

dilakukan terutama bagi pelaku Pedagang Kaki Lima (PKL) dan Asongan. Sebab,

dilihat dari kondisi yang ada saat ini, sektor UMKM mampu memberikan lahan

pekerjaan bagi tenaga kerja yang belum tertampung dalam dunia kerja. Selain itu,

sektor UMKM juga mampu memberikan kontribusi yang signifikan bagi

pemasukan PAD (Pendapatan Asli Daerah). Maka dari itu, merupakan tugas

utama bagi Dinas Pasar, Koperasi, dan UMKM Kota Tanjungpinang untuk

melaksanakan kewenangan otonomi daerah dalam melaksanakan tugas

desentralisasi di bidang UMKM. Sebagai konsekuensinya, Dinas Pasar, Koperasi,

dan UMKM Kota Tanjungpinang melakukan berbagai program-program kegiatan

yang bertujuan untuk mengembangkan potensi sektor UMKM.

Bertolak dari latar diatas kemudian keinginan penulis untuk mengelaborasi

lebih jauh mengenai upaya Pemerintah Kota Tanjungpinang melalui Dinas Pasar,

Koperasi, dan UMKM Kota Tanjungpinang terutama dalam pengembangan sektor

Usaha mikro, dengan mengangkat judul penelitian ”Kebijakan Pemerintah Kota

Tanjungpinang Dalam Pengembangan Sektor Usaha Mikro”

B. Konsep Teoritis

1. Kebijakan Publik

Kebijakan publik merupakan suatu ilmu multidisipliner karena

melibatkan banyak disiplin ilmu seperti ilmu politik, sosial, ekonomi, dan

psikologi. Studi kebijakan berkembang pada awal 1970-an terutama melalui

tulisan Harold D. Laswell. Definisi dari kebijakan publik yang paling awal

dikemukakan oleh Harold Laswell dan Abraham Kaplan dalam Howlett dan

9
Ramesh (1995:2) yang mendefinisikan kebijakan publik/public policy sebagai

suatu program yang diproyeksikan dengan tujuan-tujuan, nilai-nilai, dan

praktik-praktik tertentu (a projected of goals, values, and practices).

Senada dengan definisi ini, George C. Edwards III dan Ira Sharkansky

dalam Suwitri (2009:10) mendefinisikan kebijakan publik sebagai suatu

tindakan pemerintah yang berupa program-program pemerintah untuk

pencapaian sasaran atau tujuan. Dari dua definisi di atas kita bisa melihat

bahwa kebijakan publik memiliki kata kunci “tujuan”, “nilai-nilai”, dan

“praktik”. Kebijakan publik selalu memiliki tujuan, seperti kebijakan

pemerintah untuk menggantikan Kurikulum Tahun 2006 menjadi Kurikulum

2013 lalu kemudian dikembalikan lagi menjadi Kurikulum Tahun 2006.

2. Implementasi Kebijakan

Daniel A. Mazmanian dan paul A. Sabatier dalam Wahab, menjelaskan

makna implementasi dengan mengatakan bahwa: Memahami apa yang

senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan

merupakan fokus perhatian implementasi kebijaksanaan, yakni kejadian-

kejdian dan kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah disahkannya pedoman-

pedoman kebijaksanaan negara, yang mencakup baik usaha-usaha untuk

mengadministrasikannya meupun untuk menimbulkan akibat/dampak nyata

pada masyarakat atau kejadian-kejadian.

10
3. Usaha Mikro

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro,

Kecil, dan Menengah, definisi usaha mikro yaitu usaha produktif milik orang

perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha

Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang. Kriteria usaha mikro yang

dimaksud oleh Undang-undang tersebut yaitu:

1) memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh

juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b.

memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00

(tiga ratus juta rupiah). Ciri-ciri usaha mikro: 1. Jenis barang/komoditi

usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu dapat berganti;

2) Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah

tempat;

3) Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun,

dan tidak.

4) memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha;

5) Sumber daya manusianya (pengusahanya) belum memiliki jiwa

wirausaha yang memadai;

6) Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah;

7) Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari

mereka sudah akses ke lembaga keuangan non bank;

8) Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya

termasuk NPWP.

11
4. Pengembangan Usaha Mikro

Definisi lain mengenai pengembangan menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia adalah sebagai berikut:

”Pengembangan merupakan proses, cara, perbuatan mengembangkan,


sedangkan mengembangkan merupakan perintah selalu berusaha di
pembangunan secara bertahap dan teratur yang menjurus pada sasaran
yang dikehendaki.” (Dikutip dari KBBI, 2008:414).

Sementara dalam kaitannya dengan pengembangan sektor Usaha mikro

ini, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan

Menengah menjelaskan bahwa hakikat dari pengembangan adalah upaya yang

dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat

untuk memberdayakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah melalui pemberian

fasilitas bimbingan pendampingan dan bantuan perkuatan untuk menumbuhkan

dan meningkatkan kemampuan dan daya saing Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah.

C. Hasil Penelitian

1. Program Pengembangan Industri Usaha Mikro

1.1 Program Peningkatan Kewirausahaan Usaha Mikro Kota Tanjungpinang

Tujuan dari dilaksanakannya kegiatan promosi produk usaha UMKM ini

antara lain:

a. Sebagai ajang promosi dan pemasaran produk-produk UMKM kepada

masyarakat baik itu nasional maupun internasional yang diharapkan

dapat menembus pangsa pasar nasional maupun internasional.

12
b. Mempromosikan produk UMKM dalam meraih pasar global untuk

mengantisipasi masuknya produk-produk yang diproduksi oleh

produsen luar negeri.·

c. Merupakan forum bertukar wawasan baik antar sesama pengusaha

ataupun dengan masyarakat untuk meningkatkan teknologi, kualitas,

dan mutu hasil kerajinan.

d. Sebagai ajang kompetisi untuk menumbuhkan kreasi dan

meningkatkan prestasi dunia kewirausahaan.

Penyelenggaraan promosi produk usaha mikro dibidang makanan dan

minuman tersebut merupakan kegiatan yang sangat bermanfaat bagi pelaku

usaha mikro. Sebab, biasanya mereka memanfaatkan kegiatan ini untuk

memperkenalkan hasil karyanya kepada masyarakat luas. Maka dari itu, Dinas

Pasar, Koperasi dan UMKM Kota Tanjungpinang sangat selektif untuk

memilih UMKM mana yang berhak menjadi peserta dalam pameran ini. Usaha

mikro yang biasanya menjadi peserta adalah usaha mikro yang menjadi binaan

Dinas Pasar, Koperasi dan UMKM. Selain itu, peserta pameran diutamakan

adalah usaha mikro yang produknya sudah menjadi konsumsi para peminat

jajanan pasar. Proses seleksi juga dilakukan oleh pihak Dinas Pasar, Koperasi

dan UMKM Kota Tanjungpinang untuk mengetahui usaha mikro mana saja

yang dianggap layak untuk mengikuti pameran.

13
2. Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi Usaha Mikro

2.1 Fasilitasi Sarana dan Prasarana Pendukung Bagi Pelaku Usaha Mikro

Masalah yang sering dihadapi para pelaku usaha mikro saat ini adalah

pada keterbatasan sarana dan prasarana. Kurangnya informasi yang

berhubungan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, menyebabkan

sarana dan prasarana yang mereka miliki juga tidak cepat berkembang dan

kurang mendukung kemajuan usahanya sebagaimana yang diharapkan. Maka

dari itu, sangat diperlukan adanya peran Dinas Pasar, Koperasi dan UMKM

Kota Tanjungpinang untuk memfasilitasi atau memberikan fasilitas dalam

bentuk sarana dan prasarana untuk mendukung jalannya usaha UMKM

tersebut.

Peran Dinas Pasar, Koperasi dan UMKM Kota Tanjungpinang dalam

fasilitasi sarana dan prasarana pendukung bagi pelaku usaha mikro di sini

maksudnya adalah untuk memfasilitasi setiap kegiatan pengembangan dengan

menjembatani antara pelaku usaha dengan pihak yang dibutuhkan pelaku

usaha. Atau dengan kata lain, Dinas Pasar, Koperasi dan UMKM memberikan

fasilitas yang berwujud sarana dan prasarana untuk mendukung perkembangan

usaha mikro tersebut.

Usaha pengembangan usaha mikro di Kota Tanjungpinang ini, Dinas

Pasar, Koperasi dan UMKM Kota Tanjungpinang juga bekerja sama dan

berkoordinasi dengan Dinas-Dinas terkait yang lain, seperti Dinas

Perindustrian dan Perdagangan serta Dinas Tata Kota.

14
Fasilitasi sarana dan prasarana pedukung bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil

dan Menengah telah tertuang dalam Rencana Kerja dan Anggaran (RKA)

Dinas Pasar, Koperasi dan UMKM Kota Tanjungpinang Tahun 2015 sebagai

berikut:

Tabel 4.1
Indikator dan Tolok Ukur Kinerja Belanja Langsung Dinas Pasar,
Koperasi dan UMKM Kota Tanjungpinang

Indikator Tolok Ukur Kinerja Target Kinerja

Masukan Jumlah Dana Rp. 229.035.000


Keluaran Tersedianya fasilitas usaha di lokasi 4 Counter dan 30
strategis (bandara dan pelabuhan) dan Tempat
dekorasi yang bercirikan budaya lokal
Hasil Terwujudnya 4 counter usaha dilokasi Counter dan
strategis dan terpenuhinya 30 tempat Tempat
dekorasi yang bercirikan budaya lokal
Kelompok Sasaran Kegiatan : IKM dan IRT Kota Tanjungpinang
Sumber: RKA Dinas Pasar, Koperasi dan UMKM Kota Tanjungpinang

Hingga saat ini, kegiatan fasilitasi sarana dan prasarana tersebut masih

terus berjalan. Diharapkan pelayanan yang diberikan kepada para pelaku usaha

mikro tersebut tersebut dapat menjadi jalan keluar yang baik bagi

permasalahan pemasaran yang dihadapi oleh pelaku usaha mikro.

2.2 Fasilitasi Dukungan Informasi Penyediaan Permodalan

Permodalan merupakan faktor utama yang diperlukan untuk

mengembangkan suatu unit usaha. Maka dari itu dibutuhkan suatu kegiatan

pemberian sosialisasi kepada para pelaku usaha mikro tentang penyediaan

pinjaman permodalan. Maksud dari kegiatan fasilitasi dukungan informasi

penyediaan permodalan ini adalah untuk memperkuat dukungan permodalan

15
terhadap tumbuh dan kembangnya usaha mikro di Kota Tanjungpinang yang

belum tersedia pembiayaan secara memadai dari lembaga keuangan yang ada.

Sedangkan tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan ini antara lain:

a. Menambah permodalan UMKM untuk pengembangan usaha.

b. Meningkatkan dan memperluas pelayanan usaha bagi UMKM.

c. Meningkatkan volume usaha UMKM.

(Sumber: Dinas Pasar, Koperasi dan UMKM Kota Tanjungpinang)

Fasilitasi dukungan informasi penyediaan permodalan ini dilakukan

melalui kegiatan penyuluhan dengan mengumpulkan para pelaku usaha mikro

yang kemudian dilakukan penyampaian informasi atau pemberian pengertian

secara langsung mengenai tata cara terkait dengan penyediaan permodalan

yang diberikan oleh Pemerintah.

Kegiatan fasilitasi ini Dinas Pasar, Koperasi dan UMKM Kota

Tanjungpinang bertugas mempertemukan para pelaku usaha sektor UMKM

dengan pihak yang terkait dengan pemberian pinjaman modal.

Penyediaan pinjaman permodalan ini, Dinas Pasar, Koperasi dan UMKM

Kota Tanjungpinang bekerja sama dengan beberapa perbankan, antara lain:

a. Bank Mandiri

b. Bank Rakyat Indonesia (BRI)

c. Bank Negara Indonesia (BNI)

d. Bank Tabungan Negara (BTN)

e. Bank Bukopin

f. Bank Syariah Mandiri

16
Kegiatan fasilitasi penyediaan permodalan ini, Dinas Pasar, Koeprasi dan

UMKM memberikan informasi langsung kepada para pengusaha mengenai

bagaimana agar pengusaha bisa mendapatkan pinjaman modal dari pemerintah

yang disertai dengan sharing atau konsultasi langsung atas berbagai masalah

yang dihadapi oleh para pelaku usaha terkait dengan permodalan. Jadi dapat

dikatakan bahwa Dinas Pasar, Koperasi dan UMKM Kota Tanjungpinang

bertugas sebagai fasilitator bagi para pengusaha dan pihak yang akan

memberikan pinjaman modal.

D. PENUTUP

1. Kesimpulan

Hasil penelitian tentang kebijakan Pemerintah Kota Tanjungpinang Dalam

Pengembangan Sektor Usaha Mikro, maka dapat diambil kesimpulan bahwa

strategi yang dilaksanakan oleh Dinas Pasar, Koperasi dan UMKM Kota

Tanjungpinang merupakan penjabaran dari kebijakan Menteri Dalam Negeri

Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2006 berjalan baik dengan Walikota

Tanjungpinang sebagai penanggungjawab pelaksanaan kebijakan. Akan tetapi,

tidak semua kebijakan yang ada diimplementasikan di tingkat Pemerintah Kota.

Karena harus disesuaikan dengan kondisi di daerah serta besarnya anggaran yang

tersedia.

17
Kebijakan yang dilaksanakan Dinas Pasar, Koperasi dan UMKM Kota

Tanjungpinang dalam pengembangan sektor usaha mikro adalah sebagai berikut:

1. Program Pengembangan Industri Usaha Mikro

a. Program Peningkatan Kewirausahaan Usaha Mikro Kota Tanjungpinang

Kebijakan ini dimaksudkan untuk memperkuat jalannya usaha sektor

UMKM khususnya usaha mikro agar keberadaannya dapat selalu eksis dan

bertahan di tengah perkembangan jaman. Kebijakan ini didukung dengan

program kegiatan:

1) Penyelenggaraan Pelatihan Kewirausahaan, yang bertujuan untuk

meningkatkan jiwa kewirausahaan di kalangan pelaku usaha mikro

2) Penyelenggaraan promosi produk usaha mikro melalui pameran

kuliner atau jajanan pasar, yang bertujuan untuk meningkatkan

pemasaran produk usaha mikro.

2. Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi Usaha Mikro

a. Fasilitasi Sarana dan Prasarana Pendukung Bagi Pelaku Usaha Mikro

Pelaksanaan kebijakan fasilitasi Sarana dan Prasarana Pendukung Bagi

Pelaku Usaha Mikro dimaksudkan untuk melindungi jalannya usaha mikro,

agar hambatan-hambatan dalam perjalanan usahanya dapat diminimalisir.

Kebijakan ini dilakukan dengan adanya program kegiatan fasilitasi

pengembangan usaha mikro, yang merupakan kegiatan untuk memfasilitasi

hal-hal yang dibutuhkan oleh pelaku usaha mikro dalam upaya untuk

mengembangkan usaha mereka.

b. Fasilitasi Dukungan Informasi Penyediaan Permodalan

18
Kebijakan ini dimaksudkan untuk memperkuat jalannya usaha sektor

mikro agar keberadaannya dapat selalu eksis dan bertahan di tengah

perkembangan jaman. Kebijakan ini didukung dengan program kegiatan

kegiatan fasilitasi dukungan informasi penyediaan permodalan bagi pelaku

usaha mikro, yang bertujuan untuk menjembatani antara pelaku usaha mikro

dengan pihak penyedia bantuan kredit dalam hal mengakses bantuan

permodalan.

2. Saran

Berdasarkan analisis di atas, maka saran yang dapat penulis ajukan adalah

sebagai berikut:

1. Diharapkan kepada Dinas Pasar, Koperasi dan UMKM Kota Tanjungpinang

untuk dapat terus melakukan pendataan pelaku UMKM khususnya pelaku

dalam setiap tahunnya, sehingga pihak Dinas mengetahui langsung

permasalahan-permasalahan yang dimiliki oleh para pelaku Usaha Mikro.

2. Diharapkan untuk Dinas Pasar, Koperasi dan UMKM Kota Tanjungpinang

untuk lebih melakukan inovasi-inovasi baru terhadap produknya, bisa diatasi

dengan ditambahnya intensitas pelaksanaan pelatihan atau bimbingan yang

khusus mengajarkan tentang materi kewirausahaan secara intensif dan rutin.

Sehingga kegiatan yang dilakukan akan dapat membantu untuk meningkatkan

jiwa kewirausahaan para pelaku usaha mikro. Selain itu, materi yang

disampaikan dalam setiap pelatihan hendaknya lebih bervariasi, agar

pengetahuan yang diperoleh pun dapat beragam pula. Sehingga bukan hanya

19
kuantitas operasionalnya yang diutamakan, tetapi juga kualitasnya perlu

diperhatikan.

3. Diharapkan untuk Pemerintah Kota Tanjungpinang sebaiknya tidak hanya

mengandalkan dari kegiatan pameran tahunan saja. Tetapi juga dengan

mengadakan event-event promosi yang lebih unik dan berbeda, seperti

mengadakan pameran tiap akhir pekan yang dilengkapi dengan hiburan-

hiburan dan pemberian potongan harga agar masyarakat lebih tertarik untuk

membeli produk Usaha Mikro.

20
DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Syafarudin., 2008. “Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi kedua”.


Yogyakarta: BPFE.

Departemen Pendidikan Nasional., 2008. “Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat


Bahasa”. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Dinas Pasar, Koperasi dan UMKM Kota Tanjungpinang., 2015. “Program Kerja
Tahun 2015”.

Draft Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Tanjungpinang Tahun 2013.

Dunn, N. William., 2003. “Pengantar Analisa Kebijakan Publik II”. Yogyakarta:


Gadjah Mada University Press.

Howlett, Michael dan M. Ramesh., 1995. “Studying Public Policy: Policy


Cyclesand Policy Subsystem”. Oxford: Oxford University Press.

Islamy, M. Irfan., 2003. “Prinsip-prinsip Perumusan Kebijakan Negara”. Jakarta:


Bumi Aksara.

Miles, B. Mattew dan Michael Huberman., 2007. “Analisis Data Kualitatif, Buku
Sumber Tentang Metode-metode Baru”. Jakarta: Universitas Indonesia
Press.

Ndraha, Taliziduhu., 2003. “Kybernalogy Ilmu Pemerintahan Baru Jilid I”.


Jakarta: Rineka Cipta.

2005. “Teori Budaya Organisasi”. Jakarta: Rineka Cipta.

Nugroho, Riant., 2008. “Public Policy: Teori Kebijakan, Analisis Kebijakan,


Proses Kebijakan, Perumusan, Implementasi, Evaluasi, Revisi, Risk
Manajement dalam Kebijakan Publik. Kebijakan sebagai The Fith
Estate, Metode Kebijakan”. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Rasyid, Ryaas., 2000. “Makna Pemerintahan: Tinjauan Dari Segi Etika dan
Kepemimpinan”. Jakarta: PT. Mutiara Sumber Widya.

Rencana Strategis Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia Tahun


2010-2014.

Subarsono., 2005. “Analisa Kebijakan Publik”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

21
Sugiyono., 2009. “Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif”. Bandung:
Alfabeta.

Suwitri, Sri., 2009. “Konsep Dasar Kebijakan Publik”. Semarang: Badan Penerbit
UNDIP.

Tangkilisan, Hesel Nogi., 2003. “Implementasi Kebijakan Publik”. Yogyakarta:


Lukman Offset YPAPI.

Thoha, Miftah., 2002. “Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya”.


Jakarta: Rajawali Grafindo Persada.

Wahab, A. Solichin., 2001. “Analisis Kebijaksanaan, Dari Formulasi Ke


Implementasi Kebijaksanaan Negara”. Jakarta: Bumi Aksara.

Widodo, Joko., 2009. “Analisis Kebijakan Publik”. Malang: Bayumedia


Publishing.

DAFTAR DOKUMEN

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang


Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang


Pemerintahan Daerah.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha


Mikro Kecil dan Menengah.

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor


PER/04/M.PAN/4/2007 Tentang Pedoman Umum Formulasi,
Implementasi, Evaluasi Kinerja, dan Revisi Kebijakan Publik di
Lingkungan Lembaga Pemerintah Pusat dan Daerah.

Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 13 tahun 2006 tentang pengelolaan


keuangan daerah

22

Anda mungkin juga menyukai